• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN PENGGUNA LULUSAN DAN MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN PENGGUNA LULUSAN DAN MAHASISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

DI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

Niken Paramita1*), Adiloka Sujono2)

1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Widyagama Malang, Malang 2) Fakultas Hukum, Universitas Widyagama Malang, Malang

*Email Korespondensi : niken@widyagama.ac.id

ABSTRAK

Terdapat 2 kategori besar dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris menurut tujuan pembelajaran dan siapa pemelajar yang disasar, yaitu General English dan English for Specific Purposes (ESP). Dalam pengajaran ESP, salah satu pilar yang berperan vital adalah analisis kebutuhan sebagai basis penyusunan atau perubahan kurikulum. Pada konteks pembelajaran Bahasa Inggris di Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, penelitian berupa analisis kebutuhan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (pengguna lulusan) serta kebutuhan mahasiswa. Hasil penelitian ini nantinya menjadi dasar perlu tidaknya peninjauan dan pembaruan kurikulum atau sistem pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di FH UWG. Penelitian dilakukan kepada tiga informan yaitu praktisi hukum sebagai perwakilan dunia kerja, alumni FH UWG, dan mahasiswa aktif FH UWG. Instrumen yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur dan kuesioner skala Likert. Hasil wawancara pada alumni dan kuesioner pada mahasiswa menyatakan, materi dan metode pembelajaran Bahasa Inggris Hukum telah sesuai dengan kurikulum fakultas dan tujuan pembelajaran MK itu. Mahasiswa merasakan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris baik pasif maupun aktif. Mereka juga menyadari penguasaan Bahasa Inggris Hukum akan berguna bagi di dunia kerja. Alumni dan praktisi menyarankan agar ditambahkan fokus pembelajaran pada speaking dan writing, antara lain melalui presentasi analisis kasus berbahasa Inggris.

Kata kunci: Analisis Kebutuhan, Kebutuhan Pengguna Lulusan, Kebutuhan Mahasiswa, Bahasa

Inggris Hukum

ABSTRACT

There are 2 categories in the field of English Teaching according to the learning objectives and the target learners: General English and English for Specific Purposes (ESP). In teaching ESP, one of the important pillars is needs analysis, serving as the basis for curriculum development. In the context of English learning at the Faculty of Law, Widyagama University Malang, this needs analysis was conducted to determine if the existing learning process already fulfills the employers/practitioners’ needs and the students’ needs. The results of this study will later become the basis for whether or not the curriculum or learning system for Legal English at FH UWG should be updated. There were three informants: a legal practitioner, an alumnus of the Faculty of Law UWG, and active students of the same faculty. The instruments used were semi-structured interviews and a Likert scale questionnaire. The results of interviews with alumnus and questionnaires to students stated that the learning materials and methods were in accordance with the faculty curriculum and the course’s learning objectives. Students felt an increase in their passive and active English proficiency. They also realize that mastery of Legal English will be useful at work. Alumnus and practitioners suggested that the focus of learning on speaking and writing be added, among others, through a case analysis presentation in English.

(2)

Seminar Nasional Hasil Riset Prefix - RHS

196

PENDAHULUAN

Dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris, terdapat 2 (dua) pembagian besar menurut kategori tujuan pembelajaran itu dilakukan dan siapa pemelajar yang disasar. Yang pertama adalah General English (Bahasa Inggris Umum) yang mengajarkan Bahasa Inggris kepada masyarakat umum untuk membangun/meningkatkan kecakapan Bahasa Inggris mereka dalam hal listening, reading, writing dan speaking, serta grammar dan vocabulary, untuk keperluan komunikasi sehari-hari.

Kategori yang kedua adalah English for Specific Purposes (ESP/Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus). Di sini, Bahasa Inggris diajarkan untuk keperluan komunikasi yang spesifik pada kebutuhan pemelajar, baik yang berstatus mahasiswa ataupun kaum profesional. Oleh karena itu, metode dan materi pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan pemelajar sesuai bidang ilmu atau pekerjaan yang mereka tekuni. Tentunya, mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah Bahasa Inggris dengan pendekatan ESP ini ialah mereka yang mempelajari bidang ilmu selain Bahasa dan/atau Sastra Inggris. Oleh karena itu, kecakapan dan kompetensi yang diajarkan, serta jenis teks yang digunakan, akan berbeda-beda bergantung dari disiplin ilmu yang ditekuni oleh pemelajar. Beberapa kategori lebih lanjut dari ESP ialah Bahasa Inggris Pariwisata (English for Tourism), Bahasa Inggris Kedokteran (Medical English), Bahasa Inggris Hukum (English for Law/Legal English), dan Bahasa Inggris Bisnis (English for Business).

Strevens (1988, dalam [1]) menyatakan karakteristik ESP adalah dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemelajar, terkait dengan materi inti disiplin ilmu yang ditekuni pemelajar, terpusat pada aspek kebahasaan yang relevan dengan disiplin ilmu tersebut, serta berbeda dari General English. Ketika merancang pembelajaran dengan kerangka ESP, pengajar harus memperhatikan empat pilar ESP, yakni needs analysis (analisis kebutuhan), learning objectives (tujuan pembelajaran), materials and methods (materi dan metode), dan evaluation (evaluasi) [1].

Keempat pilar ini membentuk suatu siklus berputar yang saling terkoneksi satu sama lain dan memiliki hubungan timbal balik antar-pilar. Hal ini menandakan bahwa terdapat suatu proses berkelanjutan agar pembelajaran Bahasa Inggris selalu relevan dengan tren terbaru dari disiplin ilmu yang ditekuni oleh pemelajar. Dengan begitu, pengajar harus melakukan refleksi secara kontinu.

Gambar 1. Pilar English for Specific Purposes [1]

Pilar pertama, analisis kebutuhan, mutlak dilakukan karena inilah titik awal ditentukan perlu atau tidaknya pembelajaran Bahasa Inggris bagi mahasiswa jurusan tertentu atau staf departemen tertentu. Apabila pilar ini tidak dilakukan dengan baik atau bahkan tidak dilakukan sama sekali, besar kemungkinan tujuan, metode, materi, dan asesmen pembelajaran yang kemudian tersusun akan dirasa tidak relevan.

(3)

atau program studi sebagai bagian dari rangkaian beberapa mata kuliah (dasar) umum (MKU/MKDU). Pun halnya dengan Fakultas Hukum yang ada di berbagai institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Hikmahanto Juwana [2] menyatakan bahwa penguasaan Bahasa Inggris penting bagi mahasiswa Fakultas Hukum terutama agar dapat menyerap informasi dari berbagai literatur dan terlibat dalam diskusi hukum yang berskala internasional. Selain itu, kemampuan berbahasa Inggris merupakan soft skill yang berguna ketika berhadapan dengan klien asing, misalnya [3].

Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang (FH UWG) merupakan salah satu dari empat fakultas yang ada di perguruan tinggi swasta ini. Visinya adalah menjadi Fakultas Hukum yang unggul dan kompetitif, dan misi-misinya adalah (1) menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas dan baik, dan (2) melakukan kerjasama dengan pihak yang terkait dengan keilmuan hukum untuk menunjang tri dharma perguruan tinggi [4]. Sebagai bagian dari kurikulumnya, FH UWG menyajikan mata kuliah Bahasa Inggris Hukum bagi mahasiswa yang duduk di semester 1 [5].

Sebagaimana proses pengembangan kurikulum atau materi instruksional lainnya, suatu kelas dengan pendekatan ESP juga mengikuti alur yang secara umum serupa. Langkah awal untuk membangun atau memperbarui kurikulum atau materi instruksional adalah dengan analisis kebutuhan (doing needs analysis), lalu diikuti oleh penelitian konteks lingkungan khusus pemelajar (investigating specialist discourse), dan proses pengembangan kurikulum (developing the curriculum) [6].

Selain itu, analisis kebutuhan yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi tujuan dan konten pembelajaran antara lain adalah analisis situasi target (identifikasi capaian pembelajaran), analisis wacana, analisis situasi pemelajar saat itu, analisis faktor pemelajar (motivasi, persepsi, dan cara belajar), dan analisis konteks mengajar [6]. Pada penelitian ini, analisis akan difokuskan pada situasi target dan faktor pemelajar. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan sumber daya lainnya, sehingga kedua faktor ini dianggap dapat menjadi langkah awal pemahaman kebutuhan pemelajar, yaitu mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang. Analisis situasi target dapat dilakukan dengan secara spesifik mengidentifikasi kebutuhan pasar, yakni pengguna lulusan FH Universitas Widyagama Malang. Salah satu dari pengguna lulusan itu ialah praktisi hukum yang berdomisili dan berpraktik di Malang.

Pada konteks pembelajaran Bahasa Inggris di FH Universitas Widyagama Malang, tahap analisis kebutuhan dan tahap investigasi lingkungan khusus pemelajar (specialist discourse) dapat secara bersamaan berlangsung. Identifikasi kebutuhan praktisi hukum di Malang yang terkait dengan penggunaan Bahasa Inggris oleh lulusan FH Universitas Negeri Malang dapat didukung oleh data dari alumni FH dari institusi yang sama. Dengan demikian, secara otomatis specialist discourse itu dapat diketahui. Dengan kata lain, contohnya, apabila pengajar Bahasa Inggris hendak memberikan materi kecakapan membaca (reading) yang terkait dengan hukum perdata, maka dirinya harus dapat mengetahui teks seperti apa yang akan dibaca oleh pemelajar ketika kelak mereka memasuki dunia profesi hukum perdata.

Dengan berbagai pertimbangan dan kondisi di atas, dapat dinyatakan permasalahan yang ingin dibicarakan dalam studi ini. Hal itu ialah apakah pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di FH UWG telah sesuai dengan kebutuhan pasar (pengguna lulusan) dan kebutuhan mahasiswa? Dari segi apa saja kesesuaian/ketidaksesuaian itu berasal?

Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi bahwa pembelajaran yang dilakukan dalam institusi pendidikan tinggi harus selalu mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional dan sesuai dengan kerangka KKNI. Dalam hal ini, penyajian mata kuliah Bahasa Inggris diharapkan dapat menyokong kompetensi mahasiswa, terutama soft

(4)

Seminar Nasional Hasil Riset Prefix - RHS

198

skills, dalam bidang komunikasi yang kelak dapat membantu mereka ketika memasuki dunia kerja atau usaha. Oleh karena itu, dari sisi praktis, hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh lagi dengan disusunnya kurikulum yang lebih sesuai dengan kondisi terkini dunia kerja serta mahasiswa. Dengan begitu, terdapat dasar empiris yang kuat mengenai perlu tidaknya pengajaran Bahasa Inggris, khususnya di Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, ditinjau kembali dan diperbarui.

Dari sisi teoretis, studi ini dapat menambah khazanah wawasan pengembangan kurikulum institusi pendidikan tinggi berdasarkan analisis kebutuhan pengguna lulusan serta kebutuhan mahasiswa. Hasil studi ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan observasi mengenai analisis kebutuhan untuk menyusun atau memperbarui kurikulum perguruan tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin mengeksplorasi makna yang dimiliki oleh masing-masing informan mengenai isu tertentu [7], yakni mengenai kebutuhan pasar serta pemelajar akan pengajaran Bahasa Inggris di Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang. Oleh karena itu, penelitian ini tidak menguji teori atau hipotesis tertentu. Pendekatan kualitatif juga dirasa sesuai dalam rangka menilai pendapat para informan secara mendalam terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris bagi mahasiswa fakultas yang dimaksud di atas.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak praktisi hukum di Malang sebagai perwakilan pihak pengguna lulusan Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, alumni Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, dan mahasiswa-mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang yang telah menempuh semua mata kuliah Bahasa Inggris, lebih tepatnya mahasiswa yang pada saat penelitian berada di tahun studi ketiga dan keempat. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah homogeneous purposive sampling [8], sesuai tujuan penelitian ini.

Kondisi pandemi secara tidak langsung mempengaruhi jumlah responden mahasiswa aktif FH UWG dan jumlah mahasiswa yang merespons kuesioner Google Forms. Pada saat penelitian dilakukan, tercatat 20 orang mahasiswa aktif angkatan 2017 (11 orang di kelas reguler dan 9 orang di kelas karyawan) dan 31 mahasiswa angkatan 2018. Dari jumlah itu, 13 mahasiswa yang merespons, terdiri dari 7 orang mahasiswa di tahun ketiga (angkatan 2018) dan 5 orang mahasiswa di tahun keempat (angkatan 2017).

Tiga jenis informan ini dipilih karena sejumlah alasan. Yang pertama, ketiganya merupakan bagian dari para pemangku kepentingan (stakeholders) Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang. Yang kedua, keterlibatan ketiga informan ini dapat memenuhi prinsip triangulasi dalam penelitian kualitatif berupa triangulasi sumber data. Triangulasi sendiri berfungsi mengurangi bias sistemik demi meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil penelitian [9, 10].

Data dikumpulkan melalui wawancara semi-terstruktur (bagi informan praktisi hukum di Malang dan alumni FH Universitas Widyagama Malang) dan kuesioner 4-skala Likert (bagi responden mahasiswa aktif FH Universitas Widyagama Malang).

Penyusunan instrumen berupa wawancara dan kuesioner 4-skala Likert diawali dengan perumusan blueprint basis penyusunan pernyataan dalam kuesioner dan panduan wawancara (interview guide). Kemudian, dilakukan pilot test untuk panduan wawancara dan kuesioner sebelum kedua instrumen siap digunakan. Wawancara dengan praktisi hukum dilakukan secara tatap muka/luring, sedangkan wawancara dengan alumni dilakukan secara daring. Sementara itu, kuesioner didistribusikan kepada mahasiswa yang dituju melalui platform Google Forms [11].

(5)

secara kualitatif [12]. Data dari wawancara dianalisis dengan teknik analisis tematik dan data dari kuesioner dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari wawancara terhadap praktisi hukum, diperoleh informasi bahwa dalam dunia hukum, Bahasa Inggris terutama dipergunakan dalam konteks komunikasi dengan klien asing, baik secara lisan maupun tulis. Bentuknya berupa penulisan surat perjanjian dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) atau penjurubahasaan (interpreting) ketika berhadapan dengan berkomunikasi lisan dengan klien. Dalam hukum Indonesia sendiri, bahasa asing yang banyak diadopsi dan turut membentuk konsep sistem hukum yang ada adalah Bahasa Belanda. Hal ini wajar karena sistem hukum di Indonesia merupakan warisan dari sistem hukum Belanda.

Dengan demikian, tidak semua praktisi hukum akan bersinggungan dengan Bahasa Inggris ketika melakukan tugasnya. Surat perjanjian banyak ditangani oleh notaris, sehingga mereka lebih besar kemungkinan memakai Bahasa Inggris Hukum secara tertulis apabila ada surat perjanjian antara perusahaan atau individu Indonesia dengan perusahaan atau individu asing. Praktisi lainnya yang menggunakan Bahasa Inggris ialah advokat/pengacara yang harus menangani perkara yang melibatkan klien asing.

Akan tetapi, praktisi hukum Indonesia (yang sistemnya menganut civil law seperti Belanda) tetap mengasah wawasan dan membandingkan asas yang berlaku di Indonesia dengan asas-asas yang diterapkan di negara-negara lain yang berbeda sistem (termasuk sistem common law). Karena negara penganut sistem common law pada umumnya memakai bahasa Inggris, praktisi hukum Indonesia juga harus mampu memahami istilah-istilah dan konsep hukum khas common law dalam Bahasa Inggris.

Berdasarkan riwayat studi informan praktisi, Bahasa Inggris Hukum dan Bahasa Belanda termasuk dalam kurikulum Fakultas Hukum tempatnya belajar. Namun, pada perkembangannya, Bahasa Inggris Hukum lebih banyak mendapat perhatian sehingga pembelajaran Bahasa Belanda dikesampingkan. Pada proses pembelajarannya, Bahasa Inggris Hukum banyak diisi materi vocabulary dan terminologi hukum. Hal ini dirasa telah cukup bagi mahasiswa menyiapkan diri ketika kelak menghadapi klien asing dengan berbagai sistem hukum.

Informan praktisi memberi masukan agar terdapat suatu kesepakatan antar-institusi perguruan tinggi. Dengan demikian, semua perguruan tinggi memberikan materi yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan bidang studi. Masukan kedua dari beliau adalah fokus pada writing dan speaking skills yang diperlukan untuk bidang penulisan kontrak atau perjanjian berbahasa Inggris serta komunikasi lisan dengan klien asing.

Wawancara juga dilakukan terhadap alumnus FH UWG Malang yang juga berprofesi sebagai konsultan hukum di perusahaan properti dan wirausahawan. Menurut informan, salah satu tugasnya adalah menulis kontrak dalam Bahasa Inggris dan pembelajaran Bahasa Inggris Hukum yang didapat saat kuliah amat berguna dalam hal ini. Tugas itu cukup sering dilakukan sehingga frekuensi penggunaan Bahasa Inggrisnya pun tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak dapat disamaratakan untuk semua alumnus FH UWG. Karena rata-rata profesi para alumnus tidak mengharuskan mereka menggunakan Bahasa Inggris, kemampuan Bahasa Inggris Hukum baru akan diperhatikan jika mereka hendak meningkatkan jenjang karir untuk menangani kasus-kasus internasional.

Dari sisi pembelajaran yang telah dijalani informan di FH UWG, materi dan metode pembelajaran dianggap telah memadai, membantu pemahaman mahasiswa karena aplikatif, dan memotivasi mahasiswa dengan adanya masukan dosen tentang pentingnya penguasaan Bahasa Inggris Hukum kelak di dunia kerja. Khusus tentang evaluasi hasil belajar, informan alumnus itu menyarankan adanya praktik speaking yang mengharuskan

(6)

Seminar Nasional Hasil Riset Prefix - RHS

200

mahasiswa menganalisis kasus internasional dan mempresentasikannya dalam Bahasa Inggris.

Sementara itu, kuesioner bagi mahasiswa aktif FH UWG terbagi menjadi empat kategori besar, yakni motivasi mahasiswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, persepsi mahasiswa terkait pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, preferensi mahasiswa akan sistem pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, dan target pembelajaran Bahasa Inggris Hukum. Berikut adalah rangkuman hasil kuesioner dari tiap kategori.

Gambar 2. Respons pernyataan “Saya lebih memilih membaca buku – buku fiksi, non-fiksi hingga karya ilmiah yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia”

Mengenai motivasi mahasiswa, jika dihadapkan pada dua pilihan yakni membaca buku dan atau karya ilmiah dalam Bahasa Inggris atau dalam Bahasa Indonesia, 58,3% responden menyatakan setuju dan 25% sangat setuju pada pernyataan” Saya lebih memilih membaca buku-buku fiksi, non-fiksi hingga karya ilmiah yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia”, seperti tampak pada Gambar 2. Di sisi lain, 58,3% responden menyatakan sangat setuju dan 41,7% menyatakan setuju pada pernyataan “Saya tertarik mempelajari Bahasa Inggris”. Hal itu didukung dengan antusiasme responden, yang semuanya menyatakan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris Hukum serta selalu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan tepat waktu. Dari segi faktor keikutsertaan mahasiswa dalam perkuliahan Bahasa Inggris Hukum, 83,3% responden menyatakan akan tetap mengikuti Pembelajaran Bahasa Inggris Hukum sekalipun pembelajaran tersebut tidak diwajibkan. Terlebih, 91,6% responden berpendapat bahwa Bahasa Inggris Hukum perlu dijadikan mata kuliah wajib bagi mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FH UWG memang memiliki motivasi tinggi dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, tak hanya sebagai pemenuhan kewajiban perkuliahan.

Gambar 3. Respons atas pernyataan “Menurut saya, mahasiswa FH UWG tidak harus memiliki keempat skills (Speaking, Listening, Writing dan Reading) dalam berbahasa Inggris”

Bahasa Inggris Hukum dipersepsikan responden sebagai sesuatu yang penting. Gambar 3 menggambarkan bahwa ketika diajukan pernyataan “Menurut saya, mahasiswa FH UWG tidak harus memiliki keempat skills (Speaking, Listening, Writing dan Reading)

(7)

sangat tidak setuju. Kemampuan Bahasa Inggris Hukum dianggap sangat bermanfaat oleh 83,3% responden bagi mereka di dunia kerja kelak. Mengingat pentingnya peranan Bahasa Inggris Hukum, pemilihan metode pembelajaran yang digunakan harus tepat. 91,7% responden menyatakan pemilihan metode pembelajaran telah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja bidang hukum, serta meningkatkan wawasan mereka tentang Ilmu Hukum dan gambaran penggunaannya di dunia kerja. Selain itu, 41,7% responden setuju dan 50% sangat setuju pada pernyataan “Materi pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di FH UWG bermanfaat dalam peningkatan soft skill mahasiswa dalam berkomunikasi di bidang Hukum.”

Gambar 4. Respons atas pernyataan “Metode pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di FH UWG efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran”

Sebagaimana digambarkan pada pie chart di atas, menurut para responden yang telah mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, pengajar menggunakan metode yang dinilai efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil serupa juga didapat pada pernyataan mengenai persepsi efektifitas materi dalam mencapai tujuan pembelajaran. 83,3% responden menyatakan materi pembelajaran adalah autentik dan up-to-date. 41,7% responden sangat setuju dan 33,3% menyatakan setuju pada pernyataan “metode pengajaran Bahasa Inggris Hukum di FH UWG menekankan pada critical thinking dan problem solving mahasiswa serta kemampuan bekerja sama.” Di sisi lain, hanya 16,7% responden yang menyatakan dosen tidak jelas dalam menyampaikan materi. Hambatan pembelajaran berupa kendala teknis juga dirasakan oleh 16,7% responden saja.

Gambar 5. Respons atas pernyataan “Setelah mengikuti mata kuliah Bahasa Inggris Hukum di FH UWG, saya merasa adanya peningkatan kemampuan dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris”

Setelah mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, 75% responden setuju dan 16,7% sangat setuju bahwa ada peningkatan kemampun berkomunikasi Bahasa Inggris pasca-pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, sebagaimana tampak pada Gambar 5. 91,7% mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam memahami informasi terkini tentang Ilmu Hukum yang berbahasa Inggris. Selain itu, 83,4% responden mampu melihat adanya keterikatan dan kesinambungan pembelajaran Bahasa Inggris Hukum dengan kurikulum prodi dan 91,6% responden memahami pentingnya Bahasa Inggris Hukum bagi mereka di dunia kerja kelak.

(8)

Seminar Nasional Hasil Riset Prefix - RHS

202

KESIMPULAN

Dari hasil wawancara terhadap praktisi hukum dan alumni Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, serta kuesioner pada mahasiswa aktif fakultas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa materi dan metode pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di fakultas itu telah sesuai dengan kurikulum fakultas secara keseluruhan dan tujuan pembelajaran yang ada. Dalam hal kesesuaian dengan kebutuhan pasar (pengguna lulusan), sistem pembelajaran juga telah memadai karena dinilai aplikatif dan memotivasi mahasiswa walau nantinya tingkat penggunaan Bahasa Inggris di dunia hukum amat dipengaruhi bidang kerja dan rencana peningkatan karir masing-masing individu.

Para mahasiswa aktif merasakan ada manfaat dalam peningkatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris baik secara pasif maupun aktif. Mereka juga merasa bahwa penguasaan Bahasa Inggris Hukum akan berguna bagi pekerjaan mereka kelak. Hambatan yang dirasakan hanya yang bersifat teknis, dan itu dirasakan oleh sebagian mahasiswa saja. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris di FH UWG cukup memenuhi kebutuhan mahasiswa.

Terdapat sejumlah masukan berharga mengenai pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di lingkungan FH UWG. Yang pertama, diharapkan ada sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh institusi-institusi perguruan tinggi agar pembelajaran Bahasa Inggris Hukum di semua PT sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan kurikulum Fakultas Hukum secara umum. Yang kedua, perlu dilakukan kegiatan belajar yang fokus pada writing skill (contoh: menulis surat perjanjian berbahasa Inggris) dan speaking skill (berkomunikasi lisan dalam Bahasa Inggris pada konteks hukum). Dapat pula dilakukan presentasi analisis kasus yang sifatnya internasional dengan menggunakan Bahasa Inggris. Kegiatan ini sekaligus berfungsi sebagai evaluasi pembelajaran mahasiswa.

Dengan berbagai keterbatasan, penelitian ini diharapkan menjadi basis awal yang baik bagi peningkatan pembelajaran Bahasa Inggris Hukum, khususnya di Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang. Analisis kebutuhan yang serupa dapat dilakukan di fakultas lain di lingkup universitas yang sama, ataupun di fakultas hukum lainnya, demi menguatkan basis penyusunan kurikulum yang sesuai standar nasional dan kebutuhan berbagai elemen stakeholder perguruan tinggi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tim penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pelaksanaan penelitian ini, di antaranya jajaran pimpinan Universitas Widyagama Malang dan LPPM Universitas Widyagama Malang atas hibah penelitian Perintis yang memungkinkan pelaksanaan penelitian ini, juga alumni dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, serta praktisi hukum yang telah bersedia meluangkan waktu menyediakan data bagi penelitian ini.

REFERENSI

[1] L. Anthony, Introducing English for Specific Purposes, London, New York: Routledge, 2018.

[2] Kumparan, Guru Besar UI: Orang Hukum Harus Pandai Bahasa Inggris dan Matematika, 29 Juli 2018. Diakses 8 September 2020 [online]. Tersedia pada https://kumparan.com/millennial/guru-besar-ui-orang-hukum-harus-pandai-bahasa-inggris-dan-matematika-27431110790555890

[3] Hukumonline.com, 4 Hal yang Perlu Diketahui Anak Hukum Sebelum Masuk Dunia Kerja, 13 May 2015. Diakses 8 September 2020 [online]. Tersedia pada https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5552cb5d21d9d/4-hal-yang-perlu-diketahui-anak-hukum-sebelum-masuk-dunia-kerja/

(9)

2020 [online]. Tersedia pada https://fh.widyagama.ac.id/visi-misi/

[5] Fakultas Hukum Universitas Widyagama, Mata Kuliah Kurikulum Tahun Akademik 2017/2018, 2019. Diakses 8 September 2020 [online]. Tersedia pada

https://fh.widyagama.ac.id/mata-kuliah-semester-gasal-tahun-akademik-20172018/

[6] H. Basturkmen, Developing Courses in English for Specific Purposes, Hampshire, New York: Pallgrave Macmillan, 2010.

[7] J.W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, 4th edition, California: SAGE Publications, Inc, 2014.

[8] I. Etikan, S.A. Musa, R.S. Alkassim, “Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling”, American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 5(1), pp. 1-4, 2016.

[9] M. Rahardjo, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, GEMA: Media Informasi dan Kebijakan Kampus, 15 Oktober 2010. Diakses 8 September 2020 [online]. Tersedia

pada

https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html

[10] Z. Dörnyei, Research Methods in Applied Linguistics: Quantitative, Qualitative, and Mixed Methodologies, Oxford: Oxford University Press, 2007.

[11] T. Nemoto dan D. Beglar, “Developing Likert-scale questionnaires,” in JALT 2013 Conference Proceedings, N. Sonda & A. Krause, Eds. Tokyo: JALT, 2014. Diakses 8

September 2020 [online]. Tersedia pada

https://jalt-publications.org/sites/default/files/pdf-article/jalt2013_001.pdf

[12] M.B. Miles, A.M. Huberman, J. Saldaña, Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook, 4th edition, California: SAGE Publications, Inc, 2019.

(10)

Seminar Nasional Hasil Riset Prefix - RHS

Gambar

Gambar 1. Pilar English for Specific Purposes [1]

Referensi

Dokumen terkait

Dengan sorotan global pada pasar hewan hidup yang menjual satwa liar bersama spesies domestik, termasuk anjing dan kucing untuk diambil dagingnya, komunitas global dan

In the particular case of soil colour the collection of reliable ground data can be cumbersome due to measuring methods, colour communication issues, and other practical factors

Router dapat digunakan untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke sebuah jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork, atau untuk membagi sebuah

penjualannya, Kantor Pelabuhan Laut Batam mengambil kebijakan penjualan jasa secara kredit dengan jumlah pelanggan lebih kurang 405 sampai dengan 2014 dengan volume

Setibanya di bumi/dunia, Raja Tunggal Sangumang, Darung Bawan, dan Patahu mencari tahu, di mana mereka bisa menemukan para pemuda dari bangsa manusia yang terkenal sakti

Modus membesarkan kapasitas daya Miniature Circuit Breaker (MCB) merupakan salah satu jenis tindak pidana, dikarenakan dilakukan dengan mengambil daya listrik untuk digunakan

Maka penulis mengajak dan menganjurkan kepada guru pendidikan jasmani khusunya guru penjas SD Negeri Cigondewah untuk menerapkan permainan tradisional dalam pembelajaran

(stakeholders) telah melakukan perencanaan berapa kegiatan dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Teluk.. Cenderawasih pada kurun waktu 20