• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi

Heldanita

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: heldanitali@gmail.com

Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, Vol. 3 No. 1 Maret 2018

Diterima: Direvisi: Disetujui:

e-ISSN: DOI:

Abstract

Actually everyone has different creativity, both children and adults. Almost all jobs demand creativity, especially being a teacher, because the more creative a teacher is, the more enjoyable the learning will be. This researh aims to find out how the development of creativity through exploration, focused on the creativity of early childhood. This research is a literature study by examining some of the literature relating to creativity in exploration with documentation methods. The results show that: 1) The environment of family, parents, environment and teachers is an important factor in developing children's creativity, 2) the development of children's creativity can also be developed by utilizing the surrounding environment as a child's residence and activities that utilize the surrounding environment as the media for example, learning in nature and outbond learning, 3) the development of children's creativity actually grows since the child is in infancy, so as early as possible the child needs to be given a stimulus so that parents can understand the skills, intelligence and needs of children, so that children can develop well, 4 ) the development of children's creativity varies from each stage of child development and also different ways to stimulate it.

Abstrak

Sejatinya setiap orang mempunyai kreativitas yang berbeda-beda, baik anak-anak maupun orang dewasa. Hampir semua pekerjaan menuntut kreativitas, terutama menjadi seorang guru, karena semakin kreatif seorang guru, maka semakin menyenangkan juga pembelajaran yang berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kreativitas melalui eksplorasi, terfokus pada kreativitas anak usia dini. Penelitian ini merupakan kajian literatur dengan mengkaji beberapa literatur yang berkaitan dengan kreativitas dalam eksplorasi dengan metode dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Lingkungan keluarga, orangtua, lingkungan dan guru menjadi salah satu faktor penting dalam mengembangkan kreativitas anak, 2) perkembangan kreativitas anak juga dapat dikembangan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai tempat tinggal anak dan kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai medianya misalnya, belajar pada alam dan outbond learning, 3) perkembangan kreativitas

(2)

anak sejatinya tumbuh sejak anak berada pada masa bayi, sehingga sedini mungkin anak perlu diberikan stimulus agar orangtua dapat memahami kecakapan, kecerdasan dan kebutuhan anak, agar anak dapat berkembang dengan baik, 4) perkembangan kreativitas anak berbeda-beda dari setiap tahap perkembangan anak dan juga berbeda-beda cara menstimulasinya.

Kata kunci : Perkembangan Kreativitas Anak, Eksplorasi

Pendahuluan

Kreativitas memainkan peranan dalam pembelajaran semua anak. Dengan memberi perhatian pada respons-respons emosional dan estetika terhadap pembelajaran, kreativitas akan meningkatkan pemahaman dan mendorong perkembangan. Kreativitas dapat mempertajam bagian-bagian otak yang berhubungan dengan kognitif murni. Dengan mengembangkan dan menggunakan semua kekuatan otak, pembelajaran akan bisa dimaksimalkan. Ide kreatif sering kali muncul dari eksplorasi atau penjelajahan individu terhadap sesuatu. Eksplorasi dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian mereka. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan cara mengamati dunia sekitar sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung. Pengamatan tersebut bisa berupa lingkungan, diantaranya hutan, bukit, pasir, laut, kolam, dan lingkungan alam lainnya.

Definisi Kreativitas

Kreativitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal yang berwujud ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian untuk menemukan sesuatu yang baru (inventiveness). Menghasilkan atau menemukan sesuatu yang baru di sini benar-benar harus dipahami sebagai “menghasilkan” dan “menemukan”, tidak lebih dan tidak kurang. Jadi, kreativitas itu sebenarnya “sekedar” menemukan dan menghasilkan sesuatu yang sesungguhnya sudah ada, tetapi masih tersembunyi.

Kreativitas berasal dari kata „to create‟ artinya membuat. Dengan kata lain, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah, atau produk (Momon Sudarma, 2013: 9). Ada pula yang mengatakan “Kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.” Istilah kreativitas mula-mula diambil dari bahasa Inggris. Yaitu dari kata dasar to create (transitive verb) yang berarti to cause (something new) dan to exist; produce (something new), menyebabkan (sesuatu yang baru) dan mengadakan, menghasilkan (sesuatu yang baru) (Utami Munandar, 2009:12).

Seperti yang diketahui bersama bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga tidak dapat terpisahkan. Bila disederhakan, kita dapat melihat kreativitas itu ke dalam empat aspek. Pertama, kreativitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energi (power) yang ada da-lam diri individu. Energi itu menjadi daya dorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu

dengan cara atau untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Kedua, kreativitas dimaknai sebuah

proses. Kreativitas adalah proses mengolah informasi, melakukan sesuatu atau membuat sesuatu. Kreativitas adalah sebuah proses. Dalam kamus kreativitas diartikan “involving the use of skill and the imagination to produce something new or a work of art”. Ketiga, kreativitas adalah se-buah produk. Penilaian orang lain, terhadap kreativitas seseorang, akan dikaitkan dengan produknya. Maksud dari produk ini, dalam pengertian produk pemikiran (ide), karya tulis,

(3)

atau produk dalam pengertian barang. Keempat, kreativitas dimaknai sebagai person. Kreatif tidak dialamatkan pada produknya, pada prosesnya, atau ada pada energinya. Kreativitas di-maknakan pada individunya.

Sudah ada karena sudah diciptakan semuanya oleh Allah. Tersembunyi karena kita belum dikarunai pengetahuan tentangnya. Karena hanya Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu (wasi’a kulla syai-in ‘ilmaa), dan pengetahuan kita terbatas, maka banyak hal yang masih tersembunyi bagi diri kita, kita harus mengikuti proses-proses yang sudah ditetapkan Allah untuk ikuti. Jadi, sekali lagi kreativitas disini sama sekali tidak boleh dipa-hami sebagai mencipta. Karena sesungguhnya mencipta merupakan hak mutlak Allah, yang tidak dilimpahkan kewenangannya.

Lima tahapan yang harus dilalui oleh orang-orang yang kreatif dan calon orang-orang kreatif. Tahapan berpikir kreatif yang terdiri dari: 1) orientasi (pandangan), 2) preparasi (sediaan), 3) inkubasi (masa tunas), 4) iluminasi (penerangan), dan 5) verifikasi (pemeriksaan kebenaran). Kreativitas dalam pengertian kreativitas anak tidak ditekankan pada kemanfaatan atau nilaisolusinya pada permasalahan nyata. Apalagi pada pengembangannya sampai pengembangan teknologi. Karena kreativitas anak merupakan tahapan paling awal dar seluruh tahap-tahap kreativitas yang ada, maka kreativitas anak justru dimaksudkan sebagai landasan kokoh untuk hadirnya kreativitas yang sejati. Membangun kreativitas anak berarti membangun pondasi kreativitas itu sendiri.

Ibarat bangunan, fondasi itulah yang akan menentukan wujud bangunan finalnya. Kalau fondasinya saja dangkal, tak mungkin diatasnya berdiri bangunan tingkat lima. Semakin kuat dan tinggi bangunan yang akan didirikan diatasnya, semakin dalam dan kuat pondasi yang harus dibangunnya. Dan untuk membangun fondasi yang kuat serta dalam, membutuhkan waktu yang sangat lama, melebihi waktu yang dibutuhkan untuk membangun pondasi rapuh dan dangkal. Sayangnya, pondasi ini tidak terlihat oleh kita setelah bangunan berdiri. Kita tidak tahu seberapa kuat dan dalamnya sebuah pondasi. Tetapi kita tahu ilmunya, kita dapat melakukan perbandingan. Dengan melihat bangunan yang ada, kita dapat mengetahui seberapa dalam dan beberapa kuat pondasi yang ada dibawahnya.

Kreativitas anak juga demikian. Sebagai fondasi, ia sangat membutuhkan penggarapan yang serius. Tetapi karena sifat pondasi itu tidak tampak, maka banyak orangtua yang mengabaikannya. Menganggap sepele dan tidak penting. Apalagi kalau kita lihat kenyaataannya bahwa proses kreatif anak memang cenderung merepotkan orangtua, maka ini semakin melegitimasi sikap orangtua yang selama ini menyepelekan arti kreativitas anak. Orangtua semakin acuh dan tidak mengambil langkah-langkah penting untuk membangkitkan dan membina kreativitas anak. Setelah anak dewasa, ternyata menjadi pribadi yang lembek, merepotkan orangtuanya, tidak punya inisiatif, dan tidak bertanggung jawab. Orangtua baru tersadar dari kekeliruannya selama ini. Tetapi kesadaran itu sudah sangat terlambat. Karena ia sendiri harus menyiapkan segala sesuatunya untuk menghadap yang Maha Kuasa.

Kreativitas anak adalah segala proses yang dilalui oleh anak dalam rangka melakukan, mempelajari, dan menemukan sesuatu yang baru yang berguna bagi kehidupan dirinya dan orang lain. Untuk sampai di terminal akhir, yaitu penemuan sesuatu yang baru. Seorang anak atau sekelompok anak akan mengalami serangkaian perjalanan panjang. Dalam perjalanannya itu, mungkin seorang anak atau sekumpulan anak akan terhenti di titik tertentu (terminal

(4)

antara) dan tidak pernah melanjutkan perjalanan lagi, sehingga tidak pernah sampai ke tujuan akhirnya atau mungkin berhenti di titik tertentu untuk beristirahat karena lelah, lalu melanjutkan perjalanannya hingga akhir, atau bahkan mungkin berjalan tanpa henti sampai mencapai batas akhir. Kalau kreativitas diibaratkan sebagai sebuah perjalanan, maka kreativitas disini dapat dipandang sebagai tahapan paling awal dari sebuah perjalanan panjang, maka dapat dipastikan kalau hasilnya belum tentu tercapai kalaupun ada hasil, ukurannya sangat kecil atau bersifat sementara.

Pendekatan dan teori kreativitas

Pendekatan dalam studi kreativitas yang menjadi kerangka konseptual dan strategi selama ini, dilakukan masing-masing dengan penekanan berbeda-beda. Isu yang diangkat dalam studi kreativitas paling sedikit melibatkan lima pertanyaan yaitu siapa, apa, bagaimana, mengapa dan dimana. Kelima pertanyaan tersebut masing-masing menyangkut kepada perspektif orang kreatif, proses kreatif, produk kreatif, dan dorongan-dorongan kreatif, dan tempat dimana kreativitas itu berkembang. Studi yang memusatkan perhatian kepada perspektif person berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan, “siapakah orang yang kreatif” aspek-aspek yang diungkap adalah profil kepribadian orang kreatif, seperti sikap, minat, motivasi, dan gaya berpikir (Masnipal, 2013:215).

Salah satu contoh penelitian tentang kreativitas dihubungkan dengan ranah (domain) kepribadian dilakukan oleh McCrae (1987). Studi yang melibatkan 268 pria ini dalam ringkasan laporannya menyatakan: “that creativity is particularly related to the personality domain of openness to experience”. Di Indonesia, studi tentang ciri-ciri kepribadian orang kreatif diawali oleh Munandar (1977) terhadap 30 psikolog, walaupun baru terbatas pada penilaian (rating) teoretis. Sebenarnya studi empiris di Indonesia yang memusatkan perhatian pada dimensi orang kreatif sebagai fokus utamanya untuk pertama kali dilakukan oleh Dedi Supriadi (1989) yang mengkaji karakteristik kepribadian, latar belakang kehidupan dan pengalaman-pengalaman dari ilmuan junior dan senior, dengan menggnakan survei dan studi kasus.

Studi kreativitas dapat pula didekati berdasarkan teori yang digunakan. Oleh karena teori kreativitas sangat beragam dan sulit mencari teori yang mampu menjelaskan secara komprehensif fenomena kreativitas karena sifat multidimensinya, maka beberapa ahli berusaha membagi dalam beberapa kelompok. Gowan membagi teori kreativitas ke dalam lima kelompok yaitu:

1. Kognitif, rasional, dan semantik

2. Faktor-faktor kepribadian dan lingkungan

3. Kesehatan mental dan penyesuaian diri

4. Psikoanalitik dan neopsikoanalitik

5. Psikodelik, eksistensial dan nonrasional

Teori psikoanalitik memandang bahwa proses ketidaksadaran mendasari kreativitas. Kreativitas individu muncul dari hasil mengatasi suatu masalah yang dimulai pada lima tahun pertama dari kehidupan. Dari sudut mekanisme pertahanan, kedua tokoh pakar psikologi itu menjelaskan bahwa proses kreatif merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran dari ide-ide yang tak dapat diterima. Freud meyakini bahwa walaupun kebanyakan mekanisme pertahanan dapat merintangi produktivitas kreatif, akan tetapi mekanisme sublimasi atau regresi penyebab utama kreativitas.

(5)

Teori humanistik melihat kreativitas terutama sebagai fungsi aktualisasi diri yang tertinggi pada manusia. Orang yang hidup dengan kreatif memiliki tiga kondisi internal dalam dirinya yang berfungsi baik, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan menilai situasi, dan kemampuan bereksperimen. Teori faktor dan sifat lebih memandang kreativitas sebagai fungsi berbagai faktor dan ciri kemampuan intelektual individu. Sifat dan ciri tersebut dengan dipelajari dari operasi kognisi, berpikir divergen, konvergen, ingatan dan evaluasi melalui simbol, gambar,bahasa dan perilaku.

Teori asosiasi lebih melihat kreativitas sebagai hasil dari proses asosiasi dan kombinasi-kombinasi antara elemen-elemen yang telah ada untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Teori kognitif rasional memandang kreativitas sebagai proses fungsi kemampuan kognitif, terutama kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah.

Cara Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini

Kreativitas dimiliki semua individu walaupun dengan derajat yang berbeda-beda, dapat dipelajari, dimanipulasi dengan sengaja dan perlu dikembangkan. Lingkungan anak terutama keluarga, orang tua dan guru menjadi faktor penting selain motivasi instrinsik anak dalam usaha menumbuhkembangkan kreativitas anak usia dini. Hal ini berarti disamping perlu memahami, mendukung dan berbuat. Orangtua perlu turut campur secara aktif dalam mengembangkan kreativitas anaknya. Orangtua perlu menyediakan, memberikan lingkungan yang mampu mendukung munculnya kreativitas anak, terutama memasukkan anak kepada lembaga pendidikan anak usia dini atau taman kanak-kanak yang memang berorientasi pengembangan kreativitas anak dan tidak sekedar sekolah.

Tidak sulit merangsang tumbuhnya kreativitas anak usia dini karena karkteristik mereka memang menyukai sesuatu yang baru, asyik dan menarik. Rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu yang baru dan menarik dapat menjadi modal bagi guru untuk menciptakan pembelajaran kreatif. Tumbuhnya kreativitas dalam diri anak 90% tergantung dari guru 10% dari lingkungan sebagai penyedia sumber belajar beragam. Guru kreatif akan menciptakan anak didk yang kreatif. Jadi munculnya kreativitas anak sangat tergantung dari usaha guru membuat anak itu kreatif,bukan karena faktor keturunannya. Semua anak itu pada dasarnya kreatif,tergantung usaha yang dilakukan oleh dewasa sekitar anak dalam menciptakan lingkungan yang membuat kreativitas anak tumbuh subur. Mengembangkan kreativitas kepada anak usia dini berarti kita mengasah agar anak mampu berpikir lancar, berpikir lentur, berpikir original dan berpikir rinci. Ini termasuk ke dalam cara berpikir menyebar. Meskipun kreativitas itu merupakan itu merupakan wilayah pengembangan kognitif, tetapi untuk merangsangnya melibatkan semua aspek pengembangan, seperti melalui berbahasa, gerak fisik, hubungan sosial, emosional. Keberanian mengungkapkan gagasan yang tidak biasa misalnya adalah bentuk kemampuan emosional. Oleh karena usia dini belajar melalui indra dan permainan, maka kreativitas juga dikembangkan melalui kedua hal itu. Harus diusahakan indra anak menangkap banyak hal bervariasi, baik bentuk, warna, jenis, dan ragamnya. Usahakan pula permainan yang disuguhkan selalu baru dan bukan itu-itu terus. Beberapa tips untuk guru dalam memancing kreativitas anak usia dini adalah:

1. Kembangkan tema lebih jauh, lebih luas, lebih dalam dan lebih variatif, tidak menyerah

(6)

2. Gunakan ide-ide anda untuk meramu sesuatu yang menarik untuk disajikan kepada anak. Anda harus meramu dan meyajikan makanan kreativitas yang enak dan disukai anak. Sajikan pembelajaran yang selalu berbeda, baik metode pembelajaran, sumber atau media belajar yang digunakan.

3. Suguhkan pembelajaran yang selalu baru atau diperbaharui, terutama menyangkut

sumber belajar, media yang digunakan dan jenis permainan.

4. Jangan tuntaskan kegiatan dalam pembelajaran, tetapi sisakan sepertiga bagian

kesempatan bagia anak untuk berpikir, berbuat mandiri, sesuai kreasinya.

5. Minat anak terhadap sesuatu adalah awal tumbuhnya kreativitas,minat adalah kendaraan

bahagia anak untuk memacu kreativitas

6. Kreativitas dapat muncul melalui berbagai kegiatan yang disukai anak.

Pengembangan Kreativitas Melalui Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan untuk mengamati (Anik Pamilu, 2007: 52). Ide kreatif sering kali muncul dari eksplorasi atau penjelajahan individu terhadap sesuatu. Eksplorasi dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik mereka. Kegiatan seperti ini dilakukan dengan cara mengamati dunia sekitar sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung. Pengamatan tersebut dapat berupa lingkungan, diantaranya hutan, bukit, pasir, laut, kolam, dan lingkungan alam lainnya.

Eksplorasi dapat dikatakan sebagai kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dan situasi yang baru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 254). Adapun kegiatan eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak, terutama sumber alam yang terdapat di tempat itu. Eksplorasi merupakan jenis kegiatan permainan yang dilakukan dengan menjelajahi atau mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal tertentu sesuai sambil mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan. Tujuan kegiatan eksplorasi taman kanak-kanak adalah belajar mengelaborasi dan menggunakan kemampuan analisis sederhana dalam mengenal suatu objek. Anak dilatih untuk mengamati benda dengan seksama, memperhatikan setiap bagiannya yang unik, serta mengenal cara hidup atau cara kerja objek tersebut (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 55).

Kegiatan yang dapat dikembangkan berkenaan dengan pegembangan kretaivitas anak melalui eksplorasi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar tempat ting-gal anak, atau juga kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai median-ya misalnmedian-ya, belajar pada alam sekitar (BALS), Mediated Learning Experience, dan Outbond Train-ing.

Perkembangan kreativitas tumbuh sejak anak berada pada masa bayi. Sehingga sedini mungkin anak perlu diberikan stimulus agar orangtua dapat memahami kecakapan, kecerdasan, dan kebutuhannya. Tujuannya agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, seiring berjalannya waktu, orangtua mampu mengarahkan anak sesuai dengan bakat, minat dan kebutuhannya demi keberlangsungan masa depan anak. Pengembangan fisik anak sangat penting untuk mengembangkan kreativitas. Bayi dan balita mengembangkan otak dengan: mengisap, menggenggam, merayap, merangkak, memanjat, rasa kecap, dst. Demikian pula pada anak-anak yang lebih besar. Karena itu, pada masa anak-anak jangan dilupakan

(7)

gerak fisik anak yang harus dibantu perkembanganya. Anak harus diprioritaskan kesehatannya agar seluruh panca indra dan motorik dapat bekerja optimal. Perkembangan fisik terutama otak manusia sangat berperan dalam pengembangan tingkah laku termasuk akhlak dan budi pekerti. Karena itu, semua kreativitas yang terbentuk sejak kecil seharusnya mengarah untuk pengenalan dan penataan jalan menuju hidup yang bermanfaat (Nurhalim Shahib, 2010: 31-32).

Awal masa eksplorasi yaitu memasuki usia 3 bulan, biasanya bayi mulai melakukan eksplorasi tubuh, yang merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus terjadi pada bayi. Jika si kecil memegang-megang jari-jemari tangan atau kakinya, itu bukan sekedar iseng. Sebenarnya ia tengah melakukan pengamatan pada lingkungan. Artinya, perkembangan sosial dan personal sosial normal. Bahkan, eksplorasi tubuh dapat meningkatkan keterampilan motorik halus bayi dengan merangsang fungsi-fungsi di dalam otaknya (Maimunah Hasan, 2013: 60). Jadi jika bayi terlihat pasif dan tidak pernah mengeksplorasi tubuhnya, orangtua patut curiga. Jangan-jangan ada sesuatu yang tidak beres padanya. Kemungkinan secara fisik ia bermasalah. Kendala pada fungsi penglihatannya, akan membuat bayi menjadi tidak mampu melakukan pengamatan pada anggota tubuhnya. Mungkin juga terjadi masalah pada anggota geraknya, seperti kelumpuhan tangan atau kaki, sehingga ia tidak bisa mengangkatnya untuk diamati. Kalau ada kecurigaan seperti ini, sebaiknya orangtua segera berkonsultasi pada ahlinya.

Pada yang tumbuh normal usia 3-4 bulan mulai mengeksplorasi tubuhnya atau sebelum ia bisa tengkurap. Hal ini disebabkan karena anggota tubuh merupakan bagian terdekat atau mudah terjangkau oleh bayi dan dimulai dari tangan yang merupakan bagian tubuh terdekat. Pada awalnya dia akan mengamati satu tangan, kemudian kedua-duanya. Pengamatan akan dilakukan berulang-ulang hingga ia mencapai pada suatu kemampuan baru, misalnya bisa memasukan jari-jemarinya ke mulut. Pada usia 4-5 bulan, si kecil mulai mengeksplorasi ke arah kaki. Itu pun akan dilakukannya berulang kali sampai ia berhasil mencicipi tapak kaki mungilnya dengan mulut. Oleh karena itu, usia bayi identik dengan fase oral karena kepua-san bereksplorasi baru didapat saat ia sudah memasukan semua hal yang ingin diketahuinya ke mulut. Semua anggota tubuh yang dapat dilihat ingin dieksplorasi, mulai dari tangan, kaki, hingga perut. Setelah si kecil dapat duduk, tengkurap, atau merangkak, penjelajahannya akan berlih ke anggota tubuh lain dan pada hal lain di sekitarnya.

Demikianlah anak pada masa bayi sudah memiliki kemampuan eksploratif, walaupun masih dalam taraf yang sederhana. Namun, perilaku ekploratif yang sederhana tersebut jika disimulasi dengan baik, maka anak akan berkembang dengan baik pula. Pada usia 8 bulan penglihatan dan pendengaran merupakan stimulus yang sangat berhubungan bagi perkem-bangan kreativitas. Pengamatan ini dilakukan pada seorang anak kecil bernama Dachy. Si kecil Dachy pada saat usianya 8 bulan, dia sangat tertarik pada saat dikumandangkan adzan Maghrib di TV, sehingga membuat kedua orangtuanya dan kakaknya menjadi sangat terkesan

kepada perkembangan si kecil tersebut. Kebiasaan ini berlanjut sampai dia berkata aba,

(mak-sudnya Akbar, karena pada usianya lebih kurang 15 bulan dia belum mampu mengucapkan

lengkap Allahu Akbar).

Pengembangan rasa kecap terjadi pada saat usia Dachy lebih kurang berusia 1 tahun. Dia sudah tidak mau lagi rasa makanannya yang hambar. Dia mulai memilih agak ke arah gurih, tetapi tidak terlalu asin ataupun terlalu manis. Perkembangan fisik lainnya diikuti dengan daya

(8)

imajinasi yang kuat dan kemampuan meniru sangat tinggi (dimulai pada usia lebih kurang 2 tahun). Hal ini diperlihatkannya ketika melihat acara hiburan televisi. Dia mengambil botol

susunya lalu ikut bernyanyi, seolah-olah botol susu tersebut adalah mikrofon (microphone). Hal

ini berarti kemampuan imajinasi telah berkembang pula, dia membayangkan seperti arts

menyanyi. Kemudian daya kreasi diperlihatkannya, dia menjadikan botol susunya sebagai mikrofon. Pengembangan otak sangat berkaitan dengan aktivitas fisik, apalagi bila dapat dil-akukan secara rutin. Oleh karena itu, hendaknya kegiatan akademik harus meliputi kegiatan belajar dan pembinaan fisik.

Berdasarkan analisis cerita di atas berkaitan dengan perkembangan kreativitas melalui ek-plorasi dapat dilihat bahwa perkembangan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan dan beriringan. Dalam perkembangan kreativitas melalui eksplorasi di atas, mula-mula anak melibatkan aspek kognitifnya yaitu mengenal dan mengingat-ngingat kembali apa yang didengar oleh Dachy. Karena seringnya mendengarkan adzan timbulah rasa tertarik dorongan untuk terus mendengarkan, hal ini berkaitan dengan aspek afektif. Kemudian Dachy mulai menirukan adzan dan dilakukan dengan prosedur, dengan tepat dan baik, serta melakukan tindakan secara alami yang sesuai dengan aspek psikomotor. Seperti yang sudah diutarakan di atas, bahwa pengembangan otak berkaitan dengan aktivitas otak. Hal ini sejalan dengan pengembangan kreativitas melalui eksplorasi yang melibatkan gerak tubuh.

1. Meningkatkan Daya Eksplorasi Anak

Melalui kegiatan bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaat-kan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan bermain dapat menggunkan simbol untuk menggambarkan du-nianya. Pembelajaran harus dirancang sedemikian sehingga melalui bermain anak-anak menemukan konsep dengan suasana yang menyenangkan dan tidak terasa telah belajar sesua-tu dalam suasana bermain yang menyenangkan. Sudono mengatakan bahwa bermain juga dapat memberikan kesempatan lebih banyak kepada anak-anak untuk berekplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipahami anak dengan lebih mudah. Dalam mengembangkan kreativitas melalui eksplorasi dapat dil-akukan dengan belajar sambil bermain dan meldil-akukan karyawisata (Dwi Yulianti, 2010: 25).

Alam merupakan sarana bermain anak yang mampu meningkatkan daya eksplorasi anak. Jika biografi itu kita simak secara seksama, ternyata mereka mampu mengembangkan daya nalarnya dan mempunyai riwayat bebas bereksplorasi dengan semua hal. Misalnya, riwayat hidup ahli Matematika Steward. Ia bisa membuat rumus dengan pendekatan yang tidak ter-duga. Daya pikir nalarnya terasah karena selalu bermain di alam. Ia bebas bereksplorasi dengan semua hal dan tidak dibatasi seperti kebanyakan anak-anak kota (Maimunah Hasan :280-281).

Berani Kotor membiarkan anak bereksplorasi di alam identik membuat anak kotor karena jenis permainan dan alat bermain yang dipergunakan dapat mengakibatkan tubuh, pakaian, dan tempat bermainnya kotor dan berantakan. Alat bermainnya sendiri mencakup benda yang secara umum dianggap kotor ataupun yang tidak kotor, misalnya, dari bedak, tanah,

(9)

sampai lumpur. Tanah dan lumpur sering dipermasalahkan karena jorok. Padahal, tanah dan sejenisnya meruapakan bagian dari alam yang perlu diperkenalkan pada anak. Mengapa demikian? Inilah beberapa manfaatnya:

a. Menanamkan nilai

Ketika menikmati keindahan alam, orangtua bisa memasukan nilai-nilai yang diang-gap penting. Misalnya, perlunya menjaga kebersihan lingkungan, tidak membunuh hewan, merawat tanaman, dan sebagainya.

b. Berekspresi lebih bebas

Saat berada di alam terbuka, anak bisa lebih bebas berekspresi. Ia bisa berteriak, ber-lari, atau melompat tanpa mengalami hambatan.

c. Memberikan kepuasan

Kepuasan yang didapat anak dengan bermain di alam bebas tidak akan sama dibandingkan saat bermain di tanam bermain, di rumah, atau di mall.

d. Lebih percaya diri

Anak-anak yang terbiasa bermain di alam akan tumbuh lebih percaya diri. Misalnya, saat melihat katak di kubangan air, ia tidak merasa takut.

e. Eksplorasi

Manfaat utama bermain kotor-kotoran adalah memberi kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Berbagai hal bisa dilakukan meski dengan sarana terbatas. Ia akan coba merasakan, menciumi aroma atau baunya dan meraba benda-benda yang dianggap asing. Eksplorasi yang cukup akan membuat daya nalar anak kian terasah.

f. Latihan motorik halus

Membuat bermacam bentuk dari pasir atau adonan tepung akan melatih keterampilan tangan atau motorik halusnya.

g. Mengasah kepekaan

Anak akan belajar membedakan butiran tepung dan butiran pasir

h. Mengasah kreativitas

Aneka bentuk yang dicoba dan dibuat akan mengasah kreativitasnya. Misalnya bagaimana membuat telapak kaki kucing dengan meletakan kepala jari tangan di atas pasir

i. Rileks

Bermain kotor-kotoran jelas sangat menyenangkan. Anak akan merasa lebih rileks melakukannya.

2. Bentuk-bentuk Pembelajaran Eksplorasi

Sekilas telah disebutkan di atas, bahwa pengembangan kreativitas anak melalui eksplorasi dapat menggunakan lingkungan sebagai medianya dengan melalui tiga hal yaitu, Belajar pada Alam Sekitar (BALS), Mediating Learning Eksperience, dan Outbond Training.

Pertama, Belajar pada Alam Sekitar (BALS) adalah bentuk pembelajaran yang anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi, dan ukuran melalui alam. Anak juga dapat meniru dan membuat duplikasi alam sesuai imajinasi dan kemampuannya. Alam melatih anak, dan kemampuan berpikir mereka (Yeni Rachmawati dan Euis Kuriati, :57).

Kedua, Mediated Learning eksperience adalah proses pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran. Guru dapat mengamati dan memilih benda apa saja yang disekitar anak, utuk selanjutnya benda tersebut dieksplorasi secara mendalam sehingga

(10)

didapatkan pengetahuan baru. Ketiga, Outbond Training, merupakan metode yang cukup efektif untuk melatih kepemimpinan, kepercayaan diri, kerja sama, kemandirian, dan perkembangan lainnya pada anak.

Manfaat Kreativitas Melalui Eksplorasi

Idealnya jika melihat penjelasan sebelumnya bahwa eksplorasi melibatkan lingkungan di sekitar. Sehingga sangat mempengaruhi kehidupan anak. Semakin anak mengenal lingkungannya maka akan bertambah pengetahuannya dan ide-idenya. Dijelaskan bahwa kegiatan eksplorasi akan memberikan kesematan pada anak untuk memahami dan memanfaatkan jelajahnya berupa:

1. Wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata,

2. Menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu telah ataupun baru diketahuinya,

3. Memperjelas konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya,

4. Memperoleh pemahaman peran penting kehidupan manusia dengan berbagai siatuai dan

kondisi nyata,

5. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar

serta bagaimana manfaatkannya. Simpulan

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah, atau produk. Eksplorasi adalah kegiatan untuk mengamati. Ide kreatif sering kali muncul dari eksplorasi atau penjelajahan individu terhadap sesuatu. Eksplorasi dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik mereka.

Pengembangan kreativitas anak melalui eksplorasi dapat menggunakan lingkungan

sebagai medianya dengan melalui tiga hal yaitu, Belajar pada Alam Sekitar (BALS), Mediating

Learning Eksperience, dan Outbond Training. Dijelaskan bahwa kegiatan eksplorasi akan memberikan kesempatan pada anak untuk memahami dan memanfaatkan jelajahnya berupa:

pertama, wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata. Kedua, menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu telah ataupun baru diketahuinya. Ketiga, memperjelas

konsep dan keterampilan yang telah dimilikinya. Keempat, memperoleh pemahaman peran

penting kehidupan manusia dengan berbagai situasi dan kondisi nyata. Kelima, memperoleh

pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan yang ada disekitar serta bagaimana manfaatkannya.

Daftar Pustaka

Hasan, Maimunah. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Diva Press.

Kuriati, Euis dan Yeni Rachmawati. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak di Taman

Kanak-kanak. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional RI.

Kuriati, Euis dan Yeni Rachmawati. 2012. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Kencana Perdana Media Group.

Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru Dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

(11)

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Pamilu, Anik. 2007. Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan, Panduan Lengkap Cara Mendidik

Anak untuk Orangtua. Yogyakarta : Citra Media.

Shahib, Nurhalim. 2010. Pembinaan Kreativitas Anak Guna Membangun Kompetensi. Bandung : P.T. Alumni.

Sudarma, Momon. 2013. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Wahyudin. A to ZAnak Kreatif. Jakarta : Gema Insani. 2007.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan jangka panjang: Penelitian ini dalam jangka panjang bertujuan membangun model pembelajaran berbasis Proses Berpikir Kausalitas dan Analitik (Model Pembelajaran

Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kagome Stuff adalah toko yang menjual berbagai produk produk seperti boneka, tas dan lain - lain Dalam penulisan ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan aplikasi web

Para peserta seleksi dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis kepada Kelompok Kerja Jasa Konsultansi ULP Pemerintah Kabupaten Tuban dalam waktu 5 (lima) hari

[r]

Meskipun ada banyak perbedaan doktriner dan teknik di antara berbagai organisasi taekwondo, seni

Jumlah responden dari 75 ibu yang memiliki anak usia prasekolah menggambarkan sebagian besar ibu dari anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal