• Tidak ada hasil yang ditemukan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari Agil Novianto 1), Hartono 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari Agil Novianto 1), Hartono 2)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Cosmos caudatus

-Cosmos caudatus

Agil Novianto1), Hartono2) 1,2Akademi Farmasi Nasional Surakarta

Email: agiel.novianto@gmail.com; tono_navsol@yahoo.co.id

Abstract

has good antioxidant activity. Kenikir on ethanolic extract hasIC acetate fraction of this has IC

fraction, it give deep opportunity to develop hepatoprotector. This research to know the effective of etyl

treatments give for seven days.At 7th day, 30 minute after last dose, all rats give paracetamol. At the

Keywords: Hepatoprotector, Kenikir, paracetamol, ethyl acetate

Abstrak

Penggunaan parasetamol dalam dosis toksik dapat memicu terjadinya kerusakan liver yang ditandai dengan terjadinya nekrosis dan kenaikan kadar enzim seperti SGPT dan SGOT (aminotransferase). Penggunaan ekstrak etanol kenikir terbukti mampu mencegah kerusakan liver yang disebabkan oleh paracetamol.Kenikir terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang baik.Kenikir dalam bentuk ekstrak etanol memiliki IC50

peluang yang lebih dalam pengembangkan hepatoprotektor.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas fraksi etil asetat kenikir pada tikus yang diinduksi parasetamol. Kerusakan liver diinduksi dengan menggunakan paracetamol (2,5 g/kg BB) dan parameter biokimia yang diteliti meliputi serum glutamate oxalate transaminase (SGOT) and serum glutamate pyruvate transaminase (SGPT) dengan menggunakan kurkuminoid 100 mg/kg BB) dan fraksi etil asetat kenikir dosis 281,25; 562,5; 1125 mg/ kg BB. Semua perlakuan diberikanselama tujuh hari. Pada hari ke-7, 30 menit setelah pemberian dosis terakhir dilanjutkan dengan pemberian paracetamol.Pada hari ke-9, dilakukan pengukuran

(2)

parameter biokimia.Fraksi etil asetat kenikir mampu memberikan efek hepatoprotektor pada tikus yang

dan SGOT.

: Hepatoprotektor, Kenikir, paracetamol, etil asetat

I.

Penyakit hati sampai saat ini masih menjadi problem kesehatan yang serius.Kerusakan hati dapat terjadi karena infeksi, virus, penggunaan obat, dan lingkungan (Singh, 2001).Parasetamol merupakan obat yang memiliki efek analgesic dan antipiretik, namun disisi lain penggunaan parasetamol dalam dosis berlebih ( 15 /hari) mampu menyebabkan kerusakan liver (Clark et al., 2012; Gestanovia 2007; Sabate et al., 2011; Clark

et al., 2012). Hal ini dapat terjadi karena proses

metabolisme parasetamol dalam liver membentuk metabolit reaktif yang dikenal dengan N-acetyl-p-benzoquinonemine (NAPQI). NAPQI berinteraksi secara kovalen dengan makromolekul hati pada bagian sistein dan mengakibatkan terjadinya oksidasi lipid dan menyebabkan kerusakan pada liver (Setty, 2007).

Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai obat tradisional mulai dikembangkan.Penggunan bahan alam atau herbal memainkan peran yang penting dalam menangani masalah kerusakan hati. Herbal disebut memiliki efek hepatoprotektif bila penggunaanya mampu menjaga fungsi sel-sel hati dan membantu mempercepat penyembuhannya (Hadi, 2000).Pada tahun terakhir fokus penelitian menggunakan herbal sebagai hepatoprotektif dievaluasi melalui mekanisme antioksidan (Said et al., 2002).Penelitian yang dilakukan oleh Maity pada tahun 2007, terdapat korelasi antara aktivitas

hepatoprotektif dengan aktivitas antioksidan

dari sampel yang digunakannya (Ichnocarpus

frutescens). Mekanisme hepatoprotektif dapat

dilihat dari kemampuan Ichnocarpus frutescens menangkal radikal bebas yang terbentuk dari proses oksidasi lipid akibat metabolit reaktif parasetamol yaitu NAPQI.

Kenikir (Cosmos caudatus K.) telah lama digunakan dalam konsep pengobatan tradisional. Secara tradisional daun ini juga digunakan sebagai obat penambah nafsu makan, lemah lambung, penguat tulang, dan pengusir serangga.Abas et al. (2003) menyebutkan bahwa ekstrak metanolik

kuersetin. Ekstrak etanol kenikir dosis 2.250 mg/ kgBB , memiliki efektivitas dalam menurunkan kadar SGPT pada tikus yang diinduksi paracetamol

(Setyawati, 2011).

Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat terdapat

Uji aktivitas antioksidan dengan metode penangkapan radikal DPPH (2,2’-difenil-1-pikril-hidrazil) menunjukkan ekstrak etanol memiliki IC50

etil asetat herba kenikir memiliki potensi daya antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan bentuk ekstrak etanol.Sejauh ini belum ada penelitian terkait dengan efek hepatoprotektor fraksi etil asetat kenikir. Hal ini memberikan peluang untuk dilakukan penelitian melihat efek hepatoprotektor dari fraksi etil asetat herba kenikir dengan parameter kadar SGPT dan SGOT

(3)

II.

Alat dan bahan yang digunakan adalah daun kenikir, tablet parasetamol 500 mg (Kimia Farma), kurkuminoid, CMC Na (Brataco), aquadest, etanol 70 % dan ethyl acetat (Brataco).Hewan uji tikus jantan galur wistar berat 150-200g.Reagen Folin ciocicalceteu. Spuit oral (Terumol) setrifuge sigma, kit SGPT, mesh (One med), water bath, pelat KLT silica G 60 F 254 (Merk), Fotometer Clinicon.

Pembuatan Ekstrak Etanol 70 % Kenikir. Daun kenikir yang telah dikeringkan diambil sebanyak 2 kg untuk dilakukan ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi. Herba kenikir dimasukkan dalam bejana, kemudian ditambah dengan 15 literetanol0 %, ditutup dan biarkan selama 5 hari, diserkai, dan ampas diperas. Sari etanol selanjutnya dilakukan pemekatan sampai dihasilkan ekstrak etanolik kenikir

Pembuatan Fraksi etil asetat kenikir. Seratus gram ekstrak etanolik kenikir disuspensikan dalam air panas sebanyak 100 ml. Dilakukkan fraksinasi dengan menggunakan hexane 50 ml sebanyak dua kali. Fraksi air hasil proses fraksinasi selanjutnya difraksinasi ulang dengan menggunakan pelaruut etil asetat 50 ml sebanyak dua kali. Hasil fraksi etil asetat selanjutnya dilakukan pemekatan.

Uji aktivitas hepatoprotektor. Uji hepatoprotektor dilakukan mengikuti rancangan yang dilakukan pada (Hurkadale et al., 2012;

Paramaguru et al., 2011). Hewan uji dibagi enam kelompok. Kelompok I (normal ) diberi asupan aquades, Kelompok II (kontrol negatif) diberi CMC 1 %, Kelompok III (kontrol positif) diberi kurkuminoid 100mg/kg BB dalam CMC 1 %, Kelompok IV-VI (kelompok perlakukan) diberi fraksi etil asetat kenikir dengan dosis 281,25 mg/ kg BB, 562,5 mg/kg BB, dan 1.125 mg/kg BB.

Perlakukan sediaan uji selama 7 hari, pada hari ke-7, 30 menit setelah pemberian sampel uji dilanjutkan dengan induksi parasetamol dosis 2,5 g/kgBB secara peroral (Hurkadale et al., 2012; Paramaguru et al., 2011). Setelah 48 jam pemberian parasetamol, sampel darah diambil dari vena lateralis (vena ekor) (Somchit et al., 2005; Devaraj et al., 2011).. Sampel darah digunakan untuk analisis biokimia darah (SGPT dan SGOT).

III.

Pembuatan fraksi etil asetat kenikir dilakukan dengan teknik fraksinasi dimana fraksi air diekstraksi dengan etil asetat dengan perbandingan 2:1 dan dilakukan secara berkesinambungan. Hasil proses fraksinasi ini, diperoleh fraksi etil asetat sebanyak 27,28 gram atau rendemen sebanyak 1,36 % (dihitung dari bobot kering simplisia yang digunakan).

Pemberian sediaan uji dilakukan selama 7 hari baik itu kurkuminoid maupaun sedian uji berupa fraksi etil asetat kenikir dengan tiga variasi dosis yaitu 282,25 mg/kg BB (dosis I), 562,5 mg/ kg BB (dosis II), dan 1125 mg/kg BB (dosis III). Hasil pengujian parameter biokimia darah berupa SGPT dan SGOT yang ditetapkan 48 jam setelah induksi paracetamol diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter biokimia darah periode penelitian Kelompok Berat hati Rasio Hati Parameter biokimia darah akhir Normal 110,53 130,63 5,25 4,02 73,75 286,25 Paracetamol 111,93 135,4 5,96 4,25 195,80a 509,40a Kurkuminoid 129,67 141,53 6,07 4,29 78,50* 359,50* Dosis I 110,95 142,50 5,85 4,13 190,50* 405

(4)

Dosis II 123,10 143,33 5,20 3,63 168,67* 583,67

Dosis III 114,17 157,50 5,47 3,48 123,50* 376,50*

Gambar 1. Histogram pengaruh pemberaian

parameter SGPT dan SGOT

Berdasarkan data di atas, penggunaan paracetamol mampu menaikan kadar SGPT dan SGOT terlihat dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan perlakuan sediaan uji. Penggunaan kurkuminoid sebagai kontrol positif terlihat mampu menurunkan kadar SGPT dan SGOT. Penggunaan fraksi etil asetat kenikir mampu menurunkan SGPT dan SGOT.

IV. PEMBAHASAN

Uji hepatoprotektor dilakukan mengikuti rancangan yang dilakukan pada (Hurkadale

et al, 2012; Paramaguru et al., 2011), induksi paracetamol pada hari ke-7 dan dilakukan pemeriksaaan parameter biokimia darah 48 jam setelah induksi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk melihat lebih jauh efek hepatoprotektor dalam waktu yang lebih lama, sehingga akumulasi pemberian sediaan uji diharapkan lebih mampu mencegah terjadinya kerusakan liver.

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa kelompok kontrol negatif yang diberi induksi paracetamol memiliki kadar SGPT dan SGOT yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok lainya. Hasil analisa statistik dengan menggunakan metode one way Anova terlihat efek induksi Paracetamol dengan dosis toksik (2,5 g/kg BB) mampu memberikan kenaikan parameter

pada kelompok kontrol negative dibanding dua kelompok lainya (normal dan kurkuminoid) (p<0,05).

Pemberian fraksi etil asetat kenikir dengan tiga variasi dosis menunjukkan adanya efek hepatoprotektor.Hal ini dilihat dari parameter biokimia darah SGPT.Pemberian fraksi etil asetat kenikir mampu menekan kenaikan SGPT.Efek fraksi etil asetat kenikir sebagai hepatoprotektor menunjukkan hubungan yang sebanding dengan dosis yang diberikan (dependent dose), semakin tinggi dosis yang diberikan efek hepatoprotektor meningkat. Dosis tertinggi yaitu 1125 mg/kg BB (dosis III) memberikan efek hepatoprotektor secara

parameter biokimia pendukung yaitu SGOT dimana dosis tertinggi fraksi etil asetat kenikir juga memberikan respon nilai SGOT terendah dibandingkan dengan dua fraksi etil asetat kenikir (Gambar 1).

(5)

Pemberian induksi paracetamol dengan dosis toksis (2,5 g/kg BB) memberikan kerusakan liver dengan model nekrosis tipe sentrizonal (Zimmerman, 1978). Pada kerusakan liver terjadi kerusakan membran sel dan organel yang akan menyebabkan enzim transaminase (SGPT dan SGOT) dilepaskan ke dalam darah dari sitosol dan organel subsel, seperti mitokondria, lisosom,

dan nucleus. Hal ini menyebabkan kadar enzim

pembuluh darah meningkat dalam darah dapat

(Bigoniya et al., 2009; Thapa and Walia, 2007; Hall, and Cash, 2011). Keberadaan fraksi etil asetat kenikir berperan penting untuk mencegah kerusakan liver yang diakibatkan oleh metabolit reaktif NAPQI, sehingga meminimalisir kerusakan membran serta naiknya SGPT dan SGOT.

Penelitian yang dilakukan oleh Devaraj, et al (2011)terlihat korelasi antara induksi hepatotoksin yaitu paracetamol dan CCl4 dengan naiknya rasio berat liver dan berat badan hewan uji.Dalam penelitian ini pemberian induksi paracetamol tidak memberikan korelasi yang linear dengan naiknya rasio berat liver dan berat badan hewan uji (Tabel I).Kelompok kontrol negatif paracetamol dibanding dengan kurkuminoid memberikan hasil yang lebih tinggi pada kurkuminoid, namun hal ini berbading terbalik dengan nilai parameter biokimia SGPT dan SGOT.Hal ini menunjukkan induksi paracetamol belum tentu memberikan efek yang linear dari segi kenaikan rasio liver.Kenaikan rasio liver belum tentu memberikan jaminan adanya kerusakan liver.

Aktivitas hepatoprotektor kenikir dipicu

Quercetin memiliki efek hepatoprotector pada hewan uji yang diinduksi dengan hepatotoksin seperti thioacetamid maupun paracetamol (Jashita

et al., 2011; Ali et al. 2013).Hasil uji aktiviitas antioksidan fraksi etil asetat kenikir secara in vitro dengan menggunakan DPPH diperoleh IC50 14,229

melihat parameter biokimia dan keberadaan penelitian lain terkait antioksidan (in vitro), maka aktivitas hepatoprotektor fraksi etil asetat kenikir melalui mekanisme antioksidan. Hal ini didukung dengan penelitian lain yang mengkorelasikan efek hepatoprotektor dengan aktivitas antioksidan (Singh et al., 2011).Antioksidan menjadi salah satu target mekanisme hepatoprotektif didasarkan pada penggunaan paracetamol dalam dosis berlebih memicu terbentuknya metabolit reaktif NAPQI.

V.

Fraksi etil asetat kenikir mampu memberikan efek hepatoprotektor pada tikus yang diinduksi paracetamol. Fraksi etil asetat kenikir dengan

ditunjukkan dengan penurunan parameter biokimia SGPT dan SGOT.

Abas, 2003, Antioxidative Radical Scavenging Properties of the Constituent Isolated from Cosmos caudatus K.), Natural Product Science 9 (4); 245-248.

Ali, M., Qadir, M., Saleem, M., Janbaz, K.H., Gul,

H., and Hussain, L., 2013, Hepatoprotective

potential of Convolvulus arvensis against paracetamol-induced hepatotoxicity, Bangladesh J Pharmacol; 8: 300-304 Bigoniya, P., Singh, C.S., and Shukla, A. 2009,

(6)

Liver Toxicants used in Experimental Pharmacology, International Journal of Pharmaceutical Science and Drug Research, 1(3): 124-135

Clark, R., Fisher, J.E., Sketris, I.S., and Johnston, G.M. 2012, Population prevalence of high dose paracetamol in dispensed paracetamol/opioid prescription combinations: an observational study, BMC Pharmacology and Toxicology, I:1-8. Devaraj, V.C., Krishna, B.G., Viswanatha,

G.L., Kamath, J.V., and Kumar, S. 2011, Hepatoprotective activity of Hepax-A polyherbal formulation,

Journal of Tropical Biomedicine,1:142-146 Gestanovia, 2007, Hepatotoksis Parasetamol,

Undip, Semarang.

Hadi, S, 2000, Hepatology, Mandar Maju, Bandung.

Hall, P and Cash, J. 2011, What is the real function on the liver function test, Ulster Medical

Journal, 81(1):30-36.

Hurkadale, P.J., Shelar, P.A., Palled, S.G., Man-davkar, Y.D., and Khedkar, A.S. 2012, Hepatoprotective activity of

Amorphophal-lus paeoniifolius tubers against

parase-tamol-induced liver damage in rats, Asian

1:S238-S242

Jashita, M., Chakraborty, M., and Kamath, J.V. 2013, Effect Of Quercetin On Hepatoprotective Activity Of Silymarin Against Thioacetamide Intoxicated Rats, Int. Res. J. Pharm, 4 (7).

Maity, T.K., Dash, D.K., Yeligar, V.C., Nayak, S.S., Ghosh, T., Rajalingam, D., et al. 2007, Evaluation of hepatoprotective

and antioxidant activity of Ichnocarpus frutescens (Linn.) R.Br. on paracetamol-induced hepatotoxicity in rats, Tropical Journal of Pharmaceutical Research, (3): 755-765.

Paramaguru, R., Singh, S.K., Rajasekar, N., and Raj, A.V. 2011,Hepatoprotective And Antioxidant Effects of Amorphophallus campanulatus Against Acetaminophen Induced Hepatotoxicity in Rats, International Journal Pharmacy Science, 3(2):202-205. Sabate, M., Ibanez, L., Perez, E., Vidal, X., Buti,

M., and Xiol, X., et al. 2011, Paracetamol in therapeutic dosages and acute liver injury: causality assessment in a prospective case series, BMC Gastroenterology, I:1-7. Said, O., Khalil, K, Fulder S. 2002.

Ethnobotanical survey of medicinal herbs of the middle eastern region. Journal of Ethnopharmacology, 83: 251-265.

Setty, S. R., Quereshi, A.A., Swamy, A.H.M.V., Patil, T., Prakash, T., Prabhu, K., and Gouda, A.V.. 2007, Hepatoprotective

parasetamol-induced hepatic injury in rats, Fitoterapia,78

Singh, D. and Gupta, R.S. 2011,Hepatoprotective Activity of Metanol Extract of Tecomella undulate against Alcohol and Parasetamol Induced Hepatotoxicity in Rats, Sciences and Medicine Research, :1-8. Soliman and Al-wabel, 2013, Hepatoprotective

Effects of Thymus and Salvia Essential oils on Paracetamol-Induced Toxicity in Rats, Journal Physic Pharmacy Advetorial, 3(2): 41-47.

(7)

Somchit, M.N., Zuraini, A., Bustaman, A.A., Somchit, N., Sulaiman, N,R., and Norantulina, R. 2005, Protective Activity of Turmeric (Curcuma longa) in Parasetamol Induced Hepatotoxicity in Rats, International Journal of Pharmacology, 1 (3); 252-256.

Setyawati, 2011, Uji Efek Hepatoprotektor Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos caudatus K.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Parasetamol, KTI, AKFAR Nasional.

Thapa and Walia, 2007, Liver Function Tests and Their Interpretation, Indian Journal of Pediatrics, 74:663-671.

Atlas of Vascular Anatomy an Angiographic Approach: Second Edition. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Zimmerman, H.J. 1978, Hepatotoxicity, Appleton Century Crofts, New York.

Gambar

Tabel  1.  Parameter  biokimia  darah  periode  penelitian Kelompok Berat hati Rasio Hati  Parameter biokimia darah akhir  Normal 110,53 130,63 5,25 4,02 73,75 286,25 Paracetamol 111,93 135,4 5,96 4,25 195,80 a 509,40 a Kurkuminoid 129,67 141,53 6,07 4,29
Gambar  1.  Histogram  pengaruh  pemberaian

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh9. 4.5.1 Memahami

Hasil dari penelitian menggunakan tool FTK imager dan OSForensic menunjukkan aplikasi Skype berbasis web memiliki nilai vulnerability sebesar 92%, sedangkan WhatsApp dan

Untuk mengetahui beda mean antara kelompok perlakuan dan kontrol sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji t - sampel independen bila distribusi data normal (bila tidak

77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba untuk mengeluarkan

Misalnya, jika harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasikan untuk jasa lanjutan, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai

Yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

Elssy Design pencatatan daftar hadir karyawan masih dilakukan dengan cara manual, dan belum adanya pemisahan tugas yang berfungsi sebagai bagian pencatat waktu,