• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN K3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN K3"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Rumah Sakit merupakan tempat kerja yang padat karya, padat pakar, padat modal, dan padat teknologi. Sehingga bahaya potensial di Rumah Sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor ergonomi, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.

Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit berhadapan dengan berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan ditempat kerjanya. Oleh karena itu tenaga kerja perlu mendapat perlindungan yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk mempertahankan produktifitas kerjanya.

Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

B. Tujuan

Rumah Sakit Eka selaku institusi pelayanan kesehatan dalam menjalankan kegiatan berlandaskan visi yang telah ditetapkan yaitu :

Menjadi jaringan penyedia layanan kesehatan terdepan dalam melayani masyarakat dengan tulus dan sepenuh hati.

Dalam upaya pencapaian visi tersebut, RS memiliki misi sebagai berikut :

1. Mengutamakan keselamatan dan kenyamanan dalam memberikan pelayanan keesehatan.

2. Menyiapkan staf yang profesional, sistem kerja, fasilitas dan sistem manajemen yang baik.

3. Aktif mempromosikan hidup sehat dan peduli pada kesehatan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

(2)
(3)

Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan Rumah Sakit Eka disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan mengingat bahwa di rumah sakit berisiko untuk terjadinya gangguan kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja, serta dalam upaya meningkatkan perlindungan maupun pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas, maka dibutuhkan tindakan pencegahan.

Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuatlah pedoman dan petunjuk pelaksanaan bagi setiap unit, sehingga dalam pengelolaannya selalu berada dalam koridor yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan dengan tindakan pencegahan yang telah diatur dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Penerapan pedoman ini diharapkan didapatkan manfaat: Bagi RS:

1. Meningkatkan mutu pelayananan

2. Mempertahankan kelangsungan operasional RS 3. Meningkatkan citra RS

Bagi karyawan RS:

1. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) 2. Menegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) Bagi pasien dan pengunjung:

1. Mutu layanan yang baik

2. Kepuasan pasien dan pengunjung

3. Ruang Lingkup

Pedoman K3RS Rumah Sakit Eka mencakup: prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan, pencatatan dan pelaporan. Ruang Lingkup kegiatan K3RS Rumah Sakit Eka mencakup seluruh area rumah sakit dan berlaku terhadap:

1. bagi pekerja Rumah Sakit Eka, 2. pengunjung rumah sakit

3. pasien, dan

4. masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

(4)
(5)

Sebagai wujud pelaksanaan Program Kerja Sub komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup fungsi dan tanggung jawab yang jelas dan tegas sebagai berikut :

1. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana 2. Pencegahan dan pengendalian kebakaran

3. Keamanan pasien

4. Keselamatan kerja seluruh pegawai 5. Kesehatan kerja bagi pegawai

6. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) 7. Kesehatan lingkungan kerja

8. Sanitasi rumah sakit

9. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan 10. Pengolahan limbah padat, cair dan gas

11. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang K3

12. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi

4. Landasan Hukum

Adapun dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3 antara lain: 1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

2. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 3. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.

6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

8. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

(6)
(7)

9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

10. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul Akibat hubungan Kerja.

11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK/IX/VIII/2001 tentang Pedoman teknis analisis dampak lingkungan.

12. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang pedoman penanganan dampak radiasi.

13. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan dan keselamatan kerja sektor kesehatan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

(8)
(9)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE K3

Organisasi K3 di rumah sakit Eka Hospital berbentuk Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Ketua komite K3 adalah seorang dokter yang memiliki pengetahuan tentang K3, sebaiknya seorang Pascasarjana bidang K3. Sekretaris adalah seorang tenaga kerja yang membidangi keselamatan dan kesehatan kerja, sebaiknya yang mempunyai latar belakang pendidikan K3 dan pelatihan RS, sedangkan anggota Komite K3 adalah perwakilan unit kerja yang kemudian dibagi dalam empat bidang, yaitu

1. Bidang Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana 2. Bidang Keselamatan Kerja

3. Bidang Kesehatan Kerja

4. Bidang Kesehatan Lingkungan

Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi komite K3 diganti setiap 3 tahun sekali. Dengan bergantinya pengurus komite K3, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang memahami K3, sehingga dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Berikut struktur organisasi Komite K3 Rumah Sakit Eka :

Direktur RS

Ketua K3

Sekretaris

Bidang

Penanggulangan Bidang Bidang Bidang

Kebakaran dan Kesehatan

Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja

Kewaspadaan Lingkungan

Bencana

(10)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

5 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

A. Uraian Tugas Ketua Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung: Direktur

Organisasi Bawahan langsung :

Sekretaris

Penanggung Jawab Bidang Penanggulangan Kebakaran

dan Kewaspadaan Bencana

Penanggung Jawab Bidang Keselamatan Kerja

Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Kerja

2.

- Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Lingkungan Tugas Pokok Bertanggung jawab atas kegiatan keselamatan dan

kesehatan para pekerja, pasien dan pengunjung di Rumah Sakit Eka

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Merencanakan, meninjau dan merevisi Program K3

Tanggung Jawab setahun sekali

2. Melakukan perencanaan sosialisasi dan pelatihan pada seluruh karyawan di rumah sakit sesuai dengan bidang K3

3. Memegang tongkat komando pada keadaan darurat. - Pada keadaan darurat Ketua Komite K3 diharapkan

menjadi wakil Management dalam menentukan keputusan-keputusan.

- Pada keadaan darurat Ketua K3 dapat mengatur Tim Tanggap Darurat untuk membantu penyelamatan staff, pasien dan pengunjung yang ada dalam rumah sakit.

- Pada keadaan darurat Ketua K3 diharuskan standby di Rumah Sakit sampai keadaan darurat selesai. - Membuat program laporan tentang keadaan darurat.

(11)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

6 Mengacu SK Direktur No.

(12)

4. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 atau menunjuk Ketua Harian jika berhalangan hadir. 5. Mengawasi dan menganalisa pelaksanaan

Program K3 dan membuat laporan efektifitas program tahunan kepada Direktur dan Corporate. 1- Membina Komite K3 yang ada dengan cara

pelatihan dan penyuluhan secara rutin.

2- Mendorong Komite K3 untuk mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepentingan intern Rumah sakit.

6. Mengontrol Komite K3 dalam hal evaluasi dan audit tentang keseriusan dan perhatian staff terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. 7. Memastikan organisasi Komite K3 konsisten dan

berkesinambungan

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Direktur tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan kerja diri sendiri maupun rekan kerja lainnya. 3. Mengumumkan kondisi darurat dan menyatakan

keadaan darurat selesai.

Tanggung Jawab :

1. Ketua Komite K3 bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit Eka.

2. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan program K3 di rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan melalui pimpinan perusahaan (Direktur).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

(13)
(14)

4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal Dokter

2. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes

3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4. Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Eka

- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Eka

Eksternal :

- Eksternal 1. Kementerian Kesehatan RI

2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI 3. Organisasi K3 eksternal

2. Uraian Tugas Sekretaris Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3

Organisasi Bawahan langsung :

-2. Tugas Pokok Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas

kesekretariatan dan melaksanakan keputusan Komite K3 RS

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Membuat undangan rapat dan sebagai notulen rapat. Tanggung Jawab 2. Membuat administrasi surat-surat Komite K3.

3. Mencatat dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan K3.

4. Membantu Ketua K3 merencanakan dan menetapkan program tahunan dalam melakukan identifikasi bahaya di lingkungan kerja.

5. Mengusulkan dan menetapkan tindakan serta langkah yang akan dilaksanakan terhadap permasalahan K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Rumah Sakit Eka (Rev. 01) 8

(15)
(16)

dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan kerja diri sendiri maupun rekan kerja lainnya.

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan K3 di rumah sakit kepada Ketua K3

4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 K3

2. Memiliki sertifikat pelatihan yang berkaitan dengan K3 3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4. Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS EKa - Internal 2. Seluruh Karyawan RS Eka

- Eksternal Eksternal :

-3. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Keselamatan Kerja Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3 Organisasi Bawahan langsung :

-Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

(17)

Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012 2. Tugas Pokok

Melaksanakan tugas agar keselamatan kerja di lingkungan

rumah sakit terpelihara dengan baik sehingga pekerja,

pasien dan pengunjung terhindar dari kecelakaan di RS

Eka

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keselamatan kerja Tanggung Jawab 2. Merencanakan program keselamatan kerja 3. Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruh fasilitas dan peralatan terkait dengan keselamatan kerja 4. Mengumpulkan dan mengolah data kecelakaan kerja yang terjadi di RS 5. Bekerjasama dengan Diklat untuk melaksanakan pelatihan keselamatan kerja. 6. Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan program keselamatan kerja kepada Ketua K3 7. Memberi masukan kepada seluruh unit kerja dalam hal

keselamatan kerja.

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

(18)

karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga menimbulkan kecelakaan kerja

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan keselamatan di rumah sakit kepada Ketua K3

4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

10 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

2.

Memiliki sertifikat pelatihan terkait dengan K3

3.

Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani

4.

Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Eka

- Internal 2.

Seluruh Karyawan RS Eka

- Eksternal Eksternal :

1. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat 2. Organisasi K3 Eksternal

3. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas dan peralatan keselamatan kerja

4. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Lingkungan Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3

Organisasi Bawahan langsung :

(19)

lingkungan di rumah sakit sehingga mencegah terjadinya pencemaran lingkungan

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan kesehatan

Tanggung Jawab lingkungan

2. Merencanakan program yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

3. Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruh fasilitas dan peralatan terkait dengan pengolahan limbah di RS

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01) Mengacu SK Direktur No.

(20)

4. Mengontrol dan mengawasi upaya pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya

5. Membuat laporan Implementasi UKL dan UPL 6. Bekerjasama dengan Diklat untuk melaksanakan

pelatihan terkait dengan bahaya yang timbul dari penyimpangan kualitas lingkungan

7. Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan program terkait dengan kesehatan lingkungan kepada Ketua K3

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di rumah sakit kepada Ketua K3 4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan

2. Memiliki sertifikat pelatihan terkait bidang kesehatan lingkungan

3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4. Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Eka - Internal 2. Seluruh Karyawan RS Eka

- Eksternal Eksternal :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev.

01) 12

(21)
(22)

1. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangsel dan Provinsi Banten

2. Dinas Kesehatan setempat 3. Dinas Kebersihan setempat

4. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas dan peralatan terkait dengan pembuangan dan pengolahan limbah

5. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Kerja Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3

Organisasi Bawahan langsung :

-2. Tugas Pokok Melakukan tugas agar terpeliharanya kesehatan para pekerja di rumah sakit sehingga staf dapat menghasilkan hasil kerja yang optimal.

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan karyawan RS

Tanggung Jawab Eka

2. Membantu Ketua K3 dalam mengadakan pemantauan kesehatan kerja.

3. Memastikan adanya pelaporan karyawan yang penyakit akibat kerja dan menganalisanya.

4. Dari analisa yang dilakukan bila ada karyawan yang sakit akibat kerja maka diberikan masukan kepada Ketua K3, untuk kemudian dilakukan pelatihan atau penyuluhan terhadap karyawan.

5. Memberikan advise kepada pimpinan perusahaan tentang program pengendalian penyakit akibat kerja 6. Berkoordinasi dengan Diklat untuk pelatihan bagi

pekerja di bidang kesehatan kerja

7. Menyusun laporan secara berkala tentang pelaksanaan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01) Mengacu SK Direktur No.

(23)

program kesehatan kerja di RS dan instansi yang terkait

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga timbulnya penyakit akibat kerja

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja di rumah sakit kepada Ketua K3

4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal Dokter

2. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan

3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4. Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja di RS Eka

- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Eka

- Eksternal Eksternal :

1. Dinas Kesehatan setempat

6. Uraian Tugas Anggota Komite K3 Rumah Sakit Eka

1. Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3 Organisasi Bawahan langsung :

-Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(24)

Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012 2. Tugas Pokok

Melakukan tugas agar pelaksanaan K3 di RS Eka berjalan

baik sehingga terciptanya keselamatan bagi pekerja,

pengunjung, pasien dan kesehatan para pekerja

3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :

Wewenang dan 1. Mengikuti rapat K3 dan melakukan pembahasan atas Tanggung Jawab persoalan yang diajukan dalam rapat. 2. Mensosialisasikan pelatihan K3 yang didapat kepada staf 3. Menerapkan K3 di unit masing –masing dan mengawasi setiap kegiatan K3 di RS 4. Bekerja sama dengan anggota bidang lain dalam terlaksananya program kerja K3

5.

Memberikan saran Komite K3 atau unit lain yang berkaitan dengan K3

Wewenang :

1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui telepon.

2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian sehingga terjadinya penyimpangan aspek K3

Tanggung Jawab :

1. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan K3 di rumah sakit kepada Ketua K3

(25)

4. Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal SMU/STM/SMK atau D3 segala jurusan

2. Memiliki sertifikat pelatihan sesuai bidangnya 3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani 4. Memiliki dedikasi dan loyalitas

5. Jujur dan bertanggung jawab

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01) Mengacu SK Direktur No.

176/SK/DIR/BSD/VII/2012 15

5. Hubungan Internal :

Kerja / Koordinasi 1. Seluruh Karyawan RS Eka

- Internal

Eksternal :

- Eksternal

1. Penyelenggara Diklat Eksternal

(26)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

16 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(27)

BAB III

FASILITAS DAN PERALATAN

1. Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan di RS yaitu : 1- Telepon dengan menggunakan sistem PABX

2- Handy Talky yang digunakan oleh Petugas Keamanan, Petugas Unit Pemeliharaan dan Petugas Kebersihan.

3- Pagging yang dioperasikan oleh operator

2. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)

Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja melakukan pekerjaannya.

Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja :

1. Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis bahaya yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan yang berlaku.

2. Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui proses pengujian dan memenuhi standar yang berlaku. 3. Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD.

4. Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja alat ini harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara formal dan informal.

5. Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(28)
(29)

Pemilihan Alat Pelindung Diri

Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri : 1. Bentuk cukup menarik.

2. Dapat dipakai secara fleksibel

3. Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

4. Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja.

5. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan bentuk dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.

6. Suku Madang mudah diperoleh untuk memudahkan pemeliharaan.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri 1. Alat pelindung kepala

Digunakan untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda/material keras seperti batu, kayu atau besi. Contoh alat pelindung kepala : Topi pengaman (Safety helmet). 2. Topi atau tudung

Untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia, iklim kerja yang berubah-ubah dan lainnya, harus terbuat dari bahan yang tak mempunyai celah atau lubang, biasanya terbuat dari asbes dan katun.

3. Penutup rambut

Penutup rambut ini biasanya terbuat dari katun atau bahan lain yang mudah dicuci. Alat ini berguna untuk mencegah rambut/kepala terkena kotoran/bahan kimia. Contoh : Penutup kepala yang digunakan perawat ruang bedah dan ICU. 4. Alat pelindung telinga

Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Alat ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :

-Ear plug (sumbat telinga), dapat mengurangi intensitas suara 20 – 30 dB.

Ear muff (tutup telinga), dapat juga melindungi bagian luar telinga (daun

-telinga). Alat ini lebih efektif dari pada sumbat telinga dan dapat mengurangi intensitas bising 25 – 45 dB.

e. Alat pelindung pernapasan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

18 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(30)

Berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi kuman patogen dan bahan kimia. Alat ini terbagi dua :

1- Masker, digunakan untuk mengurangi debu/partikel-partikel yang lebih besar dan kuman patogen. Masker dapat terbuat dari kain. Terdiri dari Masker Disposible dan Masker non Disposible.

2- Respirator, berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas.

6. Alat pelindung mata dan muka

1- Spectacles, berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.

2- Goggles, digunakan untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan kimia.

7. Alat pelindung tangan

Berguna untuk melindungi tangan dari bahan dan benda-benda tajam, bahan-bahan kimia, biologis (darah dan cairan tubuh pasien lainnya), benda panas/dingin. Contoh : Hand Scound (sarung tangan karet), sarung tangan kain dan sarung tangan tegangan tinggi untuk keperluan pengamanan pada saat perbaikan elektrikal ( panel listrik yang bertegangan tinggi )

8. Alat pelindung kaki

Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagian lainnya dari benda-benda yang jatuh, benda tajam, larutan kimia dan kontak pada listrik.

9. Pakaian pelindung

Berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan bahan kimia, biologis, panas dan sinar radiasi. Contoh : Apron di Radiologi.

10. Sabuk pengaman (Safety belt).

Digunakan tenaga kerja untuk pekerjaan di tempat ketinggian.

Alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit :

Alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas di RS dapat dikategorikan berdasarkan tempat/lokasi kerja, antara lain :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(31)

Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

No Jenis Lokasi/tempat

kerja Alat Pelindung

Diri

1 Masker Disposible - R. Emergency

- R. ICU - R. ICCU - R. Bedah - R. Laboratorium - R. Rawat Anak dan Dewasa - R. Rawat Gigi - R. Laundry - R. Isolasi - Ruang dengan tindakan kontak pasien 2 Masker Non

Disposible - Bengkel Las

(Goggle Respiratory

dengan filter Sesuai jenis

pekerjaan) - Pengangkutan Sampah Medis

3 Kacamata Las - Bengkel Las

4 Kacamata Pb - R. Laboratorium

- R. Radiologi

5 Sarung Tangan - R. Emergency

Disposable - R. ICU - R. ICCU - R. Bedah - R. Laboratorium - R. Rawat Anak dan Dewasa - R. Rawat Gigi - Ruang dengan tindakan kontak pasien

(32)

6 Sarung Tangan Non - R.Perawatan Disposable

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

20 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(Bahan Karet) - R. Panel

- IPAL - Bengkel - R. Incenerator

7 Helm - Di dalam dan daerah renovasi

- Daerah ketinggian (pembersihan jendela) 8 Apron - R. Laboratorium - R. Radiologi - Area IPAL - Area WTP - Incenerator

9 Sepatu boot - R. Plant Room

- IPAL - Bengkel - R. Incenerator - R. Dapur 10 Wearpack - R. Panel - IPAL - Bengkel

11 Ear plug/Ear Ear muff - R. Genset

- R. Chiller - R. gas

12 Safety Belt Pada ketinggian/bagian atas gedung

C. Perlengkapan Keamanan Pasien

Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal-hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat

(33)

diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan di RS . Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara psikis akan memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

21 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(34)

Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain : 1. Pegangan sepanjang tangga

Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk pengunjung dan karyawan dapat berpegangan saat menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman :

1- Terbuat dari bahan yang tidak licin 2- Permukaan pegangan tidak kasar 3- Mudah dibersihkan

4- Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil) 5- Kokoh / tidak goyah

6- Pegangan setinggi pinggang orang dewasa

7- Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang 2. Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel

Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan bila terjadi suatu hal / keadaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk memanggil pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. 3. Pintu dapat dibuka dari luar

Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap, kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu tersebut digerakkan/dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah dalam.

4. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya

Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.

5. Sumber listrik mempunyai penutup / penahan

Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(35)
(36)

6. Supply oksigen yang cukup

Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-benar

terpenuhi, baik secara sentral maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di RS sebagai berikut :

Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas yaitu : 1- Tangki liquid oxygen

Lakukan pengecekan setiap hari dan setiap penerimaan gas medis oleh petugas jaga dengan memperhatikan kondisi manometer, katup gas buang, kondisi tangki gas medis, volume gas medis dan pipa tangki gas medis. 2- Tabung oksigen dan oxygen portable

Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung dan oxygen portable dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari ledakan. 7. Tersedia emergency suction

Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat dengan mudah dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif dan semi intensif agar disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency suction dalam kondisi siap pakai.

8. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital

Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik pengganti berupa UPS (Uninteruptable Power Supply) dan Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki persyaratan :

1- Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan ruangan/ alat. 2- Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau berkala. Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut adalah : - R. ICU/ICCU & IMC

- R. Bedah - R. Emergency

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

23 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(37)

1- R. Laboratorium 2- R. Hemodialisa

3- R. Radiologi ( daerah tertentu seperti : alat yang menggunakan sistem komputer untuk penyimpann data )

4- R. Sentral Komputer

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN ANCAMAN BAHAYA DI RUMAH SAKIT

1. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik di rumah sakit terdiri dari kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja, radiasi dan

listrik. 1. Kebisingan

Secara umum, kebisingan diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan karena mengganggu kenyamanan. Dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan daya pendengaran baik secara kuantitatif (penyempitan spektrum pendengaran) maupun kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas kebisingan, frekuensi, durasi pemaparan kebisingan dan kepekaan individu. Kebisingan akan lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh jarak, temperatur udara, kelembaban, jenis dan jumlah sumber suara.

Sumber kebisingan di rumah sakit :

Beberapa areal/lokasi yang memiliki intensitas bising yang dapat mengganggu kenyamanan di lingkungan rumah sakit adalah :

- Ruang Generator - Ruang dapur

- Mesin potong dan mesin gerinda di bengkel - Ruang IPAL 1- Ruang Radiologi/MRI

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(38)
(39)

Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan di rumah sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit seperti di bawah ini :

Tabel Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit Kerja

No. Ruangan atau unit Maksimum Kebisingan

(waktu pemaparan 8 jam) (satuan dBA)

1 Ruang pasien

- saat tidak tidur 45

- saat tidur 40

2 Ruang operasi dan umum 45

3 Anestesi dan pemulihan 45

4 Endoscopy dan Laboratorium 65

5 Radiologi 40 6 Koridor 40 7 Tangga 45 8 Kantor/lobby 45 9 Ruang alat/gudang 45 10 Farmasi 45 11 Dapur 78 12 Ruang cuci 78 13 Ruang isolasi 40

14 Ruang poli gigi 80

Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan 1- Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis yang terjadi yaitu berupa Internal Bodily Sistem Ambang Pendengaran. Internal bodiy sistem adalah sistem fisiologis yang paling penting untuk kehidupan seperti saraf, endokrin, kardiovaskuler, gastrointestinal dan musculoskeletal.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(40)
(41)

Gangguan fisiologis ini juga dapat menimbulkan kelelahan, pusing,sakit kepala dan kurang nafsu makan. Selain itu dapat juga meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut jantung, pengerutan saluran darah di kulit, meningkatkan metabolik dan ketegangan otot.

1- Gangguan Psikologis

Bersifat sangat objektif. Reaksi potensial yang ditimbulkan oleh kebisingan ini antara lain cepat emosi, mudah marah/tersinggsung dan gangguan konsentrasi. 2- Gangguan Komunikasi

Gangguan ini dapat mengganggu pekerjaan yang juga berisiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja karena adanya salah pengertian instruksi yang kurang dipahami.

2- Gangguan Pendengaran

Gangguan yang terjadi berupa Trauma akustik yang disebabkan peledakan (bising impulsif), tuli sementara dan tuli menetap.

2. Pencahayaan

Merupakan penyebaran cahaya dari sumber cahaya (buatan/alami) tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi kulit pelindung yang digunakan.

Dampak negatif pencahayaan yang buruk

Risiko pencahayaan yang buruk pada kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan mata, iritasi mata, penglihatan rangkap, ketajaman penglihatan terganggu, serta akomodasi dan konvergensi menurun. Selain itu, pencahayaan yang buruk juga dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan terjadinya kecelakaan kerja berupa terpeleset atau jatuh.

3. Getaran

Getaran merupakan faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan osilasi. Getaran biasanya ditimbulkan oleh mesin atau peralatan kerja yang bergetar misalnya hand piece unit gigi, mesin potong rumput atau mesin bor. Efek negatif getaran pada tubuh

1- Pada sistem peredaran darah, yaitu Raynaud atau White Finger Syndrome.

(42)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

26 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(43)

1- Pada sistem saraf misalnya kesemutan, mempengaruhi ketajaman penglihatan dan mengganggu fungsi keseimbangan.

4. Listrik

Bergabungnya dua ion yang bermuatan positif dan negatif. Peralatan listrik banyak digunakan di rumah sakit dalam menunjang kegiatan operasionalnya.

Bahaya listrik :

Kurangnya perawatan peralatan listrik merupakan salah satu penyebab timbulnya bahaya akibat listrik seperti tersengat aliran listrik bahkan kebakaran.

5. Panas (iklim kerja)

Secara umum panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman, untuk di Indonesia berkisar antara 26 0C – 28 0C dengan kelembaban

60-70 %. Efek negatif panas pada tubuh

1- Gangguan kenyamanan pada tenaga kerja seperti : rasa tidak enak/serba salah, lelah mual, mudah marah dan suhu kulit panas/basah karena berkeringat/kering karena keringat terus menguap.

2- Heat Disorder yang merupakan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekeurangan cairan tubuh, seperti Heat Exhaustion, Heat Cramps dan Heat Stroke.

3- Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan gangguan sistem saraf pusat.

6. Radiasi

Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan (radioagnostik) maupun untuk pengobatan (radioterapi). Di rumah sakit sinar radiasi banyak digunakan oleh Radiologi dan Fisioterapi.

Efek negatif radiasi pada tubuh

1- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat, hemopoetik dan gastrointestinal.

2- Karsinogenik

3- Gangguan pada mata dan kulit 4- Leukimia

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(44)
(45)

2. Faktor Biologi

Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, jamur, virus, riketsia dan parasit.

Sumber Bahaya Faktor Biologi di Rumah Sakit

1- Penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri, parasit, virus atau jamur. 2- Berbagai bahan yang berasal dari penderita/pasien, misalnya darah, dahak dan tinja. 3- Peralatan medis yang terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Efek Negatif Faktor Bahaya Biologi dan Beberapa Penyakit Menular 1. Infeksi Nosokomial

Merupakan suatu keadaan infeksi yang diperoleh dari dalam lingkungan rumah sakit akibat ruangan instalasi dalam rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan mikrobiologis, kontaminasi oleh mikroorganisme dan adanya perubahan daya tubuh. 2. Tuberculosis Paru

Merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis.

3. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV) yang penularannya dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Sumber penularan adalah HBV dan HbsAG.

4. HIV/AIDS

Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan Virus HIV yang penularannya dapat melalui darah, jaringan, sekreta dan ekskreta tubuh yang mengandung virus.

3. Faktor Bahaya Ergonomi

Ergonomi merupakan penyesuaian karakteristik fisik tenaga kerja dengan lingkungan kerjanya. Penyesuaian yang dapat dilakukan antara lain berupa penyesuaian ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban agar tercipta kenyamanan dalam bekerja dan juga menghindari terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(46)
(47)

Sumber Bahaya Ergonomi di Rumah Sakit

1- Risiko cedera pinggang dan leher, HNP dan gangguan otot rangka akibat cara mengangkat/menggotong barang maupun pasien yang salah. Hal ini berisiko terhadap perawat dan unit perawatan sarana/prasarana rumah sakit. 2- Kelainan pada tulang belakang seperti Lordosis, Skoliosis dan Kifosis. Hal ini

disebabkan cara duduk/bekerja yang salah secara kontiniu.

3- Pemakaian kursi yang tidak tepat dapat menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga kerja dimana pekerjaan yang pekerjaannya banyak dilakukan dengan posisi duduk, seperti petugas administrasi (kantor), laboratorium dan supir. Keluhan yang dialami misalnya sakit pinggang, sakit kepala, sakit leher, sakit/pegal pada lengan dan tangan. 4- Gangguan kenyamanan dalam bekerja hingga kecelakaan kerja akibat

kurangnya penerangan atau suhu yang panas.

4. Faktor Bahaya Kimia

Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi pasien, pengunjung maupun petugas seperti dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan penderita.

Tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat penyimpanan bahan kimia dan ventilasi yang tidak baik dapat mengakibatkan keracunan kronik. Bahan-bahan kimia yang mempunyai Risiko mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat Anestetik (Halothan, Nitrogen oxide, dan Ethyl ether), Formaldehid, Etilen oksida, dan debu. 1. Gas Anastesi

1- Halotan

Merupakan gas anastesi yang diberikan melalui inhalasi yang dapat menekan pengeluaran air liur, lender, bronchial dan sekresi lambung serta dilatasi bronchiole. Selain itu, Halotan juga dapat menekan sistem kardiovaskuler dan menekan peredaran darah serta dapat menimbulkan jerawat pada perawat yang bekerja di bagian anestetik akibat alergi halotan.

2- Nitrogen oksida (N2O)

Merupakan gas anestetik yang diberikan melalui inhalasi yang biasanya dikemas dalam tabung baja bertekanan dan seluruh silinder diberi warna biru. Nitrogen oksida dengan oksigen digunakan untuk analgesia terutama pada pembedahan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(48)
(49)

Penyalahgunaan N2O dapat menyebabkan kesemutan ditangan/kaki (gejala dini). Gejala berikutbya meliputi gangguan keseimbangan tubuh, tak mampu berjalan sendiri, impotensi, kerusakan sfingter, perubahan mental dan gangguan rasa serta penciuman. Selain itu, penyalahgunaan N2O juga dapat mengganggu vitamin B12 pada sistem saraf.

2. Formaldehid/Formalin (CH2O5)

Digunakan dilaboratorium, Laboratorium Patologi Anatomik, Dialisis Ginjal, dan Ruangan jenazah. Jalur masuk ke tubuh melalui inhalasi dan absorbsi kulit. Efek negative Formaldehid pada kesehatan berupa dermatitis kontak (pada kulit), inflamasi saluran bagian atas (pada saluran pernafasan) dan potensial karsinogenik.

3. Ethylene oxide

Digunakan sebagai fumigant dan zat untuk sterilisasi peralatn medis dan gigi. Efek negatif Ethylene oxide pada kesehatan berupa dermatitis kontak dan alergi serta luka bakar kimiawi (pada kulit); asma dan iritan (pada an pernafasan); dan sakit kepala, gangguan motorik dan sensorik (pada saraf pusat).

4. Debu

Merupakan partikel yang dihasilkan oleh proses mekanik seperti pada penghancuran benda-benda padat. Partikel debu yang dapat dihirup oleh pernafasan manusia berkisar antara 0,1 – 10 mikron.

Macam-macam debu di rumah sakit, seperti : debu obat-obatan dalam bentuk puyer, debu kotoran dalam ruangan dan gudang, debu detergen di Laundry, dan debu kapas. Selain itu, juga ada debu yang berasal dari ruang poli gigi akibat dari kegiatan pemotongan, gerinda bongkahan dan serbuk dan pematrian.

Efek negatif debu terhadap kesehatan, yaitu berupa batuk, sesak nafas dan alergi (akut), dan menyebabkan kapasitas paru menurun, bronchitis kronik dan bissinosis.

5. Gas Karbon monoksida (CO)

Merupakan gas sisa pembakaran yang tidak sempurna akibat penggunaan mesin-mesin atau peralatan penunjang lainya yang juga dapat berisiko terhadap gangguan kesehatan dan keselamatan jika sirkulasi udara/ventilasi ruangan buruk. Efek negatif yang terjadi misalnya badan menjadi lemas, pingsan bahkan kematian, hal ini

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(50)
(51)

disebabkan karena digantikannya fungsi O2 oleh gas CO di dalam tubuh . Gas CO misalnya di ruang Boiler, Genset dan Incenerator.

Cara masuk bahan kimia ke dalam tubuh

1- Inhalasi (masuk melalui pernapasan/terhirup)bahan kimia yang masuk berbentuk gas CO, Anestesi dan lainnya.

2- Ingesti (masuk melalui makanan dan minuman), disebabkan antara lain tidak mencuci tangan dengan bersih setelah kontak/memegang bahan kimia dan langsung makan/minum, sehingga kontaminan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan ikut tertelan ke dalam saluran pencernaan makanan.

3- Kontak langsung (masuk melalui kulit/mata), bahan kimia yang menempel/kontak pada kulit dapat larut dalam cairan keringat dan di absorbsi ke dalam darah dan disebarkan ke seluruh tubuh.

Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat berpengaruh, baik akut maupun kronis, tergantung dari beberapa hal seperti usia, habituasi, daya tahan tubuh, derajat kesehatan tubuh, konsentrasi bahan kimia yang masuk ke tubuh dan waktu paparan.

5. Faktor Bahaya Psikososial

Masalah Psikososial yang berisiko terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan kerja adalah stres, kerja bergilir (Shift), penyalahgunaan obat-obatan, perokok berat dan pelecehan seksual.

1. Stres

Merupakan tekanan terhadap kondisi fisik dan psikis individu yang berasal dari faktor lingkungan kerja. Keadaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres yaitu, tuntutan dan beban kerja yang berat, konflik kerja dengan rekan kerja atau atasan, tekanan waktu, dan tanggung jawab yang kurang atau lebih. Dampak negatif stres kerja pada kesehatan berupa : depresi, anxietas, sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan, hilang nafsu makan dan buang air tak teratur.

2. Kerja bergilir (Shift)

Kerja bergilir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja yang biasa/normal, dengan ciri adanya kontinuitas, pergantian gilir dan jadwal kerja khusus. Kerja bergilir dikatakan mempunyai kontinuitas apabila dikerjakan selama 24 jam setiap hari termasuk hari minggu dan hari libur. Dampak negatif kerja bergilir :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(52)
(53)

1- Perubahan Irama Circadian tubuh.

2- Perubahan kebiasaan dan pola kehidupan sosial.

3- Gangguan gastrointestinal seperti Gastro duodenitis, Peptic ulcer dan Colitis. 4- Penyakit-penyakit Kardiovaskuler.

5- Shift Mal Adaption Syndrome yaitu ketidakmampuan tenaga kerja dalam beradaptasi dengan pekerjaan bergilir. Hal ini dapat menimbulkan insomnia, gangguan emosi, kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya menimbulkan kecelakaan kerja, absenteisme, dan timbulnya masalah keluarga/social. 6- Diabetes Melitus

7- Gangguan jiwa

3. Penyalahgunaan obat-obatan

Penyalahgunaan obat-obatan adalah pemakaian suatu macam obat/zat kimia baik secara periodik maupun terus menerus yang tidak berdasarkan petunjuk medis yang dapat berisiko terhadap gangguan kesehatan dan gangguan pada masyarakat. Beberapa macam obat/zat kimia yang sering disalahgunakan adalah : 1- Opium. Morfin, dan Heroin

2- Golongan Asam Barbiturat 3- Alkohol

4- Kokain dan Amphetamin 4. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual adalah setiap ucapan atau perbuatan yang menjurus ke tindak pelecehan dan biasanya disertai ancaman terselubung atau nyata. Pelecehan seksual ini pada umumnya merugikan seseorang dalam pandangan masyarakat, dan dapat menimbulkan penurunan kinerja, gangguan jiwa dan gangguan psikosomatik. Pada akhirnya akan menimbulkan penurunan produktivitas. Hal ini umumnya dialami oleh tenaga kerja wanita oleh rekan kerja, pasien maupun pengunjung rumah sakit. Seringkali pelecehan yang dialami tidak dilaporkan kepada atasan dan hanya dibiarkan saja.

6. Kecelakaan Kerja

Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan berpotensi mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung, dan kerusakan aset rumah sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(54)
(55)

Potensi kecelakaan kerja di rumah sakit : 1- Bahaya peledakan dan kebakaran

Misalnya : ledakan pada Boiler atau tabung gas di dapur, kebakaran korsleting listrik atau peralatan kerja lainnya atau bahan kimia yang mudah terbakar. 2- Terpeleset/jatuh

Disebabkan keadaan lantai yang licin, basah, berlubang atau penerangan yang buruk. 3- Tertimpa benda atau material

4- Pada pekerjaan menyuntik misalnya oleh perawat dan dokter berisiko tertusuk jarum suntik yang kemungkinan dapat menularkan Virus HIV/AIDS atau Virus

Hepatitis maupun penyakit menular lainnya.

5- Terluka / terpotong jari atau tangan akibat terkena benda - benda tajam saat bekerja, misalnya terkena pisau dan gerinda.

6- Tersengat aliran listrik. Hal ini dapat terjadi karena kecerobohan atau kurangnya pemeliharaan terhadap peralatan listrik.

Bentuk-bentuk kecelakaan di rumah sakit :

1- Kecelakaan medis, yaitu jika yang menjadi korban adalah pasien.

2- Kecelakaan kerja, yaitu jika yang menjadi korban adalah pekerja rumah sakit itu sendiri.

Penyebab kecelakaan di rumah sakit a. Penyebab langsung, terdiri atas :

Tindakan/perbuatan yang tidak aman (Unsafe act) : - Menjalankan peralatan tanpa izin

- Salah memberikan tanda peringatan - Tidak menggunakan alat keselamatan

- Menggunakan peralatan tidak semestinya - Memuat dan menempatkan barang tidak benar - Mengangkat barang/pasien tidak benar - Posisi kerja yang salah

- Bekerja sambil bersenda gurau dengan teman kerja - Di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan

Kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) : - Peralatan yang rusak

(56)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka (Rev. 01)

33 Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

(57)

1- Ruangan bekerja yang terbatas/sempit 2- Kurang/tidak ada tanda-tanda petunjuk 3- Tata ruang/House keeping yang buruk 4- Temperatur udara yang terlalu tinggi/rendah 5- Penerangan yang buruk

6- Ventilasi kurang/tidak ada 2. Penyebab Dasar

Faktor perorangan :

1- Kemampuan fisik, psikis/mental yang terbatas 2- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan 3- Motivasi yang keliru

Faktor kerja :

1- Kepemimpinan / pengawasan yang kurang 2- Kurangnya rekayasa

3- Kurangnya peralatan dan standar kerja 4- Penyalahgunaan

Prosedur Kecelakaan Kerja

1• Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka serius/parah

2• Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ

3• Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.

4• Buat laporan insiden

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(58)
(59)

BAB V

UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI BEBERAPA RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT

Potensi bahaya yang ada di rumah sakit berisiko terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan untuk masing-masing ruang / unit kerja berbeda satu sama lainnya tergantung pada bahan, peralatan yang digunakan dan jenis pekerjaan. Agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka dibuat upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang ada.

Dikenal tiga macam tipe pengendalian bahaya yang utama, yaitu :

1. Engineering Control, yaitu upaya untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang ada secara teknik atau dengan kata lain menghilangkansumber bahaya di tempat kerja yang antara lain dilakukan dengan cara substitusi (mengganti bahan yang berbahaya dengan yang tidak berbahaya), eliminasi (menghilangkan bahaya yang ada), isolasi, ventilasi dan lain sebagainya.

2. Administrative Control, yaitu pengendalian dengan membuat peraturan tertulis yang akan mengatur tenaga kerja dalam menghadapi factor bahaya yang ada yang antara lain dilakukan dengan cara pengaturan jam kerja, memberikan pelatihan dan lain sebagainya. 3. Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD), yaitu cara pengendalain dan

pencegahan bahaya yang paling sederhana. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan jenis dan cara kerja yang dilakukan serta jenis potensi bahaya yang ada. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit adalah :

(60)

(Rev. 01)

(61)

1. Radiologi

Risiko bahaya pelayanan radiologi :

Bahaya potensial terutama terjadinya kebocoran bahan radioaktif yang dikategorikan sebagai Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pada petugas dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, gastrointestinal,leukemogonosis, karsinogenesis dan kerusakan genetik.

Upaya pengendalian :

1. Karyawan yang menjalankan alat rontgen harus menggunakan alat monitoring (film badge) dan secara periodik dilakukan pemeriksaan kesehatan.

2. Membentuk tim pemantau radiasi dan melakukan monitoring secara berkala. 3. Tenaga radiologi (Radiographer) yang sedang hamil hanya ditempatkan pada

bagian administrasi di ruang Radiologi dan tidak diperbolehkan bekerja / terpapar langsung sinar radioaktif karena paparan yang diterima tidak boleh dari 0,5 rem selama kehamilan.

4. Membuat rambu-rambu larangan masuk ruang radiologi bagi yang tidak berkepentingan.

5. Rotasi Radiographer.

6. Membuat dinding pemisah dengan dilapisi bahan antara peralatan / mesin rontgen dengan Radiographer agar pasien dan tenaga medis / paramedis mendapat perlindungan dari paparan bahaya radiasi.

7. Menyediakan pakaian anti radiasi (Apron).

8. Sertifikasi dan penilaian peralatan secara teratur.

2. Ruang CSSD Risiko bahaya :

Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi antara lain : gangguan pendengaran, peledakan, panas / peningkatan suhu ruangan, pancaran sinar ultraviolet, tangan / jari terpotong gunting.

Upaya pengendalian :

Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dilakukan : 1. Pencahayaan yang cukup

2. Cara kerja yang baik sesuai ergonomi

3. Ada tempat penyimpanan yang cukup untuk instrumen 4. Ada termometer dan hygrometer yang tercatat secara teratur

(62)

(Rev. 01)

(63)

5. Alur lalu lintas, ruangan dan ventilasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontaminasi

3. Unit Perawatan

Bahan dan peralatan yang digunakan :

Bahan-bahan kimia yang digunakan : berbagai jenis obat baik cair maupun padat untuk pasien, cairan infus, gas anestesi, formalin, Nitrogen dioksida. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : alat-alat medis (jarum suntik dan tensi meter), sarung tangan karet, sarana dan prasarana untuk pasien (kursi roda, tempat tidur pasien (bed), Trolley / kereta dorong, peralatan yang menggunakan listrik (medis dan non medis) dan lain sebagainya. Risiko bahaya di ruang / unit perawatan (perawat) :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tertusuk jarum suntik; terpeleset / jatuh akibat keadaan lantai atau penerangan yang buruk, tersengat aliran listrik, tertimpa / kejatuhan benda, dan terkena zat-zat kimia,

- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Infeksi Nosokomial (Inoks), terinfeksi penyakit menular (Hepatitis B, Tuberculosis Paru, dan HIV / AIDS), Low Back Pain (sakit pinggang) dan Trauma Disorders lainnya, penyakit-penyakit akibat gangguan psikososial, seperti stres, depresi, gangguan pada sistem tubuh, pelecehan seksual dan gangguan hubungan sosial / keluarga. Upaya pengendalian :

1. Melengkapi dan memelihara peralatan listrik secara rutin oleh IPSRS karena di ruangan perawatan banyak menggunakan alat-alat medis maupun non medis dengan dukungan / sarana listrik.

2. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelistrikan.

3. Menyediakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet (Hand scound) dan masker serta peralatan perlindungan lainnya.

4. Pelatihan mengenai Infeksi Nosokomial dan penyakit menular. 5. Memberikan penerangan dan House keeping yang baik. 6. Penyediaan informasi / poster tentang pencegahan Inoks 7. Pelatihan cara mengangkat pasien / barang yang benar. 8. Pengaturan jam sesuai standar perusahaan.

4. Kamar Bedah

Risiko bahaya di ruang Bedah :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(64)
(65)

Potensi kecelakaan kerja di kamar bedah antara lain : tertusuk jarum, jari tangan terpotong pisau bedah, terpercik specimen / secret pasien infeksius, gas anestesi bocor / meledak, dan terinfeksi penyakit pasien.

Upaya pengendalian :

1. Terhadap sarana dan prasana

1- Persediaan gas medis yang cukup (O2 dan N2O), aman dan selalu terkontrol 2- Alat penghisap lendir berfungsi baik

3- Aliran listrik dan stop kontak listrik yang cukup

4- Tersedia cadangan gas medis, listrik otomatis. Alat hisap lendir yang tetap berfungsi bila listrik padam

5- Pembuangan gas buang anestesi dan pipa atau saliran yang terkontrol dan aman 6- Program sterilisasi ruangan

7- Standarisasi/kalibrasi seluruh peralatan.

8- Pengontrolan kondisi ruang operasi, antara lain : kebocoran atap, AC dan pencahayaan.

2. Terhadap tenaga kerja

1- Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan kursus, latihan/simulasi untuk tenaga medis dan paramedis.

3. Penggunaan alat pelindung diri 1- Masker

2- Baju dan topi OK 3- Sarung tangan

5. Unit Gizi / Dapur Peralatan yang digunakan :

Peralatan dapur seperti pisau, kompor gas, tabung elpiji, lemari pendingin (freezer dan chiller), peralatan makan (piring, sendok dan gelas), dan peralatan-peralatan lainnya yang menggunakan peralatan listrik (oven, blender, mixer, dan microwave).

Risiko bahaya di unit Gizi / dapur :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : terpeleset / jatuh akibat lantai yang licin / basah, tangan luka / terpotong akibat pisau / benda tajam lainnya, peledakan dan kebakaran, luka bakar akibat api, minyak atau air panas, dan tersengat aliran listrik.

Upaya pengendalian :

(66)

(Rev. 01)

(67)

1. Peralatan kerja yang menggunakan listrik diperiksa secara berkala. 2. Housekeeping dan sanitasi yang baik

3. Pemeliharaan peralatan secara rutin

4. Memberikan pelindung khusus agar petugas tidak terpapar langsung dengan peralatan misalnya, pelindung tangan dan badan dari panas / api.

6. Unit Pemeliharaan

Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain : garam untuk boiler dan penjernihan air; soda as, Kalium permanganat, dan kaporit untuk penjernihan air, solar untuk bahan bakar boiler; semen dan bahan bangunan lainnya; dan berbagai bahan lainnya untuk perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit. Sedangkan peralatan kerja yang digunakan : mesin las, gerinda, alat pertukangan (bor, ketam, gergaji dan lainnya), alat perbaikan listrik dan sebagainya.

Risiko bahaya pada petugas IPSRS :

- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tersengat aliran listrik; luka bakar; terjatuh dari ketinggian; tangan luka / terpotong saat menggunakan gerinda, pisau, gergaji dan benda tajam lainnya; kebakaran dan peledakan; tertimpa benda dan terjepit dan lain sebagainya.

- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja : mual dan pusing atau keracunan saat pengeleman vinil, dermatitis kontak akibat penggunaan bahan kimia, iritasi mata dan pneumokoniosis akibat debu, keracunan CO di ruang Boiler dan genset, gangguan pendengaran, dan terinfeksi penyakit menular saat perbaikan peralatan medis. Upaya pengendalian :

1. Melengkapi semua petugas dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada :

1- Kewajiban menggunakan sepatu keselamatan saat bekerja

2- Untuk pekerjaan di ketinggian digunakan Safety belt dan Topi keselamatan. 3- Kewajiban penggunaan Ear Muff di ruang Genset dan lainnya

4- Masker dan respirator saat pengerjaan / perbaikan terhadap tempat yang berdebu dan mengandung bahan kimia.

2. Pengenalan Risiko bahaya sebelum melakukan pekerjaan. 3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(68)
(69)

BAB VI

UPAYA KESEHATAN KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT

Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi – tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologis.

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja, maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan, tetapi juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja.

Kegiatan di Rumah Sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi ergonomik, dan psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit, dan dapat menurunkan citra Rumah Sakit.

Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan dan keselamatan khususnya terhadap pekerja perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan menetapkan Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Eka sehingga tercapai derajat kesehatan kerja dan produktivitas kerja yang optimal.

Adapun tujuan kesehatan kerja di RS Eka adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan karyawan serta mengetahui secara dini bila terdapat gangguan kesehatan pada karyawan Rumah Sakit Eka, secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut:

(70)

(Rev. 01)

(71)

1. Untuk analisa pola kesehatan karyawan, sehingga dapat dilakukan pengurangan risiko gangguan kesehatan pada karyawan bila didapatkan pola penyebab terjadinya gangguan kesehatan.

2. Sebagai rekomendasi dalam penerimaan calon karyawan Rumah Sakit Eka. 3. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Sasaran dari Kesehatan Kerja Karyawan adalah: 1. Pemeriksaan Kesehatan Awal

Ditujukan untuk calon karyawan yang akan direkrut di Rumah Sakit Eka sesuai dengan bidang kerja karyawan. Hal ini dilakukan selain sebagai seleksi kepada karyawan sesuai dengan bidang kerja juga untuk perbandingan bila calon karyawan tersebut telah menjadi karyawan dan ditemukan adanya gangguan kesehatan dalam pemeriksaan berkala sehingga dapat didiagnosa termasuk gangguan kesehatannya akibat kerja (Penyakit Akibat Kerja)

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Ditujukan untuk seluruh karyawan Rumah Sakit Eka yang sudah bekerja ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk karyawan yang berhubungan dengan pelayanan, dilakukan 1 tahun sekali 2. Untuk karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan,

dilakukan 2 tahun sekali

3. Untuk petugas Gizi/Cafe melakukan pemeriksaan swab rectal, swab tangan dan Kerokan Kuku setiap 6 bulan

Pemeriksaan berkala dilakukan untuk mengetahui perkembangan kesehatan karyawan selama bekerja di Rumah Sakit Eka. Dari hasil pemeriksaan dapat dilihat suatu risiko penyebab suatu gangguan kesehatan, sehingga dapat meminimalkan risiko tersebut.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan ditujukan untuk seseorang yang diduga terkena penyakit akibat kerja dan memerlukan tindak lanjut.

1. Pemeriksaan Kesehatan: Dibagi menjadi:

1. Pemeriksaan Kesehatan Awal

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(72)
(73)

1) Bekerjasama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan Uji kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Awal.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan (MCU). Pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Visus dan Fisik, HBsAG dan Darah Lengkap, BHCG (wanita), Urine Lengkap, Thorax Photo, EKG, Anal Swab (Gizi), Kerokan Kuku (Gizi).

2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan berdasarkan unit kerja karyawan.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Pemeriksaan disesuaikan dengan jenis dan unit kerja karyawan.

3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan khusus.

2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis, Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, dll) dan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan khusus dan secara insidential.

2. Pemberian Vaksin bagi Karyawan

Program pemberian vaksin bagi karyawan Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan staff dari institusi pendidikan manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX, rumah tangga atau kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya, individu yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan korban narkoba, individu etnis kepulauan pasifik atau imigran/pengungsi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit Eka

(74)

Gambar

Tabel Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit Kerja
Tabel 7.1 Jenis dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun  (B3) di Laboratorium Rumah Sakit Eka
Tabel 7.2 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Laboratorium Rumah Sakit Eka

Referensi

Dokumen terkait

Untuk perlakuan pada media formulasi limbah cair pabrik kelapa sawit hambatan makan yang paling rendah pada perlakuan LCPKS 75 % + 0,4 g gula merah + 30 ml air kelapa +

Meskipun secara hitungan distribusi frekuensi, bahwa seluruh responden pada kelompok perlakuan yang diberi bebat perineum mengalami kesembuhan ≤ 7 hari, tapi

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi pada kelas tersebut dan untuk mengetahui langkah selanjutnya apakah menggunakan kaidah statistik parametrik atau

jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung... FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN

Nilai sekarang (Present Value) adalah nilai sekarang dari satu jumlah uang atau satu seri pembayaran yang akan datang, yang dievaluasi dengan suatu tingkat bunga tertentu4.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi. Batu

Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia masa orde baru ditata kembali oleh Soeharto sesuai dengan politik luar negeri yang bebas aktif hal itu dibuktikan dengan hal berikut ini