• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Perbatasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Perbatasan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“POLEMIK WILAYAH PERBATASAN INDONESIA”

Yoshua Vikas Arthit NPP: 24.1108 Kelas: A-2 Nindya Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Abstrak

Polemik perbatasan merupakan sebuah permasalahan klasik yang bisa dikatakan tak berujung meskipun telah berbagai macam kebijakan dilakukan untuk membenahi setiap kekurangan di wilayah perbatasan namun nyatanya tidak terjadi perubahan yang mencolok sehingga wilayah perbatasan masih diidentikan dengan daerah terbelakang dan tertinggal bahkan sebagian orang masih berpendapat daerah perbatasan masih primitif. Tongkat kepemimpinan bangsa telah berganti dari masa ke masa namun wilayah perbatasan masih saja bergumul dengan masalah yang sama mulai dari batas negara, kejahatan internasional, human trafficking

,illegal logging, kesenjangan sosial dan kesenjangan pembangunan dan masih banyak

masalah-masalah lainya. Oleh karena itu pengembangan wilayah perbatasan membutuhkan sebuah strategi khusus dan perbaikan dari sistem atau kebijakan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Kata Kunci : pembangunan, wilayah, perbatasan, masalah perbatasan.

1. Pendahuluan

Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan kekayaan alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. terdapat dua hal penting yang harus dilakukan yaitu pembangunan daerah perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan untuk yang bertujuan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat setempat dan pendekatan keamanan yang berguna agar terciptanya stabilitas politik,

ekonomi, sosial budaya,

penerapan pendekatan ini harus dilakukan secara bertintegrasi dan berkelanjutan.

Permasalahan utama dari

ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan adalah arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi “inward looking” sehingga seolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan negara. Akibatnya, wilayah-wilayah perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pada level lokal, permasalahan yang dihadapi oleh daerah perbatasan adalah berupa keterisolasian, keterbelakangan, kemiskinan, mahalnya harga barang dan jasa, keterbatasan prasarana dan sarana pelayanan publik (infrastruktur), rendahnya kualitas SDM

(2)

pada umumnya, dan penyebaran penduduk yang tidak merata. Sementara pada level nasional, permasalahan daerah perbatasan antara lain berupa: Kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada pembangunan daerah perbatasan serta masih kurangnya personil, anggaran, prasarana dan sarana, serta kesejahteraan, terjadinya perdagangan lintas batas illegal, kurangnya akses dan media komunikasi serta informasi dalam negeri, terjadinya proses pemudaran (degradasi) wawasan kebangsaan, illegal logging dan illegal fishing oleh negara tetangga; serta belum optimalnya koordinasi lintas sektoral dan lintas wilayah dalam penanganan wilayah perbatasan.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat perbatasan biasanya dipengaruhi oleh aktifitas Negara tetangga. Keadaan seperti ini bisa mengundang kerawanan dibidang

politik. Aspek ekonomi, masyarakat wilayah perbatasan di Indonesia pada umumnya memiliki kondisi ekonomi, pendidikan dan keamanan yang sangat memprihatinkan dikarenakan letaknya yang terisolir dan tidak mendapat akses sehingga kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan pembangunan menghiasi pemandangan diwilayah perbatasan. Aspek sosial budaya, tidak heran kita menyaksikan masyarakat wilayah perbatasan sangat mengerti dengan budaya Negara tetangga dari pada budaya bangsa Indonesia. Bahkan bukan hanya sekedar mengerti mereka bahkan sudah mulai mengadopsi dalam bentuk perilaku yang dikarenakan budaya asing lebih mudah untuk diakses dari pada budaya sendiri inilah yang menyebabkan degradasi nilai kecintaan terhadap negara Indonesia.

2. Gambaran Kondisi Daerah Perbatasan

Secara umum dan sejauh ini kondisi daerah perbatasan diidentikan dengan wilayah terbelakang dan tertinggal , pemukiman yang terisolir, infrastruktur yang kurang memadai, kurangnya tenaga pendidik, akses jalan yang susah untuk ditempuh, konflik tapal batas, patok batas negara yang tidak terawat, tempat strategis kejahatan berbasis internasional, rentan terjadi permasalahan perbatasan seperti

human trafficking, illegal logging dll,

bahkan sebagian kalangan masih beranggapan bahwa wilayah perbatasan masih primitif. Itulah pemikiran yang terlintas dibenak kita ketika membicarakan wilayah perbatasan hal ini nyata dan benar adanya dapat kita lihat dari bukti-bukti dokumentasi yang ada dan setiap

perbatasan terutama batas langsung (darat) antara Indonesia dengan negara tetangga seperti malaysia di Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Sambas yaitu di tanjung datu, temajo, Kabupaten Bengkayang tepatnya di Jagoi Babang dan Kabupaten Sanggau tepatnya di Tebedu Entikong dan Kalimantan Timur, kemudaian batas Indonesia-Timor Leste di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Kabupaten Belu, dan Indonesia-Papua Nugini di Provinsi Papua.

Pembangunan kawasan perbatasan belum seimbang dengan sumber daya alam yang tersedia hasilnya. Sebagai akibat belum ditatanya pembangunan daerah Perbatasan secara baik menimbulkan kesenjangan pembangunan, baik dibidang kesejahteraan maupun dibidang pendidikan dan lain-lain, hal ini dibuktikan

(3)

dengan masih banyaknya daerah -daerah disekitar perbatasan yang tidak terjamah oleh pemerintah. masalah SDM di daerah perbatasan, masih sangat memprihatinkan dan memerlukan penanganan yang serius. Permasalahan yang dihadapi rata-rata mengalamii kekurangan tenaga guru. Dari aspek politik masyarakat daerah perbatasan, ada fenomena lunturnya rasa Nasionalisme sebagai akibat sulitnya jangkauan pembinaan melalui jalur komunikasi dan informasi sehingga

masyarakat perbatasan lebih banyak mengetahui informasi melalui media televisi negara tetangga. Kondisi permasalahan tersebut diatas adalah sebagai akibat belum adanya sarana dan prasarana pendukung bagi pembangunan dan pertumbuhan perekonomian rakyat dan belum tersusunya tata ruang wilayah perbatasan dan tata ruang khusunya pintu gerbang lintas batas dengan negara tetangga.

3. Siapa Yang Sebenarnya Bertanggungjawab Terhadap Masalah Perbatasan?

Jika berbicara tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap polemik atau permasalahan yang terjadi di wilayah perbatasan jawabanya adalah tanggung jawab bersama, mengapa? karena semua elemen lapisan masyarakat terlibat baik secara langsung dan tidak langsung demikian juga pemerintah sebagai pengendali dan pembuat suatu kebijakan terutama kebijakan untuk wilayah perbatasan. Seperti contoh kasus human

trafficking tentunya ada pihak pertama,

kedua dan bahkan pihak ketiga, kita tempatkan pihak pertama sebagai penadah atau penjual kemudian pihak kedua sebagai pembeli dan pihak ketiga sebagai perantara, ketika proses transaksi berlangsung tentunya ada interaksi dari pihak pertama kedua dan ketiga. Dari kasus tersebut dapat kita simpulkan terjadinya masalah perbatasan tersebut dilakukan secara sadar dan diam artinya ketidaksadaran masyarakat akan pelanggaran berat yang menyangkut HAM ini merupakan kejahatan besar, kemudian pemerintah sebagai pihak yang menjadi

pemecah masalah tersebut berusaha untuk memberantas dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan demikian semua pihak terlibat secara langsung dan tidak langasung, dapat kita tarik akar kesimpulan bahwa masalah ini merupakan tanggung jawab dari berbagai pihak yang disebutkan, hal ini berlaku tidak hanya untuk satu permasalahan namun permasalahan lainya juga yang umum sering terjadi di wilayah perbatasan.

Pada intinya setiap lapisan elemen masyarakat dan pemerintah harus memiliki tingkat kesadaran akan hukum dan jiwa solidaritas yang tinggi niscaya wilayah perbatasan tidak akan menimbulkan masalah yang begitu besar di perbatasan, adanya kesadaran dan ketaatan masyarakat perbatasan akan hukum akan menutup peluang terjadinya permasalahan di perbatasan dan harus diiringi dengan fokus dari pemerintah untuk memajukan dan membangun wilayah perbatasan terutama kesejahteraan masyarakat perbatasan sehingga akan menciptakan situasi yang kondusif yang tentunya akan meminimalisir pemicu terjadinya permasalahan di wilayah perbatasan.

(4)

4. Apa Yang Salah Dengan Pemerintah Indonesia Hingga Menyebabkan Pembangunan Yang Tak Kunjung Selesai?

Menurut analisis saya dan berdasarkan materi yang telah saya terima dalam mata kuliah manajemen perbatasan saya menyimpulkan bahwa kesalahan yang menyebabkan pembangunan di wilayah perbatasan berkesan tidak ada perkembangan atau stagnant atau bahkan tak kunjung selesai adalah kesalahan sistem pengelolaan dalam hal ini kesalahan dalam membuat kebijakan.

Mengapa demikian? Karena sistem pengelolaan wilayah perbatasan saat ini adalah sentralistik bergantung pada pemerintah pusat hal ini menyebabkan ketergantungan terhadap pemerintah pusat sedangkan yang tau keadaan di lapangan adalah pemerintah daerah perbatasan itu sendiri, jika suatu program pembangunan dicanangkan oleh pemerintah pusat dan akan di realisasikan maka membutuhkan proses yang panjang dan berbelit-belit seperti yang kita ketahui birokrasi di Indonesia ini berkesan tidak bersih, bila pemerintah pusat memberikan 1 miliar untuk pembangunanm wilayah perbatasan maka karena kotornya birorasi yang ada dana yang sampai untuk pembangunan pasti tidak akan utuh sebesar 1 miliar sesuai penganggaran awal.

Pemerintah masih mempertahankan kebijakan ini karena kekhawatiran akan lepasnya wilayah perbatasan terutama jika di urus oleh pemerintah daerah itu sendiri dikhawatirkan akan melepaskan diri atau bahkan bergabung dengan negara tetangga karena merasa akan lebih sejahtera bila

dengan negara tetangga terlebih bila melihat kondisi wilayah perbatasan yang tak kunjung selesai pembangunanya dan melihat perbedaan yang mencolok dengan negara sebelahnya.

Seharusnya Pemerintah menerapkan kebijakan otonomi yang penuh bukan yang setengah hati terutama mengenai wilayah perbatasan, seandainya wilayah perbatasan dipegang oleh pemerintah daerah tentunya pemerintah daerah itulah yang tahu seluk beluk wilayah perbatasanya, yang tahu apa yang diperlukan dan tahu membangun wilayahnya sendiri tentunya dengan supply dana yang mempuni yang diperoleh dari APBD dan suntikan dana dari APBN, dengan demikian setidaknya akan

membuka peluang peningkatan

pembangunan yang secara bertahap akan memajukan wilayah perbatasan tentunya tidak terlepas dari fungsi pengawasan pemerintah daerah terhadap wilayah perbatasanya

5. Kesimpulan

Pembenahan sistem pengelolaan wilayah perbatasan perlu mendapatkan sentuhan perubahan dengan tujuan untuk memperbaiki ke arah yang lebih baik, harus dilakukanya perubahan dari sentralistik ke desentralisasi memberikan wewenang sepenuhnya kepada pemerintah daerah untuk mengelola wilayah perbatasan nya diiringi dengan proses manajemen yang baik pula dan memberikan kebijakan khusus seperti otonomi khusus yang menciptakan keterikatan wilayah perbatasan dengan NKRI dengan demikian secara berkelanjutan pembangunan wilayah perbatasan akan terpenuhi secara maksimal.

(5)

6. Daftar Pustaka

Anonimus. 2008. Kajian Implementasi

Kebijakan Pengembangan Wilayah Strategis Cepat Tumbuh dalam Rangka Mendorong Pengembangan Wilayah Tertinggal.

Listiyah Miniarti, 1996. Peranan Potensi

Prasarana dan Sarana Sosial dan Ekonomi dalam Pengembangan Wilayah Perbatasan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis tindakan yang dirumuskan peneliti adalah diduga “Adanya Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Layanan Penguasaan Konten Dengan

Peran kader Muhammaddiyah dalam politik kebangsaan yang perlu dikembangkan anatara lain sebagai berikut: (1) Membawa dan mengaktualisasikan misi dan usaha

Bab ini berisikan landasan teori dan kerangka berfikir yang mendasari penulisan laporan penelitian ini yang menjelaskan definisi dari berbagai aspek yang terkait dengan

Iris terletak pada bagian depan bola mata, pada bagian iris tersebut terdapat suatu pingmen warna, oleh sebab itu iris sering juga disebut dengan selaput pelangi, iris

Fokus penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang batasan masalah yang berisi pokok masalah sebagai parameter penelitian. Adapun variabel yang terkandung

Revisi zonasi Taman Nasional Karimunjawa bertujuan untuk mengubah zonasi Taman Nasional Karimunjawa sehingga mampu mengakomodir berbagai kepentingan seperti ekologi,

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan intensi perilaku seksual pranikah pada

sebesar 0,33 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,17 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara gaya belajar siswa perempuan dengan hasil