Executive Summary 2013
Executive Summary
PELUANG
INVESTASI
DI
KABUPATEN
SOLOK:
PENGEMBANGAN
KAWASAN
PARIWISATA
DI
DANAU
KEMBAR
(DANAU
DIATAS
‐
DANAU
DIBAWAH)
Pengenalan Kabupaten Solok
Kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00°32’14’’ dan 01°46’45” Lintang Selatan dan 100°25’00” dan 101°41’41” BujurTimur. Topografi wilayah sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit‐bukit dengan ketinggian antara 329 meter – 1458 meter di atas permukaan laut (dpl).
Kabupaten Solok memiliki banyak sungai dan danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Kabupaten Solok juga memiliki satu gunung berapi yaitu Gunung Talang. Dilihat dari sudut pandang letaknya, Kabupaten Solok memiliki posisi yang sangat stategis karena dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera dan daerahnya berbatasan langsung dengan Kota Padang selaku ibukota Propinsi Sumatera Barat.
Peluang Investasi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Kabupaten Solok dikenal dengan sebutan ”Solok Nan Indah”. Dengan identitas tersebut, Kabupaten Solok ditunjuk oleh Pemerintah Sumatera Barat sebagai salah satu tujuan wisata dari 19 daerah tujuan wisata yang dikembangkan. Obyek wisata di Kabupaten Solok berjumlah 88 buah, yang tersebar di 14 kecamatan, namun kini baru 11 objek wisata yang ditetapkan sebagai objek‐objek wisata unggulan/prioritas.
Kabupaten Solok beriklim tropis dan sejuk serta mempunyai berbagai obyek wisata yang terdiri dari wisata keindahan alam, wisata budaya yang menarik, serta wisata minat khusus yang menantang. Danau‐danau yang terkenal di Kabupaten Solok adalah Danau Singkarak, Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), dan Danau Talang.
Kenyataannya saat ini, pariwisata di Kabupaten Solok merupakan urat nadi perekonomian yang prospeknya bagus untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Solok, khususnya untuk wisata alam (ecotourism) di kawasan Danau Kembar.
Permasalahannya adalah sarana penunjang objek wisata yang kini tersedia dirasakan belum memadai. Di Danau Kembar, terdapat Danau Kembar Resort yang hanya memiliki fasilitas 2
Executive Summary 2013
villa besar dengan 6 kamar, 2 kotek (cottage) kayu dengan 2 kamar, kotek batu 10 buah dengan 10 kamar, sedangkan potensi kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri relatif besar dan cenderung meningkat.
Untuk menunjang pariwisata di Danau Kembar pada khususnya dan pariwisata di Kabupaten Solok pada umumnya, maka pada kesempatan ini direncanakan melakukan pembangunan fasilitas penginapan (hotel) bertaraf internasional. Kebutuhan dan investasi untuk membangun hotel tersebut diperkirakan sebesar Rp 130 milyar. Dana investasi tersebut meliputi pembiayaan‐pembiyaan untuk pembelian tanah, biaya konstruksi, biaya peralatan, dan biaya‐biaya tidak langsung (perencanaan dan perijinan).
Hotel tersebut akan memberikan fasilitas 114 kamar yang terdiri dari kamar‐kamar superior (bertarif termurah) sampai dengan kamar caesar suite (bertarif termahal), ruang‐ruang rapat, kafe, restoran, dan lain‐lainnya sesuai dengan standar hotel internasional. Hotel ini diperkirakan akan mempunyai tingkat hunian yang lebih dari 40%, dan Profitability Index (PI)
dari investasi hotel ini adalah 1,3 yang lebih besar daripada 1 yang berarti investasi ini potensial memberikan keuntungan kepada calon investor.
Gambaran Wilayah 2013
A.
GAMBARAN WILAYAH
A.1 Aspek Geografis dan Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Solok sekitar 373.800 ha (3.738, km2). Secara geografis letak Kabupaten Solok berada antara 00032’14’’ dan 01046’45” Lintang Selatan dan 100025’00” dan 101041’41” Bujur Timur.
Kabupaten Solok memiliki banyak danau yang terkenal dengan pesona keindahan alamnya. Di antara danau‐danau tersebut, yang terluas adalah Danau Singkarak, diikuti oleh Danau Kembar (Danau Diatas dan Danau Dibawah), dan Danau Talang. Kabupeten Solok posisinya sangat stategis karena selain dilewati jalur Jalan Lintas Sumatera juga daerahnya berbatasan langsung dengan Kota Padang selaku Ibukota Propinsi Sumatera Barat. Batas‐batas wilayah Kabupaten Solok adalah sebagai berikut:
¾ Sebelah Barat : Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan
¾ Sebelah Utara : Kabupaten Tanah Datar
¾ Sebelah Timur : Kabupaten Sijunjung
¾ Sebelah Selatan : Kabupaten Solok Selatan
Semenjak pusat pemerintahan dialihkan ke Arosuka sebagai ibukota Kabupaten Solok jarak tempuh ke Kota Padang selaku ibukota propinsi menjadi semakin pendek yaitu 40 km, sedangkan jarak ke Kota Medan 825 km, dan ke Banda Aceh 1433 km.
A.2 Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim dan Curah Hujan
Secara umum kabupaten Solok beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara 180 C hingga 300 C, di mana dapat ditemui daerah berhawa panas, sedang, dan dingin dengan ketinggian antara 400 m sampai 1.700 m di atas permukaan laut. Daerah yang mempunyai ketinggian antara 400 – 500 m di atas permukaan laut meliputi sekitar 37%, yang berada pada ketinggian 500 – 1000 m meliputi sekitar 34%, dan berada pada ketinggian 1000 m sampai 1.700 m di atas permukaan laut sekitar 29%.
Dengan topografi yang tidak rata, Kabupaten Solok memiliki empat buah danau yaitu: 1. Danau Singkarak di Kecamatan X Koto Singkarak seluas + 1129,29 ha.
Gambaran Wilayah 2013
3. Danau Dibawah di Kecamatan Lembang Jaya seluas + 16,83 ha 4. Danau Talang di Kecamatan Lembang Jaya + 1,9 ha
Danau‐danau itu adalah jadi sumber hidup petani sebagai sumber pengairan sawah, nelayan yang memanfaatkan potensi perikanan, juga merupakan aset wisata bagi para wisatawan mancanegara maupan domestik.
Wilayah Kabupaten Solok memiliki curah hujan berbeda, curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Sungai Pagu (5.774 mm) dengan hari hujan 153 hari dalam setahun, dan terendah di Saningbakar (1.189 mm) dengan jumlah hari hujan rata‐rata 99 hari per‐tahun.
Perbedaan iklim yang cukup tajam antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Solok bagian utara yang rata‐rata lebih rendah, tanahnya juga tidak terlalu subur, berbatu, dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau meninggalkan kampung halamannya, misalnya Kecamatan IX Koto Sungai Lasi, X Koto Diatas, X Koto Singkarak dan Junjung Sirih. Sementara di bagian tengah arah ke selatan terletak pada dataran tinggi, bercurah hujan tinggi dan tanahnya lebih subur, mulai dari Kecamatan Gunang Talang, Lembah Gumanti, dan Lembang Jaya.
A.2.2 Penggunaan Lahan
Ditinjau dari komposisi pemanfaatan lahan, pada tahun 2011 sebanyak 38.88% wilayah Kabupaten Solok masih berstatus hutan negara dan 15.99% berstatus hutan rakyat. Sedangkan yang diolah rakyat untuk ladang dan kebun sebanyak 10.37%, dan yang dikelola oleh perusahaan perkebunan sebanyak 2.18%. Pemanfaatan lahan untuk sawah lebih kurang 6.30% dan merupakan areal sawah terbesar di Sumatera Barat.
Sebagai sentra produksi padi di Sumatera Barat, pada tahun 2011 areal sawah terluas di Kabupaten Solok berada di Kecamatan Gunung Talang, kemudian diikuti oleh Kecamatan Kubung dan Kecamatan Bukit Sundi.
Tabel A‐1 Luas dan Persentase Lahan Menurut Jenis Penggunaan Tahun 2011
Jenis Penggunaan Luas Lahan (ha) Persentase (%)
2010 2011 2010 2011
Lahan sawah 23 555 23 561 6.30 6.30
Pekarangan/bangunan dan halaman
sekitarnya 6 611 6 669 1.77 1.78
Gambaran Wilayah 2013
Perkebunan 7829 8165 2.09 2.18 Kebun campuran ‐ ‐ ‐ ‐ Hutan negara 145320 145320 38.88 38.88 Hutan rakyat 59898 59766 16.02 15.99
Sementara tidak diusahakan 36153 35736 9.67 9.56
Semak‐semak/alang‐alang 3581 3548 0.96 0.95
Rawa‐rawa 4 4 0.00 0.00
Kolam 373 373 0.10 0.10
Tambak ‐ ‐ ‐ ‐
Lainnya 51865 51913 13.88 13.89
Sumber: Dinas Pertanian, Perikanan, dan Peternakan Kabupaten Solok, 2011
A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Solok pada tahun 2012 berdasarkan data BPS sebesar 352.705 jiwa. Komposisinya terdiri dari 173.856 jiwa penduduk laki‐laki dan 178.840 jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin 97,21. Angka ini berarti setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Solok terdapat 97 penduduk laki‐laki atau dengan kata lain jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki‐laki.
Kecamatan Kubung merupakan kecamatan yang terbesar jumlah penduduknya yaitu 56.307 jiwa atau lebih besar dari jumlah penduduk Kota Solok, kemudian diikuti oleh Kecamatan Lembah Gumanti di posisi kedua dengan jumlah penduduk 54.464 jiwa, dan Kecamatan Gunung Talang pada posisi ketiga dengan jumlah penduduk 47.339 jiwa.
Sedangkan kecamatan yang terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Payung Sekaki sebanyak 8093 jiwa. Hal tersebut tidak berlaku untuk kepadatan penduduk di mana Kecamatan Kubung merupakan kecamatan terpadat, diikuti oleh Kecamatan Danau Kembar, sedangkan Kecamatan Tigo Lurah merupakan kecamatan terjarang jumlah penduduknya.
Tabel A‐2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Solok Tahun 2001 – 2011
No. Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)
Laju Pertumbuhan 2007 2008 2009 2010 2011 (%) 1 Pantai Cermin 20.806 21.054 21.850 20.335 20.472 0,79 2 Lembah Gumanti 48.797 49.379 51.310 53.178 54.464 1,92 3 Hiliran Gumanti 16.512 16.709 15.997 16.053 16.280 1,17 4 Payung Sekaki 8.563 8.665 8.930 8,027 8.093 2,14 5 Tigo Lurah 8.928 9.034 9.265 9,574 9.709 0,95 6 Lembang Jaya 25.859 26.167 26.840 25.752 26.038 1,38 7 Danau Kembar 19.679 19.914 20.516 18.853 19.081 2,22 8 Gunung Talang 45.052 45.589 42.758 46.738 47.399 0,49
Gambaran Wilayah 2013
9 Bukit Sundi 23.035 23.310 24.035 22.827 23.035 1,28 10 IX Koto Sungai Lasi 10.433 10.557 10.875 9.671 9.689 1 11 Kubung 54.835 55.489 56.077 55.303 56.307 2,02 12 X Koto Diatas 21.727 21.986 22.461 18.461 18.264 0,28 13 X Koto Singkarak 33.630 34.031 34.919 31.686 31.816 1,12 14 Junjung Sirih 13.659 13.822 13.986 12.106 12.058 0,8 Kabupaten Solok 351.515 355.706 359.819 348.566 352.705
Sumber: Kabupaten Solok Dalam Angka, 2008‐2012
A.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 226 orang terdaftar sebagai pencari kerja pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Solok. Dari jumlah yang terdaftar tersebut, sebagian besar di antaranya adalah wanita (77,8%). Bila dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan, jumlah terbesar ada di kelompok dengan pendidikan S1 (Sarjana).
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana
A.4.1 Transportasi Darat
Total panjang jalan di Kabupaten Solok sampai akhir tahun 2011 berjumlah 1.421,63 km, dengan rinci menurut status jalan, jalan nasional 66,21 km, jalan propinsi 118,09 km dan jalan kabupaten 1 237,33 km. Jika dilihat dari kondisi jalan, terdapat peningkatan jalan berkualitas baik sebesar 12,3% dari tahun lalu. Jalan berkualitas sedang mengalami penurunan 5,83%, jalan berkualitas rusak turun 22,68% dan jalan dalam kondisi rusak berat mengalami penurunan 2,7%.
Tabel A‐3 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaannya dan Status Pemerintahan yang Berwenang
Tahun 2011
Klasifikasi Status Pemerintahan yang Berwenang Jumlah
Nasional Propinsi Kabupaten
Aspal 66.21 118.09 654.15 838.45 Kerikil ‐ ‐ 124.11 124.11 Tanah ‐ ‐ 459.07 459.07 Lainnya ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah Tahun 2010 Tahun 2009 66.21 66.21 118.09 118.09 1237.33 1237.33 1421.63 1421.63
Sumber: Dinas PU Kabupaten Solok, Tahun 2011
Gambaran Wilayah 2013
A.4.2 Sumber Energi/Listrik
Industri kecil/kerajinan merupakan salah satu sektor andalan yang diharapkan dapat menopang perekonomian Kabupaten Solok. Pada tahun 2011 terjadi kenaikkan yang cukup signifikan terhadap jumlah industri kecil/kerajinan dan tenaga kerja masing‐masing sebesar 4,55% dan 43,63%.
Pada tahun 2011 jika ditinjau dari segi nilai produksi industri kecil/kerajinan, terjadi penurunan dari 15,745 milyar rupiah, di mana pada tahun 2010 sebesar 18,64 milyar rupiah. Sedangkan dilihat dari jenis industrinya, industri pangan menyumbangkan nilai produksi tertinggi yaitu 6,66 milyar rupiah dengan kontribusi sebesar 42,35%.
Sementara untuk tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi energi listrik setiap tahunnya terus menunjukkan peningkatan. Tahun 2011 ini jumlah pelanggan listrik di kabupaten Solok yaitu berjumlah sebanyak 71.483 pelanggan, pelanggan terbanyak adalah rumah tangga sebanyak 64.879 pelanggan (90,76%), kemudian diikuti pelanggan jenis lainnya sebanyak 4301 pelanggan (6,01%), dan dari jenis sosial sebanyak 2.294 pelanggan (3,21%).
A.5 Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok
Visi dan misi Kabupaten Solok yang menjadi landasan Pembangunan Jangka Menengah tahun 2011 – 2015 adalah:
" Terwujudnya kepemerintahan yang baik menuju masyarakat sejahtera" Visi tersebut akan diwujudkan dengan melaksanakan misi sebagai berikut:
1) Mewujudkan tata kelola pemerintahan lokal yang bersih dan berwibawa dan taat hukum. 2) Meningkatkan kehidupan yang agamais, bermoral, dan berbudaya luhur.
3) Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menciptakan tatanan perekonomian terpadu berbasis tekhnologi.
4) Menciptakan pendidikan berkualitas.
Gambaran Wilayah 2013
6) Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pembangunan di segala bidang. 7) Membangun kepariwisataan sebagai kekuatan ekonomi strategis.
8) Mengoptimalkan pembangunan kepemudaan, olahraga dan pemberdayaan perempuan
A.5.2 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Solok Tahun 2013 – 2033
Pengembangan tata ruang wilayah didasarkan pada faktor‐faktor yang mempengaruhi perkembangan kawasan secara makro (bersifat eksternal) maupun mikro wilayah (bersifat internal). Faktor‐faktor determinan yang mempengaruhi perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Solok dalam konteks eksternal di antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Visi Kabupaten Solok yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Solok 2006 – 2026 yaitu mengarahkan Kabupaten Solok sebagai daerah terbaik dari yang terbaik.
(2) Penetapan beberapa kawasan sesuai dengan arahan dalam RTRWN, di antaranya:
a) Kawasan Andalan Solok (Danau Di Atas dan Danau Di Bawah, Danau Singkarak, Lubuk Alung dan Ketaping) dengan sektor unggulan pertambangan, pertanian, perkebunan, pariwisata, dan industri.
b) Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) sebagai Kawasan Lindung Nasional. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat ini secara administratif terletak pada beberapa wilayah provinsi, meliputi Provinsi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Sumatera Barat.
(3) Penetapan Arosuka sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan bagian dari Kawasan Metropolitan Padang yang berfungsi sebagai kawasan perkotaan satelit.
(4) Kabupaten Solok merupakan bagian dari pengembangan sistem transportasi nasional, dengan jalur lintas regional (jalan nasional) yang melalui Kabupaten Solok, yaitu jalur lintas tengah Sumatera yang melintasi Padang – Arosuka (Kabupaten Solok) – Kota Solok – Kota Sawah Lunto, dan jalan propinsi yang melalui Kabupaten Solok Selatan – Kabupaten Solok – Kota Solok – Kabupaten Tanah Datar.
Sementara, faktor‐faktor internal yang mempengaruhi perumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Solok adalah sebagai berikut:
(1) Peluang dan tantangan sebagai daerah yang terletak di antara wilayah‐wilayah yang sudah berkembang di Provinsi Sumatera Barat.
(2) Kendala dan limitasi fisik wilayah:
Gambaran Wilayah 2013
Memiliki kawasan dengan kelerengan > 40% dengan sebaran luas lebih dari 60% luas wilayah Kabupaten, yang merupakan kawasan gunung / pegunungan.
Keberadaan kawasan lindung dan konservasi, terutama keberadaan taman nasional sebagai upaya pelestarian alam dan cagar budaya.
(3) Memiliki potensi wilayah di sektor pertanian (agro), dengan komoditas pertanian bahan pangan (padi) dan lainnya, namun masih didistribusikan dalam bentuk bahan mentah (belum memiliki nilai tambah).
(4) Memiliki potensi wilayah di sektor pariwisata (keindahan alam) dengan kawasan danau yang indah namun masih belum dikelola secara optimal.
(5) Masih perlu dukungan pengembangan aksesibilitas wilayah:
Dilalui Jalur Lintas Tengah (Jalur regional Sumatera dan jalan nasional).
Profil Perekonomian Wilayah 2013
B.
PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1 Struktur Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Solok atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 adalah sebesar 6 triliun rupiah. Dibandingkan dengan nilai PDRB pada tahun 2010 yang mencapai 5,31 triliun rupiah, berarti selama tahun 2011 terdapat kenaikan sebesar 699,24
milyar rupiah. Bila ditelaah menurut sektor ekonomi/lapangan usaha, secara keseluruhan kegiatan perekonomian di Kabupaten Solok menunjukkan adanya peningkatan yang cukup bervariasi. Kabupaten Solok yang merupakan wilayah agraris memposisikan sektor pertanian sebagai sektor ekonomi andalan dengan nilai tambah sekitar 2,39 triliun rupiah pada tahun 2010, dan sebesar 2,76 triliun pada tahun 2011. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sektor pertama yang paling besar peningkatannya di antara sektor ekonomi lainnya. Jika dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan sektor pertanian pada tahun 2010, kenaikan nilai tambah yang dihasilkan adalah sebesar Rp 369,27 milyar.
Tabel B‐1 Perkembangan PDRB Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Berlaku (miliar rupiah)
Tahun 2007 – 2011
No. Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rata2006‐Rata –
2010
1 Pertanian 1550,05 1810,49 2075,14 2389,77 2759,04 2116,89 2 Pertambangan dan
Penggalian 130,96 155,07 178,90 201,51 223,83 178,05 3 Industri Pengolahan 227,25 264,95 303,51 345,64 378,052 303,88 4 Listrik dan Air Bersih 20,02 23,46 25,77 28,36 30,51 25,62 5 Bangunan 227,74 295,02 319,30 354,82 419,96 323,36 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 440,68 523,46 620,57 721,71 833,79 628,04 7 Pengangkutan dan Komunikasi 371,96 456,51 528,15 611,17 706,96 534,95 8 Keuangan, Jasa Bangunan, dan Jasa Perusahaan 59,74 70,49 80,47 91,57 102,26 80,91 9 Jasa‐Jasa 392,32 443,31 506,12 564,35 633,34 507,89 Jumlah 3420,70 4042,75 4637,92 5308,97 6008,21 4699,61
Sumber: PDRB Kabupaten Solok menurut lapangan usaha,tahun 2012
Jika dilihat perkembangan perekonomian Solok selama periode 2006 sampai dengan 2010, rata‐rata PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan seluruh sektor usaha di Kabupaten Solok adalah sekitar Rp 4,68 trilyun. Sementara itu, sektor pertanian masih tetap
Profil Perekonomian Wilayah 2013
memposisikan sebagai sektor yang paling besar dalam menghasilkan nilai tambah dalam struktur PDRB Kabupaten Solok.
Kinerja perekonomian Kabupaten Solok yang dipresentasikan melalui PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2011 masih mampu mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Berdasarkan hasil perhitungan nilai PDRB Kabupaten Solok atas dasar harga konstan pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp 2,303 triliun. Dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya, nilai yang dicapai selama tahun 2011 sedikit mengalami kenaikan di mana pada tahun 2010 PDRB atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp 2,17 triliun, sehingga selama tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar Rp 128,68 milyar atau sekitar 5,91%.
Tabel B‐2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Solok Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007 – 2011
No. Lapangan Usaha
Laju Pertumbuhan Rata‐
Rata 2006 – 2010 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 768,36 813,30 861,03 915,27 970,70 865,732 2 Pertambangan 65,02 69,91 75,04 80,64 86,75 75,472 3 Industri Pengolahan 133,85 142,89 152,38 162,71 167,00 151,766
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,21 7,71 8,11 8,54 9,01 8,116
5 Bangunan 101,77 108,87 113,36 120,40 127,87 114,454
6 Perdagangan 256,87 276,91 296,28 317,23 338,56 297,17
7 Pengangkutan & Komunikasi 179,88 192,28 207,91 224,21 241,89 209,234
8 Keuangan Persewaan dan Jasa 36,80 39,80 42,28 45,14 47,76 42,356
9 Jasa‐Jasa 262,10 275,15 290,69 300,99 314,27 288,64
PDRB (juta) 1811,86 1926,83 2047,62 2175,12 2303,83 2052,94
Sumber: Hasil Perhitungan, Tahun 2013
B.2 Potensi Perekonomian
Bagi Kabupaten Solok, pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Pertanian di Kabupaten Solok dibagi ke dalam lima sub‐sektor, di antaranya: tanaman pangan, tanaman holtikultura, tanaman perkebunan, perikanan, dan peternakan. Setiap sub‐sektor tersebut memiliki komoditas unggulan yang mempunyai prospek perkembangan yang baik di masa yang akan datang.
B.2.1 Pertanian
Padi dan jagung merupakan tanaman pangan yang dominan. Tanaman padi yang diusahakan Kabupaten Solok adalah tanaman padi sawah, dengan jumlah produksi pada tahun 2011 sebesar 304.124,40 ton. Produksi terbesar tanaman padi sawah ini terdapat di Kecamatan Gunung Talang yaitu 58.498,10 ton, sedangkan untuk jumlah produksi paling sedikit adalah sebesar 173,30 ton di Kecamatan Danau Kembar.
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Solok pada tahun 2011 terdiri dari 6 (enam) jenis tanaman, yaitu: jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Dari keseluruhan tanaman palawija tersebut, ubi jalar merupakan tanaman yang memiliki produksi terbesar dengan jumlah 33.534,70 ton, diikuti oleh tanaman ubi kayu 14.093,50 ton, dan jagung 2.442,70 ton. Sedangkan tanaman palawija yang belum dioptimalkan adalah tanaman kacang hijau yang hanya memproduksi 55 ton dan kedelai sebesar 108,28 ton.
B.2.2 Perikanan
Budidaya perikanan yang berkembang di Kabupaten Solok adalah budidaya perikanan air tawar. Budidaya ikan air tawar terdiri dari budidaya perikanan sungai, danau, telaga, kolam, dan sawah serta pembibitan ikan. Jenis ikan budidaya yang dikembangkan antara lain ikan garing, mas, nila, nilem, mujair, kulari, patin, baung, gabus, dan ikan betok. Jumlah produksi ikan di Kabupaten Solok didominasi oleh budidaya perikanan kolam yaitu sebesar 383,5 ton disusul oleh budidaya perikanan danau 80,90 ton, budidaya perikanan sawah 43,55 ton, dan budidaya perikanan sungai 34,25 ton.
Daerah yang bukan merupakan sentra produksi perikanan di Kabupaten Solok meliputi Kecamatan Payung Sekaki, Kecamatan Danau Kembar, Kecamatan Tigo Lurah, Kecamatan Lembah Gumanti, Kecamatan X Koto Diatas, IX Koto Sungai Lasi, Kecamatan Hiliran Gumanti, dan Kecamatan Pantai Cermin.
B.2.3 Peternakan
Pada umumnya ternak yang diusahakan oleh penduduk bervariasi, mulai dari ternak besar hingga unggas. Untuk Kabupaten Solok, perkembangan pengelolaan ternak terdiri dari:
• Ternak besar seperti sapi, kerbau, dan kuda
• Ternak kecil seperti kambing
• Serta unggas yang dikembangkan adalah ayam, itik, dan puyuh
Dari ketiga jenis peternakan yang diusahakan tersebut, unggas merupakan ternak yang sangat berkembang dan potensial untuk dikelola. Pada tahun 2011 tercatat bahwa unggas yang paling banyak dikelola adalah ayam kampung dengan jumlah 239.656 ekor, disusul oleh itik sebanyak 131.310 ekor, dan ayam ras 124.459 ekor. Sedangkan untuk ternak besar dan kecil, jumlah terbesar yang dikelola adalah ternak sapi sebanyak 50.187 ekor dan kambing sejumlah 19.325 ekor. Ternak yang paling kecil diusahakan di Kabupaten Solok tahun 2011 adalah kuda dan kerbau dengan jumlah masing‐masing sebesar 392 ekor dan 12.427 ekor.
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Sentra peternakan Kabupaten Solok untuk sapi potong, kerbau, kambing, ayam dan itik tersebar di seluruh kecamatan, seperti Kecamatan X Koto Diatas, Kubung, dan Gunung Talang. Kecamatan Pantai Cermin, IX Sei Lasi hanya merupakan daerah sentra produksi komoditi sapi potong dan ayam.
B.2.4 Perkebunan
Berdasarkan data tahun 2011, terlihat bahwa komoditi perkebunan yang potensial dalam produknya adalah kayu manis dengan jumlah 14.656,72 ton, disusul oleh komoditi kopi dengan produksi sebesar 10.830,04 ton, dan teh 3.656,53 ton.
Untuk kayu manis, kecamatan yang paling banyak menghasilkan adalah X Koto Diatas yaitu sebesar 4.398,16 ton yang diikuti oleh Kecamatan Gunung Talang sebesar 2.896,77 ton. Sedangkan produksi paling sedikit terdapat di Kecamatan Lembang Jaya dan Bukit Sundi dengan produksi masing‐masing sebesar 52,95 ton dan 107,01 ton.
Sedangkan untuk produksi perkebunan yang belum optimal menghasilkan adalah dari komoditi merica dengan jumlah 4,66 ton, selanjutnya adalah kunyit dengan produksi 27,60 ton dan tembakau 41,64 ton. Untuk komoditi merica, hanya terdapat di 3 (tiga) kecamatan saja di Kabupaten Solok di antaranya Kecamatan Kubung dengan produksi sebesar 2,76 ton, Kecamatan Payung Sekaki 1 ton, dan Kecamatan Bukit Sundi dengan jumlah 0,84 ton.
B.2.5 Pariwisata
Kabupaten Solok di kenal dengan sebutan ”Solok Nan Indah”. Identitas tersebut menjadikan Kabupaten Solok ditunjuk Pemerintah Sumatera Barat sebagai salah satu tujuan wisata dari 19 daerah tujuan wisata yang harus dikembangkan.
Kabupaten Solok beriklim tropis dan sejuk mempunyai obyek wisata alam yang indah dan obyek wisata budaya yang menarik serta wisata minat khusus yang menantang. Wisata alam yang indah didukung oleh 4 buah Danau yaitu Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Singkarak, dan Danau Talang. Obyek wisata di Kabupaten Solok berjumlah 88 buah yang tersebar di 14 Kecamatan, namun baru sebanyak 11 objek wisata yang ditetapkan sebagai objek‐objek wisata unggulan/prioritas.
Profil Perekonomian Wilayah 2013
Tabel B‐3 Sebaran Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Solok
No. Nagari Nama Objek Jenis Objek
Jarak dari Ibukota Kabupaten (km) Keterangan I Kecamatan X Koto Diateh
1 Sulik Aia 1. Gunung Merah Putih/Janjang Saribu Alam 54
2. Batu Tagantuang/Batu Galeh Alam 54
3. Guo Jangguik Raksasa Alam 62
4. Bekas lobang tambang Alam 63
5. Batu Tikuluak Alam 62
6. Rumah Gadang 20 Ruang Budaya 50
7. Balairung Sari Budaya 50
8. Tabuah Larangan Budaya 56
2 Tanjung Balik 9. Guo Gantiang Sopan Alam 55
10. Balairung Sari Budaya 52
11. Makam Syeh Batu Ampa Sejarah 57
3 Bukik Kanduang 12. Makam Paderi Sejarah 60
13. Makam Sultan Manang Sejarah 60
4 Katialo 14. Balai Adat Budaya 52
5 Paninjauan 15. Balairung Sari Budaya 55
6 Labuah Panjang 16. Balai Adat Budaya 56
7 Pasilihan 17. Batu Tapak Nabi Alam 72
8 Sibarambang 18. Batu Alang Alam 72
19. Batu Kutu‐Kutu Alam 72
9 Kuncia 20. Makam Keramat Sejarah 48
II Kecamatan X Koto Singkarak
1 Singkarak 1. Dermaga Singkarak Alam 35
2. Balai Adat Budaya 34
2 Kacang 3. Rest Area Biteh Alam 45
4. Panarama Tanjuang Sopan Alam 44
5. Tapian Endah Permai Alam 42
6. Taluak Indah Alam 39
3 Tikalak 7. Katapiang Indah Alam 38
4 Aripan 8. Panorama Gunung Tampa Dado Alam 30
9. Panorama Angin Berembus Alam 30
10. Pincuran Ruyuang Alam 32
11. Makam Keramat Sejarah 36
12. Kuburan Gobah Sejarah 30
5 Tanjuang Alai 13. Panorama Sitinjau Lauik Alam 40
Profil Perekonomian Wilayah 2013
No. Nagari Nama Objek Jenis Objek
Jarak dari Ibukota Kabupaten
(km)
Keterangan
15. Gua Ngalau Alam 38
6 Sumani 16. Balai Adat Budaya 32
7 Koto Sani 17. Danau Tuo Ujuang Ladang Alam 37
18. Aia Tajun Ujuang Ladang Alam 40
19. Aia Angek Padang Balimbiang Alam 36 20. Rumah Gadang Pusako Tuo Budaya 35 8 Saniang Baka 21. Area Camping Ground Alam 36
22. Fila Terapung/Puruak Alam 36
23. Makam dalam Mushalla Sejarah 36
III Kecamatan Junjuang Siriah
1. Paninggahan 1. Guo Barangin Alam 47
2. Kapalo Aia Alam 49
3. Guo Indah Ngalau Alam 38
4. Batu Basurek Sejarah 50
IV Kecamatan Kubung
1. Salayo 1. Kapalo Banda Alam 21
2. Makam Datuk Parpatiah Nan
Sabatang Sejarah 19
2 Koto Baru 3. Aia Angek Bukik Kili Alam 14
4. GOR Batu Tupang Budaya 15
5. Balai Adat Budaya 16
6. Tabuah Larangan Budaya 16
3 Koto Hilalang 7. Aia Tajun Alam 21
8. Nagari Tradisional Budaya 21
4 Tanjuang Bingkuang
9. Masjid Tuo
Budaya 26
V Kecamatan Bukik Sundi
1 Kinari 1. Kapalo Banda Alam
2. Batu Kudo‐Kudo Alam
3. Kuburan Sawah Liek Sejarah
4. Kuburan Angku Ikue Lubuak Sejarah
2 Dilam 5. Batu Pasidangan Angku Lareh Sejarah
VI Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
1 Pianggu 1. Aia Tajun Timbulun Alam 36 2. Rumah Gadang Daulat Raja
Pagaruyung Sejarah 35
3. Makam Keramat Abdul Tuanku Sejarah 40 2 Guguak Sarai 4. Kolam Pancing Segar Alam Budaya 34
Profil Perekonomian Wilayah 2013
No. Nagari Nama Objek Jenis Objek
Jarak dari Ibukota Kabupaten
(km)
Keterangan
3 Koto Laweh 5. Puncak Tambang Alam 35
4 Sungai Jambur 6. Makam Tuanku lareh Sejarah 35
5 Sungai Durian 7. Guo Cikaram Alam 45
VIII Kecamatan Gunung Talang
1 Cupak 1. Aia Angek Sonsang Aalam 15
2. Rumah Gadang Budaya 13
3. Pincuran Rajo Sejarah 18
2 Talang 4. Aia Angek Bukik Gadang Alam
5. Makam Syeh Talang Sejarah
3 Guguak 6. Tabek Panjang Alam
7. Sari Manggis Resort Alam 4
8. Rumah Gadang Tigo Niniak Budaya
4 Sungai Janiah 9. Kolam Ikan Sungai Janiah Alam 10 10. Kolam Pancing Tabek Panjang Alam 10 5 Batang Baruih 11. Rest Area Bukik Subang Alam 13 12. Kebun Teh Kayu Jao (PTPN. VI) Alam 15 13. Masjid Tuo Kayu jao (Atok Ijuak) Budaya 15
IX Kecamatan Payuang Sakaki
1 Sirukam 1. Arena Buru Babi Alam
2. Balerong Sari Budaya
3. Tabuah Larangan Budaya
4. Makam Syech Junjungan Sejarah
2 Supayang 5. Guo Ameh Alam
6. Makam Syeh Supayang Sejarah
3 Aia Luo 7. Guo Batu Alam
8. Batu Balenong Alam
9. Batu Basurek Sejarah
X Kecamatan Tigo Lurah
1 Batu Bajanjang 1. Batu Bajolang jo Basangkak Alam
XI Kecamatan Lembang Jaya
1 Koto Anau 1. Makam Rajo Sejarah
2. Istano Rajo Sejarah
2 Batu Bajanjang 3. Tabek Ilang Lanyek Alam
4. Aia Angek Batu Bajanjang Alam
5. Balai Tabek Nan Bampang Alam Duo Alam
XII Kecamatan Danau Kembar
Profil Perekonomian Wilayah 2013
No. Nagari Nama Objek Jenis Objek
Jarak dari Ibukota Kabupaten (km) Keterangan Ampek
2. Panorama Danau Kembar Alam 31
3. Danau Talang Alam 35
4. Wisata Agro Alam 30
XIII Kecamatan Lembah Gumanti
1 Alahan Panjang 1. Muaro Danau dan Panti Usak Alam 32
2. Kebun Bunga Budaya 32
3. Convention Hall Budaya 32
2 Sungai Nanam 5. Guo Bukik boleng Alam
6. Panorama Bukik Cambai Alam
7. Rumah Adat Lipek Pageh Budaya
8. Kuburan Supadeh Tingga Sejarah
3 Aia Dingin 9. Guo Aia Dingin Alam 34
XIV Kecamatan Hiliran Gumanti
1 Talang Babungo 1. Balairung Sari Budaya 55 2. Kuburan Angku Badarah Putiah Sejarah 50
2 Sungai Abu 3. Tambang Sapek Alam 70
4. Padang Jinawi Sejarah 70
XV Kecamatan Pantai Cermin
1 Surian 1. Aia Angek Alam 65
2. Gunung Intan Alam 70
3. Pincuran Tujuah Alam 65
4. Panorama Bukik Naris Alam 67
5. Guo Besar Alam 66
6. Tempat Pemancingan Ikan Budaya 65
7. Tampek Bakaua Budaya 65
8. Makam Pahlawan Sejarah 65
2 Lolo 9. Panorama Bt Salimpat dan Subarang Alam 75
10. Tanam Batu Alam 70
Sumber: Bappeda kabupaten Solok, Tahun 2011
B.2.6 Pertambangan dan Energi
Sektor pertambangan di Kabupaten Solok belum menjadi komoditas unggulan untuk penerimaan daerah. Namun secara geologis, potensi bahan galian di Kabupaten Solok cukup besar, terutama batu bara dan bijih besi. Beberapa kajian yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan Kabupaten Solok menunjukkan potensi tambang untuk 4 (empat) komoditas
Profil Perekonomian Wilayah 2013
utama: batu bara, bijih besi, emas, dan tembaga cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Solok.
a. Sebaran Batu Bara
Potensi tambang batu bara tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Solok. Rincian potensi tambang tersebut adalah:
1) Blok Singkarak
Luas wilayah pemetaan 24.300 ha, sebaran formasi batuan pembawa batubara 3.221,27 ha. Ketebalan batubara 7 sampai 10 cm, Kadar rata‐rata fixed karbon 41,41%, sulfur 2,71%, dan nilai kalori 6.300 cal/gram.
2) Blok Payung Sekaki
Sebaran formasi batuan pembawa batubara 8.947,41 ha. Ketebalan batubara bervariasi antara 0,2 sampai 70 cm. Kadar rata‐rata fixed karbon 47,83%, sulfur 0,71%, dan nilai kalori 3.895 cal/gram.
3) Blok Lembah Gumanti
Sebaran formasi batuan pembawa batubara 9.512,87 ha. Ketebalan batubara bervariasi antara 28 sampai 50 cm. Kadar rata‐rata fixed karbon 51,62%, sulfur 1,05%, dan nilai kalori 5.846 cal/gram.
b. Sebaran Bijih Besi
Distribusi potensi sumberdaya alam bijih besi tersebar di Kecamatan Tigo Lurah Bajanjang, Pantai Cermin, Gunung Talang, dan IIX Koto Sungai Lasi. Sebagian besar potensi bijih besi tersebut belum diperkirakan cadangan terukurnya. Sementara sumberdaya alam potensi bijih besi di Kecamatan Gunung Talang sudah memiliki perkiraan cadangan terukurnya.
Peluang Investasi 2013
C.
PELUANG INVESTASI
C.1 Sektor Unggulan
Berdasarkan data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, sektor pertanian Kabupaten Solok merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB sektoral Sumatera Barat. Tercatat pada tahun 2011, peranan PDRB Kabupaten Solok terhadap Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 5,77%. Sumbangan sektor pertanian Kabupaten Solok didominasi oleh sub‐sektor tanaman pangan, di mana Kabupaten Solok merupakan salah satu lumbung padi Provinsi Sumatera Barat yang terkenal dengan sebutan ”Bareh Solok”. Sektor perdagangan juga merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap PDRB Sumbar yaitu 17,74%. Sumbangan yang tidak kalah penting adalah sumbangan sektor jasa‐jasa yang mencatat sebesar 15.68% dan sektor pengangkutan dan komunikasi 15,02%.
Tabel C‐1 Kontribusi PDRB Kabupaten Solok terhadap PDRB Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011
No. Sektor/Lapangan Usaha
Peranan PDRB Solok Terhadap PDRB Sumatera Barat (%) Distribusi PDRB Sumbar (%) 1 Pertanian 10.65 24.46
2 Pertambangan dan Penggalian 6.59 3.33
3 Industri Pengolahan 3.10 12.11
4 Listrik, Air, dan Gas Bersih 2.72 1.22
5 Bangunan 7.56 5.53
6 Perdagangan 4.18 17.74
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4.31 15.02
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2.04 4.90
9 Jasa‐Jasa 4.00 15.68
Total 5.77 100.00
Sumber: Hasil Perhitungan 2011
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Solok terhadap Provinsi Sumatera Barat, bahwa sektor unggulan adalah pertanian (1,80) diikuti pertambangan dan penggalian (1,22) dan bangunan (1,04). Sektor‐sektor tersebut memiliki LQ > 1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan.
Tabel C‐2 Nilai LQ Sektoral Kabupaten Solok Tahun 2011
No. Sektor / Lapangan Usaha Distribusi PDRB
Solok (%)
Distribusi PDRB
Sumbar (%) LQ
1 Pertanian 42,13 23,84 1,80
2 Pertambangan dan Penggalian 3,77 3,17 1,22
3 Industri Pengolahan 7,25 11,69 0,59
Peluang Investasi 2013
5 Bangunan 5,55 6,30 1,04
6 Perdagangan 14,70 17,74 0,82
7 Pengangkutan dan Komunikasi 10,50 15,41 0,71
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 2,07 4,75 0,40
9 Jasa‐Jasa 13,64 16,03 0,81
C.2 Laju Pertumbuhan
Seperti diketahui bahwa perekonomian Sumatera Barat merupakan gabungan dari perekonomian seluruh kabupaten/kota yang berada di Propinsi Sumatera Barat, sehingga masing‐masing kabupaten/kota memberikan kontribusinya yang cukup beragam. Kontribusi perekonomian Kabupaten Solok terhadap perekonomian Sumatera Barat mengalami sedikit mengalami perlambatan jika dibandingkan pada tahun 2009. Pada tabel di bawah ini, terlihat bahwa perekonomian Kabupaten Solok pada tahun 2010 hanya dapat memberikan kontribusi sebesar 6,09% terhadap angka PDRB Propinsi Sumatera Barat, meskipun angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi pada tahun sebelumnya yang mencapai 6,04% terhadap perekonomian Sumatera Barat.
Tabel C‐3 Kontribusi PDRB Kabupaten Solok Terhadap PDRB Propinsi Sumatera Barat Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2009 – 2010
No. Lapangan Usaha 2009 2010 Perubahan
1 Pertanian 11,29 11,49 0,20
2 Pertambangan dan Penggalian 7,00 7,29 0,29
3 Industri Pengolahan 3,27 3,39 0,12
4 Listrik dan Air Bersih 2,87 3,07 0,20
5 Bangunan 7,39 6,45 ‐0,94
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4,53 4,66 0,13
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,53 4,55 0,02
8
Keuangan Jasa Bangunan dan Jasa
Perusahaan 2,13 2,21 0,08
9 Jasa‐Jasa 4,16 4,04 ‐0,12
Jumlah 6,04 6,09 0,05
Sumber : PDRB Kabupaten Solok menurut lapangan usaha, Tahun 2011
C.3 Peluang Investasi Sektor Pariwisata
C.3.1 Lokasi Pengembangan
Pariwisata sebagai urat nadi perekonomian sangat prospektif untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Solok yang beriklim tropis dan sejuk mempunyai objek wisata alam yang indah dan menarik bagi wisatawan. Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat potensial dikembangkan di wilayah Kabupaten Solok. Jenis kegiatan
Peluang Investasi 2013
wisata yang tepat adalah wisata alam (ecotourism) sebagai bagian dari strategi untuk memanfaatkan kekayaan alam di wilayah Solok tanpa merusak lingkungan.
Wisata alam yang indah dan menjadi andalan Kabupaten Solok didukung oleh keberadaan 4 (empat) buah danau yaitu, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Talang, dan Danau Singkarak. Arahan lokasi pengembangan wisata alam di Kabupaten Solok difokuskan pada Kawasan Pariwisata Danau Kembar dan sekitarnya yang mencakup 3 kecamatan dengan komponen wisata di dalamnya meliputi:
(1) Kecamatan Danau Kembar:
a. Danau Kembar Resort yang memiliki fasilitas 2 buah villa besar dengan 6 kamar, 2 buah kotek kayu dengan 2 kamar, 10 buah kotek batu dengan 10 kamar, gedung pertemuan, kantor pengelola, kantin, mushalla, sarana bermain anak, dan dermaga. Permasalahannya saat ini adalah sarana dan prasarana belum memadai, sedangkan di satu sisi potensi kunjungan wisatawan cukup besar dan terus meningkat.
b. Panorama Danau Kembar Simpang Tanjung Nan IX dengan luas ± 2 ha sebagai lokasi untuk melihat Convention Hall. Kondisinya saat ini belum memadai dan akan dilengkapi sesuai dengan masterplan Pemerintah Daerah.
c. Dermaga Danau Diatas, Taluak Indah Danau Talang, dan Wisata Agro Kebu Markisah. (2) Kecamatan Lembah Gumanti: Danau Kembar Resort, Pantai Usak, Goa Air Dingin, Goa
Bukit Boleng Sei Nanam, dan Panorama Bukit Cambal.
(3) Kecamatan Pantai Cermin: Air Hangat, Pamancuang, dan Gunung Intan Surian, Panorama Batu Salimpai, Pancuran 7 Surian, dan Panorama Bukit Naris.
Kesadaran akan besarnya potensi kepariwisataan tersebut oleh Pemerintah Kabupaten Solok dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 – 2015 yaitu pada Agenda VII: Pengembangan Kepariwisataan dan Pelestarian Kekayaan Budaya Daerah.
Potensi besar pariwisata Kabupaten Solok tersebut sangat memerlukan pengembangan dan pengelolaan yang terarah serta investasi modal yang besar. Semua itu memerlukan perencanaan yang matang, terintegrasi, dan komprehensif sehingga pelaksanaannya dapat efektif, meningkatkan nilai ekonomi, dan juga berkelanjutan.
Peluang Investasi 2013
C.3.2 Jumlah Kunjungan Wisata
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Kabupaten Solok pada Tahun 2010 sebanyak 233.749 orang. Jika dibandingkan dengan data kunjungan tahun 2007 maka terjadi peningkatan rata‐rata sebesar 22%. Berbeda halnya dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang mengalami penurunan pada tahun 2008 dari sebanyak 676 orang menjadi 223 orang pada tahun 2010. Meskipun jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2009 sebanyak 3.678 orang, namun hal ini lebih disebabkan pada tahun tersebut terdapat event bertaraf internasional seperti Tour de Singkarak.
Apabila melihat data kunjungan wisatawan nusantara pada tahun 2010, maka konsentrasi kunjungan hanya mengarah pada tiga obyek wisata pemandangan alam, yaitu Danau Diatas, Danau Dibawah, dan Danau Singkarak. Obyek wisata Danau Singkarak menempati porsi kunjungan terbanyak sebesar 71% dari ketiga danau tersebut. Untuk wisatawan mancanegara, dari data kunjungan tahun 2010 sebanyak 223 orang tersebut, jumlah kunjungan ke tiga danau yang terkenal indah dengan pemandangan alamnya adalah sebanyak 98 orang (44%) sisanya adalah mengunjungi obyek wisata lainnya yang diprediksi sebagai obyek wisata budaya.
Dari keterangan tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jumlah kunjungan wisatawan nusantara semakin lama semakin meningkat dan sebagian besar memilih obyek wisata pemandangan alam. Sedangkan wisatawan mancanegara, selain tertarik untuk melihat pemandangan alam, ketertarikan mereka untuk melihat wisata budaya juga terlihat menonjol. Data mengenai kunjungan wisatawan ke Kabupaten Solok dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel C‐4 Jumlah Kunjungan Wisata Ke Kabupaten Solok Tahun 2007 – 2010
Sumber: Kabupaten Solok Dalam Angka, Tahun 2011
Berdasarkan data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, mereka yang masuk melalui pintu gerbang Pelabuhan Udara Minangkabau – Padang pada tahun 2010 adalah sebanyak
No. Obyek Wisata Jumlah Wisatawan (orang)
Nusantara Mancanegara
1 Danau Diatas 45.769 18
2 Danau Dibawah 21.605 7
3 Danau Singkarak 166.375 73
4 Danau Talang ‐ ‐
5 Objek Wisata Lain ‐ 125
Jumlah 2010 2009 2008 2007 233.749 227.625 195.987 141.283 223 367 676 487
Peluang Investasi 2013
27.482 orang, jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 46% dibandingkan dengan jumlah kunjungan pada tahun 2009 yaitu 51.002 orang. Dari jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 tersebut, hanya sebesar 0,8% wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Solok. Hal ini menunjukan diperlukan perhatian yang mendalam mengenai pembangunan pariwisata di Kabupaten Solok dibandingkan dengan daerah lain.
Tabel C‐5 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Melalui Pintu Masuk Minangkabau – Padang
Tahun 2010
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) 1 Singapura 6 11 12 15 24 33 22 12 10 17 30 29 221 2 Malaysia 1,231 1,755 1,960 1,481 1,550 2,490 1,738 718 1,763 1,435 3,087 2,996 22,204 3 Jepang 20 15 17 20 25 19 14 19 10 7 4 9 179 4 Korea Selatan 4 2 ‐ ‐ 1 4 4 4 5 2 ‐ 2 28 5 Taiwan ‐ 3 2 ‐ ‐ ‐ 3 4 ‐ ‐ ‐ ‐ 12 6 China 28 5 10 27 20 29 43 10 18 12 24 33 259 7 India 2 10 11 6 5 5 1 5 8 9 4 13 79 8 Pilipina 2 2 1 1 8 8 27 1 1 1 ‐ 2 54 9 Hongkong 1 ‐ 9 9 2 5 34 3 1 1 4 3 72 10 Thailand 1 2 ‐ 16 10 4 9 8 2 2 1 7 62 11 Australia 46 46 118 145 205 206 222 193 228 160 73 92 1,734 12 Amerika Serikat 17 33 40 33 41 31 27 21 39 18 11 16 327 13 Inggris 27 21 23 36 27 22 17 29 30 33 28 11 304 14 Belanda 10 13 6 6 6 4 49 12 11 8 6 11 142 15 Jerman 7 12 9 6 6 ‐ 9 14 13 12 5 12 105 16 Perancis 11 14 24 33 26 21 47 32 51 30 2 33 324 17 Rusia ‐ 1 ‐ ‐ 4 ‐ 4 ‐ 1 1 3 4 18 18 Arab Saudi ‐ 2 ‐ 1 ‐ 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 4 19 Mesir ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 4 ‐ ‐ 1 ‐ ‐ 5 20 Lainnya 301 58 108 71 132 90 160 95 88 115 60 71 1,349 1,714 2,005 2,350 1,906 2,092 2,972 2,434 1,180 2,279 1,864 3,342 3,344 27,482 3,757 4,611 4,597 4,450 5,776 6,224 6,872 1,932 1,965 4,140 3,037 3,641 51,002 461,095 489,251 558,819 525,223 567,534 585,760 626,581 556,922 522,651 557,845 532,620 592,122 6,576,423 439,922 391,803 477,656 456,968 491,909 524,785 562,438 536,163 451,056 509,513 483,497 573,150 5,898,860 Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (Kemenbudpar 2011)
19 Pintu Masuk Utama Jumlah 2010 Jumlah 2009
No Kebangsaan Bulan (orang) Jumlah
Jumlah 2010
Jumlah 2009
C.3.3 Kelayakan Investasi
Peranan pariwisata sebagai penghasil devisa kian penting artinya. Sektor pariwisata diharapkan jadi primadona, antara lain karena kemampuannya menghasilkan devisa, menyediakan lapangan kerja yang cukup luas, tidak banyak terpengaruh oleh proteksi, dan dampak resesi dunia.
Potensi kepariwisataan Kabupaten Solok, yang mempunyai obyek‐obyek dan daya tarik wisata yang beragam, baik dari sejarahnya, atraksi wisata, berbagai kekayaan alam dan kebudayaan, mempunyai prospek yang sangat besar untuk menarik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Melihat data kunjungan wisatawan nusantara terakhir, maka didapat fakta bahwa konsentrasi kunjungan wisata mengarah pada tiga obyek wisata pemandangan alam, yaitu Danau Diatas, Danau Dibawah, dan Danau Singkarak. Namun pada kenyataannya fasilitas penginapan di
Peluang Investasi 2013
objek‐objek wisata ini kurang memadai. Padahal penginapan merupakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk menarik wisatawan untuk datang. Di satu sisi, kondisi jarak tempuh dari kota kabupaten, yang sudah memiliki penginapan bertaraf standar, menuju objek wisata Danau Kembar cukup jauh yaitu sekitar 30 km.
Melihat berbagai faktor di atas, maka dibutuhkan suatu rencana pembangunan fasilitas penginapan melalui pembangunan sebuah hotel di kawasan wisata Danau Kembar dari investor lokal maupun investor luar negeri.
A. Analisa Investasi
Akan dibangun sebuah hotel bintang 4 yang terletak di kawasan wisata Danau Kembar. Adapun biaya investasinya membutuhkan dana sebesar Rp 130.293.467.888,‐. Komponen biaya meliputi: biaya tanah, biaya konstruksi, biaya peralatan, dan biaya‐biaya tidak langsung seperti perencanaan dan perijinan).
B. Analisa Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh pihak hotel yaitu pendapatan sewa kamar, pendapatan restoran, pendapatan penyewaan ruang rapat (meeting room). Jumlah kamar hotel ini adalah 114 kamar, harga masing‐masing tipe kamar sesuai fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tipe kamar hotel dibedakan beberapa tipe dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel C‐6 Tipe Kamar Hotel
Tipe Kamar Jumlah Tarif
Superior 55 Rp 748.000 Deluxe 65 Rp 898.000 Family 4 Rp 998.000 Junior 6 Rp 1.248.000 Junior Suite 6 Rp 1.798.000 Executive 3 Rp 2.348.000 Royal Suite 3 Rp 2.568.000 Caesar Suite 3 Rp 3.248.000
Berdasarkan perhitungan diperoleh pendapatan hotel yang bersumber dari pendapatan sewa kamar sebesar Rp 4.039.140.000,00 per‐bulan untuk okupansi 100%, dan Rp 2.117.340.000,00 per‐bulan untuk okupansi 45%. Selain bersumber dari hasil penyewaan kamar hotel, pendapatan hotel ini juga diperoleh dari penyewaan ruang rapat (meeting room). Pada hotel ini terdapat 5 ruang rapat yang disewakan yang masing‐masing harga berbeda‐beda, yakni:
• Ruang A bertarif Rp 6.750.000
Peluang Investasi 2013
• Ruang C bertarif Rp 9.200.00
• Ruang D bertarif Rp 10.062.500
• Ruang E bertarif Rp 12.350.000
Dengan rata‐rata setiap bulannya 4 kali penyewaan maka pendapatan total yang bersumber dari dari penyewaan ruangan rapat ini sebesar Rp 189.100.000,00 per‐bulan. Selain penyewaan kamar dan ruang rapat, pendapatan hotel juga bersumber dari penjualan makanan dan minuman atau biasa disebut dengan pendapatan restoran. Dalam hal ini ditetapkan asumsi harga 1 porsi makanan adalah Rp 60.000,00 dikalikan dengan jumlah pengunjung. Dengan rata‐rata pengunjung restoran 800 orang per bulan maka, diperoleh pendapatan hotel bersumber dari restoran sebesar Rp 48.000.000,00 per bulan.
C. Analisa Pengeluaran
Sumber pengeluaran hotel ini berasal dari biaya‐biaya operasional, di antaranya biaya karyawan, biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan, dan biaya pergantian alat (replacement).
Adapun tujuan ditentukan biaya‐biaya pengeluaran adalah untuk mengetahui pendapatan bersih bisnis hotel ini, yaitu dengan cara pendapatan kotor dikurangi dengan biaya operasional.
D. Biaya Operasional
1. Karyawan
Sebelum melakukan analisa pengeluaran,ditentukan terlebih dahulu struktur organisasi dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pengoperasian hotel ini setelah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan diketahui, dihitung gaji setiap karyawan sesuai dengan posisinya. Kemudian diperoleh total pengeluaran yg berasal dari gaji karyawan dengan cara mengalikan jumlah karyawan dengan besar nominal gajinya masing‐masing posisi karyawan.
2. Kebutuhan Listrik
Untuk biaya tarif listrik Hotel termasuk ke dalam golongan tarif untuk keperluan bisnis besar (Perpres No. 8 Tahun 2011) dengan ketentuan batas daya di atas 200 kVA. Biaya listrik yang diperhitungkan adalah untuk kebutuhan penerangan dan transportasi. Penerangan yang direncanakan dalam penelitian ini adalah penerangan public area
yaitu lobi, restoran, basement, dan private area yaitu kamar lantai 1, 2, 3, 4. Sedangkan untuk alat transportasi hotel tersedia 2 lift. Untuk menghitung biaya listrik kamar = jumlah kamar x titik lampu x daya (kWh) x tarif per‐kWh = 27 x 2 x 0,05 x 495 = Rp 1336,5
Peluang Investasi 2013
3. Rincian Kebutuhan Air
Biaya tarif air bersih berdasarkan data dari Badan Pendukung Sistem Penyediaan Air
Minum daerah kabupaten Solok sebesar Rp 295 – Rp9000/m3 dan kenaikan biaya air diasumsikan 5% setiap tahunnya. Pemakaian air bersih untuk private area dan public
area dihitung dengan rumus = jumlah kamar x jumlah pengguna x pemakaian air x tarif Keterangan:
Jumlah pengguna = 2 orang setiap kamar
Pemakaian air = untuk private area diasumsikan 225 liter per‐orang Contoh perhitungan:
Pemakaian air untuk superior room = 22 x 2 x 225/1000 x 9000 = Rp 109.350,00 per‐hari.
E. Biaya Pemeliharaan
Biaya pemeliharaan hotel ini digunakan untuk aktifitas perbaikan peralatan, pemeliharaan lift, pengecatan ulang, dan sebagainya yang dilakukan setiap tahun sekali. Besarnya biaya pemeliharaan per‐tahun dialokasikan sebesar 30% dari service charge hotel = 30% x Rp 28.253.280.000 = Rp 8.475.984.000
F. Biaya Replacement Hotel
Biaya penggantian untuk gedung hotel ini digunakan untuk penggantian peralatan, mesin‐ pompa, AC, dan sebagainya apabila peralatan tersebut sudah tidak layak digunakan lagi. Besarnya biaya pemeliharaan setiap 5 tahun dialokasikan sebesar 30% dari service charge hotel = 30% x Rp 28.253.280.000 = Rp 8.475.984.000
G. Hutang dan Cicilan
Besarnya hutang adalah 30% dari nilai investasi. Hutang berasal dari pinjaman bank dengan bunga 11 – 12,5 % yang akan dikembalikan setiap tahun selama 5 tahun masa investasi. Pada analisis ini bunga hutang digunakan sebesar 12%, yakni sebesar Rp 10.843.402.800
H. Nilai Sisa
Untuk perhitungan nilai sisa, dibagi menjadi 3:
1. Tanah, diasumsikan memiliki nilai sisa penuh pada akhir masa investasi, yaitu: Rp 30.138.000.000
2. Bangunan, diasumsikan akan bertahan hingga 40 tahun. Sehingga nilai sisa dapat dihitung dengan rumus berikut:
Peluang Investasi 2013
3. Biaya peralatan diasumsikan tidak memiliki nilai sisa. Sehingga, total nilai sisa:
Rp 89.426.533.496
I. Aliran Kas
Hanya aliran kas sebelum pajak. Penilaian investasi diketahui dengan menghitung aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Perhitungan cash flow tersebut menggunakan besaran Minimum
Attractive Rate of Return (MARR) sebesar 9,3%. Dalam pembangunan hotel menghabiskan dana investasi sebesar Rp 130.293.467.888 dengan masa investasi 10 tahun. Dengan mengurangkan biaya pengeluaran (investasi, operasional, pemeliharaan, dan replacement) terhadap pemasukan (penyewaan ruang kamar, meeting room dan lain‐lain), investasi ini dapat menghasilkan NPV sebesar Rp 1.712.634.662. Sedangkan dari arus kas tersebut bisa diketahui PI sebesar 1,3%. Maka pembangunan hotel layak karena memiliki NPV > 0.
J. Profitability Index
Metode Profitability Indeks adalah menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana‐rencana penerimaan khas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi yang telah dilaksanakan. Keuntungan menggunakan metode ini adalah:
1. Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang (time value of money).
2. Menetukan terlebih dahulu tingkat bunga yang akan digunakan dari hasil analisa arus kas diperoleh NPV sebesar Rp 1.712.634.662 dan besarnya PV investasi adalah Rp 130.293.467.888 dengan PI 1,3%. PI yang dihasilkan positif, berarti hotel ini profit dan dikatakan layak secara finansial.
Tabel C‐7 Hubungan antara okupansi terhadap NPV
Okupansi NPV 100% Rp 95.559.683.812 60% Rp 27.457.708.688 45% Rp 1.712.634.662 40% Rp 1.590.672.112 30% Rp 23.368.772.656 20% Rp 39.644.266.437 K. Analisa Sensitivitas
Untuk mengetahui seberapa sensitif tingkat hunian (okupansi) terhadap NPV dapat dilihat pada tabel di atas. Hubungan okupansi terhadap NPV Dapat diketahui bahwa semakin tinggi okupansi semakin besar NPV, dan pembangunan hotel ini layak jika tingkat hunian lebih dari
Peluang Investasi 2013
40%. Untuk mengetahui pengaruh tarif sewa kamar terhadap NPV dapat dilihat pada hubungan perubahan tarif sewa kamar dan NPV dapat diketahui bahwa semakin tinggi tarif semakin besar NPV, dan pembangunan hotel ini layak jika penurunan tarif tidak lebih dari 5% dari tarif saat ini. Untuk mengetahui hubungan suku bunga terhadap NPV dapat dilihat pada hubungan suku bunga dan NPV dapat diketahui bahwa semakin tinggi suku bunga semakin kecil NPV, dan pembangunan hotel ini layak jika suku bunga tidak lebih 12,6%.
L. Kesimpulan
Dari keseluruhan analisa terhadap hotel ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Hotel ini dinyatakan profit dan layak secara finansial. Yang didukung oleh hasil analisa investasi hotel membutuhkan biaya sebesar Rp 130.293.467.888 dengan Minimum
Attractive Rate of Return (MARR) = 9,3% menghasilkan NPV sebesar Rp 1.712.634.662 menghasilkan NPV > 0 dan hasil analisa Profitability Index diperoleh PI = 1,3 %.
2. Hasil analisa sensitivitas antara variabel okupansi, tarif sewa kamar, dan suku bunga terhadap NPV diketahui bahwa hotel ini dinyatakan layak jika tingkat hunian lebih dari 40%, penurunan tarif sewa kamar sebesar 5% dari tarif yang telah ditetapkan saat ini, dan suku bunga tidak lebih lebih dari 12,6%.