• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI IMPLEMENTASI EDUCATIONAL RESEARCH AND DEVELOPMENT MAKALAH. Oleh: I Gede Rasagama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMAHAMI IMPLEMENTASI EDUCATIONAL RESEARCH AND DEVELOPMENT MAKALAH. Oleh: I Gede Rasagama"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MEMAHAMI IMPLEMENTASI

“EDUCATIONAL RESEARCH AND DEVELOPMENT”

MAKALAH

Oleh: I Gede Rasagama

Disampaikan dalam Kegiatan Pelatihan Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Dosen Unit Pelayanan Mata Kuliah Umum dan Unit Lainnya

di Politeknik Negeri Bandung Tanggal 16 Agustus 2011                  

(2)

1

MEMAHAMI IMPLEMENTASI

EDUCATIONAL RESEARCH AND DEVELOPMENT

Abstrak

Penelitian dan Pengembangan Pendidikan atau Educational Research and

Development (ER&D) adalah sebuah cara/metode/pendekatan/strategi penelitian yang digunakan untuk mengembangkan, yaitu merencanakan, merumuskan, memvalidasi, dan merevisi suatu produk pendidikan, yang dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif serta berbasiskan masalah pendidikan nyata di lapangan. Implementasi E,R&D di lapangan tidak wajib mengikuti 100% pendapat pakar (referensi), namun dapat diadaftasi atau dimodifikasi dengan memperhatikan esensi yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penelitian. Katakunci: penelitian, pengembangan, pendidikan

A. Pendahuluan

Makalah ini membahas konsep, fungsi dan langkah-langkah penelitian dan pengembangan Gall dan Bohr meliputi: penelitian dan pengumpulan data, perencanaan pengembangan produk, pengembangan produk awal, ujicoba produk awal, penyempurnaan produk awal, ujicoba produk yang telah disempurnakan, penyempurnaan produk, pengujian produk, produk akhir, implementasi-institusionalisasi produk. Dalam bagian selanjutnya dikemukakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan modifikasi: 1) studi pendahuluan meliputi studi literatur, studi lapangan, dan penyusunan draft awal produk; 2) uji coba terbatas dan ujicoba dengan sampel lebih luas; 3) uji produk melalui eksperimen dan 4) sosialisasi produk.

                 

(3)

2

B. Konsep dan Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan atau Research and Development [R&D]

adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup handal dalam memperbaiki praktik berbagai bidang. Dalam bidang industri antara 4-5% biaya digunakan untuk mengadakan R&D. Oleh karena itu kemajuan di bidang industri terutama elektronika, komunikasi, transportasi, obat-obatan, dllnya berkembang sangat cepat. Dalam bidang pendidikan dan kurikulum, penyediaan dana untuk penelitian dan pengembangan masih dibawah 1%. Oleh karena itu, kemajuan di bidang pendidikan seringkali tertinggal jauh dibandingkan bidang industri.

R&D adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, di mana semua kegiatannya dapat dipertanggung-jawabkan. Produk tersebut tidak selalu

berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, peralatan

laboratorium, tapi juga bisa perangkat lunak (software), seperti program komputer

untuk pengolahan data, pembelajaran kelas, pelatihan, bimbingan, evaluasi, dllnya.

Langkah-langkah atau proses R&D dilakukan melalui suatu siklus, yang diawali dengan melakukan analisis kebutuhan. Permasalahan yang ada membutuhkan pemecahan, dengan memanfaatkan suatu produk tertentu. Langkah selanjutnya adalah menentukan karakteristik atau spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Setelah itu barulah dibuat produk awal (draft) yang masih kasar, kemudian produk tersebut diujicoba pada lapangan dengan sampel terbatas dan sampel lebih luas secara berulang-ulang. Selama kegiatan ujicoba, dilakukan

                 

(4)

3

observasi dan evaluasi. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, selanjutnya diadakan penyempurnaan. Evaluasi dan penyempurnaan dilakukan secara kontinu sehingga diperoleh sebuah produk yang terbaik atau standar.

Penelitian di bidang pendidikan, umumnya tidak diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi lebih ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru, berkenaan dengan fenomena-fenomena bersifat fundamental serta praktik pendidikan. Penelitian tentang fenomena pendidikan fundamental

dilakukan melalui penelitian dasar (basic research), sedang penelitian tentang

praktik pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied research). R&D

(kadang-kadang disebut pengembangan berbasis penelitian) merupakan penelitian untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Di lain pihak, penelitian pendidikan juga merupakan penelitian untuk menemukan pengetahuan baru melalui penelitian dasar atau menjawab pertanyaan spesifik tentang masalah praktis atau menerapkan pengetahuan melalui penelitian terapan.

R&D merupakan metode penghubung atau penghilang kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Sering ditemukan adanya kesenjangan antara hasil penelitian dasar bersifat teoritis dengan penelitian terapan bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau dihubungkan melalui kegiatan R&D. Suatu produk yang baik akan dihasilkan (perangkat keras atau perangkat lunak) maka produk tersebut akan memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan dengan sesuatu yang telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar. Penerapan dari produk-produk R&D diteliti

                 

(5)

4

dengan menggunakan penelitian terapan. Dengan demikian, ke-3 jenis penelitian ini saling terkait dan mendukung satu sama lain. Kemajuan dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran sangat didukung oleh hasil penelitian ke-3 jenis penelitian ini. Penelitian dasar mengembangkan konsep, prinsip dan teori; R&D mengembangkan model proses, bahan, dan sarana-fasilitas; dan penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan kurikulum pembelajaran.

Di dalam pelaksanaan R&D, digunakan beberapa metode yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Metode deskriptif sebagai langkah awal untuk menghimpun data/kondisi yang ada yaitu: (1) kondisi produk yang ada sebagai bahan perbandingan atau dasar (embrio) untuk produk yang dikembangkan, 2) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, pengajar, kepala sekolah, pebelajar, serta pengguna lainnya, 3) kondisi faktor pendukung dan penghambat terhadap kegiatan pengembangan dan penggunaan produk yang akan dihasilkan, yaitu unsur manusia, sarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan.

Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian ujicoba, dan setiap kegiatan ujicoba diadakan evaluasi, baik terhadap hasil maupun prosesnya. Temuan-temuan selama ujicoba digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan penyempurnaan-penyempurnaan.

Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap ujicoba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam kerangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam melaksanakan metode eksperimen, diadakan

                 

(6)

5

pengukuran selain terhadap kelompok eksperimen, juga terhadap kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilakukan secara random atau terkontrol. Komparasi hasil implementasi metode eksperimen pada tiap kelompok dapat digunakan untuk menunjukkan atau menjelaskan tingkat keampuhan dari produk yang dihasilkan.

Strategi R&D banyak digunakan dalam teknologi instruksional atau teknologi pembelajaran, yang sekarang lebih difokuskan pada sistem instruksional atau sistem pembelajaran. Strategi ini banyak digunakan untuk mengembangkan model-model meliputi: desain atau perencanaan pembelajaran, proses atau pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan model-model program pembelajaran. R&D juga banyak digunakan untuk mengembangkan bahan ajar, media pembelajaran dan manajemen pembelajaran. Penggunaan strategi R&D dalam teknologi instruksional banyak digunakan dalam pendidikan dan pelatihan bidang industri, bisnis, militer, teknologi, kedokteran, dllnya. Pendekatan ini

digunakan untuk pengembangan dari segi software, hardware, teknoware maupun

manageware.

Para pendidik dan peneliti berupaya untuk mencari kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Penelitian yang menghubungkan antara penelitian dasar dan penelitian terapan adalah metode R&D (Gambar 1). R&D bukanlah sebagai pengganti penelitian dasar dan penelitian terapan, namun ketiga jenis penelitian ini sangat diperlukan untuk mengadakan perubahan, khususnya dalam bidang pendidikan.

                 

(7)

6

R&D dalam konteks pendidikan disebut penelitian dan pengembangan pendidikan (E,R,&D) merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan

dan memvalidasi produk-produk pendidikan, seperti buku ajar,

strategi/metode/model/program pembelajaran/pelatihan, dan sebagainya. Tahap-tahap dari proses R&D ditunjukkan sebagai siklus penelitian dan pengembangan.

Gambar 1. R&D menghubungkan antara penelitian dasar dan penelitian terapan C. Langkah-Langkah R&D

Dalam rangka menjelaskan langkah-langkah R&D, pada makalah ini dikemukakan contoh proyek R&D dalam bidang teknologi pembelajaran yang

dikembangkan di Far West Laboratory, Amerika Serikat. Produk yang

dikembangkan berupa program pelatihan pengajar untuk meningkatkan keterampilan khusus dalam mengajar. Program pelatihan ini disusun dalam paket pelatihan. Setiap paket pelatihan dirancang untuk waktu 15 jam latihan, meliputi bahan yang disajikan dalam bentuk media elektronik dan media cetak.

Pertama-tama, pengajar peserta latihan menonton film atau video yang telah disusun para pengembang, mencermati bagaimana pengajar-model mengajar dengan memperagakan salah satu keterampilan mengajar. Pengajar peserta latihan kemudian membuat rencana pembelajaran untuk kelasnya. Pengajar peserta latihan mempraktekkan rancangan yang dibuat dalam kelas kecil (jumlah pebelajar sedikit). Selama penyajian diadakan observasi melalui rekaman video.

Penelitian dasar Penelitian dan pengembangan Penelitian terapan

Penemuan ilmu baru Pengembangan dan validasi produk Penerapan ilmu                  

(8)

7

Hasil rekaman video didiskusikan bersama antara pengajar peserta latihan dan para pengembang. Hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan bagi penyempurnaan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pengajar peserta latihan. Berdasarkan masukan tersebut, pengajar peserta latihan membuat rancangan pembelajaran baru yang lebih baik. Kemudian, mereka mempraktekkannya lagi dengan lebih baik. Kegiatan pembuatan rancangan, praktek, pengamatan, dan diskusi penyempurnaan dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan rancangan dan pelaksanaan praktek mengajar yang terbaik (standar). Untuk mengetahui hasil penerapan model pembelajaran yang telah dikembangkan, diadakan pengujian pada kelas yang lebih besar (jumlah pebelajar lebih banyak).

Mengacu kepada percobaan yang telah dilakukan pada Far West

Laboratory tersebut, secara lengkap Borg dan Gall (1983) menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi R&D, meliputi:

1. Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collection; Pada

penelitian dan pengumpulan data ini dilakukan analisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil.

2. Perencanaan (Planning); Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi

kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian, membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian di lingkup terbatas.

                 

(9)

8

3. Pengembangan produk awal atau draft (Develop preliminary form of

product); Pengembangan produk ini meliputi penyiapan bahan ajar, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi.

4. Ujicoba lapangan awal (Preliminary field testing); Ujicoba lapangan awal

atau ujicoba terbatas dilakukan pada 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek. Selama ujicoba dilakukan observasi, wawancara, dan pengedaran angket. Tujuannya adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif terhadap produk yang dikembangkan.

5. Merevisi produk utama (Main product revision); Revisi produk utama

dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan awal.

6. Ujicoba lapangan utama(Main field testing); Ujicoba ini dilakukan pada 5-15

sekolah dengan 30-100 subjek. Data kuantitatif tentang penampilan pengajar, sebelum dan sesudah menggunakan model dikumpulkan. Data yang diperoleh, selanjutnya dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Penyempurnaan produk operasional (Operational product revision);

Penyempurnaan produk operasional dilakukan berdasarkan temuan-temuan ketika melaksanakan ujicoba lapangan utama.

8. Ujicoba lapangan operasional (Operatinal field testing); Ujicoba ini

dilakukan pada 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dllnya.

9. Penyempurnaan produk akhir (Final product revision); Penyempurnaan

dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba lapangan operasional.

                 

(10)

9

10. Deseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation);

Membuat laporan tentang produk pada pertemuan profesional dan mempublikasikannya pada jurnal, bekerjasama dengan penerbit, memonitor distribusi untuk melakukan pengendalian kualitas.

Kesepuluh tahapan ini, jika diikuti dengan baik akan dihasilkan produk berbasis penelitian yang siap pakai, misalnya di sekolah. Walaupun ada 10 tahapan, tiap langkah harus dilakukan secara cermat agar dihasilkan produk yang berkualitas.

D. Penjelasan Setiap Langkah R&D 1. Penelitian dan Pengumpulan Data

Seperti diuraikan di atas, penelitian dan pengumplan data ini meliputi: 1) analisis kebutuhan, 2) studi literatur, dan 3) penelitian skala kecil.

Analisis kebutuhan:

Produk yang dikembangkan dalam pendidikan dapat berupa perangkat keras (seperti alat bantu pembelajaran, buku ajar, modul atau paket belajar) dan perangkat lunak (seperti program-program pendidikan dan pembelajaran, model-model pembelajaran, dan kurikulum). Beberapa kriteria harus dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut.

a. Apakah produk yang akan dibuat tersebut penting untuk bidang

pendidikan?

b. Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan,

dan kepraktisan?                  

(11)

10

c. Apakah para pengembang yang bersangkutan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman dalam mengembangkan produk terkait?

d. Dapatkan produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang

tersedia?

Kriteria pertama, yaitu produk pendidikan yang akan dihasilkan harus betul-betul yang penting dan dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Produk yang akan dikembangkan harus didasarkan pada analisis kebutuhan. Masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan apa yang dihadapi oleh sekolah pada saat ini? Di antara masalah tersebut, mana yang paling mendesak dan paling besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan pendidikan. Untuk mengatasi masalah tersebut, produk pendidikan apa yang perlu dikembangkan dan dipandang paling ampuh. Pemilihan produk yang akan dikembangkan harus disesuaikan dengan bidang keahlian dan kemampuan para pengembang terkait, kelayakan atau ketersediaan waktu, peralatan, dan biaya.

Studi Literatur:

Untuk mengembangkan suatu produk pendidikan perlu dilakukan studi literatur. Studi ini bertujuan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoretis yang memperkuat suatu produk. Produk pendidikan, terutama

produk yang berbentuk model, program, sistem, pendekatan, software, dan

sejenisnya, memiliki dasar-dasar konsep atau teori tertentu. Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung suatu produk perlu dilakukan studi literatur secara intensif. Melalui studi literatur juga perlu dikaji ruang lingkup suatu keluasaan penggunaan produk, kondisi-kondisi pendukung agar

                 

(12)

11

produk dapat digunakan atau diimplementasikan secara optimal, serta keunggulan atau keterbatasannya. Studi literatur juga diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam pengembangan suatu produk.

Ada kemungkinan produk sejenis dikembangkan di tempat lain oleh pengembang lain. Hal-hal tersebut dikaji melalui studi literatur dari laporan atau artikel hasil penelitian. Berdasarkan hasil studi ini, selain dapat diketahui prosedur dan hasil-hasil penelitiannya, juga diketahui kesulitan dan hambatan yang dihadapi serta pemecahan masalah yang dilakukan, dan juga keunikan-keunikan lain dari proses kegiatan pengembangan.

Penelitian skala kecil

Kadang-kadang hasil analisis kebutuhan dan studi literatur belum cukup untuk memberikan dasar-dasar konkrit untuk pengembangan suatu produk. Untuk itu, perlu dilengkapi dengan penelitian ke lapangan. Pada contoh penelitian dan

pengembangan yang dilaksanakan di Far West Laboratory, paket pelatihan

pengajar yang dikembangkan berkaitan dengan keterampilan-keterampilan mengajar. Para pengembang mengadakan penelitian lapangan terhadap beberapa orang pengajar untuk mengetahui keterampilan-keterampilan mengajar mereka dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanan pembelajaran, meliputi sarana dan fasilitas pembelajaran, suasana kelas, dan iklim sekolah keseluruhan. 2. Perencanaan

Perencanan ini menghasilkan rancangan produk yang disusun berdasarkan hasil studi literatur, analisis kebutuhan, dan studi lapangan. Rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup: a) tujuan penggunaan produk; b)

                 

(13)

12

siapa pengguna produk; c) deskripsi komponen-komponen produk dan penggunaannya. Contoh rumusan tujuan dalam paket pelatihan keterampilan mengajar pengajar, misalnya pengajar mampu menyajikan pelajaran dalam langkah-langkah kecil secara sistematis, pengajar mampu memberikan contoh dalam kehidupan; pengajar mampu membangkitkan motivasi belajar pebelajar, dllnya. Di samping itu, kriteria pencapaian tujuan harus menjadi perhatian pengembang. Dalam konsep belajar tuntas, kriteria penguasaan ini biasanya bernilai antara 75% atau 80% dari tujuan yang harus dikuasai.

Selanjutnya yang perlu dirumuskan adalah komponen-komponen produk. Misalnya dalam kasus paket pelatihan keterampilan pengajar di atas, komponen-komponen produk meliputi: tujuan pelatihan, materi pelatihan, proses pembelajaran, media alat bantu pembelalaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan sumber-sumber belajar.

Dalam proses pengembangan produk perlu dirumuskan lebih rinci, mulai dari penentuan produk, penyusunan draft, uji dan penyempurnaan draft, ujicoba utama dan revisi produk operasional/akhir, sampai dengan diseminasi dan implementasi. Kegiatan selanjutnya adalah merencanakan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba, baik untuk ujicoba lapangan awal, ujicoba lapangan utama maupun ujicoba lapangan operasional. Karena produk yang akan dihasilkan merupakan produk standar, maka jumlah subjek yang terlibat dalam lingkup lokasi penelitian dan pengembangan harus representatif, apakah untuk populasi tingkat nasional, propinsi atau kabupaten. Pada kasus program pelatihan pengajar di atas, ujicoba lapangan awal subjeknya 1-3 sekolah dengan 6-12 subjek pengajar. Pada ujicoba

                 

(14)

13

lapangan utama atau ujicoba lebih luas, subjeknya 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek. Pengujian produk ahkir menggunakan 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-200 subjek. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perencanaan biaya, orang-orang yang membantu, alat dan bahan, serta waktu yang diperlukan untuk melaksanakan semua kegiatan penelitian dan pengembangan. Untuk pelaksanaan ujicoba, hal yang perlu direncanakan dengan seksama adalah instrumen-instrumen yang diperlukan selama pengujian dan teknik-teknik analisis data.

3. Pengembangan Produk Awal

Dari hasil analisis kebutuhan akan dapat ditentukan jenis produk-produk sangat diperlukan saat ini, misalnya oleh sekolah. Hasil-hasil studi literratur akan memberikan informasi tentang beberapa karakterisktik penting dari produk yang dikembangkan dan bentuk-bentuk produk yang telah dikembangkan. Kemudian, hasil-hasil penelitian dalam lingkup terbatas akan memberikan informasi tentang produk sejenis yang telah digunakan, pelaksanaan produk yang ada, dan kemungkinan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengunaan produk yang akan dikembangkan.

Pada pengembangan produk awal ini, produk yang dibuat masih berupa produk awal atau draft dan bersifat tentatif. Walaupun masih berupa produk awal, namun produk telah disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Pada contoh produk pelatihan untuk peningkatan keterampilan pengajar dalam mengajar yang

dikembangan di Far West Laboratory, produk awal/draft paket pelatihan telah

memuat komponen-komponen paket secara lengkap, misalnya paket pelatihan tersebut terdiri dari 5 paket materi pelatihan, 1buku pedoman pelaksanaan, dan 1

                 

(15)

14

CD atau video yang memuat contoh-contoh pembelajaran. Pada setiap paket materi pelatihan memuat identitas paket (misalnya judul paket, nomor kode, jumlah jam latihan, dan prasyarat), rumusan tujuan, uraian materi pelatihan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan, media, alat dan bahan yang dapat digunakan, tes akhir dan buku-buku rujukan. Buku pedoman pelaksanaan, misalnya memuat petunjuk-petunjuk pembimbingan, pemberian tugas latihan praktek bagi pembimbing atau fasiltator. Buku pedoman juga berisi format-format observasi, instrumen evaluasi proses dan hasil belajar, dan format pelaporan kemajuan peserta pelatihan. CD, misalnya berisikan contoh-contoh bentuk keterampilan pengajar mengajar. Sebelum diujicoba di lapangan, draft perlu

dievaluasi melalui desk evaluation oleh para penimbang ahli. Evaluasi ini

bertujuan mendapatkan analisis dan pertimbangan logis dari para penimbang ahli,

selanjutnya dilakukan penyempunaan berdasarkan hasil desk evaluation tersebut.

4. Ujicoba Lapangan Awal dan Penyempurnaan Produk

Ujicoba dan penyempurnaan produk awal difokuskan pada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Tujuan ujicoba lapangan awal adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif dari produk pendidikan-baru yang dikembangkan. Ujicoba lapangan awal sebaiknya dilakukan di tempat yang kondisinya sama dengan tempat produk diimplementasikan. Hal ini berkaitan dengan implementasi produk dalam kondisi sesungguhnya, baik menyangkut keadaan dan jumlah pebelajar, maupun sarana dan fasilitas pembelajarannya sesuai dengan keadaan nyata di sekolah. Pada contoh paket pelatihan keterampilan mengajar di atas,

                 

(16)

15

kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan pertemuan, rapat atau diskusi dengan pengajar-pengajar peserta latihan. Pada pertemuan tersebut, pertama-tama pengembang menjelaskan tujuan umum pelatihan, langkah-langkah yang dilakukan dan beberapa hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian. Setelah itu, para peserta pelatihan diberi paket pelatihan, dan diberi waktu yang cukup untuk mempelajarinya, selanjutnya diadakan diskusi bersama antara pengembang dan peserta pelatihan. Para peserta dapat mengklarifikasi hal-hal yang belum jelas atau belum dipahami dengan baik. Di samping itu, masukan-masukan dari peserta pelatihan sangat penting dijaring untuk penyempurnaan produk awal. Produk yang telah disempurnakan ini diberikan kembali kepada peserta latihan untuk pelaksanaan ujicoba lapangan awal.

Pengajar peserta latihan diminta untuk menerapkan paket pelatihan (keterampilan mengajar) di kelasnya masing-masing. Namun, sebelum itu, pengajar perlu membuat persiapan mengajar atau merevisi persiapan mengajar yang telah ada sebelumnya, disesuaikan dengan tuntutan paket pelatihan. Selama pelaksanaan pembelajaran, para pengembang melakukan observasi pengamatan secara intensif, yaitu mencatat hal-hal penting dilakukan pengajar dan pebelajar, misalnya respon pebelajar terhadap pembelajaran dan aktivitas belajar pebelajar.

Setelah selesai pembelajaran, apakah dalam satu atau beberapa pertemuan, pengembang mengadakan pertemuan dengan para pengajar untuk mendikusikan pembelajaran yang diakukan oleh para pengajar. Ujicoba ini dilakukan secara berulang-ulang sampai para pengajar selesai berlatih mencobakan semua

                 

(17)

16

keterampilan mengajar. Pada ujicoba ini, juga dikumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan kuesioner digunakan untuk menyempurnakan produk. 5. Ujicoba Lapangan Utama dan Penyempurnaan Produk

Borg and Gall (1983) menyatakan bahwa tujuan dari ujicoba lapangan utama adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan sudah mencapai tujuan atau tidak. Tujuan lain dari ujicoba ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran. Pada umumnya, pada ujicoba ini digunakan rancangan eksperimen. Pada kasus program

pelatihan pengajar di atas, one-group pretest-posttest design digunakan untuk

menguji: Apakah keterampilan pengajar meningkat secara signifikan atau tidak?.

Pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar direkam dengan videotape. Hasil

rekaman videotape selanjutnya dianalisis.

Menurut Sukmadinata (2006), ujicoba ini dimaksudkan agar produk yang dikembangkan merupakan produk standar, apakah pada tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional. Agar menghasilkan suatu produk yang mempunyai standar pada tingkat kabupaten/ kota, misalnya, sampel ujicoba harus mewakili populasi kabupaten/kota. Demikian juga untuk standar pada tingkat propinsi dan nasional. Ujicoba lapangan utama ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dalam konteks populasi. Untuk itu diperlukan jumlah sampel yang lebih besar yang harus mewakili populasi, baik dalam jumlah maupun karakteristiknya.

6. Ujicoba Lapangan Operasional dan Penyempurnaan Produk

Borg dan Gall (1983) masih mengadakan penyempurnaan pada tahap ini. Pada tahap ini tidak dilakukan pengujian hasil dengan kelompok kontrol karena

                 

(18)

17

tidak diadakan pengukuran dampak dari penggunaan keterampilan mengajar. Menurut Borg dan Gall (1983), tujuan ujicoba lapangan operasional ini adalah menentukan apakah produk pendidikan siap digunakan di sekolah tanpa kehadiran pengembang. Agar siap digunakan secara operasional, paket produk harus lengkap dan diuji secara keseluruhan dalam setiap hal. Pada kasus program pelatihan pengajar, ujicoba lapangan operasinal ini diatur dan dikoordinasikan oleh staf sekolah secara teratur dan seharusnya mendekati operasional sekolah. Balikan (feedback) dari koordinator dan pengajar yang melaksanakan pembelajaran dikumpulkan dengan kuesioner. Wawancara dipusatkan pada bagian-bagian pembelajaran atau materi yang perlu mendapat perhatian sehingga operasional pembelajaran menjadi lebih efektif.

Menurut Sukmadinata (2006), pengujian produk akhir ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk dan keunggulan dalam praktek. Pada pengujian ini, tidak dilakukan untuk menyempurnakan produk (paket pelatihan) karena produk sudah dipandang sempurna pada ujicoba lapangan utama. Pengujian pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak penggunaan keterampilan mengajar terhadap pengetahuan dan keterampilan pebelajar. Pengujian sebaiknya digunakan

kelompok kontrol, dan dapat menggunakan model rancangan “The randomized

Pretest-Posttest Control Group Design (Eksperimen murni) atau minimal “The Maching Pretest-Posttest Control Group Design” (Eksperimen quasi). Kelompok eksperimen diberikan perlauan dengan pendekatan keterampilan mengajar baru, sedangkan kelompok kontrol diajar menggunakan pendekatan keterampilan

biasa/konvensional dan hasil pre-test dan post-test kedua kelompok dibandingkan.

                 

(19)

18

Perbedaan signifikansi antara pre-test dan post-test menunjukkan kebermaknaan

hasil belajar, sedang perbedaan antara hasil post-test kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol menunjukkan pengaruh metode keterampilan mengajar baru. 7. Diseminasi dan Implementasi

Diseminasi merujuk kepada proses yang membantu pengguna menyadari pentingnya produk-produk R&D, sedangkan implementasi merujuk kepada proses yang membantu pengguna produk R&D untuk mengunakannya dengan cara yang dimaksud oleh pengembang.

E. Modifikasi Tahap-Tahap R&D

Model-model R&D yang dikembangkan oleh para ahli sebenarnya merupakan bentuk modifikasi dari model R&D yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1983), seperti diperlihatkan pada Tabel 1.

Sukmadinata dan kawan-kawan mengusulkan langkah-langkah R&D terdiri dari 3 tahapan, yaitu:

1. Studi pendahuluan. Sudi ini meliputi: a) studi kepustakaan, b) survai lapangan, dan c) penyusunan produk awal atau draft model. Draft model yang telah dibuat selanjutnya ditelaah dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para ahli, selanjutnya draft disempurnakan berdasarkan masukan-masukan dari para ahli.

2. Ujicoba pengembangan model. Pada tahap ini dilakukan dua langkah: 1) ujicoba terbatas dan 2) ujicoba luas.

3. Uji produk akhir dan sosialisasi hasil. Uji ini dilakukan sama seperti ujicoba luas. Sosialisasi hasil mengacu pada diseminasi dan implementasi.

                 

(20)

19

Tabel 1. Bentuk Modifikasi dari Model Penelitian dan Pengembangan dari Borg &Gall (1983)

Borg dan Gall (1983) Sukmadinata (2006) Sugiono (2006) Dick dan Carry (1996), model 4D 1. Research and information collecting 1. Studi pendahuluan: a) studi kepustakaan, b) survai lapangan, dan c) penyusunan produk awal;

validasi ahli

1. Need analysis 1. Define instructional requirements 2. Planning 3. Develop preliminary form of product 2. Pengembangan produk awal 2. Design prototypical instructional model 3. Validasi ahli 4. Preliminary field testing

2. Ujicoba pengembangan model: a) ujicoba terbatas dan b) ujicoba luas

4. Ui coba lapangan

3. Develop tested and reliable

instructional model

5. Main product revision

6. Main field testing

7. Operational product revision

5. Revisi produk 8. Operatinal field testing 3. Uji produk akhir dan

sosialisasi hasil

4. Disseminate instructional model 9. Final product revision

10. Dissemination and implementation

Menurut Sugiono, R&D yang dibuat di Far West Laboratory dapat

dimodifikasi sebagai berikut.

1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan (need analysis). Kegiatan yang dilakukan pada analisis kebutuhan ini meliputi studi literatur dan survey lapangan.

2. Mengembangkan produk awal. Pada tahap ini dibuat produk awal berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

3. Validasi ahli. Setelah produk dibuat, selanjutnya dilakukan validasi ahli, baik validasi isi maupun validasi konstruk, selanjutnya dilakukan penyempurnaan produk.

4. Ujicoba lapangan. Pada ujicoba ini dilakukan ujicoba terbatas yang dilanjutkan dengan revisi produk dan kemudian ujicoba lebih luas yang dilanjutkan dengan revisi dan terakhir uji pemakaian.

                 

(21)

20

5. Revisi produk. Pada bagian akhir dilakukan penyempurnaan produk berdasarkan berdasarkan hasil ujicoba luas. Pada model yang dikembangkan oleh Sugiono (2006) tidak ada diseminasi dan implementasi.

Sementara itu, Dick dan Carry (1996) menyatakan bahwa R&D terdiri dari empat tahap, yang disebut sebagai model 4D.

1. Define instructional requirements. Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan yang meliputi studi literatur dan survai lapangan.

2. Design prototypical instructional model. Tahap ini bertujuan untuk

membuat model pembelajaran prototype. Kegiatan yang dilakukan meliputi

merancang model, validasi pakar terhadap model prototype, dan

penyempurnaan model prototype berbasis hasil validasi penimbang ahli.

3. Develop tested and reliable instructional model. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran beserta perangkatnya agar mendapatkan model yang valid, teruji dan reliable (dapat dipercaya). Kegiatan yang dilakukan adalah ujicoba terbatas.

4. Disseminate instructional model. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah ujicoba diseminasi dalam sampel yang lebih luas untuk mendapatkan perbaikan dan penyempurnaan. Tujuan akhirnya adalah untuk menghasilkan model yang valid dan teruji yang siap dipromosikan ke pengguna.

Ke-3 model R&D termodifikasi di atas, sebenarnya mirip dengan model

R&D yang dikembangkan di Far West Laboratory, hanya saja mempunyai bentuk

lebih sederhana. Khusus untuk model R&D dari Sugiono (2006) tidak ada tahap

                 

(22)

21

yang berhubungan dengan diseminasi dan implementasi. Sedangkan model dari Dick dan Carry (1996) tidak ada tahap ujicoba akhir atau operasional.

Contoh produk R&D (Rasagama, 2011): 1. Judul penelitian:

Pengembangan Program Perkuliahan Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis dan Mengkreasi Mahasiswa Teknik Konversi Energi Politeknik. 2. Rumusan Masalah

Bagaimana mengembangkan program perkuliahan fisika yang dapat meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengkreasi mahasiswa prodi teknik konversi energi di politeknik?

3. Pertanyaan Penelitian

 Materi PPF apakah yang dibutuhkan dan mendukung kompetensi lulusan

program studi teknik konversi energi politeknik?

 Bagaimana karakteristik strategi PPF yang dikembangkan untuk

meningkatkan kemampuan menganalisis dan mengkreasi, serta

penguasaan konsep mahasiswa program studi teknik konversi energi politeknik?

 Bagaimana peningkatan kemampuan menganalisis dan mengkreasi, serta

penguasaan konsep fisika mahasiswa setelah diterapkan PPF yang dikembangkan?

 Bagaimana aktivitas pengajar dan mahasiswa dalam pelaksanaan PPF

yang menggunakan model pembelajaran Demonstrasi Interaktif Berbasis Inkuiri (DIBI)?

 Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPF yang

menggunakan model pembelajaran DIBI?

 Apakah kekuatan dan kelemahan PPF yang dikembangkan?

                 

(23)

22

4. Kerangka Konseptual Program Perkuliahan

Berdasarkan kajian dirumuskan kerangka konseptual strategi dan materi program perkuliahan fisika seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Kerangka Konseptual Strategi PPF untuk Meningkatkan Kemampuan Menganalisis dan Mengkreasi Mahasiswa Keterangan:

: menunjang

: dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi oleh pengajar.

Model pembelajaran DIBI sebagai bagian dari produk R&D, mengandung tahapan-tahapan sebagai berikut:

Kajian Mandiri: Tugas Pendahuluan Penugasan Terstruktur Mhs Tugas Mandiri Kegiatan Penel.& Diskusi Hasil Penel.

Post-test Laporan Isian Lembar Kerja Mahasiswa

Laporan Praktikum Laporan Penel.& Ringk. Hasil Diskusi

Mhs dan Dosen Kemampuan : Menganalisis: 1. Defferentiating: membedakan bagian relevan dari tidak relevan atau bagian penting dari tidak penting dalam suatu konsep.

2. Organizing:

menentukan kesesuaian atau keberfungsian bagian-bagian konsep dalam sebuah struktur konsep

3. Attributing; menentukan titik

tinjauan, bias, value, dan maksud yang melatar-belakangi kehadiran sebuah konsep. Mengkreasi: 1. Generating: memunculkan hipotesis alternatif berbasis kriteria. 2. Planning: merencanakan prosedur untuk mengerjakan suatu tugas.

3. Constructing:

menyusun sebuah produk baru.

(Anderson, L.W., 2001) Materi Program Perkuliahan

Fisika (Hasil Riset)

Dosen

Pre-test

Topik Perkuliahan

Impl. Model DIBI berbantuan Lembar Kerja Mahasiswa

Topik Penelitian Topik Praktikum Tugas Mandiri Kegiatan Praktikum                  

(24)

23

a. Pendahuluan: dalam tahapan ini, pengajar meminta tagihan tugas

pendahuluan, membagi mahasiswa dalam kelompok-kelompok kecil, menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran dan membangkitkan tanya jawab/diskusi tentang peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan disajikan.

b. Kegiatan inti: tahapan ini dibagi dalam 3 sub-tahapan, yaitu menyajikan

masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, merumuskan dan mengambil kesimpulan.

i. Dalam menyajikan masalah, pengajar mengkondisikan perhatian

mahasiswa dengan cara memberi pertanyaan tentang materi yang disajikan dan menyarankan mahasiswa untuk melakukan diskusi dalam kelompok dan memanfaatkan referensi relevan yang telah dipersiapkan. Semua pertanyaan dan tempat merumuskan jawaban telah dirumuskan dalam LKM materi bersangkutan, sehingga pengajar cukup hanya mengarahkan perhatian mahasiswa pada LKM dan tidak perlu menyatakan setiap pertanyaan kepada mahasiswa.

ii. Dalam merumuskan hipotesis, mahasiswa membuat jawaban sementara

tiap pertanyaan yang diajukan, mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok, menyelidiki jawaban pertanyaan dengan memanfaatkan referensi yang relevan dan menulis jawaban pada LKM. Dalam menguji hipotesis, beberapa mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan demonstrasi. Pengajar melakukan demonstrasi sesuai petunjuk kegiatan pengajar, yaitu menguji hipotesis konsep sesuai dengan materi yang disajikan. Pengajar

memberikan kesempatan mahasiswa  2,5 menit untuk membuat

pertanyaan penuntun berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan demonstrasi. Pengajar meminta mahasiswa mengajukan pertanyaan penuntun dan pengajar juga memimpin diskusi terkait dengan jawaban pertanyaan penuntun yang diajukan oleh beberapa mahasiswa. Pengajar meminta mahasiswa merefleksikan pemahaman yang timbul pada diri masing-masing dan memberi kesempatan khusus kepada mahasiswa untuk merevisi jawaban yang dianggap “masih salah” ketika merumuskan hipotesis.

iii. Dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan, pengajar mengarahkan perhatian mahasiswa pada LKM dan situasi pembelajaran pada aplikasi konsep dengan cara, antara lain: Pengajar memberikan kesempatan

mahasiswa  5menit untuk merumuskan (menuliskan) kesimpulan sesuai

isian dalam format LKM. Pengajar mengkondisikan beberapa kelompok mahasiswa untuk mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok untuk kembali didiskusikan dalam rangka pengambilan kesimpulan akhir. Pengajar masih memberi kesempatan mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan penuntun, terkait dengan konsep yang belum dipahami dan kesimpulan akhir yang diambil. Pengajar bersama mahasiswa menyimpulkan materi bersangkutan, terkait jawaban setiap pertanyaan.

c. Penutup: dalam tahapan ini pengajar memberi kesempatan mahasiswa

menanyakan kembali konsep yang belum dipahami. Pengajar meminta mahasiswa mempelajari kembali materi yang baru disajikan dan

                 

(25)

24

mengaitkannya dengan materi perkuliahan berikutnya. Pengajar meminta tagihan tugas pendahuluan dan LKM yang telah dikerjakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan membagikan tugas pendahuluan baru untuk dikerjakan di rumah sebagai persiapan mengikuti perkuliahan berikutnya.

Gambar 3. Kerangka Konseptual Pengembangan Materi Program Perkuliahan Fisika Sesuai Kebutuhan Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik

5. Prosedur penelitian

Tahap Pendahuluan; Tahap pendahuluan meliputi studi pustaka dan survey lapangan. Studi pustaka untuk mencari informasi tentang pengembangan PPF, mengkaji profil kompetensi lulusan PSTKEP, silabus mata kuliah fisika dan mata kuliah lanjutan terkait fisika di PSTKEP, hasil penelitian terkait, identifikasi indikator dan sub-indikator kemampuan menganalisis dan mengkreasi. Survey lapangan untuk memperoleh informasi tentang kondisi fasilitas perkuliahan dan peralatan laboratorium, pelaksanaan perkuliahan, dan mengidentifikasi masalah perkuliahan di tempat penelitian.

Tahap Perancangan; Kegiatan pertama, penyusunan materi perkuliahan fisika esensial yaitu: merumuskan materi fisika yang sesuai kebutuhan dan mendukung kompetensi lulusan PSTKEP. Kegiatan dalam tahap ini adalah merancang kompetensi, pokok bahasan, sub-sub pokok bahasan dan tujuan perkuliahan fisika. Kegiatan kedua, penyusunan desain strategi pelaksanaan PPF yaitu: 1) Menyusun

Silabus Fisika Politeknik

Silabus Mata Kuliah Prodi Teknik Konversi Energi Politeknik

Kompetensi Lulusan Teknik Konversi Energi Politeknik

Konsep Fisika dalam Mata Kuliah Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik

Materi Program Perkuliahan Fisika terdiri : a) Tujuan perkuliahan

b) Kompetensi perkuliahan c) Pokok dan sub-pokok bahasan

Landasan:

(Filosofis, Psikologis dan Sosiologis)

Jajak pendapat pada pengajar prodi

Kritisi peneliti Instrumen kuesioner                  

(26)

25

struktur program perkuliahan berupa struktur kegiatan perkuliahan, struktur kegiatan praktikum dan struktur kegiatan penelitian; 2) Menyusun uraian materi setiap pokok bahasan; 3) Menyusun analisis konsep setiap pokok bahasan; 4) Menyusun analisis indikator kemampuan menganalisis dan mengkreasi untuk setiap pokok bahasan; 5) Menyusun rencana pelaksanaan perkuliahan (RPP) setiap pokok bahasan; 6) Menyusun fasilitas pendukung RPP meliputi petunjuk kegiatan pengajar, tugas pendahuluan dan LKM setiap pokok bahasan; dan 7) menyusun petunjuk praktikum dan penelitian untuk perkuliahan praktek. Kegiatan ketiga, penyusunan instrumen penelitian berupa: (a) soal tes pilihan ganda pengukur peningkatan kemampuan berpikir atau penguasaan konsep mahasiswa; (b) pedoman monitoring-evaluasi tugas mahasiswa untuk mengetahui kemampuan mahasiswa mengerjakan tagihan tugas dalam PPF yang dikembangkan; (c) pedoman observasi aktivitas pengajar-mahasiswa dalam perkuliahan dengan model pembelajaran DIBI untuk mengetahui kinerjanya; (d) kuesioner pengukur respon mahasiswa terhadap model pembelajaran DIBI yang digunakan dalam perkuliahan; dan (e) angket pengukur pemahaman mahasiswa terhadap petunjuk praktikum dan penelitian yang digunakan dalam perkuliahan praktek.

Tahap Pengembangan; Kegiatan pertama, uji kelayakan materi PPF meliputi uji

kelayakan dengan salah satu stakeholder yaitu 12 pengajar PSTKEP dan

mendiskripsikan kembali hasil uji kelayakan. Kegiatan kedua, validasi pakar terhadap desain konten strategi PPF yaitu: menjaring pendapat pakar tentang kebenaran konsep dan saran pakar; dan diskusi dengan pakar tentang saran yang diberikan, mengkritisi dan mendeskripsikan kembali masukan pakar guna memperoleh desain awal strategi PPF yang akan divalidasi. Kegiatan ketiga, validasi konstruksi soal yaitu ujicoba 50 butir soal pada mahasiswa kelas II PSTKEP untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda item soal. Kegiatan ini melibatkan 30 mahasiswa telah lulus PPF dan dianggap berkemampuan sama seperti subjek penelitian.

Tahap Validasi; Ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI pada mahasiswa

kelas I PSTKEP memakai materi PPF hasil uji kelayakan stakeholder dan model

pembelajaran DIBI hasil validasi pakar. Pada awal dan akhir ujicoba terbatas dilakukan tes kemampuan berpikir atau penguasaan konsep dengan 50 butir soal pilihan ganda, hasil revisi berbasiskan hasil validasi pakar dan konstruksi soal. Selama ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI juga dilakukan ujicoba lembar observasi aktivitas pengajar-mahasiswa, hasil revisi berbasis kegiatan validasi pakar. Pada akhir ujicoba terbatas model pembelajaran DIBI dilakukan ujicoba kuesioner hasil revisi berdasarkan kegiatan validasi pakar. Ujicoba terbatas petunjuk praktikum dan penelitian dilakukan melalui angket pada 12 mahasiswa kelas I PSTKEP pilihan, yang di anggap mampu memberi saran dan kritik

terhadap ke-2 petunjuk kegiatan. Ujicoba terbatas memakai desain pre-test

post-test tanpa kelas kontrol. Ujicoba luas strategi PPF hasil revisi berdasarkan

kegiatan ujicoba terbatas. Kualitas strategi PPF yang diterapkan lebih baik dari ujicoba terbatas. Kelas ujicoba luas (kelas eksperimen) mengikuti perkuliahan dengan model pembelajaran DIBI, praktikum dan penelitian. Kelas kontrol selaku pembanding dengan perkuliahan reguler. Penerapan model pembelajaran DIBI pada kelas eksperimen diobservasi, sedangkan perkuliahan reguler pada kelas

                 

(27)

26

kontrol, praktikum dan penelitian pada kelas eksperimen tidak diobervasi. Pada awal dan akhir perkuliahan dengan model pembelajaran DIBI (reguler) dilakukan tes kemampuan berpikir atau penguasaan konsep pada kelas eksperimen (kelas kontrol). Pada akhir perkuliahan dengan model pembelajaran DIBI dilakukan kuesioner tanggapan mahasiswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran DIBI dan angket pemahaman mahasiswa pada petunjuk praktikum dan penelitian.

Ujicoba luas memakai metode kuasi-eksperimen dengan pre-test post-test group

control design, seperti diperlihatkan pada Tabel 2. Pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal sama.

Tabel 2. Desain Ujicoba Luas Strategi Perkuliahan Fisika

Kelompok Uji Pre-test Perlakuan Post-test

Kelas Eksperimen O X1 O

Kelas Kontrol O X2 O

Keterangan:

X1 : perkuliahan dengan metode yang dikembangkan

X2 : perkuliahan reguler

F. Rekayasa Kurikulum sebagai R&D

Pendirian pusat-pusat R&D yang didanai oleh sumber-sumber pribadi dan publik di Amerika Serikat merupakan fenomena yang menarik dalam rekayasa kurikulum. Pergerakan yang sangat berarti dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1960-an adalah memberikan dana hibah kepada organisasi pusat-pusat R&D, sebab pengurangan dana pemerintah federal telah menyebabkan penurunan pada aktivitas dari pusat R&D. Walaupun keberhasilan pusat-pusat R&D dalam melakukan reformasi pendidikan masih dipertanyakan, beberapa ahli percaya bahwa pusat-pusat R&D akan berperan sangat penting dalam melakukan perubahan kurikulum.

Pendirian pusat-pusat R&D didasarkan atas 5 premis utama. Pertama, fungsi dari pusat-pusat R&D (misalnya R&D kurikulum) diabaikan, dan fungsi ini dilakukan oleh agen-agen pendidikan yang lain misalnya sekolah, universitas, dan departemen pendidikan. Kedua, pusat-pusat R&D diwajibkan menghasilkan produk dan proses yang berguna dalam pencapaian tujuan kurikulum spesifik atau

                 

(28)

27

menghasilkan solusi terhadap masalah-masalah kurikulum yang muncul. Ketiga, penelitian dilakukan untuk menemukan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan khusus, bukan mencari pengetahuan untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian, pengembangan akan berhasil, jika kriteria yang telah ditetapkan dapat dicapai. Keempat, R&D yang efektif sangat tergantung pada tim ahli yang bekerja selama periode waktu yang lama. Kelima, pengeluaran dana publik (dan yang lain) untuk R&D dibuktikan melalui proses evaluasi yang bertanggung jawab, tetapi tidak menghalangi aktivitas penelitian.

Komitmen kerja R&D sebagai alat yang efektif untuk melakukan perubahan kurikulum terutama terletak pada karakteristik yang membedakannya dari metode-metode rekayasa kurikulum yang lain. Misalnya, kerja R&D umumnya menyajikan:

Suatu usaha sistematik untuk melaksanakan siklus analisis kebutuhan, spesifikasi tujuan, analisis strategi alternatif dan perlakuan yang menyebabkan pemilihan di antara alternatif, konstruksi sistem tentatif atau parsial di antara model pada basis pengujian situasi eksperimen dan klinis, dan melanjutkan evaluasi dan perbaikan.

Tidak ada metode lain dari rekayasa kurikulum dirancang untuk dapat melakukan siklus R&D secara sistematis. Dengan demikian, aktivitas R&D menyediakan kemungkinan yang paling besar untuk melakukan perubahan dan perbaikan kurikulum.

Karakteristik ke-2 dari kerja R&D adalah perhatiannya pada semua unsur dalam lingkungan belajar. Dengan kata lain, kerja R&D cenderung

                 

(29)

28

memperlakukan kurikulum dalam semua istilah inklusif, yang menspesifikasikan

tidak hanya materi dan media pembelajaran, tetapi setting fisik dan

pengembangan prilaku yang relevan bagi pengajar dan personil sekolah yang lain, kelompok keluarga, dan sukarelawan masyarakat. Ini tampaknya seperti suatu usaha manajemen total dari lingkungan belajar, baik manusia dan non manusia.

Karakteristik ke-3 dari kerja R&D adalah usahanya untuk menghubungkan beberapa organisasi dan institusi yang berbeda dalam usaha-usaha implementasi. Dengan demikian, perhatian dipusatkan pada kontribusi dari sumber-sumber lain, seperti departemen pendidikan, orang tua, kelompok orang, industri dan agen sosial masyarakat.

F. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. R&D adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu

produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau

perangkat keras (hardware) tapi juga bisa perangkat lunak (software).

2. R&D merupakan penghubung antara penelitian dasar dengan penelitian

terapan. Penelitian tentang fenomena fundamental pendidikan dilakukan

melalui penelitian dasar (basic research), sedang penelitian tentang praktik

pendidikan dilakukan melalui penelitian terapan (applied research).

3. Penelitian dasar mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori;

R&D mengembangkan model-model proses, bahan, sarana-fasilitas; dan

                 

(30)

29

penelitian terapan mengembangkan praktik pelaksanaan pendidikan dan kurikulum pembelajaran.

4. Dalam pelaksanaan R&D, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode

deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.

5. R&D dalam konteks pendidikan (educational research and development),

merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan.

6. Langkah-langkah dalam R&D adalah: penelitian dan pengumpulan data,

perencanaan, pengembangan produk awal/draft produk, ujicoba lapangan

awal, revisi produk utama, ujicoba lapangan utama, penyempurnaan produk

operasional, ujicoba lapangan operasional, penyempurnaan produk akhir, deseminasi dan implementasi.

7. Pendirian pusat R&D didasarkan atas 5 premis utama yaitu 1) fungsi dari

pusat R&D diabaikan, dan fungsi ini dilakukan oleh agen-agen pendidikan yang lain; 2) Pusat R&D diwajibkan menghasilkan produk dan proses yang berguna dalam pencapaian tujuan kurikulum spesifik atau menghasilkan solusi terhadap masalah kurikulum yang muncul; 3) Penelitian dilakukan untuk menemukan pengetahuan yang dapat digunakan untuk tujuan khusus, bukan mencari pengetahuan untuk kepentingan sendiri; 4) R&D yang efektif sangat tergantung pada tim ahli yang bekerja selama periode waktu yang lama; 5) Pengeluaran dana publik untuk R&D dibuktikan melalui proses evaluasi yang bertanggung jawab, tetapi tidak menghalangi aktivitas penelitian.

                 

(31)

30

Daftar Pusaka:

Borg, W. R. and Gall, M. D. 1983. Educational Research: An Introduction. 4th Ed.

New York: Longman, Inc.

Rasagama, I G., 2011. Pengembangan Program Perkuliahan Fisika untuk

Meningkatkan Kemampuan Menganalisis dan Mengkreasi Mahasiswa Teknik Konversi Energi Politeknik. Desertasi PPs UPI, Tidak Dipublikasikan.

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S., 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Zais, R. S. 1976. Curriculum Principles and Foundations. New York: Harper &

Raw Publisher.                  

Gambar

Gambar 1. R&D menghubungkan antara penelitian dasar dan penelitian terapan   C. Langkah-Langkah R&D
Tabel 1. Bentuk Modifikasi dari Model Penelitian dan Pengembangan dari Borg &Gall (1983)
Gambar 2. Kerangka Konseptual Strategi PPF untuk Meningkatkan             Kemampuan Menganalisis dan Mengkreasi Mahasiswa    Keterangan:
Gambar 3. Kerangka Konseptual Pengembangan Materi Program Perkuliahan   Fisika Sesuai Kebutuhan Program Studi Teknik Konversi Energi  Politeknik
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah motivasi kualitas, motivasi karir, motivasi

Berdasarkan analis terhadap peraturan perundang-undangan dari tingkat konstitusi sampai aturan turunannya, instrumen hukum internasional, serta berbagai pandangan mengenai

Jaringan mangrove yang digunakan adalah akar, kulit batang dan daun yang terkena pasang surut air laut (± 1,3 cm), dari jalur transek tersebut diambil 3 titik

KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) Konsep perencanaan dan perancangan Galeri Mural dan Graffiti ini mengacu pada konsep Ekspresi dalam Arsitektur, khususnya diterapkan pada

Misalnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Young (1985) bahwa senjangan anggaran terjadi ketika bawahan yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan informasi

Invensi ini merupakan sebuah spion yang dipasang di spatbor mobil, yang terdiri dari kerangka (10) sebagai struktur utama dari spion (SI), penutup (11) yang berfungsi sebagai

Kespontan reaksi substitusi nukleofilik antara tersier butil klorida dengan hidroksida menunjukan reaksi tidak spontan, hal ini terbukti dari nilai energi bebas