• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. media massa dan media komunikasi yang memegang basic value; yaitu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. media massa dan media komunikasi yang memegang basic value; yaitu"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan dunia informasi digital abad ini memperlihatkan lompatan yang dramatis. Meski banyak muncul tanggapan optimistis mengenai fenomena tersebut, tidak sedikit pula yang cemas ikhwal dampak negatif perkembangan teknologi informasi mutakhir. Pembahasan aspek hukum media di internet harus dimulai dengan pembagian internet sebagai media massa dan media komunikasi yang memegang basic value; yaitu kebebasan berpendapat dan kebebasan memperoleh informasi (Edmon Makarim, 2004: 198).

Mewakili pandangan optimistis, perkembangan dunia informasi digital yang direpresentasikan oleh penggunaan internet, dapat memudahkan distribusi informasi yang murah dengan kecepatan yang menakjubkan. Di samping itu, peningkatan penggunaan internet dalam satu dekade terakhir, akhirnya mulai mencairkan kutub-kutub informasi yang sebelumnya hanya dikuasai oleh segelintir pihak. Siapa pun kini dapat memproduksi informasi untuk dibagikan kepada publik tanpa mensyaratkan kepemilikan modal yang terlampau besar. Sebelumnya informasi hanya dikuasai pemilik capital seperti para konglomerat dan korporasi besar lainnya. Akibatnya informasi yang dikonsumsi publik cenderung homogen dan mewakiliki kepentingan segelintir orang saja. Informasi yang tersedia akhirnya tidak mewakili kepentingan publik yang lebih luas di samping rentan menjadi alat kekuasaan Pemodal atau kelas kapitalis (Wildan Taufiq, dalam Rijalul Imam dkk, 2010: 17-18).

(2)

Munculnya internet mengubah peta informasi tadi. Kini setiap orang selama dapat terhubung dengan jaringan www (world wide web) dapat menyebarkan informasi apa pun baik berkenaan dengan kejadian, maupun pemikiran pribadinya. Umpan balik atas informasi yang disebarkan media mainstream pun kini dapat beresonansi dengan lebih cepat dan dapat segera disikapi khalayak. Lebih lanjut, menurut Merlyna Lim dalam buku Priyono AE dan Usman Hamid (2014: 710) menyatakan, teknologi internet terbukti memiliki jangkauan yang lebih luas daripada halaman media cetak, suara media elektronik atau gambar media televisi. Secara revolusioner internet bahkan memungkinkan—warga negara—dan korporasi untuk mem-bypass, mengakali dan melawan segala upaya negara dalam mengendalikan pemanfaatan dan akses internet itu sendiri yang dengan demikian ia menciptakan arena-maya (cyber-terrains) baru bagi perebutan–perebutan identitas, sehingga terciptalah suatu ruang publik baru bagi masyarakat sipil.

Akses pada internet merupakan hak asasi pada manusia sebagai hak atas kebebasan informasi dan komunikasi. Hak tersebut dijamin sebagai instrument hukum internasional. Instrumen-instrumen Hukum Internasional seperti Pasal 19 UDHR 1948, the European Convention on Human Rights 1950; the International Convenant n Civil and Political Rights (ICCPR), the

American Convention on Human Rights 1969, dan the African Charter on Human and People’s Rights 1986. Kebebasan atas informasi dan komunikasi

(3)

melakukan komunikasi dan hak atas informasi sebenarnya merupakan kewajiban sekaligus hak manusia untuk mempertahankan hidup manusia. Kodrat individual harus harmonis dengan kodrat sosial. Hak individual harus bersifat fungsi social dan tidak merusak atau merugikan individu lain dan masyarakat. Cyberspace sebagai ruang elektronik berisi masyarakat virtual yang terbentuk melalui jalinan komunikasi dalam sebuah jaringan computer harus dimanfaatkan oleh tiap individu dan kelompok guna kelangsungan hidupnya (Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2009: 75).

Pandangan optimistis di atas memang telah mewujud fakta, hanya saja perilaku destruktif juga kerap membersamai penggunaan teknologi internet ini. Mantan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi publik, Freddy H.Tulung, misalnya mengungkapkan setidaknya ada tiga tantangan besar terkait fenomena penggunaan internet. Pertama, dunia maya/internet berpotensi menjadi salah satu tempat berkembangnya terorisme. Data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mengutip Australian

Strategic Policy Institute (ASPI), Maret 2009, menunjukkan bahwa pengakses

terbesar situs-situs yang dicurigai merupakan tempat jaringan teroris berasal dari wilayah Indonesia. Kedua, publik merasakan ada ruang kosong sehingga terorisme berkembang. Ditinggalkannya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dianggap sebagai penyebab anggapan tersebut.

Ketiga, mayoritas publik cenderung masih belum positif dan belum produktif

(4)

Menyikapi tantangan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI pada tanggal 7 Juli 2014 melalui menterinya saat itu yakni Tifatul Sembiring menetapkan peraturan tentang penanganan situs internet bermuatan negatif dan telah diundangkan pada tanggal 17 Juli 2014 yakni Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tersebut berisi prosedur pemblokiran dan normalisasi situs internet bermuatan negatif. Sebelum Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif disahkan pemblokiran sudah dilakukan terhadap situs-situs pornografi dengan dasar hukum UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

Sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Menteri (Permen) tersebut, reaksi baik pro maupun kontra dari masyarakat sudah terlihat. Tidak lama setelah dinyatakan pemblokiran, Menkominfo mendapat teguran dari Wakil Presiden Jusuf Kalla karena pemerintah tidak berkoordinasi dengan pihak lain, seperti para ulama dan tokoh agama. Puncaknya adalah pada Jumat, 27 Maret 2015, BNPT melapor kepada Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi untuk memblokir sejumlah situs web melalui surat bernomor 149/K.BNPT/3/2015 tentang situs radikal ke dalam sistem blokir Kominfo dengan berbekal Permen tentang Situs Internet Bermuatan Negatif tersebut (http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150331065323-185-431

(5)

17/situs-islam-radikal-yang-diblokir-kominfo-bertambah/, diakses 31/3/ 2015 pukul 07:33).

Permohonan tersebut ditindaklanjuti dengan pemblokiran 22 (dua puluh dua) situs yang kerap menampilkan informasi keislaman. 22 (dua puluh dua) situs tersebut adalah arrahmah.com, voa-islam.com, ghur4ba.blogspot. com, panjimas.com, thoriquna.com, dakwatuna.com, kafilah mujahid.com, an-najah.net, muslimdaily.net, hidayatullah.com, salam-online.com, aqlislamic center.com, kiblat.net, dakwahmedia.com, muqawamah. com, lasdipo.com, gemaislam.com, eramuslim.com, daulahislam.com, mshoutussalam.com,

Indonesiasupport islamicstate. Blogspot.com, azzammedia.com

(http://tekno.liputan6.com/read/2199730/kominfo-blokir-22-situs-yang-dianggap-radikal, diakses 31/3/2015 pukul 07:38).

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengangkat judul PEMBLOKIRAN SITUS YANG MENYEBARKAN RADIKALISME (Tinjauan Yuridis Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif).

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan Peraturan Menteri (Permen) Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014 tentang

(6)

Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif dalam kasus pemblokiran 22 (dua puluh dua) situs media Islam?

2. Bagaimanakah pertimbangan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi dalam pemblokiran situs yang menyebarkan radikalisme?

C. Tujuan penelitian

1. Mengetahui penerapan Peraturan Menteri (Permen) Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif dalam kasus pemblokiran 22 (dua puluh dua) situs media Islam.

2. Mengetahui pertimbangan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi dalam pemblokiran situs yang menyebarkan radikalisme.

D. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

1. Hasil penelitian dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara dalam kaitannya terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif dalam kasus pemblokiran 22 (dua puluh dua) situs media islam.

2. Memperkaya kajian yuridis normatif khususnya mengenai Peraturan Menteri dalam lingkup administrasi negara RI.

(7)

dengan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Komunikasi Nomor 19 Tahun 2014 Tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan negatif 2. Menjadi pedoman dalam penelitian sejenis dari permasalahan yang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan menggunakan SPSS dapat diperoleh informasi bahwa terdapat peningkatan yang tidak signifikan antara pemberian teknik drill

Dengan yang demikian Peneduh 2S ciptaan kami ini dapat disesuaikan dengan pelbagai bentuk dan jenis model mesin rumput galas yang berada dalam pasaran sekarang.. Untuk perhatian

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku terdahulu; faktor sosiokultural; persepsi manfaat

Gershom Scholem'in kuru ve bilgece hikayeleri ve Mar­ tin Buber'in eski Hasidik masallarının stilize tercümeleri dışında, bu konuda İngilizce olarak yazılmış olan, gerçek

Pengaruh word of mouth terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara tidak langsung word of mouth berpengaruh signifikan dan

Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap memiliki beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang ada di SD Negri Bulupayung 02 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap antara

 Peserta didik diminta menyimak penjelasan pengantar kegiatan secara besar/global tentang materi gangguan sistem pernapasan dan upaya menjaga kesehatan

Salah satu model pembelajaran yang dapat membiasakan siswa menggunakan kemampuan bernalarnya adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based