• Tidak ada hasil yang ditemukan

2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali*"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

© 2009 Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali*

Katalog dalam Terbitan

Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Prosiding Seminar/Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo (Ed.). – Jakarta: LIPI Press, 2009.

xx + 738 hlm.; 21 x 29,7 cm ISBN 978-979-799-447-1

1. Konservasi 2. Keanekaragaman Hayati 2. Flora Indonesia 4. Pemanasan Global

333.95

Penelaah : Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa

Setting dan Layout : I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul : Gede Wawan Setiadi

Penerbit : LIPI Press, anggota Ikapi

*UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191 Telp. : +62368 21273; Fax.: +62368 22051 E-mail: kebunrayabali.yahoo.com

(3)

ii

PROSIDING

Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia

Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”

Bali, 14 Juli 2009

ISBN : 978-979-799-447-1

Penelaah :

Bayu Adjie

Dedy Darnaedi

Sutrisno

Joko R. Witono

Pande Ketut Sutara

Enik Kriswiyanti

Teguh Triyono

Ida Bagus Ketut Arinasa

Penyunting :

Agung Kurniawan

Ni Kadek Erosi Undaharta

I Putu Agus Hendra Wibawa

I Gede Tirta

Wawan Sujarwo

Penyelenggara :

UPT BKT Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali - LIPI

bekerja sama dengan

(4)

iii

PROSIDING

Seminar “Peranan Konservasi Flora Indonesia

Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global”

Bali, 14 Juli 2009

Tidak dibenarkan mengutip ataupun memperbanyak seluruh maupun sebagian isi buku ini kemudian mendistribusikannya, tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh :

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya ‘Eka Karya’ Bali – LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191

website : www.kebunrayabali.com e-mail : kebunrayabali@yahoo.com cetakan 2009©

ISBN : 978-979-799-447-1

Penelaah :

Bayu Adjie, Dedy Darnaedi, Sutrisno, Joko R. Witono, Pande Ketut Sutara, Eniek Kriswiyanti, Teguh Triyono, Ida Bagus Ketut Arinasa

Penyunting :

Agung Kurniawan, Ni Kadek Erosi Undaharta, I Putu Agus Hendra Wibawa, I Gede Tirta, Wawan Sujarwo

Setting & Layout :

I Putu Agus Hendra Wibawa Desain Sampul :

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global telah diselenggarakan pada tanggal 14 Juli 2009 di Kebun Raya “Eka Karya” Bali - LIPI. Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan. Seminar ini terlaksana atas kerjasama antara UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” - LIPI dengan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia (PTTI) dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Seminar ini diikuti oleh 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia pelaksana dan seluruh pihak yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselenggaranya seminar ini. Besar harapan kami bahwa prosiding ini dapat bermanfaat bagi upaya konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global yang terus berlangsung.

Ir. I Nyoman Lugrayasa Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan

(6)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv REKOMENDASI ... xv SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN

KEBUN RAYA “EKA KARYA BALI” LIPI ... xvi

SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI – LIPI ... xix

MAKALAH KUNCI

Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Endang Sukara ... 1 MAKALAH UTAMA

Pembangunan Kebun Raya Daerah dan Peran Strategisnya dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim Global

Mustaid Siregar, Hendrian dan Sutrisno ... 7 Kedalaman Informasi dan Kelembagaan Taksonomi Menghadapi Perubahan

Iklim Global

Dedy Darnaedi ... 14 Pemanasan Global Sebagai Akibat Ulah Manusia Diplanet Bumi

I Wayan Kasa ... 15 Bali dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim

Ketut Suryadarmadi ... 22 MAKALAH ORAL

Impact of Climate Change on Distribution of Elatostema (Urticaceae) In Indonesia

Barry J. Conn dan Julisasi T. Hadiah ... 31 Menyusun Prioritas Koleksi Bagi Kebun Raya Baru di Indonesia

Irawati ... 40 Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Indonesia; Dampaknya terhadap

Kondisi Biogeofisik

Rachmat Fajar Lubis dan Robert Delinom ... 45 Peran Hutan Masyarakat Adat dalam Menjaga Stabilitas Iklim Satu Kajian

Perspektif Deep Ecology (Kasus Masyarakat Desa Adat Tenganan, Bali)

I.G.P.Suryadarma ... 50 New cpDNA Sequences Of The Tree Fern Dicksonia From Indonesia

(7)

vi

MAKALAH PENUNJANG

Inventarisasi dan Eksplorasi Anggrek di Wamena-Papua

I Gede Tirta dan I Nyoman Peneng ... 61 Keanekaragaman Anggrek di Kawasan Sungai Busang, Kalimantan Tengah

Dwi Murti Puspitaningtyas ... 66 Eksplorasi Flora di Kawasan Hutan Komara oleh Kebun Raya Purwodadi

Esti Endah Ariyanti ... 75 Konservasi Tumbuhan Secara Ex Situ Langkah Awal Domestikasi

Subekti Purwantoro ... 81 Beberapa Jenis Pohon yang Menjadi Inang Anggrek Pteroceras javanicum

(J.J.Sm.) Bakh.F. di Twa Lejja Kab. Soppeng Propinsi Sulawesi Selatan

Suhartono ... 85 Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack) di Hutan Lindung Sungai Wain

Kabupaten Balikpapan Propinsi Kalimantan Timur

Suhartono ... 88 Peranan Konservasi Tumbuhan Warna Alam di Kab. Gianyar dalam Mengatasi

Dampak Pemanasan Global

Pande Ketut Sutara ... 91 Konservasi Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Alternatif Desa Banjarasem dalam

Kaitannya dengan Penekanan Pemanasan Global

I Gusti Ngurah Puger ... 99 Eksplorasi Begonia di Cagar Alam Pulau Batanta Barat, Propinsi Papua Barat

I Made Ardaka, I Wayan Mudarsa dan I Nyoman Sudiatna ... 110 Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon pada Perbedaan Status

Kepemilikan Lahan Garapan di Lampung Barat

Indriani Ekasari ... 119 Anggrek Epifit di Twa Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten

Sintang, Propinsi Kalimantan Barat

Pa’i Dan Esti Endah Ariyanti ... 128 Digitalisasi Data Konservasi dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di

Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi

Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 133 Identifikasi Dendrobium Spp Daun Pipih dari Seksi Aporum (Orchidaceae) di

Kebun Raya Purwodadi

(8)

vii

Eksplorasi dan Penelitian Tanaman Upacara Agama Hindu di Kecamatan Kintamani, Bangli – Bali

I Made Sudi ... 145 Eksplorasi Flora di Bukit Silangjana Singaraja-Bali

I Made Sudi, I Gusti Putu Wendra dan Ketut Sandi ... 149 Taman Begonia Kebun Raya “Eka Karya” Bali : dalam Tinjauan Analisis

I Made Ardaka dan I Dewa Putu Darma ... 154 Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Percobaan Kultur Invitro Rafflesia

patma dan R. meijerii .

Sofi Mursidawati dan Elizabeth Handini ... 158 Studi Pertumbuhan Anthurium x. ferriense dan Philodendron wendlandii

Schott di Dalam Ruangan pada Intensitas Cahaya yang Berbeda

Siti Fatimah Hanum ... 162 Manipulasi Warna Bunga Hortensia (Hydrangea macrophylla)

dengan Pengaturan pH Tanah

Made Ria Defiani dan Ni Luh Suriani ... 170 Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair dan Jenis Media Terhadap

Pertumbuhan Bibit Anggrek Epidendrum (Epidendrum radicans Pav.)”

Gede Lemes ... 175 Studi Penyimpanan Biji Anggrek Cymbidium finlaysonianum

Elizabeth Handini dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 183 Pelestarian Majegau (Dysoxylum caulostachyum) Flora Identitas Propinsi Bali

Yunita Hardini dan Hartutiningsih M. Siregar ... 191 Masa Berbunga Beberapa Jenis Rhododendron spp. (Sub Sect. Vireya) Koleksi

Kebun Raya ’Eka Karya’ Bali

Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 196 Kultur Daun Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f. Asal Kalimantan Barat

Elizabeth Handini dan Yupi Isnaini ... 206 Isolasi Bakteri Dari Bunga Bangkai (Amorphophalus titanium Becc.) di Kebun

Raya Bogor

Sri Hartin Rahaju, Novik Nurhidayat dan Yuzammi ... 211 Isolasi dan Identifikasi Bakteri Kelompok Pseudomonas “Fluoresens” dari

Bunga Bangkai Amorphophalus paeoniifolius

(9)

viii

Keanekaragaman Isolat Bakteri dari Bunga Bangkai Amorphophalus titanum Becc. di Kebun Raya Cibodas

Sri Hartin Rahaju dan Novik Nurhidayat ... 220 Perbanyakan Baccaurea dulcis dengan Cara Cangkok dengan Pemberian Zat

Pengatur Tumbuh

Reni Lestari ... 227 Aplikasi Bahan Organik untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman dan

Populasi Cacing Tanah di Sumberjaya Lampung Barat

Agus Karyanto, Sri Murwani, Rusdi Evizal dan Sugiatno ... 232 Perkecambahan Biji Beberapa Jenis Tumbuhan Berpotensi

Tri Handayani dan Melani Kurnia Riswati ... 240 Daya Hidup Biji Majegau (Dysoxylum caulostachyum Miq) dan Rijasa

(Elaeocarpus grandiflorus JE.Smith).

Dewi Lestari ... 244 Kajian Tumbuhan Endemik Kalimantan: Osmoxylon borneense Seem.

Hary Wawangningrum dan Dwi Murti Puspitaningtyas ... 249 Manfaat Aren, Arenga pinnata Wurmb. Merr. dan Potensinya Sebagai

Tanaman Reintroduksi di Daerah Aliran Sungai (DAS)

I Made R. Pendit, Ni Putu Sriasih, dan I Made Sumerta ... 254 Pemanfaatan Gatep (Inocarpus fagiferus (Parkinson) Fosb.) Sebagai

Penghijauan Lahan Marginal

I Made Sumerta, I Made R. Pendit dan I Made Suja ... 258 Averrhoa spp. di Kebun Raya Bogor dan Upaya Konservasinya

Inggit Puji Astuti dan Rugayah ... 261 Keanekaragaman Flora di Kawasan Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar -

Danau Bawah - Jamrud, Riau.

Esti Munawaroh ... 265 Studi Populasi Jenis-Jenis Bambu Alam di Kawasan Hutan Palungan Batu,

Kabupaten Jembrana-Bali.

Ida Bagus Ketut Arinasa ... 271 Reintroduksi Palem Nyabah (Pinanga arinasae J.R. Witono) Jenis Endemik di

Bali

Ida Bagus Ketut Arinasa ... 276 Inventarisasi Tumbuhan di Taman Nasional Kepulauan Togean

(10)

ix

Analisa Kromosom dan DNA Serta Diversifikasi Morfologi; Studi Kasus pada Salvia spp. (Lamiaceae)

Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 295 Kumis Kucing (Orthosiphon spp.; Lamiaceae) di Indonesia dan Indikasi Jenis

Baru dari Pulau Waigeo, Papua Barat

Sudarmono dan Izu A. Fijridiyanto ... 303 Studi Pendahuluan Deteksi Keragaman Populasi Jati (Tectona grandis L.)

dengan Marka RAPD

Made Pharmawati ... 307 Taman Panca Yadnya Kebun Raya ”Eka Karya” Bali Suatu Konsep Konservasi

dan Budaya Dalam Harmoni

I Dewa Putu Darma ... 312 50 Tahun Peran Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Konservasi Tumbuhan

Siti Fatimah Hanum dan Wenni Setyo Lestari ... 316 Inventarisasi Jenis Tanaman Pekarangan yang Berpotensi Obat di Desa

Sukajadi Kabupaten Bogor

Siti Fatimah Hanum ... 328 Potensi Ficus benjamina L. sebagai Tanaman Konservasi di Bali

I Nyoman Peneng ... 337 Peranan Ecopark dalam Pengembangan dan Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan

Berpotensi di Indonesia

Tri Handayani, Sugiarti dan Ika Sartika ... 344 Keanekaragaman Jenis Araliaceae di Cagar Alam Sago Malintang, Sumatera

Barat

Hary Wawangningrum ... 353 Kekayaan Sumber Daya Alam di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera

Utara

Rismita Sari ... 359 Keanekaragaman Spesies Burung dan Habitatnya di Kebun Raya Eka Karya

Bali

Sudaryanto ... 365 Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Buah di Kalimantan Tengah dan Habitat

Tumbuhnya

Reni Lestari, Rismita Sari, Didit Okta Pribadi dan Andy Bhermana ... 370 Potensi dan Konservasi Genitri (Elaeocarpus sphaericus Schum) di Bali

(11)

x

Eksplorasi Tumbuhan di Kawasan Cagar Alam Gunung Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara

Agung Kurniawan dan I Made Raharja Pendit ... 386 Pematahan Dormansi Biji Kedawung (Parkia timoriana (DC.) Merr.) dengan

Larutan H2SO4

Sri Wahyuni dan Syamsul Hidayat ... 396 Perkecambahan Palem Endemik Sulawesi Pigafetta elata (Giseke) Becc.

Kebun Raya Purwodadi

Rony Irawanto ... 404 Biji dan Perkecambahan Typhonodorum lindleyanum Schott Kebun Raya

Purwodadi

Rony Irawanto dan Abban Putri Fiqa ... 410 Studi Perilaku Perkecambahan Biji Cempedak (Artocarpus integer (Thunb.)

Merr.)

Abban Putri Fiqa dan Dewi Ayu Lestari ... 416 Teknik Perbanyakan Konvensional dengan Spliting Batang pada Beberapa

Media Tanam Anggrek Dendrobium macrophyllum A. RICH.

I Gede Tirta ... 420 Efektivitas Media Tanam dan Perlakuan Pratanam pada Perkecambahan Biji

Tanjung (Mimusops elengi L.) dan Trengguli (Cassia fistula L.) sebagai Tumbuhan Penyerap Karbondioksida

Winda Utami Putri ... 424 Analisis Kandungan Klorofil Caulerpa lentillifera J. Agardh Ditinjau dari

Aspek Fisiologis dan Ekologis

Ni Wayan Sri Ika Yadnyasari dan Ni Putu Adriani Astiti ... 430 Palem Marquesas (Pelagodoxa henryana Becc.;Arecaceae), Salah Satu Koleksi

Kritis di Kebun Raya Bogor dan Perbanyakannya

Sumanto ... 433 Induksi Pembentukan Kantong Tanaman Nepenthes rafflesiana Jack pada

Berbagai Konsentrasi Media dan Ukuran Wadah Kultur

Eka Martha Della Rahayu dan Yupi Isnaini ... 436 Perbanyakan Syzygium cumini dan Syzygium polyanthum di Kebun Raya

Purwodadi

Deden Mudiana ... 442 Kegiatan Perbanyakan Tanaman di Kebun Raya Purwodadi

(12)

xi

Variasi Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Planlet Dendrobium conanthum Secara In Vitro

Destario Metusala dan Fajar Nurrachman ... 451 Efektifitas Beberapa Tanaman Penyerap Timbal (Pb) pada Kawasan Pabrik dan

Padat Lalu Lintas di Kawasan Singosari, Kabupaten Malang

Agung Sri Darmayanti dan Siti Sofiah ... 456 Kondisi Fisiologis Daun Puring (Codiaeum variegatum) pada Tingkat Cemaran

Timbal (Pb) yang Berbeda

Agung Sri Darmayanti ... 461 Perkecambahan Biji Kantong Semar (Nepenthes ampullaria Jack.) pada

Berbagai Media In Vitro dan di Rumah Kaca

Yupi Isnaini ... 465 Biologi Konservasi Tumbuhan Holoparasit : Inokulasi Biji Rafflesia patma

Secara In-Vivo

Sofi Mursidawati dan Melani Kurnia Riswati ... 472 Pemekaran Bunga Hibiscus Di Kebun Raya Cibodas

Sumanto ... 476 Sempupu Island Nature Reserve : A Contribution To Small Island’s Plant

Diversity And Karst Ecosystem Conservation As A Potential Investment In Climate Change Mitigation And Adaptation Activity

Rosniati A. Risna and Dwi Narko ... 481 Keberadaan Pulai (Alstonia spp.) di Taman Nasional Ujung Kulon dan Upaya

Perbanyakannya untuk Bahan Baku Kerajinan Maupun Obat Tradisional

Syamsul Hidayat dan Sutrisno ... 491 Kebun Raya “Eka Karya” Bali dan Begonia Sewindu Perjalanan Konservasi,

Penelitian dan Pengembangan Begonia

Hartutiningsih - M. Siregar, I.M. Ardaka, G. W. Setiadi, I.N. Lugrayasa dan

Mustaid Siregar ... 497 Konservasi Tanaman Upacara Agama Hindu Bali dari Kecamatan Bebandem,

Kabupaten Karangasem, Bali

Agung Kurniawan, I Gusti Putu Wendra dan I Ketut Sandi ... 505 Pembuatan Arang Aktif dari Limbah Kulit Suren (Toona sureni Merr.) dalam

Upaya Konservasi Bahan

(13)

xii

Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Kelapa (Cocos nucifera L.) dalam Memperbaiki Kualitas Air

Wawan Sujarwo ... 517 Potensi Obat Tumbuhan Benalu di Taman Wisata Alam (TWA) Cani Sirenreng

Dusun Maningo Desa Tellu Boccoe Kecamatan Ponre Kabupaten Bone Sulawesi Selatan

Sri Wuryanti dan Deden Mudiana ... 521 Inventarisasi Tumbuhan Obat di Beberapa Daerah di Kabupaten Banyuwangi

Sri Wuryanti dan Esti Endah Ariyanti ... 527 Potensi Baccaurea spp. : Studi Kasus di Kebun Raya Bogor

Popi Aprilianti, Reni Lestari dan Winda Utami Putri ... 534 Pemanfaatan Bahan Tumbuhan dalam Tradisi Nginang Sirih pada Perayaan

Sekaten di Keraton Kasultanan Jogjakarta

Destario Metusala ... 545 Studi Potensi Beberapa Jenis Bulbophyllum (Orchidaceae) di

Kebun Raya Purwodadi sebagai Tumbuhan Epifit Penyerap CO2

Destario Metusala ... 550 Pendugaan Nilai Keindahan Tanaman Palem Koleksi Kebun Raya Purwodadi

Dendik Subekti dan Rony Irawanto ... 554 Etnobotani Sirih ( Piper betle.L.) sebagai Pelengkap Canang untuk Sarana

Upacara Yadnya

Cornelius Sri Murdo dan Pande Kadek Ayu Suarsini ... 557 Skrining Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Pestisida Ramah Lingkungan

Untuk Meminimalisir Penyebab Pemanasan Global

I Putu Agus Hendra Wibawa ... 562 Pemanfaatan Gleditsia assamica Bor. Sebagai Tanaman Reboisasi

I Nyoman Peneng dan Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri ... 569 Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mengurangi

Pemanasan Global

Joko Ridho Witono dan Yuzammi ... 573 Fenologi Empat Jenis Tumbuhan Akumulator Merkuri

Syamsul Hidayat, Titi Juhaeti dan Nuril Hidayati ... 579 Aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam Evaluasi Pemilihan Lahan Tanam

(14)

xiii

Murraya sp. dari Cyclops : Karakteristik Morfologi dan Persebarannya

I Nyoman Lugrayasa, Inggit Puji Astuti dan Sutrisno ... 590 Beberapa Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi

Dewi Ayu Lestari dan Siti Sofiah ... 595 Kadar Karbon Pohon Manii (Maesopsis eminii Engl.) di Kecamatan

Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY

Wawan Sujarwo ... 600 Studi Habitat Dan Populasi Ascocentrum Miniatum (Lindl.) Schltr di

Kabupaten Malang

Pa’i, Siti Nurfadilah dan Nina Dwi Yulia ... 603 Ki Calung (Diospyros macrophylla Blume) di Taman Nasional Ujung Kulon

Banten

Dodo ... 608 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan untuk Menciptakan

Kenyamanan Klimatik di Jakarta Pusat

Imawan Wahyu Hidayat ... 612 Estimasi Stok Karbon Tanaman Penyerap Polutan di Kebun Raya Purwodadi

Siti Sofiah dan Dewi Ayu Lestari ... 621 Peran Masyarakat dalam Penurunan Efek Global Warming: Studi Kasus Pada 5

Desa di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali

Ni Luh Watiniasih, N. L. P. Eswaryanti K., I. A. Astarini, Retno Kawuri dan Ni

Made Suartini ... 626 Analisis Pemanfaatan Digital Library: Hubungannya dengan Konservasi

Tumbuhan dan Isu GlobalWarming

Diah Harnoni Apriyanti, Patmiati ... 630 Digitalisasi Data Keragaman dan Penelitian Tiga Jenis Anggrek Langka di

Jawa Timur Berbasis Sistem Informasi Geografi

Diah Harnoni Apriyanti dan Nina Dwi Yulia ... 634 Keragaman Vegetasi di Plot Permanen Cibogo, Kawasan Hutan Kebun Raya

Cibodas: Studi Awal Dinamika Populasi

Anggun R. Gumilang ... 640 Potensi Hutan Pinus Sebagai Penyimpan Karbon di Kecamatan Ngantang,

Kabupaten Malang

(15)

xiv

Estimasi Sumbangan Karbon, Serasah, dan Hubungannya dengan Keberadaan Cacing Tanah pada Sistem Agroforestri

Amir Hamzah dan Rossyda Priyadarshini ... 650 Persebaran dan Pemanfaatan Ketak [Lygodium circinnatum (Burm.f.) Sw.] di

Gunung Pusuk, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

I Dewa Putu Darma dan Ida Bbagus Ketut Arinasa ... 658 Peranan Pertanian Organik dalam Mencegah Pemanasan Global

Solikin ... 664 Sistem Bertanam untuk Meningkatkan Penyerapan CO2 dan Cadangan Karbon

: Kajian Pada Pekarangan

Solikin ... 670 Evaluasi Kualitas Visual Arsitektur Pohon untuk Desain Lansekap

Dwi Setyanti dan Aris Munandar ... 675 Peranan Kawasan Hutan Mangrove Perapat Benoa sebagai Kawasan

Konservasi Flora di Daerah Kota Denpasar

A. A. Ketut Darmadi ... 684 Penurunan Keragaman Pohon dan Nematoda Akibat Alih Guna Hutan Menjadi

Lahan Pertanian Memacu Munculnya Masalah Nematoda

I G. Swibawa, R. Evizal, F.K. Aini, F.X. Susilo, K. Hairiah dan D. Suprayogo ... 688 Could The Antagonistic Plants In Rubber Plantation Save The Natural Carbon

Dioxide Sequestration?

Joko Prasetyo and F.X. Susilo ... 698 Jenis-jenis Lygodium dari Cagar Alam Bukit Bungkuk, Riau dan

Pertumbuhannya di Kebun Raya Bogor

Sri Hartini ... 702 Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan: Potensi Pemanfaatan, Keberadaan

di Alam dan Konservasinya di Kebun Raya Bogor

Sri Hartini ... 707 Konservasi dan Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering

I Gede Tirta ... 711 Cadangan Karbon pada Sistem Penggunaan Lahan Kopi : Apakah Umur

Tegakan Mempengaruhi Besarnya Karbon Tersimpan?

Rossyda Priyadarshini, Titut Yulistyarini dan Enny Dyah Yuniwati ... 716 Pelestarian Jenis-Jenis Tumbuhan Berguna Melalui Kearifan Lokal Di Desa

Adat Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali

Nyoman Wijana ... 724 DAFTAR PESERTA ... 732

(16)

xv

REKOMENDASI

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Peserta seminar lebih lanjut menyampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut : 1. Konservasi ex situ flora dalam bentuk kebun raya mempunyai peluang untuk

dijadikan model mitigasi dan adaptasi terhadap pemanasan global.

2. Konservasi harus diimbangi dengan kegiatan riset mendasar baik untuk menggali nilai ekonomi tumbuhan maupun untuk mempelajari sifat tumbuhan dalam kaitannya dengan adaptasi dan mitigasi terhadap pemanasan global

3. Penerapan hasil riset diharapkan dapat menekan laju kepunahan jenis akibat dampak pemanasan global sekaligus meningkatkan nilai ekonomi tumbuhan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis sumber daya keanekaragaman hayati.

4. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mengembangkan, menanam dan memelihara tumbuhan untuk mengatasi pemanasan global tanpa mengabaikan kearifan lokal.

5. Pendirian kebun raya daerah membuka kesempatan pemanfaatan tumbuhan lokal untuk kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, pembangunan ekonomi serta perbaikan lingkungan hidup.

Tim Perumus

Ketua : Ir. Mustaid Siregar, M.Si (Kebun Raya Bogor - LIPI)

Sekretaris : Wawan Sujarwo, M.P (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI) Anggota : Ir. I Nyoman Lugrayasa (Kebun Raya ”Eka Karya” Bali – LIPI)

: Dr. Irawati (Kebun Raya Bogor - LIPI)

: Prof. Dr. I Wayan Kasa (FMIPA - Universitas Udayana) : Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si (FMIPA - Universitas Udayana)

(17)

xvi

SAMBUTAN KEPALA UPT BALAI KONSERVASI TUMBUHAN KEBUN RAYA “EKA KARYA” BALI - LIPI

Ir. I Nyoman Lugrayasa

Om Swastiastu

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua

Yth. Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI

Yth. Bapak Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor - LIPI Yth. Para Pemakalah Utama dan seluruh peserta seminar

Serta para undangan yang Saya hormati

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan anugerah - Nya sehingga di pagi ini kita dapat bersama-sama kembali di Gedung Serba Guna “Nayaka Loka” ini untuk mengikuti Seminar Nasional “Peranan Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”

Para hadirin yang saya hormati,

Ide pelaksanaan seminar ini sebenarnya didorong oleh tugas dan rasa tanggung jawab kami sebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan tropika khususnya pegunungan kawasan timur Indonesia, dan tuntutan peran serta kami untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi pemanasan global yang semakin ramai dibicarakan.

Sebelumnya, tiga seminar dan simposium yang pernah diselenggarakan oleh Kebun Raya “Eka Karya” Bali : yaitu yang pertama di tahun 2004, bekerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Mahasaraswati, menyelenggarakan seminar khusus tentang “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu”.

Yang ke dua, di tahun 2005, bekerjasama dengan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi Bali, untuk menyelenggarakan Simposium “Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Sumber Daya Air di Kawasan Tri-danau Beratan, Buyan dan Tamblingan.”

Dan yang ke tiga, di tahun 2007 melalui kerja sama dengan Universitas Udayana dan Universitas Hindu Indonesia - Denpasar menyelenggarakan seminar tentang tumbuhan usada dengan tema “Konservasi Tumbuhan Usada Bali dan Peranannya dalam Mendukung Ekowisata”.

Pada tahun 2009 ini Kebun Raya “Eka Karya” Bali menggandeng kembali Universitas Udayana, beserta Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali untuk menyelenggarakan seminar dengan tema “Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.”

Dipilihnya tema tersebut didasari oleh rasa kepedulian kita terhadap perubahan iklim yang mulai tidak menentu akhir-akhir ini, yang membawa konsekuensi secara global umat manusia di seluruh belahan dunia, terlepas dari apakah daerah tersebut berkontribusi terhadap terjadinya perubahan iklim atau tidak. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis membuatnya berada dalam posisi yang sangat rentan

(18)

xvii

terhadap perubahan iklim. Naiknya permukaan air laut sebagai salah satu dampak perubahan iklim menyebabkan terancamnya jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap perubahan iklim. Dampak dari pemanasan global terhadap flora yang ada di dalam kawasan hutan, beberapa juga akan diperkirakan punah karena tidak mampu beradaptasi, sebaliknya spesies yang mampu bertahan akan berkembang tak terkendali. Kebakaran hutan juga punya andil besar terhadap hilangnya berbagai keanekaragaman hayati terutama yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan diperkirakan setiap tahunnya telah terjadi kebakaran hutan di Indonesia seluas 5 juta Ha.

Para hadirin yang saya hormati,

Kita menyadari bahwa mengkonservasi tumbuhan bukanlah pekerjaan mudah, tidak cukup dikerjakan oleh satu instansi dan sekelompok orang. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dan kerja sama semua instansi dan lapisan masyarakat harus terlibat aktif berperan. Hal ini tidak mudah kita lakukan apalagi harus mengubah suatu kebiasaan. Ini tantangan untuk kita bersama ke depannya, bagaimana tumbuhan di muka bumi tidak mudah habis akibat penggunaan yang berlebihan dan akibat degradasi habitat. Sebuah sumber yang saya kutip dari hasil Konferensi Kelautan Dunia (WOC) di Manado yang diselenggarakan pada tanggal 11 - 15 Mei 2009, yang mengkaji secara ilmiah tentang potensi laut dalam menyerap dan melepas karbon, turunnya produksi pangan serta meningkatnya banjir dan badai karena perubahan iklim. Iklim sudah mengalami perubahan ekstrim dan jika dibiarkan akan membuat bumi hancur atau bumi tetap ada tetapi manusia tidak ada/punah. Sebuah peringatan bagi perusak lingkungan, usia bumi diramalkan tinggal 100 th lagi terhitung sejak terjadinya pemanasan bumi akibat ulah manusia pada kurun 1990 - 2000 (Sek. Menteri Lingkungan Hidup, Ir. Arief Yuono, M.A, 16/5, dalam seminar Nasional bertajuk “Strategi Adaptasi dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim” yang disampaikan di Universitas Kristen Surabaya).

Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI yang saya hormati,

Pada kesempatan ini dapat kami laporkan bahwa target peserta seminar ini adalah 150 orang. Kini jumlah peserta yang terdaftar di sekretariat adalah 165 orang, yang mewakili 16 instansi, termasuk lembaga penelitian, universitas dan lembaga swadaya masyarakat. Dalam seminar ini akan dipaparkan 1 makalah kunci, 4 makalah utama, 5 makalah terpilih, dan diikuti oleh 120 makalah yang tersaji dalam bentuk poster.

Kami selaku penyelenggara berharap, semoga seminar ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai ajang diskusi dan tukar menukar informasi, mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanasan global, khususnya mengenai peran serta konservasi flora dalam mengatasi dampaknya.

Dalam kesempatan ini pula, kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati - LIPI atas kehadirannya, dan nantinya kami mohonkan pula untuk dapat memberi sambutan sekaligus membuka secara resmi acara seminar ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana, Ketua Penggalang Taksonomi Tumbuhan dan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali atas kerjasamanya. Semoga kerja sama ini dapat terus kita jalin.

(19)

xviii

Akhirnya, adalah karena keuletan dan kegigihan dari seluruh panitia, seminar ini dapat terlaksana. Tiada kata yang lebih tepat dalam menggambarkan dedikasi dan jerih payah Saudara. Dari hati yang paling dalam Saya ucapkan terima kasih atas kebersamaannya. Akhirnya, kepada seluruh peserta seminar saya ucapkan selamat datang dan selamat berdiskusi.

Om Shanti Shanti Shanti Om Wassalamualikum Wr. Wb.

(20)

xix

SAMBUTAN DEPUTI ILMU PENGETAHUAN HAYATI - LIPI

Prof. Dr. Endang Sukara

Ass. wr. wb. Selamat pagi Salam sejahtera Om swastiastu

Yth. Bapak Prof. Dr. Suparka Yth. Bapak Dr. Deddy Darnaedi Yth. Ibu Dr. Irawati

Yth. Saudara Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor,

Yth. Saudara Kepala UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Ekakarya Bali, Para tamu undangan dan sdr peserta seminar yang berbahagia

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang atas ridhoNYA, kita dapat hadir dalam keadaan sehat walafiat.

Saudara sekalian, kebun raya sebagai mana kita maklumi, memiliki posisi strategis. Kebun raya adalah tempat untuk konservasi tumbuh-tumbuhan. Di Kebu Raya pula, tumbuhan diteliti secara mendasar agar potesi tumbuhan cepat terungkap. Melalui Kebun Raya ini pula pengetahuan tentang tumbuhan ini dapat dikomuniksikan kepada masyarakat. Kebun Raya mempunyai peran sebagai sarana pendidikan. Karena keindahannya, kesejukannya, dan kenyamanannya, kebun raya merupakan tempat rekreasi.

Saudara sekalian yang berbahagia,

Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran publik tentang arti pentingnya tumbuhan untuk menjaga keutuhan bumi shg dapat dihuni manusia lebih lama lagi.

Saya sangat menghargai usaha yang dilakukan Kebun Raya Bali menggalang kemitraan menyelenggarakan berbagai kegiatan produktif termasuk menyelenggarakan berbagai kegiatan seminar melalui kerjasama strategis dengan berbagai pihak seperti Universitas, pemerintah daerah dan Departemen Sektor.

Aksi nyata untuk merespon isu strategis dapat segera dilakukan dengan penghijauan untuk menekan laju pendangkalan danau, dengan melaksanakan pelestarian adat dan tradisi kedekatan masyarakat dg tumbuhan, pembangunan ekonomi berbasis kekayaan hayati Bali mulai ecotourism industry (keindahan landskap ekosistem dan budaya) sampai ke industri pharmaceutical berbasis usada.

Saya yakin, melalui usaha positif kita untuk melindungi tumbuhan dan memanfaatkan tumbuhan akan memberikan sumbangan terhadap penurunan laju pemanasan global.

(21)

xx

Dalam kesempatan, perkenankanlah, saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada panitia yang telah bekerja keras dan tekun sehingga acara ini berlangsung dengan baik. Saudara sekalian, demikian sambutan saya,

Dengan mengucapkan

bimillahirrokhmanirrohim, Seminar Nasional Peranan Konservasi Flora Indonesia Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. Dibuka dengan resmi.

Selamat berseminar Ass. wr. wb.

(22)

465 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

PERKECAMBAHAN BIJI KANTONG SEMAR (Nepenthes ampullaria Jack.) PADA BERBAGAI MEDIA IN VITRO DAN DI RUMAH KACA

Yupi Isnaini

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor -LIPI Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor, email: Isnaini_fauzi@yahoo.com

ABSTRACT - Mature seeds of a pitcher plant (Nepenthes ampullaria Jack.) were cultured in half strength MS medium supplemented with BAP (0, 2, and 4 mg/L) and NAA (0, 0.5, and 1 mg/L), HYPONeX + potato extract, and sterile water. The culture were incubated under light conditions in vitro. On the other hand, seed from different fruit were cultured in greenhouse with coco dust (coco peat), husk charcoal, coco peat : husk charcoal (1:1), and fern stem as germination media. Seed germination and seedling growth were observed weekly. The result indicated that the seed started to germinate in five week after incubation in sterile water and ten weeks after incubation in half strength MS medium supplemented with 0,2 and 2 mg/l BAP. However, the seed started to germinate in all of the media in greenhouse condition were faster than in vitro condition. Coco peat is the best media for seed germination of N. ampullaria in greenhouse condition.

Key words : Nepenthes ampullaria Jack. seed germination, in vitro, greenhouse condition

PENDAHULUAN

Nepenthes ampullaria Jack.

(Nepenthaceae) merupakan jenis kantong semar yang paling mudah dikenali dari bentuk kantong bawahnya yang bergerombol, membulat dengan mulut lebar dan tutup kantong kecil memanjang mengarah keluar, sehingga air hujan dapat masuk ke dalam kantong. Warna kantong N.

ampullaria sangat beragam mulai dari polos

putih, hijau, kuning, merah hingga merah tua, dan ada yang memiliki bercak cokelat, kuning, hijau, dan ungu. Demikian juga dengan warna bibir kantong, ada yang kuning, hijau, sampai merah (Suska, 2006). Batangnya sendiri merambat dengan tinggi mencapai 15 m dan diameter mencapai 0,8 cm (Clarke, 2001).

Penyebaran Nepenthes ampullaria

tergolong cukup luas mulai dari Brunei Darussalam, Indonesia (Borneo, Irian Jaya, Sumatera), Malaysia (Borneo, Semenanjung), Papua New Guinea, Singapore, dan Thailand (Arx, et al 2001; Clarke, 2001, Rice, 2006). Habitat jenis ini di alam juga cukup beragam seperti hutan yang rindang, padang, belukar, hutan kerangas, rawa gambut, dan rawa berpasir, dengan ketinggian 0-1100 m dpl (Clarke, 2001).

Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena bentuknya yang indah, batang N.

ampullaria yang kuat dan lentur juga digunakan

untuk bahan tali, dan air rebusan akarnya dimanfaatkan oleh penduduk Sumatera sebagai obat sakit perut. Selain itu, cairan dari kantong

yang masih tertutup juga dapat diminum untuk obat sakit perut, diusapkan ke kulit yang terkena luka bakar, atau diteteskan ke mata untuk mengobati sakit mata. Sedangkan kantong N.

ampullaria yang sudah kering juga dimanfaatkan oleh masyarakat di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia untuk pembungkus ketupat (Suska, 2006).

Status kelangkaan dan resiko kepunahan

Nepenthes ampullaria dalam IUCN Red list saat

ini masih dalam kategori lower risk dan kriteria

lest concern (LR/lc) (Clarke et al. dalam IUCN,

2009), artinya jenis ini belum termasuk kritis, genting, ataupun rawan, sehingga dinilai mempunyai resiko kepunahan yang masih rendah dan mendapat perhatian paling rendah. Hasil skoring oleh para pakar Nepenthes dalam workshop penentuan spesies prioritas untuk konservasi di Bogor 2-3 Juni 2009 menempatkan jenis N. ampullaria dalam kategori B, yang berarti aksi konservasinya masih bisa ditunda. Namun jika pengambilan dari alam dan perdagangannya tidak dikendalikan, jenis ini mungkin akan menjadi terancam kepunahan. Apalagi jika terjadi konversi lahan atau kerusakan ekologi di habitatnya akibat perubahan iklim yang sangat drastis, serta perhatian masyarakat terhadap tanaman hias unik ini semakin meningkat. Oleh karena itu, CITES sudah memasukkan spesies ini dalam daftar Apendix II (Clarke et al. dalam IUCN, 2009). Untuk mengantisipasi keterancaman tumbuhan ini dari kepunahan, diperlukan upaya perbanyakan dan budidaya.

(23)

466 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Menurut Rajah (2007), N. ampullaria termasuk salah satu jenis yang bijinya mudah berkecambah, tetapi cepat kehilangan viabilitasnya. Namun tidak disebutkan secara pasti berapa persen keberhasilan perkecambahannya dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk biji mulai berkecambah. Selain itu, perkecambahan biji Nepenthes pada umumnya dan pertumbuhan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga perlu dipelajari faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perkecambahan biji tersebut. Di sisi lain, meskipun dianggap jenis yang paling mudah ditanam, namun informasi mengenai cara perbanyakan N. ampullaria secara detail belum banyak dilaporkan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menjelaskan berbagai aspek terkait dengan perbanyakan jenis ini.

Kultur in vitro dan percobaan di rumah kaca merupakan salah satu alternatif metode perbanyakan yang kandungan nutrisi dan kondisi lingkungannya bisa dikontrol dan dikendalikan. Penelitian ini merupakan tahap awal dari upaya perbanyakan N. ampullaria untuk menunjang kegiatan konservasi dan domestikasi selanjutnya. Penelitian awal ini dilakukan untuk mendapatkan media dan cara perkecambahan N. ampullaria yang lebih efektif untuk dijadikan bahan perbanyakan selanjutnya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan rumah kaca, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2007 - September 2008. Bahan tanaman yang digunakan adalah biji Nepenthes ampullaria asal Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar/Danau bawah, Riau yang dikoleksi pada bulan Desember 2007. Perkecambahan in vitro

Buah yang terlihat cukup tua dan berwarna coklat dipisahkan dari tangkai buahnya dan dicuci dengan air sabun sambil digosok-gosok dengan tangan, lalu dibilas dengan air mengalir sampai bersih. Selanjutnya, buah direndam dalam larutan

fungisida Benlate 2 g/l dan bakterisida Agrept 2 g/l selama 1-2 jam. Setelah itu, buah dibilas dengan akuades steril sampai tidak ada sisa fungisida dan bakterisida. Sebelum dibuka, buah dicelupkan dalam alkohol 96% lalu dibakar sampai alkoholnya kering. Selanjutnya biji dikeluarkan dan dimasukkan langsung ke dalam botol berisi media dasar Murashige & Skoog (MS) setengah konsentrasi (1/2MS) dengan penambahan BAP (0, 2, and 4 mg/L) and NAA (0, 0.5, and 1 mg/l). Setiap buah dibagi menjadi 9 bagian dan setiap bagian disemai ke dalam botol yang telah berisi satu jenis media perlakuan (1 buah dibagi ke dalam 9 media perlakuan). Setiap perlakuan diulang 4 kali (4 botol). Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan menghitung jumlah biji yang berkecambah dan mencatat profil atau penampakan visual kecambah yang tumbuh.

Selain itu, semai biji juga dilakukan pada media HYPONeX + ekstrak kentang, serta air steril sebagai kontrol. Sebelum disemai di media air steril, jumlah biji dari setiap buah yang digunakan dihitung terlebih dahulu. Selanjutnya pengamatan biji juga dilakukan secara mikroskopis sebelum dan sesudah berkecambah untuk melihat ada tidaknya embrio di dalam biji yang sangat halus dan fase awal perkecambahan yang belum terlihat jelas secara kasat mata. Perkecambahan di rumah kaca

Buah N ampullaria yang telah disimpan di dalam lemari pendingin selama 40 hari disemai di media arang sekam, campuran cocopit : arang sekam (1:1), cocopit, dan batang pakis lempeng. Setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari semua biji yang berasal dari satu buah (Tabel 1). Semaian biji ini selanjutnya diinkubasi di rumah kaca. Pengamatan dilakukan setiap minggu untuk mengetahui waktu munculnya kecambah, dilanjutkan dengan pengamatan mingguan untuk mengetahui pertambahan jumlah biji yang berkecambah, lalu dijarangkan waktu pengamatannya sampai berakhirnya pengamatan pada minggu ke 26. Selain itu, pada bulan pertama penelitian juga diamati kondisi lingkungan mikro habitatnya seperti suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya pada pagi dan siang hari.

Tabel 1. Desain percobaan semai N. ampullaria pada berbagai media di rumah kaca

Media Kode buah untuk setiap ulangan

Ulangan1 Ulangan2 Ulangan3 Ulangan4

Arang sekam B1 B2 B3 B4

Arang sekam : cocopit (1:1) B5 B6 B7 B8

Cocopit B9 B10 B11 B12

(24)

467 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan in vitro

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perkecambahan biji Nepenthes ampullaria secara in vitro membutuhkan waktu setidaknya 5 minggu setelah semai pada media air steril. Kecambah muncul dari bagian tengah biji yang sebelumnya terlihat jelas di bawah mikroskop seperti embrio (Gambar 1). Jumlah biji yang berkecambah pada 5 minggu setelah semai di media air berkisar antara 1,8 sampai 46,3% dari jumlah biji yang disemai (Tabel 2). Jumlah ini cukup bervariasi antar buah yang disemai secara terpisah, padahal semua buah berasal dari 1 tangkai dalam 1 pohon yang diambil secara acak. Pada akhir pengamatan minggu ke-11 setelah semai, jumlah biji yang berkecambah paling banyak mencapai 53% pada biji yang berasal dari buah 2, dan paling sedikit 5,4% pada biji yang berasal dari buah 4. Selanjutnya pengamatan dihentikan, karena sebagian kecambah akhirnya mengalami kematian.

Sedangkan pada media kultur, biji baru mulai berkecambah pada 10 minggu setelah semai, dan jumlah biji yang berkecambah sangat terbatas, yaitu hanya 3 kecambah di media ½MS + 2 mg/L BAP dan 1 kecambah di media ½MS + 0,2 mg/L BAP. Sedangkan di media perlakuan lainnya, tidak ada biji yang berkecambah sampai akhir pengamatan. Waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan N.

ampullaria pada penelitian ini lebih lambat dari

perkecambahan N. hookeriana yang mulai berkecambah pada 37 hari setelah semai atau sekitar 5 minggu pada media ½MS + 5 ppm GA3 + 3,1 ppm vitamin (Tawakal, 2008). Hasil penelitian Sayekti (2007) pada Nepenthes

mirabilis menunjukkan bahwa persentase biji

berkecambah paling tinggi terdapat pada media KC dengan konsentrasi ¼, tetapi waktu berkecambah paling cepat (37,61 hari setelah semai) dijumpai pada media ½MS. Sedangkan Khompat, et al., (2007) melaporkan bahwa perkecambahan N. mirabilis tertinggi (26%) dijumpai pada media MS padat + 3 mg/l BA.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil perkecambahan in vitro pada Nepenthes gracilis yang dilaporkan oleh Isnaini dan Handini (2007) dalam waktu inisiasi kecambah, tetapi

media terbaik untuk perkecambahannya berbeda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa biji N. gracilis mulai berkecambah pada minggu ke 10 setelah semai dan perkecambahan tertinggi dijumpai pada media HYPONeX + ekstrak kentang, diikuti perkecambahan pada media dasar 0,25 KC + vitamin MS, dan paling sedikit pada media dasar 0,5 MS + 2 mg/l BAP + 0.5 mg/l NAA. Selain itu, jumlah biji yang berkecambah pada semua media yang dilaporkan Isnaini & Handini (2007) jauh lebih banyak daripada jumlah biji N. ampullaria yang berkecambah pada percobaan ini. Biji N.

khasiana Hook.f. juga bisa berkecambah jauh

lebih banyak dari hasil penelitian ini, yaitu sampai 70% pada media ¼MS (Nongrum, et al. 2009). Kurangnya jumlah biji yang berkecambah pada penelitian ini diduga karena biji yang disemai ke media kultur mungkin kurang viable atau media perkecambahannya kurang sesuai.

Kecambah yang tumbuh selanjutnya disubkultur ke media ½MS tanpa hormon untuk pembesaran dan perkembangan lebih lanjut. Hasil pengamatan selanjutnya mengindikasikan bahwa pertumbuhan kecambah hasil semai N.

ampullaria ini relatif lambat. Hal ini terlihat

dari jumlah daun yang terbentuk 9 bulan setelah semai baru mencapai 5-7 daun saja dan belum ada tunas baru yang muncul meskipun sebelumnya telah ditambahkan hormon BAP pada media untuk merangsang pembentukan tunasnya (Gambar 2). Padahal Khompat et al. (2007) melaporkan bahwa nutrisi yang dianggap cukup untuk memproduksi tunas yang normal dengan daun yang lengkap pada kultur

Nepenthes mirabilis adalah pada media ½MS,

karena jika komposisi nutrisinya dikurangi menjadi 1/4MS, maka produksi tunas akan lebih banyak tetapi tunasnya kecil dan daun yang terbentuk tidak normal. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa media ½MS dengan penambahan minimal 5 x 10-6 M 6-BAP dapat menginduksi tunas dari kecambah

Nepenthes macfarlanei (Chua & Henshaw,

1999). Selain itu, Latha & Seeni (1994) melaporkan bahwa produksi tunas dari eksplan

Nepenthes khasiana pada media dasar MS lebih

tinggi (60%) daripada di media KC (40%).

(25)

468 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Gambar 1. Penampakan mikroskopis biji Nepenthes ampullaria (kiri) dan biji yang telah berkecambah 5

mingu setelah semai (kanan)

Tabel 2. Persentase jumlah biji yang berkecambah di media air pada 5, 7, 9, dan 11 minggu setelah semai

Kode buah Jumlah biji yang disemai

Jumlah biji berkecambah pada minggu ke- (%)

5 7 9 11 Buah 1 173 0.0 12.1 24.9 24.9 Buah 2 200 33.0 46.0 51.0 53.0 Buah 3 190 46.3 47.9 49.5 49.5 Buah 4 167 1.8 2.4 4.8 5.4 Buah 5 79 11.4 26.6 35.4 35.4 Rata-rata 161.8 18.5 27.0 33.1 33.6 Gambar 2. Kultur N. ampullaria umur 9 bulan setelah semai pada media ½MS+ 2 mg/L BAP (kiri &

tengah) dan ½MS +0,2 mg/L BAP (kanan)

Perkecambahan di rumah kaca

Hasil pengamatan menunjukkan biji N.

ampullaria mulai berkecambah pada minggu

ke-4 setelah semai di berbagai media yang diinkubasi di rumah kaca. Kondisi iklim mikro di rumah kaca yang berhasil diamati sejak awal persemaian sampai munculnya kecambah terdiri dari suhu yang berkisar antara 20-26oC pada pagi hari dan 27-31oC pada siang hari,

kelembahan udara berkisar antara 65-98% pada pagi hari dan 68-81% pada siang hari, serta intensitas cahaya berkisar antara 220-1140 (x2000) lux pada pagi hari dan 80-6230 (x2000) lux pada siang hari. Kondisi tersebut dianggap cukup sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan N. ampullaria, karena menurut Suska (2006), N. ampullaria menghendaki suhu panas, kelembabab tinggi, dan cahaya matahari tidak langsung, sehingga harus ternaungi 50-90%, dan kelembaban udara yang dibutuhkan minimal 65%. Jika kelembabannya kurang,

maka kantong tidak akan terbentuk, daun akan menggulung dan mengering. Nepenthes

burbidgeae dilaporkan tumbuh baik pada suhu

20-29oC (siang) dan 12-16oC (malam), dan kelembaban 68-95% (Sacilotto, 2004). Selain itu, menurut Farin (2008), perkecambahan

Nepenthes paling baik jika suhu lingkungan

mikronya konstan sekitar 70-80oF. Sedangkan Rice (2006) melaporkan bahwa untuk pertumbuhan Nepenthes dibutuhkan suhu 22-34oC, kelembaban tinggi, dan cahaya sedang sampai terang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah biji yang berkecambah antar perlakuan pada setiap buah sangat berbeda, sehingga data yang ada tidak ditampilkan dalam bentuk nilai rata-rata jumlah biji yang berkecambah pada setiap media perlakuan, melainkan data semua biji yang berkecambah dari setiap buah asal biji yang disemai (Gambar 3).

(26)

469 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Gambar 3. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada setiap pengamatan (B1-B16 = kode

buah yang disemai pada media arang sekam (B1-B4), campuran arang sekam:cocopit (B5-B8), cocopit (B9-B12), dan batang pakis lempeng (B13-B16)).

Gambar 4. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada berbagai media 4 minggu setelah semai

Gambar 5. Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada berbagai media 26 minggu setelah

(27)

470 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

Gambar 6. Penampilan kecambah N. ampullaria umur 8 bulan setelah semai pada media arang sekam

(kiri), campuran arang sekam : cocopit (1:1) (tengah), dan cocopit (kanan) Meskipun demikian bisa dijelaskan bahwa

pada awal perkecambahan, jumlah biji yang berkecambah paling banyak dijumpai pada media campuran arang sekam : cocopit (1:1) yang mencapai 9 biji untuk biji yang berasal dari buah B7 dan hasil ini lebih tinggi dibandingkan semua media dan ulangan yang ada (Gambar 4). Namun pada perkembangan selanjutnya sampai minggu ke 26, perkecambahan biji terbanyak dijumpai pada biji yang berasal dari buah B12 yang disemai di media cocopit, diikuti oleh biji dari buah B5 yang disemai di media campuran arang sekam : cocopit (Gambar 5). Sedangkan pada media arang sekam saja, jumlah biji yang berkecambah sangat terbatas, dan tidak ada kecambah yang bertahan hidup sampai akhir pengamatan di media lempengan batang pakis.

Dalam perkembangan selanjutnya, bibit N.

ampullaria hasil perkecambahan yang berhasil

tumbuh, langsung membentuk bakal kantong pada ujung-ujung daunnya (Gambar 6), tetapi bentuk kantong dan tutupnya belum seperti kantong tanaman N. ampullaria dewasa yang sangat khas dan paling mudah dikenali. Kantong-kantong yang terbentuk belum meroset seperti kantong tanaman N. ampullaria dewasa di lapangan (Clarke, 2001).

Di lain pihak, semua kecambah yang sebelumnya muncul pada media batang pakis lempeng, berangsur mengering dan akhirnya mati. Hal ini mungkin terjadi karena kurang cocoknya media atau lingkungan tumbuhnya. Menurut Rajah (2007), kunci utama

keberhasilan perkecambahan Nepenthes adalah pemilihan lingkungan yang tepat, termasuk kelembaban, temperatur dan cahaya. Biji

Nepenthes secara umum membutuhkan

kelembaban tinggi, temperatur hangat, dan cukup cahaya untuk berkecambah. Selain itu, untuk perkecambahan dan perkembangan

Nepenthes juga dibutuhkan media yang mampu

menyimpan air lebih lama, seperti pada sphagnum moss, cocopit dan vermiculite.

Biji yang masih segar umumnya akan berkecambah pada minggu ke-4 setelah semai, tetapi ada juga yang membutuhkan waktu 6 bulan untuk berkecambah, dan sebagian besar jenis Nepenthes akan berkecambah pada suhu sekitar 25-30oC (Rajah, 2007). Namun, sebagian seedling Nepenthes akan segera menghilang setelah berkecambah, sehingga untuk mendapatkan tanaman Nepenthes dengan pertumbuhan yang baik, seedling harus segera dipindah pada minggu yang sama dengan waktu perkecambahan, pada saat kotiledon masih ada. Salah satu faktor yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga suhu dan kelembaban dengan cara menyungkup tempat pembibitannya.

KESIMPULAN

Biji Nepenthes ampullaria yang disemai secara in vitro mulai berkecambah pada 5 minggu setelah semai di media air, dan 10 minggu setelah semai di media kultur ½MS + 0,2 dan 2 mg/l BAP. Jumlah biji yang berkecambah di media air jauh lebih banyak

(28)

471 

ISBN 978-979-799-447-1

  

Konservasi Flora Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global

daripada di media kultur, namun pada perkembangan selanjutnya kecambah di media air mengalami kematian. Sedangkan pada kondisi di rumah kaca, biji N. ampullaria mulai berkecambah 4 minggu setelah semai pada berbagai media. Jumlah biji berkecambah paling banyak pada media cocopit, diikuti oleh media campuran arang sekam : cocopit (1:1).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ibu Sutini atas bantuannya dalam kegiatan semai in vitro, Irma Handayani atas bantuannya mulai dari persiapan media semai sampai pengamatan di rumah kaca, dan Ibu Sofi Mursidawati atas koreksi abstraknya.

DAFTAR PUSTAKA

Arx B.V, J. Schlauer, and M. Groves 2001. CITES Carnivouros Plant Checklist. For genera: Dionaea, Nepenthes, Sarracenia. The Trustee of the Royal Botanic Gardens, Kew.

http://www.kew.org/conservation/CITES_C hecklists/

CITESCarnivorousPlantChecklist.pdf. Diakses tanggal akses Mei 2009.

Chua, L.S.L., and G. Henshaw. 1999. In vitro propagation of Nepenthes macfarlanei.

Journal of Tropical Forest Science

11(3):631-638.

Clarke, C., R. Cantley, J. Nerz, H. Rischer, & A. Witsuba. 2000. Nepenthes ampullaria. In: IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2009.1. http://www.iucnredlist. org/. Diakses 21 Juni 2009.

Clarke, C. 2001. Nepenthes of Sumatra and

Peninsular Malaysia. Natural History

publications. Kota Kinabalu.

Isnaini Y. dan E. Handini. 2007. Perkecambahan biji kantong semar (Nepenthes gracilis Korth.) secara in vitro.

Buletin Kebun Raya Indonesia 10 (2):

40-46

IUCN 2009. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2009.1. www.iucnredlist.org. Diakses 21 Juni 2009.

Farin J. 2008. Carnivorous Plants - Lowland

Nepenthes germination. http://en.allexperts.com/q/

Carnivorous- Plants-711/2008/5/Lowland-Nepenthes-germination-1.htm. Diakses 21 Juni 2009 Khompat, K., W. Tokhao and A. Jantasilp.

2007. Factors affecting in vitro seed germination and shoot multiplication of a pitcher plant (Nepenthes mirabilis (Lour.) Druce). Songklanakarin J. Sci. Technol. 29(2):253-260.

Latha, P.G., & S. Seeni. 1994. Multiplication of the endangered Indian pitcher plant (Nepenthes khasiana) through enhanced axillary branching in vitro. Plant Cell

Tissue and organ culture 38:69-71.

Nongrum, I., S. Kumaria, and P. Tandon. 2009. Multiplication through in vitro seed germination and pitcher development in

Nepenthes khasiana Hook. f., a unique

insectivorous plant of India. The journal of

Horticultural Science & Biotechnology. 84

(3). http://www.jhortscib. org/vol84/84_3/15.htm. Diakses 21 Juni

2009

Rajah. 2007. Petpitcher carnivorous plant,

Topic: My Nepenthes Seed Germination Guide (Read 81 times).

http://petpitcher.proboards61.com/index.cgi ?action= display &board= archive &thread=1178710613&page=1. Diakses 12 Juni 2007.

Rice B.A. 2006. Growing Carnivorous Plants. Timber Press. Oregon

Sacilotto, R. 2004. Experiments with Higland Nepenthes Seedling. A Summary of Measured Tolerances. ICPD Newsletter, Maret 2004.

Sayekti, U. 2007. Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kecambah Kantong Semar (Nepenthes

mirabilis) secara In vitro. Skripsi Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suska, M.A. 2006. Nepenthes ampullaria,

Vegetarian dari Keluarga karnivora. Trubus 18 Agustus 2006.

Tawakal, M.I. 2008. Pengujian Berbagai Media Aklimatisasi untuk Menumbuhkan Planlet Kantong Semar (Nepenthes spp.) Skripsi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1.  Desain percobaan semai N. ampullaria pada berbagai media di rumah kaca  Media  Kode buah untuk setiap ulangan
Tabel 2.  Persentase jumlah biji yang berkecambah di media air pada 5, 7, 9, dan 11 minggu setelah semai  Kode buah  Jumlah biji
Gambar 4.   Jumlah biji dari setiap buah yang berkecambah pada berbagai media 4 minggu setelah semai
Gambar 6. Penampilan kecambah N. ampullaria umur 8 bulan setelah semai pada media arang sekam  (kiri), campuran arang sekam : cocopit (1:1) (tengah), dan cocopit (kanan)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi jenis pakan yang tersedia dan tingkat kesukaan pakan anoa pada kondisi pra penangkaran di

Akan tetapi, pada penelitian ini akan menggunakan metode metaheuristik lain yaitu BRKGA dengan modifikasi multiple populations untuk menyelesaikan permasalahan

Tabel 12 menyajikan besarnya PSDH yang harus dibayarkan oleh perusahaan dari setiap sortimen kayu yang dihasilkan dari kegiatan tebang akhir untuk masing- masing daur

Tesis ini membahas salah satu varian VRP dasar dengan karakteristik fleet mix vehicle, multiple trips, split delivery, multiple products dan multiple compartments dengan

solanacearum, skrining extensive plasma nutfah kacang tanah untuk mendapat- kan sumber ketahanan yang lebih tinggi dengan karakteristik agronomi yang lebih baik, studi

Isi pesannya, “Kepada Yth Pak Gubernur Ahok, kami orangtua murid SDN 13 Pagi, Cempaka Baru meminta gerobak- gerobak yang nongkrong di sekitar sekolah diteribkan..

Kadis Pertamanan dan Pemaka- man DKI Jakarta, Ratna Diah Kurniati menjelaskan pihaknya telah merespon keluhan warga terkait lampu taman yang mati di Jl Tubagus Angke.. Dari 80

sedangkan proses akomodasi terjadi pada saat siswa perlu memodifikasi skema yang ada di pikirannya dengan informasi yang ada pada masalah untuk bisa