Miwah sareng salam sembah, ka Mamah kairing k u kahormatan,
pangabakti sareng t a ' d m , moga ulah rengat gafih, a n u sami
Czntur
gafiti, p t r a N a m h
nu diiumuhunpangawemh- Teteh zneng, A i Nmi, AiFero, Ai
yogi sareng DiEy anu diipikadieudieuh sareng
(Studi Kasus Orang Baduy di Pemukiman Cipangembar Desa Leuwidamar Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat)
Oleh:
A. DEW1 YENI ANGGRAENI A09495030
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000A. Dewi Yeni Anggraeni. Program Pemukiman Kembali (Resettlement) Sebagai Penggerak Utama Perubahan Masyarakat Peladang Berpindah (Studi Kasus Orang Baduy di Pemukiman Cipangembar Desa Leuwidamar Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat) di bawah bimbingan Soeryo Adiwibowo dan Ivanovieh Agusta.
Penelitian ini secara sistematis dan teoritis mengamati perubahan terencana tentang P mP m d i m n K d(Rexi&@) S&$ P@ Utama P d A m M&ymkat Pdadang
B a p i
(Studi Kasus Orang Baduy di Pemukiman Cipangembar Desa Leuwidamar Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan: menelaah perubahan struktur sosial dan suprastruktur masyarakat Baduy sebagai respons terhadap pemukiman baru.Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Unit analisis adalah komunitas dengan sembilan orang subjek penelitian dan informan warga pendatang, pembina, staf Dinas Sosial Kabupaten Lebak dan anggota masyarakat Baduy pemukiman dengan menggunakan teknik bola salju. Teknik pengambilan melalui wawancara mendalam, observasi untuk data primer dan data sekunder berupa dokumen. Instrumen penelitian ini berupa catatan lapangan (catatan harian) dalam bentuk catatan fakta, catatan teori dan catatan metodologi. Seluruh data dianalisis secara manual dan dinterpretasikan. Hasil interpretasi disimpulkan untuk menjawab masalah penelitian.
Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa perubahan pemukiman bukan sekedar perubahan spasial atau tempat, tetapi merubah infrastruktur material lainnya, struktur sosial dan suprastruktur masyarakat Baduy dalam waktu lama. Perubahan pemukiman bernilai sebagai perubahan status kewargaan Baduy yang tejadi secara alamiah. Perubahan ini menunjukan bahwa semakin rendah kepatuhan dan strata kelompok, meningkatkan peluang untuk mencari alternatif perluasan lahan garapan di lingkungan Kanekes atau di luar Desa Kanekes dalam rangka mempertahankan hidup keluarga dan kerabatanya dan peluang bagi pemerintah untuk
memasukan program pemukiman kembali (resettlement). Untuk mencapai tujuan tersebut Departemen Sosial mengambil tindakan yakni musyawarah antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Tingkat I1 Lebak, dan aparat pendamping (Dinas Sosial Kabupaten Lebak), survai fisik terutama kondisi tanah (kesuburan lahan). Survai calon klienlpemukim yang akan dibina dengan memanfaatkan tokoh masyarakat Jam Pantarentalz (Jaro Samin) meyakinkan calon klien dengan alasan infrastruktur bahwa orang Baduy sudah kekurangan lahan garapan, populasi penduduk terus meningkat. Pemukiman dibangun pemerintah menghasilkan pola pemukiman yang egaliter baik dalam tata letak maupun ekspresi bangunan. Konsep penataan pemukiman berdasarkan tata ruang bukan secara hukum adat.
Dalam berhuma padi lokal (pare gene) sebagai komoditi utama sumber kehidupan dilambangkan sebagai Nyi Pohaci Sangltyang Asri, menempatkan posisi berladang bersifat sakral yang ditunjukan dalam upacara ritual berladang menurut ketentuan knrukun dari tahap pertama sampai pasca panen. Sebagai penghargaan terhadap padi yakni upacara kmvalu, ngalaksa, nganyaran dan seba Padi huma tidak boleh dijual dan digiling, sehingga berkewajiban untuk menjaga kelangsungan leriit agar tidak sampai berkurang. Kedudukan leuit dan saung lisung sangat penting yang diatur dalam sistem hukum adat dan menunjukan stratifikasi orang Baduy. Perladangan merupakan teknik bertani masyarakat Baduy sejak mengenal padi dengan program pemukiman baru menjadi peladang menetap kesuburan lahan secara alami menurun, produksi padi menurun penggunaan pupuk dan mekanisasi lebih beragam, jenis komoditi buah-buahan dan kayu yang bersifat komersial. Perladangan intensif dalam permodalan, penggunaan sarana produksi pertanian (pupuk organik), teknik penanaman, jenis tanaman komersial sejak program tanaman palawija dari P B pertengahan 1957. Persawahan dianggap profan menunjukan pelanggaran terhadap ketentuan mutlak merubah keutuhan tanah dan aliran air sebagai sumber kehidupan dengan cara apapun dan perlakuan terhadap padi sawah tidak seperti dalam penanaman padi huma masyarakat Baduy terutama upacara ritualnya. Teknik bersawah merupakan suatu kemajuan dengan memanfaatkan sumber air (cucuraWso~vak) lembah dan luas terbatas. Pengolahan sawah dan hutna tidak
memerlukan uang dengan memanfaatkan tenaga kerja keluarga dari tahap pertama sampai tahap terakhir. Status pemilikan lahan di pemukiman akan membedakan penggarap dan pemilik sejak 8 Agustus 1987 (2 hektar). Keragaman mata pencaharian karena tidak mencukupi pendapatan rutin dari produk pertanian, sehingga strategi pekerjaan lain adalah petani, buruh, penggali emas liar, ojeg, pembantu rumah tangga, kerja di pabrik dan pelayan toko. Akumulasi pendapatan dalam bentuk barang (emas) dan tanah.
Terbentuknya ikatan teritorial dibentuk melalui tahapan pertumbuhan sebuah kampung adalah Umbulnn babnknn kntnpung. Ikatan teritorial semakin kuat dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk secara alami dan sosialisasi keluarga atau tetangga. Ikatan teritorial akan lemah (Pemukiman kembali) bukan atas dasar dua faktor di atas. Makna kelompok teritorial di atas mkrupakan pengakuan terhadap identitas tempat tinggal asal. Kelompok teritorial basis sosialisasi didasarkan atas pembagian pekerjaan produktif di dalam dan di luar rumah, laki-laki dan perempuan, sehingga membedakan tempat sosialisasinya. Pembagian di atas terus terulang disebut siklus kerja. Ikatan teritorial akan semakin lemah dengan semakin luasnya kelompok teritorial. Pelaksanaan fungsi kelompok teritoha~ akan menghasilkan kerjasama dan konflik.perubahan kelompok teritorial akan mempengaruhi kelompok kekerabatan dalam ha1 perkawinan. Perkawinan adalah mempertahankan keluarga kekerabatan atau generasi penerus. Dua pola perkawinan di pemukiman. Menikah dalam satu kerabat (endogami) dan eksogami kampung. Pertengahan 1980-an sistem pemerintahan masyarakat Baduy pemukiman bersifat dualisme. Pola kepemimpinan berorientasi ke orang tua atau tokoh rnasyarakat peluang untuk memasukan program pemerintah. Tokoh masyarakat pemukiman Jaro Samin (mantan Jaro Kanekes) disebut Jnro Pemukiriznn. Pola tersebut dibedakan menjadi dua yakni kokolot
sebagai pemimpin informal dan pemimpin formal yang duduk di pemerintahan. Pelaksanaan peraturan di tingkat lokal tidak terlalu ketat selama dapat diselesaikan secara musyawarah. Masyarakat pemukiman bagian dari pemerintahan desa pemberian batas administrasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanan program pemerintahan. Pelaksanan program pemerintah dalam bidang pertanian didasarkan
P R O G R 4 M P E M U K r m A N ~ A L I ( ~ Z Z E M B I ) SEBAGAIPENGGJBUKUTAMA PERUBAHAN
MASYARAKATFKLADANG
BERPINDAH(Studi Kasus Orang Baduy di Pemukiman Cipangembar Desa Leuwidamar Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2000
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
JLK~LII : PROGRAM PEMUKMAN KEMBALI ( x E s 'SEBAGAIPENGGERAK UTAMA PERUBAHAN MASYARAKAT PELADANG BERPWDAFI
(Studi Kasus Orang Baduy di Pemukiman Cipangembar Desa Leuwidanar Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Jawa Barat)
Natna : ADewiYeniAnggmi
Nrp : A09495030
Ir. Soervo Adiwibowo, MS NIP. : 130 934 005
Ir. Ivanovich Agusta. M.Si NIP. : 132 158 767
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSIINI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAITULISAN ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
Riwayat Hidup
A. Dewi Yeni Anggraeni, lahir di Pandeglang pada tanggal 8 Januari 1977, Penulis adalah anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan Rokhmanjaya, SPd dan Ening Ningrum.
Pada tahun 1989 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kotadukuh, Kabupaten Pandeglang, kemudian pada tahun 1992 menyelesaikan pendidikan menengah pertama di S M P Negeri Munjul, Kabupaten Pandeglang dan pada tahun 1995 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di SMA Negeri I
Pandeglang. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 1995 melalu jalur Undangan Seleksi Masuk LPB (USMI) Program Studi Penyuluhan d m Komunikasi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Penulis pemah ikut dalam tim evaluasi kredit perhutanan sosial, Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (RRL) sebagai enumerator dari konsultan Forindo Pebruari