• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini, khususnya pada bidang komunikasi berdampak pada perubahan jenis dan cara dalam penerimaan serta penyampaian pesan dari komunikan ke komunikator. Dahulu manusia harus bertatap muka untuk dapat berkomunikasi, seiring perkembangan teknologi khususnya dalam bidang komunikasi, ruang dan waktu tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi manusia di zaman sekarang. Teknologi menjadikan ruang dan waktu tidak berarti, bahkan dewasa ini dunia disebut ”global village” sebagai julukan barunya. Hal ini diperkuat oleh Marshall McLuhan (Ardianto, et al, 2007:104), global village adalah keadaan dunia yang seolah-olah semakin kecil. Sekarang untuk berkomunikasi, cukup dengan mengirimkan pesan singkat atau melalui telepon.

Salah satu perangkat yang ikut andil dalam fenomena global village adalah televisi karena televisi tidak hanya memiliki kekuatan dari sisi audio tetapi juga memiliki kekuatan dalam video. Hal ini sejalan dengan Baksin (2006:16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindakan individu”.

Media televisi selain mempergunakan signal suara juga menggunakan signal gambar atau visual. Adanya signal gambar inilah yang menyebabkan televisi mampu menanamkan kesan lebih dalam pada jiwa penontonnya. Hal ini disebabkan karena

(2)

sebagian besar pengetahuan manusia di dapat melalui indera penglihatan. Dengan adanya kombinasi kedua signal tersebut, yakni suara dan gambar secara bersama-sama, maka segala sesuatu yang disampaikan menjadi lebih mantap dan erat karena tercipta adanya hubungan tatap muka. Karena sifat audio visual itu pulalah, maka dalam penerimaan pesan-pesan melalui media televisi, penonton tidak terlalu dituntut untuk memiliki kemampuan tertentu seperti yang terjadi pada surat kabar yang memerlukan kepandaian membaca. Sehingga, secara teoritis, televisi mampu mengurangi kesalahpengertian.

Televisi sebagai media komunikasi massa mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesanya dari sautu tempat ke tempat lainnya pada saat yang bersamaan dan ditujukan kepada sejumlah orang atau masyarakat dengan tujuan agar pesan tersebut dapat diterima dan diadopsi oleh masyarakat selaku komunikan. Jadi televisi sebagai media komunikasi massa merupakan salah satu sumber informasi bagi komunikan apabila komunikan tersebut menginginkan untuk memperoleh pesan atau informasi.

Siaran televisi membutuhkan tempat atau kantor yang digunakan untuk menjalankan siarannya, selain dibutuhkan tempat, televisi membutuhkan tenaga kerja yang menjalankannya, Dalam Morissan (2004:9) dinyatakan bahwa: Stasiun Televisi adalah tempat kerja yang sangat kompleks yang melibatkan banyak orang dengan berbagai jenis keahlian. Juru kamera, editor gambar, reporter, ahli grafis, dan staf operasional lainnya harus saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam upaya untuk menghasilkan siaran yang sebaik mungkin.

(3)

Siaran televisi bertujuan untuk memberi informasi yang dapat dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat, menurut Morissan (2004: 2):

“Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk melalui pendekatan sistem lensa dan suara”. Sedangkan Sumadiria (2005: 5) menyatakan bahwa Siaran televisi adalah merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologial, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah. Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan.

Televisi bermula dari rasa ingin tahu seseorang yang sangat tertarik dalam bidang penelitian, bermula dari ditemukannya jenis-jenis logam yang apabila terkena pancaran sinar dapat mengeluarkan electron-elektron dari susunan atomnya. Bahan-bahan yang dapat mengeluarkan elektron dari susunan atomnya tersebut disebut photo electric cell atau foto sel, dan penemuan ini terjadi pada sekitar pertengahan kedua abad XIX.

Dengan ditemukannya foto sel tersebut, maka selanjutnya diadakan berbagai percobaan yang intensif dalam rangka mewujudkan keinginan manusia untuk dapat mentransmisikan gambar melalui sinyal-sinyal listrik. Percobaan tersebut dilaksanakan sekitar awal abad XX.

Pada tahun 1884 Paul Nipkow menemukan sistem penyaluran signal gambar hanya dengan mempergunakan satu foto sel dan satu kawat penghubung saja. Sistem ini

(4)

dianggap lebih praktis, sehingga mulai diadakan percobaan pemancaran serta penerimaan signal televisi tersebut pada tahun 1923, pada daerah gelombang medium yakni sekitar 270 meter.

Televisi sistem nipkow ini disebut televisi mekanis. Percobaan selanjutnya terus dilakukan oleh beberapa Negara yang telah maju industrinya. Sehingga penemuan teknik tersebut dapat menjadi suatu sarana atu pun media komunikasi massa dengan dimulainya siaran televisi di dunia untuk pertama kalinya oleh BBC di London pada tahun 1936 dan ABC Amerika Serikat pada tahun 1938.

Jaman baru dalam teknik pertelevisian yang sistemnya kita pergunakan sampai saat ini ialah setelah ditemukannya sistem televisi elektronik sekitar awal tahun 1930-an. Prinsip dari televisi elektronik adalah pengambilan gambar titik per titik seperti halnya pada televivi mekanis, tetapi dilaksanakan secara elektronis dan titik-titik tersebut sesuai dengan gerakan-gerakan signal-signal sinkronisasi (sistem scanning atau perabaan).

Beberapa hal lain yang dinilai sebagai perkembangan televisi adalah dengan berhasilnya siaran acara-acara di luar studio yang pelaksanaannya mempergunakan alat khusus yang dapat digerakan (sistem mobile unit). Siaran di luar studio ini mulai dirintis oleh studio National Broadcasting Corporation (NBC) pada tahun 1938 dan resmi diperkenalkan pada tahun 1939 pada saat pembukaan Pekan Raya New York (New York World Fair) di New York Amerika Serikat. Sedangkan siaran simultan untuk televisi di amerika serikat pertama kali dilakukan tanggal 1 februari 1940 yaitu pada saat program National Broadcasting Corporation (NBC) dari New York dapat ditangkap dan disiarkan kembali oleh stasiun General Electric.

Perkembangan televisi lainnya adalah dengan dikembangkannya televisi warna sejak tahun 1948 sehingga mulai dapat dipakai pada tahun 1953. Sedangkan TV Cable

(5)

(CATV) atau Communicaty Antene Television yang dikembangkan pada tahun 1960. TV Cable ini semula dimaksudkan untuk daerah-daerah yang jauh dari transmitter atau merupakan daerah yang dilingkupi pegunungan sehingga sulit dijangkau oleh pancaran siaran televisi biasa. CATV tersebut mulai dikembangkan di Landford Pensilvania dan pada tahun 1968 mulai memasuki wilayah perkotaan.

Dewasa ini, televisi analog sudah menemui titik akhir perkembangannya, Pihak Pemerintah maupun swasta terus berusaha mencari jalan keluar dari permasalan yang ada ini. Akhirnya pemerintah dan swasta menemui titik terang, munculah ide-ide baru dalam menciptakan lapangan yang lain. Televisi digital dan televisi komunitas muncul sebagai gagasan untuk mensiasati habisnya frekuensi di ranah nasional. Televisi komunitas adalah televisi yang ditujukan untuk kalangan tertentu atau kalangan terbatas, misalnya PalTV hanya untuk masyarakat wilayah Pal Merah. Namun perkembangan zaman yang menuntut agar kita lebih bisa lebih global terus membuat kita memikirkan ide-ide kreatif lainnya. Televisi digital dan televisi komunitas memiliki keterbatasan dalam hal jangkauan siar.

Dengan didukung oleh kecanggihan teknologi yaitu internet, munculah ide briliant yang sangat berguna bagi kita semua. IPTV (Internet Protocol Television) yang lazim disebut televisi streaming menjadi jawaban atas semua permasalahan diatas. IPTV lebih memudahkan kita dalam menonton acara televisi, bisa dari manapun dan kapanpun dan dengan device apapun selama bisa mengakses internet. Jangkauan IPTV juga tidak terbatas, tidak hanya pada pulau tertentu, daerah tertentu, seluruh negara dari belahan bumi manapun dapat menonton siaran IPTV.

Bina Nusantara yang unggul dalam IT, mengembangkan IPTV dan pada perkembangannya Binus mendirikan televisi komunitas yang berbasis Streaming

(6)

(IPTV). Sama seperti televisi pada umumnya, dalam pembuatan program acara dan mengatur sebuah stasiun televisi membutuhkan banyak SDM yang terlibat di dalamnya. Tentunya hal ini merupakan hal baru bagi Binus untuk mengatur sebuah stasiun televisi. Dengan 25 Program acara yang tayang setiap hari senin sampai sabtu mulai pukul 07:00-22:00 yang dapat disaksikan di www.binus.tv , BinusTV di dukung oleh minimal 50 orang Crew.

Penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui pola komunikasi yang ada pada operasional Studio BinusTV. Sebagai Mahasiswa yang mendalami ilmu komunikasi, tentunya penulis mengetahui komunikasi adalah hal yang paling sulit dan membutuhkan koordinasi yang sangat terpola agar informasi dapat berjalan dengan lancar dan tepat. Pada BinusTV terdapat banyak sekali Crew yang bertugas manjalankan Stasiun tersebut. Komunikasi interpersonal saja pasti banyak mengalami noise atau gangguan, apalagi komunikasi yang harus dijalin oleh lebih dari 50 orang. Pasti banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam hal komunikasi tersebut. Peneliti sangat tertarik pada Program Berita yang memiliki jadwal yang sangat padat karena merupakan program harian yang juga adalah program andalan Binus TV. Tentunya ada banyak sekali jenis komunikasi yang dapat kita teliti pada BinusTV misalnya : Upward and Downward

Communications, Vertical Communication, horizonral Communication dan

Interpersonal Communication dalam perencanaan, pengkoordinasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang terjadi selama proses produksi Jurnal 19.

(7)

1.2. RUANG LINGKUP

Penulis membuat pembatasan Ruang lingkup penelitian berdasarkan point-point berikut :

1. Penulis meneliti pola komunikasi pada Tahap Pra Produksi pada program “Jurnal19”. Jurnal 19 merupakan program striping dan juga program unggulan BinusTV.

2. Crew yang akan dijadikan objek dalam penelitian adalah crew Studio dan crew manajemen.

Perumusan masalah adalah usaha tertulis dalam pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab dan diklarifikasi serta dicarikan jalan keluar, perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah.

Berdasarkan pendapat tersebut yang dikaitkan dengan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah bagaimana STRATEGI KOMUNIKASI MANAJEMEN PRODUKSI JURNAL 19 DI BINUS TV?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT

Adapun tujuan dari penelitian ini karena penulis ingin mengetahui bagaimana pola komunikasi pada operasional binusTV, sehingga operational binusTV dapat lebih berjalan dengan lebih baik.

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan penulisan skripsi ini adalah :

(8)

2. Penulis dapat mengetahui permasalah yang terjadi dan dapat memberikan solusi bagi stasiun televisi pada masa mendatang.

Berdasarkan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Kegunaan teoritis, penilitan ini diharapkan berguna untuk memperkaya khasanah dunia pustaka dan penelitian yang menggunakan teori komunikasi dan memperluas wawasan peneliti serta pembacanya, khususnya mengenai Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Organisasi.

2. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pihak BinusTV agar meningkatkan pola komukasi yang ada dalam operasional BinusTV. Karena komunikasi yang baik, akan membuat seluruh pekerjaan menjadi terkontrol dan terlaksana dengan baik.

3. Evaluasi Pola Komunikasi BinusTV

1.4. METODOLOGI

Penulis menggunakan metode Penelitian Kualitatif. Metodologi Kualitatif ialah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan daam penelitian kualitatif.

Metodologi penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya melalui pengumpulan data sehingga sangat sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Disini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data.

(9)

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

1.4.1. METODOLOGI YANG DIGUNAKAN

Jenis metodologi yang digunakan adalah penelitian grounded yang diperkenalkan oleh Glaser dan Straus (1967) dalam Metodologi Penelitian Sosial : Format Kualitatif dan Kuantitatif, Surabaya: AUP, 2001, merupakan reaksi tajam dan sekaligus memberi jalan keluar dari “stagnasi teori” dalam ilmu-ilmu sosial, dengan menitikberatkan Sosiologi. Pelaksanaan penelitian grounded sangat bertolak belakang dengan layaknya penelitian kuantitatif. Pada jenis metodologi ini, peneliti langsung ke lapangan, hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data. Data merupakan sumber teori. Teori berdasarkan data sehingga teori juga lahir dan berkembang di lapangan.

1.4.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Tahapan penelitian grounded bermula dengan penentuan tema-tema pokok penelitian, gatekeepers dan gambaran umum tentang alur penelitian. Setelah itu barulah mulai pengumpulan data. Peneliti harus menemukan informan yang kredibel lalu melakukan wawancara dan mengobeservasi serta membaut catatan harian atas wawancara yang dilakukan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode wawancara mendalam, observasi dan metode dokumenter. “Wawancara mendalam (in– depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di

(10)

mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.”. ( Bungin, B.).

1.4.3. TEKNIK ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, penulis memilih data-data yang valid dan sesuai dengan fakta yang terjadi. Penulis memiliki beberapa informan sebagai sumber data. Data yang terkumpul dari hasil wawancara dan observasi dicari kebenarannya dengan menggunakan Triangulasi. Triangulasi adalah suatu teknik untuk mengecek keabsahan data yang memanfaatkan ssuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam triangulasi yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori” (Moleong, 2005, p.330). Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi Sumber yakni membandingkan atau mengecek ulang hasil penelitian peneliti dengan hasil wawancara.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Penjabaran dan penulisan skripsi ini disusun secara sistematis dalam tahapan yang disebut dengan bab. Penulis membagi tahapan atau bab yang terdiri dari lima bab secara garis besar sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, penulis membahas latar belakang masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, hipotesis, metodologi, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menguraikan teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan sebagai dasar untuk analisis pada penyusunan skripsi ini, yakni berupa teori komukasi organisasi.

(11)

BAB III Inti Penelitian

Bab ini berisi tentang metode dan jenis penelitian, populasi dan sampel, instrument penelitian, teknik penumpulan data, pengolahan data, pengukuran data, dan teknis analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian

bab ini menganalisis obyek penelitian dan membahas mengenai hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran

Merupakan hasil akhir dari penulisan skripsi yang memuat tentang kesimpulan dari hasil-hasil analisa serta saran-saran dari penulis untuk penelitian kedepannya tentang pola komunikasi crew BinusTV.

Referensi

Dokumen terkait

Koreksi geometrik sistematik melakukan koreksi geomertri dengan menggunakan informasi karakteristik sensor yaitu orientasi internal ( internal orientation ) berisi informasi

Dengan tema ibadah minggu yang mempunyai tujuan untuk berkomitmen yang benar kepada Allah maka akan tercipta makna ibadah yang tertanam dalam hati, untuk datang

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pengalaman usaha dan pendapatan UMKM berpengaruh signifikan pada kolektibilitas kredit. Hasil tersebut mampu memberikan

Hasil perhitungan butir material penyusun fragmen Lutut Beds kemudian dilakukan komparasi dengan fragmen Formasi Karangsambung, Formasi Totogan, Formasi Worawari, Formasi

Pada penelitian ini, jaringan syaraf tiruan berulang (RNN) digunakan untuk mendesain stabilisator sistem tenaga (PSS) karena mempunyai keunggulan bahwa keluarannya tidak

SLALOM, yang secara otomatis menyesuaikan dengan daya komputasi (computing power) yang ada dan memperbaiki kekurangan berbagai benchmark sebelumnya, memiliki

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Kota Padang untuk mengurangi masalah dalam produksi buah manggis adalah dengan mengadakan program Sekolah Lapang Pengendalian Hama

maculatus di tempat istirahat pagi hari di Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Tanaman dominan di Dusun Ngang- grung, adalah pohon