• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Kemristekdikti untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Kemristekdikti untuk Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Kemristekdikti untuk

Program Pendidikan Dokter Spesialis-SubSpesialis

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

1 1

2015

(2)

Program dokter Spesialis dan Subspesialis

Semua perangkat kebijakan hanya berlaku untuk

program

dokter

spesialis

(belum

termasuk

subspesialis). Walau pada UU No. 20/2013 telah

menyebutkan adanya nomenklatur program dokter

spesialis-subspesialis.

Harmonisasi Standar Nasional Pendidikan Tinggi

(SN-Dikti), Standar Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK)

dengan standar pendidikan dokter spesialis yang

disahkan oleh KKI dan selanjutnya ditetapkan oleh

Menteri

(3)

ISU KEBIJAKAN :

Penataan Pendidikan

Dokter Sp-SubSp

SINKRONISASI

KEBUTUHAN PELAYANAN

PENGEMBANGAN

KEILMUAN

PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN &

PENGELOLAAN PRODI

SISTEM

PENJAMINAN MUTU

SISTEM

PENATAAN KARIR

•Sistem pelayanan kesehatan

•Sistem pembiayaan •Sistemcredential •Sistem distribusi •Sistem lisensi •Pengembangan dan penetapan cabang keilmuan baru •Pengembanga penelitian baru (terutama penelitian translasional)

Responsible Conduct of

Science (RSC) Nomenklatur program studi

•Penetapan gelar

•Pembukaan prodi baru

•Penyelenggaraan pendidikan sesuai standar pendidikan dan standar kompetensi

•Pengelolaan program studi pada FK

•Pembinaan program studi

•Kerangka Kualifikasi •Sistem merit •Jenjang jabatan/kepangkatan (fungsional, akademik) •Sistem insentif •SPMI •SPME : akreditasi •Uji Kompetensi •Sistem registrasi •Pangkalan data pendidikan yang terintegrasi, transparan dan akuntabel

(4)

BLUE PRINT

KOMPETENSI

(soal)

INSTRUMEN

AKREDITASI*

AKREDITASI

STATUS

AKREDITASI

UJI

KOMPETENSI

PENGGUNA

KUALITAS

LULUSAN DI

PELAYANAN

LAM PT Kesehatan

DEMAND

(Global & nasional)

(MUTU INSTITUSI)

(MUTU INDIVIDU)

PTOPAIPT

*

KERANGKA SISTEM PENJAMINAN MUTU

PENDIDIKAN TINGGI KEDOKTERAN

Uji kompetensi diaksanakan secara nasional oleh

Panitia Nasional (ditetapkan Menristekdikti)

STANDAR

PENDIDIKAN &

KOMPETENSI

SN-Dikti

SPMI

PD-Dikti

(5)

Kerangka Kerja Harmonisasi

Supply – Demand

bidang Kedokteran

PT

Kemristekdikti

PP No.4/2014

UU No.12/2012UU No.20/2013 •Sistem pendidikan akademik-profesi •Standar nasional pendidikan kedokteran •SPSK •SPMI •SPME • PD-Dikti • Manajemen prodi • Kurikulum • Kuota mahasiswa • SPP

• Belum diimplementasikan dengan baik • Kesenjangan kualitas prodi

• Kuota mahasiswa yang tidak terkendali • Kurangnya dosen yang sesuai kualifikasi • Ketidaklayakan sarpras pembelajaran • Masa studi yang terlalu lama

• Mahalnya biaya pendidikan

KKI

Kemkes

PENDIDIKAN (

SUPPLY SIDE

)

PELAYANAN (

DEMAND SIDE

)

UU No. 36/2009UU No.36/2014 UU No. 29/2004 •Standar& aturan Pelayanan •Pembinaan Pelayanan • Regulasi sistem pelayanan kesehatan • Perencanaan kebutuhan dokter • Regulasi distribusi

• Belum diimplementasikan dengan baik

• Permasalahan kesehatan nasional yang tidak terselesaikan

• Etika profesi

• Kesenjangan distribusi dokter

• Kurangnya jumlah dokter, dokter spesialis dibandingkan negara lain (kuantitas & kualitas)

• Mahalnya biaya layanan kesehatan

• Pengesahan SPSKD • Registrasi • Pembinaan penyelenggaraan praktik kedokteran

Tantangan

Tantangan

Harmonisasi Regulasi

(6)

Kerangka Pikir Pengembangan Landasan Yuridis :

Integrasi

Pendidikan

&

Pelayanan Kesehatan

Tersier

Sekunder

Primer

STANDAR

PENDIDIKAN

(Kemristekdikti)

STANDAR

PELAYANAN

(Kemkes)

STANDAR

KOMPETENSI

(OP & Kemkes)

Mutu prodiLulusanKompetensi yang diperolehKerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia bidang kesehatan

Merit System

STR

Lisensi

Vokasi

Akademik

Profesi

Sistem Pelayanan Kesehatan

Nasional

(7)

Dasar Pengembangan dan

Penetapan Cabang Ilmu

Dasar Penetapan Nomenklatur

Program Studi

Dasar Penyelenggaraan

Pendidikan

Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan

UU No.12/2012, Pasal 8 ayat (2) :

Pengembangan IPTEK oleh Civitas Akademika UU No.20/2013, Pasal 8 huruf e (penjelasan): penetapan cabang ilmu oleh Kolegium

Perkonsil No.21/2006, Kolegium menetapkan cabang ilmu untuk disahkan oleh KKI

UU No.20/2013

Pasal 7 ayat (5) : Program dokter spesialis-subspesialis bagian dari pendidikan profesi

Pasal 8 ayat (1) : Diselenggarakan oleh FK

UU No.12/2012 pasal 55 : Akreditasi oleh LAM)

Kepmendikbud No.291/2014 ttg Pengakuan LAM-PTKes untuk akreditasi prodi kesehatan

UU No.20/2013 Pasal 39 : Uji Kompetensi Mahasiswa DLP, Dokter Sp-SubSp

UU No.12/2012

Pasal 25 ayat (2) : Program dapat bertingkat (dokter spesialis, subspesialis)

Pasal 25 ayat (2) : dapat diselenggarakan PT + OP+K/L

Permendikbud No.154/2014 : lampiran

nomenklatur prodi dokter spesialis (35)

Permendikbud No73/2013 :

Jenjang 8 :

Sp1,

Jenjang 9 :

Sp2

SE Dirjen Dikti No182/2014 KKNI Dokter :

Jenjang 8 -9 : Sp-SubSp

Perkonsil No. 12/2013 KKNI Dokter :

Level 9 : Sp/SubSp

1

2

3

4

KE

RANG

KA

K

ONSEP

PENA

TAAN

PEND

IDI

KA

N

DOKTE

R

SPE

SIAL

IS

-SUBSPE

SIAL

IS

(8)

Landasan Teknis :

Alur Dokumen Legal Pendidikan dan Pelayanan Kedokteran

untuk Sp-SubSp

Surat Tanda

Registrasi

(STR)

Sp-SubSp

Surat Izin

Praktik

(SIP)

Sp-SubSp

FK

Organisasi Profesi

(Kolegium)

Konsil Kedokteran

Indonesia

Pemerintah

Posisi Stakeholders, Kewenangannya dan

Aspek Legal

UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran

UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi

UU No.20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran

Rancangan Permenristekdikti Tata Cara Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter Spesialis-SubSpesialis UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran

Sertifikat

Profesi

Sp-SubSp

Sertifikat

Kompetensi

Sp-SubSp

(9)

Landasan Teknis :

Implementasi UU No.20/2103 : Integrasi Pendidikan

Akademik-Profesi, Internsip, Spesialis-Subspesialis

PROFESI

ORGANISASI PROFESI

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

Dokter

AKADEMIK

Sked

Min 7 semester 144 SKS Min 3 semester

INTERN-SIP

(terutama bagi yang mengambil lisensi praktik)

Spesialis

(Sp)

SubSp SubSp SubSp SubSp SubSp SubSp

(10)

•Pengaturan akreditasi dengan instrumen spesifik

•Pengaturan uji kompetensi dengan standar uji nasional

•UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran

•UU No.36/2014 tentang Tenaga Kesehatan

•Perpres No.72/2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

•Perpres No.12/2013 tentang Jaminan Kesehatan (peraturan BPJS)

•UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran

•UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi

•UU No.20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran

- Rancangan Permenristekdikti tentang SNPK

•UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran

•UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi

•UU No.20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran

- Rancangan Permenristekdikti tentang SNPK

LANDASAN YURIDIS

•UU No.12/2012 tentang Pendidikan Tinggi

•UU No.20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran

- PP No.4/2014 tentang Pengelolaan PT dan Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi

- RPP Fakultas Kedokteran, RPP Dosen Kedokteran dan RPP RSP

•Pengaturan Sistem Rujukan

•Pengaturan Kewenangan Pelayanan

•Pengaturan sistem lisensi (STR & SIP)

•Pengaturan Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Kerja

•Pengaturan kualifikasi lulusan dan dosen

•Pengaturan kurikulum (harmonisasi dengan standar pendidikan)

•Pengaturan kurikulum (harmonisasi dengan standar kompetensi)

•Pengaturan proses pembelajaran

•Pengaturan kualifikasi dosen

•Pengaturan sarana prasarana

PENGEMBANGAN LANDASAN TEKNIS DALAM BENTUK ATURAN

Kerangka Pikir

Pemilihan Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Sp-SubSp

STANDAR PELAYANAN

STANDAR KOMPETENSI

STANDAR PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI

PROGRAM STUDI

Saat ini, masih diterapkan untuk program spesiallis

(11)

Konsensus Majelis Kolegium Kedokteran

Indonesia (MKKI) dan Konsil Kedokteran

Indonesia (KKI) perihal :

Penetapan dan pengesahan cabang

ilmu kedokteran

Pengusulan

cabang

ilmu

baru

kedokteran

Rencana Aksi

Pengembangan dan Penetapan

Cabang Ilmu

Penetapan Nomenklatur

Program Studi

Penyelenggaraan Pendidikan

Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan

Konsensus Majelis Kolegium Kedokteran

Indonesia (MKKI) dan Konsil Kedokteran

Indonesia

(KKI)

perihal

penetapan

nomenklatur prodi dan gelar lulusan :

Tindak

lanjut

masukan

MKKI

untuk

perbaikan nomenklatur prodi (lampiran

Permendikbud No.154/2014)

Pembaharuan standar pendidikan dan

standar kompetensi dokter spesialis

yang disahkan KKI

Standar

pendidikan

dan

standar

kompetensi dokter subspesialis

Harmonisasi standar dengan Standar

Nasional Pendidikan Kedokteran

Penyusunan instrumen akreditasi tiap

bidang spesialisasi (kolegium)

Uji coba proses kerja akreditasi LAM-PTKes

Penyusunan

standar

uji

kompetensi

nasional untuk mahasiswa program DLP.

dokter Sp-SubSp

(12)

Terima kasih

.

Harmon

isasi antar pihak

akan me

mancarkan nilai

kebaikan

bagi lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aturan-aturan hukum internasional tentang pemanasan global, bagaimana perangkat hukum Internasional mengatur tentang

Pada suatu studi dari 100 penderita dengan inkontinensia fekal, dua pertiga dari penderita membaik pada akhir terapi dan mereka yang mengalami inkontinensia urgensi saja

Akan tetapi, dalam pergaulan dengan sesama manusia, kita harus dapat membedakan pergaulan yang baik dan yang buruk.. kita harus pandai menempatkan diri dan membawa

Brebes, Tegal, Pemalang, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Pati, Kudus, Rembang, Blora, Grobogan, Sragen, Boyolali, Salatiga, Temanggung, Wonosobo, Purbalingga, Banyumas,

Dalam buku yang ditulis Julius Pour tertulis, bahwa pada tanggal 13 Februari 1967, Jenderal Nasution secara terbuka mencurigai Presiden Soekarno terlibat dalam

88 (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program dokter layanan primer, dokter

Surat rekomendasi dari masing-masing kolegium dokter spesialis atau dari kolegium dokter spesialis konsultan atau sertifikat kompetensi dari masing-masing kolegium dokter