• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. independen (Foruzan, 2003). komunikasi yang lain, di antaranya: atau sistem operasi tertentu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. independen (Foruzan, 2003). komunikasi yang lain, di antaranya: atau sistem operasi tertentu"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Teori - Teori Dasar/Umum

2.1.1 TCP/IP

TCP/IP adalah protokol hierarkis yang terbuat dari modul interaktif yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu tetapi belum tentu independen (Foruzan, 2003).

TCP/IP memiliki karakteristik yang membedakannya dari protokol-protokol komunikasi yang lain, di antaranya:

a. Bersifat standar, terbuka dan tidak bergantung pada perangkat keras atau sistem operasi tertentu

b. Bebas dari jaringan fisik tertentu, memungkinkan integrasi berbagai jenis jaringan

c. Mempunyai skema pengalamatan yang umum bagi setiap device yang terhubung dengan jaringan

d. Menyediakan berbagai layanan bagi user (Sofana,2012).

2.1.1.1 Arsitektur TCP IP

Berikut ini penjelasan singkat masing-masing layer protokol TCP/IP beserta fungsinya.

(2)

1. Lapisan Pertama adalah Network Access Layer (identik dengan lapisan Physical dan Data Link pada OSI). Pada lapisan ini didefinisikan bagaimana penyaluran data dalam bentuk frame-frame data pada media fisik yang digunakan secara andal. Lapisan ini biasanya memberikan servis untuk deteksi dan koreksi kesalahan dari data yang ditransmisikan.

2. Lapisan kedua adalah Internet Layer (identik dengan Network

Layer Network pada OSI). Lapisan ini bertugas untuk

menjamin agar suatu paket yang dikirimkan dapat menemukan tujuannya. Lapisan ini memiliki peranan penting terutama dalam mewujudkan internetworking yang dapat meliputi wilayah luas (worldwide internet).

a) Addressing, yakni melengkapi setiap paket data dengan

alamat internet atau yang dikenal dengan Internet Protokol

address (IP address). Karena pengalamatan (addressing)

berada pada level ini, maka jaringan TCP/IP independen dari jenis media, sistem operasi, dan komputer jaringan yang digunakan.

b) Routing, yakni menentukan rute ke mana paket data akan

dikirim agar mencapai tujuan yang diinginkan. Routing merupakan fungsi penting dari Internet Protocol (IP). Proses routing sepenuhnya ditentukan oleh jaringan. Pengirim tidak memiliki kendali terhadap paket yang dikirimkannya. Router-router pada jaringan TCP/IP-lahh

(3)

yang menentukan penyampaian paket data dari pengirim ke penerima.

3. Lapisan ketiga adalah Transport Layer (identik dengan

Transport Layer pada OSI). Pada lapisan ini didefinisikan

cara-cara untuk melakukan pengiriman data antara end to end

host. Lapisan ini menjamin bahwa informasi yang diterima

pada sisi penerima akan sama dengan informasi yang dikirim oleh pengirim. Lapisan ini memiliki beberapa fungsi penting antara lain:

a) Flow control. Pengiriman data yang telah dipecah menjadi

paket-paket data harus diatur sedemikian rupa agar pengirim tidak sampai mengirimkan data dnegan kecepatan yang melebihi kemampuan penerima dalam menerima data.

b) Error detection. Pengirim dan penerima juga melengkapi

data dengan sejumlah informasi yang bias digunakan untuk memeriksa apakah data yang dikirimkan telah bebas dari kesalahan. Jika ditemukan kesalahan pada paket data yang diterima, maka penerima tidak akan menerima data tersebut. Pengirim akan mengirim ulang paket data yang mengandung kesalahan tadi. Dengan demikian, data dijamin bebas dari kesalahan (error free) pada saat diteruskan ke lapisan aplikasi.

Konsekuensi dari mekanisme ini adalah timbulnya delay yang cukup berarti. Namun selama aplikasi tidak bersifat

(4)

real-time, delay ini tidak menjadi masalah, karena yang lebih

diutamakan adalah data yang bebas dari kesalahan.

Ada dua buah protokol yang digunakan pada layer ini, yaitu: Transmission Control Protocol (TCP) dan User

Datagram Protocol (UDP).

TCP digunakan oleh aplikasi-aplikasi yang membutuhkan kendala data. Sedangkan UDP digunakan untuk aplikasi yang tidak menuntut kendala yang tinggi. Beberapa aplikasi lebih sesuai menggunakan UDP sebagai protocol transport.

TCP memiliki fungsi flow control, error detection dan bersifat connection oriented. Sebaliknya UDP bersifat

connectionless, tidak ada mekanisme pemeriksaan data dan flow control, sehingga UDP disebut juga unreliable ptrotocol.

4. Lapisan keempat adalah Application Layer (identik dengan

Application, Presentation, Session Layer pada OSI). Sesuai

namanya, lapisan ini mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang dijalankan pada jaringan (Sofana, 2012).

(5)

2.1.2 Topologi Jaringan

2.1.2.1 Ring

Pada topologi Ring komponen jaringan yang dirantai secara bersama-sama dengan jangka terakhir kabel kembali ke titik awal komponen sehingga membentuk lingkaran (Jonathan Lukas,2006).

Gambar 2.1 Topologi Ring

(Jonathan Lukas, 2006)

Kelebihan topologi ring:

1. Tiap komputer dalam topologi ring ini akan berfungsi juga sebagai repeater.

2. Sederhana dalam layout.

3. Signal mengalir dalam satu arah, sehingga dapat menghindarkan terjadinya collision (dua paket data bercampur), sehingga memungkinkan pergerakan data yang cepat dan collision detection yang lebih sederhana.

Kekurangan topologi ring:

1. Biasanya topologi ring tidak dibuat secara fisik melainkan direalisasikan dengan sebuah consentrator dan kelihatan seperti topologi star.

(6)

2.1.3 Media Transmisi

2.1.3.1 Fiber Optic

“Fiber optic terbuat dari kaca atau plastik dan mengirimkan sinyal dengan menggunakan cahaya. Cahaya berasal dari energi elektromagnetik dan berjalan dengan kecepatan dalam vacuum: 300,000 km/s (sekitar 186,000 mi/s) (Forouzan).

2.1.3.2 Jenis-jenis Fiber Optic

Teknologi saat ini mendukung dua mode untuk menyebarkan cahaya dalam satu perangkat sepanjang saluran optic, setiap serat memiliki karakteristik sendiri: multimode dan single mode.

Multimode dapat di implementasikan menjadi dua bagian yaitu: step-index or graded index.

1. Single mode

Gambar 2.2 Single mode (Forouzan, 2003 : 23)

Single mode fiber mengunakan step-index dan sumber yang sangat terfokus cahaya yang membatasi balok untuk berbagai sudut kecil, semua dekat dengan horisontal. Serat itu sendiri dibuat dengan diameter lebih kecil daripada serat multimode, dan dengan kerapatan rendah subtantially (indeks reaksi). Penurunan hasil kepadatan di sudut kritis yang cukup dekat 90

(7)

derajat untuk membuat penyebaran balok hampir horisontal. Dalam hal ini, penyebaran balok yang berbeda hampir identik dan penundaan diabaikan. Semua balok tiba di tujuan "bersama-sama" dan dapat bergabung kembali tanpa distorsi ke sinyal. 2. Multimode step-index

Multimode dinamakan demikian karena beberapa balok dari

sumber cahaya bergerak melalui inti dalam jalan yang berbeda. Bagaimana balok ini bergerak dalam kabel tergantung pada struktur inti.

Gambar 2.3 Multimode, step-index (Forouzan, 2003 : 23)

Di multimode step-index fiber, kepadatan inti tetap konstan dari pusat ke tepi. Seberkas cahaya bergerak melalui kerapatan konstan dalam garis lurus hingga mencapai antarmuka inti dan

cladding. Pada antarmuka ada perubahan mendadak untuk

kerapatan yang lebih rendah yang mengubah sudut gerak balok itu. Istilah step-index mengacu pada perubahan tiba-tiba ini. Modus ini menciptakan cukup banyak distorsi pada sinyal.

(8)

3. Multimode graded-index

Gambar 2.4 Multimode, graded-index (Forouzan, 2003 : 23)

Graded-index fiber, mengurangi distorsi ini sinyal melalui

kabel. Indeks kata di sini mengacu pada indeks bias. Serat dinilai-indeks. Oleh karena itu, adalah satu dengan kepadatan yang bervariasi. Kepadatan tertinggi di pusat inti dan menurun secara bertahap terendah nya di tepi.

2.1.3.3 Ukuran Fiber

Serat optik ditentukan oleh rasio dari diameter inti mereka untuk diameter cladding mereka, baik dinyatakan dalam mikron

(mocrometer). Berikut ukuran yang umum ditunjukkan dalam tabel

2.1 ukuran terakhir yang terdaftar hanya digunakan untuk single

mode.

Tabel 2.1 Tipe Fiber (Forouzan, 2003: 25)

Fiber Type Core (microns) Cladding (microns)

62.5/125 62.5 125

50/125 50 125

(9)

8.3/125 8.3 125

2.1.4 Router

2.1.4.1 Tera Router

Tera Router merupakan teknologi terbaru router yang mampu

menyediakan kapasitas besar dengan kecepatan tinggi yang mampu digunakan pada jaringan backbone dengan transport optik (Kurnianingsih, 2011).

Layanan utama yang dapat didukung oleh Tera Router, secara umum sama dengan teknologi jaringan core yang sudah ada saat ini seperti VPN (Virtual Private Network), khususnya VPN yang menggunakan teknologi MPLS untuk pengiriman paketnya. Dengan MPLS, operator jaringan dapat mendukung dan mengirim berbagai tingkat kualitas layanan berdasarkan MPLS. Teknologi ini juga melayani:

a. Interkoneksi IP

b. Router Logik dengan perangkat dedicated untuk berbagai konfigurasi jaringan IP

c. Trafik multicast. d. Jaringan Optik IP. e. IP Versi 6.

f. Cadangan bandwidth untuk konektifitas IP.

Tera Router pada jaringan backbone merupakan penjelasan

(10)

dengan standar Tera Router untuk transportasi multi layanan. Tera

Router mempunyai kapasitas switching minimal 1 Terabit tiap

detik. Untuk mendapatkan kapasitas lebih besar, sistem Tera

Router dirancang dengan konfigurasi multi chassis, tetapi tidak ada downtime berhubungan dengan peningkatan kapasitas.

2.1.4.2 Metro Ethernet

Metro Ethernet merupakan teknologi jaringan Ethernet yang

diimplementasikan di sebuah metropolitan area. Perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan teknologi tersebut untuk menghubungkan kantor-kantor cabang mereka ke dalam sistem

intranet yang ada di dalam perusahaan tersebut. Jaringan Metro Ethernet umumnya didefenisikan sebagai bridge dari suatu jaringan

atau menghubungkan wilayah yang terpisah juga menghubungkan LAN dan WAN atau backbone network yang umumnya dimiliki oleh service provider (Gandhi and Klessig, 2003).

Jaringan Metro Ethernet, dapat diartikan jaringan komunikasi data yang berskala metro dengan menggunakan teknologi ethernet sebagai protokol transportasi datanya. Begitu pula arti sebenarnya, teknologi metro ethernet yang merupakan salah satu perkembangan dari teknologi ethernet yang dapat menempuh jarak yang luas berskala perkotaan dengan dilengkapi berbagai fitur yang seperti terdapat pada jaringan ethernet umumnya (Metro Ethernet Forum, 2006).

(11)

Teknologi ethernet dipilih menjadi jaringan berskala metro, hal ini dikarenakan teknologi ethernet telah digunakan secara luas oleh masyarakat, terutama dalam LAN. Interface Ethernet telah tersebar ke mana-mana dan keberadaannya sangat banyak. Selain itu,

bandwidth yang ditawarkan oleh teknologi ini juga dapat dengan

mudah diperbesar. Hingga kini teknologi ethernet yang perangkatnya telah banyak beredar di pasaran telah mencapai

bandwidth tertinggi sebesar 10 Gigabyte per detik. Namun, user

juga dapat memilih berapa bandwidth yang ingin digunakan karena

ethernet juga menyediakan teknologi ethernet dengan bandwidth

10 MBps, 100 MBps, dan 1 GBps.

Untuk menunjang kebutuhan akan Next Generation Network, teknologi Metro Ethernet menawarkan banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh tidak hanya oleh pihak penyedia jasa, namun juga oleh para penggunanya. Keuntungan-keuntungan ini belum tentu dapat dirasakan oleh pengguna teknologi lain, seperti MPLS.

2.1.4.2.1 Metro Ethernet Transport

Metro ethernet adalah jaringan ethernet yang

mempunyai area cakupan metropolitan. Perangkat Metro

ethernet berupa switch atau router yang berada di layer 2

atau layer 3. Pada awalnya ethernet digunakan dalam teknologi akses, dan sekarang dapat digunakan untuk melayani layanan data pada jaringan transport.

(12)

1.Pure Metro Ethernet

2.MPLS-based Metro ethernet

Ide dasar dari pengembangan MPLS penggunaan label untuk mekanisme switching di tingkat IP. Hal ini berbeda dengan jaringan IP yang menggunakan pengalamatan IP sebagai dasar mekanisme switching dan jaringan ATM yang menggunakan Virtual Circuit Identifier sebagai dasar mekanisme switching. Di dalam jaringan yang menggunakan protokol MPLS, paket yang masuk kedalam jaringan MPLS terlebih dahulu diberi label.

Label yang diberikan disusun dari berbagai variasi

kriteria sesuai dengan yang diinginkan oleh service

provider / pengguna.

Berdasarkan label yang diberikan tersebut maka jaringan yang menggunakan protokol MPLS akan memperlakukan paket tersebut sesuai dengan nilai yang melekat pada label tersebut (high priority, low

priority, dan lainnya). Hingga saat ini belum ada

standard MPLS yang berlaku atau yang dapat diacu (bersifat non proprietary), dikarenakan belum diselesaikannya penyusunan beberapa hal penting yang menjadi dasar penyusunan standar oleh organisasi yang berwenang. Kapasitas maksimal

(13)

yang dapat disalurkan oleh Metro Ethernet tiap

interface-nya adalah 10 Gbps.

2.2 Teori – Teori Khusus

2.2.1 MSAN

Dalam Digital Library Telkom (2008), Multi Service Access Node (MSAN) merupakan perangkat access network yang melayani multi

services, seperti ADSL, SHDSL, Ethernet suatu platform jaringan akses

yang menyediakan layanan umum untuk memberikan layanan broadband dan narrowband dalam jaringan PSTN dan NGN. MSAN memiliki tiga fungsi penting yaitu :

a. Sebagai sistem akses broadband

b. Sebagai akses gateway dalam NGN (Next Generation Network) c. Sebagai jaringan akses tradisional PSTN

Secara umum, Multi Service Access Node adalah layanan multiservice yang sejalan dengan NGN yang menyediakan fungsi broadband akses

multiplexer sebagai IP DSLAM yang berdasarkan pada teknologi IP, ATM

atau TDM melalui jaringan kabel tembaga atau fiber optik. Target platform aksesnya adalah MSAN dengan kemampuan triple play dan 100% broadband deliver. Multi Service Access Node (MSAN) di implementasikan untuk menyediakan suatu solusi layanan berbasis jaringan lokal akses fiber atau tembaga dengan cost-effective pada suatu layer jaringan yang konvergen dimana layanan PSTN, NGN dan jaringan

(14)

broadband berada pada daerah yang sama. MSAN merupakan gabungan

dari beberapa teknologi yaitu :

a) Telepon Time Division Multiplexing (TDM) yang di dalamnya terdapat ISDN, STM 1.

b) NGN

c) Passive Optical Network (PON)

d) Fiber To The x (FTTx)

Dengan demikian MSAN dapat melayani layanan triple play.

Perpaduan fleksibilitas layanan yang mencakup broadband dan

narrowband dapat diintegrasikan dari sebuah single platform seperti :

1. Layanan

1) Voice : PSTN, ISDN

2) Data / broadband : TDM leased line (Leased line : 2 Mbit/s, n x 64 Kbit/s, subrate), DSL (ADSL, VDSL, ADSL2/2+, G.SHDSL) 3) IPTV

2. Transmisi

Transmisi yang dapat digunakan oleh MSAN meliputi :

1) Synchronus Digital Hirarchy (SDH) : Synchronus Transport

Module (STM) 1 : bit rate 155,52 Mbps

2) Ethernet (FE dan GE) : 100Mb/s 3. Topologi

MSAN dapat mendukung topologi yang berbeda untuk konfigurasi jaringan yaitu :

1) Star

(15)

3) Ring

4) Point to Point

MSAN memungkinkan beragam aplikasi penggelaran fiber optik FTTx yang mungkin seperti : FTTO (Fiber to The Office), FTTC (Fiber To The Curb), FTTB (Fiber To The Building).

4. Fleksibel akses service

MSAN memiliki fleksibilitas untuk akses service dalam hal penyediaan akses pelanggan berupa akses tembaga untuk voice dan DSL service menggunakan fiber optic untuk service Ethernet (FTTx).

2.2.2 GPON

Gigabit Passive Optical Network (GPON) adalah perangkat keras

yang mampu menyalurkan atau membawa multilayanan (voice, data, video) dalam satu platform teknologi berbasis Passive Optical Network (PON) pada lingkungan jaringan next generation (NGN).

2.2.2.1 Sistem GPON

1. Beroperasi dengan line rates pada 2,488 Gbps downstream dan 1,244 Gbps upstream dengan menggunakan single fiber, G-PON

system harus sesuai dengan ITU-T G.984.x series

(G.984.1/2/3/4).

2. Modul GPON dapat diekspansi, yang memungkinkan terbentuknya sistem perangkat yang fleksible.

3. Arsitektur internal backplane perangkat GPON harus berbasis arsitektur IP.

(16)

Perangkat GPON terdiri dari

a. Optical Line Termination (OLT) dipasang di Central Office.

b. Sejumlah Optical Network Units (ONU) atau Optical Network

Terminations (ONT) diletakkan di beberapa lokasi dalam

jaringan akses broadband point-to-multipoint antara central

office dan customer premises.

c. ODN terdiri dari fiber optik dan passive splitters/couplers serta aksesoris lain seperti connector yang menjadikan elemen-elemen ODN terkoneksi.

2.2.3 IPTV

Dalam Satgas IPTV Telkom (2011), Internet Protokol

Television (IPTV) adalah layanan televisi interaktif yang dapat

dinikmati melalui media televisi, komputer dan handphone

(3-screen). Teknologi IPTV menyediakan layanan konvergen dalam

bentuk siaran radio dan televisi, video, audio, teks, grafik, dan data yang disalurkan ke pelanggan melalui jaringan protokol internet yang dijamin kualitas layanannya, keamanannya, kehandalannya, dan mampu memberikan layanan komunikasi dengan pelanggan secara 2 (dua) arah atau interaktif dan real time dengan menggunakan pesawat televisi standar.

(17)

Video conference

Both purchased and created content is available all on

screen

Flexible (pause show, pick up watching it on the mobile while commuting home on

the train)

Post a small family video to TV VOD channel to show the

other

Gambar 2.5 IPTV

(Satgas IPTV PT Telkom, 2011)

2.2.3.1 Arsitektur Layanan IPTV

Sebagai teknologi baru IPTV memiliki arsitektur layanan khusus, yang berbeda dari arsitektur layanan lainnya. Berikut arsitektur layanan IPTV secara umum:

Gambar 2.6 Arsitektur Layanan IPTV

(18)

Pada gambar 2.6 dapat diketahua bahwa arsitektur IPTV memiliki beberapa lapisan yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri yaitu:

1. Ruang Head end

a. Menyediakan MPEG4 AVC/H.264 Live TV content ke STB

b. Menerima, melakukan demodulasi dan melakukan pengkodean konten video dan audio dari berbagai macam sumber

c. Mengubahnya melalui teknik kompresi ke dalam bentuk stream MPEG yang kemudian diteruskan dengan enkapsulasi IP multicast

d. Mensupport Real-time encoding, Demultiplexing, Rate

converting, Rate shaping 2. Ruang IPTV Middleware DC

a. IPTV core platform

b. Manajemen Servis : Manajemen Channel/Plan, VOD,

Time-shift TV.

c. Manajemen remote STB.

d. OSS/BSS interface for provisioning, billing, reporting

etc

e. Network/NMS Interface for provisioning and

entitlement

f. menyediakan TV-Portal

(19)

3. Ruang Avatar

a. Pusat Operasi dan Pemeliharaan Sistem IPTV Terpadu. b. Sistem Pengawasan Kualitas.

2.2.4 Pengertian Link Power Budget

Link power budget adalah estimasi kebutuhan daya yang

diperhitungkan untuk memastikan level daya penerimaan lebih besar atau sama dengan level daya threshold (daya minimum). Perhitungan

power budget merupakan aspek penting dalam melakukan analisa

sistem komunikasi serat optik. Tujuan utama perhitungan link power

budget adalah menentukan jarak maksimum yang dapat dicapai oleh

media transmisi yang digunakan yaitu serat optic (Rao, M. M, 2000).

Selain itu link power budget juga bertujuan untuk menentukan perbandingan antara daya keluaran sumber optik dan kepekaan daya minimum detector optik yang dibutuhkan untuk mencapai kualitas sinyal informasi yang diinginkan. Batasan ini kemudian diperhitungkan terhadap total redaman dari sistem transmisi yang meliputi redaman serat optik, redaman penyambungan (splice) dan konektor (interface) yang digunakan

Margin sistem ditambahkan untuk memberikan tambahan toleransi cadangan redaman terhadap penurunan kemampuan kerja komponen yang dipergunakan akibat pengaruh perubahan temperatur kerja, pengaruh radiasi yang ditimbulkan karena pembengkokan serat

(20)

optik serta pengaruh kerugian yang terjadi pada saat penyambungan serat optik

2.2.5 Parameter-parameter Link Power Budget

Perhitungan link power budget digunakan untuk menentukan kemampuan sistem komunikasi serat optik dalam menghantarkan data atau informasi. Beberapa komponen yang terkait dalam perhitungan ini adalah : daya, loss, dan parameter margin. Berikut beberapa hal yang mempengaruhi perhitungan link power budget :

a. Konektor

Konektor merupakan alat yang digunakan sebagai penghubung antara transmitter ke serat optik dan sebaliknya dari serat optik dan receiver.

Besarnya loss yang terdapat pada konektor disebabkan sangat sulitnya mendapatkan penyambungan yang sempurna. Hal ini menyebabkan terjadinya degradasi atau penurunan sinyal, baik itu dari transmitter ke serat optik atau dari serat optik ke receiver.

Connector loss yang timbul pada kenyataannya sering

menimbulkan nilai loss yang sangat besar, hal itu disebabkan oleh cara install yang salah atau kontruksi konektor yang digunakan.

(21)

b. Kabel serat optik

Penggunaan kabel serat optik merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pengiriman data dari transmitter menuju ke receiver. Dalam kenyataannya kabel serat optik juga memiliki loss. Serat optik yang digunakan sebagai media transmisi memiliki hambatan (fiber loss) berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh (km) dari sinyal optik.

c. Splice

Splice merupakan penyambungan antara dua buah kabel

serat optik yang menghantarkan cahaya. Teknik penyambungan serat optik disebut splicing.

Loss yang dihasilkan oleh splice ini lebih kecil

dibandingkan dengan loss yang terjadi pada konektor. Ini disebabkan oleh sifat penyambungan yang lebih permanen dibandingkan dengan penyambungan oleh konektor. Semakin banyak splice yang dilakukan maka semakin besar pula loss yang terjadi.

d. Margin

Margin sebagai kompenen dari sistem digunakan untuk menunjukan batas maksimum dan minimum dari jumlah daya dan redaman yang terdapat dalam sistem komunikasi optik. Apabilai nilai margin telah diketahui maka perkiraan untuk mendapatkan spesifikasi alat yang digunakan dapat diketahui pula.

(22)

2.2.5.1 Komponen Pada Transmitter

Komponen yang terdapat pada transmitter adalah daya pancar maksimum dari transmitter ke serat optik yang kemudian disampaikan ke receiver. Tingkat keberhasilan sampainya informasi data dari transmitter ke receiver dipengaruhi oleh daya pancar maksimum (Pt). Semakin besar Pt (dbm) maka semakin besar pula tingkat keberhasilan penyampaian informasi data, karena gangguan (noise) akan semakin tidak berarti apabila daya informasi jauh lebih dominan.

2.2.5.2 Komponen Pada Receiver

Pada receiver terdapat dua komponen yang berpengaruh pada keberhasilan mentransmisikan data. Komponen tersebut adalah:

a. Daya PR min

PR min adalah daya minimum sinyal yang masih dapat diterima atau dideteksi oleh receiver. Semakin kecil daya yang masih bisa diterima oleh receiver maka semakin besar kemungkinan sinyal informasi yang dapat diterima.

Daya sinyal akan mengalami penurunan oleh hambatan yang terjadi. Hambatan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh. Maka semakin kecil pula

(23)

nilai PR min, semakin jauh pula jarak yang dapat ditempuh sinyal dalam jaringan.

b. Daya PR

PR adalah selisih antara transmitter dikurang dengan total redaman(termasuk margin sistem) semakin besar maka semakin baik kemampuan sistem tersebut. Hal ini disebabkan besarnya PR menandakan bahwa semakin kecil hambatan pada sistem. PR dapat diartikan sebagai daya murni pembawa sinyal optik ke receiver.

2.2.6 Rumus Perhitungan Link Power Budget

Link power budget untuk sistem komunikasi serat optik identik

dengan Link Power Budget pada sistem komunikasi lainnya. Jika karakteristik transmitter, receiver loss dari kabel serat optik diketahui, maka dengan menggunakan perhitungan Link Power

Budget yang sederhana dapat ditentukan jarak antar transmisi.

Berikut ini merupakan rumus perhitungan Link Power Budget yang digunakan pada jaringan sistem komunikasi serat optik:

PR = PT – Total Loss ………...………... (2.1)

PR = PT – (∑α + m) ………..………... (2.2)

∑α = (αf * L) + (αsp *Sp) + (αc * C) ………...………. (2.3)

(24)

PR = Daya pada penerimaan optik (dBm).

PT = Daya yang dipancarkan dari transmitter ke serat optik (dBm).

∑α = Total redaman pada media transmisi (dBm).

αf = Redaman saluran optik (dB/km) dan L = Panjang saluran optik (km).

αsp = Loss splice (dB) dan Sp = Jumlah splice.

αc = Loss (dB) dan C = jumlah connector.

m = Safety margin (loss yang ditambahkan) (dB).

Adapun pengukuran redaman secara nyata di lapangan dapat diukur oleh suatu alat ukur redaman yaitu OTDR (Optikal Time

Domain Reflectormeter), maka hasil dari loss kabel serat dan loss splicing yang diperoleh dalam bentuk total loss, maka persamaan

(2.3) dapat disederhanakan menjadi persamaan (2.4), yaitu:

∑α = ∑ αf + ∑ αsp + ∑ αc ……….. (2.4)

Dimana:

∑α = Total redaman pada media transmisi (dBm).

∑αf = Total redaman pada saluran optik (dB)

= L * αf

(25)

= αsp * Sp

∑αc = Total redaman connector (dB)

= αc * C

Besarnya margin yang berlebih dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

M = PT – PRmin - ∑α – m ………...………... (2.5)

PT = PR + ∑α + m

M = PR (dBm) – PRmin (dBm) ……...………. (2.6)

Dimana:

M = Power margin berlebih (dB).

PRmin = Daya minimum yang bisa diterima (dBm).

2.2.7 Prinsip Dasar Link Power Budget

Daya yang terdapat di receiver harus selalu lebih besar atau sama dengan tingkatan daya ambang yang telah dipersyaratkan. Perhitungan Link Power Budget berkaitan dengan tingkatan daya dari perangkat sistem yang digunakan. Jika perhitungan Link Power

Budget tidak diperhatikan maka akan menyebabkan perangkat tidak

Gambar

Gambar 2.6 Arsitektur Layanan IPTV

Referensi

Dokumen terkait

https://www.cambridge.org/core/journals/art-libraries-journal/issue/catalogues-raisonnes-collection-catalogues-and-

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Laci Kartu Soal Pada Siswa Kelas IV SD 6

Dari pertanyaan yang terdapat pada angket yang diberikan kepada responden, soal nomor 1 dan 2 bertujuan untuk mengukur desain interface aplikasi yang dibuat menarik

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Saliva ejektor merupakan alat isolasi rongga mulut yang berguna untuk menyedot saliva dalam proses perawatan gigi. Saliva ejektor ini merupakan salah satu Assistant’s Unit

 menyusun rencana program, kegiatan dan anggaran Sub Bidang Validasi, Pelayanan dan Verifikasi sesuai dengan rencana kerja Badan;.  melaksanakan validasi dan verifikasi

Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada pembelajaran menulis pengumuman di kelas IV SD Inpres 2 Kasimbar dapat dijelaskan yakni skor tertinggi yang

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah