• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sosial Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sosial Politik"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sosial Politik

Volume 1 Nomor 1 Juni 2018

Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi dalam Pemilu Siti Fatimah

Konstruksi Teks Pada Media Kompas dalam Pemberitaan Kasus Setyanovanto

Sri Rahayu

Tafsir Kontemporer sebagai Metode Pembaharuan Pemikiran Politik Islam Muflih Fahmi Kaunain & Faqih Al-Aziz

Gerakan Pembaharuan Keagamaan Reformis-Modernis: Studi Terhadap Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

Yeyen Subandi

Eksistensi Partai Politik dan Degradasi Moral Bangsa Insan Mahmud

Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara: Implemetasi Nilai-Nilai Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia

Muhammad Chairul Huda

ILMU POLITIK

(2)

1 JURNAL RESOLUSI

Jurnal Resolusiadalah sebuah jurnal ilmiah dalam bidang Ilmu Sosial dan Politik. Jurnal ini diterbitkan oleh Program Studi Ilmu Politik Universitas Sains

Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo.

Jurnal Resolusi diterbitkan setahun dua kali yaitu pada bulan Juni dan Desember. Jurnal ini terbuka untuk umum dengan tujuan utamanya adalah untuk berbagi kajian ilmiah permasalahan sosial politik dan perkembangannya

di Indonesia maupun skala yang lebih luas. Jurnal ini juga terbuka untuk diskusi dari berbagai pendekatan ilmu untuk memperkaya perspektif, dengan

harapan dapat memberikan kontribusi pada berbagai persoalan sosial, permasalahan kebijakan, dan isu-isu strategis lainnya.

Fokus dan Ruang Lingkup

Jurnal ini terbuka untuk berbagai diskusi ilmiah yang berkaitan dengan tema kebijakan, pemerintahan, permasalahan sosial politik, isu-isu pembangunan, serta permasalahan strategis lainnya. Penulis dipersilahkan menggunakan pendekatan atau perspektif dari berbagai pendekatan ilmu. Penulisan artikel

wajib memahami kaidah-kaidah penulisan akademis dan tidak melakukan plagiasi.

(3)

2 Dewan Redaksi

Penanggung Jawab

Irwan Abdu Nugraha

(Ketua Program Studi Ilmu Politik)

Editor

Ketua: Ahmad Anwar

Penyunting Pelaksana: Muflih Fahmi Kaunain

Kantor Redaksi:

Gedung FKSP lantai 2, Jl KH. Hasyim Asy’ari Km. 3 Kalibeber Wonosobo, Jawa Tengah 56351

(4)

3 Prakata

Alhamdulillahi robil ‘alamin, segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan hidayah dan rahmat, serta nikmat yang tiada bandingnya yaitu nikmat islam. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda nabi agung Muhammad saw., nabi akhir zaman yang membawa kabar gembira, dan sebagai suri tauladan yang mulia bagi umatnya dalam mengarungi kehidupan yang penuh hikmah ini menuju ridha Allah swt.

Kehidupan social manusia memang sangat dinamis dan penuh makna. Permasalahan social dan politik yang tidak bisa terlepaskan menuntut kita untuk lebih banyak belajar. Kehadiran jurnal Resolusi ini tidak lain adalah menghadirkan diskusi perkembangan dan isu-isu dalam masyarakat. Istilah ‘Resolusi’ tidak jauh dari makna pemecahan masalah. Maka, harapan utama dari kami selaku editor adalah agar tulisan-tulisan yang dimunculkan dapat mampu, meski tidak sepenuhnya, menawarkan pemecahan masalah social politik yang selalu berubah.

Di edisi perdana ini, kami sangat berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat, terutama para kontributor yang telah bersedia membagikan tulisannya di jurnal ini sebagai media diskusi ilmiah. Untuk kedepannya, kami berkomitmen untuk menerbitkan kajian-kajian akademis yang tentunya dapat bermanfaat untuk pembangunan.

Akhirnya, semoga jurnal Resolusi ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu sosial dan ilmu politik, maupun kehidupan masyarakat secara umum.

(5)

4 DAFTAR ISI

Dewan Redaksi ... 2 Prakata ... 3 Daftar Isi ... 4 Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi dalam Pemilu (Siti Fatimah) .. 5 Konstruksi Teks Pada Media Kompas dalam Pemberitaan Kasus Setyanovanto (Sri

Rahayu) ... 17 Tafsir Kontemporer sebagai Metode Pembaharuan Pemikiran Politik Islam (Muflih

Fahmi Kaunain & Faqih Al-Aziz) ... 36 Gerakan Pembaharuan Keagamaan Reformis-Modernis: Studi Terhadap

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (Yeyen Subandi) ... 54 Eksistensi Partai Politik dan Degradasi Moral Bangsa (Insan Mahmud) ... 67 Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara: Implemetasi Nilai-Nilai

Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia (Muhammad Chairul Huda) ... 78 Petunjuk Penulis ... 100

(6)

5

Kampanye sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi dalam

Pemilu

Siti Fatimah

Pascasarjana Ilmu Politik - Universitas Diponegoro sitifatimahcantika67@gmail.com

Abstract

In a state with democratic system, political campaign tremendously becomes essential for introducing a candidate to the society. Political campaign is understood as an organised attempt trying to influence the decision making process in a particular group. Aiming at winning an election, every candidate has to consider some adequate strategies and plans. The strategies and plans are important because they determine the winning of the candidate in the election process. This paper examines the concept of campaign as a part of political communications. By explaining the concept of messages and strategies, this paper concludes that the success of a political campaign requires the planning and formation of a sufficient team to maximize the strategies.

Keywords:political campaign, political strategy, campaign planning, election

Abstrak

Dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, kampanye politik menjadi sangat penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Kampanye politik dipahami sebagai upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Dengan tujuan untuk memenangkan pemilu tertentu, maka setiap calon perlu mempertimbangkan strategi dan perencanaan yang matang. Strategi dan perencanaan ini sangat penting karena menentukan kemenangan calon dalam proses pemilu. Tulisan ini mengkaji konsep dari pentingnya kampanye

(7)

6

sebagai bagian dari komunikasi politik. Dengan menjelaskan konsep pesan dan strategi, tulisan ini menyimpulkan bahwa keberhasilan dari suatu kampanye politik memerlukan adanya perencanaan dan pembentukan tim yang cukup untuk memaksimalkan strategi tersebut.

Kata kunci:kampanye, strategi politik, perencanaan kampanye, pemilu

Pendahuluan

Indonesia saat ini tengah menyambut tahun politik. Kita tahu bahwa tahun 2019 adalah pesta demokrasi besar, yaitu penentuan atau pemilihan Presiden dan Wakilnya. Lebih spesifik lagi, di Jawa Tengah dan di beberapa provinsi lain tahun ini juga tengah menyambut pelaksanaan pemilihan gubernur dan calon gubernur. Dalam Negara demokrasi seperti Indonesia ini, pemilihan umum (pemilu) pemimpin di tiap tingkatan pemerintahan merupakan hal yang wajib, terutama sejak reformasi. Artinya demokrasi di Negara kepulauan ini telah berjalan dengan berbagai dinamika yang mewarnainya.

Dalam mempersiapkan pemilihan seperti itu, sangat umum kita ketahui masing-masing kandidat mempersiapkan ‘pertandingan politik’ mengingat calon pemimpin biasanya lebih dari satu. Masing-masing berlomba-lomba untuk memenangkan pemilu. Mereka berusaha untuk menarik perhatian pemilih untuk memilih mereka. Sebagai bentuk atau praktek demokrasi, suara pemilih tentu menentukan kemenangan. Singkatnya, semakin banyak suara atau dukungan yang didapat, maka ia akan memenangkan pemilu. Dengan demikian, selanjutnya si pemenang akan mendapatkan kursi kekuasaan dalam pemerintahan.

Sejak reformasi 1998, dinamika sosial politik di Negara ini cukup berwarna. Ketika dihubungkan dengan proses pemilu, maka setiap kandidat atau calon akan melakukan kampanye politiknya dengan tujuan sebagaimana

(8)

7 telah disebutkan di atas. Dalam beberapa kasus memang kadang kita melihat adanya proses kampanye yang tidak sehat. Penggunaan cara-cara radikal yang barangkali karena adanya salah paham atau sebab lain kadang terjadi. Meski demikian, jumlahnya relatif kecil. Proses kampanye politik di Indonesia sejauh ini masih dapat dibilang wajar dan sejalan sebagaimana mestinya. Meski sekali lagi, kadang juga kita temui adanya kampanye hitam.

Dalam kampanye politik, hal yang paling signifikan adalah tentang pesan-pesan yang disampaikan oleh kandidat. Masing-masing berusaha membawa tema atau topik tertentu untuk ditawarkan pada masyarakat. Sebagian dari kita mungkin lebih familiar dengan janji-janji politik. Hal ini bisa jadi benar, karena itu merupakan bagian dari pesan dalam kampanye politik, meski tidak selalu bermakna demikian.

Dengan realita yang sering kita jumpai di dalam perkembangan sosial seperti itu, kita perlu tahu apa sebenarnya esensi dari kampanye politik. Sebagai pelajar politik, kita perlu mengetahui dari sudut pandang teori dan praktek. Dalam makalah ini, akan dijelaskan terutama penjelasan konseptual tentang kampanye politik dan hal-hal yang berkaitan dengan tema tersebut.

Dari latar belakang tersebut, perlu kiranya kita mengkaji masalah maupun strategi yang berkaitan dengan tema makalah ini, yaitu kampanye politik. Untuk itu, tulisan ini berusaha untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut, mengapa kampanye politik itu penting? Bagaimana pesan dalam kampanye disampaikan kepada masyarakat? Dan yang terakhir, strategi apa yang dilakukan agar kampanye politik dapat berhasil dan memperbanyak suara/dukungan?

Signifikansi Kampanye

Pentingnya kampanye sebenarnya dapat diketahui manakala kita memahami pengertian kampanye politik itu sendiri. Kampanye politik adalah

(9)

8 upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Dalam demokrasi, kampanye politik sering mengacu pada kampanye pemilu, di mana calon atau kandidat pemimpin dipilih. Dalam beberapa kasus di Negara tertentu, ada istilah referendum, yaitu penentuan kebijakan tertentu yang melibatkan suara rakyat. Jika referendum jarang kita temui di Indonesia, barangkali kita dapat melihat beberapa contoh refendum di Negara-negara eropa seperti halnya Inggris yang beberapa tahun lalu melaksanakan referendum Brexit.

Dalam politik modern, kampanye politik yang paling menonjol difokuskan pada pemilihan umum dan kandidat untuk kepala negara atau kepala pemerintahan. Contoh yang paling kentara adalah pemilihan presiden atau kepala Negara. Kita dapat lihat masing-masing calon dan pendukung saling mengkampanyekan pihak masing-masing.

Menurut Rice dan Paisley menyebutkan bahwa kampanye adalah keinginan untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Kampanye politik merupakan bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh sekelompok orang, seseorang atau organisasi politik di waktu tertentu dengan maksud untuk memperoleh dukungan politik dari masyarakat.

Pengertian kampanye berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 1 angka 26 adalah

“kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu”.

Menurut Rogers dan Storey (1987), kampanye adalah sejumlah tindakan komunikasi terencana yang bertujuan menciptakan akibat atau efek tertentu kepada khalayak dalam jumlah yang besar dan dikerjakan secara terus menerus pada waktu tertentu. Beberapa ahli komunikasi mengakui bahwa definisi yang diberikan Rogers dan Storey adalah yang paling popular dan banyak diterima

(10)

9 para ilmuwan komunikasi. Sehingga, pada dasarnya kampanye adalah hal yang lumrah yang kerap ditemukan. Bahkan pada saat tertentu, realisasi atau penerapan proses kampanye sangat sering tidak sesuai dengan peraturan yang telah diregulasikan.

Kampanye mempunyai beberapa jenis. Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui surat kepututusan no. 35 Tahun 2004 mengatur semua bentuk atau jenis kampanye. Menurut aturan tersebut, setidaknya ada 9 jenis/bentuk kampanye yaitu: (1) Debat publik / debat terbuka antar calon, (2) Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan, (3) Pemasangan alat peraga di tempat umum, (4) Penyebaran bahan kampanye kepada umum, (5) Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, (6) Penyiaran melalui radio dan atau televise, (7) Pertemuan Terbatas, (8) Rapat umum, dan (9) Tatap muka dan dialog.

Sebagai tambahan, masih tentang pengertian kampanye, UU pasal 1 ayat 26 No. 10 tahun 2008 menyatakan bahwa kampanye adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program yang ditawarkan oleh calon peserta Pemilu.

Pesan dalam Kampanye

Suatu gagasan dapat muncul karena alasan-alasan yang akan dikonstruksi dalam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan kepada masyarakat atau khalayak. Pesan ini akan ditanggapi dan selanjutnya diterima atau bahkan ditolak masyarakat. Pada intinya, kampanye adalah penyampaian pesan-pesan politik dalam berbagai bentuk, mulai dari poster, diskusi, iklan hingga selebaran. Apa pun bentuknya, pesan selalu menggunakan simbol-simbol verbal yang diharapkan memikat khalayak luas.

(11)

10 Kesuksesan setiap kampanye selalu hadir para perancang pesan yang sensitif dan kreatif (Roger dan Synder, 2002). Para perancang tersebut mempunyai kepekaaan untuk mengidentifikasi khalayaknya dan memiliki kreativitas dan mendesain pesan sesuai ciri-ciri umum khalayk yang menjadi sasaran utama. Pesan atau isu sangat penting dalam meningkatkan “nilai jual” kandidat. Kandidat atau calon akan berupaya untuk memaksimalkan dan meyakinkan masyarakat dengan pesan yang ia sampaikan. Singkatnya, pesan-pesan itu disampai semenarik mungkin agar calon pemilih dapat tertarik untuk memilihnya.

Sudah menjadi hal yg umum, setiap kandidat dalam kampanye selalu menggembar-gemborkan isu-isu/ topik-topik tertentu. Jika dipahami, ini adalah bagian atau contoh dari bentuk pesan kampanye. Pesan/isu tersebut biasanya berupa topic tertentu atau fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Barangkali kita sering mendengar kalimat ‘kampanye adalah jualan isu’. Istilah seperti itu mungkin ada benarnya. Beberapa contoh diantaranya adalah isu kemiskinan dan kesejahateraan sosial. Dalam tema tersebut, maka pesan kampanyenya adalah tentang peningkatan kesejahteraan. Baik dalam bentuk rencana program-program ekonomi ataupun program relevan lainnya.

Pesan kampanye lain yang sering diusung oleh kandidat adalah isu korupsi yang barangkali ini sudah sangat jamak di tingkat manapun. Pesan kampanyenya dalam hal ini biasanya berupa ajakan untuk memilih kandidat yg bersih dan religious, misalnya. Sang calon akan menyatakan bahwa dia adalah kandidat yang lebih baik dan bebas dari praktek KKN dan juga ia berasal dari latar belakang yang agamis.

Pesan kampanye dapat berupa penonjolan ide bahwa sang kandidat atau calon ingin berbagi dengan pemilih. Seringnya, pesan kampanye terdiri dari poin-poin utama yang menyinggung isu-isu kebijakan. Poin-poin tersebut dirangkum menjadi ide utama kampanye, kemudian diulang secara simultan

(12)

11 agar tercipta kesan tertentu yang mencolok kepada pemilih. Misalnya, bahwa kandidat A mempunyai programnya sedemikian rupa. Sedangkan calon B mempunyai program yang lainnya yang barangkali berbeda.

Di sisi lain biasanya, para kandidat partai politik akan mencoba membuat para calon lain menjadi ‘tanpa pesan’ berkaitan dengan kebijakannya. Bahkan sebagian besar strategi kampanye politik sering ditujukan untuk menjatuhkan kandidat atau calon lain. Kemudian disaat yang sama, calon tersebut juga berusaha meyakinkan dan menarik pemilih atau masyarakat agar sebisa mungkin mereka memilihnya. Ketika si calon memenangkan pemilu, maka kampanye politiknya dapat dikatakan berhasil.

Kampanye Hitam

Dalam pertandingan politik seperti ini, kadang juga kita mengenal istilah kampanye hitam. Kampanye hitam atau black campaign adalah sebuah upaya untuk merusak atau mempertanyakan reputasi seseorang, dengan mengeluarkan propaganda negatif. Hal ini dapat diterapkan kepada perorangan atau kelompok (Jay C, 2002). Orang-orang yang menjadi target umumnya merupakan para politikus, jabatan publik, aktivis dan tentunya kandidat politik lain. Istilah kampanye hitam ini juga sering digunakan dalam hal lain yang lebih umum seperti dalam persaingan kerja.

Kampanye hitam muncul karena persaingan yang panas dalam kampanye. Istilah lain menyatakan bahwa kampanye hitam merupakan penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumor tentang seorang calon disebarkan kepada masyarakat/ calon pemilih. Hal ini dilancarkan agar menimbulkan persepsi negatif / yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.

Contoh yang masih segar dapat kita ingat adalah rumor antek-antek China. Isu sara ini sangat sensitif dalam masyarakat yang multi-kultur di

(13)

12 Indonesia. Kandidat akan mengatakan bahwa kandidat lawan membawa kepentingan golongan tertentu yang dibenci masyarakat, dalam hal ini China. Isu lain misalnya adalah isu keturunan PKI. Beberapa calon misalnya menuduhkah lawan mereka adalah anak turun dari tokoh PKI. Isu lain yang juga sensitif adalah skandal perselingkuhan seorang kandidat. Calon akan menjatuhkan lawan dengan mengusung isu asusila tersebut.

Pada intinya, kampanye hitam ditujukan untuk menjatuhkan lawan. Komunikasi dalam kampanye hitam diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih. Dengan seperti itu, masyarakat menjadi anti / tidak mau memilihnya karena atau atas dasar persepsi buruk yang terbangun tersebut.

Kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya. Hal ini bisa dipahami karena si calon tersebut merasa terancam kalah jika tidak melakukan cara-cara tertentu.

Strategi & Perencanaan Kampanye

Ketika kampanye politik dimaknai sebagai kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas, maka seorang kandidat perlu memiliki strategi dan perencanaan yang matang. Para calon yang ikut serta dalam pemilu tentunya memiliki cara kampanye yang berbeda dengan calon lainnya. Kampanye yang merupakan sarana untuk pencapaian cita-cita politik membutuhkan strategi, yang akan menjadi sangat penting (Herpamudji, 2015). Hal ini guna pemenangan pemilu serta cita-cita yang diinginkan caleg dan partai partai pengusung untuk kedepannya.

Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi kampanye, yaitu Analisa peta politik, Penentuan target pemenangan,

(14)

13 Pembentukan Tim kampanye, Perumusan strategi kampanye, Jejaring, Pengorganisasian kampanye, dan Pengawalan perolehan suara. (http://www.uky.edu)

Pertama adalah analisa peta politik. Dalam sisi ini, calon perlu memetakan calon pemilih potensial. Teknisnya bisa dengan menelaah daerah pemilihan, menggali informasi tentang perolehan suara dalam dua massa Pemilu terdahulu dengan maksud untuk membandingkan. Dalam analisa ini juga perlu untuk memetakan data Key Person atau orang-orang berpengaruh dalam masyarakat. Misalnya menentukan dan mengetahui tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh gerakan perempuan, tokoh – tokoh kelompok profesi, serta kalangan jurnalis yang juga sangat penting.

Kedua adalah Penentuan Target suara. Jumlah suara yang ditargetkan perlu dirumuskan dengan memahami sebaran wilayah, segmentasi pemilih, sasaran pemilih, dan kecenderungan pemilih. Hal-hal tersebut penting untuk bahan kalkulasi. Semakin dalam informasi yang diperoleh, perhitungan atau prediksi dapat semakin bisa diandalkan.

Ketiga yaitu berkaitan dengan Pembentukan Tim Kampanye. Adanya tim sangat penting untuk membatu segala proses kampanye dari awal sampai akhir. Tim kampanye adalah Perseorangan atau Institusi yang mendukung pencalonan si kandidat. Tim kampanye dapat dibagi menjadi tim inti dan tim pendukung. Tim juga dapat terdiri dari konsultan, manajer kampanye, direktur komunikasi, staf hukum, direktur lapangan, pengatur jadwal, koordinator relawan, database admin, dan direktur penggalangan dana. Elemen lain dapat saja ditambah sejauh dibutuhkan.

Setelah itu, aspek ke empat adalah Perumusan Strategi Kampanye. Dalam hal ini, tim perlu membuat pemetaan tentang penentuan segmen pemilih yang dibidik, penentuan skala prioritas penyapaan, penyusunan isu – isu kampanye, media kampanye, alat kelengkapan kampanye, bentuk dan model kampanye.

(15)

14 Hal yang tidak kalah penting adalah aspek Jejaring. Aspek ke lima ini berkaitan erat dengan luasan koneksi sosial yang dapat saja digunakan untuk menjaring Funding atau pendanaan. Selain itu tentunya jejaring dapat berfungsi untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas. Jejaring dapat berupa ormas, LSM, organisasi profesi, jaringan organisasi mitra, asosiasi jurnalis, organisasi wanita, organisasi sayap partai, organisasi daerah, organisasi agama, dan organisasi lain yang concern pada isu – isu relevan.

Yang selanjutnya atau yang ke enam adalah Pengorganisasian Kampanye. Tim kampanye perlu membuat profil kandidat yang mereka usung. Selanjutnya pengorganisasian ini juga meliputi pengaturan jadwal kampanye, bentuk kampanye, isu atau tema (pesan kampanye), skala prioritas, target, key persons, dan temuan aspirasi.

Yang terakhir adalah perlunya dilakukan Pengawalan Perolehan Suara. Dalam aspek ini, tim perlu menentukan saksi dan relawan dalam proses pemilihan. Selain itu, jaringan pemantau independen juga sangat penting. Hal ini dapat digunakan sebagai sumber dan bahan perbandingan tentang informasi perolehan suara. Setelah itu, tentunya harus ada sistem pengawalan dalam proses pemilu tersebut.

Beberapa hal di atas adalah contoh dari strategi dan perencanaan kampanye politik. Meski demikian, alternatif teknis lain bisa saja dipilih. Misalnya adalah dengan menggunakan pola Analisis Kelemahan dan Kelebihan. Seorang Calon harus mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya maupun kelemahan dan kelebihan calon lain. Hal ini penting untuk mengetahui potensi yang dimilikinya dan dimiliki lawan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian dengan segi ini adalah Latar belakang pribadi, profil sebagai kandidat, pengalaman politik sebelumnya, janji/ide/pesan-pesan kampanye, sumber dana.

(16)

15 Kesimpulan

Dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, kampanye politik menjadi sangat penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Kita memahami kampanye politik sebagai upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Dengan tujuan untuk memenangkan pemilu tertentu, maka setiap calon perlu mempertimbangkan strategi dan planning yang matang. Strategi dan perencanaan ini sangat penting karena menentukan kemenangan calon dalam proses pemilu.

Meski demikian, kita juga kadang melihat upaya-upaya yang mungkin kurang sehat dalam proses politik tersebut. Kampanye yang dilakukan setiap calon sering diwarnai dengan upaya menjatuhkan lawan, atau kampanye hitam. Barangkali kalimat yang dituturkan oleh Ed Goeas dari lembaga The Tarrance Group di Amerika ini ada benarnya: “Kampanye adalah soal memaksimalkan kelebihan anda dan menetralkan kelemahan anda, sambil pada saat yg sama menetralisir kelebihan lawan dan menonjolkan kelemahan mereka.”

Daftar Pustaka

Herpamudji, D. H. (2015). Strategi Kampanye Politik Prabowo-Hattadan Perang Pencitraan Di Media Massa Dalam Pemilu Presiden 2014. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 6(1), 13-24.

http://www.uky.edu/CommInfoStudies/JAT/Telecommunications/hertog/T EL_590/Presentations/Political%20campaigns.ppt

(17)

16 Rice, R.E & Paisley, W. J. (1981). Public Communication Campaign. London:

Sage. Publications

Rogers & Snyder (2002). Manajemen Kampanye. Venus

UU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(18)

17

Konstruksi Teks Pada Media Kompas dalam Pemberitaan Kasus

Setyanovanto

Sri Rahayu

Pascasarjana Ilmu Komunikasi - Universitas Diponegoro onyoxsrirahayu@gmail.com

Abstract

The news about e-KTP corruption has attracted public attention thaks to the role of media that continually publish the case. This paper tries to explain the news of alleged corruption cases involving Setyanovanto, especially in Kompas media, using framing analysis. By analising several articles in Kompas media, this study concludes that news framing can construct public perception. The inappropriate process of framing the news on detailed content descriptions can further confuse the public. Thus according to the framing analysis, which is derived from the theory of social construction, the reality of news has not fulfilled the three aspects namely aspect of social, aspects of construction, aspects of reality.

Keywords: framing, e-ktp corruption, text construction, media

Abstrak

Pemberitaan tentang kasus korupsi e-KTP telah mengundang perhatian publik. Hal ini tidak lepas dari peran media yang secara terus-menerus memberitakan kasus tersebut. Paper ini mencoba menjelaskan pemberitaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan Setyanovanto tersebut, khususnya di media Kompas, dengan menggunakan analisis framing. Dengan menelusuri beberapa artikel di media Kompas, studi ini menyimpulkan bahwa framing berita dapat mengkonstruksi persepsi publik. Proses pembingkaian berita yang kurang sesuai pada penjelasan isi berita yang terperinci

(19)

18

dapat semakin membingungkan masyarakat. Dengan demikian menurut analisis framing, yang merupakan turunan dari teori konstruksi sosial, realitas berita belum memenuhi tiga aspek yaitu aspek sosial, aspek konstruksi, aspek realitas.

Kata kunci: framing, korupsi e-ktp, konstruksi teks, media

Latar Belakang

Proyek kartu e-KTP adalah program nasional untuk meningkatkan sistem data kependudukan di Indonesia. Program e-KTP menjamin ketunggalan identitas nasional dan menghindari kartu identitas palsu. Pembuatan e-KTP juga memfasilitasi validasi data publik, memastikan efektivitas dan efisiensi dalam layanan publik. Misalnya, memfasilitasi penyediaan jaminan sosial, serta memastikan bahwa bantuan pemerintah kepada kaum miskin dapat dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu, pembuatan e-KTP dapat menjamin validasi dan akurasi data pemilih dalam pemilihan umum. Ketunggalan data dapat mencegah kecurangan pemilu. Manfaat lainnya, kartu E-KTP dapat digunakan untuk menegakkan undang-undang dan melacak identitas penjahat dalam waktu yang relatif cepat. Di bidang pemberantasan korupsi, e-KTP merupakan langkah strategis untuk mencegah tindak pidana korupsi, penyalahgunaan aset dan pencucian uang.

Namun, ada konspirasi dalam niat baik tersebut. KPK membutuhkan waktu empat tahun untuk melepaskan benang kusut dalam kasus ini. Proses ini berjalan dalam dua periode kepemimpinan KPK. Ketika akhirnya niat baik ini juga merupakan dorongan yang digunakan oleh beberapa pihak untuk meningkatkan kerja KPK. Proyek e-KTP sekarang telah menjadi kasus paling populer dalam berita. Publik telah menjadi bagian dari proses kasus kartu E-KTP yang menjebak Setya Novanto, yang oleh berita itu, namanya menjadi cukup viral di masyarakat. Ini, tentu saja, karena liputan yang terus menerus atas kasus ini di media.

(20)

19 Ketika berbicara tentang media massa, istilah "media massa" pada awalnya dikenal sebagai pers yang berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti "pers". Secara harfiah, pers berarti mencetak, dan secara maknawiah berarti publikasi cetak atau cetak (print publications). Dalam perkembangannya, pers memiliki dua arti, pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers, dalam arti luasnya, mencakup semua publikasi, termasuk sarana komunikasi elektronik, penyiaran radio, dan televisi. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada media cetak, yaitu surat kabar, majalah dan buletin (Effendy & Thun Surjaman, 2002, p.144).

Media juga merupakan alat dalam proses komunikasi massa, karena media massa dapat menjangkau publik yang lebih luas, relatif lebih heterogen, dan pesannya tersebar. Media itu sendiri dalam studi komunikasi massa diatur untuk berkomunikasi secara terbuka kepada khalayak yang besar dalam waktu yang relatif singkat (McQuail, 2000, p.17).

Ini berarti bahwa media harus bebas dari tekanan, termasuk tekanan ekonomi. Hal ini tentu masih jauh dari konteks media massa sebagai media kampanye di Indonesia. Tujuan ekonomi lebih kuat daripada kepentingan publik, atau secara singkat sarana informasi publik. Dalam hal ini, makna informasi adalah hasil dari pemrosesan data dalam format yang berguna bagi penerima yang menggambarkan peristiwa nyata dan dapat digunakan sebagai alat untuk membantu membuat keputusan yang memiliki nilai berita.

Kemajuan teknologi informasi memiliki dampak langsung di era keterbukaan. Hari ini semua orang dapat menerima informasi secara instan dan lebih cepat dari sebelumnya. Keterbukaan membuat masyarakat tampak berada di dunia tanpa batas, baik dari dimensi waktu, wilayah, profesi, agama, norma, realitas, bahkan batas-batas moral. Penyebarluasan informasi telah menjadi alat penting dalam sistem demokrasi dan di era keterbukaan pemerintah. McLuhan menyatakan, ”Kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi… dan peralatan untuk

(21)

20

berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri” (Nurudin, 2007, pp. 184-185).

UU no. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (KIP) telah menetapkan aspek kebebasan informasi. Khususnya untuk menjamin dan melembagakan hak masyarakat untuk mengakses informasi tentang pemerintahan di semua tingkat birokrasi. Tujuan dari lembaga kebebasan informasi ini adalah untuk membentuk dan mempromosikan tata kelola yang baik dan bersih (good and clean governance). Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas bahwa persyaratan pers yang bebas, independen dan profesional diperlukan.

Tetapi saat ini, sebagian besar informasi publik tidak tersedia, meskipun informasinya mendesak untuk disajikan kepada publik. Terkadang informasi diberikan kehilangan relevansi dan nilai, padahal jurnalisme menuntut kecepatan penyampaian informasi (Suyono, 2012). Sementara itu, UU Pers hanya mengakui hak media untuk mencari, memproses dan menyebarkan informasi, tapi tidak mengatur kewajiban narasumber, khususnya pejabat publik untuk memberikan informasi publik kepada wartawan. UU Pers tidak mengatur pertukaran informasi, biaya akses, personel layanan informasi, klasifikasi informasi dan jenis sarana penyampaian informasi publik lainnya.

Masyarakat tentu berharap memiliki hak untuk mengakses informasi sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Realitas dapat dibangun dan ditafsirkan secara berbeda dengan cara lain. Hasil konstruksi media akan memiliki dampak yang besar pada penonton. Media adalah tempat di mana khalayak mendapatkan informasi tentang realitas yang terjadi di sekitar mereka. Karena itu, konstruksi media akan mempengaruhi fenomena tersebut. Seperti dikutip oleh Eriyanto dari W. Lance Bennet, Regina G. Lawrence dalam bukunya " Analisis Framing" menyatakan bahwa peristiwa adalah ikon berita. Apa yang diketahui publik tentang realitas di sekitar mereka tergantung pada bagaimana media menggambarkannya. Publik akan sangat

(22)

21 mengingat sebuah ikon yang disisipkan oleh media sebagai gambaran dari suatu kenyataan.

Yang kedua adalah mobilisasi. Media Massa adalah alat yang sangat kuat untuk menarik. Publik dan publik dengan opini publik. Cara media membuat konstruksi dapat memberikan audiens yang berbeda dengan pemahaman tentang realitas yang sama. Oleh karena itu, media dapat dilihat sebagai tempat yang saling terkait dari kepentingan bersama para manajer. Bahwa dalam setengah, setengah dari permainan menjadi arena untuk membangun satu sama lain dan membangun realitas sesuai dengan minat mereka. Konstruksi dapat digunakan untuk merekam peristiwa yang merupakan pengalaman yang mencari perhatian dari publik (Eriyanto, 2006, p.21). Beberapa insiden ciuman kontroversial dan bahkan sensitif menjadi lebih sering di massa rata-rata Indonesia. Tetapi jika kasus-kasus yang diungkapkan oleh setengah dari massa ini dapat bersifat parsial, tidak ada fokus yang pasti pada pemberitaan media, bahkan tanpa hasil akhir.

E-KTP adalah salah satu kasus besar di Indonesia yang masih merupakan daftar orang-orang yang memberikan setengah massa. Proyek E-KTP dimulai sekitar masa massa berkuasa Joko Wiododo, yang difilmkan tak lama sebelum jabaras massal berakhir dengan desas-desus korupsi. Pada waktu itu, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Sugiharto, dan mantan Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman menjadi terdakwa. Dalam dakwaan jaksa yang dibacakan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Kamis (2017/09/03), dikatakan bahwa Novanto memiliki peran dalam mengatur anggaran e-KTP yang mencapai Rp 5,9 miliar (Kompas, 2017). Kasus ini semakin menyita respon masyarakat karena melibattkan beberapa politisi aktif atau beberapa anggota DPR. Termasuk dalam kasus kartu E-KTP yang memiliki jumlah kepala daerah atau Gubernur

(23)

22 Jawa Tengah, misalnya. Nilai nominal korupsi jauh lebih tinggi, bahkan lebih, sehingga masyarakat tidak dapat melewatkan pemberitaan seperti ini.

Sayangnya, kasus ini tidak diimbangi dengan penyesuaian agenda media di Indonesia. Banyak media yang menjadi tameng bagi mereka yang bermain politik. Kompas dan Jawa Pos dan surat kabar lain tentu saja memiliki kriteria sendiri untuk mengungkap kasus ini melalui ruang publik. Kedua media ini memiliki karakter yang sangat berbeda dalam segmentasi untuk pembacanya. Kompas yang khas dengan bahasa kritis belum tentu terbuka ketika sebuah kasus besar terjadi. Sementara Jawa Pos, yang cenderung memiliki bahasa yang mudah dipahami, masyarakat juga memposisikan hal yang sama dengan media lainnya.

Namun dibalik semua ini, media telah memiliki peran sebagai pembawa pesan sehingga pembaca memiliki peran penting dalam membentuk citra berita yang bervariasi. Misalnya, keterbukaan dalam kasus hamabalang dan E-KTP. Murray Edelman mengungkapkan bahwa kenyataan yang dipahami oleh publik adalah realitas yang telah dipilih. Penonton didikte untuk memahami realitas dengan cara tertentu. Media adalah subjek yang memilih dan membingkai realitas. Cara di mana media memilih, bingkai dan membangun adalah apa yang dipahami dengan analisis framing. Framing berhubungan dengan opini publik, karena suatu masalah ketika dikemas dengan kerangka tertentu dapat menyebabkan pemahaman berbeda. Dalam hal ini, misalnya, persepsi orang tentang kasus E-KTP akan berbeda sesuai dengan media yang mengirimkan informasi kepada mereka. Sudut pandang masalah juga akan berbeda karena perspektif setiap masyarakat individu berbeda. Akibatnya, solusi yang ditawarkan oleh masing-masing pihak akan berbeda. Tulisan ini mencoba memberikan analisis framing dalam kasus E-KTP di media khusus Kompas. Kemudian, berdasarkan latar belakang yang terekspos, fokus diskusi dari tulisan ini adalah untuk memberikan pertanyaan penting tentang bagaimana konstruksi Kompas dalam kasus kartu E-KTP.

(24)

23 Tinjauan pustaka

Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa, mengacu pada pendapat Tan dan Wright, adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, dalam jumlah besar, sekalipun jarak jauh (terpencar), sangat heterogen dan menghasilkan efek tertentu (Ardianto, 2004, p.3). Menurut Bittner, komunikasi massa adalah penyampaian pesan, informasi, ide dan sikap kepada beragam komunikan dalam jumlah besar menggunakan media massa. Dari definisi ini, jelaslah bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Jadi jika komunikasi dapat disampaikan kepada khalayak banyak, seperti demonstrasi yang diikuti dan disaksikan oleh puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media, maka itu bukan komunikasi massa.

Pakar komunikasi lain, Joseph A. Devito, memformulasikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada sejumlah besar audiens. Dia juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan melalui pemancar audio dan visual (Effendy, 2000, p.21). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa menyebarkan pesan melalui penggunaan sarana komunikasi modern yang ditujukan pada massa yang bisa jadi acak, tidak tampak oleh si penyampai informasi, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, pemirsa televisi dan film.

Media baru

Mempelajari komunikasi massa tidak berguna tanpa menghubungkan peran medianya. Dapat dikatakan bahwa media massa adalah alat utama dalam proses komunikasi massa. Menurut Mc Luhan, media hanya dapat memiliki konten ketika media digunakan dan dikonjungsikan dengan media

(25)

24 lain. Ia mendefinisikan sarana dalam hubungannya dengan indra manusia. Luhan membagi media menjadi dua kategori, media “hot” dan “cool”. Hot media adalah media yang hanya mengandalkan satu indera, misalnya media foto dan radio. Cool media adalah media yang menggunakan lebih dari satu penginderaan, misalnya TV. Munculnya teknologi media menandai awal komunikasi ke dunia yang lebih modern. Kemudian teknologi seperti ini membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi dan politik. Munculnya teknologi media adalah penghubung utama modernitas. Setelah munculnya modernitas, maka muncul postmodernisme. Unsur-unsur postmodernitas meliputi: (1) Munculnya gaya estetika distingtif dalam dunia seni, desain dan arsitektur akibat dari reaksi intelektual atas modernisme; (2) Pengembangan budaya diasosiasikan dengan budaya media.

Media baru didefinisikan sebagai bentuk teknologi yang terkait erat dengan budaya kehidupan publik. Media baru mengubah nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Teknologi tidak hanya memiliki fungsi sebagai sarana atau alat komunikasi, tetapi teknologi memainkan peran aktif dalam proses berfikir dan berperilaku sebagai manusia. Ini karena, pada intinya, setiap teknologi memiliki nilai, ideologi, dan karakternya sendiri. Era modernism adalah era dimana terdapat media yang bersifat pasif yaitu masyarakat yang mengkonsumsi media yang diposisikan hanya sebagai penonton dan hanya bisa menerima begitu saja berbagai bentuk informasi yang diberikan media, seperti halnya social media.

Sarana Konstruksi dan Realitas Sosial

Realitas sosial adalah hasil dari konstruksi sosial dalam proses komunikasi tertentu. Membahas teori konstruksi sosial (social construction), tentu tidak terlepas dari penjelasan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Istilah konstruktivisme mulai terkenal karena tulisan Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya The Social Construction of Reality:

(26)

25

A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas sosial dibangun melalui proses eksternalisasi, obyektifasi dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak terjadi dalam ruang hampa, tetapi penuh dengan kepentingan (Bungin, 2008, p.192). Bagi kaum konstruktivis, realitas (berita) hadir dalam keadaan subyektif. Realitas diciptakan melalui konstruksi, perspektif, dan ideologi jurnalis. Singkatnya, manusia lah yang membentuk citra dunia. Sebuah teks dalam sebuah cerita tidak dapat disamakan sebagai refleksi realitas, tetapi harus dilihat sebagai konstruksi realitas. Substansi teori konstruksi sosial media adalah pada peredaran informasi dengan cepat, sehingga konstruksi sosial berlangsung sangat cepat dan disebarluaskan secara merata. Realitas yang terkonstruksi juga membentuk opini massa, massa cenderung menjadi a priori dan pendapat massa cenderung sinis (Bungin, 2008, p.203). Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui tahap menyiapkan materi konstruksi, tahap sebaran kostruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan tahap konfirmasi (Bungin, 2008, p. 188- 189). Penjelasannya adalah sebagai berikut.

Pertama, persiapan materi konstruksi. Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum. Kedua, tahap distribusi konstruksi. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang disebutkan media sangat mungkin bagi pembaca. Yang ketiga adalah pembangunan realitas. Pembentukan konstruksi berlangsung melalui konstruksi realitas pembenaran; kesediaan dikonstruksi oleh media massa; dan sebagai pilihan konsumtif. Tahap keempat adalah proses konfirmasi. Konfirmasi adalah tahap di mana media massa dan penonton memberikan argumen dan tanggung jawab untuk pilihan mereka.

(27)

26 Untuk itu, suatu media harus rajin mencari feedback dari khalayak ramai. Khalayak disini bukanlah orang orang partai atau ormas pendukung. Media dapat menyatakan diri mereka sebagai "pikiran rakyat". Demokrasi, kebebasan pers, dan kemandirian media memang terkait dengan peran (fungsi) pers masyarakat. Keadaan sosial ekonomi dan politik akan memberikan pengaruh kepada masyarakat (Santana, 2005, p. 82).

Kasus E-KTP: Sebuah Pembahasan tentang Framing Berita

Berdasarkan ketentuan Kode Etik Jurnalistik, kita dapat merumuskan tujuh elemen yang layak dari bentuk pengiriman berita berikut ini sehingga suatu informasi dapat dianggap sebagai produk jurnalistik. Unsur-unsur produk jurnalistik adalah (1) Akurat, yang tidak hanya dilihat oleh ketepatan dalam penyajian data, seperti nama, tanggal atau angka saja. Tetapi harus ada proses verifikasi fakta-fakta yang disajikan. Dalam kasus e-KTP, Novanto mengatakan di pengadilan di Pengadilan Korupsi Jakarta pada hari Senin (12/3/2018). "Saya baru ingat kembali bahwa Andi menyampaikan, dia telah melakukan pengiriman uang kepada pihak-pihak, di antaranya dia menyuruh Irvanto,"

kata Setya Novanto. (2) Lengkap, adil dan berimbang. Lengkap artinya tidak mengurangi fakta-fakta penting dan menambahkan fakta-fakta tidak relevan yang dapat menyesatkan publik. Sementara adil dan seimbang berarti bahwa seorang wartawan harus menyampaikan fakta-fakta yang benar-benar terjadi dengan proporsi yang masuk akal.

(3) Objektif. Untuk mendapatkan berita yang obyektif, wartawan harus dapat menggunakan metode ilmiah untuk memverifikasi informasi yang mereka peroleh. (4) Ringkas dan jelas. Kemudian, untuk mematuhi elemen ini, berita harus menggunakan bahasa yang efektif dan jelas. (5) Hangat. Suatu berita yang menarik dan penting untuk disampaikan adalah jika belum banyak orang yang mengetahuinya. (6) Unsur ketepatan waktu juga sangat mempengaruhi publik untuk membaca berita yang disampaikan

(28)

27 (Kusumaningrat, 2006, p. 40-48). (7) Keterbukaan informasi, yang terutama berpedoman pada undang-undang keterbukaan informasi.

Pada gilirannya, akuntabilitas pers melampaui kerangka profesionalisme media dan tanggung jawab kemanusiaan. Himpitan antara kepentingan komersial ideologi pers mempersulit publik dalam menentukan warna media yang mereka pilih. Di tengah tren ini, sulit bagi kita untuk menunggu hidangan pers yang bermoral, terutama pers yang berusaha memprioritaskan kepentingan obyektif. Atau pers yang merusak kepentingan kaum tertindas, tetapi bertentangan dengan ideologi media. Media mengkontradiksikan dirinya sebagai institusi kapitalis yang diarahkan pada akumulasi keuntungan dan modal. Karena media harus berorientasi pasar dan responsif terhadap dinamika persaingan pasar, ia berusaha menyajikan produk informasi yang memiliki keunggulan pasar, yaitu informasi politik dan ekonomi. Di sisi lain, media juga sering digunakan sebagai alat atau struktur politik negara yang menyebabkan media berada di garis mainstream negara.

Menurut Smythe, “…fungsi utama media adalah menciptakan kestabilan segmen khalayak bagi monopoli penjualan pengiklan kapitalis.” Pada dasarnya, media massa adalah lembaga yang menekankan masalah sosial dan politik di masyarakat atau negara, dan mendidik masyarakat dengan informasi yang edukatif dan bahkan meluruskan berbagai masalah sosial bagi pemerintah. Namun, sebuah fenomena baru lahir tentang karakter kuat kapitalisme media dalam proses perkembangan media massa yang telah merambah properti eksklusif modal, yang hanya berurusan dengan profit. Media sebagai lembaga ekonomi, dalam hal ini terkait erat dengan kapitalisme media dan liberalisme media. Media modern sekarang kurang memperhatikan kepentingan sosial, budaya dan bahkan politik, tetapi untuk kepentingan memperoleh manfaat terbesar tanpa memperhatikan publisitas dan informasi positif dan negatif yang dicerna. Ia hanya mengejar dan mencari popularitas latar belakang perusahaan (Nasution, 2009).

(29)

28 Sebelum membahas lebih lanjut tentang berita di harian kompas dan di kompas.com, kita perlu mengingat tentang Framing. Analisis Framing adalah analisis yang digunakan untuk melihat bagaimana media membangun realitas. Analisis ini juga digunakan untuk melihat bagaimana media massa memahami dan membingkai peristiwa (Eriyanto, 2007, p.10). Ada dua esensi utama dari framing, yaitu bagaimana peristiwa ditafsirkan dan bagaimana peristiwa ditulis. Analisis framing adalah metode analisis teks, serta analisis konten kuantitatif. Tetapi keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam analisis konten kuantitatif yang ditekankan adalah isi pesan / komunikasi teks. Sedangkan fokus analisis framing adalah pembentukan pesan / arti dari teks. Kerangka kerja ini menganalisis bagaimana wartawan dan media membangun pesan teks dan bagaimana menyajikannya kepada audiens. Secara teknis, jurnalis tidak mungkin membingkai seluruh bagian berita. Artinya, hanya sebagian dari peristiwa penting saja yang menjadi tujuan pembingkaian. Ia hanya menampilkan bagian penting dari peristiwa yang ingin diketahui oleh public saja.

Aspek lain adalah peristiwa atau ide yang diberitakan. Menurut Entman, framing berita dilakukan dalam empat cara. Pertama, dalam identifikasi masalah (problem identification), peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif apa atau negative apa. Kedua, identifikasi penyebab masalah (causal interpretation) adalah apa yang dianggap sebagai penyebab masalah. Ketiga, evaluasi moral (moral evaluation), yaitu evaluasi penyebab masalah. Dan keempat, penanggulangan masalah (treatmen recomendation), yang menawarkan cara untuk menangani masalah dan, terkadang, memprediksi hasilnya. Jika, misalnya, seorang jurnalis ingin membingkai berita E-KTP ini, maka harusnya tidak berarti bahwa ia harus melupakan aturan dasar jurnalisme yang paling dasar, seperti nilai berita, berita yang layak dan berita yang bias.

(30)

29 Menurut Abrar, setidaknya ada tiga bagian berita yang dapat menjadi tujuan framing oleh jurnalis, yaitu judul berita utama, focus berita, dan penutup berita. Berita utama menyebar melalui penggunaan teknik empati untuk menciptakan "kepribadian imajiner" dalam diri penonton, misalnya, terjadinya "Wisanggeni" dalam proyek E-KTP. Kemudian, pendekatan berita yang diframing dengan teknik asosiatif, yaitu, menggabungkan kebijakan aktual dengan fokus pemberitaan. Berikutnya adalah kebijakannya. Dengan memasukkan kebijakan ke pusat berita, audien akan menyadari bahwa masih ada barangkali sesuatu yang salah. Selain itu, sampul berita dibingkai oleh penggunaan teknik packing, yang membuat publik tidak dapat menolak untuk membaca berita. Analisis framing dapat dilakukan dengan berbagai fokus dan tujuan. Tentu saja, karena ini terkait dengan berbagai definisi dan ruang lingkup framing itu sendiri cukup kompleks.

Model Analisis Framing

Ada dua rumus atau model tentang perangkat framing yang sekarang sering digunakan sebagai metode framing untuk melihat upaya media massa untuk mengemas berita. Pertama, model Pan dan Kosicki merupakan modifikasi dari dimensi operasional analisis wacana Van Dijk. Kedua, model Gamson dan Modigliani. Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki mengoperasionalkan empat dimensi struktural dari teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, tanda hubung, tamatik dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk sejenis tema yang menghubungkan unsur-unsur semantik narasi berita ke dalam koherensi global (Sobur, 2006, p. 175). Sementara itu, rumus dan model Gamson dan Modiglani didasarkan pada pendekatan struktural yang melihat representasi media dan artikel berita, yang terdiri dari paket-paket interpretatif yang berisi konstruksi makna tertentu. Di dalam paket ini ada dua struktur, yaitu core frame dan condensing symbols. Struktur pertama adalah pusat organisasi dari elemen ide yang membantu para

(31)

30 komunikator untuk menunjukkan substansi masalah yang dibahas. Sedangkan struktur kedua berisi dua substruktur, yaitu frame device dan reasoning device.

Analisis framing ini juga merupakan cara untuk menganalisis teks media untuk melihat bagaimana laporan E-KTP adalah laporan dari surat kabar Kompas yang berkaitan dengan penangkapan dan pemeriksaan Setya Novanto.

Define problems dalam konstruksi dan keterbukaan Kompas dalam kasus E-KTP menghasilkan moral jugdement untuk menjelaskan masalah dari banyak dugaan kasus korupsi e-KTP. Ini adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan penggunaan tertentu. Ini sesuai dengan fakta bahwa framing pada dasarnya adalah metode yang digunakan untuk melihat bagaimana menceritakan sebuah cerita tentang peristiwa tertentu. Sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki melalui deskripsi atau tulisan, analisis framing adalah alternatif untuk analisis konten selain analisis konten kuantitatif dominan dan banyak digunakan. Analisis framing menganalisis "bagaimana" pesan atau teks komunikasi. Objeknya menggunakan koran nasional Kompas dalam beberapa edisi dari September 2017 hingga Maret 2018. Topik yang akan dibahas terbatas pada berita di media tersebut tentang keterbukaan pemberitaan E-KTP.

Dalam tabel Framing Pan dan Kerangka Kosicki, dijelaskan bagaimana idealnya jurnalis harus membentuk fakta, skema headline, lead, latar informasi, sumber, pernyataan, penutup. Kemudian skrip atau cara jurnalis menceritakan peristiwa dan integritas berita 5W + 1H. Kemudian ada tematik, yaitu, bagaimana wartawan menulis data, detail, arti kalimat, hubungan antara kalimat, nominalisasi, koherensi, bentuk kalimat, kata ganti paragraf dan proporsi. Kemudian retori atau cara wartawan menekankan fakta / lexicon.

(32)

31

Tabel 1.1 Tabel Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Sumber: (Sobur, 2006, p. 176)

Dasar tabel tersebut digunakan untuk membaca di salah satu artikel berita di bawah ini:

JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP, Setya Novanto, mengaku, keponakannya, Irvanto Hendra Pambudi, ada keterkaitan dengan kasus yang kini dihadapinya. Menurut Novanto, Irvanto diminta pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong mengantarkan uang kepada sejumlah pihak. Hal itu dikatakan Novanto dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (12/3/2018). "Saya baru ingat kembali bahwa Andi menyampaikan, dia telah melakukan pengiriman uang kepada pihak-pihak, di antaranya dia menyuruh Irvanto," ujar Setya Novanto. (Baca juga: KPK Tetapkan Keponakan Setya Novanto sebagai Tersangka Kasus E-KTP) Menurut Novanto, akhir-akhir ini dia meminta

(33)

32

keluarganya mendekati Irvanto dan berbicara mengenai hal itu. Hasilnya, Irvanto mengakui diminta Andi mengantarkan uang.

Artikel ini telah ditayangkan di Kompas.com dengan judul "Menurut Novanto, Keponakannya Disuruh Jadi Kurir Bagi-bagi Uang E-KTP". Dalam berita ini, ada pernyataan

… itu sudah saya sampaikan kepada penyidik KPK," kata Novanto. KPK sebelumnya menetapkan Irvanto sebagai tersangka kasus e-KTP. Ia diduga sejak awal mengikuti pengadaan e-KTP melalui perusahaannya, yakni PT Murakabi Sejahtera. Dia juga ikut beberapa kali dalam pertemuan di Ruko Fatmawati bersama tim penyedia barang proyek e-KTP. Selain itu, menurut KPK, Irvanto diduga mengetahui adanya permintaan fee 5 persen untuk mempermudah pengurusan anggaran e-KTP. Kemudian, Irvanto diduga menerima total 3,5 juta dollar AS.

Artikel lain yang ditulis oleh Abba Gabrillin, ketika artikel berita dibaca menggunakan Marco Framing Pan dan tabel Kosicki, informasi akan ditampilkan kurang lebih sebagai berikut: (1) Sintaksi: judul: "Setuju Novanto, keponakan berkata jadi utusan Membagi Kartu Identifikasi Uang Elektronik"

skemanya adalah pemberitaan kasus e-KTP Setya novanto yang melibatkan keponakanya. (2) Skrip: integritas 5W + 1H. kurang menjawab pada unsur How, bagaimana proses menjadikan setatus keponakanya sebagai kurir, dan bagaimana penjelasan dari pihak keponakanya, pada pemberitaan yang dikutip ini, pernyataan tersebut tidak terjawab. (3) Tematik: paragraf dan porsi cukup, hanya untuk melihat dengan sumber daya tautan yang detail tidak termasuk kategori informasi terstruktur dan terperinci. (4) Retorika: bagaimana wartawan dalam menentukan fakta dan bukti, serta banyak pilihan gambar bahasa, kalimat penjelas dan lain-lain bahkan kurang untuk menjelaskan bagaimana berita serial pada gilirannya harus mengacu pada standar KEJ.

Kembali ke UU no. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik (KIP). Undang-undang mengatur aspek kebebasan informasi untuk menjamin

(34)

33 dan melembagakan hak publik untuk mengakses informasi informasi pemerintah di semua tingkat birokrasi. Tujuan melembagakan prinsip kebebasan informasi adalah untuk membentuk dan mempromosikan good and clean governance. Pemberitaan ini belum sesuai dengan hukum, good and clean govermance misalnya, untuk pembaca yang memulai setelah membaca artikel ini akan kembali mengherankan, memunculkan banyak pertanyaan baru, seperti apa kelanjutanya, apa penjelasan keponakan SetNov dan seterusnya.

Jadi bagi kaum konstruktivis, realitas (berita) hadir dalam keadaan subyektif. Tahap pembentukan konstruksi dan tahap konfirmasi ini yang menjadi rancu sehingga, Kompas.com semakin menggiring public untuk menjadi penasaran ingin mengikuti pemberitaanya lagi. Seandainya laporan dalam kasus E-KTP Novanto oleh Kompas.com masih belum memenuhi prinsip dasar distribusi, konstruksi sosial dari media massa adalah semua informasi harus mencapai agenda media berdasarkan khalayak yang tepat. Apa yang dianggap penting oleh media menjadi penting bagi pemirsa atau pembaca. Tahap pembentukan konstruksi realitas pada pembentukan konstruksi terjadi melalui (1) konstruksi realitas pembenaran; (2) kesediaan dikonstruksi oleh media massa; dan (3) sebagai pilihan konsumtif. Tahapan Konfirmasinya. Konfirmasi adalah tahap di mana media dan publik memberikan argumen dan akuntabilitas terhadap opsi untuk berpartisipasi dalam pembentukan konstruksi. Jadi, kedua pihak mempunyai peran penting.

Kesimpulan

Ada proses konstruksi sosial dari artikel-artikel yang dikutip dari Kompas media tentang kasus E-KTP pada tahun 2017 yang membuat Novanto menjadi tersangka. Pada edisi 12/3/2018, Novanto yang kembali di persidangan memunculkan aktor baru pada kasus yang menjeratnya melalui pengakuan dirinya pada persidangan tersebut. Hanya saja media yang semestinya menjadi harian cetak ini disajikan pada bentuk elektroni,

(35)

34 sebagaimana ciri khas dan kaidah media elektronik yang memiliki ke khasan kekinian dan mudah dalam akses, tentu tidak luput dari kekurangan. Beberapa hal memang telah dibaca menggunakan analisis framing, yang mana isi berita menjadi sorotan pada teori ini, dibantu oleh Kerangka Framing Pan dan Kosicki menggunakan tabel yang disajikan. Maka beberapa hal dalam artikel kompas tersebut belum memenuhi syarat dan kaidah Kode Etik Jurnalistik, misalnya ketika mengambil contoh tentang penyajian berita kasus tersebut. Proses pembingkaian berita yang kurang sesuai pada penjelasan isi berita yang terperinci dapat semakin membingungkan masyarakat. Hal-hal ini menurut teori konstruksi sosial realitas belum memenuhi tiga aspek yaitu aspek sosial, aspek konstruksi, aspek realitas.

Daftar Pustaka

Ardianto, E. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, M. B. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Effendy, O. (2000). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Rosdakarya. Effendy, O. U., & Thun Surjaman. (2002). Dinamika komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Eriyanto. (2006). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS. Kurnia, S. S. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kusumaningrat, H., & Kusumaningrat, P. (Bandung). Jurnalistik: Teori dan.

(36)

35 McQuail, D. (2000). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba

Humanika.

Nasution, Z. (2009). Komunikasi Pembangunan : pengenalan teori dan penerapannya.

Jakarta: Rajawali Pers.

Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Pan, Z., & Kosicki, G. M. (1993). Framing Analysis: An Approach to News

Discourse. Political Communication, 55–75.

Sobur, A. (2006). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suyono, H. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(37)

36

Tafsir Kontemporer sebagai Metode Pembaharuan Pemikiran

Politik Islam

Muflih Fahmi Kaunain

Departemen Ilmu Politik - Univeritas Sains Al-Quran fahmikaunain92@gmail.com

Faqih Al-Aziz

Kementrian Agama Kabupaten Wonosobo faqihalaziz85569@gmail.com

Abstract

Poverty, legal injustice, discrimination, non-fulfillment of human rights and so on are the world's problems arising from development and modernity. But modernity as a result of the innovative nature of human beings is inherent in the world community and can not be abandoned. If we drag it even further, this shift depends on how the policies of the state overcome it. The existing political problems are the point of accumulation of the details of human affairs. Thus, where is the role of Al-Quran in this dynamic world? Islam as the world's largest religion with a very significant growth must be able to contribute to the problems of the world at hand, and should not be the problem trigger. Al-Quran is intended as an Islamic religion, capable of being used for all aspects of human life (sholihun fi kulli zaman wal makan). In fact, Islam today is believed as a world problem correlated to terrorism, civil war and the rise of Muslim refugees. In light of these things, intensiving the interpretation of contemporary political verses in accordance with the present age is a must. Interpretation methods must also be critical so that Islam can be used in various parts of the world. This paper will examine how to seek contemporary interpretation with various divisions and by combining classical

(38)

37

interpretation methods that are expected to emerge strong interpretations. Contextualization of the political verses became the focus of the method which was then connected with the spirit of the verse to be applied in the present. In addition, the interpretation is also supported by the analysis of language, analysis of the verses and hadiths that has similar topics, and contextualization with the current conditions. With this new method of interpretation, it is expected that the Qur'an can be a solution for Muslims and the world community in general. Furthermore, Islam is able to initiate the civilization of a just world.

Keywords: method of contemporary interpretation, contextualization, political verses

Abstrak

Kemiskinan, ketidakadilan hukum, diskriminasi, tidak terpenuhinya HAM dan lain-lain, merupakan permaslahan dunia yang timbul dari pembangunan dan modernitas. Namun modernitas sebagai dampak sifat inovatif manusia sudah melekat dalam diri masyarakat dunia dan tidak bisa ditinggalkan. Jika kita tarik lebih jauh lagi, permasalahan ini tergantung dari bagaimana kebijakan politik suatu negara mengatasinya. Masalah politik yang ada pun merupakan titik akumulasi kompleksitas permaslahan manusia. Lalu dimanakah peran Al-Quran di tengah perubahan zaman yang begitu timpang ini? Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia dengan pertumbuhan yang sangat signifikan haruslah mampu memberikan solusi dalam masalah dunia yang sedang dihadapi, bukan malah menjadi masalah baru dengan pertumbuhan kwantitasnya yang besar. Al-Quran yang diklaim sebagai pedoman umat Islam, yang mampu di dalamnya terdapat semua solusi segala aspek kehidupan umat manusia (sholihun fi kulli zaman wal makan). Nyatanya, saat ini umat Islam menjadi salah satu masalah dunia dengan terorisme, perang saudara dan tungginya pengungsi muslim. Mengingat hal tersebut, mutlak dibutuhkan tafsir ayat-ayat politik kontemporer yang sesuai dengan keadaan zaman saat ini. Metode penafsiran pun haruslah kritis secara sosial dan politik agar Islam mampu diterima semua kalangan di berbagai belahan dunia. Dalam tulisan ini akan dijekaskan bagaimana tawaran metode

(39)

38

tafsir kontemporer dengan berbagai tahap dan dengan memadukan metode penafsiran klasik yang diharapkan akan muncul tafsir yang kuat. Kontekstualisasi ayat-ayat politik menjadi fokus dalam metode ini yang kemudian ditarik semangat ayatnya agar bisa diterapkan di masa kini. Selain itu penafsiran juga didukung dengan analysis bahasa, analisis ayat dan hadis yang setema, dan kontekstualisasi dengan kondisi saat ini. Dengan metode baru penafsiran ini, diharapkan Al-Quran bisa menjadi solusi bagi umat Islam dan masyarakat dunia secara umum. Lebih jauh lagi agar Islam mampu menginisiasi peradaban dunia yang berkeadilan.

Kata Kunci : metode tafsir kontemporer, kontekstualisasi, ayat-ayat politik

Pendahuluan

Manusia, sebagai zoon politicon atau hewan (makhluk) yang berpolitik memiliki sifat sosial yang sangat dinamis dan sangat fluktuatif. Baik secara Individu maupun secara kolektif. Sifat manusia yang sangat tidak bisa ditebak ini menjadikan kehidupan politik manusia selalu berubah dan tidak mudah untuk ditebak pula. Karena bagaimanapun juga manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari urusan politik, dan begitu juga sebaliknya. Politik akan terus berkembang dan berubah tergantung pada dinamika sosial manusia sebagai aktor utama kehidupan politik di dunia. Di dalam Islam, selain sebagai makhluk sosial manusia juga merupakan makhluk ilahiah yang memilki kewajiban tunduk kepada yang menciptakanya. Dalam istilah agama manusia adalah abdun, seorang hamba. Hubungan antara Pencipta dan yang diciptakan atau Khaliq dan Makhluq diatur sedemikian rupa agar tercipta suatu keharmonisan (Kahhar & Fathahillah, 2017) Hubungan ini diatur dalam Kitab Suci Al-Quran. Al-Quran, kitab suci umat Islam yang diturunkan sebagai pedoman hidup dan keselamatan kehidupan setelah mati baik untuk umat Islam sendiri dan umat manusia.

Tidak terkecuali kehidupan berpolitik juga dijelaskan di dalam Al-Quran. Terutama penejelasan politik subtansial yang bersifat universal dan

(40)

39 menjadi inspirasi kehidupan politik yang adil dan makmur. Namun, bagaimanakah Al-Quran mampu menjadi dasar dan inspirasi politik secara eksplisit? Pertanyaan ini menjadi penting bagi umat Islam khususnya, yang tidak bisa terlepas pila dari kehidupan politik. Terutama di Indonesia umat Islam menjadi mayoritas aktor politik yang menentukan kebijakan nasional. Karena sampai detik ini, perdebatan tentang konsep politik dalam Islam belumlah tuntas dan masih menyisakan banyak perdebatan. Padahal dinamika politik bangsa sendiri terus berubah dan tidak bisa ditebak. Tidak dapat dielakkan lagi, bahwa butuh metode penafsiran baru terhadap ayat-ayat politik agar sesuai dengan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa tertebak arahnya. Agar terwujud Al-Quran Sholihun fi kulli zaman wal makan.

Al-Quran Sebagai Inspirasi Peradaban

Sebagai manusia politik,manusia merupakan bagian utama dari peradaban dan aktor utama sejarah perjalanan umat manusia itu sendiri. Dalam sejarahnya, perdaban umat manusia selalu terkait dengan kehidupan agama. Begitu juga perdaban-peradaban besar umat manusia yang tercatat dalam sejarah, pastilah memilki sistem keagamaan yang selalu melekat di dalamnya. Begitu pula sejarah peradaban umat Islam yang tidak pernah lepas dari wahyu pedoman Al-Quran. Terutama masa kekhalifahan Islam, di mana kemajuan dan kejayaan Islam mampu merubah wajah peradaban dunia. Kejayaan peradaban Islam tersebut merupakan peradaban yang berdasar wahyu Ilahiah (Romdhoni, 2015). Yaitu peradaban berdasar Al-Quran dan Sunnah. Kejayaan masa lampau Islam ini, tercapai karena memadukan unsur ilahiah Al-Quran dan Sunnah dengan inovasi teknologi. Al-Quran, pada masa itu, mampu menginspirasi dan mendorong umat Islam untuk melakukan “eksperimental sains” sehingga munculah ilmuan-ilmuan berbagai bidang dengan karya-karya fenomenalnya. Keberhasilan ini, merupakan buah penerapan “paket komplit” Al-Quran dalam berbagai aspek kehidupan, terutama aspek ilmu pengetahuan.

(41)

40 Lalu bagaimana dengan apek politik? Al-Quran sanatiasa menjelaskan dan mengingatkan agar manusia dalam kedisupan sosialnya selalu memberlakukan sikap adil, amanah, kesetaraan, integritas kepemimpinan dan masih banyak lagi. Sikap-sikap ini merupakan inspirasi Al-Quran dalam kehidupan politik manusia agar selalu mengutamakan kesejahteraan dan keadilan (Effendi, 2012) yang selalu berlaku di sistem politik manapun.Namun, Al-Quran sendiri tidak pernah menjelaskan secara eksplisit tentang bentuk suatu pemerintahan. Adapun kekhalifahan setelah Rasulullah dari zaman Abu Bakar hingga kekhalifahan terakhir yaitu Ottoman merupakan bentuk ijtihad masing-masing Khalifah. Sejarah mencatat, bentuk pemerintahan yang digunakan tiap khilafah pun berbeda-beda. Karena setiap khalifah menentukkan bentuk negara Islam sesaui keadaan zaman dan kebutuhan masyarakat pada waktu itu.

Menjadi pertnyaan selanjutnya, apakah dengan berbeda-beda bentuk kekhilafahan tersebut merupakan ketidakonsistenan penerapan hukum Islam? Mengingat khlafah adalah negara yang berlandaskan negara Islam. Tentu saja tidak. Bukan berarti para khalifah adalah orang yang tidak konsisten dalam menjalankan syariat Islam, hanya dengan menerapkan sistem pemerintahan yang berbeda-beda. Pertimbangan yang komprehensif menjadi alasan utama berbedanya penerapan sistem pemerintahan kekhalifahan. Wahyu sebagai pedoman kehidupan di setiap aspek, tidak serta merta turun begitu saja di muka bumi. Al-Quran diturunkan melalui pertimbangan dimensi ruang dan waktu, bukan jatuh begitu saja di ruang kosong. Sehingga ada hujjah yang menjadi sebab turunya Al-Quran. Hanya beberapa bagian ayat saja yang turun dalam “ruang hampa” dengan tujuan membangun ikatan manusia dengan Tuhan melalui ibadah mahdhoh. Salah satu alasan surat-surat Al-Quran turun secara bertahap yaitu untuk menjawab permasalahan dan realitas yang ada di masyarakat Arab pada waktu itu (Yasid, 2007) Agar menjadi pelajaran bagi manusia selanjutnya dan seterusnya. Inilah mukjizat kontinuitas Al-Quran

(42)

41 yang bisa selalu dijadikan pedoman sepanjang masa dengan cara mengambil hikmah atau spirit dari suatu ayat.

Penafsiran dan Perubahan Zaman

Saat ini manusia merupakan bagian dari masyarakat atau warga sebuah negara dan sekaligus warga dunia. Di mana semua warga negara terikat secara politik dan selalu berhubungan dengan masalah politik. Begitu juga sebagai warga negara dunia, setiap individu bisa beriteraksi dengan individu atau kelompok manapin di belahan dunia. Mengingat kemajuan teknologi saat ini yang sangat memungkinkan hal tersebut terjadi dan berubah begitu cepat. Terbukanya akses informasi bagi setiap orang menjadikan proses bertukar pikiran antarnegara bahkan antarbenua menjadi menjadi hal yang lumrah. Asimiliasi budaya, paham dan pengaruh pun tidak bisa dihindarkan lagi dan hal ini terjadi di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali perubahan politik. Keterbukaan informasi, kebebasan berekspresi dan Hak Asasi Manusia menjadi tuntutan utama pemenuhan di setiap negara. Termasuk pemenuhan kesejahteraan dan kesetaraan di semua bidang kehidupan tentunya. Banyak negara-negara non-demokrasi yang menuntut dibukanya kran kebebasan berekspresi dan keterbukaan informasi seperti di negara-negera demokratis. Sebut saja organisasi Arab Spring di Timur Tengah dan Organisasi Payung Kuning di Tiongkok. Di bawah negaranya yang tidak demokratis, mereka meenggerakan masyarakat untuk membela hak-hak kebebasanya yang selama ini dikekang oleh otoritas pemerintah. Mereka menilai sudah tidak saatnya, di zaman modern seperti ini masih menerpakan negara yang otoriter. Perlawanan-perlawanan ini muncul karena “iri”melihat negara lain yang dijamin kebebasanya dan demokratis (Hashemi, 2011)

Al-Quran yang dipercaya sebagai pedoman hidup umat Islam di berbagai aspek kehidupan haruslah menjadi solusi aka permasalahan di atas. Walaupun permasalahan yang ada muncul karena pebedaan pemahaman

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Kerangka Framing Pan dan Kosicki

Referensi

Dokumen terkait

Jawab: (1) Pembuatan fragmen DNA dengan bantuan enzim nuklease retriksi yang mengenal dan memotong molekul DNA pada urut-urutan nukleotida yang

Bentuk gelombang tegangan dan arus input/ output serta spectrum harmonisa untuk metode Kontrol Fase ditunjukkan pada Gambar 12 dan 13. Tegangan output metode Kontrol

36/ADM.3/TL-TL) merupakan tuturan yang mengandung implikatur dalam tindak tutur tidak langsung dan tidak literal, yaitu pada kalimat yang dicetak tebal menggunakan modus bertanya

1) Membimbing mahasiswa dalam memilih mata kuliah yag diambil pada setiap semester. 2) Memberi pertimbangan dalam hal banyaknya kredit yang akan diambil berdasarkan

Hal ini karena proses belajar di sekolah adalah kegiatan yang paling kokoh dalam memberikan pengaruh pada berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan yang telah dicita-citakan.6

Model kurikulum berbasis multikultur di STAI Al-Khairat menerapkan Model Salad Bowl, yang memandang setiap individu atau kelompok dalam suatu masyarakat harus

bahwa persepsi para konselor di Kabupaten Lombok Timur terhadap impelentasi permendiknas no. 27 tahun 2008 tentang standar kuwalifikasi akademik dan kompetensi

prajurit TNI secara sukarela atau wajib, dan d. pengabdian sesuai dengan profesi. Bela Negara adalah sikap dan tindakan warga negara yang teratur menyeluruh terpadu