1
GONCANGAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA
Christopher Daniel, Maria Rio Rita
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah
email : daniel.official.email@gmail.com
Abstract
This research is aimed at studying the linkages between the movements of the oil prices with the Indonesian stock market return. Economic theories have established that oil price causes chain reaction effects on the real economic activities. Also, oil price changes and shocks is said to be one of the factors that influence the performance of the stock market. In this paper, Vector Autoregression (VAR) approach was used to determine the impact of the oil price changes on each industry sector and the mining sector listed on Bursa Efek Indonesia by way of analysing the trend of the return on the three Industry Indices and one Mining Indices, for the period 1 January 2004 to 31 December 2013. Daily data were used for the analysis. The result show any significant impact of the stock market return on the four sectors in Bursa Efek Indonesia given the shocks in the global crude oil price. Granger causality test also shows uni-directional causality from oil price to the market return on each respective sector.
Keywords : oil price, stock market return, vector autoregression, bursa efek indonesia, granger causality test, industry sector, mining sector
A. PENDAHULUAN
Beberapa penelitian di Amerika Serikat (Hamilton, 1983; Mork, et al., 1994)
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kenaikan harga minyak mentah
dengan resesi Amerika Serikat. Studi-studi yang lebih baru seperti Eika & Magnussen (2000),
Cunado & Perez de Gracia (2003), dan Jimènez-Rodrìguez & Sànchez (2005) memperluas
penelitian ke Eropa dan negara-negara industri lainnya.
Riset yang mengaitkan dampak harga minyak terhadap harga saham dilakukan oleh
Jones & Kaul (1996), Sadorsky (1999), Gjerde & Sættem (1999), Papapetrou (2001), Cong,
Wei & Jiao (2008), Park & Ratti (2008), dan Ono (2011) yang masing-masing riset meneliti di
pasar modal untuk negara yang sudah tergolong maju. Maghyereh (2004) merupakan
satu-satunya peneliti yang menggunakan analisis di 22 pasar saham negara berkembang.
Kenaikan harga minyak dipandang sebagai sinyal awal potensi kenaikan kapasitas
produksi industri yang kemudian dapat memberi beberapa dampak positif terhadap kinerja
pasar saham Indonesia. Burbridge & Harrison (1984) dan Faff & Brailsford (1999)
2 gas yang terdaftar di pasar saham Australia. Sejauh pengamatan peneliti untuk saat ini masih
minim penelitian mengenai dampak harga minyak dunia pada return saham untuk kawasan
Indonesia. Pertanyaan yang muncul adalah apakah guncangan harga minyak akan
mempengaruhi kinerja return pasar saham untuk beberapa sektor yang cukup rentan terhadap
perubahan harga minyak dunia di BEI periode Januari 2004 sampai Desember 2014. Sektor
pertama yang dipilih untuk dijadikan objek penelitian ini adalah sektor pertambangan karena
harga output pada sektor ini khususnya minyak bumi dipengaruhi oleh harga minyak dunia,
selanjutnya sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang
konsumsi yang dijadikan objek karena harga minyak mentah yang merupakan input industri
berdampak langsung terhadap biaya operasional dan pendapatan perusahaan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Return Saham
Return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas
investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss (Wahyudi, 2003;
Jogiyanto 2003).
Harga Minyak Dunia
Menurut EIA (2013) minyak dunia adalah …a naturally occurring, yellow-to-black liquid found in geologic formations beneath the Earth's surface, which is commonly refined
into various types of fuels. It consists of hydrocarbons of various molecular weights and other
liquid organic compounds.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sektor manufaktur menggunakan minyak untuk energi dan sebagai bahan baku untuk
berbagai produk (Stern & Cleveland, 2004). Kenaikan harga minyak sendiri secara umum akan
mendorong kenaikan harga saham sektor pertambangan. Hal ini disebabkan karena dengan
peningkatan harga minyak akan memicu kenaikan harga tambang secara umum. Ini tentu akan
mengakibatkan perusahaan pertambangan berpotensi untuk meningkatkan labanya. Selama
tiga dekade terakhir, para peneliti menyelidiki secara signifikan terjadinya inflasi harga
minyak, fluktuasi ekonomi dan produktivitas secara keseluruhan akan berdampak pada
perusahaan (Chen et al., 1986; Huang, Masulis, & Stoll, 1996; Sawyer & Nandha, 2006 dan
3 negara-negara Asia lainnya, hal ini disebabkan karena Malaysia merupakan negara pengekspor
minyak.
Minyak merupakan sumber daya penting dan input penting dalam produksi barang.
Maka dari itu perubahan harga minyak tentu akan berdampak pada biaya. Hamilton (1996) dan
Jones & Kaul (1996) menemukan hubungan antara harga minyak dan pasar saham dimana
lonjakan harga minyak akan mempengaruhi ekonomi makro dan akhirnya berimbas pada
tingkat return ekuitas. Hal ini dikarenakan, lonjakan harga minyak sangat mempengaruhi
output riil dan dengan demikian memiliki efek buruk pada keuntungan perusahaan dimana
minyak digunakan sebagai input.
Di Indonesia, energi minyak dan gas masih menjadi andalan utama perekonomian
Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri.
(Biro Riset LM FE UI, 2010). Pada bulan Oktober 2005, pemerintah Indonesia memutuskan
untuk menghapus subsidi minyak dalam negeri untuk konsumsi industri. Sejak saat itu, industri
harus membeli minyak didasarkan pada penetapan harga pasar. Akibatnya, kinerja industri
khususnya pada profit perusahaan menjadi lebih rentan terhadap kenaikan harga minyak dunia.
Nandha & Faff (2008) menunjukkan bahwa harga minyak memiliki dampak negatif
pada pengembalian ekuitas untuk semua industri kecuali pertambangan, serta industri minyak
dan gas. Faff dan Brailsford (1999) mendapatkan dampak negatif yang sama dari guncangan
harga minyak pada industri seperti kertas dan pengemasan, bank dan transportasi. Hamilton
(1983), Gisser & Goodwin (1986), Sadorsky (1999), Gjerde dan Sættem (1999), Ciner (2001),
dan Park dan Ratti (2008) meneliti dampak dari lonjakan harga minyak terhadap pasar saham
di berbagai negara. Hasilnya menunjukkan bahwa meningkatnya biaya produksi dan berimbas
pada menurunnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam
memberikan dividen. Penurunan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen
akan membuat minat investor menjadi rendah, dan investor perusahaan yang bersangkutan
akan cenderung untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun. Penurunan harga saham
akan menurunkan return yang diperoleh oleh investor.
Di Bursa Efek Indonesia ada 3 sektor yang termasuk sebagai golongan industri, yakni
sektor Industri Dasar, Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi. Maka dari itu
4
Hipotesis 1a: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor Industri Dasar di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis 1b: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.
Hipotesis 1c: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia.
Minyak merupakan output produksi bagi sektor pertambangan. El-Sharif (2005)
meneliti hubungan antara harga minyak mentah dengan harga saham di industri minyak dan
gas di Inggris, hasilnya erdapat hubungan positif. Huang et al. (1996), Faff dan Brailsford
(1999), Nandha dan Faff (2008), Cong (2008), dan Mohanty, Nandha, & Bota (2010) pun
mencapai kesimpulan yang sama pada hubungan antara harga minyak dan industri minyak dan
gas untuk beberapa negara yang berbeda. Hal tersebut disebabkan perusahaan menggunakan
minyak sebagai output produksi, lonjakan terhadap harga minyak mentah dunia akan berimbas
pada meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam
memberikan dividen. Peningkatan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen
akan membuat minat investor menjadi tinggi, dan akan cenderung untuk membeli saham
sehingga harga saham menjadi naik. Kenaikan harga saham akan meningkatkan return yang
diperoleh oleh investor. Maka dari itu dirumuskan hipotesis kedua yaitu:
Hipotesis 2: Lonjakan harga minyak dunia berpengaruh positif terhadap return saham di sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
C. METODE PENELITIAN Data
Penelitian ini menggunakan data harga minyak WTI harian dan penutupan indeks
harian di 4 indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia yaitu Pertambangan, Industri Dasar,
Aneka Industri, dan Industri Barang Konsumsi periode Januari 2004- Desember 2013. Data
sekunder tersebut diperoleh dari informasi yang tersedia di website www.financeyahoo.co.id.
untuk indeks saham sektoral di Bursa Efek Indonesia serta website US Energy Administration
(www.eia.gov) untuk harga minyak WTI. Selanjutnya, pengolahan data pada penelitian ini
akan dibantu oleh software EViews 7.
Tahapan Analisis
5
Variabel dependent yang dianalisis dalam penelitian ini adalah return indeks sektoral
harian, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rit = (P_it-P_(it-1))/P_(it-1) ... (1)
Dimana:
Rit : Return indeks saham sektor i pada hari ke t
Pit : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t
Pit-1 : Penutupan indeks sektor i pada hari ke t-1
Variabel independen di penelitian ini adalah harga minyak dunia harian yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
OILt = (ࠟWTIࠠ_t-ࠟWTIࠠ_(t-1))/ࠟWTIࠠ_(t-1) ... (2)
Dimana:
OILt : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t WTIt : Harga minyak dunia pada hari ke t
WTIt-1: Harga minyak dunia pada hari ke t-1
Persamaan regresi perubahan harga minyak dan return saham indeks sektoral
dinyatakan sebagai berikut:
R_it=∝_i+β_1t OIL_t+ε_i ... ... (3)
Dimana:
Rit : Return indeks saham sektor i pada hari ke t
OILt : Perubahan harga minyak dunia pada hari ke t
Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Uji akar unit digunakan untuk menguji adanya anggapan bahwa sebuah data time series
stasioner dengan menggunakan uji Dickey–Fuller.
Penentuan Panjang Lag
Sebelum melakukan uji kointegrasi perlu dilakukan penentuan panjang lag. (Penentuan
panjang lag yang optimal didapat dari persamaan VAR dengan nilai AIC, SIC atau LR yang
terkecil (Enders, 2004)..
Uji Kointegrasi
Uji Johansen menggunakan analisis trace statistic dan nilai kritis pada tingkat
kepercayaan α= 5 %. Hipotesis nolnya apabila nilai trace statistic lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan α= 5% atau nilai probabilitas lebih besar dari α= 5 % maka tidak
terindikasi adanya kointegrasi.
6
Vector Auto Regression (VAR) merupakan alat analisis yang dalam memahami adanya
hubungan timbal balik (interrelationship) antara variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam
pembentukan model ekonomi berstruktur.
Uji Granger Causality
Variabel independent dikatakan “granger-causes” variabel dependent, apabila variabel
independent membantu memprediksi variabel dependent.
Impulse Response Function dan Variance Decomposition
Untuk menginterpretasikan koefisien VAR, digunakan impulse response function (IRF)
dan variance decomposition (VD).
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai hitung dengan
t-tabel pada t-tabel Dickey-Fuller adalah sebagai berikut :
__ Tabel 1 __
Perbandingan nilai t-hitung dan t-tabel pada output sektor industri dasar, aneka industri,
barang konsumsi dan sektor pertambangan menunjukkan bahwa data stasioner (hipotesis null
ditolak).
Hasil Panjang Lag Optimal
Panjang lag yang optimal adalah dua (2) berdasarkan Schwarz Information Criterion
(SIC). Hasil penentuan panjang lag disajikan dalam tabel 2:
__ Tabel 2__
Hasil Uji Kointegrasi
Berikut ini disajikan tabel hasil uji kointegrasi untuk setiap sektor dengan metode
Johansen’s Cointegration Test.
__ Tabel 3 __
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai trace statistic dan maximum
eigenvalue pada r = 0 lebih besar dari critical value dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini
berarti return saham di sektor industri dasar, aneka industri, industri barang konsumsi dan
pertambangan dengan perubahan harga minyak dunia memiliki hubungan stabilitas atau
keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang.
7 Menurut Enders (2004), jika terdapat hubungan kointegrasi diantara variabel penelitian,
maka estimasi dilakukan dengan VAR. Tabel 4 - tabel 7 menyajikan hasil estimasi dengan
VAR untuk masing-masing sektor yang diteliti.
__ Tabel 4 s/d 7 __
Dari tabel 4 terlihat bahwa untuk return sektor industri dasar secara signifikan
dipengaruhi oleh konstanta C, BIND (-1), BIND (-2) dan OIL (-1) yang ditunjukkan oleh nilai
statistiknya > 1.9608 atau < -1.9608.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
BIND = 0.127*BIND(-1) - 0.058*BIND(-2) - 0.09*OIL(-1) - 0.029*OIL(-2) + 0.002...(4)
Pada persamaan antara sektor industri dasar dan minyak WTI diatas, variabel OIL tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan return sektor industri dasar pada
lag dua hari sebelumnya, namun pergerakan return sektor industri dasar dipengaruhi oleh
dinamika pergerakan dirinya sendiri pada satu hari dan dua hari sebelumnya serta pergerakan
minyak WTI sehari sebelumnya.
Dari output tabel 5 terlihat bahwa untuk return sektor aneka industri secara signifikan
hanya dipengaruhi oleh OIL (-1) yang ditunjukkan oleh nilai statistiknya >1.9608 atau <-.9608.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
MISC = 0.021*MISC(-1) + 0. MISC(-2) - 0.067*OIL(-1) - 0.009*OIL(-2) + 0.0009………..…(5)
Pada persamaan antara sektor aneka industri dan minyak WTI diatas, variabel OIL tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan return sektor aneka industri pada
lag dua hari sebelumnya, namun pergerakan return sektor aneka industri dipengaruhi oleh
pergerakan minyak WTI sehari sebelumnya.
Tabel 6 menunjukkan return sektor industri barang konsumsi secara signifikan hampir
dipengaruhi oleh semua variabel, yaitu konstanta C, OIL (-2) dan tingkat return sektor industri
barang konsumsi pada masa lalu yang ditunjukkan oleh nilai statistiknya > 1.9608 atau <
-1.9608. Akan tetapi, nilai perubahan minyak WTI pada lag sehari sebelumnya tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel return sektor industri barang konsumsi.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
CONS = 0.076*OIL(-1) - 0.09*OIL(-2) + 0.27*CONS(-1) + 0.101*CONS(-2) + 0.003……(6)
Pada persamaan antara sektor industri barang konsumsi dan minyak WTI diatas,
variabel OIL pada lag sehari sebelumnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan,
8 Tabel 7 terlihat bahwa untuk return sektor pertambangan secara signifikan dipengaruhi
oleh semua variabel, yaitu konstanta C, OIL (-1), OIL (-2) yang merupakan perubahan harga
minak WTI pada masa lalu dan tingkat return sektor pertambangan pada lag sehari sebelumnya
yang ditunjukkan oleh nilai statistiknya > 1.9608 atau < -1.9608.
Persamaan error correction pada VAR adalah sebagai berikut:
MING = - 0.155*MING(-1) + 0.003*MING(-2) + 0.065*OIL(-1) + 0.067*OIL(-2) + 0.002… (7)
Pada persamaan antara sektor pertambangan dan minyak WTI diatas, variabel OIL
memberikan memberikan pengaruh yang signifikan pada lag dua hari sampai satu hari
sebelumnya terhadap variabel return saham sektor pertambangan.
Uji Granger Causality
Hasil Uji Granger Causality untuk menguji arah dan hubungan kausalitas antara
perubahan harga minyak WTI dan keempat sektor yang diteliti disajikan dalam tabel 8 berikut:
__ Tabel 8 __
Perubahan harga Minyak WTI secara statistik tidak signifikan mempengaruhi tingkat
return sektor industri dasar (BIND) dan begitu pula sebaliknya tingkat return sektor industri
dasar secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI yang
dibuktikan dengan nilai probabilty masing-masing lebih besar dari 0.05 yaitu 0.7588 dan
0.7895. Perubahan harga Minyak WTI secara statistik signifikan mempengaruhi tingkat return
sektor aneka industri (MISC), namun, tingkat return sektor aneka industri secara statistik tidak
signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak WTI. Perubahan harga Minyak WTI secara
statistik signifikan mempengaruhi tingkat return sektor industri barang konsumsi (CONS) ,
namun tingkat return sektor industri barang konsumsi secara statistik tidak signifikan
memengaruhi perubahan harga Minyak WTI. Perubahan harga Minyak WTI secara statistik
signifikan mempengaruhi tingkat return sektor pertambangan (MING), namun, tingkat return
sektor pertambangan secara statistik tidak signifikan memengaruhi perubahan harga Minyak
WTI.
Hasil Uji Impulse Response Function dan Variance Decomposition
Berikut ini adalah hasil Uji Impulse Response Function antara harga minyak WTI dan
keempat sektor yang diteliti.
9
Pada awal periode yaitu hari pertama sampai hari ke 4, respon return sektor industri
dasar masih sangat fluktuatif yaitu merespon positif dan negatif sejak terjadinya shock atau
goncangan terhadap perubahan harga minyak WTI. Selanjutnya mulai hari ke 5 sampai hari ke
7 fluktuasi mulai mengecil artinya return sektor industri dasar tidak lagi bergejolak seperti
periode sebelumnya. Mulai dari hari ke 5 dan seterusnya, return sektor industri dasar kembali
mencapai keseimbangan atau ekuilibrium sama seperti sebelum terjadinya guncangan
perubahan harga minyak WTI.
__ Tabel 10 __
Pada awal periode, sektor aneka industri memberikan respon yang sangat fluktuatif
sampai hari ke 6 semenjak terjadinya guncangan pada harga minyak WTI. Selanjutnya, setelah
seminggu berlalu sampai kepada hari ke 7, dampak shock mulai berkurang yang ditunjukkan
dengan grafik (warna biru) yang tidak lagi terlalu fluktuatif. Ekuilibrium sektor aneka industri
yaitu, pengembalian titik keseimbangan sektor aneka industri sebelum adanya guncangan pada
harga minyak WTI, dapat dicapai pada hari ke 7.
__ Tabel 11 __
Pada awal periode yaitu hari pertama sampai hari kelima, respon return sektor industri
barang konsumsi masih sangat fluktuatif yaitu merespon positif dan negatif sejak terjadinya
shock atau goncangan terhadap perubahan harga minyak WTI. Selanjutnya mulai hari ke 6
sampai hari ke 7 fluktuasi mulai mengecil artinya return sektor industri barang konsumsi tidak
lagi bergejolak seperti periode sebelumnya. Mulai dari hari ke 6 dan seterusnya, return sektor
industri barang konsumsi kembali mencapai keseimbangan atau ekuilibrium sama seperti
sebelum terjadinya guncangan perubahan harga minyak WTI.
__ Tabel 12 __
Pada awal periode, sektor pertambangan memberikan respon yang sangat fluktuatif
sampai hari ke 5 semenjak terjadinya guncangan pada harga minyak WTI. Selanjutnya, setelah
5 hari berlalu sampai kepada hari ke 6, dampak shock mulai berkurang yang ditunjukkan
dengan grafik (warna biru) yang tidak lagi terlalu fluktuatif. Ekuilibrium sektor pertambangan
dapat dicapai pada hari ke 6.
Hasil Pengujian Hipotesis 1a:
10 . Apabila return sektor industri dasar satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor industri dasar hari ini meningkat sebesar 0,12%, namun
jika return sektor industri dasar dua hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan
perubahan return sektor industri dasar hari ini sebesar -0,05%. Apabila harga minyak WTI satu
hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan perubahan return sektor industri dasar
hari ini menurun sebesar 0,09%. Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga minyak dunia
berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor industri dasar di Bursa Efek Indonesia
dapat diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis 1b:
MISC = - 0.067*OIL(-1) )……….…………..(9)
Apabila harga minyak WTI satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor aneka industri hari ini menurun sebesar 0,06%. Maka
dari itu, hipotesis lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di
sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.
Hasil Pengujian Hipotesis 1c:
CONS = 0.003- 0.093*OIL(-2) + 0.272* CONS(-1) + 0.101*CONS(-2) )……….…..(10)
Apabila return sektor industri barang konsumsi satu hari yang lalu meningkat sebesar
1%, akan menyebabkan perubahan return sektor industri barang konsumsi hari ini meningkat
sebesar 0,27%, dan jika return sektor industri dasar dua hari yang lalu meningkat sebesar 1%,
akan menyebabkan perubahan return sektor industri dasar hari ini sebesar 0,1%. Apabila harga
minyak WTI dua hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan menyebabkan perubahan return
sektor industri barang konsumsi hari ini menurun sebesar 0,093%. Maka dari itu, hipotesis
lonjakan harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap return saham di sektor industri
barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dapat diterima.
Ketiga sub-hipotesis pertama membuktikan lonjakan harga minyak dunia berpengaruh
negatif terhadap return saham di sektor industri, menurut peneliti hal ini dikarenakan minyak
bersama dengan modal, tenaga kerja dan bahan baku merupakan komponen paling penting
dalam produksi barang dan perubahan harga input tersebut akan mempengaruhi arus kas.
Naiknya harga minyak, yang dibarengi dengan tidak adanya efek substitusi lengkap antara
faktor-faktor produksi, meningkatkan biaya produksi. Meningkatnya biaya produksi dan
11 dalam memberikan dividen. Penurunan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan
dividen akan membuat minat investor menjadi rendah, dan investor perusahaan yang
bersangkutan akan cenderung untuk menjual sahamnya sehingga harga saham turun.
Penurunan harga saham akan menurunkan return yang diperoleh oleh investor.
Hasil Pengujian Hipotesis 2:
MING = 0.002 - 0.155*MING(-1) + 0.066* OIL(-1) + 0.069*OIL(-2) )……….…..(11)
Apabila return sektor pertambangan satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor industri barang konsumsi pertambangan hari ini sebesar
-0,15%, Apabila harga minyak WTI satu hari yang lalu meningkat sebesar 1%, akan
menyebabkan perubahan return sektor pertambangan hari ini meningkat sebesar 0,066%, dan
jika terjadi perubahan harga minyak WTI dua hari yang lalu sebesar 1%, return sektor
pertambangan hari ini akan meningkat sebesar 0,069%. Maka dari itu, hipotesis lonjakan harga
minyak dunia berpengaruh positif terhadap return saham di sektor pertambangan di Bursa Efek
Indonesia dapat diterima. Menurut peneliti hal ini disebabkan perusahaan menggunakan
minyak sebagai output produksi, lonjakan terhadap harga minyak mentah dunia akan berimbas
pada meningkatnya kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kemampuan dalam
memberikan dividen. Peningkatan kemampuan menghasilkan laba dan membagikan dividen
akan membuat minat investor menjadi tinggi, dan akan cenderung untuk membeli saham
sehingga harga saham menjadi naik.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:
1. Pergerakan harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan
return sektor industri dasar
2. Fluktuasi harga minyak dunia memberikan pengaruh negatif terhadap pergerakan
return sektor aneka industri pada lag sehari sebelumnya.
3. Perubahan harga minyak dunia pada lag dua hari memberikan pengaruh negatif untuk
sektor industri barang konsumsi.
4. Fluktuasi harga minyak dunia memberikan pengaruh positif pada lag dua hari dan
sehari sebelumnya terhadap return saham di sektor pertambangan.
12
1. Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk semua sektor yang berada di Bursa
Efek Indonesia karena peneliti hanya berfokus pada indeks sektor industri dan
pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Untuk penelitian mendatang disarankan untuk
memasukan semua sektor yang ada guna mendapatkan hasil yang lebih luas dan
fleksibel bagi pengambil keputusan di Bursa Efek Indonesia.
2. Peneliti tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat dikaitkan dengan
fluktuasi nilai saham. Faktor-faktor ini mencakup corporate action dan stabilitas politik,
seperti pemilihan umum dan pergantian pemerintahan pada tahun 2004 dan 2009.
Bencana alam yang sering terjadi dalam kurun 10 tahun terakhir juga mempunyai
dampak terhadap nilai saham, selain itu peristiwa serangan teroris yang terjadi di
Indonesia juga bisa menjadi salah satu alasan yang menghambat kepercayaan investor.
Untuk penelitian mendatang disarankan untuk mempertimbangkan event study yang
bisa menyelidiki dari pengaruh faktor lain selain variabel yang diteliti.
REFERENSI
Alwi, R. (2003). Development Of Intelligent System For Predicting Stock Market Returns. Biro Riset LM FE UI. (2010). ANALISIS INDUSTRI MINYAK DAN GAS DI INDONESIA:
Masukan bagi Pengelola BUMN.
Broby, D. (2011). Equity Index Construction. The Journal of Index Investing 2 (2), 36-39.
Budiartie, G. (2013, June 21). Harga BBM Resmi Naik. Diambil kembali dari tempo.co bisnis: http://www.tempo.co/read/news/2013/06/21/090490281/Harga-BBM-Resmi-Naik Burbridge, J., & Harrison, A. (1984). Testing for the effects of oil-price rises using vector
autoregressions. International Economic Review 25 (1), 459-484.
Ciner, C. (2001). Energy shocks and financial markets: Nonlinear linkages. Studies in
Nonlinear Dynamics and Econometrics 5 (3), 203-212.
Cong, R. C., Wei, Y. M., Jiao, J. L., & Fan, Y. (2008). Relationships between oil price shocks and stock market: An empirical analysis from China. Energy Policy 36 (9), 3544-3553. Crude Oil Prices and Price Charts. (2013, May). Diambil kembali dari InvestmentMine:
http://www.infomine.com/investment/metal-prices/crude-oil/1-year/
Cunado, J., & Perez de Gracia, F. (2003). Do oil price shocks matter? Evidence for some
European countries. Energy Economics, 25 (2), 137-154.
EIA. (2013). Oil (petroleum). Retrieved from U.S. Energy Information Administration: http://www.eia.gov/KIDS/energy.cfm?page=oil_home-basics-k.cfm#top-container Eika, T., & Magnussen, K. A. (2000). Did Norway gain from the 1979-1985 oil price shocks?
Economic Modelling 17 (1), 107-137.
El-Sharif, I., Brown, D., Burton, B., Nixon, B., & Russel, A. (2005). Evidence of the nature
and extent of the relationship between oil prices and equity values in the UK. Energy
Economics 27 (6), 819-830.
Elton, J. E., Gruber, J. M., & Blake , R. C. (1995). Fundamental Economic Variables,Expected
13
Enders, W. (2004). A general test for time dependence in parameters. Journal of Applied
Econometrics 19 (7), 899-906.
Engle, R. F., & Granger, C. W. (1987). Co-integration and error correction: representation,
estimation, and testing. Econometrica: journal of the Econometric Society, 251-276.
Faff, R. W., & Brailsford, T. J. (1999). Oil price risk and the Australian stock market. Journal
of Energy Finance and Development 4, 69-87.
Fama, E. F. (1970). Efficient capital markets: A review of theory and empirical work. The
Journal of Finance 2 (25), 383-417.
Gisser, M., & Goodwin, T. H. (1986). Crude oil and the macroeconomy: Tests of some popular
nations. Journal of Money, Credit and Banking 18 (1), 95-103.
Gjerde, Ø., & Sættem, F. (1999). Causal relations among stock returns and macroeconomic
variables in a small, open economy. Journal of International Financial Markets 9 (1),
61-74.
Hamilton, J. D. (1983). Oil and macroeconomy since World War II. The Journal of Political
Economy 91 (2), 228-248.
Jimènez-Rodrìguez, R., & Sànchez, M. (2005). Oil price shocks and real GDP growth:
Empirical evidence for some OECD countries. Applied Economics 37 (2), 201-228.
Jogiyanto. (Yogyakarta). Teori Portofolio dan Analisis Investasi . 2003: BPFE.
Jogiyanto, H. M. (2003). Economic value added sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara kebijakan dividen dengan return saham. Diss. Universitas Gadjah Mada.
Jones, C. M., & Kaul, G. (1996). Oil and the stock markets. Journal of Finance 51 (2),
463-491.
Maghyereh, A. (2004). Oil price shocks and emerging stock markets: A generalized VAR
approach. International Journal of Applied Econometrics and Quantitative Studies 1
(2), 27-40.
Mohanty, S., Nandha, M., & Bota, G. (2010). Oil shocks and stock returns: The case of Central
and Eastern European (CEE) oil and gas sector. Emerging Markets Review 11 (4),
358-372.
Mork, K. A., Olsen, O., & Mysen, H. T. (1994). Macroeconomic responses to oil price
increases and decreases in seven OECD countries. Energy Journal 15 (4), 19-35.
Nandha, M., & Brooks, R. (2009). Oil Prices and Transport Sector Returns: an International
Analysis. Review of Quantitative Finance and Accounting 33 (4), 393–409.
Nandha, M., & Faff, R. (2008). Does Oil Move Equity Prices? A Global View. Energy
Economics 30, 986-997.
Ono, S. (2011). Oil price shocks and stock markets in BRICs. The European Journal of
Comparative Economics 8 (1), 29-45.
Papapetrou, E. (2001). Oil price shocks, stock market, economic activity and employment in
Greece. Energy Economics 23 (5), 511-532.
Park, J., & Ratti, R. A. (2008). Oil price shocks and the stock markets in the U.S. and 13
European countries. Energy Economics 30 (5), 2587-2608.
Sadorsky, P. (1999). Oil price shocks and stock market activity. Energy Economics 21 (5),
449-469.
Sadorsky, P. (2001). Risk factors in stock return of Canadian oil nad gas company. Energy
Economics 21 (1), 17-28.
Stern, D. I., & Cleveland, C. J. (2004). Energy and Economic Growth. Rensselaer Working
Papers in Economics 0410.
14 Tabel 1
OUTPUT AUGMENTED DICKEY-FULLER (ADF) TEST
Nilai t-statistic dan critical values
Variabel
BIND MISC CONS MING
Augmented Dickey-Fuller t-Statistic
-40.483 -49.99725 -56.83864 -51.62679
Critical values 5% -3.41131 -3.411531 -3.411531 -3.411531
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 2
PANJANG LAG OPTIMAL
Lag LogL LR FPE AIC SIC HQ
0 22978.30 NA 1.46e-14 -17.66497 -17.65370 -17.66089 1 23126.01 294.7396 1.33e-14 -17.75933 -17.69170 -17.73483 2 23203.98 155.2763 1.28e-14* -17.80006* -17.67607* -17.75514* 3 23225.43 42.63723 1.28e-14 -17.79733 -17.61698 -17.73199 4 23240.15 29.20496 1.29e-14 -17.78943 -17.55272 -17.70366 5 23263.20 45.64170 1.30e-14 -17.78793 -17.49486 -17.68174 6 23278.28 29.80458 1.31e-14 -17.78030 -17.43087 -17.65370 7 23295.62 34.19182 1.31e-14 -17.77441 -17.36862 -17.62739 8 23316.19 40.49128* 1.32e-14 -17.77100 -17.30885 -17.60356
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 3
RANKING KOINTEGRASI DARI VARIABEL MINYAK WTI DAN SEMUA SEKTOR YANG DITELITI
Variabel
Trace Statistic maximum eigenvalue
H0 Statistic 0.05 Critical Value H0 Statistic 0.05 Critical Value
BIND r = 0* 1601.168 15.49471 r = 0* 888.1286 14.26460
r ≤ 1 3.0395 3.841466 r ≤ 1 3.0395 3.841466
MISC r = 0* 974.5250 15.49471 r = 0* 538.2732 14.26460
r ≤ 1 2.2518 3.841466 r ≤ 1 2.2518 3.841466
CONS r = 0* 1697.286 15.49471 r = 0* 985.9443 14.26460
r ≤ 1 2.3418 3.841466 r ≤ 1 2.3418 3.841466
15
r ≤ 1 1.9063 3.841466 r ≤ 1 1.9063 3.841466
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 4
ESTIMASI VAR UNTUK SEKTOR INDUSTRI DASAR
BIND BIND(-1) BIND(-2) OIL(-1) OIL(-2) C 0.127166 -0.058041 -0.090506 -0.028703 0.001829
t-statistics [6.49839] [-2.96607] [-1.99970] [-0.63450] [ 1.68160] Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 5
ESTIMASI VAR UNTUK SEKTOR ANEKA INDUSTRI
MISC
MISC(-1) MISC(-2) OIL(-1) OIL(-2) C
0.021064 0.000122 -0.067191 -0.009103 0.000862
t-statistics [ 1.07676] [ 0.00626] [ -2.20730] [ -0.29889] [ 1.17803]
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 6
ESTIMASI VAR UNTUK SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI
CONS CONS(-1) CONS(-2) OIL(-1) OIL(-2) C 0.27095 0.101048 0.076384 -0.092832 0.002722
t-statistics [13.9037] [5.18986] [ 1.66533] [ -2.02396] [ 2.46707]
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 7
ESTIMASI VAR UNTUK SEKTOR PERTAMBANGAN
MING MING(-1) MING(-2) OIL(-1) OIL(-2) C -0.154736 0.003411 0.065538 0.069167 0.002215
t-statistics [-7.90310]* [ 0.17426] [ 1.98621]* [ 2.09598]* [ 2.75156]*
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 8
UJI KAUSALITAS GRANGER SELURUH SEKTOR
Null Hypothesis: Obs Prob.
BIND does not Granger Cause OIL 2607 0.7588 OIL does not Granger Cause BIND 0.7895 MISC does not Granger Cause OIL 2607 0.0379*
OIL does not Granger Cause MISC 0.0846 OIL does not Granger Cause CONS 2607 0.0339*
CONS does not Granger Cause OIL 0.7537 MING does not Granger Cause OIL 2607 0.0487*
OIL does not Granger Cause MING 0.3816
16 Tabel 9
VARIANCE DECOMPOSITION
SEKTOR INDUSTRI DASAR
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 10
VARIANCE DECOMPOSITION SEKTOR
ANEKA INDUSTRI
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 11
VARIANCE DECOMPOSITION SEKTOR
BARANG KONSUMSI
Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 12
VARIANCE DECOMPOSITION SEKTOR
BARANG KONSUMSI
Sumber : Data diolah (2014)
Period BIND OIL
1 100.0000 0.000000 2 99.99753 0.002469 3 99.98060 0.019404 4 99.98042 0.019584 5 99.98030 0.019698 6 99.98030 0.019703 7 99.98030 0.019703 8 99.98030 0.019703 9 99.98030 0.019703 10 99.98030 0.019703
Variance Decomposition of BIND:
Period MISC OIL
1 99.98295 0.017055 2 99.79922 0.200776 3 99.79547 0.204529 4 99.79521 0.204790 5 99.79521 0.204791 6 99.79521 0.204792 7 99.79521 0.204792 8 99.79521 0.204792 9 99.79521 0.204792 10 99.79521 0.204792
Variance Decomposition of MISC:
Period CONS OIL
1 99.98737 0.012634 2 99.86985 0.130152 3 99.78281 0.217185 4 99.76555 0.234447 5 99.76550 0.234503 6 99.76522 0.234780 7 99.76521 0.234790 8 99.76521 0.234791 9 99.76521 0.234791 10 99.76521 0.234791
Variance Decomposition of CONS:
Period MING OIL
1 99.97981 0.020193 2 99.89621 0.103795 3 99.89533 0.104670 4 99.89531 0.104691 5 99.89531 0.104691 6 99.89531 0.104692 7 99.89531 0.104692 8 99.89531 0.104692 9 99.89531 0.104692 10 99.89531 0.104692