• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa

Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa, LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa, yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa. LPD dapat didirikan pada desa dalam wilayah Kabupaten/Kota, dimana tiap-tiap desa hanya dapat didirikan satu LPD. LPD merupakan lembaga keuangan milik desa pekraman yang telah berkembang, memberikan manfaat sosial, ekonomi dan budaya kepada anggotanya, sehingga perlu dibina, ditingkatkan kinerjanya, dan dilestarikan keberadaannnya.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Lembaga Perkreditan Desa

Menurut Darsana (2009:115), LPD berfungsi sebagai salah satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat-surat berharga lainnya, menjalankan fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa.

Usaha-usaha LPD dilakukan dengan tujuan:

1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui kegiatan menghimpun tabungan dan deposito dari krama desa.

(2)

10

2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu.

3) Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja bagi krama desa.

4) Meningkatkan daya beli, melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa.

Berdasarkan tujuan tersebut maka, yang menjadi tujuan LPD adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa dengan jalan meningkatkan lalu lintas pembayaran dan keuangan di desa sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa/krama desa adat.

2.1.3 Pengelolaan dan Kegiatan Usaha LPD

Pengelolaan LPD dilakukan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab kepada krama desa. Pengurus dalam melaksanakan dan mengelola LPD dapat mengangkat karyawan dalam rangka membantu kegiatan operasional usaha LPD. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Lembaga Perkreditan Desa, menyatakan bahwa lapangan usaha LPD mencakup:

1) Menerima atau menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito.

2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian, industri, atau kerajinan kecil perdagangan dan usaha-usaha lain yang dipandang perlu.

(3)

11

3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar 100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana.

4) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai.

5) Memberi pinjaman untuk kegiatan ekonomi produktif pada sektor-sektor ekonomi yang dipandang tepat berdasarkan analisa serta memungut biaya sesuai kesepakatan krama dalam pararem dan ketentuan lainnya.

6) Penyertaan modal pada usaha-usaha desa adat, sesuai kemampuan dan atas persetujuan krama desa adat.

2.1.4 Pengertian Efektivitas

Bastian (2006:78) menyatakan efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian. Efektivitas ini diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output dan keluaran, kebijakan, dan prosedur dari organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Mahmudi (2010:86) efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan.

Mardiasmo (2002:134) berpendapat bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan

(4)

12

dengan efektif. Efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut, karena efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.5 Pengertian Struktur Pengendalian Intern

Menurut IAI, pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan. COSO (1992) dalam Amudo dan Inanga (2009:126) menyebutkan tiga golongan tujuan tersebut, yakni (a) keandalan pelaporan keuangan, (b)efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Definisi menurut Institute of Internal Auditors (IIA) di dalam Standar and Guideline for The Profesional Practice of Internal Auditing menyatakan bahwa pengendalian intern adalah aktivitas yang berusaha untuk menjamin pencapaian tujuan dan sasaran organisasi (Pratolo, 2007:7).

Arens (2003) dalam Prabowo,dkk (2008:5) mendefinisikan pengendalian intern sebagai kebijakan dan prosedur untuk melindungi asset perusahaan dari penyalahgunaan, keakuratan informasi, serta memastikan bahwa peraturan telah dipatuhi. Thoyibatun (2009:238) menyatakan bahwa struktur pengendalian intern merupakan seperangkat kebijakan dan prosedur yang ditujukan untuk menyediakan jaminan wajar atas tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pengendalian intern adalah rangkaian yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi

(5)

13

untuk dapat memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

2.1.6 Pentingnya Struktur Pengendalian Intern

Menurut Halim (2003:198) telah lama diakui kalau struktur pengendalian intern penting bagi manajemen dan auditor dalam berbagai literatur yang berkaitan dengan pengendalian intern karena:

1) Lingkup dan ukuran entitas bisnis semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan manajemen harus mengandalkan laporan dan analisis yang banyak jumlahnya agar peranan pengendalian dapat berjalan efektif.

2) Pemeriksaan dan penelaahan bawaan dalam sistem yang baik memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi.

3) Pengendalian intern yang baik mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat mengurangi biaya ataupun fee audit.

2.1.7 Tujuan Struktur Pengendalian Intern

Menurut Tawaf (1999:19), tujuan dari struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut.

1) Mengamankan harta kekayaan.

2) Meyakini akurasi dan keandalan data akuntansi.

3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien serta mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan dalam usaha perbankan.

(6)

14

Penerapan struktur pengendalian intern memadai dimaksudkan untuk menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan dalam batas-batas yang layak dan walaupun kesalahan dan penyelewengan terjadi, dapat segera diketahui dan dapat diatasi dengan cepat (Yadnyana, 2008:4). Menetapkan dan mempertahankan pengendalian internal merupakan tanggung jawab penting manajemen. Pengendalian internal menggunakan semua sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan dapat tercapai (Dithisari dan Nasution, 2009:2). Tujuan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek akan mudah dicapai apabila kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan, dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak yang ada dalam organisasi tersebut. Kondisi tersebut akan dapat tercipta dengan terbentuknya struktur pengendalian intern yang memadai dalam perusahaan.

2.1.8 Konsep Struktur Pengendalian Intern

Menurut Halim (2003:201) konsep dasar yang berkaitan dengan struktur pengendalian intern adalah:

1) Pertanggungjawaban manajemen

Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian intern. Tanggung jawab manajemen meliputi pelaksanaan pengawasan struktur pengendalian intern yang sedang berjalan. Manajemen harus selalu memperbaiki struktur pengendalian intern perusahaan yang dikelolanya.

(7)

15

2) Kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai

Manajemen mencari tingkat yang wajar dalam hal kualitas struktur pengendalian intern. Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa sasaran struktur pengendalian intern dapat tercapai.

3) Keterbatasan bawaan

Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan bawaan yang melekat pada struktur pengendalian intern tersebut. Keterbatasan bawaan tersebut diakibatkan antara lain oleh:

a. faktor manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian b. pengendalian tidak dapat mengarah pada seluruh transaksi. 4) Metode pengolahan data

Pengendalian dapat diterapkan baik untuk sistem pengolahan data manual maupun terkomputerisasi atau Electric Data Processing (EDP).

2.1.9 Komponen Struktur Pengendalian Intern

Menurut Halim (2001:193), untuk kepentingan audit atas laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas dikelompokkan atas tiga komponen berikut.

1) Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat, atau memperlemah efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu. Pada hakikatnya, lingkungan pengendalian menggambarkan keseluruhan sikap, kesadaran dan tindakan dewan komisaris, manajemen perusahaan, pemilik dan pihak lain mengenai betapa pentingnya pengendalian

(8)

16

bagi satuan usaha, dan tekanannya pada satuan usaha yang bersangkutan. Hal tersebut merefleksikan pentingnya pengendalian terhadap gaya operasi manajemen. Faktor-faktor yang terkandung dalam lingkungan pengendalian tersebut adalah:

a. Filosofi dan gaya operasi manajemen.

Karakteristik filosofi manajemen dan gaya operasi yang berpengaruh besat terhadap lingkungan pengendalian adalah:

(1) Pendekatan untuk memantau berbagai risiko bisnis yang dihadapi perusahaan.

(2) Penekanan pada pencapaian anggaran dan laba perusahaan.

(3) Sikap, pandangan, dan tindakan manajemen terhadap laporan keuangan.

b. Struktur Organisasi Satuan Usaha.

Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi. c. Berfungsinya dewan komisaris dan komite-komite yang dibentuk seperti

komite audit.

Dewan komisaris mempunyai fungsi sebagai pengawas yang mengawasi arah jalannya perusahaan. Dewan komisaris merupakan wakil para pemegang saham yang bertugas untuk memastikan bahwa perusahaan berjalan dan melaksanakan aktivitasnya sesuai kepentingan para pemegang

(9)

17

saham, sedangkan komite audit mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatasi segala permasalahan praktik pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit juga membantu bagian keuangan dalam melaksanakan dan menyelesaikan fungsi pertanggungjawaban.

d. Metode pelimpahan wewenang dan tanggung jawab.

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

e. Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan menindak lanjuti kinerja.

Metode pengendalian manajemen ini berhubungan dengan kemampuan manajemen untuk mengawasi secara efektif seluruh aktivitas perusahaan. Kunci-kunci pengendalian yang dilakukan oleh manajemen adalah:

(1) Anggaran.

Anggaran mempunyai arti penting penetapan dan pengkomunikasian perencanaan manajemen bagi seluruh kegiatan perusahaan. Anggaran digunakan sebagai dasar pengukuran prestasi dan memperbaiki tindakan menyimpang dari yang diharapkan.

(10)

18 (2) Pelaporan internal.

Sistem pelaporan internal yang efektif dari manajemen berbagai level, menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian sehat. Jika laporan tersebut dievaluasi secara baik, maka dapat digunakan untuk mengukur prestasi.

(3) Auditor internal.

Auditor internal memberikan kontribusi terhadap lingkungan pengendalian dengan membantu manajemen untuk memonitor keefektifan dari pengendalian lain. Auditor internal harus independen terhadap unit-unit lain yang ada di perusahaan.

f. Kebijakan dan praktik personalia.

Dasar yang paling pokok dalam lingkungan pengendalian adalah kecakapan dan kejujuran karyawan perusahaan dalam melaksanakan praktik maupun prosedur. Jumlah dan kualitas karyawan yang dipekerjakan harus mencukupi kebutuhan perusahaan. Kecakapan dan kejujuran karyawan tergantung pada kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pengangkatan, pelatihan, kompensasi, evaluasi prestasi, dan promosi karyawan.

g. Berbagai faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan praktik satuan usaha.

Keberhasilan pengendalian suatu satuan usaha sangat dipengaruhi oleh keberadaan pengawasan dan kepatuhan yang dibutuhkan dari pihak luar

(11)

19

seperti badan pembuat undang (badan legislatif), dan undang-undang itu sendiri.

2) Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan penyusunan metode-metode dan catatan-catatan yang dapat:

a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi atau kejadian yang sah. b. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan terperinci agar dapat

diklasifikasikan dengan tepat untuk pelaporan keuangan. c. Mengukur nilai transaksi secara layak.

d. Menentukan periode terjadinya transaksi sehingga cut off pencatatan transaksi dapat dilakukan secara tepat.

e. Menyajikan transaksi atau kejadian ekonomi, dan pengungkapannya dalam laporan keuangan dengan semestinya.

3) Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah diciptakan manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan tercapai. Prosedur pengendalian dapat diterapkan secara luas dan diintegrasikan dalam komponen tertentu lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi. Pada umumnya prosedur pengendalian dapat diklasifikasikan ke dalam prosedur yang bersangkutan dengan:

(12)

20

Di dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, di dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. b. Pemisahan tugas dan tanggung jawab yang memadai.

Salah satu kategori dari prosedur pengendalian adalah pemisahan tanggung jawab dan untuk setiap transaksi yang terjadi. Pemisahan tanggung jawab memungkinkan terciptanya pengecekan silang dalam setiap pekerjaan yang melibatkan beberapa karyawan suatu perusahaan. Maksud utama adanya pemisahan tugas tersebut adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan dari pembebanan tanggung jawab. c. Perancangan dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai.

Dokumen dan catatan merupakan obyek fisik tempat transaksi dimasukkan dan diringkas. Dokumen merupakan bukti atas kejadian suatu transaksi beserta harga, sifat dan jangka waktu transaksi. Dalam perancangan dokumen dan catatan, unsur pengendalian intern yang harus dipertimbangkan adalah:

(1) Perancangan dokumen bernomor urut cetak.

(2) Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi atau segera setelah transaksi terjadi.

(3) Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan tersebut.

(13)

21

(4) Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan sekaligus.

(5) Perancangan dokumen dan catatan yang mendorong pengisian data yang benar.

d. Perlindungan memadai atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan.

Cara yang paling baik dalam perlindungan kekayaan dan catatan adalah dengan mengadakan perlindungan secara fisik. Perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Penggunaan alat mekanik dapat juga digunakan untuk menambah jaminan bahwa informasi akuntansi dicatat secara teliti dan tepat waktu.

e. Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang semestinya terhadap jumlah yang dicatat.

Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian atas jumlah dicatat menuntut adanya verifikasi untuk dilakukan oleh pihak intern. Verifikasi yang dilakukan tersebut antara lain:

(1) Pengecekan secara teknis terhadap faktur penjualan, voucher, dan penghitungan penggajian.

(2) Perbandingan antara aktiva tersedia dengan saldo yang terdapat dalam catatan akuntansi.

(3) Rekonsiliasi atas akun atau rekening pengendali (buku besar) dengan akun pembantu.

(14)

22

2.1.10 Keterbatasan Struktur Pengendalian Intern

Menurut Jusup (2001:254), keterbatasan pada setiap struktur pengendalian intern perusahaan antara lain:

1) Kesalahan dalam pertimbangan

Manajemen dan personil lainnya melakukan pertimbangan yang kurang matang dalam pengambilan keputusan bisnis, atau dalam melakukan tugas-tugas rutin karena kekurangan informasi, keterbatasan waktu, atau penyebab lainnya.

2) Kemacetan

Kemacetan pada pengendalian yang telah berjalan bisa terjadi karena petugas salah mengerti dengan instruksi atau melakukan kesalahan karena kecerobohan, kebingungan atau kelelahan.

3) Kolusi

Kolusi atau persekongkolan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan pegawai lainnya, atau dengan pelanggan, atau pemasok, bisa tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern.

4) Pelanggaran oleh manajemen

Manajemen bisa melakukan pelanggaran atas kebijakan atau prosedur-prosedur untuk tujuan-tujuan tidak sah, seperti keuntungan pribadi, atau membuat laporan keuangan menjadi nampak baik.

(15)

23 5) Biaya dan manfaat

Biaya penyelenggaraan suatu struktur pengendalian intern seyogyanya tidak melebihi manfaat yang akan diperoleh dari penerapan pengendalian intern tersebut.

2.1.11 Penilaian Kinerja Perkreditan

Performance atau kinerja merupakan hasil dari perilaku anggota

organisasi, dimana tujuan aktual yang dicapai adalah dengan adanya prestasi (Kartika dan Wijayanti, 2007:6). Kinerja merupakan hasil usaha sendiri dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

Penilaian kinerja diperlukan oleh Lembaga Perkreditan Desa untuk mengukur efektivitas dan efisiensi dari operasional kegiatan yang telah dilakukannya terutama menyangkut bagian kredit. Menurut Syamriadi dan Ritchi (2009:3), penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan dan merupakan salah satu efektifitas dasar dalam penilaian karyawan

Menurut Mulyadi (2001;145), penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan hasil yang diinginkan. Adapun manfaat penilaian kinerja oleh manajemen adalah:

(16)

24

1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.

3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Penilaian kinerja perkreditan merupakan suatu penilaian secara sistematis, mandiri, obyektif dan berorientasi ke masa depan atas kebijakan dan keputusan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepada divisi kredit dalam rangka meningkatkan profitabilitas maupun mencapai tujuan lainnya (Mulyono, 1999:125). Menurut keputusan Direksi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali Tahun 2004, rasio Return on Assets (ROA) sebagai alat ukur kinerja perkreditan pada LPD berperan penting untuk mengetahui jumlah penghasilan bersih yang diperoleh oleh LPD dan merupakan salah satu aspek dalam menilai kesehatan LPD.

2.1.12 Pengertian Kredit

Kredit berasal dari kata credere, yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan dan bagi pemberi kredit artinya memberikan

(17)

25

kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali (Pratiwi dan Syahelmi, 2009:4).

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang dikutip oleh Saputra dan Fahmi (2009) menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Sinungan dan Murchdarsyah (1993) dalam Mahrinasari (2003:111), kredit merupakan pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai kontra prestasi berupa pendapatan bunga. Ramantha (2006:49) menyatakan bahwa hal pokok untuk mendukung kesehatan LPD adalah penyaluran kredit yang cukup kepada masyarakat dan terjaminnya kelancaran pengembalian dari kredit tersebut.

2.1.13 Unsur-Unsur Kredit

Menurut Kasmir (2009:98), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah:

1) Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.

2) Kesepakatan, disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

(18)

26

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4) Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit, semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.

5) Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.1.14 Kolektibilitas Kredit

Kolektibilitas kredit adalah keadaan pembayaran pokok dan bunga oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan. Adapun ketentuan kolektibilitas kredit menurut Tawaf (1999:263) adalah:

1) Lancar (pass) apabila memenuhi kriteria:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu. b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). 2) Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga yang belum melampaui 90 hari.

(19)

27

b. Kadang-kadang terjadi cerukan (pemakaian dana melampaui flatform yang ada).

c. Mutasi rekening relatif aktif.

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. e. Didukung oleh pinjaman baru.

3) Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang melampaui 90 hari.

b. Sering terjadi cerukan.

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

4) Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.

c. Terjadi wanprestasi (penurunan prestasi kredit) lebih dari 180 hari. d. Terjadi kapitalisasi bunga.

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

(20)

28 5) Macet (loss,) apabila memenuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan penjaminan baru.

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

2.1.15 Pengawasan Kredit

Menurut Tawaf (1999:258), hal-hal yang terdapat dalam pengawasan kredit antara lain:

1) Prinsip pengawasan kredit, mengandung unsur pencegahan dini terhadap kerugian kredit. Pengawasan rutin melekat pada setiap pelaksanaan pemberian kredit.

2) Obyek pengawasan kredit, semua pejabat bank yang terkait dengan perkreditan dan semua jenis kredit, termasuk kredit kepada pihak terkait dengan bank dan debitur besar tertentu.

3) Cakupan fungsi pengawasan kredit, apakah pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai KPB (Kebijakan Perkreditan Bank), prosedur pemberian kredit dan ketentuan intern bank yang berlaku serta telah memenuhi ketentuan perbankan. Cakupan fungsi pengawasan meliputi:

a. Perkembangan kegiatan debitur disampaikan dalam bentuk laporan tertulis dan memberikan peringatan dini mengenai penurunan kualitas kredit-kredit yang berisiko bagi bank.

(21)

29 c. Pembinaan kepada debitur.

d. Secara khusus kebenaran pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank dan debitur-debitur besar tertentu, apakah telah sesuai dengan KPB (Kebijakan Perkreditan Bank).

e. Pelaksanaan pengadministrasian dokumen perkreditan.

f. Memantau kecukupan jumlah penyisihan penghapusan kredit.

4) Struktur pengendalian intern perkreditan. Setiap bank harus mempunyai struktur pengendalian intern yang memadai dalam perkreditan untuk mencegah penyalahgunaan wewenang. Struktur pengendalian intern harus diterapkan pada semua tahap perkreditan. Cakupan struktur pengendalian intern perkreditan meliputi:

a. Penerapan prinsip pengawasan ganda pada setiap proses pemberian kredit mengandung kerawanan terhadap penyalahgunaan dan/atau dapat menimbulkan kerugian keuangan bank.

b. Perlindungan fisik terhadap surat berharga dan kekayaan bank yang terkait dengan perkreditan harus memadai.

c. Adanya mekanisme deteksi dini terhadap setiap pelanggaran terhadap KPB dan prosedur pelaksanaan kredit.

5) Kajian berkala efektivitas sistem pengendalian intern.

6) Pengawasan dilakukan pejabat perusahaan bawahannya dengan mempertanggung jawabkan dalam laporan tertulis secara berkala kepada yang berwenang.

(22)

30

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Arie Wahyuni (2006) telah melakukan penelitian tentang pengaruh Struktur Pengendalian Intern terhadap kinerja perkreditan pada Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Marga Tabanan. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa komponen struktur pengendalian intern yakni lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan. Hasil penelitian secara parsial, menunjukkan komponen struktur pengendalian intern yakni lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja perkreditan, sedangkan komponen prosedur pengendalian tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan variabel yang sama, dimana variabel terikatnya adalah kinerja perkreditan dan variabel bebasnya adalah lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitiannya, dimana penelitian ini pada Lembaga Perkreditan Desa yang terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, sedangkan penelitian sebelumnya pada Lembaga Perkreditan Desa yang terdapat di Kecamatan Marga Tabanan.

Eka Purnamadewi (2010) telah melakukan penelitian tentang pengaruh efektivitas struktur pengendalian intern pada kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Utara. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa Struktur pengendalian intern pada Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Utara telah diterapkan dengan efektif. Komponen struktur

(23)

31

pengendalian intern yakni prosedur pengendalian berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Utara. Sedangkan komponen lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Utara. Objek penelitiannya adalah struktur pengendalian intern dan kinerja perkreditan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan variabel yang sama, dimana variabel terikatnya adalah kinerja perkreditan dan variabel bebasnya adalah lingkungan pengendalian, sistem akuntansi dan prosedur pengendalian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada lokasi penelitiannya., dimana penelitian ini pada Lembaga Perkreditan Desa yang terdapat di Kecamatan Denpasar Selatan, sedangkan penelitian sebelumnya pada Lembaga Perkreditan Desa yang terdapat di Kecamatan Denpasar Utara.

2.3 Rumusan Hipotesis

Penelitian yang dilakukan oleh Arie Wahyuni (2006:57) menunjukkan hasil bahwa lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi berpengaruh signifikan pada kinerja perkreditan, sedangkan prosedur pengendalian tidak berpengaruh signifikan pada kinerja perkreditan. Penelitian yang dilakukan Eka Purnamadewi (2010:70) menunjukkan hasil bahwa prosedur pengendalian berpengaruh signifikan terhadap kinerja perkreditan, sedangkan lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

(24)

32

perkreditan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Ada pengaruh struktur pengendalian intern dari komponen lingkungan pengendalian pada kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Selatan.

H2 : Ada pengaruh struktur pengendalian intern dari komponen sistem akuntansi pada kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Selatan.

H3 : Ada pengaruh struktur pengendalian intern dari komponen prosedur pengendalian pada kinerja perkreditan Lembaga Perkreditan Desa di Kecamatan Denpasar Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan penyediaan RTH di KotaBatam mengacu kepada regulasi yang telah ditetapkan olehPemerintah Kota Batam diantaranya Peraturan Daerah

Berdasarkan jenis penelitian ini, yaitu deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kerentanan tinggi dari kecamatan yang diamati terdapat di kecamatan Pameungpeuk tepatnya di kawasan pariwisata pantai santolo Garut, yang dimana aktifitas manusia dikawasan

b) berkas diserahkan pada Petugas Dinas Kependudukan untuk cetak Kartu Keluarga sekaligus cetak KIA;. c) Akta Kelahiran, Kartu Keluarga dan KIA

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka perwujudan karya seni lukis dalam penciptaan ini rnerupakan aktivitas kreatif yang melibatkan unsur rohani dan fisik yaitu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode Make A Match mata pelajaran matematika materi Penjumlahan Pecahan kelas IV

Terdapat hubungan positif yang rendah antara tingkat pengetahuan peternak dengan keberhasilan S/C dan CR pelaksanaan IB di Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan Jawa Timur,