• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI. lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem

Menurut Hall (2008, p4), sistem didefinisikan sebagai sekelompok dua atau lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Gelinas dan Dull (2008, p11), sistem merupakan seperangkat elemen yang saling bergantung yang bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Sistem harus memiliki organisasi, hubungan timbal balik, integrasi, dan tujuan pokok.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan seperangkat elemen yang saling berhubungan yang bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.

2.2 Pengertian Informasi

Menurut Gelinas dan Dull (2008, p17), informasi didefinisikan sebagai data yang disajikan dalam bentuk yang berguna dalam aktivitas pengambilan keputusan. Informasi tersebut mempunyai nilai kepada pengambil keputusan karena mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan akan area tertentu yang menjadi perhatian.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p5), informasi adalah data yang telah diorganisir dan diproses untuk memberikan arti kepada pengguna.

(2)

Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2008, p14) adalah sebagai berikut:

a) Relevance

Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi.

b) Timeliness

Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya. c) Accuracy

Informasi harus bebas dari kesalahan yang bersifat material. Namun demikian, materialitas merupakan konsep yang sulit dikualifikasi karena materialitas tidak memiliki nilai yang absolut dan merupakan konsep masalah spesifik. Ini berarti bahwa dalam beberapa kasus, informasi harus akurat sempurna.

d) Completeness

Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang.

e) Summarization

Informasi harus dikumpulkan sesuai dengan keperluan pengguna.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diproses sehingga memiliki arti bagi para penggunanya.

(3)

2.3 Pengertian Sistem Informasi

Menurut Hall (2008, p6), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada para pemakai.

Menurut Gelinas dan Dull (2008, p13), sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang secara umum terdiri dari seperangkat komponen berbasis komputer yang terintegrasi dan komponen manual untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data dan menyediakan informasi kepada pengguna.

Jadi, sistem informasi adalah seperangkat komponen yang berhubungan yang mengumpulkan, memroses, menyimpan, dan menyebarkan informasi kepada pihak yang membutuhkannya.

2.4 Pengertian Akuntansi

Menurut Kieso et al. (2011, p5), karakteristik dari akuntansi adalah : (1) identifikasi, pengukuran, dan komunikasi dari informasi keuangan mengenai (2) entitas ekonomi kepada (3) pihak yang berkepentingan.

Menurut Harrison dan Horngren (2004, p4), akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah informasi tersebut ke dalam laporan-laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pembuat keputusan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan serangkaian kegiatan yang mencatat, mengukur, dan mengolah informasi dari aktivitas-aktivitas sebuah entitas ekonomi dan kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan.

(4)

2.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Kieso et al. (2011, p80), sistem informasi akuntansi mengumpulkan dan memroses data transaksi lalu menyebarkan informasi finansial tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Menurut Rama dan Jones (2006, p13), sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lainnya yang diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memroses data sehingga menghasilkan informasi kepada para pengambilan keputusan.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p1), sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti orang-orang dan peralatan, dirancang untuk mengubah data finansial dan lainnya menjadi informasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah subsistem dari sistem informasi manajemen yang terdiri dari sekumpulan sumber daya yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memroses data untuk menyediakan informasi keuangan bagi pembuat keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen.

2.5.1 Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), sistem informasi akuntansi terdiri dari lima komponen, yaitu:

(5)

1. People

Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan bermacam-macam fungsi.

2. Procedures

Prosedur-prosedur, baik manual dan otomatis, terlibat dalam mengumpulkan, memroses, dan menyimpan data tentang aktivitas organisasi.

3. Data

Data tentang proses bisnis organisasi. 4. Software

Perangkat lunak yang digunakan untuk memroses data organisasi. 5. Information technology infrastructure

Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perlengkapan pendukung lainnya dan perlengkapan komunikasi jaringan.

6. Internal control and security measurement

Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang mengamankan data dalam sistem informasi akuntansi.

2.5.2 Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Rama dan Jones (2006, p6-7), tujuan dan kegunaan sistem informasi akuntansi ada lima, yaitu:

(6)

1. Memproduksi laporan-laporan eksternal

Sistem informasi akuntansi mampu menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan. Laporan-laporan tersebut mencakup laporan keuangan, pengembalian pajak, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh perwakilan pihak-pihak yang terkait.

2. Mendukung aktivitas-aktivitas rutin

Mampu mendukung manajer dalam menangani aktivitas-aktivitas operasi yang bersifat rutin selama siklus operasi perusahaan.

3. Pendukung keputusan

Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bersifat non-rutin yang terdapat pada perusahaan.

4. Perencanaan dan pengawasan

Sebuah sistem informasi sangat dibutuhkan untuk kegiatan perusahaan perencanaan dan pengawasan. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam sistem informasi dan laporan digunakan untuk membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya.

5. Mengimplementasikan pengendalian internal

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat

(7)

berhasil yaitu dengan membangun suatu sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi.

2.6 Piutang, dan Penerimaan Kas 2.6.1 Pengertian Piutang

Menurut Kieso et al. (2011, p347), piutang adalah klaim terhadap pelanggan dan pihak lain untuk uang, barang, atau jasa.

Menurut Warren et al. (2008, p318), piutang meliputi seluruh uang yang dapat diklaim terhadap entitas lain, termasuk orang, firma bisnis, dan organisasi lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa piutang adalah uang yang dapat diklaim terhadap entitas lain untuk barang dan jasa.

2.6.2 Pengertian Penerimaan Kas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 (2011), mendefinisikan kas yang meliputi kas dan setara kas. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Menurut Kieso et al. (2011, p344), kas adalah asset yang paling cair, merupakan media pertukaran standar dan dasar untuk pengukuran dan akuntansi untuk semua item lainnya.

(8)

Menurut Warren et al. (2008, p284), kas meliputi koin, mata uang (uang kertas), cek, wesel, dan uang di deposito yang tersedia untuk penarikan tak terbatas dari bank dan institusi finansial lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kas terdiri dari koin, mata uang (uang kertas), cek, dan segala sesuatu yang dapat dijadikan simpanan di bank, bersifat likud dan mudah dipertukarkan.

2.7 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan 2.7.1 Proses Bisnis

Menurut Rama dan Jones (2006, p18), proses bisnis adalah urutan aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan untuk memeroleh, memroduksi, menjual barang dan jasa. Proses bisnis sebuah perusahaan dapat dilihat melalui siklus transaksi proses bisnis tersebut dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga siklus transaksi utama, yaitu:

1. Acquisition (purchasing) cycle.

Siklus perolehan atau pembelian yang meliputi proses pembelian barang dan jasa

2. Conversion cycle.

Siklus konversi yang meliputi proses untuk mengubah sumber daya yang diperoleh menjadi barang dan jasa

3. Revenue cycle.

Siklus pendapatan yang meliputi proses penyediaan barang dan jasa kepada pelanggan

(9)

Menurut Rama dan Jones (2006, p18), siklus pendapatan dari tiap jenis perusahaan hampir serupa dan terdiri dari beberapa atau seluruh kegiatan berikut ini:

1. Merespon pertanyaan pelanggan

Pertanyaan pelanggan dapat ditangani oleh seorang tenaga penjualan. Tenaga penjualan memainkan peran penting dalam membantu pelanggan memahami produk-produk perusahaan dan memilih produk yang sesuai.

2. Membuat kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan barang atau jasa pada masa yang akan datang

Meliputi pesanan pelanggan akan produk atau jasa dan kesepakatan antara perusahaan dengan pelanggan untuk mengirimkan produk atau memberikan layanan.

3. Memberikan layanan atau mengirimkan produk kepada pelanggan

Fungsi ini merupakan fungsi yang kritis bagi proses pendapatan. Untuk jasa, karyawan kuncinya adalah penyedia layanan. Untuk produk, karyawan gudang dan pengantar yang mempunyai peran aktif.

4. Melakukan penagihan terhadap pelanggan

Mengakui pendapatan atas barang dan jasa yang telah dilaksanaka dengan mencatat piutang dan melakukan penagihan terhadap pelanggan.

5. Menerima uang

Pada suatu titik dalam siklus pendapatan, uang diterima dari pelanggan. 6. Menyetor uang ke bank

(10)

7. Menyiapkan laporan

Berbagai tipe laporan mungkin akan disiapkan pada siklus pendapatan. Misalnya laporan penerimaan kas.

2.7.2 Tujuan Utama Siklus Pendapatan

Menurut Wilkinson et al. (2006, p 416), tujuan utama siklus pendapatan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mencatat pesanan penjualan secara tepat dan akurat 2. Untuk memverifikasi pelanggan yang layak kredit

3. Untuk mengirimkan produk atau memberikan pelayanan pada tanggal yang telah disepakati

4. Untuk melakukan penagihan dari produk atau jasa secara akurat dan tepat waktu

5. Untuk mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara tepat dan akurat 6. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan kas pad akun pelanggan dan buku

besar piutang yang tepat

7. Untuk menjaga produk sampai dikirimkan 8. Untuk menjaga uang sampai disetorkan

2.7.3 Dokumen yang berkaitan dengan Siklus Pendapatan

Menurut Wilkinson et al. (2006, p419), dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam siklus pendapatan perusahaan dagang antara lain:

(11)

1. Customer Order

Purchase order yang diterima pelanggan atau form yang dipersiapkan oleh karyawan penjualan dari perusahaan penjual.

2. Sales Order

Sales form adalah form resmi yang memiliki banyak copy yang disiapkan oleh pelanggan.

3. Order acknowledgement

Biasanya merupakan copy dari sales order yang dikirimkan ke pelanggan untuk menyatakan adanya penerimaan order.

4. Picking list

Copy dari sales order, atau dokumen terpisah yang dikirim ke gudang dan dalam pengambilan barang yang dipesan.

5. Packing Slip

Copy dari sales order atau packing slip yang ditempelkan bersama ketika dipersiapkan untuk pengiriman.

6. Bill of lading

Dokumen pengiriman yang ditujukan kepada agen yang akan mengirimkan produk.

7. Shipping Notice

Biasanya merupakan copy dari sales order atau dokumen pengiriman terpisah yang berfungsi sebagai bukti bahwa barang telah dikirimkan.

(12)

Dokumen yang dikirimkan ke pelanggan untuk menyatakan berapa jumlah penjualan.

9. Remittance Advice

Dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari pelanggan. 10. Deposit Slip

Dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank. 11. Back Order

Dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukupi sales order.

12. Credit Memo

Dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan untuk pengembalian penjualan atau penyisihan penjualan

11. Credit Application

Sebuah form yang dipersiapkan ketika pelanggan baru mengajukan kredit. 12. Salesperson Call Report

Form yang digunakan untuk menggambarkan panggilan yang dibuat oleh sales person kepada pelanggan potensial dan mengidentifikasi hasil pelanggan tersebut.

13. Delinquent Notice

Catatan yang dikirimkan kepada pelanggan yang melewati batas saldo kredit. 14. Write-off Notice

Dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika akun dinyatakan tidak dapat ditagih.

(13)

15. Cash Register Receipt

Form yang digunakan oleh retailer untuk mencerminkan kas yang diterima.

2.7.4 Laporan yang berkaitan dengan Siklus Pendapatan

Ada beberapa jenis laporan yang menjadi output dari sistem informasi akuntansi penjualan jasa, piutang, dan penerimaan kas menurut Wilkinson et al. (2006, p437-p441), laporan yang berkaitan dengan sistem tersebut antara lain: 1. Operasional listings and reports

a. Monthly Statement

Adalah daftar dari semua sales invoice untuk pelanggan, meliputi informasi pelanggan, piutang, sales invoice, dan penerimaan kas.

b. Open Order Report

Adalah suatu daftar yang berisi sales order yang belum dikirim dan ditagih. c. Sales Invoice Register

Adalah daftar yang berisi semua sales invoice diurutkan berdasarkan nomor sales invoice.

d. Shipping Register

Adalah daftar yang berisi semua pengiriman yang dilakukan, diurutkan berdasarkan tanggal pengiriman.

e. Cash Receipt Journal

Adalah daftar yang berisi semua penerimaan kas secara kronologis. f. Credit Memo Register

(14)

2. Scheduled managerial reports a. Aging Schedule

Berisi data mengenai status dari saldo terbuka dari semua pelanggan kredit aktif. Dengan umur piutang, akun-akun yang harus segera ditagih ditandai. b. Reports on Critical Factors

Menggambarkan kunci pengukuran kinerja sebagai rata-rata nilai dollar per pesanan, persentase pesanan dikirimkan tepat waktu, dan rata-rata hari antara tanggal pemesanan dan tanggal pengiriman..

c. Sales Analysis

Menggambarkan kinerja finansial relatif dari salespersons secara individu, wilayah penjualan, lini produk, pelanggan, dan pasar.

d. Cash Flow Statement

Menunjukkan sumber kas, kegunaan operasional dari kas, dan kegunaan kas lainnya pada suatu periode akuntansi.

3. Demand managerial reports

Laporan permintaan adalah laporan yang tidak terjadwal. Informasi yang terkandung utamanya digunakan untuk pengambilan dan pengendalian keputusan manajerial.

2.8 Kebijakan, Prosedur, dan Sistem Kredit

Menurut Bragg (2010, p185), praktik terbaik yang berhubungan dengan fungsi kredit dalam organisasi antara lain adalah:

(15)

1. Membuat kebijakan kredit

Sebuah kebijakan kredit yang ditulis dengan baik harus menyatakan beberapa hal di bawah ini dengan jelas:

a) Mission

Pernyataan misi harus menjelaskan konsep umum departemen kredit melakukan bisnis. Apakah akan memberikan kebijakan kredit yang longgar untuk meningkatkan penjualan, atau kebijakan kredit yang ketat sehingga penjualan akan menurun tapi piutang yang dimiliki mempunyai kemungkinan yang besar untuk tertagih, atau di tengah-tengahnya.

b) Goals

Lebih spesifik untuk menggambarkan ukuran kinerja dengan tepat yang mana akan memberikan penilaian terhadap pegawai kredit.

c) Responsibilities

Harus secara tegas menyatakan pihak yang mempunyai hak untuk mengotorisasi pemberian kredit.

d) Credit-level assignment

Menyatakan sumber informasi yang akan digunakan untuk penilaian limit kredit pelanggan, seperti laporan kredit atau laporan keuangan, dan juga dapat berisikan level kredit minimum yang secara otomatis diberikan kepada pelanggan, juga criteria yang digunakan untuk mendapatkan limi kredit lebih besar.

(16)

Kebijakan dapat memperinci langkah-langkah penagihan apa yang harus dilakukan, seperti panggilan awal, kunjungan pelanggan, e-mail, pemberitahuan dari staf penjualan, credit holds, dan diteruskan ke lembaga kredit.

f) Terms of sale

Menyatakan jangka waktu pembayaran dengan jelas, misalnya pelanggan akan diberikan diskon 1% jika dapat melakukan pembayaran dalam jangka waktu 10 hari, jika tidak maka pembayaran penuh diharapkan dilakukan dalam jangka waktu 30 hari.

2. Membuat model credit scoring

Untuk memecahkan masalah standar pemberian kredit, seseorang harus membuat prosedur pemberian kredit yang menggunakan satu set aturan yang tidak boleh dilanggar, tidak peduli berapa banyak tekanan yang staf penjualan berlakukan untuk memperluas tingkat kredit.

Menurut Ross (2003, p708), jika perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit kepada pelanggan, maka perusahaan harus mempunyai prosedur kredit dan penagihan. Komponen-komponen kebijakan kredit tersebut adalah:

1. Terms of sale

Persyaratan penjualan menetapkan bagaimana perusahaan menjual produk dan layanannya. Keputusan dasar adalah apakah perusahaan akan mengharuskan tunai atau memberikan kredit. Jika perusahaan memberikan kredit kepada pelanggan, persyaratan penjualan akan menentukan periode kredit, cash discount, dan tipe instrumen kredit.

(17)

2. Credit analysis

Dalam memberikan kredit, perusahaan menentukan seberapa besar usaha yang harus dilakukan untuk membedakan pelanggan mana yang akan membayar dan pelanggan mana yang akan tidak membayar. Perusahaan menggunakan berbagai sarana dan prosedur untuk menentukan kemungkinan bahwa pelanggan akan tidak membayar, hal ini merupakan analisis kredit.

3. Collection policy

Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai potensi masalah dalam melakukan penagihan piutang, maka perusahaan harus mempunyai kebijakan penagihan.

Dalam mengevaluasi kebijakan kredit, ada 5 faktor dasar yang harus dipertimbangkan: 1. Efek pada pendapatan

Jika perusahaan memberikan kredit, maka akan terjadi penundaan di penagihan pendapatan karena pelanggan mengambil keuntungan dari kredit yang diberikan dan membayar di kemudian hari. Bagaimanapun, perusahaan dapat memberikan harga yang lebih tinggi jika memberikan kredit dan hal ini dapat meningkatkan kuantitas yang terjual. Total pendapatan juga akan meningkat.

2. Efek pada biaya

Walaupun perusahaan mungkin akan mengalami penundaan dalam pendapatan jika memberikan kredit, hal ini dapat mendatangkan cost of sales lebih cepat.

(18)

3. Cost of debt

Ketika perusahaan memberikan kredit, mereka harus mengatur untuk membiayai piutang yang dihasilkan. Akibatnya, biaya perusahaan dari pinjaman jangka pendek adalah faktor dalam keputusan pemberian kredit.

4. Kemungkinan tidak membayar

Jika perusahaan memberikan kredit, beberapa persen dari pelanggan yang membayar secara kredit berisiko tidak membayar.

5. Cash discount

Ketika perusahaan menawarkan cash discount sebagai bagian dari kebijakan kreditnya, beberapa pelanggan akan memilih untuk membayar lebih awal agar mendapatkan diskon.

2.8.1 Kebijakan Penagihan

Menurut Ross (2003, p721-p723), ada dua kebijakan penagihan piutang yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemantauan piutang

Perusahaan dapat menggunakan aging schedule untuk memantau piutang. Aging schedule merupakan kompilasi dari piutang berdasarkan umur dari setiap akun. 2. Usaha penagihan

Suatu perusahaan pada umumnya melewati beberapa prosedur untuk pelanggan yang piutangnya telah melewati jatuh tempo:

a) Mengirimkan surat peringatan yang menginformasikan bahwa status piutang pelanggan telah melewati batas jatuh tempo.

(19)

b) Menelepon pelanggan.

c) Mempekerjakan agen penagihan.

d) Mengambil langkah hukum terhadap pelanggan.

2.9 Penilaian Pelanggan

Jika perusahaan menginginkan informasi kredit, ada beberapa sumber yang dapat digunakan. Sumber informasi umumnya digunakan untuk menilai kelayakan kredit meliputi:

1. Laporan keuangan.

Perusahaan dapat meminta pelanggan untuk menyediakan laporan keuangan seperti balance sheets dan income statements.

2. Laporan kredit pada histori pembayaran pelanggan dengan perusahaan lain.

Jarang ada organisasi yang menjual informasi histori dan kekuatan kredit suatu perusahaan.

3. Bank.

Bank pada umumnya akan memberikan sejumlah bantuan kepada pelanggan bisnis untuk memperoleh informasi kelayakan kredit dari perusahaan lain.

4. Histori pembayaran pelanggan pada perusahaan.

Cara yang paling nyata untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan pelanggan akan tidak membayar adalah dengan memeriksa apakah mereka telah melunasi kewajiban sebelumnya dan secepat apa mereka melunasinya.

(20)

Menurut Ross (2003, p721) five Cs of credit merupakan faktor dasar yang untuk mengevaluasi pemberian kredit pada pelanggan:

1. Character

Merupakan kesediaan pelanggan untuk memenuhi kewajiban kreditnya. 2. Capacity

Merupakan kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajiban kreditnya dari arus kas operasi.

3. Capital

Merupakan cadangan uang yang dimiliki pelanggan. 4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan pelanggan jika pelanggan tidak dapat memenuhi kewajiban kreditnya.

5. Conditions

Merupakan kondisi ekonomi umum dalam lini bisnis pelanggan.

Credit scoring adalah proses mengkalkulasi penilaian numerik untuk pelanggan berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan; berdasarkan hasilnya perusahaan dapat menentukan apakah akan memberikan kredit atau tidak.

2.10 Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2008, p273), Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan Negara,

(21)

mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak pertambahan nilai merupakan:

1. Pajak tidak langsung, dan

2. Pajak atas konsumsi dalam negeri.

2.11 Sistem Pengendalian Internal

Menurut Rama dan Jones (2006, p13), dengan demikian, pengendalian internal adalah aturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk menjamin data keuangan perusahaan akurat dan dapat dipercaya dan dapat untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau pencurian.

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p192), pengendalian internal adalah suatu proses yang diimplementasikan oleh para direksi perusahaan, manajemen, dan mereka yang berada di bawah arahan untuk menyediakan jaminan yang masuk akal bahwa sasaran kontrol dari perusahaan akan tercapai.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu usaha berkesinambungan untuk memastikan perlindungan asset perusahaan, menjamin keakuratan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan menjamin dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.11.1 Komponen-komponen yang terkait dengan Pengendalian Internal Menurut Rama dan Jones (2006, p104-105), komponen-komponen yang berhubungan dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu : 1. Control environment

(22)

Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut terhubungan dengan integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan gaya operasi. Hal ini juga termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur, dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk dari jajaran direksi.

2. Risk assesment

Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.

3. Control activities

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Control activities mencakup :

a. Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya.

b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan menjaga asset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.

c. Application controls, berhubungan dengan aplikasi sistem informasi akuntansi.

d. General controls, berhubungan dengan pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan berbagai aplikasi.

(23)

4. Information and communication

Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan tanggung jawab individu.

5. Monitoring

Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan.

2.11.2 Karakteristik Sistem Pengendalian Internal yang Efektif

Menurut Harrison dan Horngren (2004, p180-183), sistem pengendalian internal yang efektif memiliki beberapa karakteristik berikut ini:

1. Competent, reliable, and ethical personnel

Pegawai harus kompeten, dapat diandalkan, dan mempunyai etika. Gaji yang sesuai, pelatihan pegawai, dan pengawasan kerja membangun mereka untuk menjadi staf yang kompeten.

2. Assignment of responsibilities

Bisnis dengan pengendalian internal yang baik mengawasi semua tanggung jawab yang penting. Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab tertentu.

(24)

3. Proper authorization

Sebuah organisasi umumnya mempunyai peraturan yang menguraikan prosedur yang disetujui. Setiap penyimpangan dari kebijakan standar memerlukan otorisasi yang tepat.

4. Supervision of employees

Bahkan pegawai paling terpercaya pun dapat tergiur untuk mencuri atau menggelapkan uang jika tidak diawasi.

5. Separation of duties

Manajemen yang pintar membagi tanggung jawab untuk transaksi antara dua orang atau lebih. Pemisahan tanggung jawab membatasi kesempatan untuk kecurangan dan meningkatkan akurasi pencatatan akuntansi.

a) Separation of the custody of operations from accounting

Bagian akuntansi harus dipisahkan seluruhnya dengan bagian operasional perusahaan, seperti manufaktur dan pemasaran.

b) Separation of the custody of assets from accounting

Kecurangan dapat dikurangi jika akuntan tidak diperbolehkan untuk menangani kas dan kasir tidak mempunyai akses ke catatan akuntansi. c) Separation of the authorization of transactions from the custody of related

assets

Orang yang mengotorisasi transaksi tidak diperbolehkan menangani asset yang berkaitan.

(25)

7. Documents and records

Dokumen bisnis dan catatan sangatlah beravariasi. Termasuk di dalamnya adalah invoice (tagihan), cek yang dibayarkan, dan jurnal akuntansi dan buku besar. Dokumen harus diberi nomor terlebih dahulu. Jika terdapat ketidaksesuaian dapat diindikasikan adanya dokumen yang hilang,

8. Electronic and computer controls

Sistem akuntansi lebih mengandalkan sarana penyimpanan digital dibandingkan dengan dokumen. Komputer mampu menghasilkan pencatatan yang akurat, namun tidak secara otomatis menjaga asset. Pengendalian yang berlaku terhadap akuntan juga berlaku terhadap programmer

2.12 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.12.1 Object-Oriented Analysis and Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), object adalah suatu entitas dengan identity, state, dan behavior.

(26)

Gambar 2.1 Aktivitas-aktivitas utama dalam OOA & D Sumber: Mathiassen et al. (2000, p15)

2.12.2 System Choice

2.12.2.1 System Definition

Menurut Mathiassen et al. (2000, p24), system definition adalah deskripsi singkat dari sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa natural.

2.12.2.2 The FACTOR Criterion

Menurut Mathiassen et al. (2000, p39), FACTOR criterion terdiri dari enam elemen:

(27)

1. Functionality

Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain. 2. Application domain

Bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi, memantau, atau mengontrol problem domain.

3. Conditions

Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan. 4. Technology

Teknologi yang akan digunakan untuk mengembangkan sistem maupun teknologi pada sistem yang akan berjalan.

5. Objects

Object utama pada problem-domain. 6. Responsibility

Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.

2.12.2.3 Rich Picture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), rich picture adalah sebuah gambaran informal yang menyatakan pemahaman dari pengembang sistem terhadap situasi dari sistem yang sedang berjalan.

(28)

2.12.3 Problem-Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000, p6), problem-domain adalah bagian dari suatu konteks yang diadministrasi, dipantau, atau dikontrol oleh sistem. Analisis problem-domain fokus pada informasi apa yang harus dihadapi oleh sistem. Tujuan analisa problem-domain adalah mengidentifikasi dan membuat model problem-domain yang dituangkan dalam bentuk event table, class diagram, dan statechart diagram.

Gambar 2.2 Aktivitas pada pemodelan problem-domain Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46)

Aktivitas-aktivitas pada analisa problem-domain adalah: 1. Classes

Menurut Mathiassen et al. (2000, p53), class adalah deskripsi dari sekumpulan object yang berbagi structure, behavioral pattern, dan attributes. Class merupakan aktivitas pertama dalam analisis problem-domain. Langkah-langkah yang harus dilakukan:

a) Classification of objects and events

Konsep dari object adalah sebagai fokus dari aktivitas class. Object merupakan suatu entitas dengan identity, state, dan behavior. Events

(29)

menentukan kualitas dari problem-domain objects. Event adalah kejadian yang meliputi satu atau lebih object.

b) Find classes

Mengumpulkan class candidates, lalu menentukan class. c) Find events

Mengumpulkan event candidates, lalu menentukan event yang tepat untuk masing-masing class.

d) Evaluate systematically

Mengevaluasi kriteria dari class dan event yang telah ditentukan. Aktivitas class akan menghasilkan suatu event table.

Gambar 2.3 Event table pada Hair Salon System Sumber: Mathiassen et al. (2000, p50) 2. Structure

Pada aktivitas structure, berfokus pada hubungan antara classes dan objects. Hasil dari aktivitas structure adalah class diagram.

Menurut Mathiassen et al. (2000, p72), class structures dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:

(30)

Generalization structure merupakan hubungan antara dua atau lebih specialization classes dan class yang lebih umum. Generalization merupakan class umum yang menggambarkan sifat umum ke grup specialized classes.

Gambar 2.4 Generalization structure Sumber: Mathiassen et al. (2000, p73) b) Cluster structure

Cluster merupakan kumpulan classes yang membantu dan menyediakan gambaran ikhtisar dari suatu problem-domain. Cluster merupakan kumpulan classes yang mempunyai hubungan.

Gambar 2.5 Cluster structure Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)

(31)

Menurut Mathiassen et al. (2000, p75), object structures dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:

a) Aggregation structure

Aggregation structure adalah hubungan antara dua atau lebih objects. Menunjukkan bahwa satu object sangat penting dan mendefinisikan bagian yang lainnya. Aggregation merupakan superior object yang terdiri dari beberapa inferior object.

Gambar 2.6 Aggregation structure Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76)

b) Association structure

Association structure adalah hubungan antara dua atau lebih objects, hanya saja berbeda dari aggregation karena object yang terkait bukan mendefinisikan suatu object.

(32)

Gambar 2.7 Association structure Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77)

3. Behavior

Menurut Mathiassen et al. (2000, p89), aktivitas behavior adalah aktivitas terakhir dalam analisa problem-domain yang bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi dalam sistem problem-domain sepanjang waktu. Tugas utama aktivitas ini adalah menggambarkan behavioral pattern dan attributes dari setiap class. Hasil dari aktivitas behavior adalah statechart diagram.

Gambar 2.8 Statechart diagram Sumber: Mathiassen et al. (2000, p90)

Konsep-konsep pada aktivitas behavior menurut Mathiassen et al. (2000, p90) terdiri dari:

a) Event trace

(33)

b) Behavioral pattern

Merupakan deskripsi dari event traces untuk semua object dalam sebuah class.

Notasi dari behavioral patterns:

1) Sequence : events pada satu set yang berlangsung satu demi satu. 2) Selection : tepat satu event dari satu set event yang berlangsung. 3) Iteration : suatu event terjadi sebanyak nol atau beberapa kali. c) Attribute

Properti deskriptif dari suatu class atau event.

2.12.4 Application-Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000, p115), application domain adalah organisasi yang mengadministrasi, memantau, atau mengontrol problem domain. Tujuan dari analisa application-domain adalah untuk menentukan kebutuhan untuk pemakaian sistem. Analisa application-domain berfokus pada bagaimana target sistem akan digunakan untuk menentukan kebutuhan functions dan interfaces sistem.

(34)

Gambar 2.9 Analisa application-domain Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117)

Aktivitas-aktivitas pada analisa application-domain adalah: 1) Usage

Usage merupakan aktivitas utama yang terdapat pada application-domain dan memiliki tujuan untuk menentukan bagaimana actor berinteraksi dengan sistem. Menutut Mathiassen et al. (2000, p119), actor merupakan abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target.

Use case menyediakan gambaran ikhtisar tentang kebutuhan sistem dari sudut pandang pengguna dan menyediakan dasar untuk menetapkan dan mengevaluasi fungsi yang lebih dasar dan kebutuhan interface. Use case merupakan pola interaksi antara sistem dengan actor pada application-domain.

(35)

Gambar 2.10 Actor table untuk sistem pembayaran otomatis Sumber: Mathiassen et al. (2000, p121)

Gambar 2.11 Use case diagram untuk sistem pembayaran otomatis Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)

(36)

2) Sequence

Aktivitas kedua adalah sequence. Menurut Bennett et al. (2006, p232-233) sebuah sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek-objek yang disusun dalam urutan waktu tertentu. Sequence diagram dapat digambarkan pada tingkatan rincian yang berbeda dan sesuai dengan pencapaian tujuan yang berbeda pada beberapa tahap siklus pengembangan.

3) Functions

Aktivitas ketiga pada analisa application-domain memiliki tujuan untuk menetukan kemampuan sistem untuk memroses informasi. Functions berfokus pada apa yang dapat dilakukan sistem untuk dapat membantu pengguna dengan apa yang dikerjakannya. Mathiassen et al. (2000, p138) mendefinisikan function sebagai fasilitas untuk membuat model berguna bagi actors.

Function memiliki beberapa tipe, yaitu: a) Update

Fungsi update diaktifkan oleh event problem-domain dan akan mengakibatkan perubahan pada state model.

b) Signal

Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan state model dan mengakibatkan reaksi pada konteks; reaksi mungkin menampilkan kepada actor pada application-domain, atau intervensi langsung pada problem-domain.

(37)

c) Read

Fungsi read diaktifkan oleh adanya keperluan informasi pada pekerjaan yang dilakukan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang relevan dari model.

d) Compute

Fungsi compute diaktifkan oleh adanya keperluan informasi pada pekerjaan yang dilakukan actor dan terdiri dari perhitungan yang melibatkan informasi yang dihasilkan oleh actor atau model; mengakibatkan tampilnya hasil dari perhitungan.

4) Interfaces

Interfaces digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem. Menurut Mathiassen et al. (2000, p151), interfaces merupakan fasilitas yang membuat model dan fungsi sistem tersedia untuk actor.

Actor manusia dan sistem terkomputerisasi mempunyai tingkah laku yang sangat berbeda. Sehingga interfaces dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) User interface

Interface untuk pengguna. b) System interface

Interface untuk sistem lain.

Pemilihan gaya dialog sangat penting dalam menentukan user interface. Terdapat empat pola dialog, yaitu:

(38)

Pola menu selection menyatakan beberapa daftar pilihan yang mungkin pada user interface.

b) Form fill-in

Merupakan pola klasik untuk memasukkan data.

c) Command language

Pengguna dapat mengaktifkan perintah-perintah yang telah mempunyai format sebelumnya.

d) Direct manipulation

Memungkinkan pengguna untuk memilih object dan melaksanakan function atas object dan melihat hasil dari interaksi tersebut.

2.12.5 Architectural Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p173) keberhasilan sistem dibedakan dari kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem berdasarkan bagian-bagian dan memenuhi kriteria desain tertentu.

Gambar 2.12 Aktivitas-aktivitas dalam architectural design Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176)

(39)

Aktivitas-aktivitas dalam architectural design ada tiga, yaitu: 1. Criteria

Object-oriented design merupakan hal utama dan terlebih dahulu dievaluasi untuk mengetahui pada sejauh mana akan memenuhi kebutuhan yang ditentukan dalam aktivitas analisa. Tujuan dasar dari object-oriented design adalah untuk menggambarkan sistem dengan cara mengeliminasi ketidakpastian.

Mathiassen et al. (2000, p178), menyatakan bahwa criterion merupakan properti istimewa pada arsitektur. Conditions merupakan teknikal, organisasional, peluang dan batasan manusia dalam melaksanakan suatu tugas.

Criterion Measure of

Usable

Kemampuan sistem untuk beradaptasi pada konteks organisasional, berhubungan dengan pekerjaan, dan teknikal.

Secure Tindakan pencegahan pada akses tidak sah

terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform

teknikal.

Correct Pemenuhan dari kebutuhan.

Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan pada

eksekusi fungsi.

Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki

kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang

dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan.

Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem yang telah

dibentuk.

Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan

pemahaman pada sistem.

Reusable Potensi untuk menggunakan bagian sistem pada

(40)

Portable Biaya untuk memindahkan sistem pada platform teknikal lain.

Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem

yang lain.

Gambar 2.13 Kriteria klasik untuk kualitas software Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)

2. Components

Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), component architecture merupakan sistem tampilan struktural yang memisahkan urusan sistem. Component architecture terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Definisi dari component adalah kumpulan bagian program yang merupakan kesatuan dan memiliki tanggung jawab yang jelas.

Beberapa pola umum untuk mendesain component architecture adalah: a) Layered architecture pattern

Pada form paling sederhana, layered architecture terdiri dari beberapa component yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan. Desain dari tiap components menggambarkan tanggung jawab seperti interfaces ke atas dan ke bawahnya. Interface ke bawah menggambarkan operasi apa yang dapat diakses component pada lapisan bawah. Interface ke atas menggambarkan operasi yang tersedia pada lapisan atas.

(41)

Gambar 2.14 Layered architecture pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p193)

b) Generic architecture pattern

Generic architecture pattern digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari component, interface, function, dan model. Component model terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan system function layer dan pada lapisan paling atas terdapat component interface.

Gambar 2.15 Generic architecture pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p196)

(42)

c) Client-server architecture pattern

Client-server architecture pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi distribusi sistem di antara prosesor yang tersebar di beberapa wilayah geografi. Komponen pada client-server architecture adalah server dan beberapa client. Server mempunyai beberapa kumpulan operasi yang dapat tersedia untuk client. Server mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan apa yang dibutuhkan client, misalnya shared database atau shared resources lainnya. Sedangkan client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan interface lokal bagi pengguna.

Berikut adalah beberapa bentuk distibusi pada client-server architecture:

Gambar 2.16 Client server architecture pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p197)

Gambar 2.17 Bentuk-bentuk distribusi dalam client-server architecture Sumber: Mathiassen et al. (2000, p200)

(43)

3. Processes

Menurut Mathiassen et al. (2000, p211), process architecture merupakan struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung dan processor merupakan sebuah peralatan yang dapat mengeksekusi program. Hasil aktivitas processes adalah deployment diagram yang menjelaskan distribusi dari kolaborasi dari component program dan object aktif pada prosesor.

Menurut Mathiassen et al. (2000,p215), ada tiga pola distribusi, yaitu: a) The centralized pattern

Solusi paling mudah untuk masalah distribusi adalah untuk mendistribusikannya sesedikit mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimpan semua data pada server pusat dan client hanya menangani user

interface. Kelebihan dari proses arsitektur ini adalah dapat

diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena terdapat pada satu tempat yang sama, struktur mudah dimengerti dan diimplementasikan, dan lalu lintas jaringannya sedang.

(44)

Gambar 2.18 Deployment diagram untuk centralized pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p216)

b) The distributed pattern

The distributed pattern merupakan kebalikan ideal desain dari centralized pattern. Semua didistribusikan pada client dan yang diperlukan server hanya untuk menyiarkan model terkini antar client. Kelebihan utama dari arsitektur ini adalah waktu akses yang rendah, kinerja lebih maksimal, dan mempunyai banyak back up data. Kekurangannya adalah redundansi data, inkonsistensi data, lalu lintas jaringan tinggi, lebih sulit untuk dimengerti dan diimplementasikan.

(45)

Gambar 2.19 Deployment diagram untuk distributed pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

c) The decentralized pattern

Pola ini terdapat di antara dua pola sebelumnya. Client memiliki data sendiri, sehingga hanya data yang umum yang terdapat pada server. Kelebihannya adalah konsistensi data, muatan jaringan rendah, dan waktu akses yang rendah. Kekurangan utamanya adalah semua prosesor harus mampu untuk mengeksekusi functions yang rumit dan memelihara model yang besar.

(46)

Gambar 2.20 Deployment diagram untuk decentralized pattern Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

2.12.6 Component Design

Tujuan dari component design menurut Mathiassen et al. (2000, p231) adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan dalam kerangka kerja arsitektural. Hasil dari aktivitas ini adalah spesifikasi dari component yang berhubungan.

(47)

Gambar 2.21 Component design Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)

Aktivitas-aktivitas dalam component design adalah:

1. Model component

Menurut Mathiassen et al. (2000, p236), model component merupakan bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem-domain. Hasil dari aktivitas model component adalah class diagram revised dari aktivitas analisa yang terdiri atas aktivitas penambahan class, attribute, dan struktur baru yang mewakili event.

2. Function component

Tujuan dari function component menurut Mathiassen et al. (2000, p251) adalah untuk memberikan user interface dan component sistem lainnya akses pada model. Definisi function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.

(48)

3. Connecting components

Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen et al. (2000, p271) adalah untuk menghubungkan components sistem. Fleksibilitas dan komprehensibilitas merupakan sesuatu yang umum, kriteria abstrak untuk desain. Pada praktiknya, kriteria harus dipahami melalui pengukuran nyata yang berhubungan dengan bagian dari sistem. Terdapat dua pengukuran struktural yang dapat dilakukan, yaitu:

a) Coupling

Coupling menyatakan bahwa perubahan pada satu class atau component mengharuskan perubahan pada class atau component lainnya. Definisi coupling menurut Mathiassen et al. (2000, p272) adalah pengukuran kedekatan hubungan dua class atau component. Coupling dapat berbentuk satu dari empat bentuk:

1) Outside coupling

Sebuah class atau component yang mengarah langsung pada properti public dari class atau component lain.

2) Inside coupling

Operasi yang mengarah langsung pada properti private lain pada class yang sama.

3) Coupling from below

Class khusus yang mengarah langsung pada properti private dalam super class.

(49)

4) Sideways coupling

Sebuah class yang mengarah langsung pada properti private dalam class lain.

b) Cohesion

Cohesion menyatakan bahwa sebuah class atau component merupakan kesatuan dengan hubungan yang penting di antara bagian-bagiannya. Definisi cohesion menurut Mathiassen et al. (2000, p273) adalah pengukuran seberapa baik ikatan sebuah class atau component.

Gambar

Gambar 2.1 Aktivitas-aktivitas utama dalam OOA & D  Sumber: Mathiassen et al. (2000, p15)
Gambar 2.2 Aktivitas pada pemodelan problem-domain  Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46)
Gambar 2.3 Event table pada Hair Salon System  Sumber: Mathiassen et al. (2000, p50)  2
Gambar 2.4 Generalization structure  Sumber: Mathiassen et al. (2000, p73)  b)  Cluster structure
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anggrek yang di tanam pada media limbah sagu segar lebih optimal pertumbuhannya dibandingkan dengan anggrek yang di tanam pada media limbah sagu hitam dan sabut

"Untuk menjawab pertanyaan- mu yang lain: pemimpin awam adalah orang yang mempu- nyai pekerjaan sekuler (bukan keagamaan), tetapi mereka juga bekerja dalam gereja. Mereka

Hiasan yang terdapat pada interior dan eksterior masjid telah banyak berpadu dengan Ornamen dan kaligrafi yang memiliki Bentuk, Warna, Tata letak dan makna

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam perencanaan Bangunan Fasilitas Road Race Game Center adalah untuk mendesain suatu bangunan sirkuit bertaraf nasional dengan mengutamakan

Poros akan memutar pisau yang akan merajang cabai yang masuk kedalam box,sehingga dihasilkan potongan yang kecil.Tujuan utama dalam pembuatan mesin perajang

Kehadiran teknologi seperti eGFR yang membantu dengan cepat untuk mengetahui gangguan fungsi ginjal pasien, maka sangat diharapkan adanya aplikasi mobile yang

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Melalui Penerapan Model Teams Games Tournament (TGT) Berbantuan Media Laci Kartu Soal Pada Siswa Kelas IV SD 6

menginginkan jika berinteraksi dengan masyarakat Jawa tidak mempergunakan bahasa Jawa, karena membuat teman-teman dari etnis lain (diluar Jawa) merasa kebingungan