• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum proyek, sistematika penelitian, pengumpulan data dan analisa data. Pada gambaran umum proyek dijelaskan jenis proyek yang dipakai untuk penelitian. Pada sistematika penelitian dijelaskan alur penelitian dari awal sampai akhir. Pada pengumpulan data dijelaskan mengenai data-data yang dibutuhkan untuk dianalisa. Pada analisa data dijelaskan proses mengolah data yang sudah didapatkan sampai diperoleh sebuah kesimpulan, berikut penjelasan-penjelasannya.

4.1. Gambaran Umum Proyek

Penelitian dilakukan pada proyek yang pekerjaan strukturnya telah selesai serta memiliki rekapan data mengenai gambar kerja dan penjadwalan yang lengkap. Proyek yang diteliti juga harus mengalami change order sehingga bisa dianalisa pengaruh change order terhadap keterlambatan proyek. Proyek yang digunakan akhirnya dilakukan pada proyek X yang merupakan proyek bangunan sekolahan. Proyek X ini didirikan di daerah Surabaya Pusat dengan lingkungan sekitar proyek dikelilingi perumahan penduduk. Proyek X memiliki 7 lantai yang terdiri dari lantai semi-basement, lantai 1-lantai 5 dan atap. Proyek X mengalami

change order pada pekerjaan pondasi dan strukturnya. Waktu pengerjaan pada proyek ini direncanakan selama 11 bulan dan akhinya teralisasi selama 10 bulan. Keterangan lebih lengkap mengenai proyek X ini dapat dilihat di bawah ini : • Data Proyek

Nama Proyek : Mawar Sharon Christian School (Proyek X)

Konsultan Struktur : Anton Salim Halim & Associates, Surabaya Konsultan Arsitektur : Samuel A. Budiono & Associates, Surabaya

Konsultan ME : PT. Prambanan Dwipaka

Kontraktor : PT. Aryana Cakasana, Surabaya

Kontraktor Tiang Bor : PT. Borland Nusantara Corporation

Jenis Pekerjaan : Pembangunan Sekolah Dasar

(2)

Maret 2010 – Agustus 2010 (pek. pondasi) Juli 2010 – Februari 2011 (pek. struktur atas)

Jam Kerja : 08.00 – 18.00

Luas Tanah : ±1.200 m2

Jumlah Lantai : 7 Lantai termasuk semi-basement dan atap

• Kontrak Kerja

Jenis Kontrak : Fixed Price & Lump Sum Contract

Mata Uang : Rupiah

Pembayaran Progress : Perbulan sesuai kemajuan pekerjaan • Jaminan / Garansi

Jaminan Pelaksanaan : 5% dari nilai kontrak Jaminan Uang Muka : 10% dari nilai kontrak

Asuransi Proyek : CAR (Contractor All Risk)

Asuransi ASTEK : Jamsostek

Pajak : PPN & PPh 10%

4.2. Sistematika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa data-data mengenai penjadwalan proyek dan gambar kerja pada proyek X. Data yang terkumpul banyak yang kurang lengkap atau tidak dimengerti sehingga pada penelitian ini juga dilakukan tanya jawab kepada site engineer proyek serta melakukan tinjauan langsung ke lapangan untuk memperjelas data. Data-data mengenai penjadwalan proyek yang diambil adalah penjadwalan rencana dan penjadwalan actual. Penjadwalan proyek ini dianalisa dan dibuat dalam bentuk

barchart dan critical path method untuk dicari critical pathnya. Critical path pada penjadwalan rencana akan dibandingkan dengan critical path pada penjadwalan

actual untuk selanjutnya dianalisa terjadi perubahan atau tidak. Perubahan juga dianalisa tiap item pekerjaannya. Data-data mengenai gambar kerja yang diambil adalah shop drawing dan as-built drawing. Pada proyek X ini Gambar kerja shop drawing mengalami change order sebanyak 3 kali sampai menjadi gambar kerja

as-built drawing.. Dari gambar-gambar kerja ini akan dihitung volume tiap item

(3)

perubahan volume akibat gambar kerja yang berubah. Perubahan volume pada gambar ini yang nantinya menjadi prosentase change order. Prosentase change order yang sudah dihitung dianalisa pengaruhnya terhadap perbedaan antara penjadwalan awal dengan actual, change order yang ditinjau hanya pada pekerjaan struktur bangunan saja. Gambaran umum penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian di Gambar 3.1. Durasi pengumpulan dan penganalisaan data dilakukan mulai bulan Maret 2011 sampai dengan bulan juni 2011.

4.3. Pengumpulan Data

Pada proyek X ini didapatkan 5 gambar kerja dan 2 penjadwalan proyek. 5 gambar kerja yang didapatkan, yaitu 1 shop drawing, 3 gambar kerja yang mengalami change order dan 1 as-built drawing. Shop drawing diterima pada tanggal 6 Maret 2010 dan 29 April 2010. Gambar kerja change order ke-1 diterima pada tanggal 26 Juni 2010. Gambar change order ke-2 diterima pada tanggal 12 Agustus 2010. Gambar kerja change order ke-3 diterima pada tanggal 21 Agustus 2010. As-built drawing diterima pada tanggal 21 September 2010. Tanggal pada gambar kerja dihitung saat gambar diterima di lapangan. Data gambar kerja pada proyek X ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Gambar Kerja pada Proyek X

TANGGAL JENIS DATA KETERANGAN

6 Maret 2010 Denah pondasi memakai tiang pancang

29 April 2010 Denah lantai 1 - atap untuk konstruksi diterima di lapangan

Denah pondasi tiang pancang dirubah menjadi pondasi Bore pile, pelat lajur dan straus

Denah perubahan lantai 1 -atap untuk konstruksi diterima di lapangan Denah perubahan pondasi di barat bangunan dipotong

Dinding penahan tanah di selatan bangunan ditiadakan

Denah perubahan lantai 1 - lantai 5 di barat bangunan yang dipotong

21 September 2010 As-Built drawing Pembuatan void pada tangga Gambar yang mengalami

Change order ke-3 21 Agustus 2010

Shop drawing

Gambar yang mengalami

Change order ke-1 26 Juni 2010

Gambar yang mengalami

Change order ke-2 12 Agustus 2010

2 bentuk penjadwalan proyek yang didapatkan, yaitu penjadwalan rencana dan penjadwalan actual. Penjadwalan rencana merupakan penjadwalan yang dibuat

sebelum proyek dijalankan, sedangkan penjadwalan actual merupakan

penjadwalan yang dibuat setelah proyek selesai dijalankan. Penjadwalan awal direncanakan selama 11 bulan dan penjadwalan actual selesai selama 10 bulan. Penjadwalan awal dan penjadwalan actual ditampilkan pada Gambar 4.1.

(4)

6 1 3 2 0 2 7 3 1 0 1 7 2 4 1 8 1 5 2 2 2 9 5 1 2 1 9 2 6 3 1 0 1 7 2 4 3 1 7 1 4 2 1 2 8 4 1 1 1 8 2 5 2 9 1 6 2 3 3 0 6 1 3 2 0 2 7 4 1 1 1 8 2 5 1 8 1 5 2 2 2 9 5 1 2 1 9 2 6 Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual Rencana A ctual 6 Struktur Lt. 2 TA HU N 2 0 11 P e ke rj a a n N o . J e nis D a t a

LI

B

U

R I

D

U

L F

IT

R

I

J U L A GS T S EP T OKT N OV D ES J A N F EB 4 5 1 Pile 2 Tanah 3 Po nd asi 7 8 9 10 Struktur Lt. 3 Struktur Lt. 4 TA HU N 2 0 10 J U N Struktur Lt. 5 Struktur Atap Struktur Lt. 1 A P R M EI M A R Struktur S-Bsmt

Gambar 4.1. Penjadwalan Rencana dan Actual dalam Bentuk Barchart

4.4. Analisa Data

Setelah semua data yang dikumpulkan telah jelas dan lengkap dilakukan penganalisaan data. Ada 5 tahapan analisa data yang dilakukan. Analisa pertama melakukan perhitungan volume tiap item pekerjaan. Analisa kedua menganalisa perubahan volume tiap item pekerjaan. Analisa ketiga menganalisa penjadwalan rencana dan actual melalui bentuk barchart. Analisa keempat membandingkan antara penjadwalan rencana dengan actual. Analisa terakhir membuktikan pengaruh prosentase change order terhadap keterlambatan proyek.

4.4.1. Perhitungan Volume Tiap Item Pekerjaan

Perhitungan volume dilakukan pada 5 gambar kerja yang ada. Dari 5 gambar kerja ini didapatkan 22 denah. Rincian denah ini adalah 7 denah dari shop drawing, 7 denah dari gambar kerja change order ke-1, 1 denah dari gambar kerja

change order ke-2, 5 denah dari gambar kerja change order ke-3 dan 2 denah dari

as-built drawing. Setiap denah ini akan dihitung volume tiap item pekerjaannya. Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui perbedaan volume pada setiap gambar kerja yang diperoleh di proyek X. Hasil perhitungan volume tiap item

(5)

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Volume Tiap Item Pekerjaan

Galian Tanah 493,72 m3 - m3 - m3 - m3 693,72 m3

Pile 3510 m' 2521 m' 2605 m' - m' - m'

Pile Cap 110,98 m3 227,5 m3 231,82 m3 - m3 - m3

Pelat Lantai Semi-Baseme 129,03 m3 - m3 - m3 - m3 - m3 Balok Sloof 101,44 m3 108,16 m3 93,22 m3 - m3 - m3 Dinding Penahan Tanah 49,14 m3 - m3 25,07 m3 - m3 - m3

Tangga 8,5 m3 8 m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai 1 127,64 m3 128,12 m3 - m3 118,2 m3 117,1 m3 Balok Lantai 1 181,75 m3 166,42 m3 - m3 161,85 m3 160,49 m3 Kolom Lantai 1 - Semi-Ba 53,38 m3 63,48 m3 - m3 56,46 m3 - m3

Tangga 26,5 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 3,7 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai 2 92,08 m3 - m3 - m3 90,83 m3 - m3 Balok Lantai 2 132,98 m3 132,37 m3 - m3 132,07 m3 - m3 Kolom Lantai 2 - Lantai 1 27,27 m3 29,84 m3 - m3 - m3 - m3

Tangga 5 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 4,6 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai 3 90,56 m3 - m3 - m3 86,59 m3 - m3 Balok Lantai 3 131,68 m3 131,61 m3 - m3 128,81 m3 - m3 Kolom Lantai 3 - Lantai 2 27,27 m3 27,46 m3 - m3 - m3 - m3

Tangga 5 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 3,1 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai 4 96,24 m3 - m3 - m3 89,51 m3 - m3 Balok Lantai 4 130,93 m3 130,62 m3 - m3 128,18 m3 - m3 Kolom Lantai 4 - Lantai 3 25,91 m3 25,55 m3 - m3 - m3 - m3

Tangga 5 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 3,1 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai 5 96,96 m3 - m3 - m3 90,59 m3 - m3 Balok Lantai 5 133,89 m3 132,25 m3 - m3 129,02 m3 - m3 Kolom Lantai 5 - Lantai 4 25,91 m3 23,99 m3 - m3 - m3 - m3

Tangga 5 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 2,7 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Pelat Lantai Atap 91,58 m3 - m3 - m3 - m3 - m3 Balok Atap 113,05 m3 110,76 m3 - m3 - m3 - m3 Kolom Atap - Lantai 5 26,85 m3 25,19 m3 - m3 - m3 - m3

Listplank 2,4 m3 - m3 - m3 - m3 - m3

Item Pekerjaan Shop Drawing

Gambar Change Order ke-1 Gambar Change Order ke-2 Gambar Change Order ke-3 29 April 2010 26 Juni 2010 12 Agustus 2010 21 Agustus 2010

As-Built Drawing

Volume Volume Volume Volume Volume

21 September 2010

VI. PEKERJAAN LANTAI 5 DAN KOLOM LANTAI 5 - LANTAI 4

VII. PEKERJAAN ATAP DAN KOLOM ATAP - LANTAI 5 I. PEKERJAAN PONDASI

II. PEKERJAAN LANTAI 1 DAN KOLOM LANTAI 1 - SEMI-BASEMENT

III. PEKERJAAN LANTAI 2 DAN KOLOM LANTAI 2 - LANTAI 1

IV. PEKERJAAN LANTAI 3 DAN KOLOM LANTAI 3 - LANTAI 2

V. PEKERJAAN LANTAI 4 DAN KOLOM LANTAI 4 - LANTAI 3

Keterangan : bentuk denah tiap gambar kerja dan detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1- Lampiran 10

(6)

4.4.2. Menganalisa Perubahan Volume Tiap Item Pekerjaan

Perhitungan volume tiap item pekerjaan pada 6 gambar kerja di analisa sebelumnya akan diperjelas satu-persatu lebih dalam lagi sehingga perubahan-perubahan yang terjadi bisa terlihat dan penyebab-penyebab terjadinya perubahan-perubahan tersebut bisa diketahui. Berikut akan dijelaskan analisa perubahan volume tiap

item pekerjaan :

4.4.2.1. Analisa Shop Drawing

Pada shop drawing terdapat 7 denah struktur, yaitu denah pondasi, denah balok lantai 1 dan kolom lantai 1-semi-basement, denah balok lantai 2 dan kolom lantai 2-lantai 1, denah balok lantai 3 dan kolom lantai 3-lantai 2, denah balok lantai 4 dan kolom lantai 4-lantai 3, denah balok lantai 5 dan kolom lantai 5-lantai 4, denah balok atap dan kolom atap-lantai 5. Shop drawing merupakan gambar rencana awal bangunan proyek, dimana perlu dianalisa untuk memudahkan mengetahui perubahan yang ada.

• Denah Pondasi

Pada denah pondasi kontraktor merencanakan pondasi tiang pancang dengan sistem jack in pile. Pemancangan dengan sistem jack in pile dipakai karena pertimbangan lingkungan sekitar proyek X yang dekat dengan perumahan penduduk, dimana perlunya menjaga ketenangan saat proses konstruksi berjalan. Kelebihan dari sistem jack in pile adalah tidak menimbulkan kebisingan dan getaran saat melakukan pemancangan. Pemancangan dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor dengan menggunakan alat pancang berspesifikasi sebagai berikut:

- jenis & tipe alat : Hydraulic Static Pile Driver ZYJ240A

- dimensi alat : 10 m x 6,2 m x 3,12 m (L x W x H)

- maksimum tekan : 23,2 Mpa = 240,8 ton (P ijin = 120,4 ton)

- jarak minimum dari tembok : 3,1 m

- produktifitas alat : ± 0,76 m/min

Jumlah titik yang akan dipancang adalah 148 titik pancang. Denah pondasi

shop drawing dapat dilihat pada Lampiran 6. Pondasi tiang pancang yang direncanakan ada 2 tipe ukuran dengan kedalaman pondasi tiang pancang 26 m.

(7)

Beberapa pondasi tiang pancang tidak selalu mencapai kedalaman 26 m karena sudah mencapai tanah keras dan kadang bisa lebih dari 26 m karena belum mencapai tanah keras. Tiang pancang yang dipakai merupakan tiang pancang pracetak dengan panjang 10 meter – 10 meter – 6 meter. Pada pondasi tiang pancang terdapat pile cap atau poer yang memiliki 14 tipe ukuran. Selain itu pada pondasi juga terdapat balok sloof yang memiliki 6 tipe balok tetapi setiap tipenya memiliki dimensi yang sama. Pada proyek X ini juga terdapat lantai semi-basement dengan kedalaman -0.5 m dari jalan, untuk menahan tekanan tanah yang akan diterima dinding semi-basement, direncanakan dinding penahan tanah pada sisi utara dan selatan bangunan. Tebal pelat lantai

semi-basement diasumsikan sama, yaitu 0.12 m. Penghubung lantai semi-basement

dengan lantai 1 direncanakan 2 buah tangga. Lebih jelasnya spesifikasi denah pondasi shop drawing ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Spesifikasi Denah Pondasi Shop Drawing ITEM PEKERJAAN

Tiang Pancang Kedalaman Pemancangan 26 m (+ doli 2m)

Karakteris tik Tanah Sirtu kedalaman 9 m dan clay 17 m Metode Pelaks anaan Jack in pile

Jumlah Tiang Pancang 148

Dimens i Tiang Pancang 25 cm x 25 cm 35 cm x 35 cm

Pile Cap Dimens i Pile Cap 62,5 cm x 62,5 cm x 50 cm 101,25 cm x 62,5 cm x 60 cm 131,25 cm x 87,5 cm x 70 cm 125 cm x 62,5 cm x 60 cm 125 cm x 101,25 cm x 80 cm 175 cm x 87,5 cm x 70 cm 175 cm x 131,25 cm x 80 cm 175 cm x 175 cm x 80 cm 231,25 cm x 175 cm x 150 cm 239,75 cm x 239,75 cm x 100 cm 296 cm x 239,75 cm x 150 cm 262,5 cm x 239,75 cm x 110 cm 262,5 cm x 262,5 cm x 110 cm 350 cm x 239,75 cm x 130 cm Balok Sloof Dimens i Balok Sloof 30 cm x 60 cm

Pelat Lantai Luas Area Semi-Basement 1075,3 m2 Ketebalan Pelat Lantai 12 cm

Tangga Jumlah Tangga 2

Dinding Penahan Tanah Letak Sebelah Utara dan Selatan Bangunan KETERANGAN

• Denah Struktur Atas

Denah struktur atas ini dibagi menjadi 6 denah yang terdiri dari denah struktur lantai 1 sampai denah struktur atap, masing-masing denah dapat dilihat pada Lampiran 6. Penjelasan tentang 6 denah ini akan dijadikan satu sebagai denah struktur atas. Pada denah struktur atas ini kontraktor mengerjakan bangunan

(8)

dengan material beton bertulang. Proses pengecoran menggunakan bantuan alat pompa beton dan ready mix. Penghubung tiap lantai pada bangunan ini direncanakan memakai tangga. Tebal lantai beton tiap lantai sama yaitu 12 cm. denah struktur atas ini menggunakan 30 tipe kolom dan 50 tipe balok yang disesuaikan dengan beban yang ada. Lebih jelasnya spesifikasi denah struktur atas gambar shop drawing ditampilkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Spesifikasi Denah Struktur Atas Shop Drawing

ITEM PEKERJAAN ITEM PEKERJAAN

Kolom Dimensi Kolom 30 cm x 13 cm 30 cm x 60 cm

40 cm x 13 cm 40 cm x 70 cm 30 cm x 20 cm 50 cm x 80 cm 50 cm x 13 cm 60 cm x 80 cm 40 cm x 25 cm 70 cm x 70 cm 40 cm x 40 cm 70 cm x 80 cm 50 cm x 30 cm 80 cm x 80 cm

50 cm x 40 cm Pelat Lantai Luas Area Lantai 1 1049,5 m2 60 cm x 40 cm Luas Area Lantai 2 767,3 m2 70 cm x 40 cm Luas Area Lantai 3 754,7 m2 80 cm x 50 cm Luas Area Lantai 4 802,0 m2 80 cm x 80 cm Luas Area Lantai 5 808,0 m2 diameter 55 cm Luas Area Atap 763,2 m2 diameter 75 cm Ketebalan Pelat Lantai 12 cm diameter 85 cm Tangga Jumlah Tangga Lantai 1 3 Balok Dimensi Balok 15 cm x 30 cm Jumlah Tangga Lantai 2 2 15 cm x 40 cm Jumlah Tangga Lantai 3 2 20 cm x 40 cm Jumlah Tangga Lantai 4 2 20 cm x 50 cm Jumlah Tangga Lantai 5 2

KETERANGAN KETERANGAN

4.4.2.2. Analisa Gambar Kerja Change Order Ke-1

Pada gambar kerja change order ke-1initerdapat perubahan gambar pada seluruh denah struktur yang ada, yaitu denah balok lantai 1 dan kolom lantai 1-semi-basement, denah balok lantai 2 dan kolom lantai 2-lantai 1, denah balok lantai 3 dan kolom lantai 3-lantai 2, denah balok lantai 4 dan kolom lantai 4-lantai 3, denah balok lantai 5 dan kolom lantai 5-lantai 4, denah balok atap dan kolom atap-lantai 5. Perubahan total ini dilakukan karena penyesuaian terhadap change order di denah pondasi. Tiap denah pada gambar kerja change order ke-1 akan dijelaskan dalam poin-poin sebagai berikut:

• Denah Pondasi

Pada denah pondasi kontraktor mengalami kendala saat melaksanakan pondasi tiang pancang dengan sistem jack in pile. Pemancangan dengan sistem jack in pile yang diharapkan bisa menyesuaikan dengan kondisi proyek, dimana dekat dengan perumahan penduduk, ternyata memiliki kendala lain dengan adanya

(9)

kenaikan tanah atau uplift pada tanah di sekitar proyek. Hal ini disebabkan saat penekanan, tanah mengalami pertambahan volume dan menekan ke segala arah. Pemakaian pondasi tiang pancang seharusnya tidak menyebabkan kenaikan yang cukup besar pada tanah, tetapi karena letak bangunan proyek bersebelahan langsung dengan sebuah rumah penduduk maka kenaikan tanah sedikitpun akan terasa pada bangunan sebelah. Kerusakan pada rumah tersebut dialami karena pondasi dangkal pada rumah tersebut mengalami pergeseran pada saat tanah mengalami kenaikan sehingga keretakan struktur terjadi. Akibat kerusakan yang cukup berat dialami oleh rumah penduduk tersebut, owner pada proyek X ini memutuskan untuk mengganti pondasi tiang pancang yang belum dipancang menjadi pondasi pelat lajur, borepile dan straus. Perubahan pondasi tiang pancang menjadi pondasi pelat lajur, borepile dan straus dapat dilihat pada gambar di Lampiran 7. Pada saat perubahan tersebut pondasi tiang pancang sudah selesai dilaksanakan sebanyak 70 tiang pancang dari 148 tiang pancang yang ada. Pemilihan pondasi borepile dan straus dikarenakan pondasi ini tidak menyebabkan kebisingan dan getaran serta tidak menyebabkan kenaikan atau

uplift pada tanah. Pelaksanaan pondasi straus dan pelat lajur dilakukan sendiri oleh pihak kontraktor sedangkan pelaksanaan pondasi bore pile dilaksanakan oleh perusahaan lain dengan menggunakan crane berspesifikasi sebagai berikut:

- merk & type : Link-Belt 108 HYLAB 5

- capacity : 50 Ton

- boom length : 12,19 m to 42,67 m

- maximum boom & jib combination : 33,53 m + 15,24 m

Pondasi pelat lajur dan straus digunakan untuk menahan beban dinding yang memisahkan bangunan proyek dengan rumah penduduk di sebelah dan menahan beban kolom pada tepi bangunan yang dekat dengan rumah penduduk. Pondasi

straus direncanakan memiliki kedalaman 6 m. Pada pondasi bore pile

direncanakan memiliki kedalaman pondasi 14 m, 15 m, 30 m, 31 m 33 m dan 34 m. Karena kedalaman pondasi bore pile bermacam–macam sedangkan pada gambar tidak disebutkan dengan jelas, maka dalam perhitungan untuk pondasi

bore pile digunakan kedalaman 15 m dan 34 m. Metode pelaksanaan pondasi

(10)

pondasi bore pile ini memerlukan perhatian lebih karena sifatnya yang tidak

ramah lingkungan. Proses pemasukan tulangan pada pondasi bore pile

disesuaikan dengan panjang tulangan yang tersedia di lapangan yaitu 11 m-12 m, sehingga untuk kedalaman 15 m membutuhkan tulangan dengan panjang 12 m – 4 m, sedangkan untuk kedalaman 34 m membutuhkan tulangan dengan panjang 12 m – 12 m – 12 m. Kelebihan 1 dan 2 meter digunakan untuk penjangkaran tulangan. Pada pondasi bore pile juga terdapat pile cap atau poer yang memiliki 14 tipe ukuran sehingga bila ditambahkan dengan pile cap pada pondasi tiang pancang yang sudah dikerjakan, yaitu 9 tipe ukuran maka total pile cap yang dipakai ada 23 tipe ukuran. Selain itu pada pondasi bore pile terdapat tambahan 1 tipe balok sloof sehingga menjadi 7 tipe balok sloof tetapi tetap memiliki dimensi yang sama. Pada salah satu dari 2 buah tangga yang menghubungkan lantai semi-basement dengan lantai 1 mengalami perubahan bentuk dan volume. Bentuk denah pondasi pada gambar yang mengalami change order ke-1 ini selebihnya tidak mengalami perubahan. Lebih jelasnya spesifikasi denah pondasi gambar kerja change order ke-1 ditampilkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Spesifikasi Denah Pondasi Gambar Kerja Change Order ke-1.

ITEM PEKERJAAN ITEM PEKERJAAN

Tiang Pancang Kedalaman Pemancangan 26 m (+ doli 2m) 239,75 cm x 239,75 cm x 100 cm Karakteristik Tanah Sirtu kedalaman 9 m dan clay 17 m 296 cm x 239,75 cm x 150 cm Metode Pelaksanaan Jack in pile 262,5 cm x 239,75 cm x 110 cm Jumlah Tiang Pancang 70 262,5 cm x 262,5 cm x 110 cm Dimensi Tiang Pancang 25 cm x 25 cm 350 cm x 239,75 cm x 130 cm

35 cm x 35 cm 100 cm x 100 cm x 50 cm Tiang Bor Kedalaman Borepile 15 m (ø40) 125 cm x 100 cm x 50 cm 34 m (ø60, ø80, ø100, ø120) 200 cm x 100 cm x 50 cm Metode Pelaksanaan Borepile 200 cm x 125 cm x 50 cm Jumlah Borepile 39 225 cm x 100 cm x 50 cm Dimensi Borepile ø60 cm 150 cm x 150 cm x 100 cm

ø80 cm 150 cm x 150 cm x 120 cm

ø100 cm 550 cm x 239,75 cm x 175 cm

ø120 cm 250 cm x 250 cm x 120 cm

Straus Kedalaman Straus 6 m 550 cm x 250 cm x 150 cm

Jumlah Straus 10 200 cm x 200 cm x 100 cm

Dimensi Straus ø30 cm 780 cm x 300 cm x 175 cm Pelat Lajur Kedalaman pelat lajur 20 cm 900 cm x 300 cm x 175 cm Lebar pelat lajur 1,2 m 762,5 cm x 200 cm x 200 cm Letak Sepanjang bagian barat bangunan Balok Sloof Dimensi Balok Sloof 30 cm x 60 cm Pile Cap Dimensi Pile Cap 62,5 cm x 62,5 cm x 50 cm Pelat Lantai Luas Area Semi-Basement 1075,3 m2

175 cm x 87,5 cm x 70 cm Ketebalan Pelat Lantai 12 cm 175 cm x 131,25 cm x 80 cm Tangga Jumlah Tangga 2

175 cm x 175 cm x 80 cm Dinding Penahan Tanah Letak Sebelah Utara dan Selatan Bangunan

(11)

• Denah Struktur Atas

Pada struktur atas yang terdiri dari 6 denah ini mengalami perubahan pada seluruh denahnya. Perubahan disebabkan karena adanya change order fungsi

ruangan dalam gedung yang menyebabkan konsultan perencana harus

menghitung ulang struktur lama untuk menyesuaikan beban kerja baru. Perubahan yang terjadi tidak merubah luas bangunan secara keseluruhan karena perubahan ini hanya mengganti tipe kolom dan balok yang dipakai dimana sebelumnya memakai 30 tipe kolom dan 50 tipe balok bertambah menjadi 35 tipe kolom dan 56 tipe balok. Perubahan tipe kolom dan balok dilihat pada gambar di Lampiran 7. Perubahan tipe kolom dan balok dikarenakan penyesuaian terhadap perhitungan struktur yang baru. Lebih jelasnya spesifikasi denah struktur atas gambar kerja change order ke-1 ditampilkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Spesifikasi Denah Struktur Atas Gambar Kerja Change Order Ke-1

ITEM PEKERJAAN ITEM PEKERJAAN

Kolom Dimensi Kolom 13 cm x 13 cm 20 cm x 40 cm

30 cm x 13 cm 20 cm x 50 cm 40 cm x 13 cm 30 cm x 60 cm 30 cm x 20 cm 40 cm x 70 cm 50 cm x 13 cm 50 cm x 80 cm 40 cm x 25 cm 60 cm x 80 cm 40 cm x 40 cm 70 cm x 70 cm 50 cm x 30 cm 70 cm x 80 cm 50 cm x 40 cm 80 cm x 80 cm

60 cm x 40 cm Pelat Lantai Luas Area Lantai 1 1049,5 m2 70 cm x 40 cm Luas Area Lantai 2 767,3 m2 80 cm x 50 cm Luas Area Lantai 3 754,7 m2 80 cm x 80 cm Luas Area Lantai 4 802,0 m2 diameter 55 cm Luas Area Lantai 5 808,0 m2 diameter 75 cm Luas Area Atap 763,2 m2 diameter 85 cm Ketebalan Pelat Lantai 12 cm diameter 90 cm Tangga Jumlah Tangga Lantai 1 3 diameter 100 cm Jumlah Tangga Lantai 2 2 diameter 110 cm Jumlah Tangga Lantai 3 2 Balok Dimensi Balok 15 cm x 30 cm Jumlah Tangga Lantai 4 2 15 cm x 40 cm Jumlah Tangga Lantai 5 2

KETERANGAN KETERANGAN

4.4.2.3. Analisa Gambar Kerja Change Order Ke-2

Pada gambar kerja change order ke-2initerdapat perubahan gambar pada denah pondasi. Sebenarnya saat terjadi change order ke-2, denah struktur diatasnya yaitu denah lantai 1 dan kolom lantai 1-semi-basement sampai denah lantai atap dan kolom lantai atap-lantai 5 juga ikut berubah tetapi gambar kerja perubahan belum dibuat sehingga yang ditinjau denah pondasi saja. Denah pondasi pada gambar kerja change order ke-2 akan dijelaskan sebagai berikut:

(12)

• Denah Pondasi

Pada denah pondasi yang sebelumnya, kontraktor sudah mengganti sebagian besar pondasi tiang pancang menjadi pondasi bore pile, straus dan pelat lajur,

dimana permasalahan kenaikan tanah sudah bisa diatasi, ternyata mengalami kendala baru. Kendala baru ini dirasakan kembali oleh rumah yang berada tepat di sebelah barat bangunan proyek X. Permasalahan muncul saat kontraktor memasang tulangan balok untuk lantai 1 yang posisinya berada tepat di sebelah

barat bangunan proyek. Owner rumah tersebut baru menyadari bahwa

bangunan proyek X ini tidak diberi jarak antar bangunan terhadap rumahnya sehingga membahayakan keadaan rumah tersebut. Kontraktor pada proyek X ini mengatakan bahwa kesalahan seperti ini disebabkan karena konsultan perencana dalam merencanakan bangunan tidak melakukan tinjauan langsung ke lapangan sehingga bentuk bangunan tidak menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak kontraktor terhadap penduduk sekitar proyek. Akhirnya setelah melakukan komunikasi antara pihak kontraktor dengan owner dari rumah tersebut disepakati bahwa lebar bangunan pada denah pondasi dipotong selebar 1,5 m dari lebar bangunan asal. Akibat dari pemotongan ini kontraktor harus membuat pondasi straus baru yang direncanakan dengan pile cap. pondasi straus lama dan balok sloof yang berada pada sisi sebelah barat proyek sudah terlanjur dilaksanakan dan tetap dibiarkan.

Pondasi pelat lajur yang juga sebelumnya direncanakan untuk menopang kolom dan dinding di sebelah barat akhirnya hanya untuk menopang beban merata dinding saja. Kolom yang berada sepanjang 1,5 m disebelah rumah tersebut juga sudah terlanjur dicor sehingga keberadaannya sekarang hanya sebagai kolom praktis dinding saja. Perubahan pada denah pondasi dapat dilihat pada gambar di Lampiran 8. Kontraktor juga menghilangkan dinding penahan tanah di sebelah selatan bangunan poyek karena kedalaman

semi-basement yang -0,50 dari jalan tidak menyebabkan tekanan besar pada dinding semi-basement. Pemotongan ini selebihnya tidak terlalu merubah denah pondasi secara keseluruhan. Lebih jelasnya spesifikasi denah pondasi gambar kerja change order ke-2 ditampilkan pada Tabel 4.7.

(13)

Tabel 4.7. Spesifikasi Denah Pondasi Gambar Kerja Change Order ke-2

ITEM PEKERJAA ITEM PEKERJAAN

Tiang Pancang Kedalaman Pemancangan 26 m (+ doli 2m) 262,5 cm x 239,75 cm x 110 cm Karakteristik Tanah Sirtu kedalaman 9 m dan clay 17 m 262,5 cm x 262,5 cm x 110 cm Metode Pelaksanaan Jack in pile 350 cm x 239,75 cm x 130 cm Jumlah Tiang Pancang 70 100 cm x 100 cm x 50 cm Dimensi Tiang Pancang 25 cm x 25 cm 125 cm x 100 cm x 50 cm 35 cm x 35 cm 200 cm x 100 cm x 50 cm Tiang Bor Kedalaman Borepile 15 m (ø40) 200 cm x 125 cm x 50 cm 34 m (ø60, ø80, ø100, ø120) 225 cm x 100 cm x 50 cm Metode Pelaksanaan Borepile 150 cm x 150 cm x 100 cm Jumlah Borepile 39 150 cm x 150 cm x 120 cm Dimensi Borepile ø60 cm 550 cm x 239,75 cm x 175 cm

ø80 cm 250 cm x 250 cm x 120 cm

ø100 cm 550 cm x 250 cm x 150 cm

ø120 cm 200 cm x 200 cm x 100 cm

Straus Kedalaman Straus 6 m 780 cm x 300 cm x 175 cm

Jumlah Straus 24 900 cm x 300 cm x 175 cm

Dimensi Straus ø30 cm 762,5 cm x 200 cm x 200 cm Pelat Lajur Kedalaman pelat lajur 20 cm 125 cm x 100 cm x 60 cm

Lebar pelat lajur 1,2 m 50 cm x 50 cm x 50 cm Letak Sepanjang bagian barat bangunan 125 cm x 50 cm x 50 cm Pile Cap Dimensi Pile Cap 62,5 cm x 62,5 cm x 50 cm Balok Sloof Dimensi Balok Sloof 30 cm x 60 cm

175 cm x 87,5 cm x 70 cm Pelat Lantai Luas Area Semi-Basement1075,3 m2 175 cm x 131,25 cm x 80 cm Ketebalan Pelat Lantai 12 cm 175 cm x 175 cm x 80 cm Tangga Jumlah Tangga 2

239,75 cm x 239,75 cm x 100 cm Dinding Penahan Tanah Letak Sebelah Utara Bangunan 296 cm x 239,75 cm x 150 cm

KETERANGAN KETERANGAN

4.4.2.4. Analisa Gambar Kerja Change Order ke-3

Pada gambar kerja change order ke-3 initerdapat perubahan gambar pada seluruh denah struktur atas kecuali denah struktur atap. Perubahan ini disebabkan karena pemotongan pada denah struktur lantai 1 sampai lantai 5. Denah struktur atas gambar kerja change order ke-3 akan dijelaskan sebagai berikut:

• Denah Struktur Atas

Pada denah struktur atas kontraktor harus menggeser posisi balok dan memotong luas pelat lantai. Hal ini disebabkan karena owner rumah di sebelah barat proyek ternyata meminta seluruh lantai yang terlalu dekat dengan rumahnya harus dipotong dan diberi jarak antar bangunan. Hal ini sebenarnya diluar pengertian kontraktor, kontraktor menganggap denah lantai 1 saja yang perlu untuk dipotong, ternyata owner rumah tersebut meminta untuk memotong semua luasan pelat lantai dari lantai 1 sampai lantai 5. Pemotongan pada lantai 1 sepanjang 20 cm dan pemotongan pada lantai 2 sampai lantai 5 sepanjang 122,5 cm dari lebar asal. Perlu diketahui pada saat terjadi change order ini, kontraktor sudah mengecor sebagian pelat lantai 1 sehingga harus dibobok

(14)

kembali. Perubahan pada denah struktur dapat dilihat pada gambar di Lampiran 9. Pada change order kali ini tidak terjadi penambahan tipe balok maupun kolom. Lebih jelasnya spesifikasi denah lantai 1 sampai lantai 5 gambar kerja

change order ke-3 ditampilkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Spesifikasi Denah Struktur Atas Gambar Kerja Change Order ke-3

ITEM PEKERJAAN ITEM PEKERJAAN

Kolom Dimensi Kolom 13 cm x 13 cm 20 cm x 40 cm

30 cm x 13 cm 20 cm x 50 cm 40 cm x 13 cm 30 cm x 60 cm 30 cm x 20 cm 40 cm x 70 cm 50 cm x 13 cm 50 cm x 80 cm 40 cm x 25 cm 60 cm x 80 cm 40 cm x 40 cm 70 cm x 70 cm 50 cm x 30 cm 70 cm x 80 cm 50 cm x 40 cm 80 cm x 80 cm

60 cm x 40 cm Pelat Lantai Luas Area Lantai 1 985,01 70 cm x 40 cm Luas Area Lantai 2 756,9 m2 80 cm x 50 cm Luas Area Lantai 3 721,6 m2 80 cm x 80 cm Luas Area Lantai 4 745,9 m2 diameter 55 cm Luas Area Lantai 5 754,9 m2 diameter 75 cm Luas Area Atap 763,2 m2 diameter 85 cm Ketebalan Pelat Lantai 12 cm diameter 90 cm Tangga Jumlah Tangga Lantai 1 3 diameter 100 cm Jumlah Tangga Lantai 2 2 diameter 110 cm Jumlah Tangga Lantai 3 2 Balok Dimensi Balok 15 cm x 30 cm Jumlah Tangga Lantai 4 2 15 cm x 40 cm Jumlah Tangga Lantai 5 2

KETERANGAN KETERANGAN

4.4.2.5. Analisa As-Built Drawing

Pada as-built drawing ini terdapat perubahan kecil pada denah struktur lantai 1. Perubahan ini dialami karena terjadi kesalahan pada pembuatan tangga yang menghubungkan beda ketinggian di lantai 1. Kesalahan disebabkan salah komunikasi antara pihak kontraktor dan pihak konsultan perencana. Pada gambar kerja tidak ada keterangan pelat dibawah tangga harus dibuat void, padahal saat itu kontrator sudah hampir selesai mengecor pelat lantai 1. Akibat perubahan ini kontraktor memboboki pelat lantai di bawah tangga dan memotong balok yang ada di bawah tangga. Pada denah yang lain tidak terjadi perubahan sehingga sudah menjadi as-built drawing. Perubahan pada denah struktur lantai 1 dapat dilihat pada gambar di Lampiran 10.

(15)

4.4.3. Menganalisa Penjadwalan Rencana dan Actual melalui Critical Path Method

Penjadwalan yang diperoleh dari proyek X ada 2 yaitu penjadwalan rencana dan penjadwalan actual. Penjadwalan rencana merupakan penjadwalan yang dibuat sebelum proyek dimulai dan penjadwalan actual merupakan penjadwalan yang dibuat setelah proyek selesai. Setiap penjadwalan yang diperoleh dari proyek X ini perlu dianalisa untuk memperjelas hubungan antar aktivitas, float tiap aktivitas dan mengetahui jalur kritisnya. Hubungan antar aktivitas dan float pada tiap aktivitas perlu diketahui untuk memperjelas jalur kritis pada proyek. Jalur kritis merupakan jalur yang dapat menentukan lama durasi proyek bisa diselesaikan paling cepat dan menunjukkan aktivitas-aktivitas pekerjaan yang durasi waktu pengerjaannya tidak boleh terganggu dan bila terganggu menyebabkan keterlambatan proyek. Mengetahui hubungan antar aktivitas, float

pada tiap aktivitas dan jalur kritis bisa dilakukan dengan memakai metode Critical Path Method (CPM). Oleh karena pentingnya mengetahui hubungan antar aktivitas, float tiap aktivitas dan jalur kritis yang ada, maka dilakukan analisa pada penjadwalan rencana dan penjadwalan actual.

4.4.3.1. Penjadwalan Rencana

Sebelum suatu proyek memasuki tahap konstruksi, biasanya kontraktor selalu menyiapkan sebuah jadwal yang berfungsi sebagai pedoman kerja di lapangan. Penjadwalan rencana berguna sebagai pedoman waktu bagi pelaksana di lapangan agar dapat menyelesaikan proyek tepat waktu. Penjadwalan rencana proyek X berdurasi selama 11 bulan atau 46 minggu. Barchart penjadwalan rencana dapat dilihat pada Lampiran 11. Waktu 46 minggu ini digunakan untuk menyelesaikan semua pekerjaan proyek seperti pekerjaan pile (10 minggu), pekerjaan tanah (8 minggu), pekerjaan pondasi (7 minggu), pekerjaan struktur semi-basement (8 minggu), pekerjaan struktur lantai 1 (5 minggu), pekerjaan struktur lantai 2 (5 minggu), pekerjaan struktur lantai 3 (5 minggu), pekerjaan struktur lantai 4 (5 minggu), pekerjaan struktur lantai 5 (5 minggu) dan pekerjaan struktur atap (4 minggu). Urutan pekerjaan yang dilakukan dikerjakan dari lantai paling dasar sampai lantai paling atas. Penjadwalan ini dibuat oleh kontraktor

(16)

dengan melakukan overlap pada beberapa pekerjaan. Overlap dilakukan pada pekerjaan pondasi sampai struktur lantai 5, sedangkan pekerjaan pile, tanah dan struktur atap tidak dilakukan overlap. Overlap dilakukan oleh kontraktor dengan alasan karena manpower yang dimiliki mampu untuk menyelesaikan pekerjaan yang bisa dikerjakan secara bersamaan. Jadwal rencana yang diperoleh dari proyek X ini dibuat dalam bentuk barchart dimana hubungan antar aktivitasnya tidak terlalu jelas. Akibatnya kontraktor dalam membuat penjadwalan ini tidak terlalu detail memperhatikan hubungan antar aktivitas. Hal ini terlihat saat item

pekerjaan dibreakdown menjadi item-item pekerjaan yang lebih kecil seperti tulangan, bekesting dan beton cor yang waktu pengerjaannya terlihat bersamaan sehingga lintasan kritis yang ditemukan menjadi satu kesatuan. Hal ini semestinya tidak baik dilakukan karena akan menyulitkan kontraktor untuk menentukan apa saja aktivitas pekerjaan yang seharusnya perlu diselesaikan, besarnya material yang seharusnya digunakan dan berapa banyak manpower yang dibutuhkan tiap minggunya. Bagi kontraktor membuat jadwal rencana seperti ini ternyata merupakan hal yang wajar karena penjadwalan ini nantinya hanya digunakan sebagai formalitas laporan kepada kantor dan owner. Sedangkan untuk pekerjaan di lapangan kontraktor menggunakan pengalaman yang dipunyai dengan tetap memakai penjadwalan yang sudah dibuat sebagai bantuan bila kontraktor kebingungan. Untuk jumlah material yang perlu disiapkan tiap harinya, kontraktor hanya perlu mengetahui item-item pekerjaan apa saja yang akan dikerjakan dalam 1 minggu dan membuat perkiraan material yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut sehingga bisa mendatangkan material kapanpun dibutuhkan. Hal ini bisa dilakukan karena kontraktor sudah membuat perhitungan secara total berapa jumlah material yang dibutuhkan dari awal hingga akhir proyek dimana barang yang dibutuhkan sudah dipesan dan sudah siap untuk diambil kapanpun. Untuk manpower yang dibutuhkan, kontraktor sudah merencanakan durasi waktu kerja tiap pekerjaan dengan memakai produktivitas nyata di lapangan ditambah dengan float untuk mencegah terjadinya keterlambatan. Hal ini membuat jadwal yang dibuat kontraktor pasti dapat diselesaikan di lapangan tanpa kekurangan

manpower. Penjadwalan rencana proyek X yang sudah dianalisa dengan metode CPM dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan pada Gambar 4.2.

(17)

Tabel 4.9. Tabel Hubungan Aktivitas-Aktivitas pada Penjadwalan Rencana

AKTIVITAS KETERANGAN BOBOT AKTIVITAS PENDAHULU DURASI

(MINGGU) A Pile 100% - 4 A1 Pembobokan Pile 100% A 6 B Tanah 100% A1 8 C Pile Cap 100% B (SS= +2) 8 D Balok Sloof 100% B (SS= +2) 8

E Dinding Penahan Tanah 100% B (SS= +2) 8

F Tangga Semi-Basement 100% D 4

G Kolom Lantai 1 - Semi-Basement 100% C (SS= +4), D (SS= +4), E (SS= +4) 3

H1 Balok Lantai 1 50% G 2 H2 Balok Lantai 1 50% H1 (FS= +2) 2 I1 Pelat Lantai 1 50% G 2 I2 Pelat Lantai 1 50% I1 (FS= +2) 2 J1 Listplank Lantai 1 50% G 2 J2 Listplank Lantai 1 50% J1 (FS= +2) 2 K1 Tangga Lantai 1 50% H1 (SS= 0) 2 K2 Tangga Lantai 1 50% K1 (FS= +2) 2

L Kolom Lantai 2 - Lantai 1 100% H2 (SS= +1), I2 (SS= +1) 2

M Balok Lantai 2 100% L (SS= +1) 4

N Pelat Lantai 2 100% L (SS= +1) 4

O Listplank Lantai 2 100% L (SS= +1) 4

P Tangga Lantai 2 100% M (SS= 0) 4

Q Kolom Lantai 3 - Lantai 2 100% M (SS= +3), N (SS= +3) 2

R Balok Lantai 3 100% Q (SS= +1) 4

S Pelat Lantai 3 100% Q (SS= +1) 4

T Pelat Semi-Basement 100% Q (SS= +1) 4

U Listplank Lantai 3 100% Q (SS= +1) 4

V Tangga Lantai 3 100% R (SS= 0) 4

W Kolom Lantai 4 - Lantai 3 100% R (SS= +3), S (SS= +3) 2

X Balok Lantai 4 100% W (SS= +1) 4

Y Pelat Lantai 4 100% W (SS= +1) 4

Z Listplank Lantai 4 100% W (SS= +1) 4

AA Tangga Lantai 4 100% X (SS= 0) 4

BB Kolom Lantai 5 - Lantai 4 100% X (SS= +3), Y (SS= +3) 2

CC Balok Lantai 5 100% BB (SS= +1) 4

DD Pelat Lantai 5 100% BB (SS= +1) 4

EE Listplank Lantai 5 100% BB (SS= +1) 4

FF Tangga Lantai 5 100% CC (SS= 0) 4

GG Kolom Atap - Lantai 5 100% CC (SS= +3), DD (SS= +3) 2

HH Balok Atap 100% GG 4

(18)

A1 SS=+2 SS=+2 SS=+2 SS=+4 SS=+4 SS=+4 SS=+3 SS=+3 SS=+3 SS=+3 SS=+1 SS=+3 SS=+3 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=0 SS=0 SS=0 SS=0 SS=+3 SS=+3 (6) (8)B C (8) E (8) D (8) G (3) F (4) H1 (2) I1 (2) K1 (2) L (2) J1 (2) M (4) N (4) O (4) P (4) Q (2) R (4) S (4) T (4) V (4) W (2) U (4) X (4) Y (4) Z (4) AA (4) BB (2) CC (4) DD (4) EE (4) FF (4) GG (2) HH (4) II (4) JJ (4) SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 0 0 10 10 12 12 12 12 12 12 16 16 20 19 19 19 19 19 19 40 24 24 25 25 25 25 25 25 28 28 29 29 29 29 29 29 29 32 32 33 33 33 33 33 33 36 36 37 37 37 40 40 42 FINISH 46 46 H2 (2) I2 (2) K2 (2) FS=+2 FS=+2 SS=0 FS=+2 SS=+1 SS=+1 J2 (2) FS=+2 23 23 23 23 37 37 37 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 44 42 42 42 42 44 40 42 23 23 A (4) 0 0

Gambar 4.2. CPM Penjadwalan Rencana

Keterangan :

Total Durasi Proyek = 46 Minggu

Lintasan Kritis = A – A1 – B – (C, E, D) – G – (H1, I1) – (H2, I2) – L – (M, N) – Q – (R, S) – W – (X, Y) – BB – (CC, DD) – GG – (HH, II, JJ)

A = (Pile) L = (Kolom Lantai 2 – Lantai 1) CC, DD = (Balok Lantai 5 dan Pelat Lantai 5)

A1 = (Pembobokan Pile) M, N = (Balok Lantai 2 dan Pelat Lantai 2) GG = (Kolom Lantai 5 – Atap)

B = (Tanah) Q = (Kolom Lantai 3 – Lantai 2) HH, II, JJ = (Balok Atap, Pelat Atap dan Listplank)

C, E, D = (Pile Cap, Balok Sloof dan Dinding Penahan Tanah) R, S = (Balok Lantai 3 dan Pelat Lantai 3)

G = (Kolom Lantai 1 – SemiBasement) W = (Kolom Lantai 3 – Lantai 4)

H1, I1 = (Balok Lantai 1 50% dan Pelat Lantai 1 50%) X, Y = (Balok Lantai 4 dan Pelat Lantai 4)

(19)

4.4.3.2. Penjadwalan Actual

Setelah suatu proyek menyelesaikan tahap konstruksi, biasanya kontraktor selalu merekap waktu kenyataan pekerjaan di lapangan dalam sebuah jadwal yang disebut penjadwalan actual. Penjadwalan actual digunakan kontraktor sebagai laporan pertanggungjawaban pada kantor dan owner setelah proyek selesai. Penjadwalan actual proyek X berdurasi selama 10 bulan atau 42 minggu. Barchart penjadwalan actual dapat dilihat pada Lampiran 12. Waktu 42 minggu ini terdiri dari pekerjaan pile (12 minggu), pekerjaan tanah (13 minggu), pekerjaan pondasi (15 minggu), pekerjaan struktur semi-basement (13 minggu), pekerjaan struktur lantai 1 (9 minggu), pekerjaan struktur lantai 2 (10 minggu), pekerjaan struktur lantai 3 (11 minggu), pekerjaan struktur lantai 4 (12 minggu), pekerjaan struktur lantai 5 (8 minggu) dan pekerjaan struktur atap (4 minggu). Pada penjadwalan actual ini terlihat kontraktor melakukan overlap pada semua pekerjaan. Overlap digunakan karena ada aktivitas-aktivitas pekerjaan yang memiliki hubungan keterikatan satu dengan yang lain dimana pengerjaannya harus bersamaan, overlap juga digunakan karena kontraktor berencana untuk mempercepat waktu pekerjaan di akhir proyek. Overlap perlu dianalisa kembali karena bila hanya melihat penjadwalan actual dalam bentuk barchart, maka hubungan antara aktivitas-aktivitas pekerjaan pada proyek X ini tidak terlalu jelas. Salah satu contoh overlap yang dilakukan oleh kontraktor antara lain seperti pemasangan pile cap yang membutuhkan pemasangan kolom agar penjangkaran kolom ke pile cap terjadi, pekerjaan pondasi dan tanah dimana saat penggalian tanah berjalan kontraktor sudah merakit penulangan pondasi dan membuat bekestingnya untuk mempercepat waktu pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur lantai atas dimana saat setelah 50% pengerjaan struktur lantai selesai kontraktor langsung mengerjakan 50% lagi struktur lantai diatasnya bersamaan dengan 50% sisa struktur lantai di bawahnya sehingga manpower yang digunakan efektif dan pekerjaan listplank, tangga dan pelat lantai yang dikerjakan bersamaan untuk memudahkan pengecoran. Hubungan antar aktivitas ini perlu diketahui untuk memudahkan membedakan antara waktu rencana dengan waktu actualnya. Oleh karena itu penjadwalan actual proyek X perlu dianalisa dengan metode CPM yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dan pada Gambar 4.3.

(20)

Tabel 4.10. Tabel Hubungan Aktivitas-Aktivitas pada Penjadwalan Actual

AKTIVITAS KETERANGAN BOBOT AKTIVITAS PENDAHULU DURASI

(MINGGU) A Pile 100% Start 6 B Pembobokan Pile 100% A 6 C1 Pekerjaan Tanah 59,6% A 9 C2 Pekerjaan Tanah 5,8% I2 (FS= +1), J2 (FS= +1) 1 C3 Pekerjaan Tanah 2,9% I3 (FS= +4), J3 (FS= +4) 1 C4 Pekerjaan Tanah 31,7% C3 (FS= +7) 2 F1 Pile Cap 92,2% B (SS= +2), C1 (SS= +2) 9 F2 Pile Cap 7,8% C3 (FS= +1) 1 D1 Balok Sloof 92,5% C1 (SS= 0) 11 D2 Balok Sloof 7,5% C3 (FS= +1) 1

O1 Pelat Semi-Basement 60% I1 (FS= +5), J1 (FS= +5) 2

O2 Pelat Semi-Basement 20% I2 (FS= +1), J2 (FS= +1) 1

O3 Pelat Semi-Basement 5% I3 (FS= +4), J3 (FS= +4) 1

O4 Pelat Semi-Basement 15% C4 (SS= 0) 1

E1 Dinding Penahan Tanah 27,8% D1 (SS= +2) 1

E2 Dinding Penahan Tanah 33,3% D1 (FS= +2) 1

E3 Dinding Penahan Tanah 16,7% E2 (FS= +3) 1

E4 Dinding Penahan Tanah 22,2% O4 1

G1 Kolom Semi-Basement - Lantai 1 28% F1 (SS= +0) 1

G2 Kolom Semi-Basement - Lantai 1 65,4% D1 (SS= +5) 4

G3 Kolom Semi-Basement - Lantai 1 2,2% I1 (SS= +1), J1 (SS=+1) 1

G4 Kolom Semi-Basement - Lantai 1 4,4% F2 (SS= +0) 1

H1 Tangga Semi-Basement - Lantai 1 6,1% D1 (SS= +6) 1

H2 Tangga Semi-Basement - Lantai 1 6,1% I1 (SS= +1), 1

H3 Tangga Semi-Basement - Lantai 1 87,8% H1 (FS= +4), H2 (FS=+8) 1

I1 Balok Lantai 1 50% C1 2 I2 Balok Lantai 1 40% L1, M1 3 I3 Balok Lantai 1 10% I2 (FS= +2) 1 J1 Pelat Lantai 1 50% C1 2 J2 Pelat Lantai 1 40% L1, M1 3 J3 Pelat Lantai 1 10% J2 (FS= +2) 1

P1 Listplank Lantai 1 91,2% I2(SS= +2), J2 (SS= +2) 2

P2 Listplank Lantai 1 8,8% I3 (SS= 0), J3 (SS= 0) 1

K1 Kolom Lantai 1 - Lantai 2 50% I1 (FS= +2), J1 (FS= +2) 1

K2 Kolom Lantai 1 - Lantai 2 48,2% I2 (SS= +1), J2 (SS= +1) 2

K3 Kolom Lantai 1 - Lantai 2 1,8% K2 (FS= +2) 1

R Tangga Lantai 1 - Lantai 2 100% I2 (FS= +1), L2 (SS= +2) 2

L1 Balok Lantai 2 50% I1 (FS= +3), J1 (FS= +3) 2 L2 Balok Lantai 2 50% T1 (SS= +1), U1 (SS= +1) 4 M1 Pelat Lantai 2 50% I1 (FS= +3), J1 (FS= +3) 2 M2 Pelat Lantai 2 50% T1 (SS= +1), U1 (SS= +1) 4 N1 Listplank Lantai 2 55,9% L1 (SS= +1), M1 (SS= +1) 1 N2 Listplank Lantai 2 44,1% L2 (SS= +1), M2 (SS= +1) 3

(21)

Tabel 4.10. Tabel Hubungan Aktivitas-Aktivitas pada Penjadwalan Actual

(Sambungan)

AKTIVITAS KETERANGAN BOBOT AKTIVITAS PENDAHULU DURASI (MINGGU Q2 Kolom Lantai 2 - Lantai 3 35,2% L2 (SS= +3), M2 (SS= +3) 1

Q3 Kolom Lantai 2 - Lantai 3 14,8% Q2 (FS= +1) 1

S1 Tangga Lantai 2 - Lantai 3 4,8% L2 (SS= +1) 1

S2 Tangga Lantai 2 - Lantai 3 95,2% S1 (FS= +4), T2 (SS= +1) 2

T1 Balok Lantai 3 50% L1 (FS= +1),M1 (FS= +1) 3

T2 Balok Lantai 3 50% Y1 (SS= +3), Z2 (SS= +3) 3

U1 Pelat Lantai 3 50% L1 (FS= +1),M1 (FS= +1) 3

U2 Pelat Lantai 3 50% Y1 (SS= +3), Z2 (SS= +3) 3

V1 Kolom Lantai 3 - Lantai 4 65,9% T1, U1 2

V2 Kolom Lantai 3 - Lantai 4 34,1% T2 (SS= +2), U2 (SS= +2) 2

W1 Tangga Lantai 3 - Lantai 4 46,2% T1 (SS= +2) 1

W2 Tangga Lantai 3 - Lantai 4 53,8% W1 (FS= +7), Y2 (SS= +1) 2

X1 Listplank Lantai 3 55,9% T1 (SS= +2), U1 (SS= +2) 1

X2 Listplank Lantai 3 44,1% T2 (SS= 0), U2 (SS= 0) 3

Y1 Balok Lantai 4 73,1% T1, U1 5

Y2 Balok Lantai 4 26,9% DD1 (SS= +1), EE1 (SS= +1) 3

Z1 Pelat Lantai 4 76,4% T1, U1 5

Z2 Pelat Lantai 4 23,6% DD1 (SS= +1), EE1 (SS= +1) 3 AA1 Kolom Lantai 4 - Lantai 5 67,9% Y1 (SS= +2), Z1 (SS= +2) 4

AA2 Kolom Lantai 4 - Lantai 5 32,1% Y2, Z2 1

BB1 Tangga Lantai 4 - Lantai 5 49,8% Y1 (SS= +2) 2

BB2 Tangga Lantai 4 - Lantai 5 30,1% DD2 (SS= 0) 1

BB3 Tangga Lantai 4 - Lantai 5 20,1% BB2 (FS= +1) 1

CC1 Listplank Lantai 4 65,1% Y1 (SS= +2), Z1 (SS= +2) 3

CC2 Listplank Lantai 4 34,9% Y2 (SS= +1), Z2 (SS= +1) 2

DD1 Balok Lantai 5 67,6% Y1, Z1 5

DD2 Balok Lantai 5 25,7% II1,JJ1 2

DD3 Balok Lantai 5 6,7% II2,JJ2 1

EE1 Pelat Lantai 5 67,7% Y1, Z1 5

EE2 Pelat Lantai 5 25,8% II1,JJ1 2

EE3 Pelat Lantai 5 6,5% II2,JJ2 1

FF1 Kolom Lantai 5 - Atap 67,4% DD1 (SS= +3), EE1 (SS= +3) 1 FF2 Kolom Lantai 5 - Atap 32,6% DD2 (SS= +1), EE2 (SS= +1) 1

GG1 Tangga Lantai 5 - Atap 49,8% II1 (SS= 0) 1

GG2 Tangga Lantai 5 - Atap 50,2% GG1 (FS= +5) 1

HH1 Listplank Lantai 5 66,8% DD1 (SS= 0), EE1 (SS= 0) 5

HH2 Listplank Lantai 5 27,1% DD2 (SS= 0), EE2 (SS= 0) 2

HH3 Listplank Lantai 5 6,1% DD3 (SS= 0), EE3 (SS= 0) 1

II1 Balok Atap 62,6% DD1 (SS= +4), EE1 (SS= +4) 2

II2 Balok Atap 37,4% DD2, EE2 1

JJ1 Pelat Atap 53,3% DD1 (SS= +4), EE1 (SS= +4) 2

JJ2 Pelat Atap 46,7% DD2, EE2 1

MM1 Listplank Atap 28,6% II1 (SS= 0), JJ1 (SS= 0) 2

(22)

A (6) 0 0 B (6) C1 (9) 6 31 6 6 SS=0 15 15 I1 (2) 6 24 D1 (11) 15 15 J1 (2) 11 38 G2 (4) 8 26 E1 (1) 12 36 H1 (1) (1) 19 37 (1) 23 41 SS=+2 SS=+5 SS=+6 FS=+10 E2 FS=+3 E3 25 41 H3 (1) FS=+4 16 32 H2 (1) FS=+8 16 41 G3 (1) 19 41 K1 (1) 20 20 L1 (2) 20 20 M1 (2) SS=+1 22 40 O1 (2) SS=+1 FS=+2 FS=+3 FS=+3 FS=+5 22 22 I2 (3) 22 22 J2 (3) 21 41 N1 (1) 22 41 Q1 (1) SS=+1 27 27 I3 (1) 26 41 C2 (1) 26 41 O2 (1) 24 40 P1 (2) 23 37 K2 (2) 26 40 R (2) 27 27 J3 (1) FS=+1 FS=+1 FS=+2 SS=+2 SS=+1 FS=+1 FS=+2 27 41 P2 (1) 32 41 O3 (1) 32 32 C3 (1) SS=0 FS=+4 FS=+4 34 41 D2 (1) 34 41 F2 (1) 40 40 C4 (2) FS=+1 FS=+7 FS=+1 40 40 O4 (1) 34 41 G4 (1) SS=0 SS=0 41 41 E4 (1) 8 33 F1 (9) SS=+2 SS=+2 (1) 8 41 SS=0 G1 (1) 27 41 FS=+2 K2 23 23 T1 (3) 23 23 U1 (3) 24 37 26 37 M2 26 40 V1 25 32 W1 L2 (4) (4) (2) (1) SS=+1 SS=+2 SS=+2 29 39 29 40 Q2 25 35 S1 N2 (3) (1) (1) SS=+1 SS=+3 SS=+1 31 41 Q3 (1) FS=+1 36 40 S2 (2) FS=+4 32 40 W2 (2) FS=+7 SS=+1 SS=+1 FS=+1 FS=+1

(23)

23 23 T1 (3) 23 23 U1 (3) 24 37 26 37 M2 26 40 V1 25 32 W1 25 42 X1 26 26 26 26 Z1 L2 (4) (4) (2) (1) (1) (5) (5) Y1 SS=+1 SS=+2 SS=+2 SS=+2 29 39 29 40 Q2 25 35 S1 N2 (3) (1) (1) SS=+1 SS=+3 SS=+1 31 41 Q3 (1) FS=+1 36 40 S2 (2) FS=+4 32 40 W2 (2) FS=+7 35 38 35 38 U2 28 38 BB1 28 40 AA1 28 39 CC1 31 31 31 31 EE1 T2 (3) (3) (4) (2) (3) (5) (5) DD1 SS=+3 SS=+3 SS=+2 SS=+2 SS=+2 35 39 X2 V2 (2) (3) SS=+2 SS=0 37 40 34 41 31 37 HH1 35 35 JJ1 FF1 (1) (5) (2) SS=+3 SS=0 SS=+4 32 39 32 39 Z2 Y2 (3) (3) SS=+1 SS=+1 SS=+1 SS=+1 33 40 CC2 AA2 (1) (2) SS=0 SS=+1 32 41 37 37 DD2 37 37 EE2 (2) (2) 38 41 37 40 HH2 FF2 (1) (2) 37 39 BB2 (1) SS=0 SS=+1 SS=0 39 41 BB3 (1) FS=+1 FS=+1 FS=+1

(24)

35 II1 (2) SS=+4 34 40 MM1 35 35 GG1 (2) (1) SS=0 SS=0 40 41 GG2 (1) FS=+5 39 39 JJ2 39 39 II2 (1) (1) 40 41 40 41 EE3 41 41 MM2 DD3 (1) (1) (1) FS=+1 40 41 HH3 (1) SS=0 35

Gambar 4.3. CPM Penjadwalan Actual (Sambungan) Keterangan :

Total Dutasi Proyek = 42 Minggu (mulai minggu ke-4)

Lintasan Kritis 1 = A – C1 – (I1 dan J1) – (L1 dan M1) – (T1 dan U1) – (Y1 dan Z1) – (DD1 dan EE1) – (II1 dan JJ1) – (DD2 dan EE2) – (II2 dan JJ2) – MM2

A = (Pile)

C1 = (Pekerjaan Tanah 59.6%)

I1, J1 = (Balok Lantai 1 50% dan Pelat Lantai 1 50%)

L1, M1 = (Balok Lantai 2 50% dan Pelat Lantai 2 50%)

T1, U1 = (Balok Lantai 3 50% dan Pelat Lantai 3 50%)

Y1, Z1 = (Balok Lantai 4 73,1% dan Pelat Lantai 4 76,4%)

DD1, EE1 = (Balok Lantai 5 67,6% dan Pelat Lantai 5 67,7%) DD2, EE2 = (Balok Lantai 5 25,7% dan Pelat Lantai 5 25,8%)

II1, JJ1 = (Balok Atap 63,6% dan Pelat Atap 53,3%)

II2, JJ2 = (Balok Atap 37,4% dan Pelat Atap 46,7%)

MM2 = (Listplank Atap 71.4%)

4.4.4. Analisa Perubahan Penjadwalan Rencana dengan Penjadwalan Actual

Analisa dengan metode CPM yang sudah dilakukan pada 2 penjadwalan sebelumnya akan dianalisa perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi ditampilkan dalam bentuk barchart dan dalam bentuk tabel. Barchart

(25)

Lampiran 13. Sedangkan tabel perubahan penjadwalan rencana dan penjadwalan

actual dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Tabel Perubahan Penjadwalan Rencana dengan Penjadwalan Actual

NO PEKERJAAN DURASI RENCANA

(MINGGU) DURASI ACTUAL (MINGGU) TERLAMBAT (MINGGU) 1 Pile 4 10 2 Pembobokan Pile 6 6 1 Tanah 8 13 5 1 Pile Cap 7 10 2 Balok Sloof 7 12

3 Dinding Penahan Tanah 7 4 -3

1 Pelat Semi-Basement 3 5 2

2 Kolom Lantai 1 - Semi-Basement 3 7 4

3 Tangga Semi-Basement - Lantai 1 2 3 1

1 Balok Lantai 1 4 6 2

2 Pelat Lantai 1 4 6 2

3 Kolom Lantai 2 - Lantai 1 2 4 2

4 Tangga Lantai 1 - Lantai 2 4 2 -2

5 Listplank Lantai 1 4 3 -1

1 Balok Lantai 2 4 6 2

2 Pelat Lantai 2 4 6 2

3 Kolom Lantai 3 - Lantai 2 2 3 1

4 Tangga Lantai 2 - Lantai 3 4 3 -1

5 Listplank Lantai 2 4 4 0

1 Balok Lantai 3 4 6 2

2 Pelat Lantai 3 4 6 2

3 Kolom Lantai 4 - Lantai 3 2 4 2

4 Tangga Lantai 3 - Lantai 4 4 3 -1

5 Listplank Lantai 3 4 4 0

1 Balok Lantai 4 4 8 4

2 Pelat Lantai 4 4 8 4

3 Kolom Lantai 5 - Lantai 4 2 5 3

4 Tangga Lantai 4 - Lantai 5 4 4 0

5 Listplank Lantai 4 4 5 1

1 Balok Lantai 5 4 8 4

2 Pelat Lantai 5 4 8 4

3 Kolom Atap - Lantai 5 2 2 0

4 Tangga Lantai 5 - Atap 4 2 -2

5 Listplank Lantai 5 4 8 4

1 Balok Atap 4 3 -1

2 Pelat Atap 4 3 -1

3 Listplank Atap 4 3 -1

VII. Pekerjaan Struktur Lantai 3

VIII. Pekerjaan Struktur Lantai 4

IX. Pekerjaan Struktur Lantai 5

X. Pekerjaan Struktur Atap I. Pekerjaan Pile

II. Pekerjaan Tanah III. Pekerjaan Pondasi

IV. Pekerjaan Struktur Semi-Basement

V. Pekerjaan Struktur Lantai 1

VI. Pekerjaan Struktur Lantai 2

6 0

3 5

(26)

Proyek X ini mengalami perubahan yang sangat besar pada jalur kritis penjadwalan rencana dengan penjadwalan actual yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. Perubahan pada jalur kritis disebabkan karena terjadinya keterlambatan dan percepatan pada durasi tiap-tiap aktivitas pekerjaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.11. Keterlambatan dan percepatan ini bila dilihat dari waktu penyelesaian akhir proyek ternyata tidak berubah dari rencana awal. Tidak terjadinya perubahan waktu akhir penyelesaian proyek meskipun terjadi perubahan pada jalur kritisnya disebabkan karena proyek X ini memiliki penjadwalan rencana yang panjang. Penjadwalan yang panjang ini akan dibuktikan dengan membuat penjadwalan rencana baru yang menggeser waktu pengerjaan menyesuaikan dengan jalur kritis penjadwalan actual sehingga didapatkan lack sebanyak 9 minggu yang dapat dilihat pada Lampiran 14. Lack

sebesar 9 minggu ini merupakan waktu simpan bagi kontraktor untuk menyelesaikan proyek tanpa terburu-buru. Waktu simpan ini juga digunakan kontraktor untuk menghilangkan keterlambatan sebesar 12 minggu dan percepatan sebesar 3 minggu yang semestinya terjadi pada beberapa item pekerjaan yang mengalami perubahan durasi pengerjaan. Total keterlambatan 12 minggu dan percepatan 3 minggu yang terjadi pada proyek X ini tediri dari pekerjaan pile (6 minggu), pekerjaan tanah (1 minggu), pekerjaan balok dan pelat lantai 1 (2 minggu), pekerjaan pelat dan balok lantai 4 (1 minggu), pekerjaan balok dan pelat lantai 5 (2 minggu), percepatan pekerjaan balok dan pelat lantai atap (1 minggu) dan percepatan pekerjaan listplank atap (2 minggu). Berikut penjelasan keterlambatan yang terjadi pada beberapa item pekerjaan yang berada pada jalur kritis yang mempengaruhi keterlambatan sebanyak 9 minggu sehingga akhir penyelesaian proyek tetap sama.

• Pekerjaan Pile

Pekerjaan pile pada proyek X ini terdiri dari pekerjaan pile dan pekerjaan pembobokan pile. Pada jadwal rencana, durasi pekerjaan pile adalah 4 minggu

dan durasi pekerjaan pembobokan pile adalah 6 minggu. Kontraktor

menyelesaikan pekerjaan pile dalam waktu 6 minggu dan pekerjaan

pembobokan pile dalam waktu 6 minggu. Durasi pembobokan pile bisa mencapai 6 minggu karena kontraktor memasukan pekerjaan seperti

(27)

pembuatan pondasi straus, pondasi pelat lajur dan pengambilan pondasi lama di dalam pekerjaan pembobokan pile. Pada awal bulan Maret kontraktor sudah mengerjakan pondasi pancang sebesar 50% tetapi proyek ini berhenti selama 2 bulan karena adanya change order pada tanggal 26 Juni 2010 yang merubah pondasi tiang pancang menjadi borepile dan merubah fungsi ruang pada seluruh lantai bangunan proyek X. Change order yang terjadi inimenyebabkan perubahan struktur seluruh bangunan yang akhirnya dilakukan perhitungan ulang. Akibat waktu 2 bulan proyek berhenti tersebut kontraktor akhirnya terlambat mengerjakan pekerjaan pile 4 minggu dari rencana awal. Change order tiang pancang menjadi borepile ini juga menyebabkan total durasi yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan pile menjadi 6 minggu dimana 2 minggu lebih lambat dari durasi pada rencana. Pertambahan waktu pengerjaan

pile ini disebabkan karena produktivitas pemasangan borepile lebih lambat daripada produktivitas pemasangan tiang pancang. Pekerjaan pile berada pada lintasan kritis pada jadwal rencana sehingga karena keterlambatan 4 minggu dan 2 minggu ini akhir penyelesaian proyek terlambat 6 minggu.

• Pekerjaan Tanah

Pekerjaan tanah pada proyek X ini mengalami keterlambatan sebesar 5 minggu dimana pada jadwal rencana pekerjaan tanah memiliki durasi 8 minggu menjadi 13 minggu. Pekerjaan tanah pada penjadwalan actual dibagi menjadi 4 aktivitas, yaitu C1, C2, C3 dan C4 dimana C1 merupakan aktivitas kritis. Pada C1 keterlambatan yang terjadi sebesar 1 minggu sehingga akhir penyelesaian proyek X ini mengalami keterlambatan 1 minggu. Keterlambatan ini disebabkan terjadi change order pada tanggal 12 Agustus 2010 dimana pekerjaan tanah harus kembali dilakukan untuk membuat pondasi straus dan membuat pile cap yang baru karena penggeseran dinding pada lantai

semi-basement. Sedangkan untuk keterlambatan 4 minggu yang terjadi pada C2,C3 dan C4 tidak berpengaruh terhadap keterlambatan akhir proyek.

• Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur Atas lantai terdiri dari pekerjaan pelat lantai, balok, kolom, tangga dan listplank. Pada pekerjaan pelat lantai, balok dan kolom hampir selalu terjadi keterlambatan, kecuali pada pekerjaan struktur atap yang

(28)

pengerjaannya mengalami percepatan. Keterlambatan yang terjadi disebabkan karena keterbatasan material skafolding dan bekesting yang dimiliki kontraktor. Keterlambatan juga terjadi karena adanya libur idul fitri di tengah bulan September dimana setelah liburan banyak pekerja yang belum masuk sehingga kontraktor kekurangan manpower dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada. Pada pekerjaan struktur lantai 1 sampai lantai 5 juga terjadi change order pada tanggal 21 Agustus 2010. Pada change order ini kontraktor harus memboboki sebagian pelat lantai 1 pada sebelah barat proyek X yang sudah terselesaikan.

Change order yang terjadi pada pekerjaan struktur atas ini membuat keterlambatan sebesar 5 minggu yang terdiri dari keterlambatan pada pekerjaan balok dan pelat lantai 1 sebesar 2 minggu, keterlambatan pada balok dan pelat lantai 4 sebesar 1 minggu dan keterlambatan pada balok dan pelat lantai 5 sebesar 2 minggu. Change order juga menyebabkan percepatan pada pekerjaan balok dan pelat atap sebesar 1 minggu dan pekerjaan listplank sebesar 2 minggu. Keterlambatan dan percepatan ini bila diakumulasi menyebabkan durasi penyelesaian akhir proyek X ini terlambat 2 minggu.

4.4.5. Analisa Pengaruh Prosentase Change Order Terhadap Keterlambatan Proyek

Setelah menganalisa volume tiap pekerjaan pada setiap gambar kerja yang diperoleh dan menganalisa penjadwalan yang diperoleh maka akan dibandingkan semua analisa yang ada untuk didapatkan sebuah kesimpulan. Pada analisa perbedaan volume tiap item pekerjaan dapat diketahui penyebab-penyebab terjadinya change order, dapat mengetahui change order terjadi pada bagian apa saja dan perbedaan volume tiap terjadi change order. Dari setiap perbedaan diambil volume pekerjaan yang menjadi volume akhir di lapangan yang tidak berubah lagi untuk kemudian dibandingkan dengan volume awal perencanaan. Perbedaan tiap change order dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perbandingan ini nantinya menjadi prosentase change order yang kemudian akan dihubungkan dengan perbedaan pada penjadwalan proyek yang sudah dianalisa. Pada analisa penjadwalan proyek dapat diamati aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan pada proyek X ini, bagaimana kontraktor merencanakan penjadwalan yang ada

(29)

sampai bisa mengetahui seberapa besar proyek ini mengalami keterlambatan dan bisa menampilkan jalur kritis yang menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang rawan terjadi keterlambatan bila change order terjadi. Penjadwalan proyek yang sudah dianalisa dan dibandingkan antara penjadwalan rencana dan actual,

diperoleh perbedaan-perbedaan yang menunjukkan terjadi keterlambatan proyek yang dapat dilihat pada Tabel 4.11. Prosentase change order akan dihubungkan terhadap penjadwalan yang ada untuk ditinjau besarnya keterlambatan yang ditimbulkan. Analisa ini akan dilakukan untuk mengetahui pengaruh prosentase

change order terhadap keterlambatan yang terjadi yang dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Perbandingan Prosentase Change Order Terhadap Keterlambatan

Volume Durasi Durasi Prosentase Prosentase Pekerjaan Tanah 493,72 m3 8 693,72 m3 13 41% 62,50%

Pile 3510 m' 10 2605 m' 12 -25,78% 20,00%

Pile Cap 110,98 m3 7 231,82 m3 10 108,88% 42,86%

Pelat Lantai Semi-Basement 129,03 m3 3 129,03 m3 5 0% 66,67% Balok Sloof 101,44 m3 7 93,22 m3 12 -8,10% 71,43% Dinding Penahan Tanah 49,14 m3 7 24,57 m3 4 -50% -42,86%

Tangga 8,5 m3 2 8 m3 3 -5,88% 50,00%

Pelat Lantai 1 127,64 m3 4 117,1 m3 6 -8,26% 50% Balok Lantai 1 181,75 m3 4 160,49 m3 6 -11,70% 50% Kolom Lantai 1 - Semi-Basement 53,38 m3 3 56,46 m3 7 5,77% 133,33%

Tangga 26,5 m3 4 26,5 m3 2 0% -50%

Listplank 3,7 m3 4 3,7 m3 3 0% -25%

Pelat Lantai 2 92,08 m3 4 90,83 m3 6 -1,36% 50% Balok Lantai 2 132,98 m3 4 132,07 m3 6 -0,68% 50% Kolom Lantai 2 - Lantai 1 27,27 m3 2 29,84 m3 4 9,42% 100%

Tangga 5 m3 4 5 m3 3 0% -25%

Listplank 4,6 m3 4 4,6 m3 4 0% 0%

Pelat Lantai 3 90,56 m3 4 86,59 m3 6 -4,38% 50% Balok Lantai 3 131,68 m3 4 128,81 m3 6 -2,18% 50% Kolom Lantai 3 - Lantai 2 27,27 m3 2 27,46 m3 3 0,70% 50%

Tangga 5 m3 4 5 m3 3 0% -25%

Listplank 3,1 m3 4 3,1 m3 4 0% 0%

Pelat Lantai 4 96,24 m3 4 89,51 m3 8 -6,99% 100% Balok Lantai 4 130,93 m3 4 128,18 m3 8 -2,10% 100% Kolom Lantai 4 - Lantai 3 25,91 m3 2 25,55 m3 4 -1,39% 100%

Tangga 5 m3 4 5 m3 4 0% 0%

Listplank 3,1 m3 4 3,1 m3 5 0% 25%

IV. PEKERJAAN LANTAI 3 DAN KOLOM LANTAI 3 - LANTAI 2

V. PEKERJAAN LANTAI 4 DAN KOLOM LANTAI 4 - LANTAI 3

Volume

Change

Durasi Keterlambatan

II. PEKERJAAN LANTAI 1 DAN KOLOM LANTAI 1 - SEMI-BASEMENT I. PEKERJAAN PONDASI

III. PEKERJAAN LANTAI 2 DAN KOLOM LANTAI 2 - LANTAI 1 Item Pekerjaan Shop Drawing 29 April 2010 21 September 2010 As-Built Drawing Volume  

(30)

Tabel 4.12. Perbandingan Prosentase Change Order Terhadap Keterlambatan (Sambungan)

Volume Durasi Durasi Prosentase Prosentase

Pelat Lantai 5 96,96 m3 4 90,59 m3 8 -6,57% 100%

Balok Lantai 5 133,89 m3 4 129,02 m3 8 -3,64% 100%

Kolom Lantai 5 - Lantai 4 25,91 m3 2 23,99 m3 5 -7,41% 150%

Tangga 5 m3 4 5 m3 2 0% -50%

Listplank 2,7 m3 4 2,7 m3 8 0% 100%

Pelat Lantai Atap 91,58 m3 4 91,58 m3 3 0% -25%

Balok Atap 113,05 m3 4 110,76 m3 3 -2,03% -25%

Kolom Atap - Lantai 5 26,85 m3 2 25,19 m3 2 -6,18% 0%

Listplank 2,4 m3 4 2,4 m3 3 0% -25%

VI. PEKERJAAN LANTAI 5 DAN KOLOM LANTAI 5 - LANTAI 4

VII. PEKERJAAN ATAP DAN KOLOM ATAP - LANTAI 5

Volume Change Durasi Keterlambatan Item Pekerjaan Shop Drawing 29 April 2010 21 September 2010 As-Built Drawing Volume  

Dari Tabel 4.12. dapat terlihat durasi tiap-tiap item pekerjaan pada proyek X ada yang mengalami percepatan dan keterlambatan meskipun terjadi change order. Alasan bisa terjadi percepatan dan keterlambatan adalah besarnya waktu kerja yang dimiliki kontraktor untuk menyelesaikan proyek ini. Pada analisa terhadap penjadwalan proyek X, didapatkan bahwa proyek ini memiliki penjadwalan rencana yang cukup aman untuk dilaksanakan, artinya perencanaan waktu yang sudah disetujui oleh owner memiliki lack dan float yang besar antar aktivitas pekerjaan yang dapat dilihat pada Lampiran 14.

Hampir setiap item pekerjaan pada proyek X ini mengalami keterlambatan yang cukup besar meskipun prosentase change order yang terjadi tidak besar seperti terlihat pada Tabel 4.12. Hal ini membuktikan tidak hanya prosentase

change order yang besar saja mampu membuat pekerjaan terlambat. Hal ini disebabkan karena faktor change order tidak hanya bisa dilihat dari prosentase

change order itu sendiri tetapi dari banyak hal seperti metode pelaksanaan, jalur kritis pekerjaan, spesifikasi proyek dan hal-hal teknis lain di lapangan.

Pada pekerjaan yang tidak mengalami change order seperti listplank,

tangga, lantai semi-basement pada Tabel 4.12 tetap terjadi keterlambatan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan ini bukan merupakan lintasan kritis dimana float

waktunya banyak dan tidak menggangu aktivitas lain yang membuat kontraktor tidak segera menyelesaikan pekerjaan ini.

(31)

Pada item-item pekerjaan yang mengalami percepatan seperti dinding penahan tanah, listplank, tangga, struktur atap disebabkan pada pekerjaan dinding penahan tanah, change order bersifat mengurangi volume sampai 50% sehingga kontraktor lebih cepat mengerjakan pekerjaan dinding penahan tanah. Pada pekerjaan listplank dan tangga kontraktor mengalami percepatan karena mengerjakan pekerjaan tersebut lebih awal dari rencana. Hal ini disebabkan karena pekerjaan listplank dan tangga bukan merupakan pekerjaan yang berada dalam jalur kritis sehingga biasanya kontraktor mengerjakan pekerjaan ini bersamaan dengan pekerjaan lain dan kebetulan mengalami percepatan. Pada pekerjaan atap mengalami percepatan karena kontraktor menggunakan tambahan

skafolding pada pekerjaan atap untuk mengejar deadline penyerahan proyek sehingga pekerjaan atap mengalami percepatan 1 minggu.

Dari hasil yang telah diperoleh bisa diambil kesimpulan bahwa kontraktor membuat jadwal rencana dengan durasi waktu yang besar sehingga lack dan float

yang ada pada tiap item pekerjaan banyak. Karena itu meskipun terjadi keterlambatan pada lintasan kritis maupun pada pekerjaan yang tidak pada lintasan kritis, durasi pengerjaan akhir proyek tidak mengalami keterlambatan.

4.5. Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dibuat diketahui bahwa change order tidak memiliki dampak pada keterlambatan proyek pada proyek X, tetapi berpengaruh terhadap keterlambatan durasi tiap-tiap item pekerjaan. Hal ini disebabkan karena proyek X ini merencanakan penjadwalan yang memiliki lack dan float besar, dapat dilihat pada Lampiran 14. Lack dan float yang besar membuat kontraktor lebih bebas untuk mengatur besarnya pekerjaan setiap harinya sehingga dirasa paling efektif dan efisien. Lack yang besar juga membantu kontraktor untuk bebas menggeser waktu pengerjaan apabila terjadi permasalah yang menyebabkan terjadi penundaan pekerjaan.

Pada analisa penjadwalan menggunakan metode CPM didapatkan proyek X ini memiliki penjadwalan dengan lack dan float yang besar. Lack dan float ini yang membuat proyek X tidak mengalami keterlambatan proyek. Oleh sebab itu setelah dilakukan penggeseran waktu pengerjaan yang telah disesuaikan dengan

(32)

waktu pengerjaan di penjadwalan actual didapatkan proyek X ini memiliki total keterlambatan 12 minggu dan percepatan 3 minggu yang mempengaruhi durasi akhir penyelesaian proyek. Keterlambatan dan percepatan ini dialami oleh aktivitas kritis yang mempengaruhi penjadwalan total proyek X yaitu tediri dari keterlambatan pekerjaan pile sebesar 6 minggu, keterlambatan pekerjaan tanah sebesar 1 minggu, keterlambatan pekerjaan balok dan pelat lantai 1 sebesar 2 minggu, keterlambatan pekerjaan pelat dan balok lantai 4 sebesar 1 minggu, keterlambatan pekerjaan balok dan pelat lantai 5 sebesar 2 minggu, percepatan pekerjaan balok dan pelat lantai atap sebesar 1 minggu dan percepatan pekerjaan

listplank atap sebesar 2 minggu.

Prosentase keterlambatan yang terjadi tidak berbanding lurus dengan besar prosentase change order yang terjadi. Hal ini membuktikan ada pengaruh lain yang mempengaruhi keterlambatan yang terjadi seperti jalur kritis pekerjaan yang mengalami change order, ketersediaan sumber daya di lapangan, waktu pekerjaan yang diberikan owner pada kontraktor, intensitas terjadinya change order, waktu terjadinya change order dan kemampuan kontraktor dalam mengatur alur pekerjaan yang ada. Dari faktor-faktor pendukung tersebut yang paling utama adalah jalur kritis pekerjaan yang mengalami change order.

Gambar

Tabel 4.1. Data Gambar Kerja pada Proyek X
Gambar 4.1. Penjadwalan Rencana dan Actual dalam Bentuk Barchart
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Volume Tiap Item Pekerjaan
Tabel 4.3. Spesifikasi Denah Pondasi Shop Drawing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bab keempat ini membahas analisis ergonomi desain pintu masuk Kendaraan Tempur Lapis Baja APC yang digunakan saat ini dan beberapa konfigurasi desain yang

14.2 Jika korum tidak cukup selepas setengah jam daripada waktu yang ditetapkan untuk mesyuarat, maka mesyuarat itu hendaklah ditangguhkan kepada satu tarikh yang

SWAT akan menggambarkan sistem kerja sebagai model multi dimensional dari beban kerja, yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu ( time- load ), beban mental

Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem. Ahli forensik dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan

Nilai Pmaks yang terkecil adalah sebesar 63.000 kg yang terjadi pada rangka Tipe-3A (agregat 100%). c) Semakin besar subtitusi agregat bambu pada campuran beton maka lendutan pada

PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri kecil di Kabupaten Jember dengan asumsi bahwa dengan adanya

Syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan rumus di atas adalah butir soal pada kedua belahan harus setara, yaitu banyaknya butir soal harus sama, memiliki rata

Pelaksanaan siklus 2 pertemuan pertama dilaksanakan pada Tanggal 15 Oktober 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada Tanggal 22 Oktober 2012, sedangkan pertemuan