• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Quantum Teaching di Kelas VIII SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Quantum Teaching di Kelas VIII SMP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING

DI KELAS VIII SMP

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

TIARA HAPSARI

NIM F04112076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)
(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DENGAN PENDEKATAN

QUANTUM TEACHING

DI KELAS VIII SMP

Tiara Hapsari, Zubaidah, Hamdani

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak Email: tahapsari@gmail.com

Abstract

This research aims to determine the effectivity of learning mathematics using Quantum Teaching approach in matter of Linear Equations Systems in Two Variables at Class VIII Junior High School 5 Pontianak. This method used the experimental method. The results showed 1) Students activities classified as high at 67.83%, 2) There is a difference with students learning completenes in classical as evidenced by the results of t-test analysis that shows mastery students > 75% at a significance level of 5%, and 3) There is a difference learning outcomes between the experimental class and control class as evidenced by the Mann-Whittney test obtain sig 0.001 < 0.05. So, learning mathematics by Quantum Teaching approach in the matter of Linear Equations Systems of Two Variables in class VIII SMP Negeri 5 Pontianak is effective by aspects of the students by looking at the learning activity, learning completeness the of the students, and the differences in learning outcomes.

Keywords: Effectivity of Learning, Quantum Teaching, Students Activities, Students Completenes

urikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar mengajar adalah tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksaan pendidikan di sekolah (Sudjana, 2000). Pada Kurikulum 2013, pembelajaran menggunakan strategi, pendekatan, model, dan metode

mengacu pada karakteristik-karakteristik

sebagai berikut: (1) Interaktif dan inspiratif; (2) Menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (3) Kontekstual dan kolaboratif; (4) Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian peserta didik; dan (5) Sesuai

dengan bakat, minat, kemampuan, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.Strategi pembelajaran sebagaimana

dimaksud pada Kurikulum 2013, merupakan langkah-langkah sistematik dan sistemik yang

digunakan pendidik untuk menciptakan

lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan (Permendikbud No 103 Tahun 2014 : 3).

Namun kenyataannya, berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 20 September

2016 di SMP Negeri 5 Pontianak, guru cenderung menyajikan pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak memotivasi siswa yang tidak paham untuk bertanya, sehingga

siswa cenderung tidak aktif dalam

pembelajaran, buru-buru memberikan latihan individu padahal siswa masih bingung terhadap pelajaran yang diajarkan sehingga kebanyakan siswa saat diberikan soal latihan individu justru memutuskan untuk mencontek temannya. Dari fakta tersebut, tampak bahwa guru masih menyajikan pembelajaran yang monoton tanpa memikirkan apakah siswa mengerti dan menikmati pembelajaran yang diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 20 September 2016 dengan ibu Marhamah, S.Pd selaku guru mata pelajaran Matematika di kelas VIII SMP Negeri 5 Pontianak, seringkali ketika peserta didik diberi tugas tidak sedikit dari mereka yang mencontek tanpa mau memahami maksudnya. Hal ini terjadi karena daya tangkap peserta didik rata-rata lemah yang ditandai dengan tidak aktifnya siswa dikelas dan juga dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa yang kebanyakan tidak

K

(4)

tuntas. Sebagai contoh, pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) hanya 18 dari 38 siswa kelas VIII F yang memperoleh nilai yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada kuis diakhir materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (post-test). Nilai KKM yang diberikan pada mata pelajaran Matematika adalah 75, artinya terdapat 53% siswa yang tidak memenuhi nilai

KKM/ tidak tuntas pada post-test materi

SPLDV.

Dari masalah tersebut, peneliti menganggap perlu diterapkan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang menghasilkan ketuntasan belajar siswa, dan juga dapat menghasilkan aktivitas siswa yang tergolong tinggi. Satu diantara pendekatan yang

dapat digunakan adalah Pendekatan Quantum

Teaching, dimana pada Quantum Teaching

dapat menguraikan cara-cara baru yang

memudahkan proses pembelajaran melalui unsur seni dan pencapaian-pencapain yang terarah.

Quantum Teaching bersandar pada suatu

konsep, yaitu “Bawalah dunia siswa ke dunia

guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”

(Made Wena, 2013 : 161). Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluang/izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa

dalam proses belajar. Pendekatan Quantum

Teaching akan memicu siswa untuk aktif dalam pelajaran yang diajarkan, yang dapat dilihat dari sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi pelajaran tersebut. Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan kesempatan kepada siswa agar mau mengembangkan pola pikirnya, mau mengemukakan ide-ide dan lain-lain. Siswa dapat berpikir pada suatu persoalan matematika apabila telah dapat memahami persoalan tersebut. Suatu cara pandang siswa

tentang persoalan matematika ikut

mempengaruhi pola pikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Efektivitas Pembelajaran

Matematika dengan Pendekatan Quantum

Teaching pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMP Negeri 5

Pontianak”.

Model Quantum Teaching dibagi atas dua

kategori, yaitu konteks dan isi (DePorter, Readon & Nourie, 2001). Konteks meliputi : (a) Lingkungan : Hal ini terkait dengan penataan ruang kelas seperti penataan meja kursi belajar, pencahayaan, penataan media pembelajaran, gambar/poster pada dinding kelas, tanaman dikelas, penataan alat bantu mengajar (media audiovisual). Semua yang ada didalam kelas harus ditata sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan dan merangsang suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah rasio jumlah siswa dengan luas ruangan belajar harus seimbang. Jika dalam suatu ruangan siswa terlalu banyak maka sulit menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. (b) Suasana : Hal ini terkait dengan penciptaan suasana batin siswa saat

belajar. Lingkungan fisik kelas yang

menyenangkan belum tentu bisa menumbuhkan

dan merangsang suasana belajar yang

menyenangkan dan kondusif. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dengan berbagai cara seperti bersikap simpatik, ramah, raut wajah yang penuh kasih sayang, humoris, suara yang lembut tetapi jelas, dan sebagainya. (c) Landasan : Merupakan kerangka kerja yang harus dibangun dan disepakati bersama antara guru dan murid. Landasan ini mencakup (1) tujuan yang sama, (2) prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sama, (3) keyakinan kuat mengenai belajar dan mengajar, dan (4) kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan peraturan yang jelas. (d) Rancangan : Hal ini terkait dengan kemampuan

guru untuk mampu menumbuhkan dan

meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Menumbuhkan dan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan berbagai

media (visual, audio, kinestik) dalam

pembelajaran.

Dalam konteks guru dituntut harus mampu mengubah : (1) suasana yang memberdayakan untuk kegiatan belajar mengajar, (2) landasan yang kukuh untuk kegiatan belajar mengajar, (3) lingkungan yang mendukung belajar mengajar ,

(5)

dan (4) rancangan pembelajaran yang dinamis. Sedangkan dalam isi, guru dituntut untuk mampu menerapkan keterampilan penyampaian isi pembelajaran dan strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang dipelajarinya.

Pada dasarnya dalam pelaksanaan

komponen rancangan Quantum Teaching,

dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang

merupakan kepanjangan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter Reardon &Nourie, 2001). Tumbuhkan mengandung makna bahwa pada awal kegiatan pembelajaran, pengajar harus

berusaha menumbuhkan/ mengembangkan

minat siswa untuk belajar. Alami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang diajarkan. Namai mengandung makna bahwa penamaan adalah

saatnya untuk mengajarkan konsep,

keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Demonstrasikan berarti bahwa memberi peluang

pada siswa untuk menerjemahkan dan

menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan

mereka. Ulangi berarti bahwa proses

pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa. Dan rayakan mengandung makna pemberian penghormatan pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya.

Menurut Miarso (2011:536) pembelajaran yang efektif adalah yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi para siswa, melalui pemakaian prosuder yang tepat. Dan menurut L. L. Pasaribu dan B. Simanjuntak (dalam Muchith, 2007:33) bahwa untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu :

a. Aspek mengajar guru, yaitu menyangkut

sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang direncanakan terlaksana oleh guru. Pembelajaran pasti memiliki perencanaan yang matang, semakin banyak perencanaan dapat diwujudkan dalam pembelajaran

berarti pembelajaran itu dapat

dikategorikan efektif, begitu juga

sebaliknya.

b. Aspek belajar siswa, yaitu menyangkut

sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (KBM). Aspek ini melihat kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif dari aspek siswa jika siswa memiliki

kemampuan untuk menyerap atau

memahami materi yang disampaikan guru. Berdasarkan teori tersebut maka efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini diukur dengan melihat aspek belajar siswa, dengan indikator : (a) aktivitas belajar siswa selama diterapkan

pembelajaran Quantum Teaching tergolong

tinggi, (b) siswa dapat mencapai ketuntasan

belajar setelah diterapkan pembelajaran

Quantum Teaching, (c) terdapat perbedaan hasil

belajar antara siswa yang diberikan

pembelajaran Quantum Teaching dengan siswa

yang diberikan pembelajaran secara

konvensional.

Kegiatan siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang demikian akan

mewujudkan pembelajaran aktif. Dalam

penelitian ini, aktivitas siswa diamati

menggunakan penggolongan aktivitas menurut teori Paul B. Diedrich, tetapi peneliti membatasi untuk hanya mengamati 4 dari 8 jenis aktivitas, yaitu:

a. Visual Activities : mengamati teman bermain saat kegiatan apersepsi, dan memperhatikan teman mendemonstrasikan hasil diskusi.

b. Oral Activities : bertanya kepada guru ataupun teman mengenai materi ajar, dan mengeluarkan pendapat.

c. Writing Activities : mengerjakan LKS d. Motor Activities : mempraktekkan

permainan saat kegiatan apersepsi, dan

mempraktekkan permainan saat

demonstrasi.

Menurut Trianto (2010: 241) penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu : kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda; fasilitas (sarana) setiap sekolah berberbeda-beda; dan daya pendukung setiap sekolah berbeda. Maka dalam penelitian ini, sesuai dengan KKM

(6)

mata pelajaran matematika wajib disekolah tempat peneliti akan melaksanakan penelitian, maka ketuntasan individual yang digunakan peneliti adalah 78 dan ketuntasan klasikal adalah 75%.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel tertentu dalam kondisi yang dikendalikan (Sugiyono, 2008: 107).

Bentuk penelitian yang digunakan adalah Quasi

eksperimental design dengan rancangan

penelitian Posttest-Only Control Group Design.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Pontianak yang terdiri dari 7 kelas yang homogen yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Pengambilan sampel penelitian menggunakan

pengundian dengan teknik cluster random

sampling, yaitu mengambil secara acak 2 kelas untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dari kelas-kelas yang homogen sebagai sampel penelitian. Setelah itu dilakukan pengundian untuk mendapatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengundian diperoleh kelas VIII G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol.

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

Tahap persiapan

Terdiri dari melakukan pra-riset, Menyusun desain penelitian, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian yang terdiri dari kisi-kisi soal, soal-soal latihan, kunci jawaban dan pedoman penskoran, Melakukan seminar desain

penelitian, Merevisi desain penelitian,

Melakukan validitas isi instrumen penelitian, Merevisi instrumen penelitian sesuai hasil validitas isi, Melakukan uji coba instrumen, Menganalisis data hasil uji coba soal latihan untuk mengetahui tingkat validitas butir dan reliabilitas soal.

Tahap pelaksanaan

Terdiri dari menentukan sampel penelitian, Memberikan perlakuan penelitian dengan

mengajar di kelas eksperimen menggunakan

pendekatan pembelajaran Quantum Teaching,

Memberikan pembelajaran matematika secara konvensional pada kelas kontrol, Memberikan

soal posttest dikelas eksperimen dan kontrol.

Tahap akhir

Terdiri dari menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan uji statistik yang sesuai, Mendeskripsikan dan menganalisis hasil data yang diperoleh, Menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah, dan menyusun laporan penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik observasi langsung, dan teknik pengukuran. Teknik observasi langsung dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika. Untuk mengamati keterlaksanaan

proses pembelajaran digunakan lembar

observasi yang diamati oleh guru mata pelajaran matematika setelah itu diberi persentase keterlaksanaan pembelajaran. Untuk mengamati aktifitas siswa, peneliti dibantu oleh 2 orang pengamat. Pengamat bertugas mengamati aktivitas siswa yang tercantum dalam lembar observasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menghitung jumlah siswa yang aktif serta membuat persentase keaktifan siswa yang muncul selama proses pembelajaran.

Teknik pengukuran dalam penelitian ini adalah posttest berbentuk uraian (essay). Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan gambaran sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa serta keefektivan pembelajaran tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu posttest berbentuk uraian (essay) dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat : a) ketuntasan siswa setelah diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching, b) ketuntasan siswa yang setelah diberikan pembelajaran matematika secara konvensional, dan c) perbedaan antara hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching dengan siswa yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional.

Instrumen penelitian divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Matematika FKIP

(7)

Untan dan dua orang guru Matematika. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas IX A SMP Negeri 5 Pontianak diperoleh reliabilitas tinggi dan sangat tinggi.

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Data pengamatan aktifitas siswa dianalisis dengan memberikan persentase, dan data hasil post-test siswa dilakukan uji-t satu sampel dan uji Mann-Whitney untuk melihat ketuntasan dan perbedaan hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan analisa hasil aktivitas belajar dan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching di kelas VIII G SMP Negeri 5

Pontianak dan siswa yang diberikan

pembelajaran matematika secara konvensional, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah visual activities, oral activities, writing activities dan motor acivities. Untuk

mengamati aktifitas tersebut peneliti

menggunakan lembar obsevasi dan dibantu oleh 2 orang pengamat. Pada kelas eksperimen, aktifitas siswa yang diamati yaitu : mengamati

teman bermain saat kegiatan apersepsi,

mengamati teman bermain saat demonstrasi hasil diskusi, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman sekelompok, mengeluarkan

pendapat, menanggapi pertanyaan teman,

mengerjakan LKS, mempraktekkan permainan saat kegiatan apersepsi, dan mempraktekkan permainan saat demonstrasi. Berikut rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan Quantum Teaching (kelas eksperimen) :

Tabel 1: Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa yang diberikan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Quantum Teaching (Kelas Eksperimen)

No Indikator

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Muncul Tidak Muncul Muncul Tidak Muncul Muncul Tidak Muncul A. Visual Activities 1. Mengamati teman bermain saat kegiatan apersepsi. 92% 8% 87% 13% 87% 13% 2. Mengamati teman bermain saat demonstrasi hasil diskusi. 89% 11% 100% 0% 100% 0% Rata-rata 90,5 % 9,5% 93,5 % 6,5% 93,5% 6,5% B. Oral Activities 1. Bertanya kepada guru 79% 21% 74% 26% 73% 27% 2. Bertanya kepada teman sekelompok 74% 26% 82% 18% 78% 22% 3. Mengeluarkan pendapat 41% 59% 30% 70% 41% 59%

(8)

4. Menanggapi pertanyaan teman. 55% 45% 71% 29% 54% 46% Rata-rata 62,25% 37,75% 64,25% 35,75% 61,5% 38,5% C. Writing Activities 1. Mengerjakan LKS 95% 5% 100% 0% 100% 0% Rata-rata 95% 5% 100% 0% 100% 0% D. Motor Activities 1. Mempraktekkan permainan saat kegiatan apersepsi 8% 92% 13% 87% 13% 87% 2. Mempraktekkan permainan saat demonstrasi 21% 79% 21% 79% 21% 79% Rata-rata 19,5% 80,5% 17% 83% 17% 83% Rata-rata per pertemuan 66,81% 23,19% 68,69% 31,31% 68% 32%

Rata-rata Total Muncul : 67,83 % Tidak Muncul : 32,17 %

Pada kelas kontrol, aktifitas siswa yang diamati yaitu : memperhatikan guru menjelaskan, bertanya kepada guru, bertanya kepada teman, mengeluarkan pendapat, menanggapi pertanyaan teman, mengerjakan contoh soal di buku catatan, mencatat materi dari papan tulis, dan mengerjakan soal ke depan kelas. Berikut rekapitulasi persentase aktivitas belajar siswa yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional (kelas kontrol).

Tabel 2: Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa yang diberikan Pembelajaran Matematika secara Konvensional (Kelas Kontrol)

Indikator

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Muncul Tidak Muncul Muncul Tidak Muncul Muncul Tidak Muncul A. Visual Activities 1. Memperhatikan guru menjelaskan 79% 21% 74% 26% 66% 34% Rata-rata 79% 21% 74% 26% 66% 34% B. Oral Activities 1. Bertanya kepada guru 26% 74% 32% 68% 53% 47%

(9)

2. Bertanya kepada teman. 50% 50% 50% 50% 34% 66% 3. Mengeluarkan pendapat 13% 87% 18% 82% 26% 74% 4. Menanggapi pertanyaan teman. 26% 74% 13% 87% 34% 66% Rata-rata 28,75% 71,25% 28,25% 71,75% 36,75% 63,25% C. Writing Activities 1. Mengerjakan contoh

soal di buku catatan

66% 34% 79% 21% 84% 16%

2. Mencatat materi

dari papan tulis

50% 50% 39% 61% 39% 61% Rata-rata 58% 42% 59% 41% 61,5% 38,5% D. Motor Activities 1. Mengerjakan soal ke depan kelas 26% 74% 21% 79% 13% 87% Rata-rata 26% 74% 21% 79% 13% 87% Rata-rata Per Pertemuan 47,94% 52,06% 45,56% 54,44% 44,31% 55,69%

Rata-rata Total Muncul : 45,94% Tidak Muncul : 54,06%

Dari tabel, menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas eksperimen (siswa yang diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching) sebesar 67,83% dan aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas kontrol (siswa yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional) sebesar 45,94%.

Dapat disimpulkan, rata-rata aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas

eksperimen yang diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan pendekatan Quantum Teaching lebih besar dari pada rata-rata aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas kontrol yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional.

Pada kelas eksperimen siswa sangat aktif

saat pembelajaran terutama pada visual activities

dan oral activities. Hal ini terjadi karena siswa

baru pertama kali diajarkan dengan

menggunakan pendekatan Quantum Teaching

sehingga pada saat pembelajaran siswa sangat serius dalam memperhatikan, aktif dalam berdiskusi, aktif dalam mengerjakan LKS, serta mampu mengutarakan hasil diskusi, semua itu dapat dibuktikan dengan persentase rata-rata aktifitas belajar yang tergolong tinggi.

Sedangkan pada kelas kontrol, siswa kurang

aktif saat pembelajaran terutama pada oral

activities. Hal ini terjadi karena sebagian siswa kurang memperhatikan guru saat menjelaskan, malas mencatat materi yang disampaikan, tidak berani untuk mengerjakan soal di depan kelas, dan malu untuk mengungkapkan pendapat.

(10)

Ketuntasan Siswa

Tabel 3. Data Ketuntasan Siswa Kelas Jumlah

Siswa

Siswa yang tuntas Persenase KketKetuntasan

Eksperimen 37 29 78.38%

Kontrol 38 13 34.31%

Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa

hasil posttest siswa pada kelas eksperimen yang

diberikan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Quantum Teaching terda pat 29

siswa yang tuntas atau 78,38% siswa yang tuntas dari jumlah siswa yang diberikan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching, sementara hasil posttest siswa yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional terdapat 13 siswa yang tuntas atau 34,21% siswa yang tuntas dari jumlah siswa kelas kontrol.

Berdasarkan hasil analisis dengan uji-t

diperoleh bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=0.56438 lebih kecil

dari +𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙=1.680. Hal ini menunjukkan

bahwa 𝐻0 diterima atau ketuntasan siswa kelas

VIII G lebih dari 75% pada taraf signifikansi 5%. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan siswa kelas VIII G lebih dari 75% pada taraf signifikansi 5%.

Pada kelas eksperimen, terlihat persentase ketuntasan klasikal siswa sebesar 78,38%. Hasil uji-t menunjukkan bahwa cukup bukti untuk menerima hipotesis penelitian. Tetapi, terdapat

21,62% siswa yang tidak tuntas, hal ini menunjukkan bahwa masih ada siswa yang bingung dalam membuat soal cerita, terkadang lupa untuk mencari variabel yang lainnya sehingga hanya memperoleh nilai variabel x atau y saja dan mengerjakannya tidak lengkap.

Pada kelas kontrol, hasil analisis dengan uji-t menunjukkan uji-tidak cukup bukuji-ti unuji-tuk menerima hipotesis penelitian. Hal ini terjadi karena kebanyakan siswa juga masih bingung dalam membuat soal cerita dan bingung dalam menyelesaikan soal cerita juga pada soal no 3 siswa masih bingung mengubah cerita kedalam model matematika.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa

−𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3.58315 lebih besar dari

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1.681. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

cukup bukti untuk menerima 𝐻0 maka

diputuskan 𝐻𝑎diterima atau ketuntasan siswa

kelas VIII F kurang dari 75% pada taraf signifikansi 5%. Dapat disimpulkan bahwa, ketuntasan siswa kelas VIII F kurang dari 75% pada taraf signifikansi 5%.

Uji Perbedaan Hasil Belajar

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas VIII G (eksperimen) dan kelas VIII F (kontrol)

dengan bantuan IBM SPSS Statistics 23

diperoleh data : Tabel 4: Uji Normalitas Kelas Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig

Skor VIII G .247 37 .000 .793 37 .000

VIII F .147 38 .038 .942 38 .050 a.Liliefors Significance Correction

Data tersebut menunjukkan bahwa taraf signifikansi Kelas Eksperimen sebesar 0,000

atau kurang dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan data tersebut tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji alternatif dengan

menggunakan Uji Mann-Whitney dengan

hipotesis : H0: 𝜇1 = 𝜇2

(tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol)

(11)

Ha: 𝜇1 ≠ 𝜇2

(terdapat perbedaan hasil belajar antara

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol)

Dengan bantuan IBM SPSS Statistics 23

diperoleh data : Tabel 5: Hasil Uji Hipotesis

Null Hypothesis Test Sig. Decision

1

The distribution of Skor is the same across categories of Kelas. Independent-Samples Mann-Whitney U Test 0.001 Reject the null hypothesis. Asymptotic significances are displayed. The significance level is .05.

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa taraf signifikansi sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05 sehingga ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak. Kesimpulan tersebut berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan hasil posttest diperoleh

informasi bahwa siswa kelas ekperimen

memperoleh hasil belajar lebih baik

dibandingkan siswa kelas kontrol dalam mengerjakan soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hal tersebut didukung dari hasil skor rata hasil belajar siswa kedua kelas tersebut.

Hasil Uji Mann-Whitney diperoleh taraf

signifikansi sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05 sehingga ditarik kesimpulan yaitu tolak H0. Kesimpulan tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Quantum Teaching dengan siswa

yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional.

Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Quantum Teaching

Terdapat 3 indikator efektivitas

pembelajaran pada penelitian yaitu : 1) Aktivitas siswa pada kelas eksperimen tergolong tinggi, 2) Hasil belajar siswa mengalami ketuntasan belajar secara klasikal, 3) Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dari data yang diperoleh pada kelas eksperimen, aktivitas belajar siswa tergolong tinggi yaitu sebesar 67,83%, ketuntasan siswa sebesar 78,38%, dan berdasarkan uji statistik

dengan menggunakan uji Mann-Whitney

diperoleh nilai sig 0,001 < 0,05 sehingga ditarik

kesimpulan yaitu tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Quantum Teaching pada materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII SMP Negeri 5 Pontianak dikatakan efektif. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan posttest, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Secara umum, dari hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran matematika

dengan pendekatan Quantum Teaching pada

materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII SMP Negeri 5 Pontianak dikatakan efektif dari aspek siswa yaitu dengan melihat

aktivitas belajar, ketuntasan siswa, dan

perbedaan hasil belajar. Sedangkan secara lebih rinci, dapat disimpulkan bahwa: (1) Aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas yang diberikan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan Quantum teaching

tergolong tinggi yaitu sebesar 67,83%. (2) Aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional tergolong sedang yaitu sebesar 45,74%. (3) Berdasarkan hasil analisis dengan uji-t diperoleh bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 0.56438 lebih

kecil dari +𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1.680. Hal ini menunjukkan

bahwa 𝐻0 diterima. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa ketuntasan siswa kelas VIII G yang diberikan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Quantum Teaching lebih dari 75%

(12)

analisis diperoleh bahwa −𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=

−3.58315 lebih besar dari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1.681. Hal ini menunjukkan bahwa tidak cukup bukti untuk menerima 𝐻0 maka diputuskan 𝐻𝑎diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, ketuntasan siswa kelas VIII F yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional kurang dari 75% pada taraf signifikansi 5%. Dan (5)

Berdasarkan hasil perhitungan Uji

Mann-Whitney dengan bantuan IBM SPSS Statistics Versi 23 diperoleh nilai sig 0,001 < 0,05 sehingga ditarik kesimpulan yaitu tolak H0. Kesimpulan tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diberikan pembelajaran matematika dengan

pendekatan Quantum Teaching dengan siswa

yang diberikan pembelajaran matematika secara konvensional.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang

disampaikan penulis adalah sebagai berikut:(1)

Kepada guru matematika yang mengajar kelas

VIII untuk menggunakan pembelajaran

matematika dengan pendekatan Quantum

Teaching dengan memperhatikan kecocokan dan

kelayakan materi yang diajarkan. (2) Kepada

peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sejenis, disarankan untuk Membuat video dokumentasi pembelajaran sehingga dapat terlihat seperti apa proses pembelajaran yang

dilaksanakan, Menganalisis data berupa

deskriptif kualitatif, Memvalidasi seluruh instrumen penelitian, dan menilai efektivitas pembelajaran tidak hanya dari aspek siswa tetapi juga dari aspek guru.

DAFTAR RUJUKAN

Bobby De Porter. 2010. Quantum Teaching.

Bandung : Kaifa

Kemdikbud. 2014. Permendikbud No 103 Tahun

2014. Jakarta: Depdiknas

Made, Wena. 2011. Strategi Pembelajaran

Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Muchith, Saekhan. 2007. Pembelajaran

Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.

Sudjana Nana. 2000. Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung : PT Sinar Baru Argesindo

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan

Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2012. Mendesaian Model Pembelajaran

Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 1: Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa yang diberikan Pembelajaran Matematika  dengan Pendekatan Quantum Teaching (Kelas Eksperimen)
Tabel 2: Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa yang diberikan Pembelajaran Matematika  secara Konvensional (Kelas Kontrol)
Tabel 3. Data Ketuntasan Siswa
Tabel 5: Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

ditindak damai dan 8 kasus lainnya ditindak melalui jalur hukum yang berlaku sesuai yang peraturan perundang-undangan yang diatur dalam KUHP, dengan alasan 8 kasus tersebut

kumpulan gambar dan suara yang telah selesai dilakukan dalam kegiatan produksi,. sehingga menjadi sebuah tayangan yang utuh dan bermakna sesuai dengan

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana. Delila siki NIM

Komunikasi tertulis merupakan komunikasi yang dilakukan yang melalui sebuah tulisan yang dilakukan dalam kegiatan surat menyurat yang melalui pos, telegram, fax,

Sebagaimana diketahui bahwa atom nitrogen di dalam suatu senyawa, seperti amoniak dan amina memiliki satu pasangan elektron bebas sehingga di dalam reaksi, senyawa-senyawa semacam

Kelengkapan yang harus dibawa pada saat Pembuktian Kualifikasi adalah ”BERKAS ASLI” file Dokumen Penawaran (Dokumen Penawaran Harga, Administrasi dan Teknis) serta

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/Jurug/APBDP/BM_DPU/IX/2017 tanggal 29 September 2017 , Berita Acara Penjelasan Dokumen

dalam pembelajaran IPA. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terlebih dahulu guru mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan percobaan serta terlebih dahulu