ENDORSEMENT DALAM PERSPEKTIF ISLAM
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ekonomi Syari’ah
Oleh
MAHMUDI BIN SYAMSUL ARIFIN NIM. F12416274
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
iv
v
ABSTRAK
Mahmudi, 2018, Endorsement Dalam Perspektif Islam, Pembimbing: Prof. Dr. H. Burhan Djamaluddin, MA.
Aktivitas endorsement yang banyak kita temukan di beberapa media sosial, terdapat beberapa celebrity endorser yang menonjolkan sisi menarik dari bagian tubuh mereka (tabarruj), berpakaian ketat, dan bahkan ada yang sampai melewati batas aurat dalam memasarkan produk yang mereka endorse, begitu juga terkadang ada yang melakukan penipuan atau memberikan persepsi yang keliru atau tidak sesuai dengan kualitas produk yang diiklankan kepada konsumen.
Dengan demikian dalam tesis ini penulis membahas secara spesifik tentang aktivitas
endorsement dari sudut pandang Islam dengan tujuan untuk mengetahui konsep
endorsement menurut Islam dan mengetahui etika endorser dalam memasarkan
produk dalam perspektif Islam.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana konsep endorsement
dalam perspektif Islam dan bagaimana etika endorser dalam memasarkan produk dalam perspektif Islam. Untuk menjawab beberapa pertanyaan ini, dilakukan penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). pengumpulan data dilakukan dengan Editing, Organizing,dan Penemuan hasil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Konsep endorsement dalam perspektif Islam adalah sebagaimana berikut: Prinsip endorsement Islam: a). Shiddi>q (benar dan jujur). b). Ama>nah (terpercaya, kredibel). c). Fatha>nah (cerdas). d). Tabli>gh (komunikatif)., Karekteristik endorsement Islam: a). Ketuhanan (Rabba>niyah), b). Etika (Akhla>qiyyah), c). Realistis (Al-Waqi>’iyyah), d). Humanistis (Al-Insa>niyyah). 2). Etika endorsement dalam perspektif Islam adalah: a). Barang atau Produk yang diendorse harus halal, b). Barang atau produk yang diendorse adalah Produk asli, c). Seorang endorser harus bersikap ramah dalam melakukan promosi, d). Proses endorsement dilaksanakan secara sopan santun, e). Tidak ada konten yang menjelekkan produk lain, f). Tidak memuji produk yang dipromosikan secara berlebihan, g). Tidak menggunakan kata sumpah (Demi Allah), h). Transparan dalam mempromosikan suatu produk, i). Endorser harus menutup aurat.
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian... 8
F. Penelitian Terdahulu ... 9
G. Sistematika Pembahasan... 17
BAB II : ENDORSEMENT DAN ENDORSER ... 19
A. Endorsement ... 19
1. Pengertian endorsement ... 19
2. Dampak Positif pengunaan endorsement ... 19
3. Dampak negatif penggunaan endorsement ... 20
B. Endorser ... 21
1. Pengertian endorser ... 21
2. Macam-macam endorser ... 21
3. Celebrity Endorsement sebagai Daya Tarik Pesan ... 22
4. Kriteria celebriti endorser ... 23
vii
BAB III: METODE PENELITIAN ... 36
A. Pendekatan dan jenis penelitian ... 36
B. Objek Penelitian ... 36
C. Data Penelitian ... 36
D. Sumber Data ... 37
E. Teknik pengumpulan data ... 37
F. Validasi data ... 38
G. Teknis analisis data ... 38
H. Unit Analisis ... 39
I. Tahapan Penelitian ... 40
BAB IV: ENDORSEMENT DALAM PERSPEKTIF ISLAM ... 42
A. Konsep endorsement dalam perspektif Islam ... 42
B. Etika endorser dalam memasarkan produk dalam perspektif Islam ... 49
BAB V: PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran-Saran ... 81
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah
Semakin tumbuh dan berkembangnya perusahaan dengan produk sejenis mengakibatkan persaingan usaha semakin ketat. Untuk bisa bertahan dan menghadapi persaingan tersebut, maka perusahaan dituntut untuk lebih atraktif dalam memperhatikan perilaku konsumen yang setiap saat berubah karena banyaknya variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang dan jasa.1 Karena sebab itulah perusahaan sebagai produsen dituntut melaksanakan kegiatan pemasaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dengan cara mempertahankan keberadaan produk dan mengembangkannya untuk mendapatkan laba yang optimal. Hal ini sangat penting bagi produsen untuk memahami dan mengerti mengapa dan bagaimana konsumen itu memilih dan pada akhirnya membeli suatu produk. Pengetahuan dasar yang baik mengenai perilaku konsumen akan dapat memberi masukan yang berarti dalam perencanaan strategi pemasaran. Hal ini juga berguna dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman baik masa kini maupun masa yang akan datang keanekaragaman konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dipengaruhi berbagai variabel, baik yang berasal dari dalam diri konsumen maupun dari luar konsumen.2
1
Dorothy Rouly Haratua Pandjaitan, “Pengaruh Celebrity Endorsment Terhadap Brand Image Pada Konsumen Remaja Di Bandar Lampung Dan Impilkasinya Terhadap Harga”, Disampaikan pada Seminar Nasional tentang Membangun Etika Sosial Politik Menuju 23 Masyarakat Yang Berkeadilan, 18 Oktober 2017 di Hotel Swiss Bell , Bandar Lampung, 23.
2
Ibid.,
2
Untuk bersaing di era modern ini, banyak strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mempermudah upaya memperkenal suatu produk pada konsumen, salah satunya dengan menggunakan strategi iklan atau promosi. Iklan atau promosi memiliki peran penting dalam memperkenalkan suatu produk, baik produk tersebut berwujud barang, program ataupun sekedar untuk menunjukkan keberadaan sebuah institusi. Pada masa ini, dengan semakin canggihnya teknologi informasi, pemaparan iklan memiliki banyak unsur yang bisa mendukungnya, sehingga mampu menampilkan bentuk iklan sedemikian rupa. Bukan saja dengan tulisan, tetapi unsur audio dan video juga sangat membantu periklanan ini, sehingga perusahaan banyak yang melukakan terobosan baru dan berinovasi menemukan strategi iklan baru, salah satu strategi yang banyak digunakan untuk memasarkan produk pada era canggih ini adalah strategi endorsement. 3
Strategi endorsement adalah strategi komunikasi pemasaran dengan menggunakan tokoh terkenal seperti artis, fashion blogger, fashion stylish
dan lain-lain sebagai alat pendukung dan penunjang ketertarikan masyarakat dengan produk yang ditawarkan di media sosial yang digunakan.4
Dapat dilihat di berbagai sosial media, para pemilik onlineshop
menawarkan produk atau meminta para tokoh terkenal untuk meng-
3
Muhammad al-Kamili, “Hukum Iklan: Sebuah tinjauan Syariah”, dalam: https://almanhaj.or.id/2637-hukum-iklan-sebuah-tinjauan-syariah.html. (26 Januari 2010).
4
Pratiwi Budi Utami, “Strategi komunikasi pemasaran melalui Endorsement pada online shop di
3
endorse produknya dengan cara membagikan foto mereka memakai produk
tersebut di media sosial yang mereka miliki. Strategi marketing komunikasi ini disebut “endorsement” melalui media sosial. Strategi ini bisa menambah keefektifan pemasaran.5
Segmentasi merupakan bagian dari perencanaan strategi komunikasi pemasaran endorsement. Segmentasi potensial dapat berpengaruh terhadap penetapan waktu yang dibutuhkan untuk penentuan tahapan komunikasi, penggunaan media apa saja yang berhubungan atau dekat dengan segmentasi dituju, berapa kali sebuah pesan harus diekspos, dan pesan (verbal dan visual) apa yang lebih mudah dipahami serta mampu menarik perhatian konsumen.6
Suatu strategi dapat menjadi efektif apabila mempunyai perencanaan yang maksimal. Perencanaan yang matang adalah hal yang sangat penting pada penggunaan strategi endorsement. Komunikator pemasaran atau onlineshop yang melakukan endorsement salah satunya memerlukan ketepatan pada pemilihan komunikator, pesan, segmentasi dan media yang akan digunakan pada strategi ini. 7
Yang sering kali dijadikan sasaran dalam suatu produk untuk memasarkannya adalah orang-orang kalangan artis, politikus, ataupun
5
Ibid., 2.
6
E. John. R. Soemanagara Kennedy, Marketing Communication, (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer 2006), 5.
7
Utami, “Strategi komunikasi pemasaran melalui Endorsement”,2.
4
kalangan yang biasa mempunyai followers banyak. Bentuk kerjasama tersebut adalah pertukaran barang dan jasa.8
Endorsement saat ini dapat kita rasakan keberadaannya. Tak
dapat dipungkiri, dengan meluasnya kegiatan ini, endorsement dapat menjadi salah satu strategi iklan yang diandalkan oleh pebisnis, terutama kegiatan dagang yang menggunakan cara pembelian dan pembayaran secara online, dan beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan celebrity endorsement mempunyai pengaruh yang sangat signifikan tergadap efektifitas dunia pemasaran dalam upaya menarik perhatian dan minat beli konsumen terhadap suatu produk.9
Namun dalam aktivitas endorsement yang banyak kita temukan di beberapa media sosial, terdapat beberapa celebrity endorser yang menonjolkan sisi menarik dari bagian tubuh mereka (tabarruj), berpakaian ketat, dan bahkan ada yang sampai melewati batas aurat dalam memasarkan produk yang mereka endorse,10 begitu juga terkadang ada yang melakukan penipuan atau memberikan persepsi yang keliru atau tidak sesuai dengan kualitas produk yang diiklankan kepada konsumen.11
Realita dan fakta di atas sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang melarang segala kegiatan yang mengandung unsur manipulasi dan
8
Cyntia Sidharta, “Penggunaan Anggun C. Sasmi sebagai Celebrity Endorser dalam iklan Pantene versi “Bersinarlah Bersama Anggun”, E-komunikasi, Vol. 2. No.3. (Maret 2016).
9
Dorothy Rouly Haratua Pandjaitan, “Pengaruh Celebrity Endorsment Terhadap Brand Image Pada Konsumen Remaja Di Bandar Lampung Dan Impilkasinya Terhadap Harga”, 23.
10 https://www.bitebrands.co/2016/09/antara-Karin-anya-geraldine-brand-endorsement. html?m=1 11 http://jabar.tribunnews.com/2018/03/28/bongkar-habis-deddy-corbuzier-sebut-bisnis-endorse-artis-ternyata-penipuan-ini-pengakuannya?page=all, (28 Maret 2018).
5
pemalsuan, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
َﲕَْﳛ ِﲏَﺛﱠﺪَﺣَو
َبْﻮﱡـﻳَأ ُﻦْﺑا َلﺎَﻗ ٍﺮَﻔْﻌَﺟ ِﻦْﺑ َﻞْﻴِﻋﺎَْﲰِإ ْﻦَﻋ ﺎًﻌْـﻴَِﲨ ٍﺮْﺠُﺣ ُﻦْﺑاَو ُﺔَﺒْـﻴَـﺘُـﻗَو َبْﻮﱡـﻳَأ ُﻦْﺑ
ﷺ ِﷲ َلْﻮُﺳَر ﱠنَأ َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ِﰊَأ ْﻦَﻋ ِﻪْﻴِﺑَأ ْﻦَﻋ ُءَﻼَﻌﻟْا ِﱐَﺮَـﺒْﺧَأ َلﺎَﻗ ُﻞْﻴِﻋﺎَْﲰِإ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ
ﻰَﻠَﻋ ﱠﺮَﻣ
ْـﺒُﺻ
؟ِمﺎَﻌﱠﻄﻟا َﺐِﺣﺎَﺻ َ� اَﺬَﻫ ﺎَﻣ :َلﺎَﻘَـﻓ ًﻼَﻠَـﺑ ُﻪُﻌِﺑﺎَﺻَأ ْﺖَﻟﺎَﻨَـﻓ ﺎَﻬْـﻴِﻓ ُﻩَﺪَﻳ َﻞَﺧْدَﺄَﻓ مٍﺎَﻌَﻃ ِةَﺮ
ْﻦَﻣ ،ُسﺎﱠﻨﻟا ُﻩاَﺮَـﻳ ْﻲَﻛ ِمﺎَﻌﱠﻄﻟا َقْﻮَـﻓ ُﻪَﺘْﻠَﻌَﺟ َﻼَﻓَأ :َلﺎَﻗ ،ِﷲ َلْﻮُﺳَر َ� ُءﺎَﻤﱠﺴﻟا ُﻪْﺘَـﺑﺎَﺻَأ :َلﺎَﻗ
ِّﲏِﻣ َﺲْﻴَﻠَـﻓ ﱠﺶَﻏ
ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور .
“Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibn Hajr semuanya dari Ismail bin Ja’far, Ibnu Ayyub berkata: telah menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku al-Ala’ dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya kedalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya: “Apa ini wahai pemilik makanan?”, sang pemiliknya menjawab: “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.”, beliau bersabda: “mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya. Barang siapa yang menipu maka ia bukan dari golonganku”. HR. Muslim.12
Begitu juga Islam melarang seorang wanita untuk menampilkan sisi menarik atau tebar pesona kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana firman Allah Swt.:
ٰﻮَﻛﱠﺰﻟٱ َﲔِﺗاَءَو َةٰﻮَﻠﱠﺼﻟٱ َﻦ ۡﻤِﻗَأَو
َٰﱃوُ
ۖ
ۡﻷٱ ِﺔﱠﻴِﻠِﻬَٰۡﳉٱ َجﱡﺮَـﺒَـﺗ َﻦۡﺟﱠﺮَـﺒَـﺗ َﻻَو ﱠﻦُﻜِﺗﻮُﻴُـﺑ ِﰲ َنۡﺮَـﻗَو
َﻦۡﻌِﻃَأَو َة
ﻮُﺳَرَو َﱠﻟﻠﻪٱ
ﲑِﻬۡﻄَﺗ ۡﻢُﻛَﺮِّﻬَﻄُﻳَو ِﺖۡﻴَـﺒ
ۡﻟٱ
َﻞ
ۡﻫَأ َﺲۡﺟِّﺮﻟٱ ُﻢُﻜﻨَﻋ َﺐِﻫۡﺬُﻴِﻟ ُﱠﻟﻠﻪٱ ُﺪﻳِﺮُﻳ ﺎَﱠﳕِإ
ٓۥُﻪَﻟ
ۚ
ا
٣٣
“Dan hendaklah kalian menetap di rumah kalian, dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. 12
Muslim, Shahi>h Muslim, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, t.th), 328
6
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlu al-bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya.” 13
Secara implisit imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya>‘ Ulu>m al-di>n menjelaskan dan menekankan dalam aktifitas endorsement ini untuk senantiasa berpedoman terhadap etika mu’amalah yang islami, diantaranya:
a. Aktifitas endorse harus berlandaskan unsur keadilan, kebaikan, kebajikan dan tidak adanya kedhaliman.
b. Adanya transparansi antara endorser dan konsumen, sehingga tidak ada kecurangan.
c. Aktifitas endorse ini tidak hanya untuk mengejar keuntungan dunia semata, karena keuntungan yang sebenarnya adalah akhirat.
d. Menjauhkan dari transaksi-transaksi yang syubhat.14
Dari semua penelitian yang telah diteliti, penulis melihat sampai saat ini belum menemukan penelitian yang membahas secara spesifik tentang aktivitas endorsement dari sudut pandang Islam, karena penelitian terdahulu yang berkaitan dengan endorsement hampir semuanya membahas tentang pengaruh endorsement atau endorser terhadap minat beli konsumen, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang endorsement dalam pandangan Islam dan mengangkat judul “Endorsement Dalam Perspektif Islam”.
13
Al-Qur’a>n, 33:33.
7
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah dan batasan masalah agar lebih jelas dan terfokus dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
a. Diantara celebrity endorser yang memasarkan produk masih ada yang memakai pakaian ketat, tebar pesona dengan menonjolkan sisi menarik mereka dan bahkan melewati batas aurat. Ini sangat menyalahi aturan berpakaian dalam Islam.
b. Diantara celebrity endorser yang memasarkan produk masih ada yang melakukan penipuan atau memberikan persepsi yang keliru atau tidak sesuai dengan kualitas produk (barang imitasi) yang diiklankan kepada konsumen. Ini sangat tidak sejalan dengan etika pemasaran Islam.
c. Strategi endorsement sudah banyak digunakan oleh pelaku online
shop guna menambah keefektifan pemasaran produk.
d. ketenaran endorser mempunyai pengaruh terhadap minat beli konsumen.
e. Kajian endorsement secara implisit telah disinggung oleh imam al-Ghaza>li dalam kitab Ihya>’ Ulu>m al-Di>n
2. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, penilitian ini dibatasi pada masalah berikut:
8
b. Etika endorser dalam memasarkan produk dalam Perspektif Islam. C. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana konsep endorsement dalam Perspektif Islam?
2. Bagaimana etika endorser dalam memasarkan produk dalam Perspektif Islam?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Konsep endorsement dalam Perspektif Islam.
2. Untuk memahami dan mengetahui etika endorser dalam memasarkan produk dalam Perspektif Islam.
E. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis
a. Menjadi acuan pada penelitian selanjutnya, terutama pada penelitian yang berkaitan dengan endorsement.
b. Bagi pelaku endorser dapat dikembangkan sebagai pengetahuan dan wawasan agar menjadi prilaku yang lebih baik dan elegan. 2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan informasi pada masyarakat.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan masukan pada pelaku endorser agar lebih selektif dalam memilih produk yang akan di-endorse
9
c. Menjadi tambahan karya ilmiah pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
F. Penelitian Terdahulu
Sepengetahuan peneliti, pembahasan tentang endorsement telah banyak dilakukan dalam bentuk karya ilmiah seperti skripsi, tesis dan jurnal, akan tetapi peneliti tidak menemukan satupun penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti lakukan.
Penelitian terdahulu tentang endorsement yang peneliti temukan sebagai berikut:
1. Penelitian yang ditulis oleh Gevin Sepria Harly & Damayanti Octavia Prodi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom dalam jurnal dengan judul “Pengaruh Endorsement
Fashion Blogger Terhadap Minat Beli Merek Lokal Pada Tahun 2013 – 2014 (Studi Kasus Pada Fashion Blogger Evita Nuh)”. Tulisan tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai endorsement fashion blogger dan minat beli, serta untuk melihat seberapa besar pengaruh erndorsement fashion blogger terhadap minat beli merek lokal secara parsial maupun simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kausal dan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa endorsement Fashion Blogger yang terdiri dari sub
10
variabel Visibility, Credibility, Attraction, dan Power mendapat tanggapan responden sebesar 83,72% atau berada pada kategori sangat baik, sedangkan Minat Beli Merek Lokal mendapat tanggapan sebesar 75,4% atau termasuk pada kategori baik. Besarnya pengaruh endorsement Fashion Blogger terhadap Minat Beli Merek Lokal pada blog Evita Nuh setelah dilakukan pengujian ulang melalui trimming adalah secara simultan variabel Credibility dan Power
memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 37,4% sedangkan se- besar 62,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini.
2. Penelitian yang ditulis oleh Angela Z. Wo’en, Willem J.F.A Tumbuan, Ferdinand Tumewu International Business Administration (IBA) Program, Management Department, Faculty of Economics and Business, Sam Ratulangi University, Manado 95115, Indonesia dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Selebriti Endorser Terhadap Intensi Pembelian (Study Kasus : Shampoo Clear Di Manado)”. Dalam penelitian ini, Shampoo clear berada di posisi pertama sebagai brand shampoo terbaik dengan persentase 22.1%. Peran dari endorser selebriti untuk mendukung produk dan membantu untuk membangun kepercayaan dengan konsumen yang sekarang dan berpotensi, menaikan kesempatan agar brand dapat diingat, dan menarik pelanggan yang baru.
11
Penelitian ini menggunakan analisa linier regresi berganda dengan sampel 100 responden yang didapat dari penduduk kota Manado. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa daya tarik fisik, keahlian, dan keselarasan secara signifikan mempengaruhi intensi pembelian pelanggan untuk membeli shampo clear. Para konsumen menyukai endorser yang selalu muncul di televisi dan sudah dikenal oleh konsumen, dengan kata lain para konsumen menyukai endorser yang memiliki popularitas yang tinggi dan juga para responden lebih tertarik pada endorser yang memiliki wajah yang menawan.
3. Penelitian yang diitulis oleh Lidia Rochmania dan Fajar Sidiq Adi Prabowo, Program Studi Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas ekonomi dan bisnis, Universitas Telkom, dalam jurnal e-Proceeding of
Management: Vol.3, No.2 Agustus 2016, dengan judul
“Pengaruh Celebrity Endorsement Pada Instagram Terhadap Minat Beli Produk Mode Lokal (Studi Pada Sharena Gunawan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan responden mengenai celebrity
endorsement dan minat beli, serta untuk melihat seberapa
besar pengaruh celebrity erndorsement terhadap minat beli secara parsial maupun simultan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kausal dan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang didapat
12
menunjukkan bahwa celebrity Endorsement dan minat beli
produk mode local berada pada kategori baik, Besarnya
pengaruh celebrity Endorsement terhadap Minat Beli produk mode lokal oleh Sharena Gunawan setelah dilakukan pengujian, secara simultan dan parsial variabel Viscap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli. Yaitu sebesar 69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. 4. Penelitian yang ditulis oleh Yanuar Widi Prabowo,
Suharyono, dan Sunarti, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, dalam jurnal Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 14 No. 2 September 2014, dengan judul “Pengaruh Celebrity terdiri dari variabel
Credibility, Attractiveness, dan SuitabilityEndorser Terhadap Minat Beli (Survei Pada Pengunjung 3second Store Di Jalan Soekarno Hatta Malang)”, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Celebrity Endorser yang secara bersama-sama dan parsial terhadap Minat beli konsumen. Penelitian yang dipakai explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah Pengunjung 3Second Store selama sebulan, sedangkan sampelnya sebanyak 104 orang responden yang merupakan pengunjung 3Second Store Jalan Sukarno Hatta Malang. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah
13
analisis deskriptif, analisis inferensial, dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi f 0,000 < 0,05, maka secara bersama-sama variabel credibility, attractiveness, dan suitability berpengaruh secara signifikan terhadap variabel minat beli konsumen. Hasil Uji menjelaskan adanya pengaruh antara variabel bebas dan terikat dengan hasil yang diperoleh variabel Credibility menunjukkan nilai sig t 0,001, Attractiveness menunjukkan nilai sig t 0,000,
Suitability menunjukkan nilai sig t 0,036. Melalui hasil
pengujian tersebut diketahui bahwa variabel Attractiveness
berpengaruh dominan terhadap Minat Beli Konsumen.
5. Penelitian yang ditulis oleh Nike Cholifah, Suharyono, dan Kadarisman Hidayat, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, dalam jurnal Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 36 No. 1 Juli 2016, dengan judul “Pengaruh
Celebrity Endorser Terhadap Brand Image (Survei Pada
Konsumen Kosmetik Wardah Di Counter Wardah Kota Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh variabel-variabel dalam Celebrity
Endorser yang terdiri dari Trustworthiness, Expertise,
Attractiveness, Respect, dan Similarity yang dimiliki selebriti Wardah terhadap Brand Image kosmetik Wardah. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research
14
dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen kosmetik Wardah pada counter Wardah di Matahari Department Store Malang Town Square dan Toko Raya Malang yang pernah melihat iklan Wardah, pernah membeli dan menggunakan kosmetik Wardah. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 108 orang responden dengan menggunakan teknik accidental sampling
dan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis linear berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam Celebrity Endorser yang terdiri dari Trustworthiness, Expertise, Attractiveness, Respect, dan Similarity berpengaruh signifikan terhadap Brand Image. Secara parsial, kelima variabel dalam Celebrity Endorser tersebut berpengaruh signifikan terhadap Brand Image. Respect merupakan variabel yang berpengaruh dominan dengan nilai koefisien B terbesar yaitu 0,527.
6. Penelitian yang ditulis oleh Dorothy Rouly Haratua Pandjaitan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Celebrity Endorsment
Terhadap Brand Image Pada Konsumen Remaja Di Bandar Lampung Dan Impilkasinya Terhadap Harga”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh celebrity endorsement
15
terhadap brand image dan harga. Penelitian ini menganalisis
celebrity endorsement yang sudah ada terhadap brand image
dan sekaligus menguji besarnya pengaruh celebrity
endorsement tersebut terhadap harga. Alat yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi pada penelitian ini ialah survei yang ditujukan kepada responden yang melibatkan
celebrity endorsement dan harga untuk membeli barang online
serta brand imagenya. Alat analisis yang digunakan adalah metode Structural Equation Modelling selebrity endorsement
terhadap brand image dan harga. Temuan Penelitian ini mengkonfirmasi, bahwa maka semakin tinggi harga produk yang dapat ditawarkan kepada konsumen remaja di Bandar Lampung, Berdasarkan hipotesis kedua penelitian teori pendukung dan hasil yang didapat dari penelitian ini, yaitu harga berpengaruh pada brand image berhasil dibuktikan, disimpulkan bahwa semakin tinggi celebrity endorsement
dimediasi oleh harga maka image yang dimiliki oleh sebuah brand produk yang ditawarkan kepada konsumen remaja di Bandar Lampung akan semakin baik. Batasan utama dari penelitian ini hanya di lakukan pada konsumen remaja berumur 13-19 tahun di kota Bandar Lampung. Implikasi praktis disimpulkan bahwa semakin besar celebrity
endorsement dimediasi oleh harga maka brand image produk
16
7. Penelitian yang ditulis oleh Shindi Kurnia Alunat, Maya Ariyanti, Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Telkom, dalam jurnal e-Proceeding of Management : Vol.3, No.2 Agustus 2016, dengan judul “Pengaruh Endorsement Terhadap Sikap Konsumen Dan Minat Pembelian Produk Kosmetik Pada Online Shop Dengan Media Sosial Instagram”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh endorsement terhadap sikap konsumen dan minat pembelian kosmetik di media sosial instagram. Metode dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 134 responden yang merupakan pengguna instagram dan mengikuti satu atau lebih akun online shop kosmetik dan diolah dengan teknik analisis structural equation
model menggunakan software AMOS 22. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa endorse memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap sikap konsumen dan minat pembelian. Dari penelitian-penelitian di atas, terdapat perbedaan mendasar dengan penelitian yang peneliti lakukan, karena penelitian terdahulu lebih kepada penelitian praktis di lapangan tentang pengaruh strategi
endorement terhadap daya tarik konsumen. Adapun penelitian ini lebih
kepada penelitian literatur dan pustaka yang membahas tentang konsep
endorsement dalam pandangan Islam. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
17
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian ini maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai acuan dalam berpikir secara sistematis, sebagaimana berikut :
Bab I : Pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah yang menjadi acuan peneliti, dilanjutkan dangan identifikasi masalah dan batasan masalah , rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu dan diakhiri sistematika. Dalam bab ini secara umum pembahasannya berisi tentang harapan supaya pembaca bisa menemukan latar belakang secara teoritis dan realistis dari tempat penelitian dan bab ini sebagai patokan pengembangannya
Bab II : Berisi tentang landasan teori yang menjelaskan secara gamblang dan jelas tentang konsep Endorsement, secara umum bab ini memuat tentang Endorsement secara global, baik secara definisi dan lainnya dengan kata lain bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan Endorsement. Bab III : Metode Penelitian, ini merupakan gambaran secara utuh
tentang metode penelitian yang digunakan dalam tesis penelitian ini meliputi pendekatan dan jenis penelitian, teknik analisa dan sumber data. Lebih jelasnya bab ini menguraikan tentang penggunaan pendekatan kualitatif agar menghasilkan
18
penelitian yang ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan secara hukum serta kaidah ilmiah secara universal.
Bab IV : Analisa hasil penelitian yang terkait dengan tema penelitian dengan cara menelusuri titik temu antara teori yang di Bab I dan Bab II yang kemudian dikaitkan dengan hasil penemuan penelitian yang merupakan realitis di Bab IV dengan menggunakan metode di Bab III. Dengan artian bab ini dilakukan pembahasan holistik dengan cara menganalisa data dan pengembangan gagasan yang didasarkan pada bab sebelumnya.
BAB II
ENDORSEMENT DAN ENDORSER
A. Endorsement
1. Pengertian endorsement
Kata endorse sangat erat hubungannya dengan dunia pemasaran khususnya pada pemasaran online. Menurut Martin Roll,
endorsement adalah saluran dari komunikasi merek, dimana selebriti
berperan sebagai juru bicara dan mendukung merek tersebut dengan segala atribut kepopuleran, kepribadian, dan status sosial selebriti tersebut.1
Dengan kata lain, endorsement adalah strategi komunikasi pemasaran dengan menggunakan tokoh terkenal seperti artis, fashion
blogger, fashion stylish dan lain-lain sebagai alat pendukung dan
penunjang ketertarikan masyarakat terhadap produk yang ditawarkan di media sosial yang digunakan.2
2. Dampak positif penggunaan endorsement
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa penggunaan endorsement
dalam dunia pemasaran banyak memberikan dampak positif terhadap efektifitas pemasaran produk terhadap konsumen, berikut adalah beberapa dampak positif penggunaan endorsement:
a. Dapat menarik perhatian konsumen, dan menaikkan tingkat komunikasi sebuah pesan dari iklan.
1
Saporso dan Dian Lestari, “Peranan endorser terhadap brand image dari sudut pandang konsumen”, Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 9, No. 3, (Sepetember, 2009), 162.
2
Pratiwi Budi Utami, “Strategi Komunikasi pemasaran melalui endorsement pada online shop di Indonesia”, (Tesis—Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, 2014) 2.
20
Semakin berkembangnya dunia teknologi informasi pada era modern ini, membuat persaingan dunia pemasaran semakin ketat, karena itulah penggunaan celebrity yang mempunyai ketenaran dianggap salah satu cara yang dapat menarik dan memenangkan perhatian konsumen, dan menaikkan tingkat komunikasi sebuah pesan dari iklan.
b. Dapat memperbaiki dan mempercantik image perusahaan.
c. Penggunaan celebrity yang mempunyai ketenaran dianggap dapat membantu perusahaan dalam memasuki pasar baru.
d. Dapat membantu konsumen dalam mengingat sebua produk atau
brand.3
3. Dampak negatif penggunaan endorsement
a. Ketidak sesuaian antara pemahaman konsumen dengan pesan yang disampaikan
Ketika seorang celebrity meminjamkan image-nya ke dalam sebuah produk ataupun brand bisa jadi akan menimbulkan sebuah dampak yang tidak terlalu besar, hal ini disebabkan oleh ketidak sesuain antara apa yang dalam pikiran konsumen dengan pesan yang disampaikan.
b. Dapat menimbulkan kekecewaan fans dari seorang celebrity
Ketika seorang celebrity melakukan beberapa endorser terhadap berbagai macam brand yang dilatar belakangi motif uang, hal ini dapat menimbulkan kekecewaan fans dari celebrity tersebut, 3
Palagan Ankasaniscara, “Analisis pengaruh celebrity endorsement pada brand image terhadap
21
yang kemudian menyadarkan konsumen bahwa endorsement yang dilakukan adalah semata untuk kepentingan uang dan tidak ada kaitannya dengan dengan fitur produk atau atribut dari produk itu sendiri. 4
B. Endorser
1. Pengertian Endorser
Shimp menjelaskan bahwa endorser adalah pendukung iklan atau biasa dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang diiklankan.5 Celebrity endorser adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal (public figure) dalam mendukung suatu iklan.6 Selain itu, Kotler dan Keller menjelaskan bahwa celebrity endorser merupakan penggunaan narasumber (source) sebagai figur yang menarik atau populer dalam iklan, hal tersebut merupakan cara yang cukup kreatif untuk menyampaikan pesan agar pesan yang disapaikan dapat memperoleh perhatian yang lebih tinggi serta dapat diingat.7
2. Macam-macam endorser
Endorser dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Celebrity endorser
Celebrity endorser adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung.
4
Ibid., 9.
5
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Alih bahasa oleh Revyani Sahrial dan Dyah Anikasari. Edisi Kelima Jilid 1. (Jakarta: Erlangg, 2003), 455.
6
Ibid., 468.
7
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa oleh Benyamin Molan. Jilid 1. (Jakarta: Indeks, 2009), 519.
22
b. Typical-person endorser
Typical-person endorser adalah orang-orang biasa (
non-celebrity), yang digunakan dalam mempromosikan suatu produk atau
jasa tertentu oleh suatu perusahaan. Pemilihan jenis endorser ini biasanya digunakan sebagai bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Contohnya yang paling umum adalah dalam iklan layanan masyarakat yang cenderung menggunakan endorser tipe ini agar pesan yang disampaikan mudah difahami dan dimengerti konsumen karena diharapkan konsumen merasa bahwa presenter pesan tersebut merupakan salah satu dari mereka. 8
Dalam memilih seorang selebriti untuk dijadikan endorser, penting agar selebriti yang dipilih memiliki cukup pengetahuan akan produk yang akan di endorse, tujuannya agar selebriti tersebut dapat menjadi ahli, terpercaya, serta atraktif dalam mempromosikan produk yang akan di endorse.9
3. Celebrity Endorsement sebagai Daya Tarik Pesan
Perusahaan harus memiliki strategi yang kreatif dalam beriklan agar dapat menarik konsumen, salah satu caranya adalah dengan menggunakan selebriti endorser. Suyanto mengatakan selebriti dapat mempengaruhi sikap dan pelanggan terhadap produk yang didukungnya.10 Persepsi dan sikap pelanggan terhadap kualitas produk akan meningkat
8
Gevin Sepria Harly dan Damayanti octavia, “Pengaruh endorsement fashion blogger terhadap minat beli merek lokal pada 2013-2014”, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 14, No. 2, (Agustus, 2014), 143.
9
Saporso dan Dian Lestari, “Peranan endorser terhadap brand”, 163.
10
M Suyanto, Marketing Strategi Top Brand Indonesia, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007), hal.
23
dengan adanya selebriti yang mendukung, lebih jauh lagi harga produk juga akan meningkat dengan adanya selebriti tersebut, pada dasarnya harus ada hubungan yang berarti, atau kecocokan, antara selebriti, khalayak, dan produk.
4. Kriteria celebriti endorser
Dalam hal ini, banyak para pakar ekonomi yang menjelaskan kriteria-kriteria atau atribut-atribut yang harus dimiliki oleh celebrity
endorser agar dapat menarik simpati dan perhatian konsumen,
diantaranya:
Royan menjelaskan bahwa celebrity harus mempunyai lima atribut untuk menjadi endoser, lima atribut ini biasa dikenal dengan istilah VISCAP yang terdiri dari Visibility, Credibility, Attractiveness
dan Power. 11 a. Visibility
Menurut Royan, Visibility memiliki dimensi seberapa jauh popularitas seorang selebriti. Apabila dihubungkan dalam popularitas, maka dapat ditentukan dengan seberapa banyak penggemar yang dimiliki oleh seorang Celebrity Endorser
(Popularity) dan bagaimana tingkat keseringan tampilnya di depan khalayak (Appearances). 12
b. Credibility
11
Maya Ariyanti, dkk. “Pengaruh Celebrity Endorser di Media Sosial Instagram dalam Promosi Produk Hijab terhadap Minat Beli Konsumen”, e-Proceeding of Management, Vol.3, No.3 (December, 2016), 2859.
12
Ibid., 2860.
24
Menurut Rossiter dan Percy, kredibilitas merupakan masalah persepsi, sehingga kredibilitas bisa berubah tergantung pada pelaku persepsi (komunikator), pemakaian selebriti atau tokoh terkenal membuat iklan lebih mendapat perhatian dari konsumen, tetapi jika kredibilitas selebriti atau tokoh itu dinilai tidak atau layak, maka tujuan pesan tidak tercapai.13 Kredibilitas ini memiliki dua karakteristik, yaitu :
1) Expertise (Keahlian)
Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh konsumen tentang kemampuan dan pengetahuan selebriti atau model dalam hubunganya dengan produk. Jika konsumen menganggap bahwa selebriti atau model memiliki kecerdasan, pengetahuan dan pemahaman yang baik maka konsumen cenderung untuk menerimanya. Selain itu faktor kharisma juga berperan dalam menilai seseorang ahli atau bukan.
2) Trustworthiness (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah kesan konsumen tentang presenter atau model yang berkaitan dengan wataknya. 14
c. Attractiveness
Pada umumnya individu cenderung menyukai orang-orang yang mereka senangi, cantik atau tampan dan yang banyak memiliki kesamaan. Pendukung secara fisik yang menarik akan menghasilkan evaluasi iklan dan produk yang lebih menyenangkan 13
Ibid.
25
daripada iklan yang menggunakan komunikator yang kurang menarik. Tetapi, bukti empiris menunjukan bahwa pendukung yang menarik lebih efektif jika citra pendukung sesuai dengan sifat produk yang didukung. 15
d. Power
Menurut Rossiter dan Percy, Power adalah kemampuan untuk menimbulkan pengaruh dan mengikuti apa yang ditampilkan oleh komunikator. Sedangkan menurut Royan, Power adalah kemampuan selebriti dalam menarik konsumen untuk membeli. 16
Sedangkan menurut Shimp, seorang celebrity endorser harus memiliki atribut: Kredibilitas Selebriti (Celebrity Credibility), Daya Tarik Selebriti (Celebrity attractiveness), Kecocokan Selebriti (Celebrity Suitability). 17
a. Kredibilitas Selebriti (Celebrity Credibility)
Menurut Shimp, Kredibilitas selebriti adalah bisa dipercaya dan keunggulan selebriti dalam menyampaikan suatu produk dengan kekuatan daya tariknya merupakan alasan utama untuk memilih selebriti sebagai pendukung periklanan. Orang yang bisa meyakinkan
15
Ibid., 2860.
16
Ibid., 2860.
17
Yanuar Widi Prabowo, Suharyono, dan Sunarti, “Pengaruh Celebrity Endorser terhadap Minat Beli: Survei pada Pengunjung 3Second Store di Jalan Soekarno Hatta Malang.” Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 14. No. 2, (September, 2014), 3.
26
orang lain adalah orang yang dapat dipercaya dan punya pengetahuan dan komunikasi yang baik dalam pengenalan suatu merek.18
Sedangkan menurut Mowen dan Minor, kredibilitas penyampai pesan bisa dilihat dari kemampuan dan kepercayaan dalam memberikan informasi kepada konsumen dengan jujur dan apa adanya.19
b. Daya Tarik Selebriti (Celebrity attractiveness)
Menurut Shimp, pemilihan selebriti dalam proses penyampaian pesan atau informasi oleh para eksekutif periklanan dievaluasi dengan daya tariknya. Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan pekerjaan sebagai beberapa dari dimensi penting dari konsep daya tarik. Tetapi daya tarik saja tidaklah sepenting krediblitas dan kecocokan dengan khalayak tertentu. 20
Sedangkan menurut Mowen dan Minor, Daya tarik fisik bisa dilihat dari penampilan fisiknya ataupun penampilan dari luarnya. Seseorang yang menarik disarankan harus positif dan menyampaikan merek yang diiklankan secara lebih baik daripada orang biasa pada umumnya.21
c. Kecocokan Selebriti (Celebrity Suitability)
18
Shimp, Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. 464.
19
John C Mowen & Michael Minor, Perilaku Konsumen, Terjemahan oleh Lina Salim Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2002), 402.
20
Shimp, Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. 464.
21
John C Mowen & Michael Minor, Perilaku Konsumen, Terjemahan oleh Lina Salim Jilid 1,
27
Menurut Shimp, para eksekutif periklanan menuntut agar citra selebriti, nilai dan perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan.22
5. Etos kerja Endorse
Etos berasal dari bahasa Yunani ethos yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk dari berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos lahirlah apa yang disebut dengan “ethic” yaitu, pedoman, moral dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun. Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika. Etika berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang. 23
Pengertian Etos Kerja Manusia adalah mahluk kerja yang ada persamaannya dengan hewan juga, bekerja dengan cara sendiri. Tetapi tentu lain dengan caranya. Hewan bekerja semata berdasarkan naluriah, tidak ada etos, kode etik atau permintaan akal. Tetapi manusia memilikinya harus punya etos dan pendayagunaan akal. Untuk meringkan beban tenaga kerja yang terbatas maupun meraih prestasi yang sehebat mungkin. Bilamana manusia bekerja tanpa etos, tanpa moral dan akhlak maka gaya kerja manusia meniru hewan, turun tingkat kerendahan. Demikian juga bilamana manusia bekerja tanpa menggunakan akal, maka hasil kerjanya tidak akan memperoleh kemajuan apa-apa.24
22
Shimp, Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. 464.
23
Toto Tasmara, Etos kerja Pribadi Muslim, (Jakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), 25
24
Ya’qub, Etos..., 1
28
Menurut Pandji Anoraga, etos kerja adalah suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja. Kalau pandangan dan sikap itu melihat bekerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksitensi manusia sebagai etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya kalau melihat kerja sebagai suatu hal yang tak berarti untuk kehidupan manusia. Apalagi kalu sama sekali tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja. Oleh sebab itu untuk menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, diperlukan dorongan atau motivasi.25
Menurut Jansen H. Sinamo, etos kerja professional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja integral. Istilah paradigma disini berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan,sikap-sikap yang dilahirkan,standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para pemeluknya. Jadi jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigmakerja tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas itulah etos kerja mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.26 a. Ciri-ciri etos kerja
25
Panji Anoraga, Psikologi kerja, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 29
29
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan memuliyakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan (khairu ummah)27 di antaranya:
1) Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership)
Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginannya. Kepemimpinan berarti kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role), sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungannya.
2) Selalu berhitung waktu.
Sebagaimana Rasulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling indah: “Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan engkau akan mati besok”. Umar bin Khattab pernah berkata: “Maka hendaklah kamu menghitung dirimu sendiri, sebelum datang hari dimana engkau akan menghitungkan dan hal ini sejalan dan senapas dengan firman Allah yang bersabda: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
27
Tasmara, Membudayakan...., 73
30
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 3) Menghargai waktu
Dia sadar waktu adalah netral dan terus merayap dari detik ke detik, dan dia pun sadar bahwa sedetik yang lalau tak pernah akan kembali padanya. Waktu baginya adalah aset Ilahiyah yang sangat berharga, adalah ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah dan dipetik hasilnya pada waktu yang lainnya.
4) Dia tidak pernah merasa puas berbuat kebaikan (positive
improvements), karena merasa puas di dalam berbuat kebaikan,
adalah tanda-tanda kematian kreatifitas. Sebab itu sebagai konsekuensi logisnya, tipe seorang mujahid itu akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah, pantang surut apalagi terbelenggu dalam kemalasan yang nista.
5) Hidup berhemat dan efisien.
Orang yang berhemat adalah orang yang mempunyai pandangan jauh ke depan. Dengan berhemat bukanlah dikarenakan ingin mempunyai kekayaan, sehingga melahirkan sifat kikir individualistis, tetapi berhemat dikarenakan ada suatu reserve, bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan secara lurus, ada up and down, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi dimana yang akan datang.
31
6) Memiliki jiwa wiraswasta (enterpreunership).
Dia memiliki semangat wiraswasta yang tinggi, tahu memikirkan segala fenomene yang ada di sekitarnya, merenung dan kemudian bergelora semangatnya untuk mewujudkan setiap renungan batinnya dalam bentuk yang nyata dan realistis.
7) Memiliki insting bertanding & bersaing.
Insting bertanding merupakan butir darah dan sekaligus mahkota kebesaran setiap muslim yang sangat obsesif untuk selalau tampil meraih prestasi atau achievements yang tinggi. Dia tidak pernah akan menyerah pada kelemahan atau pengertian nasib dalam artian sebagai seorang fatalis.
8) Keinginan untuk mandiri (independent) keyakinannya akan nilai tauhid penghayatannya terhadap ikrar-iyyaka na’budu, menyebabkan setiap pribadi muslim yang memiliki semangat jihat sebagai etos kerjanya, adalah jiwa yang merdeka.
9) Haus untuk memiliki sifat keilmuan
Seseorang yang mempunyai wawasan keilmuan tidak pernah cepat menerima sesuatu sebagai taken for granted karena sifat pribadinya yang kritis dan tak pernah mau menjadi kerbau yang jinak, yang hanya mau manut kemana hidungnya ditarik. Dia sadar bahwa dirinya tidak boleh ikut-ikutan tanpa pengetahuan karena seluruh potensi dirinya sesuatu saat akan diminta pertanggung jawaban dari Allah SWT.
32
10) Berwawasan makro universal Dengan wawasan yang luas, seorang menjadi manusia yang bijaksana. Mampu membuat pertimbangan yang tepat, serta setiap keputusannya lebih mendekati kepada tingkat presisi (ketepatan) yang terarah dan benar.
11) Memperhatiakan kesehatan dan gizi 12) Ulet dan pantang menyerah
13) Berorientasi pada produktivitas
14) Memperkaya jaringan silaturahmi Kualitas silaturahmi yang dinyatakan dalam bentuk sambung rasa yang dinamis dapat memberikan dampak yang sangat luas, apalagi dunia bisnis adalah dunia relasi.28
Dalam buku yang juga karangan Toto tasmara disebutkan ada 25 ciri etos kerja muslim yaitu:
1) Mereka kecanduan terhadap waktu
2) Mereka memiliki moralitas yang bersih (Ikhlas) 3) Mereka kecanduan kejujuran
4) Mereka memiliki komitmen 5) Istiqomah, kuat pendirian 6) Mereka kecanduan disiplin
7) Konsekuen dan berani menghadapi tantangan (challenge) 8) Mereka memiliki sikap percaya diri
9) Mereka orang yang kreatif
33
10)Mereka tipeorang yang bertanggung jawab 11)Mereka bahagia karena melayani
12)Mereka memiliki harga diri
13)Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership) 14)Mereka berorientasi ke masa depan
15)Hidup berhemat dan efisien
16)Memiliki jiwa wiraswasta (entrepreneurship) 17)Memiliki insting bertanding
18)Keinginan untuk mandiri
19)Mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu 20)Memiliki semangat perantauan
21)Memperhatikan kesehatan dan gizi 22)Tangguh dan pentang menyerah 23)Berorientasi pada produktivitas 24)Memperkaya jaringan silaturahmi
25) Mereka memiliki semangat perubahan (spirit of change).29 c. Tujuan Etos kerja
Setelah dijelaskan tentang difinisi etos kerja dan ciri-ciri etos kerja di atas, maka berikutnya adalah tentang tujuan etos kerja. Tujuan dari etos kerja adalah:
1) Mencari nafkah
2) Menjamin masa depan anak cucu 3) Mendapatkan tempat di masyarakat
29
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta: GemaInsani, 2002), 73
34
4) Menyatakan jati dirinya, pandangan pandangan serta prinsip prinsip yang ada dalam dirinya30
Namun etos kerja yang dilandasi tujuan seperti di atas agak berbeda dengan beberapa hal yaitu etos kerja para professional yang baik. Namun dapat kita simpulkan bahwa etos kerja semacam ini sudah cukup memadai sebagai seorang pedagang yang baik.
Di sisi lain yaitu sudut pandang Islam, beberapa landasan atau tujuan dari etos kerja adalah:
1) Mardhatillah sebagai tujuan luhur Bahwasannya bekerja keras
dalam islam, bukanlah sekear memenuhi kebutuhan naluri hidup untuk kepentingan perut. Namun lebih dari itu terdapat tujuan filosofis yang luhur, tujuan yang mulia, tujuan ideal yang sempurna yakni untuk berta’abud kepada Allah swt dan mencari Ridha-nya falsafah hidup muslim.
2) Memenuhi kebutuhan hidup. Bahwa dalam hidup di dunia kita mempunyai sejumlah kebutuhan yang bermacam-macam. Sangatlah mustahir apalagi kita ingin memenuhi nkebutuhan hiduptanpa kerja usaha, kerja keras. Karenanya etos kerja yang tinggi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sangat komplek.
3) Memenuhi kebutuhan keluarga Dalam point ini lebih ditekankan pada seseorang kepala rumah atangga yang bertanggung jawab terhadap keharmonisan dan keberlangsungan rumah tangganya,
30
Mochtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta : PT.Tiara
35
kewajiban dan tanggung jawab itu menimbulkan konsekuensi-konseuensi bagi pihak suami atau kepala rumah tangga yang mengharuskan dia bangkit bergerak dan rajin bekerja.
4) Kepentingan amal sosial Diantara tujuan bekerja adalah bahwa hasil kerjanya itu dapat di pakai sebagai kepentingan agama, amal social dan sebagainya. Karena sebagai makhluk social, manusia saling membutuhkan. Seorang pedagang dibutuhkan dalam hal ekonomi dan lain sebagainya. Dan bentuk kebutuhan manusia itu berupa bantuan tenaga, pikiran dan material.
5) Menolak kemungkaran Diantara tujuan ideal berusaha dan bekerja adalah sejumlah kemungkaran yang mungkin dapat terjadi pada diri seseorang yang tidak bekerja (pengangguran). Dengan bekerja dan berusaha berarti menghilangkan salah satu sifat dan sikap kemalasan dan pengangguran, sebab adanya kesempatan kerja yang terbuka menutupi keadaan keadaan yang negative seperti itu.31
31
Ya’Qub, Hamzah. Etos kerja Islami, Petunjuk Pekerjaan yang Halal dan Haram dalam Syariah Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992), 13-14
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif,1 dan jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library research),
yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan. Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.2
B. Objek Penelitian.
Dalam penelitian ini, objek yang akan diteliti adalah al-Qura>n dan al-Hadi>ts.
C. Data penelitian.
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data teoritis yang orisinil,3 dan sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah al-Qura>n dan al-Hadi>ts. 2. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari literatur baik berupa
buku, karya ilmiyah, kitab dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian.4 Sumber data sekunder dalam penelitian ini
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2007), 60-61.
2
Ibid.
3
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 83.
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016),
37
adalah buku dan karya ilmiyah berupa tesis, jurnal, artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.
D. Sumber Data.
Sumber data adalah subyek dari mana data-data diperoleh.5 Sebagai sebuah kajian pustaka, penelitian ini sepenuhnya didasarkan pada data-data kepustakaan yang relevan dengan objek penelitian ini, sehingga peneliti perlu membedakan antara data primer, yaitu kitab Ihya>’ Ulu>m al-Di>n karya imam al-Ghaza>li dan Kitab Syama>il al-Rasul karya Syekh Yu>suf al-Nabha>ni dan data sekunder, yaitu buku dan karya ilmiyah berupa tesis, jurnal, artikel yang berhubungan dengan objek penelitian, sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
E. Teknik Pengumpulan Data.
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer yaitu bahan-bahan pustaka yang sesuai dengan objek pembahasan yang dimaksud.6 Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:
1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara yang satu dengan yang lain.
2. Organizing yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah diperlukan.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172.
6
Ibid., 24.
38
3. Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.
F. Validasi Data
Validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.7 Dalam penelitian kualitatif, uji validitas dapat dilakukan pada alat penelitian untuk menghindari tidak sesuainya dan tidak validnya instrumen penelitian, sehingga data yang diperoleh dari penyebaran instrumen penelitian itu, dianggap sudah valid dan sesuai dengan data yang diinginkan oleh peneliti sebagai data yang bisa dipertanggung jawabkan.
G. Teknik Analisis Data.
Analisis data dalam kajian pustaka (library research) ini adalah Analisis Isi (content analysis) yaitu analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. 8
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif kualitatif, dimana dalam proses analisis data dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data, kemudian mengorganisasikan data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola
7
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), 78.
8
Burhan Bugin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian
39
dan memutuskan apa yang dapat dijadikan kesimpulan sebagai temuan dari penelitian.
H. Unit Analisis
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain9
Pada dasarnya setiap orang yang berpikir, selalu berhadapan dengan kebutuhan dan atau keputusan untuk menyeleksi atau lebih tepat memilah- milahkan antara apa yang benar dan apa yang salah, apa yang mungkin dan yang tidak mungkin atau yang diragukan. Keputusan tentang ini melibatkan seleksi.
Dalam dunia penelitian, khususnya dalam studi kepustakaan, seleksi bergantung pada metode kritik teks. Metode kritik teks pada dasarnya mempertimbangkan tiga unsur sekaligus : teks, konteks dan wacana. Teks bukan hanya sekedar kata-kata yang tercetak atau tertulis pada lembaran kertas, tetapi semua jenis komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya. Konteks ialah relasi antar teks yang memasukkan semua situasi yang terkait pula dengan hal-hal yang berada diluar teks, tetapi mempengaruhi pemakaian bahasa. Sedang yang dimaksud dengan wacana ialah upaya pengungkapan
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), 248.
40
maksud-maksud atau pemahaman teks dan konteks, baik yang tersembunyi maupun yang gamblang atau blak-blakan10
Titik perhatian analisis wacana adalah menggambarkan teks dan
konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Jika komunikasi itu adalah antara teks dengan pembacanya maka yang diperlukan disini tidal lagi hanya proses kognitif dalam arti umum, tetapi mencakup semua proses analisis untuk mencapai tujuan penelitian.
I. Tahapan Penelitian
1. Mencari sumber data, baik data primer maupun sekunder; yang pertama dilakukan adalah mencari sumber data sebanyak-banyaknya yang relevan dan sesuai dengan tema penelitian yang berupa buku atau artikel yang kemudihan dipilah-pilah menjadi data primer dan data sekunder. Hampir semua jenis bahan bacaan kepustakaan (buku, artikel atau esai) dikelompokkan sebagai data sekunder atau sumber tangan kedua. Namun dari sudut diterbitkan atau ditlis oleh tangan pertama bisa dikategorikan kedalam sumber primer.
2. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data
3. Mencari ide umum tentang topik penelitian
4. Mencari informasi pendukung; data primer dan data sekunder masih belum cukup untuk melengkapi seluruh data maka diperlukan jenis bahan bacaan yang relevan dengan tema penelitian sebagai informasi pendukung data primer dan data sekunder.
41
5. Mempertegas Fokus ( perluas/persempit) dan mengorganisasikan bahan bacaan
6. Reorganisasi bahan dan membuat catatan penelitian g. Review dan perkaya lagi bahan bacaan
BAB IV
ENDORSEMENT PERSPEKTIF ISLAM A. Konsep endorsement dalam Islam
Endorsement Islam adalah strategi komunikasi pemasaran dengan
menggunakan tokoh terkenal seperti artis, fashion blogger, fashion stylish dan lain-lain sebagai alat pendukung dan penunjang ketertarikan masyarakat terhadap produk yang ditawarkan di media sosial yang digunakan, dengan cara dan proses yang sesuai dengan ketentuan syariah.
Endorsement adalah bentuk mu’amalah yang dibenarkan dalam
Islam, sepanjang dalam segala proses transaksinya terpelihara dari hal-hal terlarang oleh ketentuan syariah, sebagaimana Kaidah Fiqhiyyah
menjelaskan, Bahwa:
َا َْﻷ
ْﺻ
ُﻞ
ِﰲ
ْا ﻟـ
ُﻤ َﻌ
َﻣﺎ َﻠ
ِﺔ
َا ِْﻹ
َﺑﺎ
َﺣ ُﺔ
ِإ
ﱠﻻ
َأ
ْن
َﻳ ُﺪ
ﱠل
َد ِﻟ ْﻴ
ٌﻞ
َﻋ َﻠ
َْﲢ ﻰ
ِﺮ ِْﳝ
ِﻪ
“Pada dasarnya semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
Enodrsement Islam merupakan solusi terhadap kebutuhan pasar yang
memimpikan penerapan bisnis yang sesuai dengan nilai dan kaidah agama. Ada empat prinsip yang menjadi Key Success Factors (KSF) dalam mengelola suatu bisnis dalam endorsement, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang tinggi, yaitu: 1
1. Shiddi>q (benar dan jujur)
jika seorang pemimpin senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang kepemimpinannya haruslah menjiwai seluruh perilakunya 1
Infosky, “Kunci sukses Bisnis”, dalam
43
dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian dengan mitra bisnisnya.
2. Ama>nah (terpercaya, kredibel) artinya, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan kredibel, juga bermakna keinginan untuk untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah.
3. Fatha>nah (cerdas), dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan. Pemimpin yang fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya.
4. Tabli>gh (komunikatif), artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat ini akan menyampaikannya dengan benar dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-hikmah). Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah dipahaminya, berdiskusi dan melakukan presentasi bisnis engan bahasa yang mudah dipahami sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin kita sampaikan.
Di samping itu, ada beberapa karakteristik Endorsement Islam yang dapat menjadi panduan bagi para endorser sebagai berikut:
1. Ketuhanan (Rabba>niyah)
Salah satu ciri khas endorsement Islam adalah sifat yang religius. Kondisi ini tercipta keterpaksaan tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas endorsement agar tidak terperosok kedalam perbuatan yang tidak merugikan orang lain. Jiwa
44
seorang endorser muslim meyakini bahwa hukum-hukum syariah yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil, paling sempurna, paling selaras dalam bentuk kebaikan, paling dapat mencegah segala kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran, memusnahkan kebatilan, dan menyebarluaskan kemaslahatan. Karena merasa cukup akan segala kesempurnaan dan kebaikannya, dia rela melaksanakannya dari hati yang paling dalam, seorang endorser muslim menyakini bahwa Allah Swt selalu dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala macam bentuk bisnis. Dan Allah akan meminta pertanggungjawaban darinya atas pelaksanaan syariat tersebut kelak dihari kiamat. Allah SWT berfirman dalam surat al-Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi:
نَمَ�
ُهَرَي �ٗ ۡ�َخ ٍ�َّرَذ
َلاَقۡثِم ۡلَمۡعَ�
ۥ
٧
ُهَرَي �ّٗ َ� ٖ�َّرَذ
َلاَقۡثِم ۡلَمۡعَ� نَمَو
ۥ
٨
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya. Dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Diaakan melihat (balasan)nya pula”.2
Seorang endorser muslim akan menjalankan sebagai seorang pemasar, mulai dari melakukan strategi pemasaran, memilih-milih pasar (segmentasi), kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi fokusnya (targeting), hingga menetapkan identitas perusahaan yang harus senantiasa tertanam dalam benak pelanggannya (positioning). Pemasar juga harus menyusun taktik pemasaran, apa yang menjadi keunikan dari perusahaanya dibandingkan perusahaan lain (diferensial), begitu juga
45
dengan marketing mixnya dalam melakukan promosi, senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai relegius, di samping itu juga harus menempatkan kebesaran Allah di atas segala-galanya, apabila dalam melakukan proses penjualan
(selling), yang menjadi tempat seribu satu macam kesempatan untuk
melakukan kecurangan dan penipuan, kehadiran nilai-nilai relegius menjadi sangat penting.
Endosrement Islam harus memiliki value yang lebih tinggi. Ia harus
memiliki merek yang lebih baik, karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan dan bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat didalamnya. Endorser Muslim selain patuh kepada hukum-hukum syariah, juga senantiasa menjauhi segala larangan-laranganya dengan sukarela, pasrah, dan nyaman, didorong oleh bisikan dari dalam, bukan dari paksaan dari luar. Pelanggaran perintah dan larangan syariah, misalnya mengambi uang yang bukan haknya, memberi keterangan palsu, ingkar janji dan sebagainya, maka ia akan merasa berdosa, kemudian segera bertobat dan menyesali diri dari penyimpangan yang dilakukan. Ia akan senantiasa memeliharanya hatinya agar tetap hidup,dan memancarkan kebaikan dalam segala aktifitas bisnisnya. Endorsement Islam harus membentengi dirinya dengan nilai-nilai spiritual karena promosi atau
marketing harus akrab dengan penipuan, sumpah palsu riswah (suap),
korupsi.
2. Etika (Akhla>qiyyah)
Keistimewaan yang lain dari endorsement Islam selain karena teistis