PRAKATA
ميحرلا نمحرلا الله مسب
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ya Fattahu Ya „Aliim, Tuhan Seru Sekalian Alam. Puji syukur tiada terhingga penulis pohonkan ke hadirat Ilahi Rabbi yang telahmemberikan kemudahan, rahmat, taufiq serta hidayah Nya kepada kita, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini yangberjudul:UPAYA KEDISIPLINAN BELAJAR
PESERTA DIDIK DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MAN TEGALREJO DAN MAN 1 KOTA MAGELANG dengan penuh perjuangan, di selatanggung jawab kerja dan keluarga. Tesis ini bukan semata-mata penulis maksudkan sebagai formalitas untuk memperoleh gelar magister
saja, melainkan sebagai jembatan untuk memperoleh ilmu yang
multidimensi,integratif, interkonektif, dan multikultur baik itu ilmu agama maupun umum dari kampus IAIN SALATIGA tercinta ini agar nantinya dapat teraplikasi dengan baik dan berkah.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW, kepada para sahabat, dan keluarganya, yang telah mengajarkan keteladanan. Penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerja keras, bantuan doa, finansial, motivasi, dorongan semangat dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga dengan penuh ketulusan seraya teriring doa yang penulis tujukan kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Ag, selaku Rektor IAIN SALATIGA, beserta seluruh jajarannya.
2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M. Ag, selaku Direktur Pascasarjana yang
3. Bapak Hammam, S. Pd., M. Pd., Ph. D. selakuKetua Program Studi PAI. 4. Bapak Dr. H. Sa‟adi, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan ilmu, support dan kontribusi positif pada penulis tanpa batas (unlimited) dari penulis mengandung hingga melahirkan yang seakan berat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak/ Ibu dosenPPs IAIN SALATIGA dan seluruh karyawan yang telah memberikan pengetahuan, informasi dan pengalamannya kepada penulis selama proses pembelajaran baik indoor class maupun outdoor class.
6. Suami tercinta yang selalu memberi semangat dan doa, anak-anakku yang kubanggakan, orang tua, mertuaku dan keluarga besar serta orang-orang terdekatku, yang selalu mengiringi doa, support serta motivasi kepada penulis selama menjalani kuliah dan menapaki hidup lebih berarti dan berkah.
7. Bapak Kepala Madrasah MAN Tegalrejo dan MAN 1 Kota Magelang dan seluruh Asatid wal Ustadah, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis serta data- data yang penulis butuhkan untuk melaksanakan penelitian di madrasah tersebut tanpa batas.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI Angkatan 2013/2014, yang telah berbagi ilmu, berkumpul bersama dan saling mendoakan, saling memberi semangat, membantu editing dalam penyelesaian tesis ini dengan penulis melalui diskusi-diskusi intens, baik di dalam kelas maupun di luar kelas tanpa kenal lelah.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari penuh (kamil). Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, terutama bagi sekolah-sekolah dalam menanamkan pendidikan karakter kedisiplinan dan tanggung jawab bagi peserta didik.
Salatiga, 15Juni 2017 Penulis
ABSTRAK
UPAYA KEDISIPLINAN BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM
MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MAN TEGALREJO
DAN MAN 1 KOTA MAGELANG
Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, mendeskripsikan bagaimana upaya kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan di MAN Tegalrejo Kab. Magelang. Kedua, mengetahuiupaya
pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu
pembelajaran di MAN 1 Kota Magelang. Ketiga, untuk mengetahui apa sajakah faktor pendukung dan penghambat implementasi pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MAN Tegalrejo dan MAN 1 Kota Magelang tersebut.
Penelitian ini berorientasi pada penelitian lapangan (field
research).Berupa penelitian yang bersifat deskriptif non statistic sebagai upaya untuk menggambarkan gejala, peristiwa atau kejadian yang aktual pada objek yang diteliti.Hasil penelitian ini menunjukkan.Pertama, upaya yang dilakukan di MAN Tegalrejo dengan cara mendisiplinkan peserta didik untuk menaati tata tertib madrasah dan kesiapan program dan pelaksanaannya.Kedua, upaya di MAN 1 Kota Magelang melalui kedisiplinan akademik dengan cara pemenuhan hak dan kewajiban peserta didik, selama kegiatan di madrasah, kegiatan pengurus kelas dan kelompok belajar, dan kelengkapan prasarana kelas. Selain itu diterapkan juga kedisiplinan tersembunyi (hidden dicipline) yaitu kedisiplinan dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan sanksi-sanksi. Ketiga, faktor pendukung di MAN Tegalrejo yaitu: Adanya tata tertib ketika pembelajaran dan di luar jam pembelajaran baik kegiatan secara akademik maupun non akademik, adanya kesiapan program pembelajaran peserta didik melalui tiga fase (tahap persiapan, tahap inti, dan tahap evaluasi). Sedangkan di MAN 1 Kota Magelang yaitu: adanya fasilitas atau sarana (hardware), adanya kerjasama antara BK dengan wali kelas dalam problem solving, terjalinnya hubungan harmonisantara guru dengan peserta didik, antara guru dengan anggota madrasah lainnya, memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi serta beasiswa selama belajar di madrasah tersebut agar kedisiplinan terbentuk dan terinternalisasi dalam diri peserta didik serta memantau aktivitas mereka dengan melakukan kerjasama antara pihak madrasah dan orang tua.
kurangnya perhatian orang tua terhadap kedisiplinan belajar siswa ketika di rumah dan faktor lingkungan perkotaan. Sehingga berimbas pada kedisplinannya di madrasah serta kurang terkontrolnya peserta didik dalam belajar karena habituasi atau kebiasaan kurang baik yang mereka lakukan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………..………..……i
HALAMAN PENGESAHAN………...………...ii
HALAMAN PERNYATAAN………...……...iii
ABSTRAK ………...…………...iv
PRAKATA ………...vi
DAFTAR ISI………..………...vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...…...…...1
B. Rumusan Masalah ………...…...6
C. Signifikansi Penelitian (Tujuan dan Manfaat Penelitian) ...7
1. Tujuan Penelitian………...7
2. Manfaat Penelitian...……….8
3. Kajian Pustaka...8
4. Metode Penelitian………11
5. Sistematika Penulisan...……...15
BAB II LANDASAN TEORI A. Kedisiplinan………..……….16
1. PengertianKedisiplinan...16
2. Fungsi Kedisiplinan…. ...18
3. Jenis Kedisiplinan Belajar ...20
B. Mutu Pembelajaran.. ...21
2. Konsep Pembelajaran. ... 25
3. Mutu Pembelajaran ... 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 33
A. Tinjauan Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang ... 33
1. Sejarah Berdirinya Tegalrejo Magelang ... 33
2. Letak Geografis ... 37
3. Sarana Prasarana ... 38
4. Prasarana Fisik ... 38
5. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Tegalrejo Magelang ... 39
6. Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan beserta Siswa MAN Tegalrejo ... 43
7. Tugas dan Tata Tertib Guru MAN Tegalrejo ... 45
8. Hak dan Kewajiban Peserta Didik MAN Tegalrejo ... 47
B. Tinjauan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang ... 48
1. Sejarah Berdirinya dan Letak MAN 1 Kota Magelang ... 48
2. Jumlah Siswa MAN 1 Kota Magelang ... 51
3. Data Rombongan Belajar... 51
4. Letak Geografis ... 52
5. Pengelolaan dan Pemanfaat Perkantoran ... 52
6. Visi dan Misi ... 56
8. Tugas dan Tata Tertib Guru MAN 1 Kota Magelang ... 62 BAB IV ANALISA DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 73
A. Upaya Pengembangan Kedisiplinan Belajar Peserta Didik
dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MAN Tegalrejo ... 73 1. Kedisiplinan Peserta Didik Selama Pembelajaran di
MAN Tegalrejo Magelang dengan Cara Mematuhi
Tata Tertib Ketika Pembelajaran Berlangsung... 74 2. Kedisiplinan Peserta Didik Selama Pembelajaran di MAN
Tegalrejo Magelang dengan Cara Mematuhi TataTertib
Ketika di Luar Pembelajaran Berlangsung... 75 3. Upaya Kedisiplinan Melalui Organisasi Kelas... ... 76 4. Upaya Kedisiplinan Melalui Program Pembelajaran Peserta
Didik di MAN Tegalrejo... 82
B. Upaya Pengembangan Kedisiplinan Belajar Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MAN 1 Kota Magelang 85
1.
Kedisiplinan Akademik Melalui Upaya Pemenuhan Hakdan Kewajiban Peserta didik di MAN 1 Kota Magelang... 85
2.
Kedisiplinan Tersembunyi (Hidden Dicipline)... 873.
Sanksi-sanksi... 89 4. Implementasi pengembangan kedisplinan di MAN Tegalrejoi. Faktor -Faktor Pendukung dan PenghambatUpaya Pengembangan Kedisiplinan Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Kegiatan
Pembelajaran di MAN Tegalrejo dan di MAN 1 Kota Magelang 92
i. Faktor Pendukung Upaya Pengembangan Kedisiplinan Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di MAN Tegalrejo Magelang... 92
2. Faktor Penghambat Upaya Pengembangan Kedisiplinan Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di MAN Tegalrejo Magelang... 93
3. Faktor Pendukung Upaya Pengembangan Kedisplinan Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di MAN 1 Kota Magelang... 97
4. Faktor Penghambat Upaya Pengembangan Kedisiplinan Peserta Didik dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di MAN 1 Kota Magelang... 98
LAMPIRAN... ... 106
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Telaah Pustaka ... 14
Tabel 2.2 Hasil Uji Hipotesis ... 44
Tabel 3.1 Variabel dan indikator penelitian ... 53
Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif Gender ... 70
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif Usia ... 70
Tabel 4.3 Uji Statistik Deskriptif Pendidikan Terakhir ... 71
Tabel 4.4 Uji Statistik Deskriptif Masa Kerja ... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ... 73
Tabel 4.7 Uji Regresi Linear Berganda ... 75
Tabel 4.8 Uji Ttest ... 76
Tabel 4.9 Uji Ftest ... 77
Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 78
Tabel 4.11 Uji Hasil R2 Regresi Utama... 79
Tabel 4.12 Perbandingan r2 dan R2 ... 79
Tabel 4.13Uji Heteroskendastisitas ... 80
Tabel 4.14 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 82
Tabel 4.15 Uji Linearitas... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 42
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNI Syariah Cabang Semarang ... 65
Gambar 4.2 Grafik Histogram ... 81
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan proses interaksi edukatif antara siswa dan guru. Dikatakan sebagai interaksi edukatif karena di dalam pembelajaran berkaitan dengan penyampaian ilmu pengetahuan oleh guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran.Oleh karena itu, pembelajaran diharapkan dapat bermuara pada tujuan belajar yang sesungguhnya sehingga membuahkan hasil yang optimal atau prestasi belajar yang diinginkan.Disiplin dalam belajar merupakan salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap siswa agar dapat tercapai tujuan belajar di sekolah. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah masih sering ditemukan di lingkungan sekolah seperti siswa membolos pada saat jam belajar, menyontek, mencuri, berkelahi, dan lain-lain.
Disiplin merupakan kunci sukses bagi kegiatan belajar siswa di sekolah, karena dengan disiplin maka setiap siswa akan menciptakan rasa nyaman serta aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di lingkungan sekolah.Disiplin yang dikehendaki disini adalah disiplin yang muncul karena kesadaran bukan karena paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan karena siswa telah menyadari bahwa hanya dengan disiplin akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal, dengan disiplin akan dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain dapat mengaguminya.
Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran menurut penulis adalah sebagai berikut :
1. Disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, dengan kata lain disiplin akan menimbulkan rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan.
2. Disiplin dapat dijadikan upaya untuk menanamkan kerja sama baik antar sesama siswa di sekolah, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3. Disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
5. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses pembelajaran pada khususnya.
Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri siswa tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru di sekolah, melalui penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah secara baik dan benar.
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa : ”Peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa”. Antara peraturan dan tata tertib merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun di luar kelas.1
Selain penegakan peraturan diperlukan juga adanya penguasaan konsep diri yang baik pada diri siswa, karena tanpa konsep diri yang baik mungkin siswa akan mematuhi atau menaati peraturan yang berlaku di sekolah akan tetapi secara terpaksa, karena sikap tersebut muncul bukan dari kesadaran diri siswa melainkan sikap tersebut muncul akibat paksaan untuk mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.
Penguasaan konsep diri pada siswa serta diimbangi dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak sekolah, merupakan suatu aspek yang mampu memaksimalkan tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar.
MAN Tegalrejo dan MAN Kota Magelang merupakan salah satu sekolah yang mengharapkan siswa-siswanya agar dapat menerapkan sikap disiplin dalam
1
belajar karena disiplin merupakan kunci sukses belajar, akan tetapi pada kenyaataanya masih ada saja siswa yang sikap disiplin belajarnya masih rendah, masih ada siswa yang tidak masuk ke sekolah tanpa keterangan (Alpa).Hal ini tergambar dalam tabel 1 daftar siswa yang diwakili kelas X berikut:
Tabel. 1
Data Absensi Siswa Kelas X Tanpa Keterangan (Alpha) Madrasah AliyahNegeri Tegalrejo Tahun Ajaran 2015/2016
No Kelas Aliyah Negeri Kota Magelang Tahun Ajaran 2015-2016 sebagaimana tabel. 2
5 X IPA 1 7 9 18 - 19 - 52
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di Madrasah Aliyah
Negeri Tegalrejo dan MAN Kota Magelang keduanya sama–sama
menggunakan buku saku sebagai alat pengukur ketertiban siswa,sehingga dapat diketahui siswa–siswa yang tidak mentaati peraturan seperti perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama antara lain datang terlambat, berpakaian seenaknya, potong rambut yang tidak sesuai, mengucapkan kata-kata kasar dan jorok dalam pergaulan dengan temannya, sholat tidak tepat waktu, pada saat bertemu dengan guru siswa enggan mengucapkan salam terutama pada guru yang tidak mengajar di kelasnya. Sikap kedisiplinan yang dikaji dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan mutu belajar siswa.Sikap kedisiplinan tergantung pada pelaksanaan tata tertib dan sikap perilaku siswa
itu sendiri. Hal
initercermindalampendidikannasionalyaituuntukberkembangnyapotensipesert adidik agar menjadimanusia yang berimandanbertakwakepadaTuhan Yang
MahaEsa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiridanmenjadiwarga Negara yang demokratissertabertanggungjawab.2
2
Bentukusaha yang dilakukan Madrasah dalammeningkatkansikapkedisiplinansiswaadalahdenganmemberikanbukusak
usebagaipengukurkedisiplinansiswa.Dalambukusakuiniterdapat point-point
jenisaturan yang dapat menciptakandanmembangunsikapkedisiplinansiswa,
diantaranyaadalahdatangtepatwaktu, berpakaianlengkap, tidakmencuri,
dantidakmencemarkannamabaik
madrasah.Dalamupayameningkatkanmutukedisiplinan Pendidikan Agama Islam jugadijadikantolakukurdalammembentukwatakdan pribadi pesertadidik, sertamembangun moral bangsa (nation character building).3
Berdasarkanuraiandiatas makamendorongpenulis untukmengungkap penelitian lebih jauhtentangupayapengembangan kedisiplinan terhadap mutuPembelajaran siswa MAN Tegalrejodan MAN Kota Magelang.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan peraturan kedisiplinan maka Madrasah
memberikan aturan tata tertib yang harus ditaati oleh siswa. Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan ini maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam ketertiban untuk meningkatkan kegiatan Pembelajaran di MAN Tegalrejo Magelang dan MAN kota Magelang.
3
Muhammad Alim, PendidikanAgama Islam: UpayaPembentukanPemikirandan Kepribadian Muslim,
2. Pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam kerajinan mengerjakan tugas sekolah untuk meningkatkan kegiatan Pembelajaran di MAN Tegalrejo dan MAN kota Magelang.
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka penulis dapat mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam peningkatan mutupembelajaran di MAN Tegalrejo MagelangdanMAN 1 Kota Magelang?
2. Apasajakah faktor pendukung dan penghambat implementasi
pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam peningkatan mutu pembelajaran di MAN Tegalrejo Magelang dan MAN 1 Kota Magelang? C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan-Tujuan Penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui upaya pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutupembelajaran di MAN Tegalrejo Magelang dan MAN 1 Kota Magelang.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam peningkatan mutu pembelajaran di MAN Tegalrejo Magelang dan MAN 1 Kota Magelang.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan literatur tentang upaya pengembangan kedisiplinan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa disekolah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi sekolah, sebagai masukan yang konstruktif bagi kedisiplinan dan prestasi belajar siswa sehingga dapat tercipta suasana yang tertib.
2) Bagi guru, dapat memudahkan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari upaya penerapan kedisiplinan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3) Bagi masyarakat umum, sebagai salah satu wawasan akan
pentingnya upaya pengembangan kedisiplinan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. D. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh M. Taufiqurrahman, dalam tesisnya yang berjudul “hubungan kedisiplinan siswa terhadap tata tertib sekolah, prestasi,belajar kognitif pendidikan Agama Islam, dan sikap
siswa terhadap tata tertib dengan prestasi belajar kognitif PAI dan adanya hubungan positif.4
Tesis Yuli Nasriati Yang berjudul “ Implementasi Punishment
dalam Pendidikan Islam (Studi di SMA IT Abu Bakar, Yogyakarta)”
Penelitian tersebut menyimpulkan Implementasi Punishment di SMA IT Abu Bakar telah terlaksana baik serta tujuan jelas dan pola yang disesuaikan dengan ritual kepribadian dan cinta kasih yang dikondisikan dengan prinsip keteladanan, membimbing, membentuk nilai moral dan pemberi reword kemudian timbul kesadaran sendirinya untuk mentaati aturan – aturan yang ada serta kedisiplinan tinggi.5
Tesis Sobirin yang berjudul “Pengaruh dan Motivasi Kedisiplinan
Terhadap Kepuasan Siswa SMK Negeri 1 Pemalang. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap kepuasan siswa SMK Negeri 1 Pemalang dengan koefisien determinasi sebesar 11,76%, dan ada pengaruh secara simultan (bersama) yang signifikan motivasi dan kedisiplinan terhadap kepuasan siswa SMK Negeri 1 Pemalang dengan koefisien determinasi sebesar 33,8%, sisanya sampai 100% kepuasan siswa dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian.6
4M .TaufiqurRahman ,“
Hubungan Kedispilnan Siswa Terhadap Tata Tertib Sekolah Prestasi Belajar Kognitif Pendidikan Agama Islam dan Sikap Keberagaman Siswa di SMAN I Pabelan Kab. Semarang”,Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN SunanKalijaga , 2006,8.
5
YuliNasriati, “Implementasi Punishment dalamPendidikan Islam (Studi di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta)”, Tesis,Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN SunanKalijaga, 2006,8.
6Sobirin, “
Penelitian Nurkholis yang berjudul “Hubungan Antara Sikap Dan Disiplin Siswa Dengan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Di MTS Nurul Hikmah
Barupring Kabupaten Brebes”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Diperoleh nilai R Square = 0,538 yang berariti hasil belajar siswa sebesar 53,8% dipengaruhi oleh factor sikap siswa. Nilai sig = 0,000 = % (di bawah 5%) menunjukkan ho ditolak, berarti ada hubungan positif antara sikap siswa terhadap hasil belajarnya. Persamaan regresinya : Y = 8,131 = 0,813 X2. 3) Diperoleh nilai R square = 0,601 yang berarti hasil
belajar siswa sebesar 60,1% dipengaruhi oleh factor sikap dan disiplin siswa secara bersama – sama. Nilai sig = 0,000 = 0% (di bawah 5%) menunjukkan Ho ditolak, berarti ada hubungan positif antara sikap dan disiplin siswa secara bersama – sama terhadap hasil belajarnya. Persamaan regresinya Y = - 48,959 +0,822X1 + 0,396 X2.7
Penelitian Basiran yang berjudul “Pengelolaan Kedisiplinan Siswa
(Studi Situs : SMA I Tunjungan, Blora )”. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedisiplinan dapat menciptakan ketertiban di berbagai bidang khususnya di bidang pendidikan.8
E. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif artinya penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara obyektif dan detai untuk mendapatkan
7Nurkholis, ”Hubungan Antara Sikap d
an Disiplin Siswa Dengan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Di MTS Nurul Hikmah Barupuring Kabupaten Brebes”, Tesis, Cirebon: Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati,2012, 23.
8Basiran, ”
hasil yang akurat. Penelitian yang dilaksanakan di lapangan adalah meneliti masalah yang sifatnya kuallitatif, yakni prosedur data yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju untuk memperoleh data yang benardan terpercaya tentang upaya pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar madrasah aliyah di MAN Tegalrejo dan MAN Kota Magelang.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju untuk memperoleh data yang benardan terpercaya tentang upaya pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu kegiatan Pembelajaran madrasah aliyah di MAN Tegalrejo dan MAN Kota Magelang. Yakni sebuah prosedur data yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif artinya penulis menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan detail untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Peneliti mangambil dua MAN yaitu MAN Tegalrejo yang terletak di wilayah Kabupaten Magelang, tepatnya di Jalan Kyai Abdan No 4 sebelah selatan kantor Pusdik Kecamatan Tegalrejo Magelang dan sebelah utara terminal Tegalrejo. Sedangkan MAN 1 Kota Magelang yaitu berada di wilayah Kota, tepatnya di Jalan Raya Payaman KM.1 ke utara arah Kota Magelang ke Semarang di sebelah selatan Ponpes Payaman.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ilmiah banyak cara yang dipakai untuk pengumpulan data. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode ini penulis gunakan untuk mengamati bagaimana kegiatan belajar mengajar di madrasah apakah siswa sudah membawa buku saku semua, apakah siswa sudah mentaati peraturan yang ada di buku saku tersebut. Kemudian penulis mendapatkan data yang berupa daftar kehadiran siswa sehingga dapat diketahui data siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir baik karena sakit, ijin, dan tanpa keterangan atau alpha.
b. Metode Interview
buku saku. Dan dapat diketahui ketika guru memperkenalkan dan menjelaskan tentang fungsi buku saku tersebut terhadap siswa. Akhirnya dapat diketahui hasil dari aturan buku saku yang diterapkan dan melalui prosedur itulah akan diketahui penggunaan buku saku terhadap siswa.
c. Metode Dokumentasi
Metode ini penulis gunakan untuk mengamati siswa dan mendapatkan data-data tertulis yang diinginkan peneliti untuk mencari tahu rancangan program pengembangan kedisiplinan dengan mengumpulkan data dan informasi tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga menghasilkan data berupa daftar kehadiran, tata tertib dan buku saku.
4. Metode Analisis Data
Menurut Bodgan dan Biklen (1982) yang dikutip Lexy J Moleong Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.9
9
Untuk menganalisis data agar lebih mudah dalam mengambil kesimpulan maka dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan secara berkesinambungan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Tahap pertama adalah melakukan reduksi data, yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data. Dalam penelitian ini nantinya dilakukan reduksi data menyangkut upaya pengembangan kedisiplinan belajar peserta didik dalam meningkatkan mutu kegiatan pembelajaran di MAN Tegalrejo dan MAN 1 Kota Magelang.
Tahap kedua adalah melakukan penyajian data. Penyajian data yang dimaksudkan adalah menyajikan data yang sudah diedit dan diorganisasi secara keseluruhan dalam bentuk naratif deskriptif.
Tahap ketiga adalah melakukan penarikan kesimpulan yaitu merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap reduksi dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, dalam hal ini penulis mengkaji sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.
BAB I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. Pada bab ini lebih banyak memberikan tekanan pada teori kedisiplinan dalam kaitannya dengan mutu kegiatan Pembelajaran.
BAB III. Pada bab ini dikemukakan tentang bentuk gambaran umum MAN Tegalrejo dan MAN 1 Kota Magelang.
BAB IV. Pada bab ini berisi pemaparan data beserta analisis kritis tentang pengaruh upaya penerapan kedisiplinan terhadap mutu Pembelajaran siswa di kedua madrasah tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata sifat yaitu disiplin yang diberi imbuhan yaitu Ke-an. Disiplin secara etimologi berasal dari kata disciple (disipiline) yang mempunyai makna mengajari atau mengikuti pemimpin yang dihormati.10
Menurut Prijadaminto “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan pada Tuhan, keteraturan dan ketertiban dalam memperoleh ilmu”.11
Kedisiplinan dalam perspektif Kadir merupakan kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan atau pengendalian. Kedua disiplin yang bertujuan mengembangkan watak agar dapat mengendalikan diri, agar berperilaku tertib dan efisien.12 Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
10
Kenneth W. Requene, Strategi Jitu Membangun Disiplin Anak, Jakarta: Pustaka Raya, 2005, 122.
11
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: PT. Pratnya Pramito, 2004, 5-6.
12
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.13
Disiplin berarti adanya kesediaan untuk memahami peraturan-peraturan atau larangan yang telah ditetapkan. Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.14 Jadi disiplin adalah kesediaan untuk taat terhadap peraturan atau tata tertib yang telah diberlakukan dengan kesadaran tanpa adanya paksaan. Sedangkan disiplin menurut Djamarah adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.15 Kedisiplinan menurut penulis mempunyai peranan urgen dalam mencapai tujuan pendidikan. Berkualitas atau tidaknya belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan, disamping faktor lingkungan, baik keluarga, sekolah, kesadaran berkarakter baik,tanggung jawab serta bakat siswa itu sendiri.
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih
13
Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: PT. Pratnya Pramito, 2004, 23.
14
Abdurrahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, 126.
15
memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian disiplin menurut beberapa ahli.
Menurut Arikunto didalam pembicaraan disiplin dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.16
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disisplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat.
2. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin di kalangan masyarakat pada umumnya antara lain:17
a. Menata kehidupan bersama
Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
16
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990, 114.
17Tulus Tu‟u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.
Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
3. Jenis-jenis Disiplin Belajar
Disiplin belajar dapat dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu:18
a. Disiplin Sikap Belajar
Disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran sendiri unuk tercapai suatu tujuan perturan itu dengan perubahan sikap atau tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar seseorang.
b. Disiplin Tanggung Jawab Belajar
Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggung jawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggung jawab sebagai pelajar dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh tanggung jawab saat menerima tugas dari seorang gurunya.
Menurut Cece Wijaya bahwa disiplin tanggung jawab adalah sesuatu yang terletak didalam hati dan jiwa manusia yang mendorong
18
bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagai mana yang ditetapkan peraturan oleh pihak yang bersangkutan. Sedangkan Sofchah Sulistyowati menyebutkan agar seorang pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin dalam hal-hal sebagai berikut:19
1) Disiplin dalam menepati jadwal belajar.
2) Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda
waktu belajar.
3) Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.
4) Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.
B. Mutu Pembelajaran
1. Konsep Mutu
Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang
atau jasa yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan
yang diharapkan oleh pelanggan.20 Mutu atau kualitas menitikberatkan fokusnya pada kepuasan pelanggan (konsumen). Barang atau jasa yang
dihasilkan diupayakan agar sesuai dengan keinginan pelanggan.
19
Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, Pekalongan: Cinta Ilmu, 2002, 3.
20
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu diartikan sebagai
ukuran baik atau buruk suatu benda, taraf atau derajat. Pengertian mutu
tersebut lebih mengedepankan mutu sebagai mutu barang atau jasa. Barang
atau jasa yang bemutu berarati juga bermutu tinggi. Menurut Sallis mutu
adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yangmembantu institusi untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.21
Menurut Engkoswara mutu bukanlah konsep yang mudah untuk
didefinisikan apalagi untuk mutu jasa yang dapat dipersepsi secara
beragam. Mutu dapat didefinisikan beragam berdasarkan kriterianya
sendiri seperti:22
a. Melebihi dari yang dibayangkan dan diinginkan;
b. Kesesuaian antara keinginan dan kenyataan;
c. Sangat cocok dengan pemakaian;
d. Selalu ada perbaikan dan penyempurnaan;
e. Dari awal tidak ada kesalahan;
f. Membahagiakan pelanggan;
g. Tidak ada cacat atau rusak.
Dalam tataran abstrak mutu telah didefinisikan oleh dua pakar
penting bidang mutu yaitu Joseph Juran dan Edward Deming. Mereka
berdua telah berhasil menjadikan mutu sebagai mindset yang berkembang
terus dalam kajian managemen, khususnya managemen mutu. Menurut
21
Sallis. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI,Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta,2010,295.
22
Juran, mutu adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini
berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang
diperlukan atau diharapkan oleh pengguna, lebih jauh Juran
mengemukakan lima dimensi mutu yaitu rancangan (design), kesesuaian
(conformance), ketersediaan (availability), keamanan (safety), serta guna
praktis (field use).23
Prinsip mutu merupakan sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini
memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Terdapat delapan prinsip mutu
menurut ISO Tim Dosen, yaitu:24
a. Customer focused organization (fokus pada pelanggan);
b. Leadership (kepemimpinan);
c. Involvement of people (keterlibatan orang-orang);
d. Process approach (pendekatan proses);
e. System approach to management (pendekatan sistem dalam manajemen);
f. Continual invorentment (peningkatan secara berkelanjutan);
g. Factual approach to decision making (pendekatan faktual dalam
pengambilan keputusan);
h. Mutually beneficial supplier relationship (hubungan yang saling
menguntungkan dengan supplier).
23
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, Malang: UIN Maliki Press, 2010, 78.
24
Ridwan memaparkan bahwa ukuran variable manajemen mutu dilihat
dari perilakunya dalam mewujudkan pelayanan kepada stakeholder. Masih
menurut Riduwan, dimensi variabelmanajemen mutu yaitu perencanaan
strategis untuk mutu, penerapan pengelolaan mutu, serta peningkatan
pelayanan mutu.
Berdasarakan beberapa penjelasan di atas, jadi dapat disimpulkan bahwa
mutu dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu secara absolut dan secara
relatif.Secara absolut dilihat dari sudut pandang pemberi layanan (barang atau
jasa) yaitu mengenai ukuran tertentu yang sudah ditentukan. Sedangkan mutu
secara relativ dilihat dari sudut pandang pengguna layanan (konsumen) yaitu
ukuran kepuasan terhadap kualiatas barang atau jasa. Jika ditarik sebuah
benang merah, maka pada dasarnya mutu absolut juga menyangkut kepuasan
pelanggan. Hal ini karena ukuran terbaik yang ditetapkan pada dasarnyauntuk
memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Konsep Pembelajaran
Menurut Surya, dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Lebih lanjut Surya
memaparkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalaminteraksi
dengan lingkungannya.25
Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik menjadi sangat
penting dalam pembelajaran karena tanpa adanya interaksi edukatif poses
pembelajaran tidak akan efektif. Hal ini karena komunikasi yang dihasilkan
hanya satu arah yaitu dari pendiidik kepada peserta didik. Dalam
UU No.20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasonal Pembelajaran adalah
Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Apabila
dicermati interaksi siswa dapat dibina dan merupakan bagian dari proses
pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Corey dalam Syaiful Sagala
dikatakan bahwa :26
“Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu.”
Pembelajaran bukan hanya berarti transfer informasi dari, tetapi
bagaimana membuat peserta didik agar bisa belajar secara maksimal. Peran
guru tentu saja bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi sebagai
pembimbing dan pelayan siswa. Pembelajaran merupakan upaya guru untuk
25
Surya, M., Psikologi Pembelajran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003, 11.
26Sagala, S.,
membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa)
belajar.
Sa‟ud memaparkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Oleh karena itu pembelajaran sebagai suatu proses harus dirancang,
dikembangkan dan dikelola secra kreatif, dinamis, dengan menerapkan
pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
kondusif bagi siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif dalam
menyususn rencana pembelajaran yang akan diaplikasikannya dalam proses
pembelajaran. Variasi model pembelajaran harus dikuasai oleh guru dan tentu
saja disesuaikan dengan materi pelajarannya.27
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan
proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran
adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Carl R. Roger
(Riyanto) berpendapat bahwa pada hakikatnya seorang pendidik adalah
seorang fasilitator. Ia menfasilitasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
dalam proses pembelajaran.28
27
U.S.Sa‟ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010, 124.
28
Konsep pembelajaran berbeda dengan pengajaran. Pembelajaran bukan
hanya transfer informasi dari guru kepada siswa tapi lebih luas. Hal ini sesuai
dengan visi pendidikan UNESCO (Indra Jati ) yaitu:
a. Learning to think (belajar berpikir);
b. Learning to do (belajar berbuat/hidup);
c. Learning to live together (belajar hidup bersama);
d. Learning to be (belajar menjadi diri sendiri).
Proses pembelajaran yang baik dilaksanakan dengan metode Learning
by doing. Halini dilakukan guna mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan
suatu sistem pendidikan dan pembelajaran yang mengembangkan cara berpikir
aktif positif dan keterampilan yag memadai.29
3. Mutu Pembelajaran
Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses
belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan nilai-nilai,
kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai perilaku
yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke
angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini
mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu guru, kepala
sekolah, staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang
29
kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah
peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan
menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan
komponen-komponen yang membentuk sistem pendidikan, lebih rinci
Syaodih S. mengemukakan bahwa komponen input diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu:30Raw input, yaitu siswa yang meliputi intelek, fisik-kesehatan, sosial-afektif dan peer group.Instrumental input, meliputi kebijakan
pendidikan, program pendidikan (kurikulum), personil (Kepala sekolah, guru,
staf TU), sarana, fasilitas, media, dan biaya. Environmental input, meliputi
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat, dan lembaga sosial,
unit kerja.
Komponen proses menurut Syaodih S., dkk meliputi pengajaran,
pelatihan, pembimbingan, evaluasi, ekstrakulikuler, dan pengelolaan.
Selanjutnya output meliputi pengetahuan, kepribadian dan performansi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran
merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang dapat menentukan
keberhasilan pembelajaran dan mutu pendidikan. Oleh karena itu untuk
memperoleh mutu pendidikan yang baik, diperlukan proses pembelajaran
yang berkualitas pula.31
30
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2005.
31
Dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas,
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai penjabaran lebih lanjut dari
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya memuat
tentang standar proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud
dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih jelas
menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat
dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.32
Mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai
baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap,
perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan
pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya tergantung pada
mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang
berlangsung hingga membuahkan hasil.
32
Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru
dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki
oleh guru yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, proses pembelajran,
serta evaluasi pembelajaran.Mutu pembelajaran adalah ukuran yang
menunjukkan seberapa tinggi mutu interaksi guru dengan siswa dalam
proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.
Proses interaksi ini dimungkinkan karena manusia merupakan makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Surakhmad
memberikan pengertian bahwa interaksi dalam pendidikan disebut dengan
interaksi edukatif, yaitu interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan. Kegiatan belajar mengajar tersebut dilaksanakan dalam
suasana tertentu dengan dukungan sarana dan prasarana pembelajaran
tertentu tertentu pula. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran
sangat tergantung pada guru, siswa, sarana pembelajaran, lingkungan
kelas, dan budaya kelas. Semua indikator tersebut harus saling
mendukung dalam sebuah sistem kegiatan pembelajaran yang bermutu.
Dalam proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input
pembelajaran seperti, siswa (kognitif, afektif, atau psikomotorik), bahan ajar,
metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan
administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan
suasana yang kondusif. Mutu proses pembelajaran ditentukan dengan metode,
input, suasana, dan kemampuan melaksanakan manajemen proses
seberapa besar kemampuan memberdayakan sumber daya yang ada untuk
siswa belajar produktif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensinkronisasi berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen
dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas maupun di luar kelas, baik konteks kurikuler maupun
ekstrakurikuler, baik dalam lingkup subtansi yang akademis maupun yang non
akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.
Pembelajaran yang bermutu dihasilkan oleh guru yang bermutu pula.
Kecakapan guru dalam mengelola proses pembelajran menjadi inti
persoalannya. Tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran sedikitnya harus
meliputi fase-fase berikut :33
1. Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Memilih dan melaksanakan metode yang tepat dan sesuai materi
pelajaran serta memperhitungkan kewajaran metode tersebut dengan
metode-metode yang lain.
3. Memilih dan mempergunakan alat bantu atau media guna membantu
tercapainya tujuan.
4. Melakukan penilaian atau evaluasi pembelajaran
Hal-hal di atas menjadi tugas guru. Guru dituntut untuk mempunyai
kecakapan dan pengetahuan dasar agar mampu melaksankaan tugasnya secara
profesional.
33
Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang efektif yang
pada intinya adalah menyangkut kemampuan guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan
sangat menentukan mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Mutu pembelajaran pada hakikatnya menyangkut mutu proses dan
mutu hasil pembelajaran. Hadits menjelaskan bahwa mutu proses
pembelajaran diartikan sebagai mutu aktivitas pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru dan peserta didik di kelas dan tempat
lainnya.Sedangkan mutu hasil pembelajaran adalah mutu aktivitas
pembelajaran yang terwujud dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai
oleh peserta didik berupa nilai-nilai.34
34
BAB III
DESKRIPSI DATA PENELITIAN
DI MAN TEGALREJO DAN MAN 1 KOTA MAGELANG
A.Tinjauan Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang
5. Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo yang berada di Jalan Kyai Abdan (Pusdik) Dlimas Tegalrejo bermula dari pendidikan Guru Agama Nahdlotul Ulama 4 tahun. Madrasah ini didirikan atas ide dan arahan dari bapak K.H. Chudlori yang selanjutnya dikelola di bawah naungan sebuah Yayasan yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) Tegalrejo. Yayasan tersebut bergerak di bidang dakwah dan pendidikan dengan Akte Notaris nomor 14 tanggal 22 Juni 1972.35
Kepengurusan Yayasan ini meliputi :
a. Ketua : K. H. Siradj Abdan
b. Sekretaris I : Zarqoni
Sekretaris II : K. H. Rochmatullah Abdan
c. Bendahara I : Dulkarnaen
e. Badan Pengurus : Muhammad AR K.Ismail
Muh Chalil
f. Badan Penasehat : K. Idris Abdan
K. Thoyib Ahmadi M. Hasjim
g. Seksi Pendidikan : A. Hartanto, BA.
h. Seksi Dakwah : K.M. Salihun
Pada mulanya yayasan ini mempunyai :
a. 21 Raudhatul Athfal
b. 20 madrasah Ibtidaiyah
c. 2 Madrasah Tsanawiyah
Pada tanggal 7 April 1979 segenap pengurus yayasan mengadakan musyawarah bersama Muspika dan sepakat mendirikan Madrasah Aliyah Yakti sebagai upaya untuk mencukupi dan menampung siswa tamatan SMP dan MTs yang ada. Pada tanggal 3 Juli 1979 secara resmi berdirilah MA Yakti dengan nomor/ragam LK/3C/075/MA/81 dengan kepala madrasah yang pertama adalah Bapak K.H. Idris Abdan dan wakilnya Bapak Sumarmo, BA., dengan jumlah murid 23 anak pada tahun pertama. Pada tahun kedua mencapai 36 siswa, tahun ketiga 68 siswa, dan tahun keempat 77 siswa.36
Tahun 1983 kepala madrasah dipegang oleh bapak Sumarmo, BA. Dengan jumlah siswa 123 anak. Tahun 1984 merupakan puncak banyaknya siswa yakni 143 siswa. Setelah itu jumlah siswa mulai menurun bahkan tahun 1988 jumlah siswa seluruhnya hanya 112 anak.
Dalam rangka memantapkan keberadaan MA Yakti Tegalrejo, yayasan mengajukan Filialitas MA ke MAN Parakan Temanggung dengan surat permohonan yang ditanda tangani oleh ketua K.Siradj Abdan, BA. Dan sekretaris M. Mahfudz pada tanggal 20 Desember 1982, sehingga pada tanggal 3 Maret 1984 MA Yakti Tegalrejo dinyatakansebagai MAN Filial Parakan Temanggung Filial Tegalrejo Kabupaten Magelang oleh
Menteri Agama dengan Surat Keputusan Menteri Nomor :
KEP/E/Pgm.6/54/1984.37
Untuk menuju Madrasah yang mandiri pemerintah Cq Departemen Agama RI menegerikan Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Filial Tegalrejo menjadi MAN Tegalrejo kabupaten Magelang dengan keputusan Menteri Agama RI : Nomor : 17 tahun 1997 tanggal 17 Maret 1997. Dengan mandirinya madrasah, maka jumlah siswa pun bertambah, terbukti kelas 1 waktu itu mendapat 2 (dua) kelas, terlebih pada 3 tahun terakhir ini MAN Tegalrejo berkembang cukup signifikan, dengan dibuktikan siswa semakin bertambah dan sudah menempati gedung baru
dengan lokal kelas yang nyaman. Adapun data keadaan MAN Tegalrejo secara terperinci adalah :38
a. Nama : Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo
b. NSM (lama) : 311330810053
Dokumentasi KTSP MAN Tegalrejo Magelang, diakses pada tanggal 22 Maret 2016. 39
Tabel.4
Jumlah Rombongan Belajar di MAN Tegalrejo
KELAS JUMLAH KETERANGAN
X 7 Kondisi baik
XI 8 Kondisi baik
XII 8 Kondisi baik
Kendala/keadaan yang menjadi ancaman bagi Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo adalah dengan dicanangkannya otonomi daerah dimana terjadi pemekaran wilayah. Masing-masing daerah ingin mendirikan Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan yang dikhawatirkan akan mematikan Madrasah Aliyah termasuk di dalamnya MAN Tegalrejo. Disamping rendahnya kesadaran masyarakat Tegalrejo dan sekitarnya dalam menyekolahkan putra-putrinya, lemahnya tingkat ekonomi mayoritas penduduknya dan kecenderungan lebih memilih sekolah kejuruan menjadi faktor yang menghambat perkembangan MAN Tegalrejo karena masyarakat masih menganggap sekolah di madrasah itu hanya mempelajari agama dan sekolah bagi orang-orang yang tidak mampu.
6. Letak Geografis
Yayasan yang bernama YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) Tegalrejo.40
7. Sarana Prasarana
Untuk menunjang tercapainya tujuan sistem pembelajaran maka, diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung. Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MAN Tegalrejo adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat tulis
a. lokal ruang Kepala Madrasah dan Tata Usaha b. 1 lokal ruang guru
c. 24 lokal ruang kelas d. 1 lokal ruang laborat IPA e. 1 lokal ruang BK
f. 1 lokal ruang UKS g. 1 lokal ruang OSIS h. 1 Masjid
i. 1 lokal dapur(ruang dapur, ruang gudang, ruang UKS) j. 2 lokal ruang gudang
40
k. 1 ruang perpustakaan
l. 5 WC untuk siswa putra, 7 WC untuk siswa putri, 3 WC guru. 9. Visi, Misi dan Tujuan MAN Tegalrejo Magelang
a. Visi Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang
Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas agama Islam perlu mempertimbangkan harapan peserta didik, orang tua peserta didik, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya.Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang juga diharapkan dapat merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang ingin mewujudkan harapan dan respon dalam visi berikut:41
“Terwujudnya Madrasah yang Unggul dalam Prestasi, Terampil
Berkarya dan Berakhlak Mulia”.
b. Misi Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo
Untuk mewujudkan visi di atas, Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo melakukan misi sebagai madrasah Aliyah Negeri berikut: 1. Menciptakan peserta didik yang berprestasi dibidang akademik pada
hasil UN.
2. Menciptakan kemampuan peserta didik yang mandiri dan sistematis. 3. Mengembangkan bakat peserta didik yang kreatif dan inovatif.
41
4. Menciptakan kemampuan dasar peserta didik menjadi muslim yang taat beribadah.
5. Menumbuhkembangkan sikap kepedulian sosial yang tinggi.
Menanamkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan undang-undang dasar.
6. Mampu mencetak siswa yang cerdas, tangkas, kreatif, serta berakhlakul karimah.
c. Tujuan Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang
Secara umum, tujuan pendidikan padaMadrasah Aliyah Negeri
TegalrejoMagelangadalah ingin menyiapkan siswa-siswi yang
berkualitas, berakhlak mulia dan mampu bersaing ditingkat pendidikan yang lebih tinggi serta terampil dalam mengamalkan ilmunya. Bertolak dari tujuan umum di atas, maka secara khusus dapat disampaikan bahwa tujuan Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang MTs adalah sebagai berikut:42
1) Tujuan jangka panjang sebagai berikut:
a) Ingin menyiapkan siswa-siswi yang berkualitas, berakhlak mulia dan mampu bersaing ditingkat pendidikan yang lebih tinggi serta terampil dalam mengamalkan ilmunya menyiapkan peserta didik meraih prestasi akademik dan nonakademik.
b) Menyiapkan peserta didik agar berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kreatifitas yang dimiliki.
42
c) Menyiapkan peserta didik agar memiliki pembiasaan religius untuk bekal hidup di masyarakat.
d) Menyiapkan peserta didik memiliki keterampilan sesuai bakat dan minat sehingga memiliki keunggulan dalam aspek keagamaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, olah raga, dan seni.
2) Tujuan Jangka Pendek (1 tahun)
a) Pada tahun pelajaran 2014/2015 rata-rata UN mencapai nilai minimal 7.25 yang diperoleh dengan cara jujur dan mandiri.
b) Pada tahun pelajaran 2014/2015 proporsi lulusan yang
melanjutkan ke perguruan tinggi minimal 75 % .
c) Meningkatkan nilai rata-rata kenaikan kelas peserta didik kelas X dan XI dari 7,15 pada tahun 2013 / 2014 menjadi 7,45 pada tahun pelajaran 2014 / 2015.
d) Meningkatan kualitas pembelajaran yang ditandai 95 % guru menerapkan: pendekatan Kontekstual, PAIKEM, serta layanan bimbingan dan konseling sesuai standar proses.
e) Pada tahun pelajaran 2014/2015 memiliki kelompok KIR dan mampu menjadi finalis LKIR tingkat kabupaten yang dilakukan secara jujur.
g) Pada tahun 2014/2015 memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat kabupaten/kota yang dilandasi nilai religius.
h) Pada tahun 2014/2015 peserta didik telah memiliki kebiasaan shalat dhuha dan dhuhur berjamaah.
i) Pada tahun 2014/2015 mampu mengukur prestasi dalam bidang
MTQ tingkat Kabupaten dengan mencapai juara
j) Pada tahun 2014/2015 peserta didik telah memiliki kebiasaan bersikap sopan santun dan saling menghargai antara sesama warga Madrasah.43
10. Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan beserta Siswa Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo
Tabel. 5
Kondisi Tenaga Pendidik dan Kependidikan Nama Lengkap Personal Pengampu Mapel
Uswatun Hasanah, S. Ag Alquran Hadist
Yuli Viantrika A.Ma. Pust Perpustakaan
Reni Pramudiani, S. Pd BK
Lailatul Khasanah, S.Pd BK
Evi Kusniati, S.Pd Sosiologi
Yana Herdiana Nugraha, S.Pd Penjasorkes
Lintariyah, S.Pd Sejarah
Dra. Hj. Mizhariyatil Hidayah Aqidah Akhlak
Karyati, S.Pd Ekonomi
Nurul Istianah, S. Ag Fiqih
Eliya H. S, S.Th. I Bahasa Indonesia
Nahrul Rosidah B, S.Pd PKN
Dra. Ida Ariyani Sosiologi
Dra. Nuryati Geografi
Nurul Ana Khusniyah, S.pd Bahasa Indonesia
Oktora Milasari, S.Pd.I Bahasa Arab
43
Linda Permatasari, S.Pd Bahasa Jawa
Siti Salbiyah, S.Pd Matematika
Ma‟sumatun, S.Ag Bahasa Arab
Dra. Siti Zulaikhah Bahasa Indonesia
Faida Syarifah, S.Sos. I Prakarya
Sudarti, S. Ag Fiqih
Muhammad Badri Staff TU
Muhummad Purnama, S. Pt Waka. Kur/ Matematika
Heni Isdaniyah, SE Ekonomi
Sri Widarti, S.Pd.Si Kimia
Hj. Endang, S. Ag Bahasa Inggris
Machmud Rosyidi, S. Ag, M.Pd.I KA TU
Agus Sulistya, SE Ekonomi
Jamari Staff TU
Sri Amriyati, S.Ag, S.pd Biologi
Ulfatu Sharifah. S. Pd. I Biologi
Amarudin Syarif. S. Si Matematika
Drs. Dwi Adi S, S.Pd WAKA. Sarpras/BK
Nur Kholiq, S. Ag, M.SI WAKA. Kesiswaan/ B. Arab
Hartsa Jamila R, S.Pd Bahasa Inggris
Muhammad Rofiq, S. Pd Bahasa Inggris
Kulyadi Staff kebersihan
Wisnu Adi Wibowo, S. Pd Sejarah
Yudi Hernayadi Nugraha, S.Pd Penjasorkes
Drs. Subagya SBK
Anas Munaji, S. Ag Aqidah Akhlak
Aqshol Hidayah, SHI Aqidah Akhlak
Safi‟i Rais, S. Pd, Si Matematika
Huri Setyono, S.Pd Penjasorkes
Romeli Staff Keamanan
Mursyidul Anam, S. Ag Al Quran Hadist
Tria Indah Febrianti, S. E. I Staf TU
Nur Wakhid, S. Pd Bahasa Inggris
Maksum, S. Pd. I Matematika
Muhammad Ilyas, S. Pd. I SKI
Eti Hikmawati, S. Ag SKI
Drs. H. Muhmmad Fauzi Kepala Madrasah
Kharis Parama, S. Pd. Gr PKN
A Zubair S.Pd Fisika
Naziri Staf Kebersihan
Asrori Satpam
11. Tugas dan Tata Tertib Guru Madrasah Aliyah Negeri Tegalrejo Magelang
a. Kewajiban selaku pengajar44
1. Menyusun persiapan mengajar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Menandatangani daftar hadir.
3. Apabila ada halangan hadir / udzur syar'i maka; Izin tertulis kepada Kepala Madrasah (Waka Kurikulum) dengan menyerahkan tugas untuk siswa, jangan mencacat. Segera berkonsulatasi / berkomunikasi dengan Waka Kurikulum.
4. Melaksanakan KBM sesuai dengan jadwal pelajaran.
5. Melaksanakan evaluasi KBM sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
6. Ikut bertanggungjawab atas ketertiban madrasah, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. b. Kewajiban Selaku Pendidik
1. Mengoptimalkan pelaksanaan syari'at islam sebaik-baiknya. 2. Memberikan contoh tauladan yang baik kepada anak didik dan
kepada siapapun.
3. Berusaha meningkatkan kemampuan professional.
4. Bersikap professional dalam menjalin hubungan dengan atasan dan komite, serta lingkungan sekitar madrasah.
5. Selalu memelihara semangat korps dan meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru dan karyawan.
6. Bertanggungjawab untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan program madrasah.
7. Mengikuti secara aktif setiap rapat atau pertemuan madrasah / yayasan (bila berhalangan hadir, ijin tertulis).
8. Berpakaian seragam MAN, bersepatu, berkaos kaki, berkopiah hitam
9. Mengikuti upacara bendera.
10. Hadir 10 (sepuluh) menit sebelum mengajar.
11. Menjaga nama baik madrasah dan pondok pesantren kapan dan di manapun berada.45
c. Kewajiban selaku anggota madrasah
1. Memiliki rasa cinta bangga dan menjaga nama baik madrasah di manapun berada.
2. Memiliki loyalitas yang tinggi terhadap madrasah dan yayasan. 3. Ikut membina hubungan baik antara madrasah dengan orang tua
siswa, masyarakat maupun instansi terkait.
4. Menjaga dan mengusahakan tercapainya keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kesehatan, kekeluargaan dan kerindangan
madrasah (7 K)
45
5. Mengikuti kegiatan yang mendukung lebih eratnya semangat kekeluargaan madrasah dan yayasan.
6. Mengikuti dan mengamankan garis komando sistem organisasi madrasah dan yayasan dengan segala aturan-aturannya.
d. Kewajiban selaku PNS dan Guru Bantu
1) Wajib mentaati segala peraturan PNS / Guru Bantu dan peraturan perundangan lain yang berlaku.
2) Tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh peraturan maupun perundangan yang berlaku.
e. Kewajiban, Hak dan Sanksi
Bagi Guru yang melanggar tata tertib, akan dikenakan sanksi : 1. Teguran lisan
2. Peringatan tertulis maksimal tiga kali.
3. Membuat surat pengunduran diri kepada Kepala Madrasah dan
yayasan.46
12.Hak dan Kewajiban Peserta Didik MAN Tegalrejo Magelang47
Siswa berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran, menggunakan sarana dan prasarana serta fasilitas yang disediakan. Sedangkan kewajiban seluruh peserta didik wajib mematuhi tata tertib yang berlaku di madrasah.
B.Tinjauan Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang
1. Sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Magelang
46
Wawancara dengan Bapak Drs. H. Muhammad Fauzi, Kepala Madrasah pada tanggal 2 April 2016 pukul 10.00 WIB.
47