• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI KABUPATEN SUBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI KABUPATEN SUBANG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 1

STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA

WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU

DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI

KABUPATEN SUBANG

Dinna Cahyaningrum, Enok Maryani, Dede Sugandi

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

ABSTRAK

Sejalan dengan dinamika penduduk, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai bidang terminologi. Salah satu perkembangan pariwisata ialah Desa Wisata. Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata Wangunharja di Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Wisata Sari Bunihayu di Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak merupakan dua daerah yang dinilai memiliki karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik yang merupakan bagian dari pengelompokan daya tarik satu kesatuan kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya berada dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater. Wangunharja memiliki tingkat kunjungan lebih banyak, dimana wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516 orang sedangkan, pada Bunihayu sebanyak 959 orang. Namun, akses menuju Bunihayu ini cukup mudah dilalui, karena letaknya yang dekat dari jalan raya utama sedangkan, Wangunharja terletak sangat jauh. Penelitian ini bermaksud untuk mengkomparasikan kedua Desa Wisata sehingga, dapat mengetahui potensi wisata masing-masing desa. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif serta dilihat dari sisi pendekatan kuantitatif dengan variabel penelitian tunggal yaitu potensi wisata pada masing-masing desa, dimana aspek yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat, dan upacara serta indikator penunjang pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, partisipasi masyarakat desa, dan wisatawan. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kawasan Desa Wisata, dimana sampel wilayah Wangunharja berada pada Dusun 3 (Banceuy) sedangkan, Bunihayu berada pada Dusun 2 (Cicariu), dan sampel manusianya terdiri dari penduduk setempat, wisatawan, serta pengelola wisata. Analisis data yang digunakan yaitu pengharkatan, persentase, dan Uji Beda T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan potensi wisata diantara keduanya. Dilihat dari Objek dan Daya Tarik Wisata, Wangunharja lebih baik dibandingkan dengan Bunihayu. Mengenai aksesibilitas dan prasarana, Bunihayu memiliki kondisi lebih baik dibandingkan dengan Wangunharja. Sedangkan, dari segi sarana kedua Desa Wisata ini tergolong sama. Selain itu, partisipasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat di Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan Bunihayu. Sehingga, dengan adanya keberadaan Objek dan Daya Tarik Wisata serta dukungan masyarakat yang direalisasikan dalam bentuk partisipasi yang diberikan membuat Wangunharja memiliki keunggulan lebih baik dibandingkan Bunihayu.

(2)

A COMPARATIVE STUDY OF POTENTIAL TOURISM

BETWEEN VILAGE WANGUNHARJA AND VILAGE SARI

BUNIHAYU IN CIATER TOURISM AREA IN SUBANG

REGENCY

ABSTRACT

In line with society dynamics, tourism field development has expanded various terminologies. One of the developments was Tourism Village. Based on the data of Tourism and Culture Department of Subang Regency in 2012, Wangunharja Tourim Village in Village Sanca Subdistrict Ciater and Sari Bunihayu Tourism Village of Subdistrict Jalancagak were two villages with unique socio-culture life system, which could be the part of tourism attraction in the same area. The two villages were situated closely in Ciater Tourism Area. Village Wangunharja had more visitors, the total of the visitors were 1.516 visitors, while Bunihayu got 959 visitors. However, it was much easier to reach Bunihayu since it was located near the main road, while Wangunharja was quite far away. The research was intended to compare the two tourism villages, to be able to find out each of the tourism potential. The method used was descriptive, combined with quantitative using single variable namely tourism potential of each village, where the indicator aspects were physical aspect, social, biotic, typology, space development, building development, culture, handicraft industry, and ceremonies and other supporting tourism indicators such as accessibility, amenity, villagers participation, and tourists. The population was all area of Tourism Village, the sample in Wangunharja was in Banceuy, the sample in Bunihayu was Cicariu, and the villagers, tourists and tourism organizers. The data analysis used were valuating, percentage, and T-Test. The result showed that there were differences of tourism potential owned by the two villages. Viewed by the tourism object and tourism potential attraction, Wangunharja was considered better than Bunihayu. From the accessibility and infrastructure side, Bunihayu was better than Wangunharja. In term of facilities, the two villages were almost similar. Besides, the parttcipation of the Wangunharja’s villagers was considered better than Bunihayu’s. Thus, by the existence of Tourist Objects and Tourism Potential Attraction and the participation of the villagers led Wangunhaja to be more excellent than Bunihayu.

(3)
(4)

PENDAHULUAN

“Pariwisata saat ini telah merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang sangat menjanjikan...” (Hermantoro, H, 2011 : 17). Berkembangnya perjalanan wisata menyebabkan berkembangnya sebuah Daerah Tujuan Wisata (DTW). Perjalanan wisata yang dilakukan tidak luput dari adanya pergerakan wisatawan. Sejalan dengan dinamika penduduk, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam berbagai bidang terminologi. Salah satu perkembangan pariwisata ialah Desa Wisata. Nuryanti, W dalam Prihandono, F (2011 : 17) mengemukakan bahwa “Desa Wisata adalah suatu bentuk integrasi, antara atraksi wisata, akomodasi, dan fasilitas (amenitas) pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku”. Daerah yang memiliki karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat ialah Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak.

Sebagian besar masyarakat di kedua desa ini, bermatapencaharian sebagai petani dengan mengolah lahan menjadi sawah dan kebun. Masyarakat agraris Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak memanfaatkan teknik tanam padi secara tradisional mulai dari nandur, ngawuluku, ngabuat (membajak sawah, menanam padi, menuai padi hingga panen). Pengunjung dapat melihat serta bergabung dengan warga desa atau petani untuk menggarap sawahnya maupun kebun. Selain itu, dari hasil panen tersebut, pengunjung dapat memetik dan merasakan buah-buahan segar langsung dari pohonnya atau dapat dibawa pulang sekadar untuk oleh-oleh. Pengunjung pun dapat menikmati makanan dan minuman khas pedesaan Tatar Sunda serta disuguhi atraksi budaya setempat dengan menunjukan pergelaran seni yang diiringi alat-alat

kesenian tradisional yang telah dipelihara masyarakat desa.

Keahlian masyarakat desa dalam mementaskan pergelaran seni sudah menjadi tradisi leluhur yang diwariskan secara turun temurun. Hingga saat ini, kegiatan tersebut masih tetap dilaksanakan sebagai salah satu sendi kehidupan masyarakat desa yang mampu menumbuhkembangkan dan melestarikan seni-budaya milik masyarakat Subang. Kondisi lingkungan alam, warisan seni-budaya yang bernilai, serta tata cara hidup masyarakat Sunda yaitu dengan konsep “silih asah, silih asih, silih asuh”, dan aktivitas kegotongroyongan yang mewarnai hampir semua aspek kehidupan kemasyarakatan, menjadikan daerah Sanca dan Bunihayu memiliki daya tarik wisata yang dapat dikembangkan sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW). Sehingga, kedua desa ini pun, yaitu Desa Sanca dan Desa Bunihayu ditetapkan menjadi Desa Wisata di Kabupaten Subang. Desa Sanca dikenal dengan nama Desa Wisata Wangunharja dan Desa Bunihayu dikenal dengan nama Desa Wisata Sari Bunihayu. Kedua Desa Wisata ini merupakan bagian dari pengelompokan daya tarik satu kesatuan kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya berada dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater Kabupaten Subang.

Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata Wangunharja Kecamatan Ciater memiliki tingkat kunjungan lebih banyak bila dibandingkan dengan Desa Wisata Sari Bunihayu Kecamatan Jalancagak, dimana wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516 orang pada Desa Wisata Wangunharja dan 959 orang pada Desa Wisata Sari Bunihayu. Namun, jarak dari Desa Wisata Wangunharja Desa Sanca Kecamatan Ciater ke jalan raya utama sangat jauh dan kondisi jalan akses yang menghubungkan tempat-tempat di Desa Wisata memiliki jalan aspal yang telah mengalami kerusakan karena, hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal dan sebagian lagi merupakan perkerasan

(5)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v

batu yang tidak teratur dan bergelombang. Berbeda halnya dengan Desa Wisata Sari Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak, akses menuju Desa Wisata ini cukup mudah, karena letaknya yang dekat dari jalan raya utama dan kualitas jalan akses memiliki kondisi cukup baik sehingga mudah dilalui.

Sedangkan, mengenai dari Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) kedua Desa Wisata dengan khas daerah Tatar Sunda ini memiliki ciri khas dan keunikan alamiah berupa benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, adanya hasil ciptaan manusia, tata cara hidup masyarakat yang unik, yang didukung dengan kondisi lingkungan alam, sosial budaya, dan ketersediaan fasilitas (amenitas) yang mampu menopang kegiatan pariwisata. Namun, dalam hal ini terdapat suatu kondisi yang berbeda diantara kedua Desa Wisata tersebut yang berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan. Maka, dari identifikasi tersebut timbul pertanyaan penelitian dengan mengkomparasikan kedua Desa Wisata : 1) Bagaimana potensi wisata di Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu? 2) Bagaimana bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat dalam mendukung pemanfaatan potensi wisata di Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu? 3) Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu?

TINJAUAN TEORI

Potensi Desa Wisata ialah segala sesuatu serta kemampuan seperti atraksi wisata, aksesibilitas, dan fasilitas yang terdapat di Desa Wisata yang merupakan daya tarik agar wisatawan mau berkunjung ke daerah wisata tersebut. Menurut Sukarsa, I (1999 : 40) “Atraksi wisata ialah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”. Masih menurut Sukarsa, suatu tempat hendaknya memiliki beberapa hal penting, yaitu sebagai berikut :

1) Adanya benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (Natural Amenities) seperti iklim, pemandangan alam, hutan, flora dan fauna.

2) Adanya hasil ciptaan manusia (Man Made Supply) seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, monumen bersejarah, museum, kesenian rakyat, acara-acara tradisional, rumah-rumah ibadah.

3) Adanya tata cara hidup masyarakat (The Way Of Life) seperti bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadat misalnya upacara pembakaran mayat (ngaben) di Bali.

Aksesibilitas adalah kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut” (Yoeti, O, 1990 : 36). Syarat aksesibilitas sendiri menuntut bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang dibutuhkan harus mudah ditemukan dan dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi sulit dicapai meskipun lokasinya sudah diketahui, masalahnya ialah mengenai kondisi jalan. Kondisi jalan yang buruk akan berakibat pada waktu tempuh yang dibutuhkan. Waktu menjadi lama karena harus melalui kondisi jalan yang tidak stabil. Untuk itu, perlu adanya akses jalan yang baik yang diindahkan untuk dapat dilalui oleh wisatawan sehingga akan menimbulkan integrasi antara atraksi wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata.

Dilain sisi, Soekadijo, 1997 : 85 mengemukakan bahwa “Fasilitas wisata merupakan jasa, dimana aktivitas orang yang menerimannya menentukan pelaksanaannya”. Selain fasilitas, perlu adanya kesinambungan antara pelayanan (service) yang penyajiannya disertai keramah-tamahan (hospitality) yang dapat menjadi daya tarik wisata. Adapun fasilitas wisata di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan ialah tempat penginapan (akomodasi), sarana dan prasarana kepariwisataan.

(6)

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dimana, peneliti bermaksud memberikan gambaran mengenai perbandingan keadaan Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang dapat dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, teramati, dan terukur. Konkrit yang dimaksud ialah potensi wisata yang nyata keberadaannya di Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu baik atraksi wisata alamiah, atraksi wisata dari hasil ciptaan manusia, adanya tata cara hidup masyarakat yang unik serta indikator penunjang pariwisata seperti aksesibilitas dan fasilitas. Teramati berarti dapat diamati dengan panca indera mengenai masing-masing potensi wisata tersebut, dan dapat diukur mengenai seberapa besar perbedaan kedua Desa Wisata dilihat dari masing-masing aspek potensi wisata, partisipasi masyarakat desa dalam mendukung perkembangan potensi wisata, dan tingkat kepuasan wisatawan mengenai Desa Wisata dimana, hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data yang berupa angka-angka.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kawasan Desa Wisata Wangunharja yang berjumlah 4.203 dan Desa Wisata Sari Bunihayu yang berjumlah 5.263 dengan menggunakan rumus Dixon dan B. Leach dalam Tika, P (2005 : 25-27) dan tingkat kepercayaan 95%, didapat jumlah sampel manusianya sebanyak 67 penduduk pada Desa Wisata Wangunharja dan 80 penduduk pada Desa Wisata Sari Bunihayu. Sedangkan, mengenai penarikan sampel wisatawan di Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu dilakukan secara insidental dengan jumlah sampel sebanyak 50 wisatawan pada masing-masing Desa Wisata. Mengenai sampel wilayah, Desa Wisata Wangunharja berada pada Dusun 3 (Banceuy) sedangkan, Desa Wisata Sari Bunihayu berada pada Dusun 2 (Cicariu).

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian tunggal ini yaitu terdiri dari potensi wisata, partisipasi masyarakat, dan karakteristik wisatawan. Adapun variabel potensi wisata yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat, dan upacara adat; indikator penunjang pariwisata seperti aksesibilitas mengenai kualitas jalan raya, kualitas jalan akses, jenis angkutan ke tempat wisata, dan papan petunjuk (arah menuju objek wisata, petunjuk atraksi, petunjuk fasilitas); ketersediaan fasilitas mengenai sarana wisata seperti akomodasi yang tersedia, rumah makan, sarana rekreasi, tempat hiburan dan pementasan atraksi seni, tempat ibadah, ruang pertemuan, tempat parkir, WC umum, toko cinderamata dan prasarana wisata seperti penggunaan daya listrik, kebutuhan air bersih, fasilitas kesehatan, tersedianya telekomunikasi. Mengenai variabel partisipasi masyarakat desa dilihat dari faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berpartisipasi yaitu faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan lamanya tinggal; bentuk partisipasi yang dilakukan berupa sumbangan uang, harta benda, tenaga, keterampilan, ide/buah pikiran, dan bentuk partisipasi secara tidak langsung. Sedangkan, mengenai variabel wisatawan yang menjadi indikatornya yaitu karakteristik sosio-demografis seperti jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan; karakteristik geografis mengenai daerah asal/lokasi tempat tinggal wisatawan; karakteristik psikografis seperti motivasi berwisata, aktivitas atau kegiatan berwisata (allocentri & psychocentric), dan pengeluaran wisatawan; karakteristik perjalanan seperti teman perjalanan, waktu melakukan perjalanan, pengorganisasian perjalanan, moda transportasi yang digunakan, lama waktu perjalanan, dan penggunaan akomodasi.

(7)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari teknik observasi, kuesioner (angket) dan interview (wawancara), studi literatur, serta studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan terdiri dari tiga analisis yaitu pengharkatan, persentase, dan Uji Beda T-Test.

HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Wisata di Desa Wisata

Matriks perbandingan kedua Desa Wisata dapat dilihat pada Tabel 1 dimana, potensi wisata berdasarkan kriteria perwujudan Desa Wisata menunjukkan bahwa, Wangunharja tergolong ke dalam kelas I yaitu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan skor 90 sedangkan, Sari Bunihayu tergolong ke dalam kelas II yaitu cukup potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan skor 72. Dilihat dari potensi aksesibilitas dan potensi prasarana, faktor ini menunjukkan hal yang sebaliknya. Wangunharja tergolong ke dalam kelas II yaitu cukup potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan skor 15, sedangkan Sari Bunihayu tergolong ke dalam kelas I yaitu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan skor 20. Sedangkan, mengenai potensi sarana wisata kedua desa ini sama-sama tergolong ke dalam kelas II, yaitu cukup potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dimana Wangunharja memiliki skor 8 dan Sari Bunihayu memiliki skor 10. Dari hasil pengharkatan mengenai besarnya potensi.

Syarat aksesibilitas sendiri menuntut bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang dibutuhkan harus mudah ditemukan dan dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi sulit dicapai meskipun lokasinya sudah diketahui, masalahnya ialah mengenai kondisi jalan. Hasil analisis data menunjukan bahwa masih terdapatnya unsur-unsur aksesibilitas yang kurang mendukung. Dari kondisi jalan akses yang menghubungkan tempat-tempat di Desa Wisata Wangunharja, memiliki jalan aspal

yang telah mengalami kerusakan karena, hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal dan sebagian lagi merupakan perkerasan batu yang tidak teratur dan bergelombang sehingga, dapat menghambat perjalanan.

Sedangkan, di Desa Wisata Sari Bunihayu kualitas jalan akses memiliki kondisi cukup baik karena, disamping jalan yang beraspal masih terdapatnya kondisi jalan yang berbatu dan sedikit berlubang. Dari sisi jasa angkutan yang terdapat di masing-masing Desa Wisata sangat minim, yaitu berupa “ojeg”. Sehingga, perlu adanya upaya memperbaiki kondisi aksesibilitas dalam rangka memberikan kemudahan bagi wisatawan, sehingga akan menimbulkan integrasi antara atraksi wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata untuk menuju lokasi daerah tujuan wisata.

Pada potensi fasilitas (amenitas) ini, Desa Wisata Sari Bunihayu memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Wisata Wangunharja. Adapun sarana wisata yang tersedia di Desa Wisata Wangunharja seperti akomodasi berupa rumah-rumah penduduk atau homestay, jasa angkutan berupa “ojeg”, rumah makan berupa warung, mushola, tempat parkir, dan lapangan terbuka sebagai tempat pementasan atraksi seni. Selebihnya, mengenai sarana pelengkap dan sarana penunjang seperti kolam, arena rekreasi, WC umum, dan toko cinderamata tidak tersedia di Desa Wisata Wangunharja ini. Sedangkan, di Desa Wisata Sari Bunihayu untuk sarana pokok dan sarana pelengkap sudah tersedia dengan baik, hal ini dicirikan dengan adanya akomodasi berupa villa yang dilengkapi dengan sarana lain didalamnya, angkutan berupa ojeg, rumah makan, kolam renang dan kolam pancing, arena tempat bermain anak, pendopo/panggung terbuka sebagai tempat hiburan, mushola, amphiteater, serta adanya tempat parkir yang cukup luas. Namun, masih adapula sarana penunjang yang dapat melemahkan perkembangan ke depannya, yaitu tidak adanya toko cinderamata.

(8)

Tabel 1

Matriks Perbandingan Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu

No Pengkajian Indikator Desa Wisata Wangunharja Desa Sanca

Desa Wisata Sari Bunihayu Desa Bunihayu 1 Potensi

Wisata

Kriteria Perwujudan Desa Wisata

Kelas I (Sangat Potensial) Kelas II (Cukup Potensial)

Faktor Aksesibilitas Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial) Faktor Sarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas II (Cukup Potensial) Faktor Prasarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial) 2 Faktor

masyarakat berpartisipasi

Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Usia Kategori usia 25 Kategori usia 25 Lamanya tinggal >10 tahun >10 tahun Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Dasar Pekerjaan Petani Petani

Penghasilan Rp.400.000 – Rp.600.000 Rp.400.000 – Rp.600.000 Bentuk

Partisipasi masyarakat

Jasa tenaga kerja Purata (mean) 42,00 dan simpangan baku (standard

deviations) 15,716.

Purata (mean) 6,33 dan simpangan baku (standard

deviations) 6,028.

Keterampilan Purata (mean) 25,33 dan simpangan baku (standard

deviations) 20,984.

Purata (mean) 8,67 dan simpangan baku (standard

deviations) 6,429.

Tidak Langsung Purata (mean) 53,00 dan simpangan baku (standard

deviations) 20,688.

Purata (mean) 60,60 dan simpangan baku (standard

deviations) 29,305.

3 Karakteristik Sosio-Demografis

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Usia 25 – 44 tahun 25 – 44 tahun Status Pernikahan Menikah Menikah Pendidikan Sarjana Sarjana Mata Pencaharian PNS Wiraswasta Penghasilan > Rp.2.000.000 > Rp.2.000.000 Karakteristik

Geografis

Asal Daerah Kabupaten Subang DKI Jakarta

Karakteristik Psikografis

Motivasi Relaksasi/Refresing Relaksasi/Refresing Aktivitas Wisata Melihat & menikmati

objek wisata berupa : air terjun (curug),situs.

Berenang, memancing, membeli oleh-oleh khas daerah.

Pola Pengeluaran < Rp.100.000 Rp.100.000-Rp.300.000 Karakteristik

Perjalanan

Sumber Informasi Keluarga/teman/saudara Keluarga/teman/saudara Waktu Berwisata Akhir pekan/minggu dan

hari libur/Raya

Hari libur/Raya dan akhir pekan/minggu

Teman perjalanan Keluarga Keluarga Pengorganisasian

perjalanan

Keluarga Keluarga

Moda Transportasi Kendaraan pribadi Kendaraan pribadi Akomodasi Rumah teman/saudara Villa

Lamanya Berwisata Sehari dan menetap Sehari & tidak menginap

Sumber : Hasil Penelitian, 2013

Dilihat dari kondisi prasarana wisata, penggunaan tenaga listrik dan penyediaan air bersih di Desa Wisata Wangunharja Desa Sanca Kecamatan Ciater tersedia dengan kondisi cukup baik. Namun, untuk fasilitas kesehatan yang tersedia berupa puskesmas terletak agak jauh, dan untuk telekomunikasi tidak terlalu memadai.

Sedangkan, prasarana wisata di Desa Wisata Sari Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak tergolong cukup potensial. Hal ini didasari oleh kelengkapan prasarana wisata seperti listrik yang memadai bersumber dari PLN, adanya air bersih, telekomunikasi yang lengkap, serta fasilitas kesehatan.

(9)
(10)

Mengingat, wisatawan yang berkunjung mempunyai tujuan untuk bersenang-senang maka kelengkapan sarana dan prasarana menjadi pertimbangan sebelum melakukan aktivitas wisata.

Partisipasi Masyarakat Desa

Melalui bantuan program SPSS dari hasil pengolahan statistik dengan rumus Uji Beda T-Test, partisipasi masyarakat secara tidak langsung/dalam menerapkan unsur-unsur Sapta Pesona di Wangunharja memiliki purata (mean) 53,00 dan simpangan baku (standard deviations) 20,688 sedangkan, Sari Bunihayu memiliki purata (mean) 60,60 dan simpangan baku (standard deviations) 29,305. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa dukungan masyarakat secara tidak langsung terlihat lebih besar pada Desa Wisata Sari Bunihayu dibandingkan dengan Desa Wisata Wangunharja. Namun, dukungan ini tidak sepenuhnya direalisasikan dalam bentuk nyata.

Pada gambar 1, objek wisata yang tersedia dan terdapat di alam semesta (Natural Amenities) di Desa Wisata Wangunharja ialah Curug Bentang. Curug ini memiliki aliran sungai yang masih jernih dan pemandangan alam yang indah yang dikelilingi sawah-sawah petani serta beragam jenis flora lainnya sehingga, mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Meskipun akses menuju objek wisata ini berupa jalan setapak dan letak curug berada jauh dari tempat tinggal penduduk, hal ini tidak menjadi hambatan masyarakat untuk mengelola objek wisata ini. Masyarakat ikut menjaga kebersihan, melestarikan lingkungan, dan memelihara keindahan di sekitar objek wisata ini sehingga, dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan pariwisata.

Sedangkan pada gambar 2, di Desa Wisata Sari Bunihayu objek wisata yang terdapat di alam semesta ialah Curug Cirangrang. Berbeda halnya dengan Curug Bentang di Desa Wisata

Wangunharja, Curug Cirangrang ini belum berkembang pesat menjadi objek wisata yang dapat menarik wisatawan. Letaknya yang jauh dari pemukiman warga serta akses jalan yang sulit dan kondisi yang tidak baik, membuat masyarakat kurang mendukung terhadap pengelolaan curug tersebut untuk dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Objek wisata lain yang terdapat di Desa Wisata Wangunharja ialah berupa hasil ciptaan manusia seperti kesenian rakyat, kebudayaan, kerajinan, cerita rakyat, dan situs/makam keramat. Selain itu, adapula tata cara hidup masyarakat seperti bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadat misalnya upacara-upacara penting yang terdapat dalam kehidupan masyarakat desa. Hingga saat ini, kegiatan tersebut masih tetap dilaksanakan sebagai salah satu sendi-sendi kehidupan

masyarakat yang mampu

menumbuhkembangkan dan melestarikan seni-budaya milik masyarakat Subang.

Dilihat dari bentuk partisipasi dalam bentuk keterampilan, masyarakat Desa Wisata Wangunharja meng-implementasikan hal ini dalam keterlibatannya dalam pementasan atraksi seni, seperti seni tradisional celempung, toleat, dan karinding. Seni tradisional celempung ini merupakan alat kesenian tradisional khas Sunda dimana masyarakat memainkannya dengan cara memukul ujung bambu yang berlubang dan dibantu dengan suara mulut sebagai gong. Sedangkan, untuk toleat dimainkan dengan cara ditiup, bentuknya mirip dengan suling namun mempunyai suara yang lebih unik. Seni tradisional toleat ini dipadukan dengan beberapa jenis alat musik lain seperti kecapi dan kendang sehingga, dapat menghasilkan jenis musik yang bagus. Selain itu, ada pula pementasan seni gembyung guna bertujuan untuk menghormati para leluhur.

(11)
(12)

Gambar 1. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Wangunharja Kecamatan Ciater Kabupaten Subang

Gambar 2. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Sari Bunihayu Kecamatan Jalancagak

(13)
(14)

Atraksi seni ini dimainkan untuk upacara adat seperti halnya Ruwatan Bumi, dimana tata cara hidup ini merupakan salah satu unggulan daya tarik wisata di Desa Wisata Wangunharja.

Selain pementasan atraksi seni, masyarakat di Desa Wisata Wangunharja pun memiliki keterampilan berupa pembuatan kerajinan khas dan cinderamata. Adapun cinderamata yang dibuat seperti gantungan kunci berbentuk alat musik tradisional celempung, toleat, dan karinding. Sedangkan, kerajinan khas yang dihasilkan berupa kerajinan anyaman seperti boboko, aseupan, nyiru, ayakan, dan kipas. Adapula alat-alat seni tradisional khas Sunda seperti celempung, toleat, dan karinding yang dibuat dalam bentuk ukuran yang sebenarnya dari bambu tamiang dan kayu berenuk. Tidak hanya keterampilan dalam pembuatan kerajinan dan cinderamata saja yang masyarakat miliki, keterampilan dalam pembuatan makanan dan minuman khas daerah setempat pun menjadi salah satu bentuk partisipasi yang diberikan.

Masyarakat desa, terutama kaum perempuan berperan serta dalam pembuatan makanan dan minuman khas Sunda seperti opak, rangginang, ranggining, papais, ali aggrem, wedang jahe, dan lain sebagainya. Makanan dan minuman ini akan memilliki daya tarik yang tinggi jika disajikan dengan tata cara khas Sunda, sehingga wisatawan yang berkunjung terutama wisatawan mancanegara akan tertarik untuk menikmatinya karena, di daerah asalnya tidak terdapat jenis makanan dan minuman tersebut. Disisi lain, dalam mendukung perkembangan Desa Wisata, masyarakat ikut berpartisipasi dalam memberikan sumbangan berupa ide/pendapat/buah pikir dalam setiap diskusi dan pengambilan keputusan.

Sedangkan, di Desa Wisata Sari Bunihayu hanya sebagian masyarakat saja yang ikut berpartisipasi dalam bentuk keterampilan. Hal ini dikarenakan, Desa

Wisata Sari Bunihayu merupakan Desa Wisata yang dikelola secara perorangan sehingga, terdapatnya batasan dalam keikutsertaan didalamnya. Selain itu, sedikitnya warga yang memiliki keterampilan membuat Desa Wisata Sari Bunihayu dalam objek wisata berupa hasil ciptaan manusia seperti kesenian rakyat, kebudayaan, dan kerajinan serta tata cara hidup masyarakat seperti kebiasaan hidupnya dan adat istiadat misalnya upacara-upacara penting yang terdapat dalam kehidupan masyarakat desa, kurang diminati oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Karena, kurangnya daya tarik mengenai seni-budaya yang bernilai dan serta adat istiadat masyarakat Sunda yang ingin diketahuinya. Sehingga, hal ini dapat melemahkan perkembangan Desa Wisata Sari Bunihayu, dimana akan berdampak pada kunjungan wisatawan. Selain pemaparan diatas, hal ini ditunjukkan melalui hasil pengolahan statistik dengan bantuan program SPSS. Mengenai partisipasi yang diberikan dalam bentuk keterampilan yang dimiliki, Wangunharja memiliki purata (mean) 25,33 dan simpangan baku (standard deviations) 20,984 sedangkan, Sari Bunihayu memiliki purata (mean) 8,67 dan simpangan baku (standard deviations) 6,429. Hasil tersebut menggambarkan bahwa bentuk partisipasi yang masyarakat berikan lebih besar pada Desa Wisata Wangunharja dibandingkan dengan Desa Wisata Sari Bunihayu.

Mengenai partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa tenaga kerja seperti menjadi pemandu wisata, menyediakan jasa penginapan dan transportasi untuk memenuhi segala kebutuhan wisatawan dalam berkunjung ke Desa Wisata, berdasarkan pengolahan statistik Wangunharja memiliki purata (mean) 42,00 dan simpangan baku (standard deviations) 15,716 sedangkan, Sari Bunihayu memiliki purata (mean) 6,33 dan simpangan baku (standard deviations)

(15)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v

6,028. Terlihat pada hasil pengolahan tersebut bahwa, partisipasi masyarakat di Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan Sari Bunihayu.

Hal ini dikarenakan, partisipasi yang diberikan seperti menjadi pemandu wisata, menyediakan jasa penginapan dan transportasi, seluruh masyarakat di Desa Wisata Wangunharja tepatnya di Dusun II Banceuy dapat menyediakan jasa tenaga kerja tersebut. Masyarakat yang menjadi pemandu wisata merupakan warga sekitar asli yang mengetahui asal muasal daerah lingkungannya sehingga, dapat menjelaskan seluruh hal yang ingin wisatawan ketahui.

Mengenai jasa penginapan dan transportasi seluruh masyarakat desa dapat ikut berpartisipasi dalam menyediakannya, karena jasa penginapan di Desa Wisata Wangunharja berupa rumah-rumah penduduk yang dapat di digunakan sebagai tempat tinggal sementara selama berwisata di daerah tujuan wisata ini. Sedangkan, transportasi yang digunakan ialah berupa “ojeg”, yang dapat membawa wisatawan untuk mengakses daerah tersebut. Jasa angkutan “ojeg” di Desa Wisata ini bersifat sukarela, sehingga setiap masyarakat dapat menjadi ‘tukang ojeg’ dalam mengantarkan wisatawan ke objek wisata yang ingin dikunjunginya. Wisatawan dapat melakukan perjalanan wisata dalam bentuk rombongan, karena jasa tenaga kerja tersedia dalam jumlah yang memadai dan mencukupi.

Berbeda halnya dengan Desa Wisata Sari Bunihayu, jasa penginapan berupa villa, transportasi berupa “ojeg”, dan pemandu wisata kurang tersedia dengan jumlah yang banyak. Sehingga, jika berkunjung dalam bentuk rombongan,

pengelola wisata harus

mempersiapkannya terlebih dahulu. Meskipun Sari Bunihayu memiliki sarana yang lebih lengkap seperti tersedianya air panas secara otomatis, Dispenser, PABX Telephone, pelayanan kamar, kolam

renang, kolam pancing, dan arena rekreasi untuk bermain, hal ini bukanlah menjadi aspek utama dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Jika hal ini tidak didasarkan pada peran serta masyarakat maka Desa Wisata sulit dikembangkan, karena kurangnya partisipasi yang diberikan.

Karakteristik Wisatawan

Berdasarkan analisis hasil penelitian, wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu memiliki ciri-ciri yang tidak berbeda jauh, mulai dari ciri-ciri berdasarkan karakteristik sosio-demografis, karakteristik geografis, karakteristik psikografis, dan karakteristik perjalanan.

Mengenai karakteristik sosio-demografis, wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu berdasarakan jenis kelamin sebagian besar diantaranya adalah berjenis kelamin laki-laki. Wisatawan laki-laki melakukan aktivitas wisata untuk melepaskan diri dari kejenuhan rutinitas kerjanya sehari-hari. Di Desa Wisata, wisatawan dapat menikmati alam pedesaan yang masih bersih dan merasakan hidup di suasana desa. Selain itu, wisatawan dapat beristirahat dan mengembalikan kekuatan setelah bekerja keras dan menghilangkan ketegangan (strain) dan tekanan (stress) yang dialaminya.

Berdasarkan usia, rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Wangunharja dan Sari Bunihayu memiliki usia 22 – 44 tahun. Wisatawan dengan rentang usia ini memiliki keingian yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan wisata. Selain itu, wisatawan pada usia menengah memiliki kecenderungan untuk refreshing, rileks, menikmati pemandangan alam yang masih asri, mengetahui budaya lain, atau olahraga seperti jalan-jalan dan berenang.

(16)

Dilihat dari status wisatawan, mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu berstatus menikah. Wisatawan yang berstatus menikah dan mempunyai anak tentunya tidak dapat memiliki waktu luang yang lebih untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Wisatawan yang berstatus menikah memiliki tingkat kepuasan sendiri sebagai orang tua, karena dapat berwisata bersama suami/istri dan anak-anak.

Gambaran wisatawan yang berkunjung ke Wangunharja dan Sari Bunihayu memiliki tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan yang beragam. Sebagian besar dari wisatawan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu berada pada jenjang sarjana. Tingkat persentase tertinggi pun berada pada kalangan PNS di Wangunharja, sedangkan bagi kalangan wiraswasta berada pada Sari Bunihayu. Selain itu, adanya tingkat pendapatan yang tinggi >2.000.000, merupakan faktor yang mampu membentuk permintaan wisatawan terhadap kegiatan berwisata. Biasanya, dengan tingginya tingkat pendidikan wisatawan, maka tingkat keterlibatan wisatawan terhadap kegiatan serta motif dalam berwisata akan semakin tinggi, dan dengan semakin tingginya tingkat penghasilan, maka akan memungkinkan wisatawan untuk membelanjakan uangnya dalam segala aktivitas yang dilakukan di Desa Wisata.

Dilihat dari karakteristik geografis, wisatawan yang berkunjung ke Wangunharja dan Sari Bunihayu berasal dari berbagai kecamatan, kabupaten serta kota. Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Subang. Sedangkan, wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Sari Bunihayu mayoritas berasal dari luar Kabupaten Subang, yaitu DKI Jakarta dan Kabupaten Karawang. Berdasarkan Peta Kondisi Iklim dan

Curah Hujan Kabupaten Subang yang diperoleh dari BAPPEDA, kecamatan-kecamatan di daerah Subang bagian tengah dan Subang bagian utara memiliki suhu rata-rata tahunan >200C dan rata-rata

curah hujan 1000 – 2500 mm/tahun. Dengan demikian, Desa Wisata memang cocok dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah, terutama daerah yang memiliki suhu udara panas-lembab.

Selain itu, Desa Wisata cocok jika dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari daerah yang memiliki tingkat polusi tinggi seperti, DKI Jakarta dan daerah yang beriklim panas seperti Kabupaten Karawang. Karena, wisatawan yang masuk ke Desa Wisata itu akan dapat menikmati alam pedesaan yang masih bersih dan merasakan hidup di suasana desa dengan sejumlah adat istiadatnya. KESIMPULAN

Potensi Wisata di DesaWisata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan potensi wisata diantara keduanya. Pada potensi wisata berdasarkan kriteria perwujudan Desa Wisata, Wangunharja lebih baik dibandingkan dengan Sari Bunihayu dimana, Wangunharja tergolong kedalam kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 90 sedangkan, Sari Bunihayu tergolong kedalam kelas II dengan skor yang dimiliki ialah 72. Dilihat dari potensi aksesibilitas dan potensi prasarana, Sari Bunihayu memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan Wangunharja dimana, Sari Bunihayu tergolong kedalam kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 20 sedangkan, Wangunharja tergolong kedalam kelas II dengan skor yang dimiliki ialah 15. Mengenai potensi sarana wisata kedua desa menunjukkan kondisi yang sama, tergolong kedalam kelas II yaitu cukup potensial untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata dimana Wangunharja memiliki skor 8 dan Sari Bunihayu memiliki skor 10.

(17)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii

Berdasarkan hasil pengharkatan yang dilakukan, diperoleh besarnya potensi masing-masing Desa Wisata dimana Desa Wisata Wangunharja mendapatkan nilai 78% sedangkan Desa Wisata Sari Bunihayu 73%. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan faktor potensi yang menjadi indikator dalam pengembangan Desa Wisata Wangunharja memiliki keunggulan yang lebih besar dibandingkan dengan Desa Wisata Sari Bunihayu.

Partisipasi Masyarakat Desa

Terdapatnya beberapa bentuk partisipasi yang dilakukan masyarakat seperti berpartisipasi dalam menyediakan jasa tenaga kerja, partisipasi keterampilan yang dimiliki masyarakat desa, partisipasi dalam memberikan sumbangan ide/pendapat/buah pikir dalam setiap diskusi/forum, serta dalam menciptakan suasana indah dan mempesona yang merupakan bentuk partisipasi secara tidak langsung. Namun, hasil penelitian menunjukkan terdapatnya perbedaan partisipasi masyarakat yang dilakukan. Partisipasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat di Dusun III Banceuy Desa Sanca Kecamatan Ciater dalam mengembangkan Desa Wisata Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan keterlibatan masyarakat di Dusun II Cicariu Desa Bunihayu Kecamatan Jalancagak dalam mengembangkan Desa Wisata Sari Bunihayu. Sehingga, dengan adanya dukungan masyarakat yang direalisasikan dalam bentuk partisipasi yang diberikan membuat Desa Wisata Wangunharja dapat dikembangkan dengan lebih baik dibandingkan Desa Wisata Sari Bunihayu. Karakteristik Wisatawan yang Berkunjung ke Desa Wisata

Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu tidak menunjukkan adanya perbedaan, dimana

keduanya termasuk kedalam segmen psikosentris. Karena, pada segmen ini wisatawan menunjukkan ciri-ciri menyukai daerah yang aman, nyaman menyerupai tempat tinggalnya, tidak menyukai tempat terpencil, cenderung menghindari jenis kegiatan yang penuh tantangan, lama tinggal di daerah tujuan wisata cukup singkat, sedikit membelanjakan uangnya, dan memiliki motivasi untuk bersenang-senang (Relaksasi atau Refresing). Sehingga, keinginan wisatawan akan kebutuhan untuk melakukan aktivitas wisata di Desa Wisata dapat menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Subang (DISBUDPARPORA). (2012). Data Potensi Pariwisata Kabupaten Subang 2012. Subang: Tidak Diterbitkan.

Hermantoro, H. (2011). Creative-Based Tourism Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif. Depok: Aditri.

Prihandono, F. (2011). Peranan Job Description Dalam Placement Di Kompepar Desa Wisata Tanjung Kabupaten Sleman. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Sukarsa, I. (1999). Pengantar Pariwisata.

Denpasar: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur.

Soekadijo. (1997). Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tika, P. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yoeti, O. (1990). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Gambar

Gambar 2. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Sari Bunihayu  Kecamatan Jalancagak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian manunjukkan bahwa : (1) gambaran identitas vokasi terkait K3 mahasiswa tergolong rendah (33,08%), kreativitas tergolong sedang (36%), dan

Berdasarkan kerangka pikir dan hipotesis dari penelitian ini, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang digunakan yaitu CEO Duality dan interlocking

Pada penilaian aspek ke-3 yaitu 96% dan aspek ke-4 yaitu 93% dari keseluruhan siswa menyatakan merasa lebih aktif ketika belajar dan merasakan suasana yang

Pada tahap ini dilakukan aktivitas pengumpulan data yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu diskusi dengan pihak terkait yang memiliki kompetensi pada

Pada bagian ini peneliti menguraikan sepak terjang masyarakat sipil (MCW) di Kota Malang dalam melakukan gerakan sosial dengan misi mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.05/I/823/11 tanggal 22 Maret 2011 Tentang Penetapan Laboratorium Klinik An Nur Cilacap Sebagai Sarana Kesehatan Untuk

Namun, mengingat masih melekatnya budaya patriarki dan juga adat ataupun kebiasaan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia ditambah dengan kurangnya pemahaman

NPV digunakan untuk menilai selisih nilai sekarang suatu investasi dengan nilai sekarang perolehan kas bersih di masa yang akan mendatang. Perhitungan net present