93
SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU IPIL (
Endertia spectabilis
Steenis & de Wit Sidiyasa) BERDASARKAN LETAK KETINGGIAN
DALAM BATANG
Kusno Yuli Widiati1, Irvin Dayadi 2, dan Magdalena M. Taruli 3
1
Laboratorium Rekayasa dan Pengujian Kayu, Fakultas Kehutanan,
Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua, Jalan Ki Hajar Dewantara, P.O. Box.1013, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia 75116.
E-Mail: [email protected]
ABSTRAK
Sifat Fisika Dan Mekanika Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian Dalam Batang. Kalimantan mempunyai banyak jenis pohon yang belum dikenal secara luas pemanfaatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisika dan mekanika kayu ipil
(Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) berdasarkan letak ketinggian dalam batang agar kayu ipil
dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan letak ketinggian dalam batang, sifat fisika dan mekanika kayu ipil meningkat mulai dari ujung batang hingga ke bagian pangkal batang. Berdasarkan Klasifikasi Kayu Indonesia, kekuatan mekanika kayu ipil termasuk kategori kelas kuat 1.
Kata kunci : Sifat Fisika, mekanika, Kayu Ipil
.
ABSTRACT
Physical and Mechanical Properties of Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Based on Vertical Direction of Stem. Kalimantan has many kinds of lesser non species. The purpose of this research was to know the physical and mechanical properties of kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) based on the vertical direction of stem so that kayu ipil could be used optimalized. The research result showed that based on the height of stem, the physical and mechanical properties increased from top to bottom of stem. According to Classification of Indonesian Wood, the mechanical property of kayu ipil is categorized to Stregth Class 1.
Key words : Physical and Mechanical Properties, Kayu Ipil.
. .
1. PENDAHULUAN
Banyak jenis kayu yang tumbuh di Kalimantan, tapi tetap saja masyarakat cenderung menggunakan kayu-kayu yang sudah dikenal secara luas. Hal ini dikarenakan penyebaran informasi dan penggunaan kayu-kayu yang belum dikenal masih sebatas tulisan yang tersimpan rapi di berbagai perpustakaan. Selain itu ketergantungan konsumen terhadap kayu-kayu komersil juga masih sangat tinggi, sehingga kayu-kayu yang
belum diketahui secara luas
penggunaannya cenderung diabaikan
karena kekawatiran akan kualitas kayu tersebut selama pemakaiannya. Penjualan kayu yang kayu tidak terlalu dikenal
dikelompokkan dalam jenis kayu
campuran. Dilihat dari sisi pemanfaatan kayu secara optimal hal ini jelas merugikan karena kayu-kayu tersebut secara kualitas tidak kalah dengan kayu komersil.
94
Salah satu jenis kayu yang belum digunakan secara luas adalah kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit
Sidiyasa) dengan sifat fisika dan
mekanika yang mempunyai prospek cukup baik di masa yang akan datang.
Hasil penelitian akan memberikan
informasi tentang kayu ipil sebagai pengganti atau penambah jenis kayu-kayu yang sudah ada sebelumnya di dunia perdagangan dan dapat dimanfaatkan secara optimal.
2. METODA PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu
Sumber data primer diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Rekayasaya dan
Pengujian Kayu, Fakultas
Kehutanan, Universitas
Mulawarman. Pada bulan Desember 2015.
2.2.Pembuatan dan Pengujian Sampel
Sampel yang digunakan
berasal dari pohon yang sehat dan lurus, berdiameter ±35-40 cm, serta
tinggi bebas cabang dengan
ketinggian ±6-9 meter. Pengambilan sampel pada bagian pohon dianggap telah terwakili apabila batang dibagi dalam 3 bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung masing-masing sepanjang 1,5 m dengan jarak antar bagian 1 meter.
Sebelum dilakukan pengujian, sampel diletakkan di dalam ruang konstan dengan temperatur (20±2)°C
dan kelembaban udara relatif
(65±3)% hingga berat dan kadar airnya konstan (12±1)%. Setiap
ketinggian pada masing-masing
penggunaan dalam pengujian diambil 30 sampel dari setiap bagian batang pohon tersebut. Pengujian sifat fisika dan mekanika dilakukan berdasarkan pengujian standar Jerman yaitu DIN (Deutches Institute fuer Normung).
Tabel 1. Ukuran Sampel Berdasarkan DIN.
No. Pengujian Dimensi (mm) Standar DIN 1 Kerapatan 20 × 20 × 20 52182 – 76 2 Kadar Air 20 × 20 × 20 52183 – 77 3 Pengembangan dan Penyusutan 20 × 20 × 100 52184 – 79 4 Keteguhan Pukul 20 × 20 × 300 52189 – 81 5 Keteguhan Tekan // Serat 20 × 20 × 60 52185 – 76 6 Keteguhan Geser radial dan tangensial 50 × 50 × 50 52186 – 77 7 Kekerasan 50 × 50 × 100 52186 – 79 8 Keteguhan Lengkung Statis 20 × 20 × 360
l = 300
52186 – 78
Sumber : Anonim (1988)
3. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
3.1.Sifat-sifat Fisika Kayu Ipil (Endertia
spectabilis Steenis & de Wit
Sidiyasa)
3.1.1. Kadar air kayu segar
Hasil pengukuran kadar air kayu segar dari kayu Ipil (Endertia spectabilis
Steenis & de Wit Sidiyasa) berdasarkan letak ketinggian dalam batang diperoleh nilai rata-rata kadar air kayu segar sebesar 75,97%. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Anonim (1976) dalam Kambey (1986), bahwa kayu yang
95
baru ditebang memiliki kadar air yang besar berkisar antara 31-226%.
81,38 76,23 70,30 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 80.00 82.00 K ad ar A ir K ay u Se ga r (%)
P angkal T engah Ujung
Letak Ketinggian Kayu dalam Batang
Gambar 1. Grafik Rataan Kadar Air Kayu Segar (%) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Berdasarkan Gambar 1 bagian pangkal mempunyai nilai kadar air segar yang paling tinggi, kemudian menurun dari bagian tengah batang sampai ujung batang. Hal ini dikarenakan pada bagian pangkal selain lebih dekat dengan akar secara struktur anatomi juga mempunyai susunan sel yang lebih padat sehingga membuat air dalam kayu menjadi cenderung lebih tinggi. Pendapat ini sesuai dengan Brown et. al. (1952), yang
mengatakan bahwa kadar air kayu segar dipengaruhi antara lain oleh letak ketinggian kayu dalam batang, struktur anatomi dan tempat tumbuh.
3.2.Kerapatan kering tanur
Hasil perhitungan nilai rataan kerapatan kering tanur untuk kayu ipil sebesar 0,79 g/cm3 seperti ditunjukkan gambar berikut. 0,83 0,79 0,76 0.72 0.74 0.76 0.78 0.80 0.82 0.84 Ke rap ata n K er in g T an ur (g/ cm 3)
P angkal T engah Ujung
Le tak Ke ti nggi an Kayu dal am Batang
Gambar 2. Grafik Rataan Kerapatan Kering Tanur (g/cm3) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Gambar di atas menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini diduga karena adanya perbedaan struktur anatomi kayu. Pada bagian pangkal didominasi oleh sel-sel yang telah mengalami penebalan
sekunder sehingga dinding selnya
cenderung lebih tebal. Seperti yang dikemukakan oleh Haygreen dan Bowyer
(1989), kerapatan dipengaruhi oleh
strukur anatomi kayu khususnya
ketebalan dinding sel.
96
Hasil perhitungan nilai rataan pengembangan maksimum untuk kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) pada ketiga arah orientasi yaitu radial 5,16%, tangensial sebesar 6,53% dan longitudinal sebesar 0,60%.
Hasil perhitungan nilai rataan penyusutan
maksimum pada kayu ipil (Endertia
spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) pada ketiga arah orientasi yaitu radial 4,90%, tangensial sebesar 6,13% dan longitudinal sebesar 0,60%. 5, 29 5, 19 5, 00 6,83 6,69 6,06 0, 63 0, 60 0, 57 12 ,7 6 12 ,4 8 11 ,6 3 1, 31 1, 30 1, 22 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 P en ge m ba ng an M ak si m um ( %)
Radial T angensial Longit udinal Volumet ris Anisot ropi
S i fat Pe n ge m ban gan Kayu
Pangkal Tengah Ujung
Gambar 3. Grafik Rataan Pengembangan maksimum (%) Arah Radial, Tangensial dan Longitudinal serta Pengembangan Volumetris Maksimum (%) dan Anisotropi Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang. 5, 02 4, 93 4, 76 6,39 6,27 5,71 0, 63 0, 60 0, 57 12 ,0 5 11 ,8 0 11 ,0 4 1, 29 1, 28 1, 21 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 P en yu su ta n M ak si m um ( %)
Radial T angensial Longit udinal Volumet ris Anisot ropi S i fat Pe n yu su tan Kayu
Pangkal Tengah Ujung
Gambar 4. Grafik Rataan Penyusutan maksimum (%) Arah Radial, Tangensial dan Longitudinal serta Penyusutan Volumetris Maksimum (%) dan Anisotropi Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa nilai rataan pengembangan dan
penyusutan maksimum arah radial,
tangensial, longitudinal danvolumetris serta anisotropi kayu tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan nilai kerapatan pada letak ketinggian kayu dalam batang, semakin tinggi kerapatan maka nilai perubahan dimensi semakin tinggi pula. Hal ini diperkuat oleh Panshin dan De Zeew (1970), yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi
kerapatan maka akan semakin tinggi pula perubahan dimensi yang terjadi.
3.2. Sifat-sifat Mekanika Kayu Ipil
(Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa)
3.2.1.Keteguhan tekan sejajar serat
(Compression Parallel to the
Grain)
Hasil pengukuran nilai rataan keteguhan tekan sejajar serat kayu ipil
97
sebesar 72,87 N/mm2 seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
74,42 72,85 71,35 69.50 70.00 70.50 71.00 71.50 72.00 72.50 73.00 73.50 74.00 74.50 K et eg uh an T ek an S ej aj ar S er at (N /m m 2)
P angkal T engah Ujung
Le tak Ke ti n ggi an Kayu dal am Batan g
Gambar 5. Grafik Rataan Keteguhan Tekan Sejajar Serat (N/mm2) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 72,87 N/mm2, maka kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) termasuk dalam kelas
kuat I sesuai dengan klasifikasi dalam Anonim (1976).
3.2.2. Keteguhan pukul (Impact
Bending)
Hasil pengukuran nilai rataan keteguhan pukul kayu ipil adalah sebesar 0,084 Joule/mm2. 0,088 0,083 0,080 0.076 0.078 0.080 0.082 0.084 0.086 0.088 0.090 K ete g u h a n P u k u l (m N /m m 2)
Pangkal Tengah Ujung
Le tak Ke tinggian Kayu dalam Batang
Gambar 6. Grafik Rataan Keteguhan Pukul (Joule/mm2) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini disebabkan oleh kerapatan pada bagian pangkal yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
kerapatan pada bagian tengah dan ujung.
Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kollmann dan Cote (1968) dan
Supraptono (1988), bahwa ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
sifat-sifat mekanika kayu yaitu sudut serat, kadar air, kerapatan, temperatur, mata kayu dan takik, bentuk dan ukuran serta komponen kimia dan struktur anatomi kayu.
3.2.3. Keteguhan lengkung statis (Static
Bending)
Hasil pengukuran nilai rataan keteguhan lentur (MoE) kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit
98
Sidiyasa) adalah sebesar 15.673,43 N/mm2.
16 .3 15 ,1 1 15 .6 17 ,3 5 15 .0 87 ,8 2 14400.00 14600.00 14800.00 15000.00 15200.00 15400.00 15600.00 15800.00 16000.00 16200.00 16400.00 K ete gu han Le ntu r M oE (N /mm 2)
P angkal T engah Ujung
Letak Ketinggian Kayu dalam Batang
Gambar 7. Grafik Rataan Keteguhan Lentur (MoE) (N/mm2) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
119,37 115,34 113,13 110.00 111.00 112.00 113.00 114.00 115.00 116.00 117.00 118.00 119.00 120.00 K ete gu han P ata h M oR (N /mm 2)
P angkal T engah Ujung
Letak Ketinggian Kayu dalam Batang
Gambar 8. Grafik Rataan Keteguhan Patah (MoR) (N/mm2) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Hasil rataan keteguhan lengkung
yang didapat yaitu 15.673,43 N/mm2,
sedangkan hasil pengukuran nilai rataan
keteguhan patah kayu ipil (Endertia
spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa)
adalah sebesar 115,95 N/mm2. Oleh
karena itu berdasarkan klasifikasi kelas kuat kayu (Anonim, 1976) maka nilai keteguhan lengkung statis kayu ipil termasuk kelas kuat I.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Supraptono (1988), bahwa terdapat hubungan yang linear positif antara kerapatan kayu dengan
keteguhan lentur atau Modulus of
Elasticity (MoE) dan keteguhan patah
atau Modulus of Rupture (MoR).
3.2.4. Keteguhan geser sejajar serat
bidang radial (Shearing Parallel
to the Grain)
Hasil pengukuran nilai rataan keteguhan geser sejajar serat bidang radial kayu ipil (Endertia spectabilis
Steenis & de Wit Sidiyasa) sebesar 13,73
N/mm2. Berikut adalah gambar grafik
rataan keteguhan geser sejajar serat
bidang radial kayu Ipil (Endertia
spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) berdasarkan letak ketinggian dalam batang.
99 14,53 13,66 13,01 12.00 12.50 13.00 13.50 14.00 14.50 15.00 K ete gu h an G es er S ejaja r S er at (N /mm 2)
P angkal T engah Ujung
Letak Ketinggian Kayu dalam Batang
Gambar 9. Grafik Rataan Keteguhan Geser Sejajar Serat Bidang Radial (N/mm2) Kayu Ipil (Endertia
spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini disebabkan oleh kerapatan antara tiap bagian kayu. Semakin tinggi nilai kerapatan suatu kayu maka semakin tinggi pula nilai keteguhan geser sejajar serat bidang radial. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Supraptono
(1988), perbedaan ini disebabkan oleh
struktur anatominya berupa ukuran sel dan dinding sel bagian pangkal yang lebih tebal sehingga kerapatan bagian pangkal yang lebih tinggi dari pada
bagian tengah dan ujung dimana
keteguhan geser sejajar serat berbanding lurus dengan kerapatannya.
3.2.5. Kekerasan (Hardness)
Hasil pengukuran nilai rataan kekerasan pada bidang transversal kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) adalah sebesar 7.568,22 N/cm2, bidang radial sebesar 6.590,00 N/cm2 dan hasil pengukuran nilai rataan kekerasan pada bidang tangensial adalah sebesar 6.821,11 N/cm2. Berikut adalah gambar grafik rataan keteguhan geser sejajar serat bidang radial kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) berdasarkan letak ketinggian dalam batang. 6. 94 3, 33 6. 60 4, 00 6. 22 2, 67 7. 27 0, 00 6. 83 2, 67 6. 36 0, 67 8. 03 2, 00 7. 63 2, 00 7. 04 0, 67 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 9000.00 K ek er as an (N /c m 2)
Radial T angensial T ransversal
S i fat Ke k e rasan Kayu
Pangkal Tengah Ujung
Gambar 9. Grafik Rataan Kekerasan (N/cm2) Kayu Ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) Berdasarkan Letak Ketinggian dalam Batang.
Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai tertinggi terdapat pada bagian pangkal kemudian tengah dan terendah pada bagian ujung. Hal ini diduga karena diduga pada bagian pangkal dan tengah
memiliki proporsi serat atau serabut yang lebih tinggi daripada bagian ujung. Sesuai dengan pendapat Haygreen dan Bowyer (1989), yang menjelaskan makin tinggi proporsi serat atau serabut makin
100
tinggi kekuatannya dan kekuatan
berhubungan linear positif terhadap kerapatan kayu.
4. KESIMPULAN
Hasil pengujian sifat-sifat fisika kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) diperoleh nilai kadar air kayu segar sebesar 75,97%, kadar air normal sebesar 12,57%, kerapatan normal sebesar 0,84 g/cm3, kerapatan kering tanur sebesar 0,79 g/cm3, pengembangan maksimum arah radial sebesar 5,16%,
pengembangan maksimum arah
tangensial sebesar 6,53%, pengembangan maksimum arah longitudinal sebesar
0,60%, pengembangan volumetris
maksimum sebesar 12,29%, anisotropi pengembangan sebesar 1,28, penyusutan maksimum arah radial sebesar 4,90%, penyusutan maksimum arah tangensial sebesar 6,13%, penyusutan maksimum
arah longitudinal sebesar 0,60%,
penyusutan volumetris maksimum
sebesar 11,63%, serta anisotropi
penyusutan sebesar 1,26.
Hasil pengujian sifat mekanika kayu ipil (Endertia spectabilis Steenis & de Wit Sidiyasa) diperoleh nilai rataan untuk keteguhan tekan sejajar serat sebesar 72,87 N/mm2, keteguhan pukul
sebesar 0,084 Joule/mm2, keteguhan
lentur (MoE) sebesar 1.5673,43 N/mm2, keteguhan patah (MoR) sebesar 115,95 N/mm2, keteguhan geser sejajar serat
bidang radial sebesar 13,73 N/mm2,
kekerasan bidang transversal sebesar 7.568,22 N/cm2, kekerasan bidang radial sebesar 6.590 N/cm2, serta kekerasan
bidang tangensial sebesar 6.821,11
N/cm2.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Anonim. 1976. Vademecum
Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan Jakarta.
[2]Brown, H.P., A.J. Panshin. and C.C Forsaith. 1952. Tex Book of Wood Technology. Volume II. Mc Graw-Hill Book Company. New York.
[3]Haygreen, J.G. dan J.L Bowyer,
1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Diterjemahkan oleh Sudjipto A. Hadi Kusumo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
[4]Kollmann, F.P.P. and Wilifred A.
Cötë Jr.1968. Principles of Wood Science and Technology, Volume I, Springer - Verlag, New York.
[5]Supraptono, B. 1988. Diktat
Mekanika Kayu. Yayasan Pembina
Fakultas Kehutanan Jurusan
Teknologi Hasil Hutan UNMUL. Samarinda.