• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Populasi dan Sampel

Populasi dala m penelitian ini adalah penduduk yang menonton iklan mie instant di dua lokasi wilayah Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara purposive

yaitu di urban dan semi urban. Sampel berjumlah 108 orang yang diambil secara

cluster random sampling dengan cluster laki dan perempuan. Wilayah urban yaitu diwakili oleh RW 12 Kelurahan Gunung Batu dengan jumlah penduduk 1095 jiwa terdiri dari 4 RT dengan jumlah KK yaitu 287 KK. Sedangkan wilayah semi urban adalah RT 3 Desa Benteng terdiri dari 5 RT dan berjumlah 1725 jiwa. Oleh karena itu pengambilan sampel agar representative dan mewakili unit penelitian maka diambil jumlah sampel masing-masing RT dengan me ngambil secara random

dengan klasifikasi seperti pada Tabel 1:

Tabel 1. Kriteria dan Jumlah Pengambilan Sampel Khalayak di Masyarakat Urban dan Semi Urban

No Lokasi Penelitian Laki-laki Perempuan

1. Urban (4 RT)

a. Tokoh masyarakat, pegawai dan tokoh agama 8 8

b. Masyarakat biasa 8 8

c. Masyarakat yang belum menikah/pelajar/mahasiswa

8 8

2. Semi Urban (5 RT)

d. Tokoh masyarakat, pegawai dan tokoh agama 10 10

e. Masyarakat biasa 10 10

f. Masyarakat yang belum menikah/pelajar/mahasiswa

10 10

Jumlah 54 54

Disain Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunaka n metode penelitian survey. Variabel bebas yang diukur adalah karakteristik individu responden dan perilaku penggunaan media televisi, sedangkan variabel terikatnya adalah keterdedahan terhadap tayangan iklan, persepsi terhadap tayangan iklan mie instant dan perilaku khalayak terhadap produk mie instant.

(2)

Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi lain yang diperlukan digunakan tiga macam tekhnik yaitu: (1) pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden tentang segala hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, (2) mencatat data yang telah ada pada Dinas/Instansi yang terkait dengan masalah penelitian.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer diambil atau diperoleh langsung berdasarkan wawancara yang berpedoman pada kue sioner yang telah dipersiapkan sebelumnya yang langsung dilakukan kepada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder Pengumpulan data sekunder yaitu data -data pendukung yang diperoleh dari kantor Pemerintah Daerah Bogor dan dari kantor kelurahan setempat.

Instrumentasi

Pada metode penelitian atau analisis survey, instrumen penelitian yang digunakan dua jenis yaitu kuisioner dan wawancara. Untuk pengumpulan data digunakan instrumen utama berupa kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang relevan dengan peubah-peubah dan indikator yang diteliti.

Instrumen yang digunakan berupa daftar pertanyaan tertutup dan terbuka, yaitu : 1. Data umum responden yang meliputi: usia, jenis kelamin, pengeluaran

untuk konsumsi (tingkat konsumsi), tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah pendapatan.

2. Data perilaku penggunaan televisi meliputi motivasi menonton, ketersediaan waktu untuk menonton, preferensi menonton televisi dan frekuensi menonton TV.

3. Data tayangan iklan produk mie instant di televisi meliputi; frekuensi keterdedahan dan lama keterdedahan tayangan iklan mie instant.

(3)

4. Data mengenai persepsi responden terhadap tayangan iklan mie instant 5. Data perilaku responden yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan

tindakan.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Agar diperoleh validitas instrumen, daftar pertanyaan disusun dengan cara sebagai berikut :

1. Menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden

2. Menyesuaikan dengan apa yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu untuk memperoleh data yang sama

3. Mempertimbangkan teori dan kenyataan yang telah diungkapkan para ahli dari berbagai pustaka empiris

4. Memperhatikan nasihat-nasihat para ahli dan dosen pembimbing

Untuk menentukan reliabilitas instrumen maka terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada responden yang memiliki karakteristik relatif sama dengan karakteristik obyek penelitian.

Lalu dihitung tingkat reliabilitas dengan menggunakan cronbach alpha

dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali. Metoda tersebut digunakan untuk kuisioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian (Arikunto, 2003), sehingga melahirkan bentuk kategori dan uraian. Adapun rumus tersebut adalah:

Keterangan :

r1 1 = Reliabilitas instrument

K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal S sb2 = Jumlah varians butir

s12 = Varians total

(

)

=

2 2 11

1

1

t b

k

k

r

σ

σ

(4)

)

1

(

6

1

2 2

=

n

n

b

r

s i

Nilai r11 diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel

korelasi. Bila r11 > r tabel maka instrumen dinyatakan relia bel sedangkan bila lebih kecil maka perlu ada perbaikan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut.

Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen diuji pada awal pelaksanaan penelitian. Untuk instrumen motivasi menonton diperoleh nilai R =hitung sebesar 0,625 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,377. Untuk instrumen persepsi terhadap iklan diperoleh nilai nilai Rhitung sebesar 0,860 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,377. Untuk instrumen perilaku responden terhadap iklan diperoleh nilai Rhitung sebesar 0,702 lebih besar dari nilai Rkritis sebesar 0,377. Sesuai dengan kriteria perbandingan untuk menemukan reliabilitas variabel, maka alat ukur yang dipergunakan dalam penelitian ini sudah andal dan layak dipakai.

Analisis Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif (rataan, simpangan baku untuk data skala rasio), distribusi-frekuensi dan analisis hubungan. Dengan bantuan analisis seperti ini dapat dilihat sebaran masing-masing kategori dari keadaan variabel yang diamati. Untuk memudahkan pengolahan data digunakan program SPSS versi 12. Hubungan antar variabel yang menjadi kerangka kerja analisis penelitian ini akan diukur korelasinya dengan menggunakan analisis Rank Spearman . Diharapkan analisis ini akan dapat memberikan gambaran yang tepat pada hubungan antar variabel. Analisisnya menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman N = Banyaknya jenjang

(5)

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan pengertian tentang beberapa variabel yang diukur yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Untuk memudahkan pengumpulan data, masing-masing variabel dikelompokkan ke dalam kategori-kategori yang sesuai dengan skala pengukuran sebagai berikut : 1. Keefektivan tayangan iklan di televisi adalah tingkat penerimaan responden

terhadap produk mie instant yang ditayangkan pada iklan televisi yang diterima oleh responden tersebut, yang diukur dari tiga indikator utama sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang produk yaitu tingkat pemahaman responden terhadap produk mie instant yang diiklankan. Pada tahapan ini dikategorikan dengan (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi

b. Sikap terhadap produk adalah tingkat ketertarikan dan sikap yang ditunjukkan responden terhadap produk mie instant yang ditonton. Sub indikatornya adalah sikap positif dan sikap negatif. Pada tahapan ini dikategorikan dengan (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi

c. Tindakan terhadap produk adalah tingkat selanjutnya dari responden yaitu pengambilan keputusan responden untuk mengkonsumsi produk mie instant yang diiklankan. Sub indikatornya adalah frekuensi pembelian dan voluem pembelian. Dikategorikan dengan (1) rendah, (2) sedang dan (3) tinggi

2. Keterdedahan tayangan iklan mie instant di televisi adalah intensitas responden menonton iklan mie instant di televisi yang diukur dalam data rasio dengan dua indikator utama sebagai berikut:

a. Frekuensi keterdedahan adalah jumlah intensitas responden menonton iklan setiap hari dalam rentang waktu seminggu yang telah ditentukan sebelumnya. Diukur dengan menggunakan distribusi frekuensi dalam hitungan jumlah waktu/frekuensi. Dikategorikan dengan (1) jarang, (2) kurang sering dan (3) sering.

b. Lama keterdedahan adalah lamanya waktu khalayak urban dan semi menonton iklan mie instant dalam satu hari dihitung setiap hari dalam

(6)

rentang waktu seminggu. Diukur dalam jumlah hitungan detik. Dikategorikan dengan (1) tidak lama, (2) kurang lama dan (3) lama.

Selanjutnya untuk keperluan penelitian ini maka variabel keterdedahan terhadap tayangan iklan mie instant ini dilakuka n dengan distribusi frekuensi dimana akan mendapatkan jumlah waktu yang digunakan oleh responden ketika terdedah oleh tayangan iklan mie instant dalam jangka waktu seminggu pada bulan februari 2006. Frekuensi yang diperoleh akan membantu mengklasifikasikan variabel terpaan terhadap tayangan iklan mie instant tersebut.

3. Persepsi terhadap tayangan iklan adalah tanggapan responden terhadap tayangan iklan mie instant yang ditayangkan di televisi, yang diukur dalam skala ordinal dilihat dari aspek VISUAL (visible/dapat dilihat,

interested/menarik, simple/sederhana, utility/kegunaan, accurate/tepat dan

legitimate/terpercaya). Dikategorikan dengan (1) rendah, (2) kurang baik dan (3) agak baik (4) baik dengan tiga indikator sebagai berikut:

a. Kemudahan dipahami adala h tanggapan responden terhadap iklan dilihat dari pengertian responden terhadap maksud dan tujuan iklan mie instant yang ditonton. Dilihat dari sub indikator ketepata n, bisa dilihat, kesederhanaa n, cerita iklan.

b. Daya tarik adalah tingkat keindahan dan tingkat persuasivitas iklan yang ditayangkan dan yang dirasakan responden ketika terdedah oleh tayangan iklan mie instant tersebut. Daya tarik dilihat dari aspek musik iklan, model iklan, slogan iklan, penyajian gambar/visual.

c. Dorongan membeli adalah efek daya bujuk iklan terhadap responden. Dilihat dari sub indikator antara lain kepercayaa n dan kepraktisan.

4. Karakteristik individu adalah variabel identitas individu responden yang diamati dalam penelitian. Untuk menerjemahkan data pada seluruh variabel ini selanjutnya digunakan analisis distribusi frekuens i. Terdiri dari:

a. Umur adalah lamanya tahun hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan. Diukur dalam tahun.

b. Jenis kelamin adalah perbedaan status biologis responden. Terdiri dari a) Laki-laki, b) Perempuan

(7)

c. Jumlah anggota keluarga, adalah semua orang yang mendiami satu rumah (tempat tinggal) dengan responden. Diukur dala m jumlah jiwa dan disajikan dalam skala interval.

d. Status perkawinan, keadaan responden dalam berumah tangga, dikategorikan : a. Kawin; b. Belum kawin; c. Duda/janda

e. Tingkat pendidikan adalah lamanya responden menempuh jenjang sekolah formal tertinggi yang telah diselesaikan oleh responden, terdiri dari lulusan: SD (1), SLTP (2), SLTA (3), So (4), dan S1 (4) dan S2 ( 5).

f. Jenis pekerjaan adalah kegiatan ekonomis yang dilakukan oleh responden setiap hari. Untuk data ini dilakukan pengkodean terhadap jenis pekerjaan dan selanjutnya dianalisis dalam tabel distribusi frekuensi.

g. Tingkat konsumsi adalah besarnya pengeluaran untuk konsumsi produk-produk pangan per bulan. Untuk data ini dilakukan pengkodean terhadap jenis pekerjaan dan selanjutnya dianalisis dalam tabel distribusi frekuensi. h. Jumlah pendapatan keluarga adalah banyaknya penghasilan yang diperoleh

responden dan anggota keluarga dalam satu bulan terakhir, baik yang dihasilkan dari pekerjaan pokok maupun dari pekerjaan sampingan. Dinyatakan dalam rupiah.

i. Status sosial adalah hirarki jabatan responden dalam struktur kemasyarakatan baik secara formal maupun non formal. Digunakan dalam 3 kategori yaitu ulama, cendikiawan, pemerintahan/swasta dan masyarakat biasa serta masyarakat biasa yang belum menikah

5. Perilaku penggunaan media TV adalah cara yang terpola dari responden dalam menonton siaran televisi yang diukur dengan me nggunakan indikator sebagai berikut:

a. Motivasi menonton adalah dorongan yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ektrinsik) diri responden untuk menonton televisi. Motivasi dilihat dari beberapa aspek seperti hiburan, informasi kriminal, berita dalam negeri, berita luar negeri, berita dunia selebritis, mengisi waktu luang, faktor kebiasaan keluarga, perkembangan model, mengetahui perkembangan musik, sambil beristirahat. Semua item pada variabel ini akan dituangkan dalam

(8)

kuisioner dan dilakukan pengskoran kemudian untuk dikategorikan menjadi (1) tinggi, (2) sedang dan (3) rendah.

b. Ketersediaan waktu untuk menonton adalah lamanya waktu menonton televisi responden dihitung dalam jumlah jam/hari dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Dikategorikan menjadi (1) tinggi, (2) sedang dan (3) rendah. c. Preferensi menonton adalah perilaku responden menonton stasiun televisi

setiap hari dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Variabel ini dituangkan dalam panduan kuisioner yang meliputi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut; jumlah stasiun televisi, acara televisi yang ditonton, suasana dan tempat menonton. D ianalisis dengan menggunakan pengkodean dan tabulasi distribusi frekuensi.

d. Frekuensi menonton TV adalah jumlah seringnya masyarakat menonton televis i dalam satu minggu pada waktu yang telah ditentukan. Dianalisis dengan menggunakan tabulasi distribusi frekuensi.

Secara rinci variabel-variabel pene litian ini dan pengukurannya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2. Kerangka Teoritis dalam Penyusunan Definisi Operasional

N o Variabel Teori Indikator Sub Indikator Kategori/Keterangan

1 Perilaku Khalayak

T ingkat penerimaan responden terhadap produk mie instant yang ditayangkan pada televisi yang diterima oleh responden tersebut Pengetahuan tentang produk • Pengetahuan positif • Pengetahuan negatif • Rendah • Sedang • Tinggi Sikap terhadap produk • Sikap positif • Sikap negatif • Rendah • Sedang • Tinggi Tindakan terhadap produk • Frekuensi pembelian • Volume pembelian • Rendah • Sedang • Tinggi 2 Persepsi Tanggapan responden

terhadap tayangan iklan mie instant yang ditayangkan di televisi • Kemudahan dipahami • Daya Tarik • Dorongan membeli • Rendah • Sedang • Tinggi 3 Keterdedah an tayangan iklan mie instant Intensitas responden menonton iklan mie instant di televisi • Frekuensi keterdedahan • Jarang • Kurang sering • Sering

(9)

N o Variabel Teori Indikator Sub Indikator Kategori/Keterangan • Lama keterdedahan • Kurang lama (1) • Agak lama (2) • Lama (3) 4 Perilaku penggunaan media televisi

Cara yang terpola dari responden dalam menonton siaran televisi

Motivasi menonton • Rendah (1) • Sedang (2) • Tinggi (3) Ketersediaan waktu untuk menonton

Pagi, siang, sore, malam • Rendah(1) • Sedang (2) • Tinggi (3) Preferensi menonton televisi Stasiun televisi Acara televisi Suasana menonton Tempat menonton • Sedikit (1) • Sedang (2) • Banyak (3) Frekuensi menonton TV Frekuensi • Rendah (1) • Sedang (2) • Tinggi (3) 5 Karakteristi k individu Variabel identitas individu responden yang diamati dalam penelitian

Umur • Muda • Dewasa • Tua Jumlah anggota keluarga • Sedikit • Sedang • Banyak Status perkawinan • Kawin (1) • Tidak kawin (2) • Janda/duda (3) Tingkat pendidikan Distribusi frekuensi • Tidak Sekolah (1) • SD (2) • SLTP (3) • SLTA ( 4) • PT (5) Jenis pekerjaan • PNS • Swasta • Pedagang • Buruh • Petani • Pelajar • Ibu RT • Tidak Bekerja Tingkat konsumsi • Rendah • Sedang • Tinggi Jumlah Pendapatan keluarga • Rendah • Sedang • Tinggi

Status sosial 1.Masyarakat

biasa/belum menikah 2.Keanggotaan

masyarakat biasa 3.Tokoh masyarakat

(10)

Lokasi penelitian dilaksanakan pada dua wilayah yang mewakili dua karakteristik masyarakat urban dan semi urban di Bogor. Dua wilayah tersebut adalah Kelurahan Gunung Batu RW 12 dan Desa Benteng RW 3. Karakteristik dan gambaran wilayah dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 3. Gambaran Umum Masyarakat di Urban dan Semi Urban

No Profil Lokasi Urban Semi Urban

1 Luas (Ha2) 99.565 248, 5

2 Populasi (jiwa) 19.500 8.570

- Laki -laki 9.853 420

- Perempuan 9.547 4.450

3 Populasi berdasarkan umur 15 - 60

- Laki -laki 5.456 2.523

- Perempuan 5.792 3.005

3 Kepala Keluarga (KK) 4.109 1.873

4 Tingkat pendidikan (Jiwa)

Tamat SD 5.649 1.034

Tamat SLTP 5.755 735

Tamat SLTA 5.625 259

Tamat akademi (D 1-D3) 539 18

Tamat PT (S1-S3) 1.665 5

5 Sarana Informasi (Unit)

TV milik Pribadi 3.950 1.428

Radio 2.275 1.904

Sumber: Data primer Profil Kelurahan Gunung Batu dan Desa Benteng 2004.

Kondisi kedua wilayah penelitian sangat berbeda mulai dari karakteristik geografis dan penduduknya. Kelurahan Gunung Batu sebagai salah satu wilayah urban yang berada kurang lebih 4 km dari Kota Bogor dan kurang lebih 124 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat. Posisi kelurahan ini berbatasan sebelah utara dengan Kelurahan Kebun Kelapa, Kelurahan Pasir Jaya sebelah selatan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Mulya serta sebelah barat dengan Kelurahan Loji. Kelurahan Gunung Batu terletak pada ketinggian 250m dpl

(11)

dengan curah hujan rata-rata 3000-4000 mm/tahun dengan keadaan suhu rata -rata 21-300 C.

Kelurahan Gunung Batu merupakan daerah perkotaan yang cukup padat dengan penduduk heterogen. Jumlah penduduk Kelurahan Gunung Batu seluruhnya adalah 19.500 orang terdiri dari 14 RW. Kelurahan Gunung Batu yang cukup luas dengan jumlah 99.565 ha digunakan untuk lahan pemukiman 71.428 ha dengan ketinggian 350 m diatas permukaan laut.

Dari komposisi penduduk sebagaimana tampak pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja produktif dan anak-anak cukup besar. Penduduk usia produktif dalam hal ini adalah pada usia 15 – 60 tahun. Apabila dilihat dari struktur dan komposisi penduduk maka sebagian besar penduduk berpendidikan SD sampai SLTA. Lebih jauh dapat diketahui penduduk tidak tamat SD dengan proporsi terkecil yaitu 1.80 %. Tabel 2 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa proporsi jumlah penduduk usia produktif hampir berimbang dengan penduduk berusia tidak produktif. Kondisi ini tentunya berpengaruh terhadap beban tanggungan yang diterima penduduk usia produktif yang bekerja. Artinya jumlah penduduk yang menggantungkan diri kepada penduduk yang bekerja sebenarnya tidak hanya penduduk dengan usia tidak produktif akan tetapi juga penduduk usia produktif yang belum bekerja. Namun karena Kelurahan Gunung Batu yang terletak dekat dengan pusat informasi dan pasar membuat mobilitas dan akses masyarakat lebih mudah terhadap dunia luar. Sehingga kondisi ini menjadi kesempatan unt uk masyarakat mengembangkan dirinya baik dalam pendidikan maupun ekonomi.

Jaringan telepon baik untuk telepon pribadi maupun telepon umum menjadi sarana komunikasi yang sangat memadai. Beberapa warnet yang ada memungkinkan masyarakat mengenal lebih jauh dunia maya internet sehingga dapat dipastikan kesempatan untuk memperoleh informasi menjadi cepat dan mudah.

Desa Benteng terletak pada Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Posisi Desa Benteng ini terletak kurang lebih 1 km dari Ibukota Kecamatan dan 40 km ke Kabupaten Bogor dan kurang lebih 133 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat.

(12)

Posisi Desa Benteng ini berbatasan sebelah utara dengan Desa Ranca Bungur, Desa Cibanteng sebelah selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea serta sebelah barat dengan Desa Bojong Rangkas.

Desa Benteng terletak pada ketinggian 300m dpl dengan curah hujan rata-rata 3000-4000 mm/tahun dengan keadaan suhu rata-rata-rata-rata 370 C. Desa Benteng cukup luas dengan jumlah 248, 5 ha dengan sebagian besar merupakan daerah sangat subur ya itu sebanyak 107 ha.

Desa Benteng merupakan desa yang cukup padat penduduknya dan mayoritas penduduknya adalah dari sektor pertanian, buruh dan pedagang. Desa Benteng masih sangat homogen karena sebagian besar penduduknya adalah masyarakat asli dan sehari-hari menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa pengantar. Jumlah penduduk Desa Benteng seluruhnya adalah 8.570 orang terdiri dari 8 RW dan jumlah kepala keluarga 1.873 KK.

Komposisi penduduk Desa Benteng dengan kisaran antara 15-60 tahun lebih sedikit daripada penduduk Kelurahan Gunung Batu. Apabila dilihat dari struktur dan komposisi penduduk maka sebagian besar penduduk berpendidikan SD sampai SLTA. Lebih jauh dapat diketahui penduduk tidak tamat SD dengan proporsi terkecil yaitu 1.80 %. Tabel 2 menunjukkan tingkat pendidikan penduduk dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada.

Struktur dan komposisi penduduk adalah sebagian besar berpendidikan SD dengan proporsi terbesar yaitu 50,41 persen. Lebih jauh dapat diketahui penduduk dengan pendidikan tinggi ya itu dengan proporsi terkecil sebesar 0,24 persen dari keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan masih rendah pada Desa Benteng.

Melihat dari tingkat pendidikan yang rendah maka sumber daya manusia yang ada juga rendah karena kurang mampu bersaing ketika masuk dalam dunia kerja, terlebih lagi letaknya yang jauh dari pusat kota dan informasi sehingga sarana informasi yang paling berpotensi diperoleh penduduk adalah hanya dari media televisi dan radio.

Penduduk sudah cukup memadai untuk akses informasi terhadap media. Hampir semua kepala keluarga memiliki satu pesawat televisi. Berdasarkan wawancara informal dilapangan dengan masyarakat desa diperoleh informasi

(13)

bahwa penduduk menjadikan pesawat televisi sebagai sarana informasi dan diadopsi baik dalam perilaku konsumsi dan gaya hidup perkotaan, serta menjadikan televisi sebagai sarana acara keluarga. Sebagai masyarakat desa yang masih homogen kehidupan masyarakat cukup dinamis dan kekerabatan yang masih dekat. Televisi digunakan untuk sarana berkumpul dan bersosialisasi dengan saudara dan kerabat. Tidak jauh berbeda penduduk Kelurahan Gunung Batu juga menjadikan televisi sebagai sarana untuk berkumpul dengan keluarga.

Karakteristik Individu Khalayak pada Masyarakat Urban dan Semi Urban

Jumla h responden penelitian ini adalah seluruhnya 108 responden yang mewakili keluarga yaitu sebanyak 48 di Kelurahan Gunung Batu tepatnya pada RW 12 dan di Desa Benteng adalah pada RW 3 dengan jumlah 5 RT sehingga jumlah responden adalah 60 orang mewakili ruma h tangga masing-masing. Pengambilan sampel didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kepemilikan terhadap pesawat TV

2. Pernah menonton iklan mie instant di televisi

3. Mewakili unsur status sosial yaitu tokoh keagamaan, tokoh berpendidikan, status keanggotaan masyarakat biasa, keanggotaan masyarakat yang belum berkeluarga.

4. Mewakili unsur tersebut pada tiap RT pada RW yang bersangkutan dengan jumlah jenis kelamin yang sama.

Faktor umur merupakan hal yang penting dalam suatu kegiatan dan tindakan manusia , karena umur berkaitan dengan semangat, kondisi fisik seseorang dan motivasi melakukan suatu pekerjaan. Orang membeli barang dan jasa yang berbeda -beda sepanjang hidupnya (Kotler, 2005). Dalam penelitian ini usia responden dihitung berdasarkan jumlah wakt u dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan. Satuan waktu untuk mengukur usia khalayak yang menjadi responden adalah tahun.

Khalayak di masyarakat urban berada pada kisaran umur 30 sampai 55 tahun. Khalayak di masyarakat semi urban dengan kisaran umur yang tidak jauh

(14)

berbeda dengan persentase terbesar adalah pada kisaran umur yang sama. Pada kategori usia tersebut adalah termasuk usia produktif dan umumnya banyak membutuhkan informasi. Rata-rata jumlah anggota keluarga khalayak urban dan semi urban sebanyak lima orang. Menurut BPS (2005) yang termasuk kategori keluarga kecil adalah jika dalam satu keluarga berjumlah maksimal empat orang. Namun pada persentase terbanyak pada kategori empat sampai enam orang anggota keluarga sebesar 63,9 persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 4. Karakteristik Khalayak di Masyarakat Urban dan Semi Urban

No Karakteristik Individu

Urban Semi Urban Seluruh Responden 1 Umur

Rataan (th) 36,6 34,5 35,4

Sebaran (th) 16 -60 15 - 59 15 – 60

2 Jum lah ang kel

Rataan (jiwa) 5 5 5 Sebaran (jiwa) 3 - 6 2 - 10 2 - 10 3 Pendidikan (%) - Tidak Sekolah 0 1,7 0,9 - SD 6,3 21,7 14,8 - SLTP 12,5 20,0 16,6 - SLTA 58,3 40,0 48,1 - PT 22,9 16,7 19,4 4 Pekerjaan (%) - PNS 33,3 13,0 24,1 - Swasta 24,2 15,0 21,3 - Pedagang 6,1 16,7 11,1 - Buruh 6,1 10,0 7,4 - Petani 0,0 1,7 0,9 - Pelajar 12,1 15,0 13,0 - Ibu RT 15,2 20,0 17,6 - Tidak bekerja 13,8 6,7 4,6 5 T konsumsi Rataan (Rp/bln) 623.958,00 502.666,00 556.574,00 Sebaran (Rp/bln) 150.000,00-1.300.000,00 150.000,00-1.500.000,00 150.000,00-1.500.000,00 6 Pendapatan Rataan (Rp/bln) 1.379.433,00 1.072.450 1.203.676,00 Sebaran(Rp/bln) 400.000-3.000.000,00 300.000,00-7.000.000,00 300.000,00-7.000.000,00

Pada khalayak semi urban ternyata masih ada yang tidak pernah menempuh pendidikan. Latar belakang pendidikan khalayak urban dan semi urban tidak jauh berbeda yaitu SLTA dengan persentase sebesar 48,1 persen. Pada Tabel 3 terlihat sebaran responden pada khalayak di masyarakat urba n berurutan dari

(15)

yang terbanyak adalah PNS, swasta, ibu rumah tangga , tidak bekerja, pelajar, pedagang dan buruh. Sebanyak 1,7 persen khalayak di masyarakat semi urban masih bekerja sebagai petani sawah.

Secara umum tingkat konsumsi khalayak di masyarakat urban dan semi urban termasuk rendah walaupun tidak termasuk kategori masyarakat miskin yaitu antara 750.000,00 sampai 1.500.000,00 dengan persentase sebesar 55,6 persen. Sesuai dengan kriteria masyarakat miskin pada BPS (2005) adalah masyarakat dengan konsumsi dibawah Rp 150.000,00 perbulan dengan jumlah anggota keluarga empat orang.

Pada masyarakat semi urban persentase terbesar adalah pada kategori antara Rp 150.000,00 sampai Rp 700.000,00. Dilihat dari jumlah anggota keluarga masyarakat maka tingkat konsumsi yang seperti itu termasuk rendah dan tidak mencukupi memenuhi gizi keluarga. Tingkat konsumsi pada masyarakat urban lebih bervariasi karena sesuai dengan kondisi masyarakatnya yang heterogen sehingga mencakup semua lapisan. Pendapatan keluarga dan tingkat konsumsi keluarga mencerminkan kondisi kesejahteraan keluarga tersebut.

Sesuai dengan kebutuhan hidup minimum/KHM dari BPS (2005) berasumsi bahwa masyarakat dengan pendapatan di bawah Rp 450.000,00 perbulan sudah termasuk kategori keluarga miskin. D istribusi terbesar di khalayak urban adalah pada pendapatan Rp 750.000,00 - Rp 1.500.000,00 yang termasuk kategori sedang. Sedangkan pada khalayak semi urban distribusi terbesar adalah pada kategori rendah yaitu berkisar antara Rp 300.000,00 - Rp 700.000,00 Tingkat pendapatan khalayak di masyarakat urban dan semi urban yang bervariasi sejalan dengan variasi pekerjaan masing-masing.

(16)

Perilaku Penggunaan Televisi Khalayak di Masyarakat Urban dan Semi Urban

Motivasi masyarakat untuk menonton televisi masih rendah dengan rata-rata 46 dalam skor 100 persen. Motivasi menonton televisi terdiri dari motivasi untuk menambah informasi dan pengetahuan dengan rata -rata 54 dalam skor 100 persen. Motivasi khalayak menonton televisi untuk mencari hiburan termasuk rendah dengan rata-rata 40 dalam skor 100 persen, sedangkan motivasi menonton televisi dalam hal mengisi waktu masih kurang tinggi dengan rata -rata 51 dalam skor 100 persen.

Motivasi yang berkaitan dengan untuk menjaga kebersamaan dengan keluarga juga masih kurang tinggi dengan nilai rata-rata 43 dalam skor 100 persen. Ketersediaan waktu khalayak di masyarakat urban dan semi urban untuk menonton TV terkait dengan kesibukan masing-masing sesuai dengan jenis pekerjaan. Tabel 4 terlihat sebagian besar (58,3 persen) khalayak urban maupun semi urban menonton TV 1.240 sampai 1.660 menit perminggu, rata -rata tiga sampai empat jam perhari. Data selengkapnya terkait dengan hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 5. Perilaku Penggunaan Televisi oleh Khala yak di Urban dan Semi Urban

Urban Semi Urban Seluruh Responden

No Perilaku Penggunaan

TV Rataan Sebaran Rataan Sebaran Rataan Sebaran

1 Motivasi menonton TV (skor dalam persen) *)

46 19 - 35 46 18 - 38 46 17 - 38

2 Ketersediaan waktu (menit/minggu)

1.619 325 - 4.500 1.483 240 - 4.080 1.575 240 - 4.500

3 Jumlah stasiun TV yang ditonton (macam)

5 1 - 12 5 2-8 5 1 - 12

4 Jumlah acara yang ditonton (macam) 3 1 - 4 2 1-4 3 1 - 4 5 Jumlah tempat menonton TV (tempat) 1 1 - 2 1 1 – 3 1 1 - 3 6 Suasana menonton (macam ) 2 1 - 2 1 1 – 3 2 1 – 3 7 Frekuensi menonton (Kali/minggu) 20 6 - 28 20 2-28 20 2-28

Keterangan : *) Rataan skor dikonversikan ke persentase

Tingkat preferensi menonton khalayak ditunjang oleh banyaknya pilihan acara. Setelah acara TV tidak lagi dimonopoli pemerintah (TVRI), banyak

(17)

bermunculan stasiun televisi swasta diikuti oleh tayangan iklan yang semakin bersaing menawarkan produk-produknya. Banyaknya channel/stasiun televisi yang ditonton tampaknya kesempatan untuk terdedah oleh taya ngan iklan khususnya produk mie instant semakin besar.

Adanya kecenderungan pemirsa televisi memindahkan stasiun televisi ketika ada jeda tayangan iklan sehingga banyak tayangan iklan yang terlewatkan termasuk tayangan iklan mie instant. Namun jika pada salah satu acara yang disukai dan tidak menayangkan banyak iklan biasanya penonton membiarkan saja tayangan iklan komersial tersebut. Setiap harinya sekitar empat sampai sembilan jumlah stasiun televisi yang ditonton oleh 77,8 persen masyarakat urban dan semi urban. Berbagai pilihan stasiun televisi yang dapat diakses tersebut adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Indosiar Visual Mandiri, Surya Citra Televisi (SCTV), TPI, Global TV, TV 7, Trans TV, Anteve, TVRI, O-channel, Space Toon, Metro TV, Lativi, Jak TV.

Banyaknya pilihan televisi swasta tersebut memberikan peran aktif khalayak untuk memilih acara yang disenangi dan dibutuhkannya. Masyarakat urban memiliki lebih dari tiga acara televisi ya ng disukai dengan persentase 56,3 persen. Sedangkan masyarakat semi urban sebagian besar hanya menyukai dua sampai tiga jenis acara televisi (76,7 persen). Dari hasil pengamatan di lapangan, masyarakat semi urban cenderung memilih acara televisi dengan versi yang sama seperti menyukai film bertema agama.

Pada masyarakat urban, khalayak tampaknya lebih dituntut untuk kosmopolit sehingga mengimbanginya dengan banyak mencari informasi dan menonton banyak kategori acara televisi. Masyarakat tidak fanatik pada satu stasiun televisi, tetapi hanya menyukai beberapa acara tertentu saja. Ada tiga kategori acara yang disukai khalayak di masyarakat urban, sedangkan ada dua kategori acara yang disukai khalayak di semi urban.

Masyarakat cenderung menonton pada tempat dan suasana menonton yang sama setiap harinya. Lazimnya dalam sebuah keluarga ada satu pesawat televisi diruang keluarga. Standar ekonomi dan kesejahteraan yang tidak terlalu jauh berbeda antara masyarakat urban dan semi urban, tampak dari pesawat televisi digunakan sebagai sarana informasi untuk seluruh keluarga. Berdasarkan

(18)

pengamatan di lapangan masyarakat lebih menyukai menonton televisi di ruang keluarga dan bersama anggota keluarga yang lain.

Sebagian masyarakat (38,9 persen) menonton televisi sembilan sampai 17 kali setiap minggu atau tiga kali setiap hari. Frekuensi menonton televisi ini terkait dengan kesibukan khalayak seperti dalam hal pekerjaan dimana khalayak umumnya memiliki rutinitas tertentu setiap harinya termasuk untuk menonton televisi. Khalayak urban dan semi urban umumnya bekerja pada pagi hari dan pulang pada sore atau malam hari atau bagi yang bekerja paruh waktu lebih sering menonton televisi. Sedangkan bagi khalayak yang tidak bekerja cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa khalayak yang tidak bekerja lebih sering di rumah dan mencari hiburan dengan menonton televisi.

Gambar

Tabel 1.  Kriteria dan Jumlah Pengambilan Sampel  Khalayak  di Masyarakat  Urban dan Semi Urban
Tabel  2. Kerangka Teoritis dalam Penyusunan Definisi Operasional
Tabel  3. Gambaran Umum Masyarakat di Urban dan Semi Urban
Tabel  4. Karakteristik Khalayak  di Masyarakat Urban dan Semi Urban
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV DI SDN I

Dari analisis di atas, maka akan terlihat bahwa penerapan maqa>s{id shari>’ah pada penyelesaian klaim sangatlah penting, karena dengan kandungan nilai-nilai maqa>s{id

RINCIAN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. KODE REKENING URAIAN JUMLAH (Rp) RINCIAN PERHITUNGAN Satuan Harga Satuan Volume 1 2 3 4 5

Biro Perencanaan Anggaran dan KLN sebagai salah satu unit Eselon II yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan perencanaan pembangunan, program

Senyawa alkohol jika dipanaskan dalam suasana asam akan mengalami reaksi dehidrasi menghasilkan akena dengan kerangka yang bebeda dari kerangka senyawa semula, produk utama

Pola regangan yang terjadi untuk kayu Sengon, Meranti dan Kamper mulai dari keluar oven hingga tercapai Kadar Air Keseimbangan memiliki pola yang serupa yaitu bagian

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Skripsi dengan judul “Analisis Dampak Perubahan Iklim Lokal Terhadap Kesejahteraan Petambak Udang (Studi Kasus di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Provinsi