Union for Conservation and Natural Singadan, R.K., F. Pattiselanno and Z.
Resources. Parinding. 2001. The Mammal-ians on
Kunz, T.H., C. Wemmer and V. Hayssen. the Lowland Forest of Yongsu, Irian 1996. Sex, age and reproduction Jaya. In, S. Suryadi and E.M. conditions of mammals. In: Measuring Rosariyanto (eds.). Biology Rapid and Monitoring Biological Diversity: Assessment Training at Yongsu, Irian Standard Methods for Mammals (Eds. Jaya. Conservation International Irian D.E. Wilson, F.R. Cole, J.D. Nichols, R. Jaya Program.
Rudran and M.S. Foster). The Thomas, M.O.. 1922. New mammals from Smithsonian Institute. Pp 279-290. New Guinea and neighboring islands. Lekitoo, K., O. Matani, H. Remetwa dan C.D. Ann Mag. Nat. Hist. (9)9: 261-265
Heatubun. 2008. Keanekaragaman Tim Fasilitasi Perencanaan Multipihak Flora Taman Wisata Alam Gunung Pengelolaan Taman Wisata Alam Meja. Balai Penelitian Kehutanan Gunung Meja, 2003. Potret Taman
Manokwari Wisata Alam Gunung Meja (Laporan).
McKean, J.L. 1972. Notes on some K e r j a s a m a P e m d a K a b u p a t e n collections of bats (order Chiroptera) Manokwari, BKSDA Papua II Sorong from Papua New Guinea and dan NRM II Program Manokwari
Bougainvillea Islands Australia, Vestejns, W.J.M. and L.S. Hall. 1977. CSIRO Div.Wildl Res. Tech. Pap. 26. Stomach contents of forty-two species Mickleburgh, S.P., A.M. Hutson and P.A. of bats from the Australian region.
Racey. 2002. A review of the global Aust. Wildl. Res. 4: 25-35
conservation status of bats. Oryx Wiles, G.J and M.S. Fujita, 1992. Food
36(1): 18-34. Plants and economic importance of
Pattiselanno, F. 2003. Some fruit bats flying foxes on Pacific islands. Pp 24-(Chiroptera, Pteropodidae) of the 35, in D.E. Wilson and G.L. Graham Mamberamo River Basin, West Editors, Pacific island flying foxes: Papua, Indonesia, Asia Life Sciences Proceedings of an international
12 (1): 45-56 conservation conference, US Fish and
Pattiselanno, F., P. Setio, K. Lekitoo dan Wildlife Service Biological Report O.P.M. Matani. 2001. Mamalia Kecil di 90(23). US Department of the Interior, Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Fish and Wildlife Service, Washington Pegu-nungan Tamrau Utara. Buletin DC.
Kehutanan Matoa No. 10: 35-39
Suyanto, A. 2001. Kelelawar di Indonesia. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.
Keanekaragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera) pada Empat Tipe Habitat di
Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi Utara
Roni Koneri dan Saroyo
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Jalan Kampus Bahu, Manado 95115 Penulis untuk korespondensi, Tel. +62-0431- 827932, Fax. +62-0431- 822568,
E-mail:
ronicaniago@yahoo.com
Diterima Januari 2011 disetujui untuk diterbitkan Mei 2011
Abstract
The objective of the research was to study the diversity of butterfly (Lepidoptera) in four habitat types in Mt Klabat protection forest, North Sulawesi. This research had been conducted over three months using a sweeping technique applied to follow the line transect length of 1000 meters at random in each habitat type (primary forest, secondary forest, gardens and shrubs). The results showed that there were 3 families namely Papilionidae, Nymphalidae and Pieridae, with the number of 29 species and 1014 individuals. The value of diversity based on Shannon and Wienner diversity index and the highest was found in the garden (H = 2,24) followed by shrubs (H = 2,12) and the lowest in secondary forests (H = 1,97). Based on the index Sorensen similarity (Cn) the composition of butterfly species found in primary forest has a high similarity value with secondary forest ((IS = 0,86), while the lowest among primary forest with garden (IS = 0,71). The result of This research is expected to be the basic data on butterfly diversity and effects of habitat changes on the diversity and distribution of butterfly in North Sulawesi
Keywords: Diversity, butterfly, habitat, Klabat Mountain, North Sulawesi.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera) pada empat tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dengan menggunakan teknik sweeping mengikuti garis transek yang diterapkan secara random sepanjang 1000 meter pada masing-masing tipe habitat (hutan primer, hutan sekunder, kebun dan semak). Hasil penelitian didapatkan sebanyak 3 famili yaitu Papilionidae, Nymphalidae dan Pieridae, dengan jumlah 29 spesies dan 1014 individu. Nilai keanekaragaman berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon dan Wienner tertinggi ditemukan pada kebun (H=2,24) disusul oleh semak (H=2,12) dan yang terendah pada hutan sekunder (H=1,97). Berdasarkan indeks kesamaan Sorensen (Cn) komposisi spesies kupu-kupu yang ditemukan pada hutan primer memiliki nilai kesamaan yang tinggi dengan hutan sekunder ((IS = 0,86), sedangkan yang terendah antara hutan primer dengan kebun (IS=0,71). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar tentang keanekaragaman kupu-kupu dan pengaruh perubahan habitat terhadap keanekaragaman dan distribusi kupu-kupu-kupu-kupu di Sulawesi Utara
Kata kunci: Keanekaragaman, Kupu-kupu, habita, Gunung Klabat, Sulawesi Utara
kupu tertinggi di Indonesia. Dari 557 spesies
Pendahuluan
yang ada di sana, sebanyak 239 jenis (lebih Indonesia memiliki keragaman
kupu-dari 40 persen) merupakan jenis yang hanya kupu yang berlimpah. Jumlah spesies
kupu-dapat dijumpai di kawasan itu, contohnya kupu yang diketahui di dunia diperkirakan
Papilio blumei. 17.500 spesies dan tidak kurang dari 1.600
Pada suatu ekosistem kupu-kupu spesies diantaranya tersebar di Indonesia.
berperan penting dalam memelihara Kekayaan jumlah spesies ini hanya
keanekaragaman hayati, karena fungsinya tertandingi oleh negara-negara tropis di
sebagai polinator yang mendorong Amerika Selatan, seperti Peru dan Brasil
terjadinya penyerbukan pada tumbuhan yang mempunyai sekitar 3.000 spesies.
s e h i n g g a m e m b a n t u p e r b a n y a k a n K u p u - k u p u r a j a Tr o i d e s h y p o l i t u s,
tumbuhan secara alamiah (Speight et al., kebanyakan dijumpai di Indonesia bagian
1999; Hammond dan Miller, 1998; Plona, Barat dan Sulawesi, serta beberapa spesies
2 0 0 2 ) . D a l a m k o n t e k s k o n s e r v a s i berada di Maluku dan Papua. Sulawesi
ekosistem, kupu-kupu juga sangat populer adalah pulau yang memiliki keunikan
kupu-dijadikan sebagai bioindikator terhadap terancam punah.
perubahan kualitas lingkungan (Lewis, Kupu-kupu merupakan salah satu 2001). Hal ini disebabkan kupu-kupu sangat fauna penghuni kawasan Hutan Lindung sensitif terhadap perubahan ekosistem, Gunung Klabat. Selama ini diversitas kupu-relatif mudah dikoleksi, dan sangat populer. kupu di kawasan tersebut belum pernah Kupu-kupu juga mempunyai nilai ekonomis, diteliti dan dipublikasikan. Padahal informasi terutama dalam bentuk dewasa untuk tersebut sangat penting mengingat pada dijadikan koleksi, dan sebagai bahan pola saat ini kerusakan hutan dan perburuan dan seni (Borror et. al., 1996). kupu-kupu terjadi secara besar-besaran. Seperti satwa lainnya, kupu-kupu juga Oleh karena itu sebelum kita kehilangan menghadapi ancaman kelangkaan dan keanekaragaman hayati khususnya kupu-kepunahan, terutama disebabkan oleh alih kupu, maka analisis keanekargaman kupu-fungsi lahan dan habitatnya. Kebanyakan kupu tersebut sangat penting sebagai data jenis kupu-kupu sangat bergantung pada dasar keanekaragaman hayati dan bahan satu atau dua jenis tumbuhan, yang umum pertimbangan dalam memformulasikan disebut sebagai tanaman inang, sehingga strategi konservasinya di Sulawesi Utara. ancaman terhadap jenis tumbuhan tersebut
Penelitian ini bertujuan untuk sama saja dengan mengancam keberadaan
menganalisis keanekaragaman kupu-kupu kupu-kupu.
(Lepidoptera) pada empat tipe habitat di Penyusutan dan perubahan ekosistem
Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi hutan yang terjadi karena eksploitasi yang
Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sangat cepat merupakan ancaman bagi
mengungkapkan keanekaragaman kupu-keberadaan kupu-kupu di Sulawesi Utara.
kupu (Lepidoptera) di Kawasan Timur Misalnya daerah yang kaya dengan
Indonesia, khususnya di Hutan Lindung kehidupan kupu-kupu dibersihkan dan
Gunung Klabat, Sulawesi Utara. diolah untuk pertanian dan perkebunan.
Walaupun ada yang dapat berpindah ke habitat yang baru, akan tetapi sumber
Materi dan Metode
makanan larvanya telah musnah yangPenelitian ini dilaksanakan selama tiga mungkin merupakan makanan yang spesifik
bulan mulai dari bulan Juli – September bagi larva kupu-kupu tersebut.
2010, di kawasan Hutan Lindung Gunung Disamping itu, kerusakan hutan juga
Klabat, Sulawesi Utara. Tipe habitat yang dapat menyebabkan terjadinya
frag-dijadikan lokasi penelitian adalah (1) hutan mentasi habitat. Fragmentasi habitat akan
primer: kondisi hutannya tidak terganggu mengancam keanekaragaman kupu-kupu.
dan diameter pohonnya ada yang mencapai Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari 100 cm. Penutupan kanopi pohon terjadinya kerusakan hutan di daerah tropis
pada hutan ini di atas 75 %; (2) hutan yang disebabkan oleh penebangan liar,
sekunder: kondisi hutannya relatif kurang pengambilan kayu dari hutan, dan alih fungsi
terganggu, hanya terjadi pengambilan rotan. hutan menjadi lahan pertanian akan
Hutan ini ditandai dengan diameter pohon mempengaruhi distribusi, struktur dan
yang tidak terlalu besar (rata-rata diameter komposisi komunitas, kekayaan spesies,
pohon lebih kecil dari 50 cm) dan penutupan dan keanekaragaman hayati (Koneri, 2008;
kanopi pohon antara 50-75 %; (3) kebun: Schulze, 2000; Liow et al. 2001; Lien & Yuan,
merupakan lahan yang dijadikan tempat 2003; Schulze dan Fielder, 2003;
bercocok tanam oleh masyarakat yang Shahabuddin, 2005; Dewenter dan
berada di sekitar kawasan pinggir hutan; dan Tscharntke, 2003).
(4) semak: habitat ini merupakan bekas Gunung Klabat merupakan salah kebun masyarakat yang terlantar dan satu hutan lindung yang terletak di Sulawesi ditumbuhi oleh semak belukar dan herba. Utara. Kawasan ini terdapat di wilayah Bahan yang digunakan adalah alkohol Kabupaten Minahasa Utara, dan 70%, kertas label, sterofoam, kertas dikategorikan sebagai kawasan penting minyak/kertas papilot. Alat yang dipakai melihat perannya sebagai penentu adalah jaring serangga (sweepnet) untuk ekosistem. Hutan Lindung Gunung menangkap kupu-kupu, jarum suntik 5 ml, Klabat merupakan habitat berbagai jarum pentul, buku identifikasi, kamera dan beragam flora dan fauna spesifik yang kotak koleksi.
Metode yang digunakan yaitu metode P = proporsi tiap spesies ; i
survey dengan pengambilan sampel secara ln = Logaritme natural (bilangan alami) purporsif. Koleksi kupu-kupu dilakukan Untuk menentukan tingkat keme-dengan teknik sweeping mengikuti garis rataan spesies digunakan indeks keme-transek yang diterapkan secara random rataan Shannon (E) (Magurran 2004), sepanjang 1000 m dan teknik ini telah sebagai berikut:
digunakan lebih dari 25 tahun dan dianggap Indeks kemerataan spesies (E) efektif. Pengambilan sampel dilaksanan dari E = H/ln(S); jam 8 sampai 15 WITA (Peggie dan Amir, S = jumlah spesies
2006). Kupu-kupu yang dikoleksi hanya satu Kesamaan komunitas kupu antar spesimen setiap spesies, bila ditemukan tiap habitat digunakan indeks kesamaan spesies yang sama jenis maka kupu-kupu Sorensen dan data yang digunakan adalah tersebut akan dilepas kembali. Untuk kehadiran dan ketidakhadiran kupu-kupu mencegah kemungkinan terjadi perhitungan (Magguran, 1988). Indeks tersebut dihitung ganda (lebih dari satu) maka kupu- dkupu dengan menggunakan Biodiv 97 yang yang ditangkap diberi tanda dan dilepaskan merupakan perangkat lunak macro pada
kembali. excel (Shahabuddin et al., 2005). Nilai
Proses identifikasi dan klasifikasi ketidaksamaan (1-indeks Sorensen) spesimen dengan menggunakan buku digunakan untuk melakukan analisis identifikasi. Buku identifikasi yang dipakai kelompok (cluster analysis) (Krebs, 1999; yaitu Butterflies of the South East Asian Ludwig dan Reynold, 1988). Analisis Island, Part I Papilionidae, Part II Pieridae- kelompok setiap komunitas disusun secara Danaidae, Part III Satyridae-Lybytheidae, hirarki dalam bentuk dendogram. Part IV Nympalidae (I), Part V Nympalidae Dendogram dibuat menggunakan program ( I I ) ( T s u k a d a d a n N i s h i y a m a , Statistica for Windows 6 (StatSoft, 2001). 1982:1981;1982;1985;1991), serangga Pengelompokkan mengunakan unweighted Taman Nasional Gunung Halimun Jawa pair group method with arithmetic mean Bagian Barat (Amir et al. 2003), panduan (UPGMA) dan jarak Euclidean (Lewis, praktis kupu-kupu di kebun Raya Bogor 2001).
(Peggie & Amir, 2006), dan entomologi
pertanian (Jumar, 1997). Setelah selesai
Hasil dan Pembahasan
proses identifikasi maka selanjutnya Hasil penelitian diperoleh sebanyak diadakan proses pengklasifikasian. Apabila 1014 individu yang meliputi 29 spesies dan masih ada sampel yang belum dapat termasuk dalam 3 Familia yaitu diidentifikasi berdasarkan beberapa kunci di Papilionidae, Nymphalidae dan Pieridae. atas maka sampel tersebut kemudian Anggota familia yang paling banyak dibawa ke museum serangga LIPI Cibinong d i t e m u k a n a d a l a h N y m p h a l i d a e , untuk diidentifikasi dan dicocokkan dengan sedangkan yang paling sedikit Pieridae. spesimen kupu-kupu yang terdapat di Selama penelitian ditemukan 22 genus
museum serangga. dengan jumlah genus masing-masing
Analisis data kupu-kupu yang familia adalah Papilionidae terdiri atas 2 dibahas meliputi kelimpahan spesies (n), genus, Nymphalidae memiliki 16 genus, kekayaan spesies (s), nilai keanekaragaman sedangkan Pieridae hanyai 4 genus.
spesies (H) dan nilai kemerataan spesies H a b i t a t y a n g p a l i n g b a n y a k (E). Kelimpahan spesies merupakan jumlah ditemukan jumlah spesiesnya adalah kebun, individu setiap spesies yang ditemukan pada kemudian disusul oleh semak, sedangkan setiap titik pengambilan sampel. Kekayaan jumlah spesies yang paling sedikit spesies didasarkan pada jumlah spesies ditemukan pada hutan primer. Spesies yang yang hadir pada setiap tipe habitat (Michaels paling banyak ditemukan pada empat tipe & Borneminza, 1999). Penentuan tingkat habitat adalah Ideopsis vitrea oenopsis, keanekaragaman spesies menggunakan kemudian diikuti oleh Cyrestis strigata. indeks keanekaragaman (H) menurut Spesies yang memiliki jumlah individu paling Shannon dan Wiener (Magurran, 1988), sedikit adalah Cethosia myrina dan Danaus dengan rumus sebagai berikut: genutia leucoglene masing-masing satu Indeks keanekaragaman spesies (H') individu (Tabel 1). Dominannya spesies
Ideopsis vitrea oenopsis karena spesies in (H') = -
∑
=sli(P ) (ln P )i idijadikan sebagai bioindikator terhadap terancam punah.
perubahan kualitas lingkungan (Lewis, Kupu-kupu merupakan salah satu 2001). Hal ini disebabkan kupu-kupu sangat fauna penghuni kawasan Hutan Lindung sensitif terhadap perubahan ekosistem, Gunung Klabat. Selama ini diversitas kupu-relatif mudah dikoleksi, dan sangat populer. kupu di kawasan tersebut belum pernah Kupu-kupu juga mempunyai nilai ekonomis, diteliti dan dipublikasikan. Padahal informasi terutama dalam bentuk dewasa untuk tersebut sangat penting mengingat pada dijadikan koleksi, dan sebagai bahan pola saat ini kerusakan hutan dan perburuan dan seni (Borror et. al., 1996). kupu-kupu terjadi secara besar-besaran. Seperti satwa lainnya, kupu-kupu juga Oleh karena itu sebelum kita kehilangan menghadapi ancaman kelangkaan dan keanekaragaman hayati khususnya kupu-kepunahan, terutama disebabkan oleh alih kupu, maka analisis keanekargaman kupu-fungsi lahan dan habitatnya. Kebanyakan kupu tersebut sangat penting sebagai data jenis kupu-kupu sangat bergantung pada dasar keanekaragaman hayati dan bahan satu atau dua jenis tumbuhan, yang umum pertimbangan dalam memformulasikan disebut sebagai tanaman inang, sehingga strategi konservasinya di Sulawesi Utara. ancaman terhadap jenis tumbuhan tersebut
Penelitian ini bertujuan untuk sama saja dengan mengancam keberadaan
menganalisis keanekaragaman kupu-kupu kupu-kupu.
(Lepidoptera) pada empat tipe habitat di Penyusutan dan perubahan ekosistem
Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi hutan yang terjadi karena eksploitasi yang
Utara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sangat cepat merupakan ancaman bagi
mengungkapkan keanekaragaman kupu-keberadaan kupu-kupu di Sulawesi Utara.
kupu (Lepidoptera) di Kawasan Timur Misalnya daerah yang kaya dengan
Indonesia, khususnya di Hutan Lindung kehidupan kupu-kupu dibersihkan dan
Gunung Klabat, Sulawesi Utara. diolah untuk pertanian dan perkebunan.
Walaupun ada yang dapat berpindah ke habitat yang baru, akan tetapi sumber
Materi dan Metode
makanan larvanya telah musnah yangPenelitian ini dilaksanakan selama tiga mungkin merupakan makanan yang spesifik
bulan mulai dari bulan Juli – September bagi larva kupu-kupu tersebut.
2010, di kawasan Hutan Lindung Gunung Disamping itu, kerusakan hutan juga
Klabat, Sulawesi Utara. Tipe habitat yang dapat menyebabkan terjadinya
frag-dijadikan lokasi penelitian adalah (1) hutan mentasi habitat. Fragmentasi habitat akan
primer: kondisi hutannya tidak terganggu mengancam keanekaragaman kupu-kupu.
dan diameter pohonnya ada yang mencapai Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari 100 cm. Penutupan kanopi pohon terjadinya kerusakan hutan di daerah tropis
pada hutan ini di atas 75 %; (2) hutan yang disebabkan oleh penebangan liar,
sekunder: kondisi hutannya relatif kurang pengambilan kayu dari hutan, dan alih fungsi
terganggu, hanya terjadi pengambilan rotan. hutan menjadi lahan pertanian akan
Hutan ini ditandai dengan diameter pohon mempengaruhi distribusi, struktur dan
yang tidak terlalu besar (rata-rata diameter komposisi komunitas, kekayaan spesies,
pohon lebih kecil dari 50 cm) dan penutupan dan keanekaragaman hayati (Koneri, 2008;
kanopi pohon antara 50-75 %; (3) kebun: Schulze, 2000; Liow et al. 2001; Lien & Yuan,
merupakan lahan yang dijadikan tempat 2003; Schulze dan Fielder, 2003;
bercocok tanam oleh masyarakat yang Shahabuddin, 2005; Dewenter dan
berada di sekitar kawasan pinggir hutan; dan Tscharntke, 2003).
(4) semak: habitat ini merupakan bekas Gunung Klabat merupakan salah kebun masyarakat yang terlantar dan satu hutan lindung yang terletak di Sulawesi ditumbuhi oleh semak belukar dan herba. Utara. Kawasan ini terdapat di wilayah Bahan yang digunakan adalah alkohol Kabupaten Minahasa Utara, dan 70%, kertas label, sterofoam, kertas dikategorikan sebagai kawasan penting minyak/kertas papilot. Alat yang dipakai melihat perannya sebagai penentu adalah jaring serangga (sweepnet) untuk ekosistem. Hutan Lindung Gunung menangkap kupu-kupu, jarum suntik 5 ml, Klabat merupakan habitat berbagai jarum pentul, buku identifikasi, kamera dan beragam flora dan fauna spesifik yang kotak koleksi.
Metode yang digunakan yaitu metode P = proporsi tiap spesies ; i
survey dengan pengambilan sampel secara ln = Logaritme natural (bilangan alami) purporsif. Koleksi kupu-kupu dilakukan Untuk menentukan tingkat keme-dengan teknik sweeping mengikuti garis rataan spesies digunakan indeks keme-transek yang diterapkan secara random rataan Shannon (E) (Magurran 2004), sepanjang 1000 m dan teknik ini telah sebagai berikut:
digunakan lebih dari 25 tahun dan dianggap Indeks kemerataan spesies (E) efektif. Pengambilan sampel dilaksanan dari E = H/ln(S); jam 8 sampai 15 WITA (Peggie dan Amir, S = jumlah spesies
2006). Kupu-kupu yang dikoleksi hanya satu Kesamaan komunitas kupu antar spesimen setiap spesies, bila ditemukan tiap habitat digunakan indeks kesamaan spesies yang sama jenis maka kupu-kupu Sorensen dan data yang digunakan adalah tersebut akan dilepas kembali. Untuk kehadiran dan ketidakhadiran kupu-kupu mencegah kemungkinan terjadi perhitungan (Magguran, 1988). Indeks tersebut dihitung ganda (lebih dari satu) maka kupu- dkupu dengan menggunakan Biodiv 97 yang yang ditangkap diberi tanda dan dilepaskan merupakan perangkat lunak macro pada
kembali. excel (Shahabuddin et al., 2005). Nilai
Proses identifikasi dan klasifikasi ketidaksamaan (1-indeks Sorensen) spesimen dengan menggunakan buku digunakan untuk melakukan analisis identifikasi. Buku identifikasi yang dipakai kelompok (cluster analysis) (Krebs, 1999; yaitu Butterflies of the South East Asian Ludwig dan Reynold, 1988). Analisis Island, Part I Papilionidae, Part II Pieridae- kelompok setiap komunitas disusun secara Danaidae, Part III Satyridae-Lybytheidae, hirarki dalam bentuk dendogram. Part IV Nympalidae (I), Part V Nympalidae Dendogram dibuat menggunakan program ( I I ) ( T s u k a d a d a n N i s h i y a m a , Statistica for Windows 6 (StatSoft, 2001). 1982:1981;1982;1985;1991), serangga Pengelompokkan mengunakan unweighted Taman Nasional Gunung Halimun Jawa pair group method with arithmetic mean Bagian Barat (Amir et al. 2003), panduan (UPGMA) dan jarak Euclidean (Lewis, praktis kupu-kupu di kebun Raya Bogor 2001).
(Peggie & Amir, 2006), dan entomologi
pertanian (Jumar, 1997). Setelah selesai
Hasil dan Pembahasan
proses identifikasi maka selanjutnya Hasil penelitian diperoleh sebanyak diadakan proses pengklasifikasian. Apabila 1014 individu yang meliputi 29 spesies dan masih ada sampel yang belum dapat termasuk dalam 3 Familia yaitu diidentifikasi berdasarkan beberapa kunci di Papilionidae, Nymphalidae dan Pieridae. atas maka sampel tersebut kemudian Anggota familia yang paling banyak dibawa ke museum serangga LIPI Cibinong d i t e m u k a n a d a l a h N y m p h a l i d a e , untuk diidentifikasi dan dicocokkan dengan sedangkan yang paling sedikit Pieridae. spesimen kupu-kupu yang terdapat di Selama penelitian ditemukan 22 genus
museum serangga. dengan jumlah genus masing-masing
Analisis data kupu-kupu yang familia adalah Papilionidae terdiri atas 2 dibahas meliputi kelimpahan spesies (n), genus, Nymphalidae memiliki 16 genus, kekayaan spesies (s), nilai keanekaragaman sedangkan Pieridae hanyai 4 genus.
spesies (H) dan nilai kemerataan spesies H a b i t a t y a n g p a l i n g b a n y a k (E). Kelimpahan spesies merupakan jumlah ditemukan jumlah spesiesnya adalah kebun, individu setiap spesies yang ditemukan pada kemudian disusul oleh semak, sedangkan setiap titik pengambilan sampel. Kekayaan jumlah spesies yang paling sedikit spesies didasarkan pada jumlah spesies ditemukan pada hutan primer. Spesies yang yang hadir pada setiap tipe habitat (Michaels paling banyak ditemukan pada empat tipe & Borneminza, 1999). Penentuan tingkat habitat adalah Ideopsis vitrea oenopsis, keanekaragaman spesies menggunakan kemudian diikuti oleh Cyrestis strigata. indeks keanekaragaman (H) menurut Spesies yang memiliki jumlah individu paling Shannon dan Wiener (Magurran, 1988), sedikit adalah Cethosia myrina dan Danaus dengan rumus sebagai berikut: genutia leucoglene masing-masing satu Indeks keanekaragaman spesies (H') individu (Tabel 1). Dominannya spesies
Ideopsis vitrea oenopsis karena spesies in (H') = -
∑
=sli(P ) (ln P )i ibersifat polifag. Sifat polifag Ideopsis vitrea Batimurung, Sulawesi Selatan ditemukan 56 oenopsis menyebabkan spesies tersebut jenis kupu-kupu. Penelitian lainnya di dapat berkembang pada semua tipe habitat. Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Sementara itu, spesies kupu-kupu yang diperoleh 46 jenis kupu-kupu, di Cagar Alam ditemukan dengan frekuensi rendah dan Lembah Anai Sumatera Barat didapatkan 60 distribusi terbatas diduga karena bersifat jenis, di Taman Nasional Kerinci Seblat sensitif terhadap gangguan habitat. Hal dikoleksi 131 jenis (Rizal, 2007). Perbedaan tersebut disebabkan kerusakan habitat ini disebabkan oleh keragaman vegetasi mengakibatkan hilangnya tumbuhan sebagai tanaman inang kupu-kupu. Faktor sebagai sumber nektar dan inang kupu-kupu lain yang mempengaruhi kekayaan spesies
spesialis. kupu-kupu pada suatu habitat adalah suhu,
Komposisi spesies kupu-kupu yang kelembaban, curah hujan, cahaya, predator ditemukan pada empat tipe habitat kurang dan parasit.
bervariasi, namun ada spesies yang Struktur komunitas adalah kebe-ditemukan pada keempat tipe habiat dan radaan spesies kupu-kupu dalam kontek ada spesies yang hanya ditemukan pada ruang yang meliputi nilai kelimpahan satu habitat saja, tetapi tidak ditemukan spesies, kekayaan spesies, keaneka-pada ketiga habitat lainnya. Dari 29 spesies ragaman spesies dan kemerataan spesies. yang diperoleh, sebanyak 9 spesies Kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan ditemukan pada keempat tipe habitat dan 6 keanekaragaman spesies kupu-kupu lebih spesies yang hanya di-temukan pada satu tinggi pada kebun dibandingkan dengan tipe habitat (Tabel 1). hutan primer, hutan sekunder dan semak. Jumlah spesies kupu-kupu yang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ditemukan dalam penelitian ini baru kekayaan spesies dan keanekaragaman mencapai 0,17% dari seluruh spesies yang spesies berbeda nyata dengan habitat ada di dunia (17500 sepesies) dan 1,81% lainnya (Anova: F ; = 7,08; p < 0,05 dan 3 12 dari spesies kupu yang dilaporkan terdapat Anova: F ; = 4,24; p < 0,05), sedangkan 3 12 di Indonesia (1600 spesies). Nymphalidae kelimpahan dan kemerataan spesies tidak merupakan famili yang memiliki kelimpahan menunjukkan perbedaan yang nyata antar tertinggi yang ditemukan pada lokasi tipe habitat (Anova: F ; = 0,05; p > 0,05 dan
3 12
penelitian. Hal ini disebabkan karena Anova: F ; = 1,23; p > 0,05 (Gambar 1). 3 12
adanya kemampuan beradaptasi dengan Kekayaan dan keanekaragaman kondisi lingkungan, sehingga spesies dari spesies kupu-kupu ditemukan tertinggi famili tersebut dapat ditemukan pada setiap pada habitat kebun dan berbeda nyata lokasi penelitian. Faktor lain juga dengan habitat lainnya. Perbedaan ini d i s e b a b k a n k a r e n a N y m p h a l i d a e disebabkan karena adanya perbedaan m e r u p a k a n f a m i l i k u p u - k u p u y a n g sumber makanan (food plant) dan pohon mempunyai anggota yang paling besar dan inang (host plant) pada setiap tipe habitat penyebaran luas dibandingkan dengan tersebut sebagai sumber makanan dan famili lainnya. Keberadaan Nymphalidae tempat untuk meletakan telur kupu-kupu. dalam jumlah besar juga dipengaruhi oleh Kebun merupakan habitat terletak di pinggir tumbuhan sebagai sumber pakan maupun hutan dan banyak memiliki vegetasi t e m p a t b e r t e l u r . S u m b e r p a k a n tumbuhan berbunga seperti dari famili Nymphalidae adalah tumbuhan dari famili Rutaceae, Anonanceae, Fabaceae dan A n n o n a c e a e , L e g u m i n o c e a e , d a n Astreaceae. Hal ini yang menye-babkan Compositae. Hasil ini berbeda dengan keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi penelitian Baltazar (1991) di Filipina yang dibandingkan dengan lokasi yang lainnya. mendapatkan famili dominan adalah Keberadaan vegetasi juga berfungsi Lycaenidae (33,84%) dan Nymphalidae sebagian sumber pakan dan tempat (26,69%), sedangkan famili Papilionidae berlindung bagi kupu-kupu. Tumbuhan
hanya 6,32%. Lantana cemara dari famili Asteraceae
Jumlah spesies kupu-kupu yang merupakan tumbuhan yang banyak diperoleh selama penelitian lebih sedikit dikunjungi oleh kupu-kupu pada habitat dibandingkan dengan penelitian-penelitian kebun dan semak. Hal ini disebabkan karena lainnya pada beberapa lokasi di Indonesia. warnanya, aroma dan nektar (Fetwell, Hasil penelitian Amir et al. (1993) di 2001).
Ket: (●) rata-rata, (□) ± galat baku (±SE) , ( ) ± simpangan baku (±SD), HP: hutan primer, HS: hutan sekunder, KB: Kebun dan SM: Semak. Huruf yang sama pada gambaryang sama tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 95 %
Gambar 1. Pengaruh tipe habitat terhadap a) kekayaan; b) kelimpahan; c) nilai keanekaragaman dan d) nilai kemerataan spesies kupu-kupu di Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi Utara
Figure 1. The effects of habitat types on: a) butterfly species richness; b) abundance; c) biodiversity values; and d) homogenity value in Mt Klabat protected forest, North Sulawesi
Keanekaragaman kupu-kupu teren- akan menyebabkan tingginya keaneka-dah terdapat pada hutan primer, disebabkan ragaman makhluk-makhluk lain-nya. karena kurangnya tanaman berbunga Seperti juga kupu-kupu, baik yang bersifat sebagai sumber makanan. Selain itu adanya polighagus dan oliphagus karena sumber pohon-pohon yang besar dan keadaan makanan sudah tersedia di hutan tersebut, lingkungan yang agak gelap membuat kupu- kupu-kupu tidak perlu lagi mencari sumber kupu tidak terlihat akibat bersembunyi di makanan dari tempat lain. Jadi selain dirasa atas pohon. Walaupun nilai keaneka- cukup aman untuk tempat hidupnya, ragamanya rendah pada hutan primer tapi terdapatnya inang di lokasi tersebut dan juga habitat tersebut memiliki nilai kemerataan tersedianya makanan yang cukup, serta yang tinggi. Nilai kemerataan yang tinggi intensitas cahaya yang mendukung pada suatu habitat menunjukkan tidak ada kebutuhan hidup kupu-kupu tersebut, dapat spesies kupu-kupu yang dominan. Semakin menyebabkan tingginya keanekaragaman kecil nilai kemerataan spesies, maka kupu-kupu di kebun (Amir dan Kahono, penyebaran spesies tidak merata dan 2003).
terjadi dominasi oleh spesies kupu-kupu Hasil penelitian ini didukung oleh
tertentu. penelitian lainnya yang melaporkan bahwa
bersifat polifag. Sifat polifag Ideopsis vitrea Batimurung, Sulawesi Selatan ditemukan 56 oenopsis menyebabkan spesies tersebut jenis kupu-kupu. Penelitian lainnya di dapat berkembang pada semua tipe habitat. Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Sementara itu, spesies kupu-kupu yang diperoleh 46 jenis kupu-kupu, di Cagar Alam ditemukan dengan frekuensi rendah dan Lembah Anai Sumatera Barat didapatkan 60 distribusi terbatas diduga karena bersifat jenis, di Taman Nasional Kerinci Seblat sensitif terhadap gangguan habitat. Hal dikoleksi 131 jenis (Rizal, 2007). Perbedaan tersebut disebabkan kerusakan habitat ini disebabkan oleh keragaman vegetasi mengakibatkan hilangnya tumbuhan sebagai tanaman inang kupu-kupu. Faktor sebagai sumber nektar dan inang kupu-kupu lain yang mempengaruhi kekayaan spesies
spesialis. kupu-kupu pada suatu habitat adalah suhu,
Komposisi spesies kupu-kupu yang kelembaban, curah hujan, cahaya, predator ditemukan pada empat tipe habitat kurang dan parasit.
bervariasi, namun ada spesies yang Struktur komunitas adalah kebe-ditemukan pada keempat tipe habiat dan radaan spesies kupu-kupu dalam kontek ada spesies yang hanya ditemukan pada ruang yang meliputi nilai kelimpahan satu habitat saja, tetapi tidak ditemukan spesies, kekayaan spesies, keaneka-pada ketiga habitat lainnya. Dari 29 spesies ragaman spesies dan kemerataan spesies. yang diperoleh, sebanyak 9 spesies Kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan ditemukan pada keempat tipe habitat dan 6 keanekaragaman spesies kupu-kupu lebih spesies yang hanya di-temukan pada satu tinggi pada kebun dibandingkan dengan tipe habitat (Tabel 1). hutan primer, hutan sekunder dan semak. Jumlah spesies kupu-kupu yang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ditemukan dalam penelitian ini baru kekayaan spesies dan keanekaragaman mencapai 0,17% dari seluruh spesies yang spesies berbeda nyata dengan habitat ada di dunia (17500 sepesies) dan 1,81% lainnya (Anova: F ; = 7,08; p < 0,05 dan 3 12 dari spesies kupu yang dilaporkan terdapat Anova: F ; = 4,24; p < 0,05), sedangkan 3 12 di Indonesia (1600 spesies). Nymphalidae kelimpahan dan kemerataan spesies tidak merupakan famili yang memiliki kelimpahan menunjukkan perbedaan yang nyata antar tertinggi yang ditemukan pada lokasi tipe habitat (Anova: F ; = 0,05; p > 0,05 dan
3 12
penelitian. Hal ini disebabkan karena Anova: F ; = 1,23; p > 0,05 (Gambar 1). 3 12
adanya kemampuan beradaptasi dengan Kekayaan dan keanekaragaman kondisi lingkungan, sehingga spesies dari spesies kupu-kupu ditemukan tertinggi famili tersebut dapat ditemukan pada setiap pada habitat kebun dan berbeda nyata lokasi penelitian. Faktor lain juga dengan habitat lainnya. Perbedaan ini d i s e b a b k a n k a r e n a N y m p h a l i d a e disebabkan karena adanya perbedaan m e r u p a k a n f a m i l i k u p u - k u p u y a n g sumber makanan (food plant) dan pohon mempunyai anggota yang paling besar dan inang (host plant) pada setiap tipe habitat penyebaran luas dibandingkan dengan tersebut sebagai sumber makanan dan famili lainnya. Keberadaan Nymphalidae tempat untuk meletakan telur kupu-kupu. dalam jumlah besar juga dipengaruhi oleh Kebun merupakan habitat terletak di pinggir tumbuhan sebagai sumber pakan maupun hutan dan banyak memiliki vegetasi t e m p a t b e r t e l u r . S u m b e r p a k a n tumbuhan berbunga seperti dari famili Nymphalidae adalah tumbuhan dari famili Rutaceae, Anonanceae, Fabaceae dan A n n o n a c e a e , L e g u m i n o c e a e , d a n Astreaceae. Hal ini yang menye-babkan Compositae. Hasil ini berbeda dengan keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi penelitian Baltazar (1991) di Filipina yang dibandingkan dengan lokasi yang lainnya. mendapatkan famili dominan adalah Keberadaan vegetasi juga berfungsi Lycaenidae (33,84%) dan Nymphalidae sebagian sumber pakan dan tempat (26,69%), sedangkan famili Papilionidae berlindung bagi kupu-kupu. Tumbuhan
hanya 6,32%. Lantana cemara dari famili Asteraceae
Jumlah spesies kupu-kupu yang merupakan tumbuhan yang banyak diperoleh selama penelitian lebih sedikit dikunjungi oleh kupu-kupu pada habitat dibandingkan dengan penelitian-penelitian kebun dan semak. Hal ini disebabkan karena lainnya pada beberapa lokasi di Indonesia. warnanya, aroma dan nektar (Fetwell, Hasil penelitian Amir et al. (1993) di 2001).
Ket: (●) rata-rata, (□) ± galat baku (±SE) , ( ) ± simpangan baku (±SD), HP: hutan primer, HS: hutan sekunder, KB: Kebun dan SM: Semak. Huruf yang sama pada gambaryang sama tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada taraf kepercayaan 95 %
Gambar 1. Pengaruh tipe habitat terhadap a) kekayaan; b) kelimpahan; c) nilai keanekaragaman dan d) nilai kemerataan spesies kupu-kupu di Hutan Lindung Gunung Klabat, Sulawesi Utara
Figure 1. The effects of habitat types on: a) butterfly species richness; b) abundance; c) biodiversity values; and d) homogenity value in Mt Klabat protected forest, North Sulawesi
Keanekaragaman kupu-kupu teren- akan menyebabkan tingginya keaneka-dah terdapat pada hutan primer, disebabkan ragaman makhluk-makhluk lain-nya. karena kurangnya tanaman berbunga Seperti juga kupu-kupu, baik yang bersifat sebagai sumber makanan. Selain itu adanya polighagus dan oliphagus karena sumber pohon-pohon yang besar dan keadaan makanan sudah tersedia di hutan tersebut, lingkungan yang agak gelap membuat kupu- kupu-kupu tidak perlu lagi mencari sumber kupu tidak terlihat akibat bersembunyi di makanan dari tempat lain. Jadi selain dirasa atas pohon. Walaupun nilai keaneka- cukup aman untuk tempat hidupnya, ragamanya rendah pada hutan primer tapi terdapatnya inang di lokasi tersebut dan juga habitat tersebut memiliki nilai kemerataan tersedianya makanan yang cukup, serta yang tinggi. Nilai kemerataan yang tinggi intensitas cahaya yang mendukung pada suatu habitat menunjukkan tidak ada kebutuhan hidup kupu-kupu tersebut, dapat spesies kupu-kupu yang dominan. Semakin menyebabkan tingginya keanekaragaman kecil nilai kemerataan spesies, maka kupu-kupu di kebun (Amir dan Kahono, penyebaran spesies tidak merata dan 2003).
terjadi dominasi oleh spesies kupu-kupu Hasil penelitian ini didukung oleh
tertentu. penelitian lainnya yang melaporkan bahwa
lebih meningkat nyata dengan keaneka- Nilai kesamaan spesies kupu-kupu ragaman jenis tumbuhan dan berkurang berdasarkan indeks kesamaan Sorens (Cn) dengan meningkatnya penu-tupan vegetasi. tertinggi adalah antara hutan primer dengan Penelitian tentang perbedaan kupu-kupu hutan sekunder dan nilai kesamaan yang pada enam tipe lanskap yaitu hutan kurang paling rendah yaitu habitat kebun dengan terganggu, hutan sangat terganggu, kebun, hutan primer Berdasarkan dendogram hutan primer, hutan sekunder dan semak terlihat bahwa hutan primer satu kelompok Hasilnya menunjukan bahwa keane- atau berdekatan dengan hutan sekunder. karagaman dan kelimpahan kupu-kupu Habitat kebun lebih banyak kesamaannya tertinggi terdapat pada kebun dan yang dengan semak (Tabel 1 dan Gambar 2). terendah terdapat pada hutan primer (Lien &
Yuan, 2003).
Tabel 1. Indeks kesaman Sorens (Cn) komposisi kupu-kupu antar tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat
Table 1. Sorens similarity index (Cn) of buterfly composition among habitat types at Klabat Mount Protected Forest
Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun Semak
Hutan Primer - 0,86 0,71 0,79
Hutan Sekunder - 0,79 0,82
Kebun - 0,82
Semak
-Gambar 2. Dendogram untuk melihat kemiripan komunitas kupu-kupu antar empat tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat (SM = Semak, KB = Kebun, HS = Hutan sekunder dan HP = Hutan Primer.
Figure 2. Dendrogram to know the community similarity of butterflies amongst four habitat types in Mt Klabat protected forest (SM = shrubs; KB = gatdens; HS = secundary forests; and HP = Primary forests
Hal ini berarti bahwa 88 % spesies Fetwell, J. 2001. The Illustrated Ency-yang ditemukan pada hutan primer sama clopedia of Butterflies. Grange Books. dengan hutan sekunder, sebaliknya spesies London. 288 pp.
yang ditemukan pada kebun sangat jauh Hamer, K.C, Hill, J.K, Benedick S., Mustaffa berbeda dengan hutan primer. Kesamaan N., Sherratt, T.N., Maryati M., Chey, komposisi spesies ini disebabkan karena V.K. 2003. Ecology Of Butterflies In letak kedua habitat tersebut yang
Natural. And Select-ively. Logged. berdekatan, sehingga spesies kupu-kupu
Forests Of Northern Borneo : The dapat melakukan aktivitas pada kedua
Importance Of Habitat Heterogeneity. habitat tersebut.
Journal Of Applied Ecology, 40, 150-162.
Kesimpulan
Hammond, P.C And Miller, J.C. 1998. Berdasarkan hasil penelitian, maka
Comparison Of The Biodiversity Of dapat disimpulkan:
Lepidoptera Within Three Forested 1. Jumlah spesies kupu-kupu yang
ditemukan di Hutan Lindung Gunung Ecosystems. Conservation Biology Klabat sebanyak 29 spesies dan jumlah And Biodoversity.
ini baru 1,81% dari spesies kupu-kupu Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka yang dilaporkan terdapat di Indonesia. Cipta. Jakarta. Indonesia.
2. Keanekaragaman, kekayaan, dan Koneri, R. 2008. Pengaruh fragmentasi kelimpahan kupu-kupu tertinggi h a b i t a t t e r h a d a p k e r a g a m a n ditemukan di kebun, sedangkan yang
serangga. Pasific Journal, Vol terendah pada hutan primer.
2(2):137-141. 3. Hasil analisis kesamaan komunitas
Lewis, T.O. 2001. Effect Of Experimental menunjukkan bahwa komposisi spesies
Selective Logging On Tropical kupu-kupu pada hutan primer lebih mirip
Butterflies. Conservation Biologi, 15(2) dengan spesies kupu-kupu di hutan
: 389-400 sekunder, sedangkan spesies
kupu-kupu di kebun memiliki banyak Lien, V.V.& Yuan D. 2003. The differences of kesamaan dengan spesies kupu-kupu butterfly (Lepidoptera, Papili-onoidea)
di semak. communities in habitats with various
degrees of disturbance and altitudes in
Daftar Pustaka
tropical. Biodiversity and ConservationAmir, M., W.A. Noerdjito, dan S. Kahono., 12:1099-1111.
2003. Kupu (Lepidoptera). (ed Amir, M. Liow, L.H., Sodhi, N.S., Elmqvist T. 2001. dan S. Kahono) dalam Serangga Bee diversity along disturbance Taman Nasional Gunung Halimun gradient in tropical lowland forest of Jawa Bagian Barat. JICA, Bogor South-East Asia. Journal of applied Amir, M., A. Noerdjito, and R. Ubai-dillah. ecology 38: 180-192.
1993. Butterflies of Batimurung, South Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity Sulawesi. Intern-ational Butterfly and its measurements. London: Croom C o n f e r e n c e . U j u n g P a n d a n g . Helm Limited. London.
Indonesia. Maguran, A.E. 2004. Measuring biological Baltazar, C.R. 1991. An Inventory of diversity. Malden: Blackwell
Publish-Philippine Insect. II. Order Lepid- ing.
optera (Rhopalocera). University of the Michaels, K., & Bornemissza, G. 1999. Philippines at Los Banos, Laguna. Effects of clearfeel harvesting on Borror, B.J., Triplehorn, C.A. & Johnson N.F. l u c a n i d b e e t l e s ( C o l e o p t e r a :
1 9 9 6 . P e n g e n a l a n P e l a j a r a n Lucanidae) in wet and dry sclerophyll Serangga.ed. Ke-6. Gajah Mada forest in Tasmania. J. Insect Conser. 3: University Press, Yokyakarta. 85-95.
Indonesia. Peggie, D dan Amir, M. 2006. Panduan
Dewenter, I.S. and Tscharntke, T. 2003. Praktis Kupu-Kupu di Kebun Raya Butterfly Community in Fragmented Bogor. Pusat Penelitian biologi, LIPI, Habitats. Ecology letters 3: 449-456.
lebih meningkat nyata dengan keaneka- Nilai kesamaan spesies kupu-kupu ragaman jenis tumbuhan dan berkurang berdasarkan indeks kesamaan Sorens (Cn) dengan meningkatnya penu-tupan vegetasi. tertinggi adalah antara hutan primer dengan Penelitian tentang perbedaan kupu-kupu hutan sekunder dan nilai kesamaan yang pada enam tipe lanskap yaitu hutan kurang paling rendah yaitu habitat kebun dengan terganggu, hutan sangat terganggu, kebun, hutan primer Berdasarkan dendogram hutan primer, hutan sekunder dan semak terlihat bahwa hutan primer satu kelompok Hasilnya menunjukan bahwa keane- atau berdekatan dengan hutan sekunder. karagaman dan kelimpahan kupu-kupu Habitat kebun lebih banyak kesamaannya tertinggi terdapat pada kebun dan yang dengan semak (Tabel 1 dan Gambar 2). terendah terdapat pada hutan primer (Lien &
Yuan, 2003).
Tabel 1. Indeks kesaman Sorens (Cn) komposisi kupu-kupu antar tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat
Table 1. Sorens similarity index (Cn) of buterfly composition among habitat types at Klabat Mount Protected Forest
Hutan Primer Hutan Sekunder Kebun Semak
Hutan Primer - 0,86 0,71 0,79
Hutan Sekunder - 0,79 0,82
Kebun - 0,82
Semak
-Gambar 2. Dendogram untuk melihat kemiripan komunitas kupu-kupu antar empat tipe habitat di Hutan Lindung Gunung Klabat (SM = Semak, KB = Kebun, HS = Hutan sekunder dan HP = Hutan Primer.
Figure 2. Dendrogram to know the community similarity of butterflies amongst four habitat types in Mt Klabat protected forest (SM = shrubs; KB = gatdens; HS = secundary forests; and HP = Primary forests
Hal ini berarti bahwa 88 % spesies Fetwell, J. 2001. The Illustrated Ency-yang ditemukan pada hutan primer sama clopedia of Butterflies. Grange Books. dengan hutan sekunder, sebaliknya spesies London. 288 pp.
yang ditemukan pada kebun sangat jauh Hamer, K.C, Hill, J.K, Benedick S., Mustaffa berbeda dengan hutan primer. Kesamaan N., Sherratt, T.N., Maryati M., Chey, komposisi spesies ini disebabkan karena V.K. 2003. Ecology Of Butterflies In letak kedua habitat tersebut yang
Natural. And Select-ively. Logged. berdekatan, sehingga spesies kupu-kupu
Forests Of Northern Borneo : The dapat melakukan aktivitas pada kedua
Importance Of Habitat Heterogeneity. habitat tersebut.
Journal Of Applied Ecology, 40, 150-162.
Kesimpulan
Hammond, P.C And Miller, J.C. 1998. Berdasarkan hasil penelitian, maka
Comparison Of The Biodiversity Of dapat disimpulkan:
Lepidoptera Within Three Forested 1. Jumlah spesies kupu-kupu yang
ditemukan di Hutan Lindung Gunung Ecosystems. Conservation Biology Klabat sebanyak 29 spesies dan jumlah And Biodoversity.
ini baru 1,81% dari spesies kupu-kupu Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka yang dilaporkan terdapat di Indonesia. Cipta. Jakarta. Indonesia.
2. Keanekaragaman, kekayaan, dan Koneri, R. 2008. Pengaruh fragmentasi kelimpahan kupu-kupu tertinggi h a b i t a t t e r h a d a p k e r a g a m a n ditemukan di kebun, sedangkan yang
serangga. Pasific Journal, Vol terendah pada hutan primer.
2(2):137-141. 3. Hasil analisis kesamaan komunitas
Lewis, T.O. 2001. Effect Of Experimental menunjukkan bahwa komposisi spesies
Selective Logging On Tropical kupu-kupu pada hutan primer lebih mirip
Butterflies. Conservation Biologi, 15(2) dengan spesies kupu-kupu di hutan
: 389-400 sekunder, sedangkan spesies
kupu-kupu di kebun memiliki banyak Lien, V.V.& Yuan D. 2003. The differences of kesamaan dengan spesies kupu-kupu butterfly (Lepidoptera, Papili-onoidea)
di semak. communities in habitats with various
degrees of disturbance and altitudes in
Daftar Pustaka
tropical. Biodiversity and ConservationAmir, M., W.A. Noerdjito, dan S. Kahono., 12:1099-1111.
2003. Kupu (Lepidoptera). (ed Amir, M. Liow, L.H., Sodhi, N.S., Elmqvist T. 2001. dan S. Kahono) dalam Serangga Bee diversity along disturbance Taman Nasional Gunung Halimun gradient in tropical lowland forest of Jawa Bagian Barat. JICA, Bogor South-East Asia. Journal of applied Amir, M., A. Noerdjito, and R. Ubai-dillah. ecology 38: 180-192.
1993. Butterflies of Batimurung, South Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity Sulawesi. Intern-ational Butterfly and its measurements. London: Croom C o n f e r e n c e . U j u n g P a n d a n g . Helm Limited. London.
Indonesia. Maguran, A.E. 2004. Measuring biological Baltazar, C.R. 1991. An Inventory of diversity. Malden: Blackwell
Publish-Philippine Insect. II. Order Lepid- ing.
optera (Rhopalocera). University of the Michaels, K., & Bornemissza, G. 1999. Philippines at Los Banos, Laguna. Effects of clearfeel harvesting on Borror, B.J., Triplehorn, C.A. & Johnson N.F. l u c a n i d b e e t l e s ( C o l e o p t e r a :
1 9 9 6 . P e n g e n a l a n P e l a j a r a n Lucanidae) in wet and dry sclerophyll Serangga.ed. Ke-6. Gajah Mada forest in Tasmania. J. Insect Conser. 3: University Press, Yokyakarta. 85-95.
Indonesia. Peggie, D dan Amir, M. 2006. Panduan
Dewenter, I.S. and Tscharntke, T. 2003. Praktis Kupu-Kupu di Kebun Raya Butterfly Community in Fragmented Bogor. Pusat Penelitian biologi, LIPI, Habitats. Ecology letters 3: 449-456.
Cibinong. Indonesia. Speight, M.R., Hunter, M.D., dan Watt, A.D. Plona, M.B. 2002. Butterfly Monitoring 1999. Ecology of insects: concepts and Report. Cuyahoga Valley National applications. London: Blackwell Park:http://www.nps.gov/cuva/mana Science.
gement/rm/02butterflies.htm. Tsukada, E., Nishiyama, Y. 1981. Butterflies Rizal, S. 2007. Populasi Kupu-kupu di of the South East Asian Island, Part II
Kawasan Cagar Alam Rimbo Panti
Pieridae-Danaidae. Palapa Co. Ltd. dan Kawasan Wisata Lubuk
Minatok-Tokyo. Minturun Sumatera. Mandiri, Volume
Tsukada, E., Nishiyama, Y. 1982. Butterflies 9, No. 3. Hal. 177-184.
of the South East Asian Island, Part I Schulze,C.H. 2000. Effects of antrhopogenic
Papilionidae. Palapa Co. Ltd. Minatok-disturbance on the diversity of
Tokyo. herbivores-an analysis of moth spesies
Tsukada, E., Nishiyama, Y. 1982. Butterflies assemblages along habitat gradients
of the South East Asian Island, Part III in East Malaysia (in German). Ph.D.
Satyridae-Lybytheidae. Palapa Co. Thesis, University of Bayreuth,
Ltd. Minatok-Tokyo. Germany.
Tsukada, E., Nishiyama, Y. 1985. Butterflies Schulze, C.H., Fiedler K. 2003. Vertical and
of the South East Asian Island, Part IV temporal diversity of species-rich moth
Nympalidae (I). Palapa Co. Ltd. taxon in Borneo. In: Basset Y. et al.
Minatok-Tokyo. (eds) Arthropods of tropical forest:
Tsukada, E., Nishiyama, Y. 1991. Butterflies Spatio-temporal dynamics and
of the South East Asian Island, Part V resource use in the canopy. Cambridge
Nympalidae (II). Palapa Co. Ltd. University Press, Cambridge, UK.
Minatok-Tokyo. Shahabuddin, Schulze, C.H., Tscharnke, T.
2005. Changes of dung beetle communities from rainforests towards sgroforestry systems an annual cultures in Sulawesi (Indonesia). Biodiversity and Conservation 14. 863-877.
Seleksi Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) untuk Mengembangkan Inokulum
Efektif
1) 2) 2) 2)
Tamad , Bostang Radjagukguk , Eko Hanudin , dan Jaka Widada
1)
PS Agroteknologi, Faperta, UNSOED, Purwokerto/S3 Ilmu Tanah Program Pasca Sarjana, Faperta, UGM, Yogyakarta
2)
Dosen Program Pasca Sarjana, Faperta, UGM, Yogyakarta Email:
Diterima Desember 2010 disetujui untuk diterbitkan Mei 2011
Abstract
The phosphate solubilizing bacteria (PSB) can release insoluble phosphate in soil by anorganik-P dissolution, organic-P mineralization, and blocking of soil adsorption site. The selection of effective PSB, therefore, is urgently required to study the effectiveness of PSB. The research was arranged to determine: 1) P-solubi-lization or P-mineralization, 2) physiology, and 3) PSB inoculant improvement. The research was arranged in complete random design, with PSB isolate as treatment. The variables were: soluble-P, mineralize-P, adsorption-P, pH, PSB population, phosphatase and phythase activity. The result showed that PSB isolate 1 = Pseudomonas trivialis, 5 = Pseudomonas putida, and 9 =
Pseudomonas fluorescens, were the best in P solubilization or P mineralization. Solubilization efficiency of isolate were 1 = 291%, 5 = 280%, and 9 = 347%. Five days incubation (the end of log phase or early of stationary phase) was the best time to culture harvest for PSB inoculant formulate. Within twelve months age of culture, population stability of PSB inoculant decreased between 81 and 88%, and P solubilizing stability PSB inoculant decrease between 65 and 81%. Decreasing of P solubility to P source types of PSB inoculant was AlP > FeP > PR > CaP.
Key words: PSB, inoculant, organic acid, phosphatase, phytase
Abstrak
Bakteri pelarut fosfat (BPF) mampu melepaskan fosfat yang tidak larut dalam tanah melalui pelarutan P-anorganik, pemineralan P-organik, dan pemblokan loka jerapan. Oleh karena itu, seleksi isolat BPF efektif merupakan langkah awal penting untuk mengembangkan inokulum pelarut fosfat. Suatu penelitian disusun untuk menentukan: 1) pelarutan atau pemineralan P, 2) fisiologi, dan 3) pengembangan inokulum BPF. Ketiga penelitian disusun dalam rancangan acak lengkap, isolat BPF sebagai perlakuan. Variabel pengamatan meliputi P-larut, P-termineral, P-terjerap, pH, populasi BPF, dan aktivitas fosfatase dan fitase. Hasil penelitian menunjukan bahwa BPF isolat 1 = Pseudomonas trivialis, 5 = Pseudomonas putida, dan 9 = Pseudomonas fluorescens, ketiganya gram negatif, terbaik melarutkan atau memineralkan P. Efisiensi pelarutan P isolat 1 = 291%, isolat 5 = 280%, dan isolat 9 = 347%. Hari ke-5 inkubasi (akhir fase log atau awal fase stationer) merupakan waktu terbaik pemanenan kultur BPF untuk dijadikan inokulum. Setelah dua belas bulan, stabilitas populasi inokulum BPF menurun antara 81 dan 88%, dan stabilitas pelarutan menurun antara 65 dan 81 %. Penurunan daya larut terhadap sumber P inokulum BPF adalah AlP > FeP > BF > CaP.
Kata kunci: BPF, inokulum, asam organik, fosfatase, fitase
tamad_1965@yahoo.com
Fosfor dalam tanah dapat ditingkatkan
Pendahuluan
kelarutannya dengan rekayasa biotis K e t e r s e d i a a n P d a l a m t a n a h
menggunakan BPF (Miyasaka dan Habte, d i t e n t u k a n o l e h k e l a r u t a n P y a n g
2001). Hediyati (1993) melaporkan bahwa dipengaruhi oleh jenis sumber P dan
10-50 % mikrobia tanah dapat melarutkan keberadaan agen penjerap P (anorganik dan
fosfat. Mikrobia tanah yang memiliki organik) dalam tanah. Cahyono (2002)
kemampuan melarutkan fosfat dari genus melaporkan bahwa besarnya P terjerap
bakteri adalah Pseudomonas, Bacillus dan (occluded) di dalam tanah akibat pemberian
Escherichia (Subba Rao, 1982; Ruijter et al., pupuk P sintetis yang belum dimanfaatkan
1999; Subba Rao, 1999). oleh tanaman pada tanah sawah mencapai
BPF dapat meningkatkan keter-50 % dari dosis pemberian pupuk P. Dari total
sediaan P melalui: 1) peng-asaman (sitrat, P tanah, 1-5 % yang tersedia untuk tanaman
malat, oksalat/yaitu asam-asam organik (Arcand dan Schneider, 2006)