• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN

JUMLAH KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI

MMP-1 DARIPADA VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR

(Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR SINAR UV-B

YESSY HERAWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i

(2)

TESIS

PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN

JUMLAH KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI

MMP-1 DARIPADA VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR

(Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR SINAR UV-B

YESSY HERAWATI NIM. 1290761015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

i

(3)

TESIS

PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN

JUMLAH KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI

MMP-1 DARIPADA VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR

(Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR SINAR UV-B

Tesis ini untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

YESSY HERAWATI NIM. 1290761015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

ii

(4)

Lembaran Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL: 18 November 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila,SpAnd,FAACS Dr.dr.A.A.G.P .Wiraguna,SpKK(K). ,FINSDV, FAADV NIP . 194612131971071001 NIP :195609121984121001

Mengetahui,

Ketua Program Magister Ilmu Biomedik Program Pascasarjana,

Universitas Udayana,

Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And, FAACS NIP.194612131971071001

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S. (K) NIP:195902151985102001

(5)

Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai Pada tanggal: 18 November 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Program Pascasarjana Universitas Udayana

No: 3464/UN.14.4/HK/2014 Tanggal: 19 September 2014

Ketua : Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And, FAACS

Penguji :

1. Dr.dr.A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K).,FINSDV,FAADV 2. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And

3. Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D 4. Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK, M.Kes.

(6)
(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena rahmat dan karunia-Nya penelitian dan penyusunan tesis yang berjudul “Pemberian Oral Ekstrak Daun Pegagan ( Centella asiatica) Lebih

Banyak Meningkatkan Jumlah Kolagen Dan Menurunkan Ekspresi MMP-1 Daripada Vitamin C Pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Yang Dipapar Sinar UV-B” dapat berjalan lancar sesuai waktu yang direncanakan.

Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir belajar untuk meraih gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis ingin manyampaikan rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan fasilitas pendidikan selama mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, SpS(K) sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Budhiarsa, MA selaku Asdir I dan Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra, Ph selaku Asdir II atas kesempatan yang diberikan untuk menjadi mahasiswa di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Penghargaan, rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya penulis juga ucapkan kepada Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila Sp.And, FAACS, Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging

Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penguji dan pembimbing I

yang banyak memberikan bimbingan, koreksi, masukan, saran ilmiah serta memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

Kepada Dr. A.A.G.P .Wiraguna,SpKK (K) selaku penguji dan pembimbing II penulis juga menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah banyak memberikan bimbingan mulai dari awal usulan penelitian hingga akhir penelitian, koreksi, masukan, saran ilmiah serta memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan tesis ini.

Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.SC.,Sp.And, Dr. dr. Ida Sri Iswari, SpMK, M.Kes, Prof.dr.N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D selaku penguji yang secara teliti mengkoreksi tesis ini dan memberikan masukan yang positif mulai dari awal penelitian sampai penulisan, untuk lebih menyempurnakan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat pada proses penelitian ini yaitu kepada Dr. I.Gusti Kamasan Nyoman Arijana, M.si.Med dan seluruh staf laboratorium di histologi, Bapak Sudirghe dalam membantu pembuatan ekstrak pegagan di laboratorium Farmakologi Universitas

(8)

Udayana. Bapak Yoga selaku analis di Laboratorium Analisa Hasil Pangan Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang sudah banyak membantu dalam pembuatan ekstrak pegagan, Bapak I Gede Wiranata yang membantu pemeliharaan tikus sehingga penelitian berjalan lancar.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. I Ketut Tunas, Msi yang sangat banyak membantu terutama memberikan masukan, saran, terutama dalam analisa statistik, juga kepada para dosen dan pengajar Ilmu Biomedik FK UNUD, teman-teman seperjuangan dan seluruh karyawan bagian Ilmu Biomedik serta semua pihak yang telah membantu selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.

Kepada seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan support baik moril maupun materiil, dan ikut merasakan suka duka selama menjalankan pendidikan Master di Program Biomedik kekhususan Anti Aging Medicine di FK UNUD, dalam penelitian dan penyusunan tesis ini.

Tiada yang sempurna di dunia ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, begitu juga tesis ini masih jauh dari sempurna. Saran dari berbagai pihak akan penulis terima dengan hati terbuka untuk kelengkapan dan lebih baiknya laporan tesis ini.

Akhir kata, semoga Allah Swt, senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua, dan memberikan pahala sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini, aamiin yaa robbal alamiin.

Denpasar, 18 November 2014

Penulis

(9)

ABSTRAK

PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN JUMLAH KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 DARIPADA VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR

SINAR UV-B

Ekstrak pegagan (Centella asiatica) tanaman tradisional yang tumbuh dan mudah didapat di daerah Tabanan, Bali. Ekstrak pegagan (Centella asiatica) memiliki zat antioksidan yang cukup baik dalam mencegah kerusakan kulit oleh karena paparan sinar UV-B. Kandungan aktif ekstrak pegagan adalah Triterpenoid saponin. Dibandingkan dengan vitamin C, keduanya memiliki sifat antioksidan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kolagen dan penurunan Ekspresi MMP-1. Tujuan penelitian adalah membuktikan pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) lebih banyak meningkatkan jumlah kolagen kulit dan menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.

Penelitian ini adalah animal experimental dengan post test only control group

design. Sebanyak 30 ekor mencit dibagi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 10

ekor mencit, yaitu kelompok 1 kontrol diberi oral plasebo dan dipapar sinar UV-B, kelompok 2 oral ekstrak pegagan 50 mg dan dipapar sinar UV-B, kelompok 3 pemberian oral vitamin C 9 mg dan dipapar sinar UV-B. Dosis total penyinaran 840 mJ/cm² selama 4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk pemeriksaan jumlah kolagen dermis dan ekspresi MMP-1.

Hasil Uji Shapiro-Wilk dan Levene’s Test menunjukkan data hasil penelitian data numerik yang berdistribusi normal. Distribusi data dan varian data ketiga kelompok homogen (p ≥ 0,05). Hasil analisis komparatif ketiga kelompok dengan menggunakan

One Way Anova terdapat perbedaan bermakna antara ketiga kelompok baik itu jumlah

kolagen maupun Ekspresi MMP-1. Rerata jumlah kolagen pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok kontrol 26,96±2,64, rerata kelompok Ekstrak pegagan 50 mg 10,31±1,73, dan rerata kelompok vitamin C 9 mg 14,26±1,34. Rerata Ekspresi MMP-1 ketiga kelompok berbeda secara bermakna (p<0,05). Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih tinggi daripada rerata kelompok kontrol).

Rerata Ekspresi MMP-1 kelompok ekstrak pegagan 50 mg berbeda secara bermakna dengan kelompok vitamin C (rerata kelompok vitamin C lebih rendah daripada rerata kelompok ekstrak pegagan 50 mg).

Kesimpulannya adalah pemberian ekstrak pegagan ( Centella asiatica) 50 mg secara oral lebih banyak meningkatkan jumlah kolagen dan menurunkan Ekspresi MMP-1 daripada vitamin C 9 mg pada tikus Wistar (Rattus norvegicus)yang dipapar sinar UV-B.

Kata kunci : Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica) oral, Vitamin C, Jumlah Kolagen dermis, ekspresi MMP-1, sinar UV-B.

(10)

ABSTRACTS

ADMINISTRATION OF PEGAGAN (Centella asiatica) MORE TO INCREASED THE NUMBER OF COLLAGEN AND REDUCED THE

EXPRESSION OF

MMP-1 THAN VITAMIN C IN WISTAR RATS (Rattus norvegicus) EXPOSED TO UV-B RAY

Extracts Pegagan (Centella asiatica) traditional plants that growing easily obtainable in Tabanan, Bali. Extracts Pegagan (Centella asiatica) have antioxidants to preventive skin damage due to exposed UV-B rays. The active ingredient was pegagan (Centella asiatica) extract Triterpenoid saponins. Vitamin C and pegagan both of which have antioxidant properties and contributes to increased in the amount of collagen and decreased in MMP-1 expression.

Pegagan (Centella asiatica) compared with vitamin C plays a role in skin collagen synthesis, both of which have antioxidant properties, this study pegagan extract compared with vitamin C to increase the amount of collagen and decreased expression of MMP-1. The research objective is to prove the oral administration of the extract gotu kola (Centella asiatica) more increasing number of skin collagen and decreases MMP-1 expression in Wistar rats that were exposed to UV-B.

This study was an experimental animal with post test only control group design. A total of 30 wistar rats were divided into 3 groups, each consisting of 10 wistar rats, 1 control group were given oral placebo and were exposed to UV-B, group 2 oral extract of

Centella asiatica 50 mg and exposed to UV-B, Group 3 oral administration of vitamin C

9 mg and exposed to UV-B rays. The total dose of radiation 840 mJ / cm² for 4 weeks, then do a biopsy for examination number dermis collagen and expression of MMP-1. The results of Shapiro-Wilk test and Levene's Test data showed the results of the research data were normally distributed. Data distribution and data of the three variants of homogeneous groups (p ≥ 0.05). The results of the comparative analysis of the three groups by using One Way ANOVA found significant differences between the three groups of both the amount of collagen and the expression of MMP-1. The mean amount of collagen in the three groups after treatment given significantly different (p <0.05). The mean expression of MMP-1 control group 26.96 ± 2.64, mean group pegagan extract 50 mg 10.31 ± 1.73, and the mean vitamin C group 9 mg 14.26 ± 1.34. The mean expression of MMP-1 three groups differed significantly (p <0.05). The mean expression of MMP-1 was significantly different from the control group with vitamin C group (group mean vitamin C higher than the average of the control group).

The mean expression of MMP-1 Centella asiatica extract 50 mg group was significantly different with vitamin C group (group mean vitamin C lower than the average group gotu kola extract 50 mg).

The conclusion was the extract of Centella asiatica (Centella asiatica) 50 mg orally more increased the amount of collagen and decreased the expression of MMP-1 than 9 mg of vitamin C on Wistar rats (Rattus norvegicus) were exposed to UV-B.

Keywords: Pegagan (Centella asiatica) orally, Vitamin C orally, Total collagen dermis, expression of MMP-1, UV-B.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBARAN PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar belakang ... 1 1.2 Rumusan masalah ... 11 1.3 Tujuan penelitian. ... 11 1.3.1 Tujuan Umum ... 11 1.3.2 Tujuan Khusus ... 11 1.4 Manfaat penelitian ... 12 x

(12)

1.4.1 Manfaat ilmiah... 12

1.4.2 Manfaat Praktis ... .. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penuaan ... 13

2.1.1 Definisi Penuaan ... 13

2.1.2 Harapan Hidup Manusia ... 15

2.1.3 Mekaniasme Penuaan ... 15

2.1.4 Faktor yang Mempercepat Penuaan ... 17

2.2 Fenomena Penuaan Kulit ... 19

2.2.1 Penuaan Kulit ... 19

2.2.2 Penuaan berhubungan dengan Proses penuaan ... 21

2.2.3 Penuaan Intrinsik ... 22

2.3 Kulit ... 22

2.3.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit pada Manusia... 22

2.3.2. Perubahan Histologi Pada Kulit ... 24

2.3.2.1 Keratinosit ... 24

2.3.2.2 Melanosit ... 25

2.3.3. Anatomi Kulit Tikus Wistar ………. 26

2.4 Pegagan (Centella asiatica) ... 27

2.4.1 Deskripsi Pegagan ... 27

2.4.2 Farmakokinetik Pegagan ... 30

2.4.3 Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) ... 30

(13)

2.4.4 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) ... 31 2.5 Vitamin C ... 33 2.5.1 Farmakokinetik ... 35 2.5.2 Farmakodinamik ... 35 2.6 Kolagen ... 36 2.6.1 Deskripsi Kolagen ... 36

2.6.2 Perubahan Pada Kolagen ... 37

2.6.3 Mekanisme Kerusakan Kolagen ... 38

2.6.4 Sintesis Kolagen ... 39

2.6.5 Sintesis Prokolagen ... 39

2.7 Efek Ultraviolet terhadap Perubahan Kulit ... 44

2.7.1 Radiasi Sinar Ultraviolet ... 44

2.7.2 Pigmentasi ... 46

2.7.3 Kerusakan DNA ... 47

2.8 MMP-1 ... 47

2.8.1 Matriks Metaloproteinase ... 47

2.9 Pengaruh Sinar Ultraviolet ... 50

2.9.1 Pengaruh Ultraviolet Terhadap Ekspresi MMP-1 ... 51

2.9.2 Pengaruh Ultraviolet terhadap Jumlah Kolagen ... 52

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 54

(14)

3.1 Kerangka berpikir... 54

3.2 Kerangka Konsep ... 56

3.3. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB IV METODE PENELITIAN ... 58

4.1 Rancangan penelitian ... 58

4.2 Skema Rancangan Penelitian ... 59

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

4.4 Variabel penelitian ... 60

4.4.1 Klasifikasi Variabel ... 60

4.4.2 Sampel ... 61

4.5.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 61

4.5.4 Definisi Operasional Variabel ... 62

4.5 Bahan dan Alat Penelitian ... 64

4.5.1 Bahan Penelitian ... 64

4.5.2 Alat Penelitian ... 64

4.6 Prosedur Penelitian ... 65

4.7 Sampel penelitian ... 71

4.7.1 Tehnik Penentuan Sampel ... 72

4.8 Alur Penelitian ... 73

4.9 Analisis Data ... 74

(15)

BAB V HASIL PENELITIAN ... 75

5.1 Uji normalitas data ... 75

5.2 Uji homogenitas data ... 76

5.3 Jumlah kolagen ... 76

5.4 Ekspresi MMP-1 ... 78

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 84

6.1 Subyek penelitian ... 84

6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian ... 84

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1 Simpulan ... 85

7.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN - LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 2.1 Tabel Vitamin C (Jurnal Manfaat Dan Sumber Vitamin C) ... 34

Tabel 4.1 Jadwal dan waktu penyinaran UVB. ... 66

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1 75

Tabel 5.2 Hasil Uji Homogenitas Jumlah Kolagen dan ekspresi MMP-1 antar Kelompok Perlakuan ……… 76

Tabel 5.3 Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen Setelah diberikan pegagan 50 mg dan Vitamin C 9 mg ………. 77

Tabel 5.4 Analisis Komparasi Jumlah Kolagen Sesudah Perlakuan antar

Kelompok ………. 79

Tabel 5.5 Perbedaan rerata ekspresi MMP-1 antar Kelompok Sesudah Diberikan Pegagan 50 mg dan Vitamin C 9 mg ……….. 79

Tabel 5.6 Analisis Komparasi ekspresi MMP-1 sesudah Perlakuan Antar

Kelompok ... 80

Grafik 5.1 Rerata Ekspresi MMP-1 antar Kelompok Pegagan 50% dan

Vitamin C 9 mg. ... 77

Grafik 5.2 Perbandingan Ekspresi MMP-1 antar Kelompok Kontrol

Dengan Kelompok Perlakuan ... 79

(17)

DAFTAR SINGKATAN

AGE : Advance glycation end product

AAM : Anti Aging Medicine

AP-1 : Activator protein-1

DNA : Deoxyribonucleic Acid Replication

FB : Fibroblas

GAG : Glycosaminoglycans

GH : Growth Hormon

KC : Keratinosit

KAP : Kedokteran Anti Penuaan

MAPKs : MAP kinase

MED : Minimal erythema dose

mJ/Cm² : Mili Joule persentimeter persegi

MMP : Matriks metalloproteinase

NF-κB : Nuclear Factor-kB RA : Retinoic acid

ROS : Reactive oxygen species

SOD : Superoxyde Dismutase

TGF-β : Transforming growth factor β UV : Ultraviolet

BB : Berat Badan

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN-1 : Keterangan Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

LAMPIRAN-2 : Efek Ultraviolet terhadap kulit.

LAMPIRAN-3 : Penanganan hewan coba

LAMPIRAN-4 : Tabel Konversi

LAMPIRAN-5 : Alur Penelitian dan penelitian pendahuluan

LAMPIRAN-6 : Uji fitokimia ekstrak pegagan.

LAMPIRAN-7 : Uji analisis ekstrak pegagan.

LAMPIRAN-8 : Uji Normalitas Data

LAMPIRAN-9 : Uji One Way Anova Kolagen dan MMP-1

LAMPIRAN-10 : Foto Aktivitas Penelitian

DAFTAR GAMBAR xvii

(19)

Gambar 2.1 Struktur Kulit

Gambar 2.2 Epidermis Kulit Pada Usia Muda dan Lanjut

Gambar 2.4 Daun Pegagan

Gambar 2.5 Daun Pegagan Segar

Gambar 2.6 Mekanisme Kerusakan Kolagen

Gambar 2.6.4 Sintesis Kolagen

Gambar 2.6.5 Prokolagen

Gambar 2.6.6 Skematik Struktur Kolagen

Gambar 2.6.7 Kolagen Tipe 1 Dengan Pewarnaan HE

Gambar 2.13 Sintesis Vitamin C

Gambar 3.1 Kerangka Konsep.

Gambar 4.1 Rancangan penelitian.

Gambar 4.2 Klasifikasi Variabel

Gambar 4.3 Bagan Alur Penelitian

Gambar 5.3 Jaringan Dermis Kontrol Tikus Wistar Dengan Pengecatan Sirius Red

Gambar 5.4 Ekspresi MMP-1 Dengan Pewarnaan Imunohistokimia

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses menua merupakan akumulasi secara progresif berbagai perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan waktu. Pada umumnya manusia menginginkan hidup berumur panjang, mempunyai kualitas hidup yang baik, sehat dan berkualitas serta tidak mau tampak cepat tua. Untuk mencapai hal tersebut, maka manusia melakukan berbagai upaya untuk mencegah proses penuaan. Tujuan Anti

Aging Medicine adalah mencegah penuaan dini, mencegah penyakit degeneratif seperti

jantung, paru, stroke dan mencapai usia tua tetap produktif dan sehat (Immanuel, 2008). Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang serta meningkatnya kelemahan (Bludau, 2010).

Dengan berkembangnya Anti-Aging Medicine (AAM) tercipta suatu konsep baru dalam dunia kedokteran. AAM adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi merupakan suatu keadaan normal yang memang harus terjadi, namun dianggap sama sebagai suatu penyakit, yang dapat dicegah, sehingga berakibat usia harapan hidup manusia dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).

1 xix

(21)

Proses penuaan dapat disebabkan oleh banyak hal, dapat disebabkan faktor dari luar, misalnya makanan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak sehat, polusi lingkungan, stres dan faktor kemiskinan, dan dapat disebabkan faktor dari dalam, salah satunya adalah radikal bebas (Pangkahila, 2007). Radikal bebas dapat merusak sel-sel dalam tubuh manusia. Penimbunan radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh (Goldman and Klantz, 2003).

Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan dari luar tubuh. Yang berasal dari dalam tubuh, misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses inflamasi, sedangkan yang berasal dari luar tubuh dapat disebabkan oleh karena polutan, seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi, alkohol dan sebagainya.

Proses aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun system karena proses penuaan (Baskoro, 2008).

Kulit manusia, seperti juga organ tubuh yang lainnya mengalami penuaan kronologis. Tidak seperti organ lain, kulit mengalami kontak langsung dengan lingkungan.

(22)

Faktor lingkungan yang utama yang menyebabkan penuaan kulit adalah radiasi sinar ultraviolet (UV). Paparan kronis kulit manusia dengan sinar UV mempengaruhi struktur dan fungsi kulit. Kerusakan sangat tergantung dari jumlah dan jenis sinar UV dan juga tipe kulit seseorang. Radiasi sinar UV mengakibatkan sunburn, imunosupresi, stress oksidatif, dan kanker kulit menyerupai penuaan dini kulit maka disebut

photoaging (Fisher et al., 2002; Vayalil et al., 2004).

Proses penuaan terjadi pada semua organ tubuh, begitu pula halnya dengan kulit manusia. Penuaan kulit dapat disebabkan baik oleh faktor ekstrinsik seperti paparan sinar ultraviolet (UV), asap rokok, dan polusi udara maupun oleh faktor intrinsik seperti genetik, ras, dan hormonal. Faktor ekstrinsik yang paling berperan dalam penuaan dini kulit adalah sinar matahari yang dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi kulit. Kerusakan kulit yang disebabkan oleh paparan sinar matahari sangat tergantung dari sering dan lamanya paparan, jenis sinar UV serta tipe kulit seseorang (Ichihashi et al., 2009).

Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Diperkirakan bahwa sekitar 50% kerusakan yang disebabkan oleh UV terjadi karena pembentukan radikal bebas, sedangkan kerusakan seluler langsung dan mekanisme lainnya merupakan penyebab untuk sisanya. Penurunan jumlah kolagen dan Ekspresi MMP-1 akibat sinar UV pada dasarnya diperantarai dua mekanisme yang paling bertanggung jawab yaitu adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Dimana

(23)

pengaktifasian AP-1 didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, 2006; Rhein and Santiago, 2010).

Reactive Oxygen Species (ROS) bersifat sebagai oksidan dan melalui proses

oksidasi tersebut akan menurunkan ensim protein-tyrosine phosphatase. Penurunan ensim ini akan menyebabkan terjadi up-regulation reseptor growth

factor dan pada akhirnya akan mengaktivasi AP-1 (Rabe et al., 2006). Secara

keseluruhan, efek radiasi UV pada dermis menghasilkan degradasi kolagen, hambatan sintesis kolagen, inflamasi dan stres oksidatif, serta penurunan kemampuan sel dan pada akhirnya terjadi proses apoptosis (Cuningham et al., 2005; Rabe et al., 2006).

Radikal bebas mempunyai peranan yang besar dalam mekanisme kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Ada 4 cara untuk mengurangi kerusakan kulit dari radikal bebas akibat paparan sinar UV, yaitu 1) menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan, 2) memakai pakaian pelindung sinar matahari, 3) menggunakan tabir surya krim atau lotion yang mengandung antioksidan, 4) menggunakan antioksidan baik secara sistemik maupun topikal.

Penelitian pada binatang dan manusia mendukung adanya peranan radikal bebas pada proses penuaan, dan penggunaan antioksidan dapat mencegah kerusakan akibat radikal bebas (Pangkahila, 2007).

Paparan sinar UV pada kulit dapat menimbulkan reaksi akut seperti terbakar surya (sunburn), imunosupresi, dan stres oksidatif; sedangkan efek

(24)

paparan sinar UV yang kronis dapat mengakibatkan penuaan dini (photoaging) (Masnec and Poduje, 2008); dan kanker kulit (Narayanan et al., 2010).

Spektrum sinar matahari yang berperan dalam proses photoaging adalah sinar UV-A dan UV-B. Sinar UV-B (290-320nm) memiliki panjang gelombang yang lebih pendek, tetapi mempunyai energi yang lebih kuat dan lebih bersifat eritematogenik dibandingkan dengan sinar UV-A (320-400nm) (Gonzaga, 2009).

Pemahaman mengenai mekanisme molekuler dari penuaan kulit akibat paparan sinar UV dalam satu dekade terakhir mengalami kemajuan yang pesat. Salah satu konsep yang banyak dianut adalah teori radikal bebas. Mekanisme kerusakan kulit akibat paparan sinar UV merupakan suatu hal yang kompleks dari respons molekuler yang spesifik. Proses molekuler ini terjadi karena kemampuan sinar UV memanfaatkan mesin seluler (cellular machinery) yang sangat berkembang dan mengatur kembali respons sel terhadap rangsangan fisiologis dan lingkungan ekstraseluler. Mesin seluler yang memperantarai kerusakan matriks ekstraseluler lapisan dermis kulit melibatkan reseptor permukaan sel, jalur transduksi sinyal protein kinase, faktor transkripsi, dan matriks metaloproteinase yaitu enzim yang merusak kolagen dermis (Rocquet and Bonte, 2002; Schade et al., 2005).

Mekanisme molekuler kerusakan kulit akibat paparan sinar UV dimulai dari aktivasi reseptor sitokin dan faktor pertumbuhan (growth factor) pada permukaan keratinosit di epidermis dan fibroblas di dermis oleh radikal bebas.

(25)

Aktivasi reseptor ini akan menginduksi sinyal intraseluler seperti

mitogen-activated protein kinase (MAP kinase) yang selanjutnya mengaktivasi kompleks

faktor transkripsi nukleus aktivator protein-1 (AP-1). Pada epidermis dan dermis, AP-1 menginduksi ekspresi matriks metaloproteinase (MMP) seperti MMP-1, MMP-3 dan MMP-9 yang dapat merusak kolagen dan protein lain yang menyusun matriks ekstraseluler dermis. Selain itu AP-1 dapat menekan ekspresi gen prokolagen fibroblast sehingga terjadi penurunan sintesis kolagen (Helfrich et al., 2009).

Secara keseluruhan dampak sinar UV pada kulit menghasilkan kerusakan kolagen oleh karena meningkatnya Ekspresi MMP-1; menurunnya sintesis kolagen karena tingginya kadar 8-OHdG; inflamasi dan stres oksidatif, serta penurunan kemampuan sel yang rusak untuk dieliminasi oleh proses apoptosis. Semua proses tersebut akan menimbulkan penuaan kulit dini (photoaging) (Fisher et al., 2002; Helfrichs et al., 2008).

Peningkatan pemahaman mengenai peranan sinar UV dalam penuaan dini kulit tercermin dalam pengembangan formulasi tabir surya dengan efek perlindungan yang lebih kuat dari berbagai panjang gelombang sinar UV. Pemahaman dan pengetahuan ini memberikan perhatian yang lebih pada penelitian tentang peran radikal bebas dalam menimbulkan kerusakan kulit. Walaupun tubuh memiliki sistem pertahanan antioksidan (AO) alami untuk menetralkan radikal bebas yang berasal baik dari sumber endogen maupun eksogen, tapi karena dipapar oleh sinar UV secara terus menerus maka

(26)

persediaan AO ini cepat menurun. Oleh karena itu, pemberian topikal AO, setidaknya dalam teori akan memberikan manfaat tambahan, terutama pada kulit yang mengalami stres oksidatif akibat paparan sinar UV-B yang berlebihan (Chen et al., 2012).

Antioksidan yang digunakan secara topikal di permukaan kulit dapat mengurangi efek ROS dalam menimbulkan kerusakan kolagen dan kerusakan DNA akibat paparan sinar UV (Pinnell, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan antioksidan semakin meningkat, baik secara oral maupun topikal untuk mencegah dan mengobati penuaan kulit. Banyak produk perawatan kulit menggunakan bahan alami yang mengandung antioksidan, baik yang terdapat dalam buah, daun, bunga, akar, dan bagian-bagian lain dari tanaman. Penuaan kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi dari faktor intrinsik (penuaan terprogram genetik) dan faktor ekstrinsik (lingkungan).

Penuaan intrinsik atau penuaan kronologis mengakibatkan perubahan di semua lapisan kulit. Epidermis mengalami perlambatan regenerasi. Pada kulit usia muda, epidermal turnover membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-60 hari. Perlambatan ini mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak translucent. Perlambatan regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi pertahananan dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan penurunan transfer nutrisi pada epidermis

(27)

dan dermis. Populasi melanosit di epidermis semakin berkurang dan melanosit yang ada akan makin mengalami penurunan aktivitas. Kulit tua mengalami perubahan diskromik seperti bintik - bintik pigmentasi, freckles, lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar matahari sebab kulit menipis dan sedikit melanosit.

Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-sel Langerhans, penurunan jumlah sel-sel Langerhans sampai 50 mg sehingga terjadi penurunan imunitas kulit dan peningkatan risiko kanker kulit (MrCullough and Kelly, 2006).

Banyak teori menjelaskan mengapa seseorang menjadi tua. Salah satu teori penuaan yang sangat berkembang adalah teori radikal bebas.Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas sehingga menyebabkan kerusakan sel. Molekul utama didalam tubuh yang dirusak oleh radikal bebas adalah DNA (Deoxyribo Nucleid Acid), lemak dan protein (Suryohudoyo, 2000).

Terbentuknya paparan Reactive Oxygen Species (ROS) selama paparan berulang UV-B menurunkan ekspresi enzim antioksidan dan meningkatkan modifikasi protein oksidatif dan akumulasi peroksida lipid dan produk glikasi (Vayalil dkk., 2004 ). Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk selama pajanan UV menghambat Transforming Growth Factor (TGF)-β sehingga produksi kolagen terhambat serta meningkatkan faktor transkripsi AP-1 yang selanjutnya

(28)

meningkatkan produksi Matrix Metalloproteinase (MMP)-1 yang merupakan enzim yang mendegradasi kolagen (Fisher et al., 2002; Helfrichs, et al., 2009). Warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam tubuh, misalnya genetik, hormon, maupun luar tubuh misalnya sinar matahari, makanan ataupun obat-obatan yang diminum. Perpaduan dari faktor ini akan menghasilkan warna kulit tertentu. Faktor dari dalam tubuh yang sangat besar pengaruhnya adalah ras atau genetik. Perbedaan tersebut terjadi bukan karena jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan tergantung dari jumlah dan bentuk melanosom.

Orang Indonesia sebagian besar memiliki warna kulit coklat atau sawo matang. Orang yang mempunyai kulit coklat menganggap bahwa warna kulit yang terang dan bersih adalah kulit yang cantik. Demikian pula orang Indonesia, khususnya wanita menganggap bahwa kulit terang tanpa bercak-bercak hitam adalah kulit yang cantik. Dalam waktu terakhir ini banyak sekali tersedia produk kosmetik untuk memutihkan kulit dengan berbagai cara, salah satunya melalui suntikan vitamin C, yang juga dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit. Tubuh manusia tidak dapat mensekresi vitamin C karena itu kebutuhan akan vitamin C dipenuhi dari asupan makanan. Sumber vitamin C dalam bentuk alami adalah L-ascorbic acid yang didapat sebagai molekul larut air.

Peneliti membandingkan ekstrak pegagan dengan vitamin C karena keduanya memiliki sifat antioksidan dan berperan dalam peningkatan jumlah

(29)

kolagen dan penurunan Ekspresi MMP-1, sehingga bermanfaat pada pencegahan penuaan kulit, sesuai dengan pengaruhnya dalam ilmu Anti Aging

Medicine.

Kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) meliputi ;

1) Triterpenoid saponin, 2) Triterpenoid genin, 3) Minyak esensial, 4) Flavonoid,

5) Fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Bahan-bahan aktif tersebut secara umum terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Bahan aktif yang terkandung dalam pegagan juga menjadi salah satu alasan mengapa pegagan dimasukkan dalam ordo umbelliferae.

Kandungan Triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang utama dalam Triterpenoid saponin adalah asiatikosida dan madekassosida (Kumar and Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai Centella asiatica (Selfitri, 2008).

Madekassosida juga memiliki peran penting karena mampu memperbaiki kerusakan sel

dengan merangsang sintesis kolagen.

Kolagen sangat penting sebagai bahan dasar pembentuk sel fibroblas. Centella

asiatica pada sel fibroblas kulit manusia ditemukan peningkatan yang signifikan dalam

persentase kolagen dan lapisan sel fibronektin.

Vitamin C memiliki polaritas yang tinggi karena banyak mengandung gugus hidroksil sehingga membuat vitamin ini akan mudah diubah tubuh. Oleh karena itu

(30)

vitamin C dapat bereaksi dengan radikal bebas yang bersifat aqueous dan juga mampu menetralisir radikal bebas.

Pada penelitian ini untuk mengetahui peranan pegagan dalam mencegah atau menghambat penuaan kulit melalui peningkatan jumlah kolagen dan penurunan ekspresi MMP-1.

(31)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam usulan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?

2. Apakah pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?

3. Apakah pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?

4. Apakah pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat menurunkan Ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pemberian ekstrak daun pegagan dapat menghambat proses penuaan kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B. 2. Untuk mengetahui pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat

menurunkan Ekspresi MMP-1 pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B. xxx

(32)

3. Untuk mengetahui pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.

4. Untuk mengetahui pemberian oral ekstrak pegagan (Centella asiatica) dapat menurunkan Ekspresi MMP-1 lebih banyak daripada vitamin C pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat ilmiah.

Memberi informasi tentang potensi ekstrak pegagan dalam meningkatkan jumlah kolagen kulit pada tikus Wistar yang dipapar sinar UV-B, Pemberian ekstrak daun pegagan oral dapat menghambat penuaan dini dengan menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus Wistar yang diberi paparan sinar UV-B.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat sehingga dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat ekstrak daun pegagan yang juga dapat meningkatkan jumlah kolagen kulit dan dapat memberikan efek perlindungan terhadap pajanan sinar UV-B yang hampir tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari terutama dinegara tropis seperti di Indonesia, dan juga dapat menghambat proses penuaan kulit.

(33)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penuaan

2.1.1 Definisi Penuaan

Setiap manusia pasti akan menjadi tua. Hal ini adalah proses yang tidak dihindari. Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan.

Perkembangan ilmu kedokteran, Anti Aging Medicine (AAM), telah membawa konsep baru dalam dunia Kedokteran. Penuaan diperlakukan sebagai penyakit, sehingga dapat dan harus dicegah dan diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas hidup yang lebih baik (Goldman and Klatz, 2007; Pangkahila, 2007).

Penuaan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan dan gaya hidup, sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau lebih lambat tergantung kesehatan masing – masing individu (Fowler, 2003). Dengan mencegah proses penuaan, fungsi berbagai organ tubuh dapat dipertahankan agar tetap optimal. Hasilnya organ tubuh dapat berfungsi seperti pada usia biologis yang lebih baik. Dengan demikian penampilan dan kualitas hidupnya

(34)

menjadi lebih baik dibandingkan usia sebenarnya (Pangkahila, 2007). Usia harapan hidup yang lebih panjang disertai kualitas hidup yang optimal inilah konsep baru dari Anti Aging Medicine (AAM). AAM ini didefinisikan sebagai bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuaan untuk memperpanjang hidup.

Dengan mengingat faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses penuaan, dapatlah ditentukan faktor mana yang perlu dihindari atau diatasi sehingga proses penuaan dapat dicegah atau dihambat. Bermodalkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindari berbagai faktor penyebab proses penuaan dilengkapi dengan pengobatan, masyarakat memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007). Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara lain adalah menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi berolahraga teratur, makanan sehat dan cukup, mengatasi stress, jangan merasa sehat dan normal hanya karena tidak ada keluhan serius, melakukan pemeriksaan kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi dalam penggunaan obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli untuk mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh yang menurun. Namun, terdapat pula hambatan atau kesulitan melakukan upaya menghambat proses penuaan,

(35)

antara lain karena lingkungan tidak sehat, pengetahuan rendah dan budaya yang tidak benar (Pangkahila, 2007).

Ada 2 macam usia, yaitu kronologis dan usia biologis. Usia kronologis ialah usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran, sedangkan usia fisiologis atau biologis ialah usia sesuai dengan fungsi organ tubuh. Maka usia kronologis tidak selalu sama dengan usia fisiologis. Menurut AAM (American Academy Of

Anti - Aging Medicine) adalah kelemahan dan kegagalan fisik-mental yang

berhubungan dengan penuaan normal disebabkan oleh disfungsi fisiologik, yang dalam banyak kasus dapat diubah dengan intervensi kedokteran yang tepat (Klatz, 2003).

2.1.2 Harapan Hidup Manusia

Populasi jumlah orang tua mencapai laju yang sangat luar biasa sebagian besar berhubungan dengan penurunan laju kelahiran dan peningkatan angka harapan hidup dalam 20 tahun terakhir. Hingga tahun 2020 populasi didunia kira-kira mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan sebagian besar negara berkembang, sebagian lagi di negara maju (Beers, 2005). Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34 % .

Berbagai upaya dilakukan untuk kaitannya yang berhubungan dengan

anti-aging, diantaranya sulih hormon, olahraga, nutrisi, dan estetika, bahkan

dengan berkembangnya ilmu pengetahuan kedokteran yang baru, dikembangkan pula cell therapy dan stem cell therapy untuk upaya anti-aging.

(36)

Konsep dan AAM pada awalnya diperkenalkan oleh A4M (American Academy of

Anti-Aging medicine) pada tahun 1993, definisinya adalah Kedokteran Anti

Penuaan (KAP) adalah bagian dari ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan kedokteran teknologi terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan, dan kelainan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat (Pangkahila, 2007).

2.1.3 Mekanisme Penuaan

Penyebab proses penuaan dan teori penuaan, Ada berbagai faktor penyebab terjadinya proses penuaan, namun secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Faktor internal yaitu radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen (Pangkahila, 2007).

Banyak teori telah dikemukakan dalam upaya menjelaskan terjadinya proses penuaan. Secara garis besar terdapat dua kelompok yaitu teori wear and tear dan teori program (Pangkahila, 2007). Teori program meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori neuroendokrin. Teori wear and tear meliputi kerusakan DNA, glikosilasi dan radikal bebas.

Ada 4 teori pokok dari aging (Goldman and Klatz, 2007). Yaitu:

1) Teori “wear and tear’’

(37)

Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan (overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan lainnya, menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak, gula, kafein, alkohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di tingkat sel.

2) Teori neuroendokrin

Teori berdasarkan peranan bebagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus, sebuah kelenjar yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu berbagai sistem tubuh.

3) Teori Kontrol Genetik

Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, di mana kita dilahirkan dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan metal tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi tua dan berapa lama kita hidup.

4) Teori Radikal Bebas

Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki elektron yang tidak

(38)

berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangkan atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel. Molekul utama di dalam tubuh yang rusak oleh radikal bebas adalah DNA, lemak, dan protein (Suryohudoyo, 2000). Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin.

2.1.4 Faktor yang mempercepat penuaan

Berbagi faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu: 1) Faktor lingkungan

Pencemaran lingkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik, otomotif,dan rumah tangga akan mempercepat penuaan. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannya sehingga menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism). Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.

2) Faktor diet/makanan.

(39)

Jumlah nutrisi yang cukup, jenis dan kualitas makanan yang tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.

3) Faktor genetik

Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam makanan dan minuman yang sulit diserap oleh tubuh.

4) Faktor psikis

Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai organ/jaringan tubuh.

5) Faktor organik

Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitnes, pola makan yang kurang sehat. Menjaga kulit tetap lembab, halus, fleksibel, dan elastis, jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan radikal bebas, terutama pada daerah wajah, di mana mengakibatkan lekukan kulit dan kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman and Klatz, 2007).

2.2 Fenomena penuaan kulit

2.2.1 Penuaan Kulit

(40)

Penuaan kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi dari faktor intrinsik (penuaan terprogram genetik) dan faktor ekstrinsik (lingkungan). Penuaan intrinsik atau penuaan kronologis mengakibatkan perubahan disemua lapisan kulit. Epidermis mengalami perlambatan regenerasi. Pada kulit usia muda, epidermal turnover membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-60 hari. Perlambatan ini mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak translucent. Perlambatan regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi pertahananan dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan penurunan transfer nutrisi pada epidermis dan dermis. Populasi melanosit di epidermis semakin berkurang dan melanosit yang ada akan makin mengalami penurunan aktivitas. Kulit tua mngalami perubahan diskromik seperti bintik- bintik pigmentasi (freckles), lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar matahari sebab kulit menipis dan sedikit melanosit.

Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-sel Langerhans, Penurunan jumlah sel-sel Langerhans sampai 50 mg sehingga terjadi penurunan imunitas kulit dan peningkatan resiko kanker kulit (MrCullough and Kelly,2006).

Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari mengakibatkan berbagai efek padakulit manusia, di antaranya adalah sunburn, penekanan imunitas, dan penuaan dini (photoaging). Sunburn dan penekanan sistem imun terjadi secara

(41)

akut sebagai respon akibat paparan yang berlebihan dari sinar matahari, sedangkan kanker kulit dan akibat dari akumulasi kerusakan yang disebabkan oleh paparan berulang sinar ultraviolet. Kulit yang mengalami photoaging ditandai dengan kerutan, kekenduran, perubahan pigmentasi, flek kecoklatan, dan tampak kasar. Sangat berbeda dengan kulit dengan penuaan kronologis atau penuaan intrinsik, pada kulit yang diproteksi dari sinar matahari yang menjadi tipis, mengalami penurunan elastisitas tetapi kadang tampak halus.

Sinar UV dari matahari merusak kulit manusia (Photo damaged Skin) dan mengakibatkan penuaan dini kulit (Photoaging). Proses penuaan ini adalah akumulasi paparan matahari dan lebih sering terjadi pada individu dengan warna lebih terang. Radiasi sinar UV mempengaruhi proses seluler dan perubahan molekul, seperti reseptor permukaan sel, jalur transduksi sinyal protein kinase, faktor transkripsi, dan enzim-enzim yang berfungsi dalam sintesis dan degradasi protein dermis. Radiasi sinar UV menghasilkan spesies oksigen reaktif yang bereaksi dengan komponen sel yaitu DNA, protein, dan lipid. Modifikasi komponen sel mengganggu fungsi sel sehingga mengarah pada kematian sel (Fisher et al., 2002).

Paparan sinar UV menstimulasi pembentukan hidrogen peroksida (H2O2),

senyawa radikal bebas yang menghasilkan kerusakan sel lebih sedikit bila dibandingkan superoksida. Studi pada kulit manusia dan keratinosit menunjukkan bahwa radiasi UV dalam waktu 15 menit meningkatkan H2O2,

dan berlanjut terakumulasi sampai 60 menit setelah paparan UV.

(42)

Hidrogen peroksida dapat berubah menjadi spesies oksigen reaktif jenis lain yaitu radikal hidroksil (dinucleotide phosphate) oksidase, enzim yang menghasilkan H2O2, akibat paparan UV.

Aktivitas NADPH oksidase meningkat 2 kali dalam 20 menit paparan sinar UV (Fisher et al., 2002).

2.2.2 Perubahan Berhubungan Dengan Proses Penuaan

Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh. Penurunan fungsi berbagai organ tubuh tersebut mengakibatkan muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan, baik itu tanda fisik maupun psikis. Tanda fisik pada proses penuaan seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat berkurang, fungsi seksual terganggu, kemampuan kerja menurun dan sakit tulang. Kemudian yang termasuk tanda psikis antara lain menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi (Pangkahila, 2007).

2.2.3 Penuaan intrinsik

Penuaan intrinsik juga dikenal dengan proses penuaan alamiah, yang merupakan proses yang terus berlangsung yang dimulai pada usia pertengahan 20an. Penuaan intrinsik terjadi oleh karena akumulasi kerusakan endogen akibat pembentukan senyawa oksigen reaktif selama metabolisme oksidasi sel.

(43)

2.3 Kulit

2.3.1 Anatomi dan fisiologi kulit pada manusia

Kulit merupakan organ terbesar manusia penampilan kulit menjadi media komunikasi yang memberi informasi tentang individu tersebut seperti kesehatan nya secara umum, etnis atau ras, gaya hidup dan usia. Kualitas penampilan kulit ditentukan oleh warna kulit, tekstur dan bentuk (Fisher et al., 2008). Kulit terdiri dari 3 lapisan berturut-turut terdiri luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, dan hipordermis (subkutan). Epidermis terdiri dari 5 lapisan berturut- turut dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum basalis. Epidermis adalah struktur yang dinamis dimana 95% tersusun oleh keratinosit yang terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel langerhans, dan sel merkel.

Melanosit adalah sel penghasil melanin, yaitu pigmen kulit. Sel Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel merkel berperan pada persepsi sensoris (Edmondson et al., 2003). Dermis terdiri 2 lapisan yaitu papillary dermis di bagian superficial dan reticular dermis di bagian dalam. Di papillary dermis terdapat kolagen, elastin, fibrous dan ground substance (mukopolisakarida, asam Hyaluronat, kondroitin sulfat), serta kaya akan mikrosirkulasi. Di reticular dermis terdapat kumpulan kolagen yang lebih kasar dengan serabut-serabut elastin yang tersebar (Khazanchi, 2007).

(44)

Struktur epidermis

Kulit terdiri dari 3 lapisan berturut-turut dari luar ke dalam yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutan). Epidermis terdiri dari 5 lapisan berturut - turut dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum basalis. Epidermis adalah struktur yang dinamis dimana 95% tersusun oleh keratinosit yang terdiferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel.

Melanosit adalah sel penghasil melanin, yaitu pigmen kulit. Sel Langerhans memiliki fungsi imunologis dan sel Merkel berperan pada persepsi sensoris (Edmondson et al., 2003). Pemendekan telomer pada pembelahan sel juga dikatakan salah satu penyebab penuaan intrinsik kulit, selain oleh karena penurunan faktor pertumbuhan dan hormon. Manifestasi klinis penuaan kronologis kulit dapat berupa serosis, kelemahan, kerutan dan gambaran tumor jinak seperti keraktosis seboroik dan angioma buah cherry (Gilchrest and Krutmann, 2006).

(45)

Gambar 2.1 Struktur Kulit (Edmondson et al., 2006)

Gambar 2.2 Epidermis kulit usia muda dan usia lanjut

2.3.2 Perubahan Histologis Pada Kulit 2.3.2.1 Keratinosit

Keratinosit berperan dalam pertumbuhan epidermis. Keratinosit mengalami proses diferensiasi dimulai dari basal menuju permukaan kulit.

(46)

Proses ini pada manusia membutuhkan waktu 2-4 minggu. Diferensiasi di basal melibatkan cross-talk antara sel dermis dan epidermis melalui growth factors. Pada lapisan basal terdapat 3 jenis keratinosit, yaitu sel punca (stem cells),

transit - amplifying cells, dan post mitotic differentiating cells.

Lampu UV dengan emisi B (280-320 nm, 75-80% energi total) dan UV-A (320-375 nm, 20-25% energi total), 30 mJ/cm2, pada tikus Wistar tanpa bulu

mengakibatkan eritema, apoptosis, dan pembentukan sunburn cells. 2.3.2.2 Melanosit

Pigmentasi irregular menjadi karakteristik kulit yang mengalami

Photoaging desebabkan oleh karena hyperplasia melanosit hiperaktif, yang

mengakibatkan kulit kecoklatan, bercak-bercak dan lentigen, diselingi dengan daerah yang mengalami kerusakan lebih berat sehingga melanosit tidak mampu mentransfer pigmen normal ke keratinosit. Radiasi sinar UV menginduksi proliferasi melanosit tidak hanya dikulit yang terpapar tetapi juga pada kulit yang terlindungi. Kemungkinan oleh faktor yang belum dapat dikenali yang dilepaskan ke sirkulasi setelah radiasi UV-B.

Sinar UV dari matahari merusak kulit manusia dan mengakibatkan penuaan dini kulit (Photoaging). Proses penuaan ini adalah akumulasi paparan matahari dan lebih sering terjadi pada individu dengan warna lebih terang. Radiasi sinar UV mempengaruhi proses seluler dan perubahan molekul, seperti reseptor permukaan sel, jalur transduksi sinyal protein kinase, faktor transkripsi, dan enzim-enzim yang berfungsi dalam sintesis dan degradasi protein dermis.

(47)

Radiasi sinar UV menghasilkan spesies oksigen reaktif yang bereaksi dengan komponen sel yaitu DNA, protein, dan lipid. Modifikasi komponen sel mengganggu fungsi sel sehingga mengarah pada kematian sel (Fisher et al., 2002).

Paparan sinar UV menstimulasi pembentukan hidrogen peroksida (H2O2),

senyawa radikal bebas yang menghasilkan kerusakan sel lebih sedikit bila dibandingkan superoksida. Studi pada kulit manusia dan keratinosit menunjukkan bahwa radiasi UV dalam waktu 15 menit meningkatkan H2O2, dan

berlanjut terakumulasi sampai 60 menit setelah paparan UV. 2.3.3 Anatomi Kulit Tikus Wistar

Kulit mencit terbagi menjadi tiga lapisan ; epidermis, dermis dan subkutis, Epidermis terdiri dari epitel skuamosa bertingkat sedangkan dermis disusun oleh jaringan ikat yang padat. Epidermis berkembang biak baik pada waktu lahir dan menebal dalam 4-5 hari setelah lahir, kemudian menipis seiring dengan perkembangan folikel rambut. Ketebalan epidermis berbeda antara daerah berambut dan tidak berambut.

Epidermis terdiri dari 3 stratum dengan beberapa lapisan sel pada masing - masing stratum. Paling dalam adalah Stratum Germinativum di membran basalis yang terdiri dari sel - sel yang vertikal dan tidak bentuk tidak teratur, nukleus oval dan jernih dengan beberapa sel polihidral yang masing-masing dihubungkan dengan tonofibril. Epidermis pada daerah tidak berambut lebih sedikit berambut terdiri dari 6 lapisan sel dan stratum - stratumnya sulit

(48)

dibedakan. Stratum germinativum dan granulosum tampak sebagai sel yang tersebar berjumlah sangat sedikit, sedangkan stratum korneum terdiri dari 1-2 lapis sel saja.

2.4 Pegagan (Centella asiatica)

2.4.1 Deskripsi pegagan

Asam asiatic, asam madecassic, dan asiaticoside telah ditunjukkan untuk merangsang in vitro sintesis kolagen. Ekstrak dititrasi pegagan ( TECA ), asam

asiatik, dan asiaticoside yang terbukti meningkatkan renovasi dari matriks

kolagen luka setelah injeksi ke dalam model binatang, melalui stimulasi kolagen dan glikosaminoglikan synthesis. Asiaticoside diisolasi dari Centella

asiatica meningkatkan kandungan hidroksiprolin, kekuatan tarik, dan

kandungan kolagen luka setelah pemberian topikal pada hewan model.

Asiaticoside ditemukan untuk mempromosikan angiogenesis dalam

perempuan membran chorioallantoic di in vitro. Peningkatan proliferasi sel dan sintesis kolagen diamati di lokasi luka setelah pengobatan dengan ekstrak oral pegagan. Sebuah studi menemukan bahwa hewan aplikasi topikal ekstrak pegagan Centella asiatica tiga kali sehari selama 24 hari untuk membuka luka menghasilkan peningkatan kadar kolagen. Sebuah studi in vitro efek dari fraksi triterpenoid total, Centella asiatica (TTFCA) pada fibroblast kulit manusia menemukan ekstrak untuk tidak berpengaruh signifikan terhadap proliferasi

(49)

sel, sintesis total protein, atau sintesis proteoglikan, namun peningkatan yang signifikan dalam persentase kolagen dan lapisan sel fibronektin.

Madecassol, suatu senyawa yang mengandung asiaticoside, menghambat biosintesis asam mucopolysaccharides dan kolagen dalam granuloma hewan. Madecassol juga menghambat proliferasi fibroblast embrio manusia dalam vitro. Pegagan (Centella asiatica (L)Urban) merupakan tumbuhan tanpa batang, dengan pertumbuhan yang menjalar tahunan (Heyne, 1987). Spesies dari genus Centella kira-kira terdiri dari 33 spesies yang kesemuanya tersebar didaerah tropis dan subtropis (Kumar and Gupta, 2006). Menurut (Lasmadiwati, 2004), Spesies Centella asiatica (L) Urban terdiri dari 2 jenis yang meliputi pegagan merah dan pegagan hijau. Perbedaan mendasar antara pegagan merah dan pegagan hijau terletak pada warna stolon dan tangkai daun. Warna stolon dan tangkai daun pegagan merah adalah hijau kemerahan, sedangkan pada pegagan hijau keseluruhannya berwarna hijau. Warna hijau kemerahan pada stolon dan tangkai pegagan merah disebabkan oleh hadirnya zat aktif flavonoid. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan.

Flavonoid terikat pada molekul gula sebagai glukosida pada tumbuhan

tingkat tinggi, flavonoid mempunyai salah satu fungsi sebagai pigmen. Pegagan (Centella asiatica (L) Urban) ini merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan

(50)

berkeping dua. Pada umumnya disebut sebagai asiatic. Centella asiatica yang termasuk dalam family Umbelliferae. Tumbuhan berupa roset akar dengan tangkai daun yang lunak, perakaran dangkal dan berkembang biak dengan menggunakan stolon (Kumar and Gupta, 2006).

Seperti halnya tumbuhan tingkat tinggi lainnya, pegagan memiliki beberapa organ tumbuhan yang meliputi : akar, stolon, daun, bunga dan buah. Akar dari tumbuhan pegagan merupakan akar vertikal (Kumar and Gupta, 2006). Akarnya merupakan rimpang yang pendek serta mempunyai geragih (Savitri, 2006). Stolon pegagan tumbuh di atas permukaan tanah, dan berfungsi sebagai salah satu organ perkembangbiakan selain biji. Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh tunas yang menjadi cikal bakal tumbuhan pegagan yang baru. Tunas akan tumbuh menjadi beberapa daun tunggal yang tersusun dalam roset. Daun berupa daun tunggal yang tumbuh dari setiap buku pada stolon, permukaan daun kadang berambut, kaku atau kasap dengan pertulangan daun menjari (Lasmadiwati, 2004). Daun berjumlah 2-10 yang tersusun dalam suatu roset akar. Bangun ginjal dengan tepi bergerigi atau beringgit, tangkai daun panjang dan pada pangkal menyerupai pelepah (Savitri, 2006).

Bunga dari tumbuhan pegagan berukuran kecil, tidak bertangkai dan berwarna kemerah - merahan. Bunga - bunga ini tumbuh dalam tirai bunga yang sederhana dan terdiri dari 3-6 bunga (Satya and Ganga, 2006). Bunga

(51)

selanjutnya akan berkembang menjadi buah yang berupa buah buni, berbentuk lonjong atau pipih. Buah berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi kecokelatan saat sudah tua. Tumbuh menggantung, berukuran kecil dengan panjang 2–2,5 mm. Buah memiliki bau yang cukup harum tetapi rasanya pahit (Lasmadiwati, 2004).

2.4.2 Farmakokinetik Pegagan

Madecassoside, siaticoside, asam Asiatic, dan asam madecassic memiliki bioavailabilitas antara 0 dan 50 mg . (Bosse et al., 2005). Melaporkan bahwa kadar plasma puncak dicapai 2-4 jam setelah konsumsi oral, injeksi intramuskular, atau aplikasi topikal Madecassol, juga tidak menemukan perbedaan dalam waktu puncak konsentrasi plasma dengan dosis yang berbeda atau tunggal dibandingkan dosis kronis dalam studi crossover dari total fraksi triterpenic pegagan (TTFCA).

Daerah di bawah kurva meningkat secara signifikan dalam cara yang tergantung dosis tunggal setelah dosis 30 mg atau 60 mg. Setelah pengobatan kronis selama tujuh hari dengan baik 30 mg atau 60 mg TTFCA dua kali sehari.

2.4.3 Klasifikasi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan, klasifikasi dari pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah sebagai berikut :

(52)

a. Kingdom Plantae b. Divisi Spermatophyta c. Sub-divisi Angiospermae d. Kelas Dikotiledonae e. Ordo Umbellales f. Famili Umbelliferae g. Genus Centella

h. Spesies Centella Asiatica (L) Urban (Lasmadiwati, 2004)

Nama umum (nama dagang) dari pegagan (Centella asiatica (L) Urban) antara lain pegagan, daun kaki kuda dan antanan (Lasmadiwati, 2004). Sedangkan untuk nama lokal antara lain: pegagan (Ujung Pandang), antanan gede, antanan rambat (Sunda), dau tungke (Bugis), pegagan, gagan - gagan, rending, kerok batok (Jawa), tekosan (Madura) dan kori-kori (Yuniarti, 2008). Pegagan juga dikenal dengan beberapa istilah asing diantaranya: Ji xuecao, Indianpennywort, indischewaternavel dan paardevoet (Wijayakusuma and Dalimartha, 2006).

Skema tumbuhan pegagan .

1) Pegagan dengan susunan daun dalam roset akar, 2) Tangkai daun dengan pangkal menyerupai pelepah, 3) Susunan tulang daun,

4) Stolon dengan tunas,bunga dan akar yang tumbuh pada buku, 5) Bunga

(53)

6) Buah

2.4.4 Kandungan Bahan Aktif Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

Menurut Kumar and Gupta, 2006, secara umum kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) meliputi; 1) Triterpenoid saponin,

2) Triterpenoid genin, 3) Minyak esensial, 4) Flavonoid,

5) Fitosterol, dan bahan aktif lainnya. Bahan-bahan aktif tersebut secara umum terdapat pada organ daun tepatnya pada jaringan palisade parenkim. Bahan aktif yang terkandung dalam pegagan juga menjadi salah satu alasan mengapa pegagan dimasukkan dalam ordo umbelliferae. Bahan aktif yang terkandung, terutama dari golongan Triterpenoid saponin merupakan turunan zat aktif umbelliferon yang terdapat pada tumbuhan pegagan dan tumbuhan lainnya. Kandungan Triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang utama dalam Triterpenoid saponin adalah asiatikosida dan madekassosida (Kumar dan Gupta, 2006). Asiatikosida mampu bekerja sebagai Centella

asiatica (Selfitri, 2008).

(54)

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak.

Tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glukosida. Flavonoid pada tumbuhan mempunyai empat fungsi diantaranya:

1) Sebagai pigmen warna,

2) Fisiologi dan Patologi,

3) Aktifitas farmakologi, terutama yang terkait dengan kerja pembuluh darah 4) Sebagai flavonoid tambahan dalam makanan (Jayanti, 2007).

Gambar 2.4 Daun Pegagan

(55)

Gambar 2.5 Daun Pegagan dalam keadaan segar

2.5 VITAMIN C

Vitamin C lebih sering kita perbincangkan jika menyangkut topik pencegahan penyakit. Padahal, manfaat vitamin ini juga sangat besar bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Selama berabad-abad, kaum wanita selalu menemukan cara untuk menikmati khasiat vitamin C bagi kulit. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai sifat mudah teroksidasi sehingga berperan sebagai anti oksidan atau reduktor pada sintesis melanin yang banyak membutuhkan oksigen serta dapat mengubah bentuk melanin oksidasi yang berwarna gelap menjadi melanin tereduksi yang berwarna agak pucat. Vitamin C dalam

megadose satu sampai dua gram perhari secara oral dapat menghambat

perubahan dopa menjadi dopakuinon sehingga menghambat pembentukan melanin. Dalam penelitian Kameyama K, et al., 2010. Terbukti bahwa absorbsi perkutaneus asam askorbat dapat menghambat aktivitas enzim tirosinase sehingga menghambat produksi melanin dengan menurunnya o-kuinon dan membuat cerah kulit pada orang normal maupun orang dengan gangguan hiperpigmentasi. Vitamin C selain dapat menghambat kerja enzim tirosinase dan sebagai reduktor juga sebagai antioksidan kulit sehingga dapat digunakan sebagai tabir surya selain itu vitamin C penting sebagai pembentukan kolagen dapat digunakan untuk mencegah keriput.

(56)

Vitamin C tidak disimpan di dalam tubuh dan mudah dieksresikan kedalam urin. Kadar vitamin C serum yang tinggi akibat vitamin C dalam dosis yang berlebihan akan diekskresikan oleh ginjal tanpa mengalami perubahan.

VITAMIN FUNGSI SUMBER

MAKANAN KEADAAN DEFISIENSI

C (asam askorkat) Membantu

perbaikan dan pertumbuhan jaringan. Dibutuhkan dalam pembentukan kolagen.

Buah jeruk, tomat, sayu-sayuran

berdaun hijau, kentang.

Penyembuhan luka yang buruk, perdarahan gusi, scurvy, mudah terkena infeksi.

2.1 Daftar Tabel Vitamin C (Jurnal manfaat dan sumber vitamin C, 2013)

2.5.1 Farmakokinetik

Vitamin C diabsorpsi dengan mudah melalui saluran gastrointestinal dan di distribusikan ke seluruh cairan tubuh. Ginjal akan mengekskresi vitamin C seluruhnya, hampir tanpa perubahan.

2.5.2 Farmakodinamik

Vitamin C diperlukan untuk metabolisme karbohidrat dan protein dan sintesis lemak. Sintesis kolagen juga membutuhkan vitamin C untuk endotel kapiler, jaringan ikat, dan perbaikan jaringan, serta jaringan osteid dari tulang. T anaman sejenis beri berwarna oranye keemasan tersebut ternyata merupakan sumber vitamin C. Tanaman lain yang juga dipakai dalam kecantikan kulit di zaman kuno adalah biji bunga mawar yang konon mengandung vitamin C 20

Gambar

Gambar 2.1  Struktur Kulit (Edmondson et al., 2006)
Gambar 2.4  Daun Pegagan
Gambar 2.6 Mekanisme Kerusakan Kolagen ( Shin, 2005).
Gambar 2.6.4  Sintesis Kolagen
+5

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, taufik hidayat, dan lindungannya, serta limpahan rahmat dan salam

Data yang diperoleh berdasarkan instrument penelitian kemudian dilakukan analisis. Data dalam penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Data

Meskipun dalam kedua teks tersebut tidak ditemukan waktu penyalinannya, tetapi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roosiati (1983) disebutkan

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

Berkenan dengan tema yang dikaji, sejauh penulis mengetahui ternyata ada buku yang membahas tema serupa, antara lain: penelitian yang dilakukan oleh

Titik PP.110 A DKI dan MUBA (Muara Baru) berada di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Titik CBA1 berada di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Titik ANKE ini berada didaerah Muara

Naskah Skripsi dengan judul: Pemilihan Formula Kembang Gula Soft Caramel berdasarkan Kesukaan Panelis, yang ditulis oleh Ervina (6103097052), telah disetujui

Penelitian yang dilakukan oleh Lita Istiani(2017) dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan inflasi terhadap alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengan (Study