• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP AWAL PRIMORDIA BUNGA PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DALAM POLA (SRI) JURNAL OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP AWAL PRIMORDIA BUNGA PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DALAM POLA (SRI) JURNAL OLEH :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP AWAL PRIMORDIA BUNGA PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN

PUPUK ORGANIK DALAM POLA (SRI)

JURNAL

OLEH : AHMAD JEFRI NPM : 11.1000.5301.037

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG

(2)

i

RESPON TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP AWAL PRIMORDIA BUNGA PEMANGKASAN DAN PEMBERIAN

PUPUK ORGANIK DALAM POLA (SRI) Oleh

AHMAD JEFRI 1) NPM : 11.1000.5301.037

2)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang dibawah bimbingan: Jamilah dan Fatimah

ABSTRAK

Percobaan mengenai perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik (C.odorata) terhadap tanaman padi jenis Pandan Wangi telah dilaksanakan di sawah milik petani dengan melakukan budidaya tanaman padi sawah di Sungai Lareh Kecamatan Lubuk Minturun Kota Padang, penelitian dilakukan dari April sampai dengan Juli 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis pupuk yang tepat dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) Split Plot. petak utama adalah pemangkasan tanaman padi saat umur 43 HST yang terdiri dari: P0 (tidak pangkas) dan P1 (Pemangkasan). Anak Petak adalah Pemberian pupuk organik terdiri atas 3 komposisi yaitu : F1(10 ton pupuk organik + 50% pupuk buatan), F2( 7,5 ton pupuk organik + 75% pupuk buatan) dan F3 (5 ton pupuk organik + 100% pupuk buatan). Pupuk buatan untuk tanaman padi sesuai rekomondasi yaitu 150 kg/ha Urea, 50 kg/ha ZA, 150 kg/ha SP36, 100 kg/ha KCl, dengan 3 x ulangan. Parameter yang diamati adalah : tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, berat jerami per plot, umur berbunga, panjang malai, umur panen, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah hampa per malai, bobot 1000 butir, jumlah gabah per plot. Data yang diperoleh, dianalisis sidik ragam, jika F hitung lebih besar dari F Tabel 5% dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Kesimpulan membuktikan bahwa dosis pemberian 5 ton pupuk organik C.odorata + 100% rekomondasi pupuk buatan dan tidak dilakukannya pemangkasan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil gabah kering panen, yaitu 2,78 kg/plot atau setara dengan 6,9 ton/ha.

(3)

1

PENDAHULUAN

Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam mendukung pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian. Menurut data BPS (2013) konsumsi beras pada tahun 2011 mencapai 139 kg per kapita per tahun dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa, sehingga konsumsi beras nasional pada tahun 2011 mencapai 34 juta ton. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan laju kepadatan penduduk yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi pangan yang tersedia.

Tarumun, (2005) Menyatakan bahwa tanaman padi merupakan salah satu komponen pangan penghasil karbohidrat yang merupakan sumber utama energi bagi tubuh manusia. Sampai saat ini ketergantungan terhadap tanaman pangan khususnya padi masih sangat besar total kalori yang dikomsumsi masyarakat Indonesia hampir 60% dicukupi oleh beras. Indonesia hanya mampu menghasilkan 46 juta ton beras dan mengimpor 2-3 juta ton beras tiap tahun untuk memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan informasi ini dipandang penting meningkatkan potensi beras yang salah satu sebagai contoh dengan menanam Varietas padi sesuai potensi lahan dan lokasi.

Teknik Budidaya Tanaman Padi dengan Metode SRI merupakan suatu teknologi budidaya padi yang menitik beratkan penghematan sumber daya, terutama air. Metode ini bisa digabungkan dengan cara bercocok tanam secara organik. Metode ini merupakan suatu inovasi dalam teknik budidaya padi. Di beberapa tempat, SRI dilaporkan telah berhasil meningkatkan produktivitas padi hingga dua kali lipat.

Tanaman padi Pandan Wangi adalah salah satu Varietas dari padi bulu yang ditanam di Cisalak, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat. Karena nasinya yang beraroma pandan, maka padi dan beras ini sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan pandan Wangi. Mutu beras selalu menjadi perhatian penting dalam upaya pengembangan dan pemuliaan Varietas unggul padi.

Padi Varietas ini baik ditanam pada ketinggian 700 mdpl, dan yang paling terkenal adalah yang ditanam di kecamatan-kecamatan seperti Warungkondang, Cugenang, Cibeber, Cianjur, Jawa Barat. Dalam menanam Padi Pandan Wangi, diperlukan iklim yang baik, kalau tidak, hasilnya buruk. Pada tahun 1980, padi jenis ini sudah agak dikenal di Jakarta. Padi Variatas Pandan Wangi memiliki rasanya enak, harum, pulen, dan disukai konsumen. Beras-beras aromatik berbeda dari Beras-beras-Beras-beras biasa dalam hal kualitas aromanya, perbedaanya yaitu aroma wangi dan karakteristik kualitas beras.

Secara umum tanaman padi memiliki keungulan pola hidup (sifat tumbuh) dengan rumput. Tanaman padi memiliki kemampuan untuk dipangkas saat umur 43 HST atau sebelum fase berbungga serta menghasilkan brangkasan atas yang dapat dimamfaatkan sebagai pakan ternak tanpa mengurangi hasil, namun hal ini ditentukan oleh Varietas. Bahkan tanaman padi sudah dilaporkan mampu menghasilkan anakan produktif muncul setelah pemangkasan pada rumpun padi setinggi 15 cm dari permukaan tanah.

Jamilah, (2003) Menjelaskan bahwa tanaman semak yang tumbuh liar dan banyak di alam juga bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk organik cair, antara lain; Chromolaena odorata atau C.odorata. Tanaman C.odorata memiliki keunikan tersendiri, selain dapat berkembang dengan cepat, gulma ini juga mampu tumbuh di lahan marginal dan miskin air.

(4)

2

Keungulan pupuk organik berupa kompos ini adalah karena dapat meningkatkan kandungan bahan organik penting untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologis tanah. Bahan organik menyumbangkan humus, sehingga akan meningkat kapasitas tukar katium kation tanah (KTK). Kapasitas Tukar Kation bisa memulihkan unsur hara yang diperlukan tanah seperti Ca, K, Mg. Sehingga tidak mudah tercuci (leacling).

Tanah yang mengandung bahan organik yang tinggi mengurangi persamaan pupuk buatan. Seperti yang dilaporkan oleh Jamilah et al (2008) penggunaan kompos Kronobio (C.odorata + Guano), sebanyak 6,2 ton/ha mampu mengurangi bahan pupuk buatan hingga 75% pada tanah marginal untuk tanam jagung. Oleh sebab itu pada tanah sawah perlu juga di uji coba, apakah kompos C.odorata mampu mengurangi pengunaan pupuk buatan untuk tanaman padi maupun Varietas Pandan Wangi. Oleh sebab itu perlu di uji coba pemberian kompos C.odorata + pupuk buatan.

Masih banyak informasi yang perlu dihimpun dan diteliti untuk melihat kemampuan tanaman padi dipangkas tanpa memperlambat usia tanaman dapat di panen. Dari laporan Arsana, dkk (1997) membuktikan bahwa tanaman padi yang di kepras (pangkas) memiliki keungulan pulih kembali setelah dipangkas sangat cepat.

Menurut Anonymous dalam Erdiman (2012), bahwa pemangkasan memberikan keuntungan dalam hal peningkatan jumlah anakan. Hal ini dikarenakan sifat tanaman berdaun sempit mempunyai sifat keturunan yang apabila dipangkas akan muncul anakan yang lebih banyak. Dari laporan tanaman berdaun sempit apabila dipangkas anakan yang lebih banyak lagi. Oleh sebab itu untuk memacu pertumbuhan tanaman padi bisa pulih segera setelah dipangkas akan menghasilkan anakan yang banyak serta tidak terlambat waktu panen adalah mendapat pemupukan yang cukup. Oleh sebab itu pemangkasan di beri pupuk organik dan pupuk buatan yang cukup seperti pupuk kompos C.odorata. Berdasarkan uraian di atas maka telah di lakukan percobaan tentang Pengaruh pemberian pupuk organik dan pemangkasan pada tanaman padi (Oryza sativa L.).

BAHAN DAN METODA Tempat dan waktu

Penelitian telah dilaksanakan di sawah milik petani dengan melakukan budidaya tanaman padi sawah di Sungai Lareh Kecamatan Lubuk Minturun Kota Padang. Penelitian ini telah dilakukan dari April sampai dengan Juli 2015. Jadwal kegiatan penelitian disajikan pada Lampiran 1.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kompos C.odorata, pupuk buatan, Urea, ZA, SP36, KCl, dan benih padi Varietas basmati. Sedangkan peralatan yang di gunakan terdiri dari mesin bajak, cangkul, sabit, pisau, ember, sprayer, meteran, gunting tanaman, timbangan analitik dan alat–alat tulis.

Metode Penilitian

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak lengkap (RAL) Split Plot. petak utama adalah pemangkasan awal primordial bunga yang terdiri dari: P0 (tidak pangkas) dan P1 (Pemangkasan). Anak Petak adalah Pemberian pupuk organik terdiri atas 3 komposisi yaitu : F1(10 ton pupuk organik + 50% pupuk buatan), F2 (7,5 ton pupuk organik + 75% pupuk buatan) dan F3 (5 ton pupuk organik + 100% pupuk buatan). Pupuk buatan untuk tanaman padi sesuai rekomondasi yaitu 150 kg/ha Urea, 50 kg/ha ZA, 150 kg/ha SP36, 100 kg/ha KCl, dengan ulangan 3 × maka akan didapatkan 2 × 3 × 3 = 18 petak percobaan.

(5)

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman, jumlah anakan per rumpun dan berat hijauan pakan ternak

Sidik ragam tinggi tanaman dan berat hijauan pakan ternak dari tanaman padi sawah dengan perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik asal C.odorata perlakuan yang di fermentasi dengan mikroorganisme lokal perlakuan berpengaruh tidak nyata. Pengaruh pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan per rumpun (Lampiran 7.a). Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun dan berat hijauan pakan ternak disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman padi sawah akibat perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik. Perlakuan

Pemupukan

Dosis Pemberian Pupuk Organik Tinggi

tanaman

Jumlah anakan per

rumpun

Berat hijauan pakan ternak

Kg/plot t/ha Cm Batang F1 77,08 19,33 b 2,89 a 7,22 F2 72,58 22,00 a 2,58 b 6,46 F3 74,75 19,83 b 2,81a 7,03 Rata-rata 74,80 20,38 2,76 6,90 KK (%) 4,46 8,25 10,81

Angka-angka pada kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DNMRT taraf nyata 5%.

Faktor lingkungan adalah ketersedian unsur hara. Hal ini disebabkan kerena pupuk kompos C.odorata merupakan pupuk organik yang telah dikomposkan, sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia dalam jumlah yang cukup. Secara umum, semua tanaman padi mendapatkan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhan tinggi tanaman oleh sebab itu antara perlakuan pangkasan tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan kesuburan tanah. Bahan organik memiliki banyak kegunaan, di antaranya mempertahankan struktur tanah, memperbaiki aerase dan drinase tanah sehingga meningkatkan kemampuan tanah untuk menyimpan dan mendistribusikan air dan udara dalam tanah, serta memberikan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman dan organisme di dalam tanah.

Tinggi tanaman yang dihasilkan pada perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik asal C.odorata, tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini diduga karena pemberian pupuk anorganik, ketersediaan air telah kebutuhan yang cukup dan seimbang bagi tanaman padi sawah untuk melakukan pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh tidak nyata. Sesuai dengan pendapat Novizan (2001) bahwa dengan cukup kebutuhan hara tanaman baik unsur hara makro maupun mikro, akan membantu metabolisme tanaman berjalan lancar selanjutnya akan berguna dalam memacu pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman, daun maupun akar. Pupuk yang diberikan merupakan tumbuhan bagi unsur yang sudah ada didalam tanah, sehingga jumlah nitrogen, fosfor dan kalium yang tersedia bagi tanaman berada dalam perbandingan yang cepat. Pada waktu bersamaan ketersediaan unsur esensial lainya juga harus dalam keadaan optimal. Pada prinsipnya ketersediaan hara dan kesuburan tanah secara menyeluruh harus sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman secara optimal.

(6)

4

Tabel 1 jumlah anakan per rumpun padi Pandan Wangi akibat pemberian pupuk kompos 75% ton pupuk organik + 75% pupuk buatan (F2), memberikan jumlah anakan tertinggi dibandingkan tanaman yang mendapatkan perlakuan F1 dan F3. Pada perlakuan F2, menghasilkan anakan perumpun tertinggi disebabkan karena tanaman mendapatkan keberimbangan unsur hara baik dari unsur organik maupun

anorganik. Keberimbangan ini sangat dibutuhkan tanaman, sehingga tanaman bias tumbuh lebih baik. Seperti yang di sajikan oleh Jamilah dan Fatimah (2009 : 2011) bahwa pupuk organik memberikan efek yang menguntungkan selain aman terhadap lingkungan juga berefek positif pada tanaman karena mengandung hormon tumbuh dan mikroorganisme yang menguntungkan tanaman.

Berat hijauan pakan ternak, tidak dipengaruhi oleh perlakuan pemupukan. Secara umum berat hijauan pakan ternak yang dipangkas saat 43 hst mampu menghasilkan sebesar 9,60 ton/ha. Berat hijauan yang cukup besar ini, merupakan bahan hijauan yang bias dijadikan pakan ternak ruminansia. Dari laporan Jamilah et al. (2015) membuktikan bahwa kualitas hijauan asal tanaman padi jauh lebih baik dibandingkan rumput unggul yang ditanam petani. Selama ini petani yang memelihara sapi merasa kesulitan untuk mendapatkan hijauan pakan ternak. Akan tetapi melalui temuan ini, maka lahan sawah menjadi potensial menghasilkan hijauan. Sawah bukan hanya dapat dijadikan sebagai penghasil gabah semata, akan tetapi juga mampu menghasilkan hijauan pakan ternak yang berkualitas.

Jumlah Anakan Produktif

Sidik ragam jumlah anakan produktif menunjukan bahwa interaksi antara dosis pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh tidak nyata, akan tetapi pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh nyata (Lampiran 7.b). Hasil uji lanjut jumlah anakan produktif per rumpun disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah anakan produktif per rumpun akibat perlakuan pemangkasan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- anakan --- 13,67 16,67 15,67 15,33 Pangkas 16,33 19,00 16,67 17,33 Rata-rata 15,00 B 17,83 A 16,67 AB KKA (%) 20,00 KKB (%) 4,77

Angka-angka sebaris diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf nyata 5%.

Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada tanaman yang tidak dipangkas, maka pemberian kompos 7.5 ton pupuk organik + 7.5% pupuk buatan (F2), menghasilkan anakan produktif tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan jumlah anakan produktif dari perlakuan F3 dan berbeda nyata dengan perlakuan F1. Tanaman yang mendapatkan pemupukan F1, menghasilkan anakan produktif terendah. Hal ini disebabkan karena pupuk buatan yang diberikan sebesar 100% rekomendasi, merupakan unsur hara yang tergolong mudah larut. Unsur hara tersebut sangat labil di dalam tanah sawah, sehingga ketersediaannya untuk pertumbuhan tanaman padi selama fase generatif menjadi sangat rendah. Berbeda halnya

(7)

5

pada tanaman yang mendapatkan pupuk buatan 75% dan 50% takaran rekomendasi. Tanaman ini mendapatkan jumlah pupuk buatan yang lebih rendah, akan tetapi mendapatkan pupuk organik C.odorata lebih tinggi.

Pupuk organik yang banyak diberikan ke tanaman tersebut, melakukan pelapukan secara lambat, sehingga, unsur hara masih tersedia bagi tanaman padi walau memasuki fase generatif. Sesuai menurut Sutejo (2001) bahwa fungsi unsur hara Nitrogen berperan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kualitas tanaman dan pupuk organik yang diberikan ke tanah, biasanya akan membebaskan unsur hara secara lambat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pelapukan dari bahan asal pupuk tersebut.

Pada tanaman yang dipangkas, maka pemberian pupuk F2, menghasilkan anakan produktif tertinggi dibandingkan dengan anakan produktif dari tanaman yang dipupuk F1 ddan F3. Pemupukan F2, terlihat lebih unggul disebabkan komposisi pupuk tersebut sudah sangat tepat sesuai untuk kebutuhan tanaman padi khususnya untuk pembentukan anakan produktif. Anakan produktif yang tinggi, akan menghasilkan jumlah gabah yang tinggi juga. Anakan produktif juga salah satu menentukan hasil gabah padi di lapangan. Tanaman yang menghasilkan anakan produktifnya rendah, maka akan menghasilkan berat dan jumlah gabah yang rendah pula. Oleh sebab itu perlakuan F2 merupakan komposisi perbandingan yang tepat di dalam mengaplikasikan pupuk untuk padi sawah khususnya Pandan Wangi.

Data Umur Berbunga (hari)

Tidak ada interaksi antara pemangkasan dan pemberian pupuk organik C.odorata + pupuk buatan, terhadap umur berbunga tanaman padi (Lampiran 7.c). Hasil uji lanjut umur berbunga (hari) disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data umur berbunga (hari) terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- hari --- 50,67 50,33 52,00 51,00 Pangkas 57,67 56,67 56,67 57,00 KKA (%) 4,28 KKB (%) 1,37

Angka-angka pada kolom dan baris tidak berbeda nyata menurut uji F taraf nyata 5%.

Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa tanaman yang dipangkas dan yang tidak dipangkas, menghasilkan umur berbunga yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukan bahwa tanaman padi masih layak dipangkas tanpa menghambat usia berbunga tanaman padi. Pemangkasan hijauan pakan ternak yang dilakukan awal primordial bunga memberikan keuntungan sampingan dari budidaya tanaman padi, karena akan mendapatkan hijauan pakan ternak.

Pemberian pupuk tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap umur berbunga tanaman padi. Tanaman berbunga hampir bersamaan baik yang mendapatkan untuk Tanaman yang diberi pupuk 10 ton/ha C.odorata + 50% pupuk buatan, mengalami keterlambatan berbunga dibandingkan yang mendapatkan pupuk F1 dan F2. Tanaman yang mendapatkan pupuk buatan yang lebih tinggi seperti pada perlakuan F1 dan F2, mampu berbunga lebih cepat. Ada hal yang unik pada tanaman padi bahwa tanaman yang dipangkas pada awal primordial

(8)

6

bunga, bisa pulih segera tanpa menunda usia berbunga. Seperti yang dijelaskan oleh (Jamilah, 2003) bahwa tanaman padi ini juga tergolong tanaman rumput yang bisa dipangkas berulang kali tanpa menggurangi fisisologi oleh pertumbuhan.

Epek pengaruh tidak berbeda antara F1, F2 dan F3 terhadap ketiga perlakuan. Hal ini di sebabkan bahwa semua perlakuan tersebut mampu menyediakan kebutuhan hara tanaman, walaupun hara aja yang berbeda. Unsur hara N berperan penting pada fase pertumbuhan dan generatif tanaman. Seperti yang telah dijelaskan oleh Henry (1988, dalam Facthur dan Sugiyanti, 2009) menyatakan bahwa nitrogen yang terdapat di dalam pupuk organik padat tersedia perlahan-lahan bagi tanaman. Bahwa pupuk organik yang banyak diberikan ke tanaman, akan menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang jauh lebih lama dibandingan tanaman memasuki fase generatifnya. Pupuk organik yang diberikan, akan menghasilkan hijauan tanaman yang lebih tinggi, sehingga tanaman tetap segar, dan ini yang menyebabkan tanaman lambat memasuki fase generatif. Pada semua plot yang mendapat perlakuan pemangkasan, umur berbunga lebih merata, hal ini disebabkan tanaman memasuki fase generatif yang lebih lama dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas.

Akan tetapi tanaman yang dipangkas terlambat selama + 7 hari untuk berbunga dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas. Kondisi ini merupakan hal yang normal terjadi. Tanaman yang dipangkas sudah tentu terlambat berbunga, karena membutuhkan energi yang cukup untuk memulihkan tajuknya kembali. Tanaman yang telah menghasilkan tajuk dengan sempurna, baru kemudian akan menghasilkan malai. Akan tetapi ini merupakan suatu informasi baru bahwa tanaman padi dapat pulih kembali hanya dalam jangka waktu 7 hari saja, setelah dipangkas semua tajuknya pemangkasan itu telah dilakukan pada setinggi 15 cm dari permukaan tanah.

Hal ini di sebabkan faktor genotif dan lingkungan, salah satu faktor lingkungan adalah ketersediaan unsur hara pada pupuk organik asal C.odorata dan kotoran sapi terutama unsur hara Fosfor (P). menurut Soeryoko (2011) Fosfor merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Fosfat banyak diberikan pada tanaman yang dipanen bunga maupun buahnya. Manfaat fosfor bagi tanaman adalah : 1.) untuk mentrasfor energi dan penyusunan dan 2.) mempercepat pembentukan bunga dan buah.

Data Panjang Malai (cm)

Sidik panjang malai menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh nyata, dosis pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh nyata akan tetapi interaksi dua faktor berpengaruh nyata terhadaf panjang malai. (Lampiran 7.d). Hasil uji lanjut panajang malai disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Data panjang malai (cm) terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- cm --- 27,95 26,19 25,86 26,67 Pangkas 24,72 24,24 23,62 24,19 Rata-rata 26,33 A 25,22 AB 24,74 B KKA (%) 8,27 KKB (%) 3,37

Angka-angka sebaris diikuti huruf besar yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf 5%.

(9)

7

Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa perlakuan tidak dipangkas, maka perlakuan pemupukan F1 dan F2, mendapatkan panjang malai yang lebih panjang dibanding dengan tanaman yang mendapatkan pemupukan F3. Tanaman yang mendapatkan pupuk 5 ton/ha

C.odorata + 50% pupuk buatan, mengahasilkan panjang malai yang paling pendek

dibandingkan yang mendapatkan pupuk F1 dan F2. Tanaman yang mendaptkan pupuk buatan lebih tinggi seperti pada perlakuan F1 dan F2, mampu menghasilkan panjang malai yang lebih panjang. Hal ini disebabkan pupuk organik dapat merangsang tanaman lebih cepat pada pertubuhan malai dan di duga akibat perlakuan pemangkasan tanaman mendapatkan panjang malai yang lebih pendek dibanding tanaman yang tidak dipangkas.

Pemberian pupuk organik kompos berpegaruh nyata mempegaruhi peningkatan pertumbuhan panjang malai. Hal ini membuktikan bahwa faktor pupuk tanaman lebih berperan dibandingkan faktor lingkungan. Karakteristis tanaman lebih sering diidefikasikan sifat genetisnya dibandingkan efek dari lingkungan (Jamilah dan Fatimah, 2008).

Menurut Mangoendidjojo (2000) menyatakan penampilan karakter agronomik suatau tanaman adalah penampilan sifat tanaman pada suatu lingkungan tumbuh yang merupakan hasil dari kerja sama genotip tanaman pada lingkungan yang berbeda dapat berbeda pula, sehingga faktor interaksi genotip dan lingkungan merupakan suatu hal yang sagat penting untuk diketahui dalam program pemuliaan tanaman dalam merakit suatu Varietas.

Umur Panen (hari)

Sidik ragam umur panen menunjukan bahwa perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh tidak nyata. (Lampiran 7.e). Hasil uji lanjut umur panen disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Umur panen (hari) terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- hari --- 90,66 90,33 92,00 91,00 Pangkas 96,66 97,00 97,33 97,00 Rata-rata 93,66 93,66 94,66 KKA (%) 3,25 KKB (%) 0,58

Angka-angka pada kolom dan baris yang sama pada umur panen tidak berbeda nyata menurut uji F.

Pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa perlakuan tidak dipangkas dan pemberian pemupukan F1 dan F2, lebih cepat dibandingkan tanaman yang mendapatkan pemupukan F3. Tanaman yang diberi pupuk 5 ton/ha C.odorata + 100% pupuk buatan, mengalami keterlambatan umur panen dibandingkan yang mendapatkan pupuk F1 dan F2. Tanaman yang mendapatkan pupuk buatan yang lebih trendah seperti pada perlakuan F1 dan F2, mampu umur panen lebih cepat. Hal ini disebabkan pupuk buatan dapat merangsang lebih cepat pada tanaman untuk segera memasuki fase generatif. Pada tanaman yang dipangkas saat umur berbungga, maka perlakuan pemupukan baik F1, F2 dan F3, tidak menunjukan perbedaan usia panen tadak jauh dengan umur berbunga yang telah diterapkan.

Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase ; (1) Vegetatif (awal pertumbuhan sampai dengan pembentukan bakal malai (promedia) ; (2) refroduktif (promedi

(10)

8

sampai pembungaan) ; dan (3) pematangan (pembugaan sampai gabah matang). Lama fase vegetatif merupakan pertumbuhan organ-organ vegetatif, seperti jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah bobot, dan luas daun. Lama fase ini beragam, yang menyebabkan adanya perbedaan umur tanaman (De Datta, 1981; yoshida, (1981). Fase refroduktif ditandai dengan ; (a) memanjangnya beberapa ruas tentang batang tanaman, (b) berkurangnya jumlah anakan (akibatnya anakan tidak berproduktif), (c) pembugaan.

Inisiasi primordia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum heading dan waktu bersamaan dan pemanjangan ruas-ruas berbunga. Oleh sebab itu, produktif disebut juga stadia panjang ruas. Di daerah tropik umumnya kebanyakan Varietas padi lama fase produktif umumnya 35 hari dan fase pematangan sekitar 30 hari.

Gabah Bernas Per Malai (%)

Sidik ragam jumlah gabah bernas per malai menunjukan bahwa perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh tidak nyata. (Lampiran 7.g). Hasil uji lanjut jumlah gabah bernas per malai disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Gabah bernas per malai (%) bepengaruh terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- % --- 91,68 aA 92,81 aA 87,86 bB 90,81 Pangkas 88,69 bB 90,16 aA 90,35 aA 89,73 Rata-rata 89,84 91,48 89,15 KKA (%) 8,27 KKB (%) 3,37

Angka sebaris diikuti huruf besar yang sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf 5%.

Pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan tidak dipangkas dan pemberian pemupukan F1 dan F2, jumlah gabah bernas per malai lebih berat dibandingkan tanaman yang mendapatkan pemupukan F3. Tanaman yang diberi pupuk 5 ton/ha C.odorata + 100% pupuk buatan, mengalami berat gabah lebih sedikit dibandingkan yang mendapatkan pupuk F1 dan F2. Tanaman yang mendapatkan pupuk buatan yang lebih rendah seperti pada perlakuan F1 dan F2, jumlah gabah bernas per malai menghasilkan berat yang tidak jauh beda. Oleh sebabab itu pupuk buatan dapat merangsang lebih cepat pada tanaman untuk segera memasuki fase generatif. Maka perlakuan pemupukan baik F1, F2 dan F3, tidak menunjukan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan dengan peningkatan pemberian jumlah pupuk, hara tanaman tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman baik dalam jumlah maupun jenisnya (Anonim, 2005).

Bobot 1000 Butir Gabah Bernas (g)

Sidik ragam bobot 1000 butir gabah bernas menunjukan bahwa perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik C. Odorata berpengaruh tidak nyata. (Lampiran 7.g). Hasil uji lanjut bobot 1000 butir gabah bernas (g) disajikan pada Tabel 7.

(11)

9

Tabel 7. Bobot 1000 butir gabah bernas (g) berpengaruh terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- g --- 28,53 27,40 27,77 27,90 Pangkas 23,56 24,77 25,77 24,71 Rata-rata 23,54 26,09 26,77 KKA (%) 13,21 KKB (%) 6,59

Angka-angka pada kolom dan baris pada bobot 1000 butir gabah bernas tidak berbeda nyata menurut uji F.

Pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa perlakuan tidak dipangkas dan pemberian pemupukan F1 bobot 1000 butir gabah bernas lebih berat dibandingkan tanaman yang mendapatkan pemupukan F2 dan F3. Tanaman yang diberi pupuk 7,5 ton/ha C.odorata + 7,5% pupuk buatan, mengalami berat gabah lebih sedikit dibandingkan yang mendapatkan pupuk F1. Tanaman yang mendapatkan pupuk buatan yang banyak seperti pada perlakuan F1 bobot 1000 butir gabah bernas menghasilkan berat yang tidak jauh beda dengan F2 begitu juga pada perlakuan F3 5 ton pupuk organik + 100% pupuk buatan. Oleh sebabab itu pupuk buatan dapat merangsang lebih cepat pada tanaman untuk segera memasuki fase produktif. Maka perlakuan pemupukan baik F1, F2 dan F3, tidak menunjukan tidak berbeda nyata.

Bobot 1000 butir gabah bernas yang tidak berbeda ini dikarenakan kemampuan tanaman menghadapi cekaman lingkungan yang sama. Selain itu, beberapa sifat genotif juga sangat mempengaruhi bobot 1000 butir gabah bernas salah satunya bentuk ukuran butir. Semakin besar bulir maka semakin besar bobot 1000 biji gabah bernas. Menurut Sugeng (2001) bahwa lingkungan yang sering mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang berada disekitar tanaman tumbuh tanaman juga dapat mempengaruhi bobot biji setiap tanaman, terutama lingkungan makro dimana tanaman dapat memamfaatkan unsur hara, terutama unsur hara fosfat yang berperan dalam pengisian protein sehinga bulir padi menjadi berat.

Bobot Gabah Per Plot (kg)

Sidik ragam jumlah gabah per plot menunjukan interaksi antara perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik C.odorata berpengaruh nyata. (Lampiran 7.h). Hasil uji lanjut jumlah gabah per plot disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot gabah per plot (kg) berpengaruh terhadap perlakuan dan dosis pemberian pupuk organik.

Perlakuan Dosis pemberian pupuk organik

F1 F2 F3 Rata-rata Tidak pangkas --- kg/plot --- 2,40 aB 2,30 aB 2,78 aA 2,49 1,71 Pangkas 1,72 bA 1,75 bA 1,67 bA Tidak pangkas --- ton/ha --- 6,00 aB 5,75 aB 6,25 aA Pangkas 4,30 bA 4,37 bA 4,17 bA KKA (%) 16,34 KKB (%) 5,72

(12)

10

Angka sebaris diikuti huruf besar yang sama dan angka sekolom diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut DMRT taraf 5%.

Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada perlakuan yang tidak dipangkas. Pemberian pupuk F3 (5 ton/ha C.odorata + 100% pupuk buatan) menghasilkan bobot gabah tertinggi dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan F1 (10 ton/ha C.odorata + 50% pupuk buatan) pada tanaman padi yang mendapat perlakuan yang dipangkas maka efek perbedaan dari perlakuan F1, F2, dan F3 tidak nyata.

Pada tanaman yang tidak dipangkas, respon terhadap pemupukan antara perlakuan F1, F3 adalah sama. Hal ini terbukti bahwa tanaman membutuhkan unsure hara yang tersedia dalam konsentrasi tinggi. Dapat dilihat bahwa pemberian (kompos C.odorata 5 ton/ha + 100% pupuk buatan) bahwa pupuk ini mencukupi untuk pembentukan gabah yang optimal. Perlakuan pemberian kompos C.odorata F1 (10 ton/ha + 50% pupuk buatan) juga mampu meningkatkan hasil gabah padi yang tidak berbeda dengan perlakuan F2. Hali ini membuktikan benar-benar melapuk dan unsur hara yang bisa diserap tanaman padi padi tersebut.

Walaupun tanaman diberikan pupuk buatan yang mengandung unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman padi. Oleh sebab itu pemberian pupuk orgaik untuk tanaman padi menjadi sangat penting. Hal ini di sebabkan ketersediaan unsur hara pada pupuk organik asal daun C.odorata dan kotoran sapi yang difermentasikan dengan mikroorganisme lokal, baik unsur hara makro dan mikro. Menurut Sumarno (2000) menambahkan bahwa tanaman akan tumbuh dan menghasilkan yang baik apabila faktor-faktor lingkungan yang diperlukan berada dalam keadaan optimal sebaliknya bila keadaan tersebut tidak tersedia dalam keadaan optimal maka pertumbuhan tanaman akan terhambat yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemberian pupuk (5 ton pupuk organik + 100% pupuk buatan) dan tidak dipangkas menghasilkan gabah kering panen tertinggi, yaitu 2,78 kg/plot atau setara dengan 6,9 ton/ha. Pemangkasan menghasilkan pakan ternak yang tertinggi dipangkas awal primordial bunga mampu menghasilkan hijau pakan ternak sebesar 9,60 ton/ha dan tidak menunda usia berbunga maupun usia panen. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi dapat mengunakan dosis pemberian pupuk 5 ton pupuk buatan + 100% pupuk buatan (F3), yang di uji dengan pemangkasan setinggi15 cm dari permukaan tanah saat awal primordial bunga.

(13)

11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Cara Praktis Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta

Arsana. W.D., Marjayanti, A. Suryani dan D. Syafrudin. 1997. Beberapa Masalah Pada

Tanaman Keprasan Di Wilayah PG Asem Bagus, PG Jatiroto dan PG Pesantren

Baru. Berita P3GI (19) : 5-7.

Erdiman. 2012. Teknologi Salibu Meningkatkan Produktivitas Lahan (3-6 Ton/Ha/Tahun) dan Pendapatan Petani (Rp.15-25 Juta/Tahun) (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumtera Barat).

Jamilah dan Fatimah, (2001). Pengayaan Pupuk Organik C.odorata dengan PF. Lokal untuk meningkatkan 20% hasil pada aromatik PTS multi lokasi. Laporan hasil kegiatan unit kerja Universitas Tamansiswa Padang dan Balit Bang Pertanian. 27 hal.

Jamilah dan Fatimah, 2008. Upaya Menggantikan Pupuk Kimia Buatan dengan Kompos

C.odorata dan Guano untuk Tanaman Jagung pada Pengolahan Tanah Marjinal secara

berkelanjutan. Laporan Penilitian dibiayai oleh Direktorat Djenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasonal sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hiba Penilitian no : 306/sp2h/pp/dp2m/iii/2008. Pakultas Pertanian Unitas Padang. Mangoendidjojo, W. 2000. Analisis interaksi Genotip dan Lingkungan Tanaman Perkebunan

(Studi Kasus Pada Tanaman The). Zriat, Vol. 11, No. 1

Novizan, 2011. Petunjuk praktis pemupukan yang efektif. Agromedia pustaka, Jakarta. 28 hal Soeryoko H. ,2011. Kiat Pintar Memproduksi Kompos dengan Pengurai Buatan Sendiri. Lily

Publis R. yokyakarta. 110 hal.

Sugeng, H. H, 2001. Bercocok Tanaman Padi, Aneka Ilmu. Semarang. 62 hal. Sutejo, 2001. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta, Jakarta. 177 hal. Sumarno, 2000. Kedelai dan Cara Budidaya. Jasa Gina. Jakarta.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop science International Rice Research InStitute. Los Bonas, Philipines

Referensi

Dokumen terkait

Arus kedatangan kapal merupakan banyaknya kapal yang datang untuk melakukan aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) setiap harinya dari

Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana hubungan ukuran ovarium dan diameter oosit terhadap kualitas morfologi oosit dari sapi Bali Timor yang dikoleksi secara

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Hubungan antara Sistem Pengendalian

Perkembangan teknologi nano di Indonesia baru dimulai sejak tahun 2000-an dengan riset yang lebih banyak terfokus pada material maju terutama untuk penerapan pada

Capron dan Hulldan (1999) mendefinisikan sumber daya sebagai sejumlah pengetahuan, aset fisik, manusia, dan faktor-faktor berwujud dan tidak berwujud lainnya yang dimiliki

Selain itu, jumlah CMC- Na yang tidak terlalu besar dalam formula dengan perbandingan 30:70 menjadikan formula dengan perbandingan ini tidak mempunyai viskositas yang

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri-bakteri yang berhasil diisolasi dari 4 jenis sayur siap saji dari 10 rumah makan yang ditelitu adalah

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan