• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Densitometrik Protein Reseptor Fertilisasi (ZP3) pada Zona Pelusida Kambing sebagai Kandidat Bahan Imunokontrasepsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Densitometrik Protein Reseptor Fertilisasi (ZP3) pada Zona Pelusida Kambing sebagai Kandidat Bahan Imunokontrasepsi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Densitometrik Protein Reseptor Fertilisasi (ZP3) pada Zona Pelusida

Kambing sebagai Kandidat Bahan Imunokontrasepsi

Densitometric Analysis of Fertilization Receptor Protein (ZP3) on Goat Zona

Pellucida As Candidate of Immunocontraceptive Substance

Imam Mustofa

1)

, Laba Mahaputra

1)

, Yoes Prijatna Dachlan

2)

,

Fedik Abdul Rantam

3)

, Aucky Hinting

4)

1)

Department of Veterinary Reproduction,

3)

Department of Veterinary Micobiology

Faculty of Veterinary Medicine,

2)

Tropical Disease Center,

4)

In Vitro Fertilization

Laboratory of Dr. Soetomo Hospital / Faculty of Medicine, Airlangga University

Abstract

The aim of this study was to confirm the result of SDS-PAGE of goat zona

pellucida protein, and to measure the proportion of it constituents. Goat ovaries

were collected from Surabaya abattoir. Oocyte collected by aspiration of 2 – 5 mm

diameter of follicle. Zona pellucida was collected mechanically by using two

tuberculin syringe followed by three times washing in phosphate buffer saline

(PBS) to avoid debris. Goat’s zona pellucida (gZP) constituents were identified

using sodium dodecyl sulphate poly acryl amide gel electrophoresis (SDS-PAGE)

12 % with high range SDS-PAGE standards and stained with silver.

Densitometric analysis on the gel indicated that each band of gZP1, gZP2, and

gZP3 correlated with the peaks of densitograph. Densitometer curve showed the

composition gZP1, gZP2 and gZP3 were 6.93 %, 29.60 % and 63.47 %

respectively. The results of gel analysis by using SDS-PAGE and densitometry

indicated that isolate protein was originated from the third band (gZP3) of

SDS-PAGE result of goat zona pellucida protein. Densitometric analysis could be use

to get confirmation each band result of SDS-PAGE and to predict the proportion

of goat zona pellucida protein constituents.

(2)

Pendahuluan

Zona pelusida adalah glikoprotein yang membungkus oosit atau sel telur. Zona

pelusida mamalia pada umumnya mengandung tiga macam konstituen protein

terglik-osilasi, yaitu Zp1, ZP2, dan Zp3 (Wassarman, 2002). Di antara komponen-komponen

glikoprotein zona pelusida, ZP3 berperan penting dalam proses fertilisasi. Fungsi ZP3

adalah reseptor primer reaksi pengenalan spermatozoa sehingga proses fertilisasi dapat

berberlangsung paripurna (Wassarman et al, 2001). Berdasarkan fungsi tersebut, maka

ZP3 potensial untuk target imunokontrasepsi (Sumitro dan Aulanni’am, 2001).

Penelitian tentang potensi protein zona pelusida-3 kambing (goat zona pellucida-3,

gZP3) sebagai bahan imunokontrasepsi sampai saat ini belum ada pihak lain yang

melakukan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa crude protein gZP mencegah

kebuntingan pada hewan coba model. Elektroforesis protein gZP menghasilkan tiga

band

, yaitu gZP1, gZP2, dan gZP3. Protein gZP3 merupakan reseptor fertilisasi pada

zona pelusida kambing. Hal itu dibuktikan bahwa protein gZP3 dikenali oleh membran

plasma spermatozoa kambing (Mustofa dkk., 2004), sedangkan antibodi gZP3 mencegah

fertilisasi in vitro oosit kambing (Mustofa, 2005). Protein gZP3 juga diketahui potensial

sebagai bahan imunokontrasepsi pada hewan model (Mustofa dkk., 2005).

Hasil elektroforesis protein zona pelusida kambing untuk mengisolasi protein

gZP3 tersebut belum dikonfirmasi dengan metode yang lain. Analisis densitometri

merupakan salah satu cara untuk konfirmasi hasil elektroforesis. Hasil analisis

densitometrik terhadap band-band yang ada pada satu lane dalam gel hasil elektroforesis

dapat digunakan untuk konfirmasi keberadaan masing-masing band, dan untuk

kuantifikasi proporsi penyusun protein yang dielektroforesis (Aulanni’am, 2004).

(3)

konstituennya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk

mengeksplorasi protein gZP3 lebih lanjut dalam rangka menemukan peptida asal

protein gZP3 sebagai kandidat bahan imunokontrasepsi untuk wanita.

Metode Penelitian

1. Preparasi Zona Pelusida Kambing

Zona pelusida diperoleh dari aspirasi folikel-folikel yang ada pada permukaan

ovarium kambing asal Rumah Potong Hewan (RPH) Pegirian, Kota Surabaya. Semua

folikel pada ovarium diaspirasi untuk mendapatkan oosit menggunakan alat suntik

yang berisi phosphate buffer saline (PBS, dibuat oleh Sub Laboratorium Fertilisasi In Vitro,

Laoratorium Kebidanan Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga).

Sel-sel kumulus yang masih melekat pada oosit dilepaskan dengan cara pemipetan

berulang-ulang, selanjutnya dicuci tiga kali dengan PBS dari petri ke petri. Zona

pelusida diperoleh dengan memecah oosit secara manual dengan pengamatan

mikroskop disecting. Satu ujung jarum tuberkulin menahan satu sisi zona pelusida oosit.

Ujung jarum tuberkulin yang lain ditusukkan pada zona pelusida oosit pada sisi yang

berlawanan dengan gerakan mencongkel untuk mengeluarkan vitelus dari oosit. Zona

pelusida dihisap satu per satu, kemudian dicuci tiga kali dengan PBS dari petri ke petri

untuk menghilangkan debris. Sonikasi dengan Ultrasonic Homogenizer pada frekuensi 25

KHz secara bertahap (2 menit, 2 menit, dan 1 menit) dilakukan untuk fraksinasi protein

zona pelusida (Mustofa dkk., 2004).

2. Elektroforesis Protein Zona Pelusida Kambing

Elektroforesis dilakukan dengan sodium dodecil sulphuric acid - polyacrylamide gel

electrophoresis

(SDS-PAGE) 12 % menggunakan electrophoresis set mini protein gel

(Bio-Rad).

Sampel hasil sonikasi gZP ditambah Naphtol hingga konsentrasinya 0,1 %,

selanjutnya divortex dan didiamkan pada suhu ruang selama 20 menit. Suspensi

(4)

sampel zona pelusida kambing diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis

dengan perbandingan 1 : 3 kemudian dicampur dengan RSB (reducing sample

buffer

), yaitu Laemli buffer (1:1). Sampel dalam tabung Eppendorf dipanaskan 50

0

C selama 3 detik dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tiap sumuran

masing-masing 20 l. Marker, High Range SDS-PAGE Standards (Bio-Rad) dengan volume

yang sama juga dimasukkan ke salah satu sumuran. Running elektroforesis

dilakukan dengan arus konstan 40 mA dengan tegangan 125 Volt selama 2,5 jam

atau sampai sampel turun semua di atas dasar gel. Pewarnaan gel dilakukan

dengan silver stain SDS-PAGE Standards (Bio-Rad).

Isolasi gZP3 dilakukan dengan elektroforesis horisontal (Bio-Rad). Eluat

dikonfirmasi kebenarannya (apakah benar band gZP3 yang telah diisolasi) dengan cara

di-running ulang dalam SDS-PAGE. Sebanyak 10 μl isolat (mengandung 2,9 μg gZP3)

diencerkan dalam Laemli buffer 1 : 1. Larutan tersebut selanjutnya dipaparkan pada

sumuran SDS-PAGE 12 % seperti pada proses yang dilakukan sebelumnya.

3. Densitometri

Gel hasil SDS-PAGE gZP dan gel hasil SDS-PAGE ulang protein eluat, diperiksa

dalam Densitometer apparatus pada panjang gelombang 573 nm. Hasil pemeriksaan

dengan Analisis Densitometri (densitograf) diperiksa kesesuaiannya dengan band-band

hasil SDS-PAGE protein zona pelusida kambing dan isolat protein gZP3. Kuantifikasi

proporsi protein pada masing-masing lane dilakukan berdasarkan luas daerah dibawah

kurva densitograf.

(5)

Hasil dan Pembahasan

Pada SDS-PAGE protein mengalami elektroforesis dalam deterjen ionik,

sehingga deterjen akan mengikat residu hidrofobik peptida. Protein dalam SDS-PAGE

akan bermigrasi sesuai dengan massa molekul relatifnya dan akan terkonsentrasi pada

band

atau pita pada gel. Protein dengan massa molekul relatif (Mr) yang lebih besar pada

gel SDS-PAGE akan tertahan pada posisi yang lebih tinggi daripada protein dengan Mr

yang lebih rendah (Rantam, 2003).

Apabila glikoprotein zona pelusida (ZP) dipaparkan pada SDS-PAGE, maka

pada umumnya akan terbagi dalam tiga macam protein konstituen, yitu ZP1, ZP2 dan

Zp3 (Carino et al., 2001 ; Carino et al., 2002 ; Mate et al., 2003). Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa zona pelusida kambing pada SDS-PAGE juga menghasilkan tiga

band.

Sesuai dengan nomenklatur (Hafez, 2000), maka berdasarkan kenaikan massa

molekul relatif (Mr) nya ketiga band tersebut berturut-turut disebut sebagai gZP1, gZP2

dan gZP3 dengan Mr berturut-turut 120,67 ± 6,12 ; 94,38 ± 1,66 dan 82.,5 ± 6,90 kDa

(Gambar 1) (Mustofa dkk., 2004).

Gambar 1. Gel Hasil Analisis dengan SDS-PAGE 12 % pada Zona Pelusida Kambing dengan Pewarnaan Silver Stain (M : marker, 1, 2 dan 3 : sampel gZP) (Mustofa dkk., 2004).

Sampel hasil elusi protein gZP3 dianalisis dengan SDS-PAGE untuk konfirmasi

apakah protein yang diisolasi benar-benar berasal dari band ketiga gel hasil running

sampel protein gZP (Gambar 2). Lima sampel eluat dalam running ulang semuanya

(6)

menghasilkan band tunggal yang terletak di bawah marker posphorilase b (Mr = 97,4 kDa),

sesuai dengan posisi gZP3 pada Gambar 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa protein

yang diisolasi adalah protein gZP3. Pada Gambar 2, band tunggal protein gZP3 hasil

SDS-PAGE kurang jelas, sehingga perlu dikonfirmasi keberadaannya dengan

densitometri.

Gambar 2. Analisis Isolasi Protein gZP3 dengan SDS-PAGE 12 % (M : marker ; 1, 2, 3, 4 dan 5 : sampel gZP3)

Densitometri Gel SDS-PAGE Protein gZP dan gZP3

Pemeriksaan gel hasil SDS-PAGE dengan densitometri dilakukan dengan tujuan

untuk konfirmasi keberadaan band pada masing-masing lane, dan untuk menghitung

proporsi protein dalam satu lane (Aulanni’am, 2004). Suatu band yang menandakan

adanya akumulasi protein pada gel hasil elektroforesis diidentifikasi sebagai oleh suatu

puncak (peak). Masing-masing puncak memiliki karakteristik ketinggian (height) sebagai

intensitas densitograf dan luas daerah di bawah kurva (area) sebagai gambaran kuantitas

protein pada band tersebut. Teknik densitometri dapat digunakan sebagai alat bantu

untuk memisahkan beberapa protein pada adenovirion (Zeineh et al., 1986), untuk

mengetahui konstituen protein pada beberapa spesies jamur (Petrovska et al., 2004), dan

menganalisis kemurnian hasil akhir pemisahan protein (Arvys Protein brochure).

(7)

Hasil pemeriksaan dengan Densitometri terhadap lane marker, lane gZP dan

gZP3 diperoleh konfirmasi keberadaan band yang sesuai dengan densitogramnya.

Kesesuaian tersebut ditandai dengan kesamaan letak band dan letak puncak (peak)

densitogram. Kesesuaian terdapat baik pada lane marker, lane sampel gZP (terdiri dari

band

gZP1, gZP2, dan gZP3) maupun lane gel hasil SDS-PAGE ulang isolat gZP3

(Gamba1 3 – 5).

Pada kurva densitograf lane marker (Gambar 3), muncul sepuluh puncak (peak)

kurva, namun ada lima puncak dengan ketinggian dan luas area dominan yang letaknya

sesuai dengan lima band yang ada pada gel hasil SDS-PAGE adalah puncak nomor 2, 3,

5, 7 dan 9. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara lane marker

SDS-PAGE dengan analisis densitometrik. Dengan demikian teknik densitometri relevan

digunakan untuk menganalisis gel hasil SDS-PAGE protein suspensi zona pelusida

kambing dan protein gZP3.

(8)

Gambar 3. Analisis Marker Hasil SDS-PAGE dengan Densitometri pada Panjang Gelombang 573 nm

Pada kurva densitograf SDS-PAGE sampel gZP (Gambar 4) muncul enam

puncak. Gambaran kurva yang sesuai dengan band gZP1, gZP2 dan gZP3 adalah puncak

densitograf nomor 3, 2 dan 1, sedangkan puncak 4, 5 dan 6 relatif sangat rendah.

Diantara ketiga puncak tersebut, puncak nomor 1 (gZP3) paling dominan, sedangkan

puncak nomor 3 (gZP1) tampak langsing. Kurva densitograf gZP2 dan gZP3 saling

tumpang tindih (overlapping), namun pada gel ketiga konstituen tampak jelas terpisah.

(9)

Gambar 4. Analisis Protein gZP Hasil SDS-PAGE dengan Densitometri pada Panjang Gelombang 573 nm

Identifikasi band tunggal hasil SDS-PAGE ulang isolat gZP3 pada Densitometer

juga menghasilkan peak tunggal dengan jarak migrasi protein sejauh 32 mm, sesuai

dengan jarak migrasi protein gZP3 pada gel hasil SDS-PAGE gZP3 maupun gZP. Pada

densitograf tampak kurva tunggal dengan ketinggian 75,9 mm dan luas daerah di

bawah kurva sebesar 12,35 cm

2

(Gambar 5).

(10)

Gambar 5. Analisis Protein gZP3 Hasil SDS-PAGE Ulang Isolat gZP3 dengan Densitometri pada Panjang Gelombang 573 nm

Proporsi Massa Konstituen Zona Pelusida Kambing

Densitometri juga dapat memberikan analisis kuantitatif protein dalam satu lane

gel hasil elektroforesis. Shawn et al. (1999) membuktikan bahwa analisis densitometri

dapat dipakai untuk menentukan komponen G protein regulated inwardly rectifying K

+

(GIRK) secara stokiometrik. Lopez et al. (2005) melakukan kuantifikasi albumin dan

protein-protein lain yang ada pada gambar gel SDS-PAGE serum atau plasma, yang

diwarnai dengan comasie blue.

Pada penelitian ini didapat lima lane pada gel SDS-PAGE dengan tiga band

konstituen zona pelusida yang jelas terbaca. Analisis densitometrik terhadap kelima lane

tersebut menghasilkan nilai luas area di bawah kurva densitograf pada masing-masing

komponen zona pelusida. Rerata proporsi massa (persentase) gZP1, gZP2 dan gZP3

(11)

Tabel 1. Rerata, Simpangan Baku dan Persentase Luas Daerah (cm2) Di Bawah Kurva Densitograf Konstituen Zona Pelusida Kambing

Konstituen Rentangan Rerata  Simpangan Baku Persentase

gZP1 20,89 – 30,92 25,06  4,19 6,93 %

gZP2 101,12 – 114,58 107,11  5,58 29,60 %

gZP3 207,24 – 243,05 229,63  13,47 63,47 %

Ketebalan band pada gel hasil SDS-PAGE dikuantifikasi dalam bentuk luas

daerah di bawah kurva (area) pada kurva densitograf. Kuantitas tersebut menunjukkan

proporsi kadar protein pada gel (Green, 1997 ; Hemachand et al, 2002). Pada zona

pelusida kambing band paling tebal adalah band gZP3, kemudian diikuti band gZP2 dan

paling tipis band gZP1. Adanya data bahwa band gZP3 adalah yang paling tebal,

menunjukkan bahwa gZP3 mempunyai proporsi massa paling banyak dibandingkan

gZP1 dan gZP2 pada zona pelusida kambing. Konstituen ZP3 mempunyai proporsi

terbesar karena fungsi utama zona pelusida dalam fertilisasi adalah untuk pengenalan

primer spermatozoa terhadap oosit yang selanjutnya menginduksi reaksi akrosom pada

spermatozoa tersebut.

Gambar 6. Diagram Persentase Proporsi Konstituen Protein Zona Pelusida Kambing Berdasarkan Densitometri Gel Hasil SDS-PAGE

gZP1 7% gZP2 30% gZP3 63%

(12)

Luas daerah di bawah kurva densitogram pada ZP1, ZP2 dan ZP3 kambing

berturut-turut sebesar

25,06  4,19

cm

2

;

107,11  5,58

cm

2

dan

229,63  13,47

cm

2

.

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung persentase komposisi gZP1, gZP2 dan gZP3

penyusun zona pelusida kambing secara berurutan sebesar 6,93 ; 29,60 dan 63,47 %.

Hasil tersebut berbeda dengan rasio antara ZP3 dan ZP2 pada mencit (Mus musculus)

yaitu 1 : 1, sedangkan ZP1 sebesar 9 % (Rankin dan Dean, 2000).

Kesimpulan

1. Analisis densitometri dapat digunakan untuk memastikan keberadaan suatu

band

pada gel hasil SDS-PAGE dan menentukan proporsi massa protein

konstituen zona pelusida kambing.

2. Zona Pelusida Kambing terdiri dari tiga konstituen, yaitu gZP1, gZP2, dan gZP3

dengan proporsi massa berturut-turut 6,93 %, 29,60 % dan 63,47 %.

Ucapan Terimakasih

Penelitian ini merupakan bagian dari Penelitian Hibah Bersaing XI tahun 2003 –

2005. Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ditbinlitabmas Ditjen Dikti, Depdiknas

yang telah membiayai penelitian ini.

Daftar Pustaka

Aulanni’am, 2004. Prinsip dan Teknik Analisis Biomolekul. Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya Press. Hal 58.

Carino, C., L. Diaz , I. Mendez. 2001. Zona pellucida antigens in the human ovum: its

importance in contraceptive strategies. Rev Invest Clin 53 (2) : 174-80.

Carino, C., S. Prasad, S. Skinner , B. Dunbar, M. Chirinos, E. Schwoebel and F. Larrea,

(13)

Green, D.L. 1997. Three-dimensional structure of the zona pellucida. J. Reprod and Fertil

2 : 147–156.

Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7

th

Ed. Lippincott Williams &

Wilkins. . Philadelphia. P. 191.

Hemachand, T., B. Gopalakrishnan, D.M. Salunke, S.M. Totey, and C. Shaha. 2002.

Sperm plasma-membrane-associated glutathione S-transferases as gamete

recognition molecules. J. Cell Sci 115 (10) : 2053-2065.

Lopez M., S. Gutierrez, M.G. Pluskal, A. Bogdanova, R. Doyle and A. Pitt. 2005.

Application of Novel Affinity Ligands for Removal of Abundant Proteins from

Serum or Plasma Samples Prior to High Resolution Proteomics Analysis.

Millipore Technical Library.

Mate, K.E., J.M. Buist, and J.A. Duckworth. 2003. Expression in Escherichia coli and

immunological characterization of three zona pellucida proteins (ZP1, ZP2, and

ZP3) from a marsupial, the brushtail possum (Trichosurusvulpecula).

MolReprodDev.64(2):136-43.

Mustofa, I., L. Mahaputra, F.A. Rantam, dan T.I. Restiadi. 2004. Isolasi Zona Pelusida - 3

Kambing dan Identifikasi Karakter Reseptor Fertilisasi dengan Uji

Imunofluoresen. Media Kedokteran Hewan 20(3) : 116-120.

Mustofa, I., L. Mahaputra, dan Y.P. Dachlan. 2005. Peranan Protein Goat Zona

Pellucida-3

(gZP3) sebagai Reseptor Fertilisasi dan Potensinya sebagai

Kandidat Bahan Imunokontrasepsi. Majalah Ilmu Faal Indonesia 5(1) :

34-41.

Mustofa, I. 2005. Identifikasi, Isolasi dan Karakterisasi Reseptor fertilisasi (Zona

Pelusida-3) Kambing sebagai Kandidat Bahan Imunokontrasepsi. Penelitian

eksploratif laboratorik dan fertilisasi in vitro [Disertasi]. Program Pascasarjana

Universitas Airlangga, Surabaya.

Petrovska, B.B. , S. Panov , D.R. Zafirovska, and S. Kulevanova. 2004. Electrophoretic

study of mushroom proteins. Food Ag Env 2 (1) : 148-152.

Rankin, T. and J. Dean. 2000. The zona pellucida: using molecular genetics to study the

mammalian egg coat. Rev Reprod 5 : 114–121

Rantam FA. 2003. Metode Imunologi. Airlangga University Press. Surabaya.

Shawn, C., G. Krapivinsky, L. Krapivinsky, and D.E. Clapham. 1999. Number and

Stoichiometry of Subunits in the Native Atrial G-protein-gated K Channel. J Biol

Chem 273(9) : 5271–5278.

Sumitro, S.B. and Aulanni’am. 2001. Zona pellucida 3 (ZP3) has proper biochemical

properties to be considered as candidate antigen for immunocontraceptive

vaccine. Reprotech 1(1) 51-53.

(14)

Wassarman PM, Jovine L and Litscher ES. 2001. A profile of fertilization in mammals.

Nature Cell Biol. 3 (2) : 59-64.

Wassarman PM. 2002. Sperm receptors and fertilization in mammals. Mt Sinai J Med.

69(3) : 148-155.

Zeineh R.A., G. Kyriakidis, and A.R. Bhatti. 1986. Soft-laser scanning densitometry

performed on a 35-mm slide illustrating SDS-PAGE separation of adenovirion

polypeptides. Appl.Biochem.Biotechnol 13(2) : 111-117.

Gambar

Gambar 2. Analisis Isolasi Protein gZP3 dengan SDS-PAGE  12 %  (M : marker  ;  1, 2, 3, 4 dan 5 : sampel gZP3)
Gambar 3.  Analisis Marker Hasil SDS-PAGE dengan Densitometri   pada Panjang Gelombang 573 nm
Gambar 4. Analisis Protein gZP Hasil SDS-PAGE dengan Densitometri   pada Panjang Gelombang 573 nm
Gambar 5.  Analisis Protein gZP3 Hasil SDS-PAGE Ulang Isolat gZP3 dengan Densitometri     pada Panjang Gelombang 573 nm
+2

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian tahap pertama adalah percobaan laboratorium yaitu untuk uji kandungan nutrisi tepung biji asam kandis ( Garcinia

Reserve voltage within/outside limits Reserve frequency within/outside limits Output Status: Load on inverter Load on reserve Load on bypass Load disconnected Time on inverter Time

Dari hasil penelitian langsung yang dilakukan di daerah Tana Toraja dalam mengkaji fenomena adat dalam hubungannya dengan perekonomian masyarakat tana Toraja

Anda dapat juga mengikuti acara tour tambahan (optional) naik Helicopter untuk melihat dapat juga mengikuti acara tour tambahan (optional) naik Helicopter untuk melihat pemandangan

Ilham : Munir, Rara, saat ini kalian memang masih muda dan segala sesuatu yang kalian butuhkan masih bisa dicukupi oleh ayah/ibu kalian, tapi kedepannya kan kalian harus bisa

Pencapaian indikator Renstra Kesehatan Kerja dan Olahraga dihitung berdasarkan persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, jumlah pos UKK yang

DOKUMEN TIDAK TERKAWAL KAEDAH 2: Beri kelulusan penggunaan produk/perkhidmatan dengan kebenaran pihak yang berkuasa dan/atau pelanggan (jika

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murgijanto (2017) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan kebutuhan