• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI INFORMAL PEMBUATAN GAMELAN MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI INFORMAL PEMBUATAN GAMELAN MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP

GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA INDUSTRI

INFORMAL PEMBUATAN GAMELAN

MOJOLABAN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Nur Ika Widyawati R.0208074

PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta 2012

(2)

commit to user ii

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Juni 2012

Nama : Nur Ika Widyawati NIM. R0208074

(4)

commit to user iv ABSTRAK

Nur Ika Widyawati, R.0208074, 2012. “ Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal Pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo”. Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Kebisingan merupakan salah satu masalah penting dalam hygiene industri karena dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan diantaranya adalah kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo.

Metode : Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah 30 orang pekerja laki-laki dengan menggunakan sampling jenuh. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test dengan menggunakan program SPSS versi 16.0.

Hasil : Perhitungan intensitas kebisingan dan gangguan pendengaran di bagian penempaan yang terpapar bising > NAB terdapat 15 pekerja mengalami gangguan pendengaran telinga kanan dan 5 pekerja tidak mengalami gangguan telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri 16 pekerja mengalami gangguan dan 4 orang pekerja tidak mengalami gangguan. Pada bagian finishing yang terpapar bising < NAB terdapat 2 pekerja mengalami gangguan pendengaran telinga kanan dan 8 pekerja tidak mengalami gangguan telinga kanan, sedangkan pada telinga kiri 2 pekerja mengalami gangguan dan 8 pekerja tidak mengalami gangguan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p untuk telinga kanan p = 0,007 (p<0,05) serta p untuk telinga kiri p = 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan hasil uji signifikan.

Kesimpulan : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal Pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo.

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v ABSTRACT

Nur Ika Widyawati, R.0208074, 2012. “The Effect of Intensity Noise to the Industrial Workers Informal Hearing Preparation of Gamelan Mojolaban Sukoharjo”. Diploma Study Program IV Occupational Healthy and Safety, Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Noise is one of important problems in industrial hygiene because it can cause damage to the health. They are permanent hearing loss is temporary or permanent basis. The study aims to determine the influence of noise on hearing the intensity of informal industrial workers in making gamelan Mojolaban Sukoharjo.

Methods: This type is an observational study used cross sectional analytic approach. Subjects in of the observation were 30 male workers who using saturated sampling. Processing techniques and data analysis conducted by the statistical test Chi square test using SPPS program version 16.0.

Results: The calculation of the intensity of noise and hearing in the forging exposed to noise > NAB there were 15 workers who have got hearing loss on their right ears and 5 workers are not impaired right ear, whereas the left ear impaired workers 16 and 4 people working undisturbed. On the finishing exposed to noise < NAB are 2 experienced workers right ear hearing loss and 8 workers are not impaired right ear, whereas the left ear impaired workers 2 and 8 workers are not impaired. The results of statistical tests p values obtained for the right ear p = 0.007 (p<0.05) and p to the left ear p = 0.004 (p<0.05) indicating significant test results.

Conclusion: Based on this study it can be concluded that no effect of Intensity Noise Industrial Workers of the Informal Hearing Making Gamelan Mojolaban Sukoharjo.

(6)

commit to user vi PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan nikmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja Industri Informal Pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra.,Msi selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta selaku Tim Skripsi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

3. Ibu Reni Wijayanti, dr.,M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama peyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dwi Surya Supriyana, dr.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sri Hartati H.,Dra.,Apth.,SU selaku Dosen Penguji yang telah memberi masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak-bapak yang berada di Industri pembuatan Gamelan Mojolaban Sukoharjo serta pemilik Industri Gamelan yang telah memberikan ijinnya untuk melaksanakan penelitian.

7. Pekerja Industri Gamelan Mojolaban Sukoharjo yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Staff dan karyawan Jurusan Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu penulis selama melakukan kuliah dan penyusunan skripsi.

10. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan Semua keluarga penulis sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan dan semua kasih sayang yang selama ini kalian berikan. Tidak ada kata yang bisa penulis ucapkan, tidak ada perbuatan yang sanggup penulis berikan untuk membalas segala cinta kasih dan pengorbanan yang diberikan.

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

11. Teman-teman seperjuangan Rusmiara dan Nining yang selama ini telah memberi masukan dan dukungan untuk penulis, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaan kita disaat kita berjuang bersama.

12. Teman-teman seperjuangan angkaan 2008, terima kasih untuk empat tahun yang indah, nasehat dan doa dari kalian.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Surakarta, Juni 2012 Penulis,

(8)

commit to user viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 21

C. Hipotesis ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

C. Populasi Penelitian ... 23

D. Teknik Sampling ... 24

E. Sampel Penelitian ... 24

F. Desain Penelitian ... 24

G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

I. Alat dan Bahan Penelitian ... 27

J. Cara Kerja Penelitian ... 29

K. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 31

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 31

B. Karakteristik Subyek Penelitian ... 32

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan ... 33

D. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Pekerja ... 34

E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan dan Ganguan Pendengaran 36

BAB V. PEMBAHASAN ... 40

A. Karakteristik Subyek Penelitian ... 40

B. Analisa Univariat ... 41

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 45

A. Simpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN

(10)

commit to user x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan ... 7

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran ... 14

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Subyek Penelitian ... 32

Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan... 33

Tabel 5. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran > NAB ... 34

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Telinga Manusia ... 12 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 21

(12)

commit to user xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2. Surat Persetujuan Responden Lampiran 3. Jadwal Penelitian

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Audiometri Tenaga Kerja Lampiran 6. Hasil Uji Statistik SPSS 16

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Peningkatan industrialisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Disaat ini kita menerima peningkatan dan perubahan teknologi. Namun, kita juga tidak bisa lepas dari kemungkinan efek samping dari teknologi tersebut (Anizar, 2009). Timbul bising lingkungan kerja yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja salah satunya adalah kebisingan (Buchari, 2007).

Kebisingan merupakan salah satu masalah penting dalam hygiene industri karena dapat mengakibatkan kerusakan pada kesehatan dan menurunnya produktifitas pekerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerusakan pendengaran secara sementara maupun secara permanen. Selain itu, kebisingan yang terus-menerus juga dapat menurunkan konsentrasi pekerja dan mengakibatkan stress sehingga kecelakaan karena kerja dapat terjadi (Anizar, 2009).

Industri pengrajin Gamelan di Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo, merupakan industri informal yang bergerak dibidang pembuatan gamelan, di industri ini proses pembuatan gamelan masih menggunakan peralatan yang sederhana dan alat kerja yang menimbulkan bising. Kebisingan terutama

(14)

commit to user

terjadi pada waktu proses meratakan gamelan dan menggerinda gamelan dengan mesin gerinda. Semua pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan ini tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di industri pembuatan gamelan tersebut merupakan pekerja lama dan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Pekerjanya adalah laki-laki dan bekerja selama 6 hari yaitu hari Senin sampai hari Sabtu, dengan lama bekerja dari pagi hingga sore pukul 08.00 – 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB.

Berdasarkan dari data yang diambil pada survey awal banyak ditemukan pekerja yang mengalami keluhan gangguan pendengaran, kebanyakan pekerja yang mengalami gangguan pendengaran berada pada tempat yang terpapar bising. Kebisingan yang ada di tempat kerja telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan (85 dBA untuk 8 jam kerja) seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan, dan pekerja mengalami beberapa gangguan seperti gangguan terhadap fungsi pendengaran dan gangguan keseimbangan.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di Industri Informal Pembuatan Gamelan Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo.

2. Tujuan khusus

Untuk mengukur dan mengetahui intensitas kebisingan dan gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Membuktikan secara empiris teori tentang pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi pekerja industri pembuat gamelan Sukoharjo.

Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga kesehatan dirinya dari efek bising ditempat kerja.

(16)

commit to user

b. Bagi industri informal pembuat gamelan Sukoharjo

Memberi rekomendasi kepada industri informal pembuat gamelan Sukoharjo untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan dengan gangguan pendengaran.

c. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan a. Pengertian Bising

Bising adalah suara yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki (Anizar, 2009). Kebisingan diartikan sebagai semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Suma’mur P.K, 2009).

b. Jenis Kebisingan

Menurut Anizar (2009), jenis kebisingan dapat dikelaskan kepada beberapa jenis yaitu :

1) Bising secara terus-menerus adalah bising yang mempunyai perbedaaan tingkat intensitas bunyi di antara maksimum dan minimum yang kurang dari 3 dBA. Contohnya adalah bunyi yang dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.

2) Bising fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat di antara intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dBA.

(18)

commit to user

3) Bising Impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata api, lagaan besi dan sebagainya.

4) Bising bersela ialah bunyi yang terjadi di dalam jangka waktu tertentu serta berulang. Contohnya bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji itu dihentikan. Terdapatnya kombinasi daripada jenis bunyi diatas, contohnya kebisingan berterusan dan bersela dapat terjadi secara serentak.

c. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 5 (lima) hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah 85 dBA. NAB kebisingan tersebut merupakan ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan (Suma’mur P.K, 2009).

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Intensitas (dB) Waktu Paparan Perhari

85 8 jam 88 4 jam 91 2 jam 94 1 jam 97 30 menit 100 15 menit 103 7,5 menit 106 3,75 menit 109 1,88 menit 112 0,94 menit 115 28,19 detik 118 14,06 detik 121 7,03 detik 124 3,52 detik 127 1,76 detik 130 0,88 detik 133 0,44 detik 136 0,22 detik 139 0,11 detik 140 0 detik *

*Catatan : Walaupun sesaat tidak boleh terpapar. Sumber : Suma’mur P.K, 2009.

(20)

commit to user d. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat dikendalikan dengan :

1) Pengendalian secara tehnis yaitu mengurangi sumber kebisingan dengan menempatkan peredam suara pada sumber kebisingan, melakukan modifikasi mesin atau bangunan, dan mengganti mesin dan menyusun perencanaan bangunan baru (Budiman, 2006). Dan atau mengganti bagian-bagian peralatan logam (yang menimbulkan intensitas suara tinggi dengan “dynamic dampers”, karet atau “plastic bumbers” (Soeripto, 2008).

2) Pengendalian secara administratif Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga yaitu ear muff dan ear plug. Alat perlindungan diri tutup atau sumbat telinga harus diseleksi, sehingga dipilih yang tepat ukurannya bagi pemakai. Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10-25 dBA (Suma’mur P.K, 2009). 3) Penempatan penghalang pada jalan transmisi suara yaitu isolasi

ruang kerja dengan mesin merupakan upaya yang cepat dan baik untuk mengurangi kebisingan. Agar efektif, harus disusun rencana yang sebaik mungkin dan bahan-bahan yang dipakai untuk penutup harus dibuat cukup berat dan dilapisi oleh bahan yang dapat menyerap suara agar tidak menimbulkan getaran yang kuat (Sasongko, 2000).

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

e. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan

Dampak bising terhadap kesehatan para pekerja menurut Buchari (2007) antara lain sebagai berikut :

1) Gangguan Fisiologis

Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

2) Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastristis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.

3) Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.

(22)

commit to user 4) Gangguan keseimbangan

Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual dan lain-lain.

5) Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)

Gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus ditempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

2. Gangguan Pendengaran

a. Pengertian Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari (Buchari, 2007).

b. Fisiologi dan Mekanisme Pendengaran

Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam. Ketiga bagian telinga tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masing

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada disekitar manusia. Bagian luar telinga terdiri dari daun telinga dan saluran telinga yang panjangnya kurang lebih 2 cm. Fungsi utama bagian luar telinga adalah sebagai saluran awal masuknya gelombang suara di udara ke dalam sistem pendengaran manusia. Bagian tengah terdiri dari gendang telinga dan tiga tulang yaitu hammer (malleus), anvil (incus), dan stirrup (stapes). Bagian tengah telinga manusia, tepatnya pada bagian belakang gendang telinga berhubungan dengan hidung melalui tabung eustachius (arah masuknya gelombang suara dari saluran telinga luar dianggap sebagai bagian depan gendang telinga).

Pada proses masuknya gelombang suara hingga mencapai gendang telinga. Gelombang suara yang mencapai gendang telinga akan membangkitkan getaran pada selaput gendang telinga tersebut. Getaran yang terjadi akan diteruskan pada tiga buah tulang, yaitu hammer, anvil, dan stirrup yang saling terhubung di bagian tengah telinga yang akan menggerakkan fluida (cairan seperti air) dalam organ pendengaran berbentuk keong (cochlea) pada bagian dalam telinga. Selanjutnya, gerakan fluida ini akan menggerakkan ribuan sel berbentuk rambut halus di bagian dalam telinga yang akan mengonversikan getaran yang diterimanya menjadi impuls bagi saraf pendengaran. Oleh saraf pendengaran (auditory nerve), impuls tersebut akan dikirim ke otak untuk diterjemahkan menjadi suara yang

(24)

commit to user

kita dengar. Terakhir, suara akan “ditahan” oleh otak manusia kurang lebih selama 0,1 detik.

Pada kondisi atau aktivitas tertentu, misalnya saat seseorang berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dengan perbedaan tingkat ketinggian lokasi cukup besar dalam waktu relatif singkat, akan timbul perbedaan tekanan udara antara bagian depan dan belakang gendang telinga. Akibatnya, gendang telinga tidak dapat bergetar secara efisien, dan sudah barang tentu pendengaran menjadi terganggu. Selain penyebab-penyebab traumatik, lubang pada gendang telinga juga dapat terjadi karena adanya infeksi pada bagian tengah telinga yang menjalar hingga gendang telinga. Saat hal ini terjadi, terkadang akan keluar darah dari telinga (Sihar Tigor, 2005).

Anatomi telinga lebih jelas nampak dalam sajian gambar sebagai berikut ini :

Gambar 1. Anatomi Telinga Manusia (Sumber : Sihar Tigor, 2005).

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

c. Jenis-jenis Gangguan Pendengaran

Jenis-jenis gangguan pendengaran menurut Alfian Taher (2007) dalam Muslikhah (2009) :

1) Gangguan pendengaran konduktif

Gangguan pendengaran konduktif terjadi akibat adanya benturan atau karena sebab lain.

2) Gangguan pendengaran sensori neukal

Gangguan sensori disebabkan adanya penyakit di dalam bagian dalam telinga (syaraf pendengaran). Gangguan pendengaran sensori neural dikelompokkan lagi menjadi gangguan pendengaran sensorik dan gangguan pendengaran neural. Gangguan pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan trauma akustik (suara yang sangat keras), infeksi virus pada telinga dalam, obat-obatan tertentu dan penyakit meniere.

Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah, telinga dalam, syaraf pendengaran atau jalur syaraf pendengaran di otak. Kemudian getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang merubah getaran menjadi gelombang syaraf, yang selanjutnya akan berjalan di sepanjang syaraf pendengaran. Jika pendengaran

(26)

commit to user

melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan tuli konduktif. Namun jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensori neural. Terkadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensori neural terjadi secara bersamaan. Dalam kondisi seperti ini bisa menggunakan alat bantu dengar.

Klasifikasi tingkat keparahan gangguan pendengaran tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran Rentang Batas Atas

Kekuatan Suara yang Didengar (dB)

Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Sistem Pendengaran

10 - 25 (0 - 20) Rentang normal

26 – 40

Gangguan pendengaran ringan : 1. Mengalami sedikit gangguan

dalam membedakan beberapa jenis konsonan

2. Mengalami sedikit masalah saat berbicara

41 – 55 Gangguan pendengaran sedang 56 – 70 Gangguan pendengaran cukup serius 71 – 90 Gangguan pendengaran serius

> 90 Gangguan pendengaran sangat serius Sumber : Sihar Tigor, 2005.

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Penderita penurunan fungsi pendengaran menurut Lueckenotte (1997) bisa mengalami beberapa atau seluruh gejala sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam mengerti pembicaraan.

b. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.

c. Kesulitan membedakan pembicaraan bunyi lain yang parau atau bergumam.

d. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising.

e. Pusing atau gangguan keseimbangan. d. Jenis-jenis Ketulian Menurut Buchari (2007) yaitu :

1) Tuli sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)

Diakibatkan pemaparan dari bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengan sempurna.

2) Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)

Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

(28)

commit to user b) Lama pemaparan

c) Spektrum suara

d) Temporal pattern, bila kebisingan yang continue maka kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.

e) Kepekaan individu

f) Pengaruh obat-obatan, beberapa obat dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaaan dengan kontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptoycin, kansmycin dan beberapa obat lainnya.

g) Keadaan kesehatan

e. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Ketulian

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing loss) menurut Buchari (2007) adalah :

1) Intensitas suara yang terlalu tinggi 2) Usia karyawan

3) Tekanan dan frekuensi bising tersebut 4) Lamanya bekerja

5) Jarak dari sumber suara

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian bukan akibat kerja (non occupational hearing loss) menurut Cahyo (2007) dalam Muslikhah (2009) adalah :

1) Benturan di kepala 2) Penyakit oleh virus

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3) Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja 4) Ketulian yang sudah ada sebelumnya

3. Karakteristik Tenaga Kerja yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Pendengaran

Faktor dari dalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya gangguan pendegaran sebagai berikut :

a. Faktor Internal 1) Usia

Semakin bertambahnya usia sebagian dari sel - sel rambut ini akan mati karena “tua”. Karena itulah manusia menjadi tuli. Namun apabila seseorang mendapat tekanan kebisingan dengan intensitas tinggi secara kontinu untuk jangka waktu yang panjang, maka banyak sel - sel rambutnya yang menjadi mati ketika ia masih berumur muda. Jadi ketulian seseorang dipengaruhi oleh lamanya terpapar kebisingan walaupun usianya masih muda. Apabila terdapat sejumlah tertentu sel rambut yang mati, maka ia akan menderita kehilangan pendengaran. Sel rambut yang berfungsi sebagai reseptor nada tinggi akan lebih dahulu mati, oleh karena itu kemunduran pendengaran akan pertama kali terjadi untuk daerah frekuensi 4000 - 6000 Hz. Oleh karena frekuensi bicara berkisar 500 - 3000 Hz, maka Noise Induced Hearing Loss (NIHL) awal biasanya tidak disadari, bahkan oleh

(30)

commit to user

orang yang bersangkutan. Terkecuali bagi seorang pemusik, ia akan menyadari gangguannya lebih dini, karena apresiasi musik membutuhkan kepekaan yang lebih tinggi dari pada untuk mendengar percakapan (Sihar Tigor, 2005).

2) Kondisi Kesehatan

Kesehatan fisik sangat penting untuk menduduki suatu pekerjaan. Tidak mungkin seseorang dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik jika sering sakit (Hasibuan, 2000).

3) Riwayat Penyakit Pendengaran Sebelumnya b. Faktor Eksternal

1) Masa kerja

Lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan dengan intensitas tinggi berpengaruh terhadap penurunan daya dengar. Semakin lama terpajan dengan kebisingan akan semakin tinggi ambang dengar (dB (A)) seseorang.

2) Karakteristik kebisingan, terutama kebisingan impulsif yang intensitasnya tinggi dapat menyebabkan rusaknya alat pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang pendengar atau tulang-tulang halus pada telinga bagian tengah. Getaran yang menyebabkan kerusakan tersebut dapat mencapai bagian dalam telinga melalui hantaran udara maupun melalui tulang (Suma’mur P.K, 2009).

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3) Frekuensi suara

Hilangnya daya dengar yang permanent biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan meluas ke frekuensi-frekuensi di sekitarnya dan akhirnya kehilangan daya dengar atau ketulian menetap terjadi pada frekuensi-fekuensi yang digunakan untuk percakapan (Suma’mur P.K, 2009).

4) Intensitas Suara disekitarnya

Bekerja terus-menerus di tempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak pulih kembali, hilangnya daya dengar permanen biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian meluas ke frekuensi-frekuensi disekitarnya dan akhirnya kehilangan daya dengar atau ketulian menetap terjadi pada frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk percakapan (Suma’mur P.K, 2009).

5) Ketidakpatuhan memakai Alat Pelindung Diri

4. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran Kehilangan pendengaran mungkin saja bukan akibat dari tuanya usia tetapi juga akibat kebisingan yang sangat keras. Kerusakan yang terjadi akibat dari kebisingan pertama kali dibatas frekuensi 4000 Hz-6000 Hz dan ini adalah batas paling sensitif untuk telinga manusia. Kerusakan pendengaran sementara ini disebut Temporary Threshold Shift. Jika kebisingan yang sangat keras ini dilanjutkan secara

(32)

berulang-commit to user

ulang sebelum pemulihan kerusakan pendengaran sementara selesai maka akibatnya adalah kerusakan pendengaran total. Kerusakan pendengaran ini disebut sebagai Permanent Threshold Shift. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal (Suma’mur P, 1996). Frekuensi bunyi dapat didengar telinga normal terletak antara 16 hingga 20.000 Hz.

Suara yang keras dapat memecahkan selaput gendang telinga. Ini biasanya dapat menjadi sembuh, tetapi meninggalkan lubang yang menyebabkan cacatnya atau melemahnya pendengaran. Istilah tuli menunjukkan bagian ini kehilangan pendengaran. Menjadi stone deaf berarti tidak mendengar sama sekali (Pasiak, 2000).

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Auditory effect pada pekerja

Kerusakan sel-sel rambut dalam cochlea Gangguan Permanen : Penurunan/kehilangan pendengaran Kebisingan Faktor Eksternal : 1. Masa Kerja 2. Intensitas suara disekitarnya 3. Karakteristik kebisingan 4. Frekuensi suara Faktor Internal : 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Riwayat penyakit pendengaran sebelumnya Impuls syaraf Otak

Efek lain dari kebisingan : 1. Gangguan Fisiologis 2. Gangguan Psikologis 3. Gangguan Komunikasi 4. Gangguan Keseimbangan 5. Gangguan Pendengaran (Ketulian)

(34)

commit to user C. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo

Ho : Tidak ada pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran pekerja industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi yang kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antar faktor resiko dan faktor efek. Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Soekidjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di industri informal pembuatan gamelan Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo pada bagian penempaan dan bagian finishing. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan pekerja laki-laki dengan jumlah keseluruhan adalah 30 pekerja.

(36)

commit to user D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Peneliti menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sumardiyono, 2010).

E. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah semua tenaga kerja laki-laki pembuat gamelan yang bekerja ditempat kerja yang terpapar bising lebih dari NAB dan kurang dari NAB. Sampel yang diambil berjumlah 30 tenaga kerja laki-laki.

F. Desain Penelitian

Populasi

Sampel

Terpapar Bising > NAB Terpapar Bising < NAB

Mengalami gangguan pendengaran Tidak mengalami gangguan pendengaran Sampling Jenuh Mengalami gangguan pendengaran Tidak mengalami gangguan pendengaran

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gangguan pendengaran.

3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Variabel pengganggu terkendali : usia, masa kerja, jenis kelamin. b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Riwayat penyakit pendengaran

sebelumnya.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas Kebisingan

Intensitas kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan berlangsung di tempat kerja, sedangkan Kebisingan di tempat kerja adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

(38)

commit to user

alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20

Satuan : dBA

Skala Pengukuran : Nominal

Hasil : Mangalami gangguan > 85 dB. Tidak mengalami gangguan ≤ 85 dB. 2. Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan.

Alat ukur : Audiometer

Satuan : Hz

Skala pengukuran : Nominal

Hasil : ≤ 25 dB Tidak mengalami gangguan pendengaran. > 25 dB mengalami gangguan pendengaran.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

I. Alat dan Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Sound Level Meter yaitu : alat untuk mengukur intensitas kebisingan dalam suatu ruangan.

Merk alat : Sound Level Meter RION NA-20 Satuan : dBA

Cara penggunaan alat : a. Peneliti memasang baterai b. Cek Voltase

1) Peneliti memutar swicth ke BATT

2) Jika jarum tidak menunjuk pada pointer “BATT”, maka voltase baterai telah habis.

c. Kaliberasi alat

1) Peneliti memutar level switch in the level indicating window at centre pada 70 dB (A).

2) Pada Filter - CAL - INT switch ke “CAL”.

3) Jarum akan menunjuk pada CAL mark, jika tidak maka putar sensitivity adjustment.

d. Pengukuran

1) Peneliti memutar switch ke A

(40)

commit to user

3) Peneliti memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur.

4) Peneliti menggunakan Meter Dynamic Characteristic Selector Switch “SLOW” untuk bising impulsif dan “FAST” untuk bising continue.

Peneliti mencatat hasil pengukuran

2. Audiometer yaitu : alat untuk mengukur fungsi pendengaran. Cara penggunaan alat :

a. Peneliti memberikan instruksi yang jelas dan tepat. Probandus perlu mengetahui apa yang harus didengar dan respon apa yang harus diberikan jika mendengar nada. Oleh karena itu lakukan pengenalan nada pada probondus, kemudian probondus diinstruksikan untuk memberi tanda bila mendengar nada.

b. Peneliti memasang headphone dengan posisi warna merah untuk telinga kanan dan warna biru untuk telinga kiri.

c. Pemeriksaan dimulai pada telinga kanan dimulai pada frekuensi 1000 Hz dengan intensitas 40 - 50 dB, bila orang yang diperiksa mendengar maka ia akan memberi tanda.

d. Peneliti menurunkan secara bertahap intensitas suara sebesar 10 dB sampai tidak mendengar, naikkan lagi intensitas suara dengan setiap kenaikan sebesar 5 dB sampai probandus mendengar lagi. Berikan rangsangan sampai 3 kali bila respon hanya 1 kali dari 3 kali test maka naikkan lagi 5 dB dan berikan rangsangan 3 kali. Bila telah didapat

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

respon yang tetap maka perpaduan antara penurunan dan penambahan merupakan batas ambang dengar.

e. Peneliti mencatat hasil dalam lembar data pemeriksaan.Untuk pemeriksaan frekuensi berikutnya, mulailah pada tingkat 15 dB lebih rendah dari ambang dengar pada frekuensi 1000 Hz ( misalnya bila pada frekuensi 1000 Hz dimulai intensitas 50 dB, maka pada frekuensi 2000 Hz dimulai dengan intensitas 30 - 35 dB).

f. Lakukan pemeriksaan untuk frekuensi diatas 1000 Hz dengan cara yang sama, dan terakhir pemeriksaan pada frekuensi 500 Hz.

3. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

4. Lembar isian data, yaitu untuk melengkapi data dari subyek penelitian, misalnya : usia, masa kerja, jenis kelamin dan lain sebagainya.

J. Cara Kerja Penelitian

Cara kerja penelitian merupakan proses yang akan dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian, data yang diperoleh adalah data primer, yaitu antara lain :

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan survei awal untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Pada survei awal dilakukan pengukuran beberapa sampel untuk menemukan masalah. Setelah ditemukan masalah peneliti menyusun proposal yang kemudian diajukan untuk penulisan skripsi.

(42)

commit to user 2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pengumpulan dilakukan selama 1 bulan. Tahap pelaksaan pengumpulan data meliputi : menentukan populasi dan sampel, setelah itu dilakukan pengukuran intensitas kebisingan dengan mengambil masing-masing titik kebisingan tenaga kerja di bagian produksi yang intensitasnya diperkirakan melebihi NAB dan di bagian finishing yang intensitasnya diperkirakan kurang dari NAB. Selain intensitas kebisingan juga dilakukan pengukuran gangguan pendengaran pada waktu setelah pekerja melakukan pekerjaan.

3. Tahap penyelesaian

Pada tahap penyelesaian edit semua data yang diperoleh dari hasil penelitian, dikumpulkan semua data, diolah, dianalisa kemudian disimpulkan.

K. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Chi Square Test. dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika p value < 0,05 Maka hasil uji dinyatakan signifikan. 2. Jika p value > 0,05 Maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo merupakan suatu home industry yang mengolah bahan mentah timah dan kuningan menjadi alat musik gamelan, dimana dalam proses produksinya dilakukan di dalam ruangan dan di luar ruangan selama seminggu yaitu hari Senin sampai Sabtu dengan jam kerja ± 7 jam / hari mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Tenaga kerja semua laki-laki sejumlah 30 orang.

Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja berbeda-beda, mulai dari melebur timah dan tembaga, selanjutnya penempaan bahan campuran tersebut hingga terdapat bentuk yang diinginkan, mencetak campuran logam tersebut hingga sampai di proses finishing.

Industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Mojolaban Sukoharjo sudah ada sejak tahun 1984. Dalam jangka waktu 3 bulan, satu set gamelan harus sudah jadi, harga dari satu set gamelan adalah Rp 400.000.000. Industri ini memproduksi segala macam gamelan, tetapi yang sering diproduksi adalah Gamelan Jawa dan Gamelan Bali. Karena hasil dari produksi gamelan ini terkenal sangat bagus, sehingga dapat berkembang dengan pesat. Karena selain distribusi dalam negeri seperti Bali, Kalimantan dan Sumatra, industri pengrajin gamelan di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo ini juga

(44)

commit to user

sudah sampai tingkat internasional seperti Negara Amerika, Australia, Singapura, Malaysia, dan Belanda.

B. Karakteristik Subyek Penelitian 1. Umur Responden

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur Subyek Penelitian Umur (Tahun) Frekuensi Presentase (%) 15 – 55 28 93,3 > 55 2 6,67 Total 30 100

Sumber : Hasil Pendataan April 2012

Berdasarkan tabel diketahui bahwa umur pekerja paling banyak pada umur 15 – 55 tahun dengan frekuensi 28 orang pekerja yaitu (93,3 %), sedangkan frekuensi umur pekerja pada umur < 55 tahun lebih sedikit yaitu 2 orang pekerja dengan presentase (6,67 %).

2. Jenis Kelamin

Pekerja di Industri Gamelan Desa Wirun Kecamatan Mojolaban Sukoharjo keseluruhan berjenis kelamin laki-laki.

3. Masa Kerja

Rata – rata pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan Desa Wirun Sukoharjo sudah bekerja lebih dari 5 tahun.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja

Diketahui hasil pengukuran kebisingan di tempat kerja yaitu pada bagian penempaan dan bagian finishing adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

No Bagian Titik 1 (dB) Titik 2 (dB) Titik 3 (dB) Titik 4 (dB) Leq (dB) 1. Penempaan 95 94 91 85 91,61 2. Finishing 81 80 75 75 77,62

Sumber : Hasil Pengukuran April 2012

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pengukuran intensitas kebisingan pada bagian penempaan mempunyai intensitas kebisingan 91,61 dBA, kebisingan telah melebihi NAB yang ditentukan yaitu 85 dBA dan pekerja pada bagian penempaan ini lebih banyak dari pada bagian yang kurang dari NAB, sedangkan pada bagian finishing intensitas kebisingannya adalah 77,62 dBA.

(46)

commit to user

D. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja

1. Data hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang terpapar bising melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja Terpapar bising > NAB No Umur (Tahun) Masa Kerja (Tahun) Jenis Kelamin Bagian Gangguan Pendengaran (dBA) Kanan Kiri 1 33 7 Laki-laki Penempaan 38,75 28,75 2 33 8 Laki-laki Penempaan 33,75 38,75 3 33 13 Laki-laki Penempaan 23,75 22,5 4 41 14 Laki-laki Penempaan 25 30 5 39 20 Laki-laki Penempaan 33,75 40 6 45 15 Laki-laki Penempaan 20 30 7 50 11 Laki-laki Penempaan 40 37,5 8 46 25 Laki-laki Penempaan 65 56,25 9 38 20 Laki-laki Penempaan 38,25 47,5 10 39 19 Laki-laki Penempaan 47,5 38,75 11 62 20 Laki-laki Penempaan 66,25 60 12 27 8 Laki-laki Penempaan 25 21,25 13 45 15 Laki-laki Penempaan 26,25 25 14 52 20 Laki-laki Penempaan 30 32,5 15 49 10 Laki-laki Penempaan 40 41,25 16 30 8 Laki-laki Penempaan 28,75 21,25 17 33 8 Laki-laki Penempaan 30 40 18 42 8 Laki-laki Penempaan 23,75 28,75 19 31 8 Laki-laki Penempaan 35 30 20 48 8 Laki-laki Penempaan 33,75 28,75

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang terpapar bising melebihi NAB dan nilai gangguan pendengaran tertinggi pada telinga kanan adalah 66,25 dBA dan yang terendah adalah 20 dBA, sedangkan untuk telinga kiri gangguan pendengaran tertinggi adalah 60 dBA dan terendah adalah 21,25 dBA.

2. Data hasil pengukuran gangguan pendengaran di tempat kerja yang terpapar bising tidak melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Pengukuran Gangguan Pendengaran Tenaga Kerja Terpapar bising ≤ NAB No Umur (Tahun) Masa Kerja (Tahun) Jenis Kelamin Bagian Gangguan Pendengaran (dBA) Kanan Kiri 1 56 15 Laki-laki Finishing 26,25 27,5 2 37 5 Laki-laki Finishing 25 21,25 3 36 8 Laki-laki Finishing 21,25 21,75 4 46 8 Laki-laki Finishing 17,5 20 5 28 5 Laki-laki Finishing 23,75 25 6 50 20 Laki-laki Finishing 27,5 22,5 7 41 13 Laki-laki Finishing 18,75 23,75 8 31 10 Laki-laki Finishing 23,75 26,25 9 46 20 Laki-laki Finishing 22,5 20 10 36 9 Laki-laki Finishing 20 20

(48)

commit to user

E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Gangguan Pendengaran Hasil pemeriksaan audiometri daya dengar berkaitan dengan kemampuan mendengar yang ditujukan oleh rerata nilai ambang subjek penelitian pada frekuensi pembicaraan 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000 Hz. Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran tenaga kerja dilakukan dengan uji statistik dengan chi square pada telinga kanan dan telinga kiri sebagai berikut :

1. Uji chi square intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran telinga kanan.

intensitas kebisingan * gangguan pendengaran telinga kanan Crosstabulation gangguan pendengaran telinga kanan Total Ya Tidak intensitas kebisingan >nab Count 15 5 20 Expected Count 11.3 8.7 20.0 <nab Count 2 8 10 Expected Count 5.7 4.3 10.0 Total Count 17 13 30 Expected Count 17.0 13.0 30.0

(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 37 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 8.213a 1 .004 Continuity Correctionb 6.126 1 .013 Likelihood Ratio 8.552 1 .003

Fisher's Exact Test .007 .006

Linear-by-Linear Association

7.939 1 .005

N of Valid Casesb 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33. b. Computed only for a 2x2 table

Hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16.0, diketahui bahwa pada telinga kanan diperoleh nilai Fisher’s Exact Test 0,007 yang berarti P < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo.

(50)

commit to user

2. Uji chi square intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran telinga kiri.

intensitas kebisingan * gangguan pendengaran telinga kiri Crosstabulation gangguan pendengaran telinga kiri Total Ya Tidak intensitas kebisingan >nab Count 16 4 20 Expected Count 12.0 8.0 20.0 <nab Count 2 8 10 Expected Count 6.0 4.0 10.0 Total Count 18 12 30 Expected Count 18.0 12.0 30.0 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 10.000a 1 .002 Continuity Correctionb 7.656 1 .006 Likelihood Ratio 10.357 1 .001

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear

Association 9.667 1 .002

N of Valid Casesb 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00. b. Computed only for a 2x2 table

(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16, pada telinga kiri diperoleh nilai Fisher’s Exact Test yaitu 0,004 yang berarti P < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo.

(52)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Subyek Penelitian 1. Umur

Sampel yang digunakan dalam penelitian berumur 15 – 55 tahun. Commite On Conservasion of Hearing American Ortolarynlog menyatakan bahwa seseorang dalam usia produktif yaitu 15 – 55 tahun dapat terhindar dari prebiacussis jika tidak ada riwayat penyakit telinga (Balengger, 1997). Secara umum prebiacussis (fungsi pendengaran menurun) terjadi jika pada seseorang lebih dari 60 tahun (Iskandar, 1997). 2. Jenis Kelamin

Dalam penelitian sampel yang diambil adalah keseluruhan pekerja yang bekerja di industri informal pembuatan gamelan desa Wirun Mojolaban Sukoharjo yaitu semua pekerja berjenis kelamin laki-laki. Kehilangan pendengaran karena proses menuanya seseorang disebut prebycusis, penyakit ini terjadi karena meningkatnya frekuensi minimal yang dapat didengar. Dalam hal ini, pria lebih cenderung mengalami kehilangan pendengaran jenis ini lebih cepat dari pada wanita (Anizar, 2009).

(53)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Masa Kerja

Rata-rata pekerja yang berada di industri pembuatan gamelan Desa Wirun Sukoharjo sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa kerja lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Hermawati, 2006).

B. Analisa Univariat 1. Intensitas Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diketahui bahwa pada bagian penempaan mempunyai intensitas kebisingan 91,61 dBA. Berdasarkan pada bagian tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan pada bagian penempaan melebihi NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Kebisingan. Sedangkan pada bagian finishing diketahui intensitas kebisingannya adalah 77,62 dBA. Berdasarkan hasil ini intensitas kebisingan yang ada di bagian finishing kurang dari NAB yang telah ditentukan yaitu 85 dBA.

2. Gangguan Pendengaran

Kemampuan pendengaran pada telinga kanan dan telinga kiri setelah terpapar kebisingan pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000

(54)

commit to user

Hz. Diketahui tingkat gangguan pendengaran telinga yang terpapar kebisingan melebihi NAB (85 dBA) pada telinga kanan adalah sebanyak 15 orang pekerja (75%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 5 orang pekerja (25%), sedangkan gangguan pendengaran pada telinga kiri yang terpapar kebisingan yang melebihi NAB sebanyak 16 orang pekerja (80%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 4 orang pekerja (20%).

Tingkat gangguan pendengaran yang terpapar kebisingan kurang dari NAB (85 dBA) pada telinga kanan adalah sebanyak 2 orang pekerja (20%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah 8 orang pekerja (80%), sedangkan gangguan pendengaran pada telinga kiri yang terpapar kebisingan kurang dari NAB adalah sebanyak 2 orang pekerja (20%) dan yang tidak mengalami gangguan pendengaran adalah sebanyak 8 orang pekerja (80%).

Pengaruh dari pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) sudah jelas yaitu kehilangan daya dengar baik sementara maupun permanen. Semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama terpajan kebisingan maka akan semakin mempengaruhi pendengaran.

(55)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

C. Analisa Bivariat

Hasil pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan untuk mengetahui gangguan pendengaran tenaga kerja dengan menggunakan audiometer, setelah didapatkan hasil pengukuran kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi square test.

Hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16.0, pada telinga kanan diperoleh nilai Fisher’s Exact Test 0,007 yang berarti P < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.

Pada telinga kiri diperoleh nilai Fisher’s Exact Test yaitu 0,004 yang berarti P < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja di industri informal pembuatan gamelan Mojolaban Sukoharjo. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.

Penelitian yang sama jenisnya juga dilakukan oleh Slamet Riyadi (2003) dengan judul Hubungan Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pekerja Di PT. Golden Sari Bandar Lampung juga signifikan, dengan nilai p = 0,001 yang artinya < 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan gangguan fungsi pendengaran pekerja, dengan kekuatan hubungan (r) telinga kanan 0,489 dan telinga kiri 0,462. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan pada ruang produksi di PT. Golden Sari telah

(56)

commit to user

melewati NAB. Pada penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2008) dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pendengaran Tenaga Kerja Akibat Bising pada Unit Produksi PT. Sermani Steel Coorprotation Makassar juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara intensitas bising dan gangguan pendengaran nilai p = 0,032 < 0,05.

Penelitian yang sama jenisnya juga dilakukan oleh Muslichah (2009) dengan judul Pengaruh Paparan Bising terhadap Gangguan Pendengaran pada pekerja di PT. GE Lighting Indonesia Yogyakarta didapatkan hasil p value = 0,02 dimana p < 0,05 yang berarti signifikan yang membuktikan adanya pengaruh bising terhadap gangguan gangguan pendengaran.

Keterbatasan Penelitian yaitu pada waktu pengukuran gangguan pendengaran dengan menggunakan alat audiometer, responden merasa kesalahan dalam mendengarkan bunyi karena ada gangguan dari proses penempaan maupun pengerindaan gamelan.

Gambar

Gambar 1. Gambar Telinga Manusia  .............................................................
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan
Gambar 1. Anatomi Telinga Manusia (Sumber : Sihar Tigor,  2005).
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Keparahan Gangguan Pendengaran  Rentang Batas Atas
+6

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Target program PKM ini adalah sekelompok orang yang produktif secara ekonomi (usaha kecil). Program ini bertujuan untuk mengembangkan komunitas yang mandiri secara

Dye alami dari daun pandan, akar kunyit dan biji black rice telah dipreparasi dalam larutan etanol sebagai sensitiser pada dye sensitized solar cells (DSSC).. Dye campuran

PH (MR) : Unit, baik, 1 lagi saudara ahli ya, didalam anggaran dasar ya, anggaran dasar perseroan yang tahun 98, itu ada ketentuan dalam pasal 11 ayat 9, perbuatan-perbuatan

020 &lt; 0.05 terhadap Keputusan Pembelian Pada Era Covid 19 dan dari hasil uji F diperoleh hasil untuk Nilai F hitung sebesar 30.91 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Hutan Bayur, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, dapat disimpulkan bahwa ditemukan 18 jenis jamur makroskopis anggota kelas

Alat peraga termasuk ke dalam bagian dari sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal yang berpengaruh

dalam tubuh yang terdiri dari bagian utama yaitu peritoneum.. parietal yang melapisi dinding rongga abdominal

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar nilai induktor,