• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang baru dilakukan perhitungan kembali berdasarkan tata letak seperti pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang baru dilakukan perhitungan kembali berdasarkan tata letak seperti pada"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh karena lokasi centroid berubah, maka peta jarak untuk tata letak yang baru dilakukan perhitungan kembali berdasarkan tata letak seperti pada gambar 3.31. Peta jarak setelah dilakukan perbaikan ditunjukkan gambar 3.32.. Total biaya setelah terjadi perubahan departemen A dan C seperti pada gambar 3.33.

Gambar 3.32. Peta Jarak setelah perubahan departemen A dan C

Gambar 3.33. Matrik Total Biaya setelah terjadi perubahan departemen A dan C

Selanjutnya CRAFT mengevaluasi kembali melalui Pair Wise Interchanges dengan melakukan perubahan letak departemen A dan D berdasarkan tata letak pada gambar 3.31. Gambar 3.34. adalah hasil perbaikan kedua tata letak dengan lokasi titik pusat untuk departemen A = (80 , 40), separtemen B = (80

(2)

, 65), departemen C =(20 , 60) dan departemen D = (56 , 17). Sedang total biaya sebesar 4521.

Gambar 3.34. Tata Letak setelah perubahan departemen A dan D Selanjutnya dicoba lagi dengan melakukan perubahan departemen B dan C. Dengan perhitungan sama seperti di atas, diperoleh total biaya sebesar 3653. Tata letak departemen setelah dilakukan perubahan departemen B dan C ditunjukkan gambar 3.35.

(3)

Gambar 3.35. Tata Letak setelah perubahan departemen B dan C Perbaikan selanjutnya adalah dengan perubahan antara departemen B dan C lagi dengan tata letak seperti pada gambar 3.36. Total biaya untuk perubahan ini adalah sebesar 3441.

(4)

Pertukaran departemen dilakukan lagi antara departemen A dan C dan menghasilkan total biaya sebesar 3274,5. Perbaikan ini merupakan perbaikan terakhir yang bisa dilakukan, karena tidak ditemukan lagi perhitungan Pair

Wise Interchanges yang memberikan total biaya yang lebih kecil. Tata letak

terakhir ditunjukkan gambar 3.37.

Gambar 3.37. Tata Letak perbaikan terakhir

3.6. Material Handling

3.6.1. Pengertian Material Handling

Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada

(5)

bagian proses produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan mengambil material dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah pada proses berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling.

Walaupun banyak orang menganggap bahwa kegiatan material handling merupakan kegiatan yang kurang penting dalam suatu pabrik, tetapi kenyataannya tidak demikian halnya. Hal ini karena terdapat banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk pemindahan material dalam tingkat-tingkat proses produksi yang harus dilalui dalam suatu produksi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila terdapat perhitungan di dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa pekerjaan material handling merupakan sebagian besar dari kegiatan perusahaan pabrik dan memakan kerja besar. Pada sebuah pabrik, material handling menyerap tenaga kerja sekitar 25% dari seluruh tenaga kerja, menggunakan ruangan sekitar 55% dari seluruh ruangan, dan 87% dari waktu produksi. Penanganan material diperkirakan menggunakan 15% sampai dengan 70% dari total biaya manufaktur. Oleh sebab itu, penanganan material menjadi masalah yang penting untuk dianalisis dalam rangka untuk melakukan pengurangan biaya. Disamping itu penanganan material juga menyebabkan baik atau tidaknya kualitas material dan diperkirakan antara 3% sampai 5% dari seluruh material yang ditangani mengalami kerusakan. Makin sedikit produk yang ditangani maka semakin kecil kesempatan akan rusak.

Terdapat banyak definisi atau pengertian yang diberikan untuk material

(6)

1. Material handling adalah seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan dan pengawasan material.

Seni

Material handling dapat dinyatakan sebagai seni, karena

masalah-masalah material handling tidak dapat secara eksplisit diselesaikan semata-mata dengan formula atau model matematika. Material handling membutuhkan sebuah penilaian benar atau salah, di mana perusahaan-perusahaan yang benar-benar berpengalaman di bidang material handling akan dapat menilainya. Ilmu Pengetahuan

Material handling dapat dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan karena

menyangkut metode enjinering. Mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menbuat alternatif solusi, evaluasi alternatif, memilih dan mengimplementasikan alternatif terbaik merupakan bagian integral dari penyelesaian masalah material handling dan proses perancangan sistem. Analisis model matematika dan teknik-teknik kualitatif sangat berarti sebagai bagian dari proses ini.

Perpindahan

Perpindahan material membutuhkan waktu dan memerlukan penggunaan tempat (yaitu penanganan material digunakan pada waktu yang tepat dan pada tempat yang benar). Perpindahan material memerlukan kesesuaian antara ukuran, bentuk, berat dan kondisi material dengan lintasannya dan analisis frekuensi gerakan.

(7)

Penyimpanan material sebagai penyangga antar operasi, memudahkan dalam pekerjaan manusia dan mesin. Yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan material antara lain, ukuran, berat, kondisi dan kemampuan tumpukan material, keperluan untuk mengambil dan menempatkan material, kendala-kendala bangunan seperti misalnya beban lantai, kondisi lantai, jarak antar kolom, dan tinggi bangunan.

Perlindungan

Yang termasuk dalam perlindungan material antara lain pengawasan, pengepakan dan pengelompokan material untuk melindungi kerusakan dan kehilangan material. Perlindungan material sebaiknya menggunakan alat pengaman yang dihubungkan dengan sistem informasi. Termasuk perlindungan terhadap material yang salah penanganan, salah penempatan, salah pengambilan dan urutan proses yang salah. Sistem material handling harus dirancang untuk meminimasi keperluan pengawasan,dan untuk menurunkan biaya.

Pengawasan

Pengawasan material terdiri dari pengawasan fisik dan pengawasan status material. Pengawasan fisik adalah pengawasan yang berorientasi pada susunan dan jarak penempatan antar material. Sedang pengawasan status adalah pengawasan tentang lokasi, jumlah, tujuan, kepemilikan, keaslian dan jadwal material. Ketelitian harus dilakukan untuk menjamin bahwa jangan sampai terlalu banyak pengawasan yang digunakan pada sistem material handling. Melakukan pengawasan yang tepat me-rupakan suatu tantangan, karena

(8)

pengawasan yang tepat sangat tergantung atas budaya organisasi dan orang yang mengatur dan menjalankan fungsi penanganan material.

Material

Secara luas, material dapat berbentuk bubuk, padat, cair dan gas. Sistem penanganan di antara bentuk material mempunyai perlakuan yang berbeda di antara bentuk material.

2. Material handling mempunyai arti penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai dalam kondisi yang baik pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat dalam posisi yang benar, dalarn urutan yang sesuai dan biaya yang murah dengan menggunakan metode yang benar. Jika digunakan metode yang sesuai, maka sistem material handling akan terjamin/aman dan bebas dari kerusakan.

3.6.2. Tujuan Material Handling

Perencanaan material handling penting sekali untuk dipelajari karena kenyataan yang ada menunjukkan bahwa biaya material handling menyerap sebagian besar biaya produksi. Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplentasikan. Beberapa tujuan dari sistem material handling antara lain (Meyers, F.E.):

1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.

(9)

2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja. 3. Meningkatkan produktivitas :

a. Material akan mengalir pada garis lurus.

b. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin. c. Perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu. d. Mekanisasi penanganan material.

e. Otomasi penanganan material.

f. Menjaga atau mengembangkan rasio antara produksi dan penanganan material.

g. Meningkatkan muatan/beban dengan penggunaan peralatan material handling otomatis.

4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas : a. Meningkatkan penggunaan bangunan. b. Pengadaan peralatan serbaguna.

c. Standardisasi peralatan material handling.

d. Menjaga, dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan preventif.

e. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem. 5. Mengurangi bobot mati.

(10)

3.6.3. Jenis Peralatan Material Handling

Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material

handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga

yang berbeda. Semua peralatan material handling diklasifikasikan kc dalam tiga tipe utama yaitu: Conveyor (ban berjalan), Crane (Derek), dan trucks (alat angkut/kereta).

1. Conveyor

Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur

yang tetap.

Keuntungan Conveyor:

a. Kapasitas tinggi sehingga memungkinkan untuk memindahkan material dalam jumlah besar.

b. Kecepatan dapat disesuaikan.

c. Penanganan dapat digabungkan dengan aktivitas lainnya seperti proses dan inspeksi.

d. Serba guna dan dapat ditaruh di atas lantai maupun di atas operator. e. Bahan dapat disimpan sementara antar stasiun kerja.

f. Pengiriman/pengangkutan bahan secara otomatis dan tidak memerlukan bantuan beberapa operator.

g. Tidak memerlukan aisle (gang).

(11)

a. Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutan terbatas pada area tersebut.

b. Dimungkinkan terjadi botlenecks dalam sistem.

c. Kerusakan pada salah satu bagian menghentikan aliran proses.

d. Conveyor ada pada tempat yang tetap, sehingga akan mengganggu gerakan peralatan bermesin lainnya.

Di dalam lingkungan industri, terdapat beberapa tipe conveyor yang biasa dipergunakan, antara lain belt conveyor, roller conveyor, screw conveyor, chain conveyor, overhead monorail conveyor, trolley conveyor, dan sebagainya.

Gambar-gambar berikut ini merupakan beberapa contoh conveyor yang ada pada suatu pabrik.

(12)

2. Cranes dan Hoists

Cranes (Derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang

digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas.

Keuntungan Cranes dan Hoists:

a. Dimungkinkan untuk mengangkat dan memindahkan benda. b. Keterkaitan dengan lantai kerja/produksi sangat kecil.

c. Lantai kerja yang berguna untuk kerja dapat dihemat dengan memasang peralatan handling berupa cranes.

Kerugian Cranes dan Hoists :

a. Membutuhkan investasi yang besar. b. Pelayanan terbatas pada area yang ada.

c. Crane hanya bergerak pada arah garis lurus dan tidak dapat dibuat berputar/belok.

d. Pemakaian tidak dapat maksimal sesuai yang diinginkan karena crane hanya digunakan untuk periode waktu yang pendek setiap hari kerja.

(13)

Gambar 3.39. Crane

Seperti halnya conveyor, terdapat beberapa tipe cranes dan hoist yang tergantung dari kegunaannya. Tipe-tipe cranes tersebut antara lain jib crane, bridge

crane, gantry crane, tower crane, stackcr crane, dan sebagainya.

Beberapa contoh cranes dan hoist ditunjukkan oleh gambar 3.44.

(14)

3. Trucks

Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat mcmindahkan material dengan

berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok truck antara lain, fork lift trucks, hand trucks, fork trucks, trailer trains, automated guided

vehicles (AGV), dan sebagainya.

Keuntungan trucks :

b. Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, oleh sebab itu dapat digunakan di mana-mana selama ruangan dapat untuk dimasuki trucks. c. Mampu untuk loading, unloading dan mengangkat kecuali memindahkan

material.

d. Karena gerakannya tidak terbatas, memungkinkan untuk melayani tempat yang berbeda, truck dapat mencapai tingkat pemakaian yang tinggi.

Kerugian trucks :

a. Tidak mampu menangani beban yang berat.

b. Mempunyai kapasitas yang terbatas setiap pengangkutan. c. Memerlukan gang.

d. Sebagian besar trucks harus dijalankan oleh operator.

e. Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda/gabungan yaitu proses dan inspeksi seperti peralatan lainnya.

(15)

Gambar 3.41. Hand Truck

(16)

Gambar 3.43. Automated Guided Vehicies (AGV)

3.6.4. Prinsip- Prinsip Material handling

Merancang dan mengoperasikan sistem material handling merupakan pekerjaan yang rumit karena banyak masalah-masalah yang terlibat. Ada aturan yang tidak terdefinisi yang dapat menentukan kesuksesan sistem material handling. Salah satu sumbangan terbesar terhadap penganalisisan maupun pada perancangan sistem material handling adalah pengalaman. Tetapi dibutuhkan waktu bertahun-tahun dengan keragaman situasi yang cukup luas agar dapat mengumpulkan pengalaman ini. Dua puluh prinsip material handling seperti tercatat pada tabel berikut ini.

(17)

Tabel 3.3. Prinsip prinsip material handling No. Prinsip Keterangan

1 Perencanaan Semua perencanaan material dan aktivitas-aktivitas penyimpanan untuk mendapatkan efisiensi operasi semaksimal mungkin.

2 Sistem aliran Mengintegrasi sebanyak mungkin aktivitas penanganan dan mengkoordinasikan sistem operasi meliputi agen, penerimaan, penyimpanan, produksi, inspeksi, pengawasan, transportasi dan konsumen.

3 Aliran Material Merencanakan urutan operasi dan tata letak peralatan untuk mengoptimumkan aliran barang/material.

4 Penyederhanaan Menyederhanakan penanganan dengan cara mengurangi, menghilangkan, menggabungkan pemindahan atau peralatan yang tidak perlu.

5 Gravitasi Gunakan gravitasi untuk memindahkan barang jika mungkin.

6 Memanfaatkan ruangan

Memanfaatkan volume bangunan seoptimal mungkin.

7 Ukuran satuan Tingkatkan jumlah, ukuran, berat beban, atau tingkat aliran.

8 Mekanisasi Operasi penanganan secara mekanik.

9 Otomasi Gunakan peralatan otomatis untuk produksi, penanganan dan penyimpanan.

10 Pemilihan

peralatan Dalam pemilihan peralatan, pertimbangkan semua aspek penanganan material, pemindahan dan metode yang digunakan.

11 Standardisasi Standardisasi metode penanganan, jenis dan ukuran peralatan penanganan.

12 Kemampuan asdaptasi

Gunakan metode dan peralatan yang dapat menjalankan berbagai macam tugas dan penerapan dengan baik.

13 Bobot mati Mengurangi perbandingan bobot mati dari peralatan penanganan yang bergerak terhadap beban yang dibawa.

(18)

14 Utilisasi Rencanakan pemakaian peralatan penanganan dan man power atau sumber tenaga daya manusia secara optimum. 15 Perawatan Rencanakan perawatan pencegahan dan jadwal perbaikan

dari semua peralatan penanganan.

16 Keuangan Ganti metode dan peralatan penanganan yang usang dan jika ada metode atau peralatan yang lebih efisien akan meningkatkan operasi.

17 Pengawasan Gunakan aktivitas-aktivitas penanganan material untuk meningkatkan pengendalian produksi, pengendalian persedlaan dan penanganan biaya.

18 Kapasitas Gunakan peralatan penanganan untuk membantu dalam mencapal kapasitas produksi yang diinginkan.

19 Efektivitas Tentukan efektivitas kinerja penanganan dalam bentuk biaya persatuan yang ditangani.

20 Keamanan Tetapkan metode dan perlatan yang sesuai untuk keamanan penanganan.

(Sumber: Meyers, F.E. hal. 161 )

Prinsip-prinsip ini dapat disusun agak ringkas untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh, prinsip untuk menurunkan biaya penanganan, salah satunya harus mengurangi penanganan yang tidak diperlukan dengan cara merencanakan perpindahan material dengan tepat, pengiriman satuan ke tempat yang dituju dilakukan pertama kali tanpa singgah ke tempat lain, gunakan peralatan material handling secara tepat, mengganti peralatan yang rusak dengan yang baru, sistem yang lebih efisien dan dengan mcngurangi ratio beban mati terhadap muatan/beban yang dibawa.

Prinsip untuk meningkatkan produktivitas dilakukan dengan memininumkan waktu tunggu operator mesin, dengan mengirim bahan baku dan sub assembling

(19)

bila diperlukan dan dengan mempertahankan gerakan yang stabil dari laju kerja yang dipadukan dengan laju operator mesin.

Prinsip untuk memproduktifkan tenaga kerja dilakukan dengan menghilangkan aktivitas-aktivitas tidak produktif dihubungkan dengan penanganan material secara tepat, dengan mengeluarkan komponen yang rusak dari lintasan perakitan sebelum mencapai stasiun kerja, tidak menggunakan peralatan khusus dan tidak standar, dan dengan menyelaraskan perpindahan material di lingkungan pabrik.

Prinsip yang dapat mengurangi penggunaan luas lantai dilakukan dengan menggunakan peralatan penanganan material dan jadwal produksi yang akan diperlukan untuk meminimumkan jumlah barang di lantai, dengan menyimpan material di tempat yang tidak menghalangi lintasan produksi, dengan menyusun tata letak pabrik agar supaya aliran material antar stasiun dapat lancar.

3.6.5. Hubungan Antara Penanganan Material dan Tata Letak Pabrik

Dalam sistem manufaktur, dua aktivitas yang sering berpengaruh satu sama lain adalah penanganan material dan tata letak pabrik. Hubungan dua aktivitas menyangkut data yang diperlukan untuk rancangan tiap aktivitas, tujuan umum, pengaruh ruangan dan pola aliran. Secara khusus masalah tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan agar penempatan departemen dapat menimbulkan total biaya penanganan material yang minimum. Oleh karenanya dalam perancangan sistem penanganan material, harus diketahui panjang perpindahan material, waktu perpindahan, sumber dan tujuan perpindahan.

(20)

Beberapa perancang menganggap perlu untuk menyelesaikan masalah ini secara bersama. Cara yang mungkin adalah mengawali dengan satu masalah, dengan menggunakan solusi pada masalah lainnya. Kemudian kembali ke masalah pertama dan memodifikasi masalah pertama berdasarkan pada informasi baru yang didapat dari yang kedua dan seterusnya sampai perancangan yang baik didapat.

Tata letak pabrik dan penanganan material mempunyai tujuan umum yaitu meminimumkan biaya. Biaya penanganan material dapat diminimumkan dengan menyusun lebih dekat departemen-departemen yang berhubungan, agar perpindahan material pada jarak yang pendek.

Dari uraian di atas jelas bahwa pada saat perencanaan tata letak pabrik, pada saat itu pula dipikirkan perencanaan fasilitas penanganan material yang akan diaplikasikan. Perlu dipahami bahwasanya sekali pabrik berdiri, tata letak fasilitas produksi sudah ditetapkan dan mesin/peralatan produksi sudah terpasang, maka di saat itu pula akan kecil kemungkinannya untuk memperbaiki metode material

handling. Dengan demikian pertimbangan faktor material handling, baik metode

maupun peralatan yang akan dipakai jelas harus selalu diperhatikan pada saat membuat rancangan tata letak. Sekali keliru dalam perancangan maka untuk seterusnya kita akan menjalankan kekeliruan sampai ada kesempatan untuk merombak tata letak yang ada.

(21)

3.6.6. Biaya Material Handling

Minimasi biaya merupakan salah satu tujuan utama dari sistem penanganan material. Ada beberapa cara untuk meneapai tujuan tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Mengurangi waktu menganggur peralatan.

b. Pemakaian maksimum peralatan untuk mendapatkan satuan muatan yang tinggi. c. Meminimumkan perpindahan penanganan material dan mengurangi gerakan

mundur untuk mengurangi biaya operasi.

d. Mengatur departemen-departemen sedekat mungkin agar perpindahan material menjadi pendek.

e. Mencegah perbaikan yang besar dengan melakukan perencanaan aktivitas perawatan yang lebih baik.

f. Harus menggunakan peralatan yang tepat untuk mengurangi kerusakan material dan menggunakan muatan satuan yang sesuai.

g. Sedapat mungkin menggunakan prinsip gravitasi, yang dapat mengurangi biaya operasi.

h. Menghindarkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak aman bagi tenaga kerja seperti mengangkat beban yang terlalu berat.

i. Mengurangi keanekaragaman jenis peralatan untuk mengurangi kebutuhan investasi dan keanekaragaman komponen/spare part.

(22)

Penentuan ongkos material handling dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tata letak fasilitas. Ditinjau dari segi biaya, tata letak yang baik adalah yang mempunyai total ongkos material handling kecil, meskipun dalam hal ini biaya bukan satu-satunya indikator unluk menyatakan bahwa tata letak itu baik dan masih banyak faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Secara umum biaya yang termasuk dalam perancangan dan operasi sistem penanganan material adalah sebagai berikut.

1. Biaya investasi

Yang termasuk dalam biaya ini adalah harga pembelian peralatan, harga komponen alat bantu dan biaya instalasi.

2. Biaya operasi, yang terdiri dari: a. Biaya perawatan

b. Biaya bahan bakar

c. Biaya tenaga kerja yang terdiri dari upah dan jaminan kecelakaan.

3. Biaya pembelian muatan, yang digolongkan dalam pembelian pallets dan container.

4. Biaya yang menyangkut masalah pengepakan dan kerusakan material.

Berikut adalah contoh perhitungan ongkos material handling persatuan jarak (OMH/m).

Contoh

Sebuah alat angkut ‘forklift’ dibeli dengan harga Rp. 50.000.000,- diharapkan umur ekonomis 5 tahun. Biaya bahan bakar adalah Rp. 20.000,-/8 jam,

(23)

sedang biaya perawatan sebesar Rp. 5.000,-/jam. Jika forklift berjalan rata-rata 15.000 m per hari, tentukan biaya per satuan jarak (m), diasumsikan bahwa alat angkut beroperasi 300 hari/tahun dan upah operator adalah Rp. 10.000,-/jam. Penyelesaian:

a. Menentukan depresiasi dengan menggunakan depresiasi garis lurus:

jam Rp jam hari th hari th Rp / , 166 . 4 . 8 300 5 1 1 , 000 . 000 . 50 . = × × × × −

b. Jarak pengangkutan tiap jam adalah:

jam m jam hari hari m 1875 / 8 1 / 000 . 15 × =

c. Total biaya = Biaya (maintenance + bahan bakar +depresiasi + operator)

jam Rp jam Rp 4.166 10.000) .21.666 / 8 000 . 20 000 . 5 .( + + + =

d. Ongkos material Handling (OMH/M):

m Rp jam m jam Rp / 5 , 11 . / 1875 / , 666 . 21 . 5 = −

3.6.7. Pemilihan Peralatan Material Handling

Pemilihan peralatan material handling secara umum dapat dilihat dari tujuan dan kegunaan peralatan yang akan digunakan. Sebagai contoh, conveyor digunakan dimana aliran material adalah kontinyu, dan jalur perpindahan material adalah tetap. Selain itu conveyor mempunyai kapasitas besar untuk memindahkan material, baik material yang dikemas dalam kotak, pallet kecil, atau kantong, maupun material dalam bentuk lepas seperti kepingan, produk tempaan, atau

(24)

produk cetak. Conveyor juga tidak memerlukan aisle (gang) yang cukup lebar dan dapat diletakkan di atas operator sehingga sedikit banyak akan mengurangi penggunaan ruangan.

Trucks umumnya digunakan untuk pengiriman dalam bentuk kelompok dan

tingkat fleksibilitas cukup tinggi. Permintaan antara dua stasiun mungkin berubah berdasarkan perencanaan produk dan transportasi dengan menggunakan trucks dapat memenuhi perubahan kapasitas tersebut dengan mudah. Jalur trucks yang digunakan antara dua departemen dapat diatur sesuai kebutuhan. Trucks dapat juga digunakan untuk bongkar muat ke sebuah conveyor. Keuntungan dari trucks adalah fleksibilitas pemindahan material pada jarak pendek sehingga dapat dilakukan pemindahan material antara conveyor dan stasiun kerja.

Cranes utamanya digunakan untuk mengangkat benda yang cukup berat.

Gerakan cranes agak terbatas dan biayanya cukup mahal. Ada beberapa aktivitas dalam produksi di mana material dipindahkan. Suatu contoh, aktivitas yang menonjol dan sangat kritis dalam gudang adalah penerimaan, penyimpanan dan pengambilan material, komponen assembling dan produk akhir. Tiap-tiap tahap mempertimbangkan penanganan material yang melibatkan besarnya luasan.

Efisiensi operasi gudang tergantung atas pemilihan peralatan yang sesuai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pemilihan peralatan material handling adalah (Sule D., R.,):

a. Material yang dipindahkan. Jenis, berat, volume, bentuk, ukuran material yang dipindahkan.

(25)

b. Perpindahan/gerakan. Frekuensi, jalur, lebar gang, mekanisme loading dan un-loading.

c. Penyimpanan. Area, volume, bentuk dan ukuran fasilitas pe-nyimpanan, jarak antara kolom dan batasanbatasan lainnya.

d. Biaya. Biaya operasi dan investasi peralatan, tingkat suku bunga, depresiasi, umur ekonomis peralatan.

e. Faktor-faktor lain. Fleksibilitas dalam melakukan pekerjaan ganda dan pekerjaan atas beberapa produk yang berbeda.

Data material handling digunakan untuk menentukan peralatan material handling berdasarkan atas rute-rute yang mungkin, nantinya hanya ada satu peralatan yang mungkin untuk transportasi. Sebagai contoh, forklift atau truck kemungkinan bisa digunakan pada rute yang sejenis. Kedua alternatif penggunaan alat material handling tersebut harus dievaluasi dan disesuaikan. Berikut beberapa contoh analisis ekonomi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi peralatan material handling yang diperlukan.

Contoh :

Dua peralatan material handling, hand truck dan forklift digunakan untuk memindahkan produk A dan B. Tentukan peralatan yang lebih hemat, jika karakteristik produk dan spesifikasi peralatan seperti pada tabel-tabel di bawah ini:

(26)

Tabel 3.4. Karakteristik produk Produk yang dipindahkan Volume (P x L x T) (cm) Jarak Pemindahan Satuan yang dipindahkan/ hari A 30 x 15 x 15 150 m 230 B 60 x 60 x 60 75 m 260

Tabel 3.5. Spesifikasi peralatan Peralatan Maksimum Volume (P x L x T) (cm) Biaya bongkar/ muat tiap perpindahan Ongkos material handling (OMH/m) Hand Truck 150 x 90 x 120 Rp. 50.000 Rp. 1.500 Forklift 120 x 120 x 120 Rp. 25.000 Rp. 7.500 Jawab:

Langkah I : Menentukan kapasitas peralatan

Pada langkah ini kapasitas peralatan didapat dari volume peralatan dibagi dengan volume produk.

Produk A:

Kapasitas handtruck jika memindahkan produk A adalah :

unit Kapasitas 5 6 8 240 15 120 15 90 30 150 × × = × × = =

Kapasitas forklift jika memindahkan produk A adalah:

unit Kapasitas 4 8 8 256 15 120 15 120 60 120 × × = × × = = Produk B

(27)

unit Kapasitas 2 1 2 4 60 120 60 90 60 150 × × = × × = =

(Pada kasus ini dilakukan pembulatan dikarenakan hasil baginya bernilai pecahan, misalkan 150/60 =2,5 dibulatkan menjadi 2 dengan dilakukan pembulatan kebawah, maka peralatan mempunyai ruang kosong)

Kapasitas forklift jika memindahkan produk B adalah:

unit Kapasitas 2 2 2 8 60 120 60 120 60 120 × × = × × = =

Langkah II. Menentukan frekuensi pemindahan

Frekuensi pemindahan produk A dengan menggunakan handtruck adalah:

1 958 , 0 240 230 = = = angkut alat kapasitas dipindah yang satuan Frekuensi

Produk A jika dipindahkan dengan hantruck hanya terjadi satu kali pemindahan setiap hari, dengan cara yang sama maka,

Frekuensi pemindahan produk B dengan menggunakan handtruck terjadi 65 kali

pemindahan.

Frekuensi pemindahan produk A dengan menggunakan forklift terjadi 1 kali

pemindahan.

Frekuensi pemindahan produk B dengan menggunakan forklift terjadi 33 kali

pemindahan.

(28)

Tabel 3.6. Frekuensi Material Handling Jenis Produk Peralatan Produk A Produk A Hand Truck 230/240 ≈ 1 260/4 ≈ 65 Forklift 230/256 ≈ 1 260/8 ≈ 33

Langkah III. Menentukan biaya pemindahan Biaya pemindahan dengan menggunakan handtruck:

[( Frekuensi Produk A x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak Pemindahan

Produk A)] +[(Frekuensi Produk B x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak

Pemindahan Produk B)]

[(1 x Rp. 50.000 ) + (Rp 1500/m x 150 m)]+[( 65 x Rp 50.000)+(Rp 1500/m x 75 m)] = Rp. 3.637.500,-

Biaya pemindahan dengan menggunakan forklift:

[( Frekuensi Produk A x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak Pemindahan

Proauk A)] +[(Frekunesi Produk B x biaya bongkar/muat) + (OMH/m x Jarak

Pemindahan Produk B)]

[(1 x Rp. 25.000 ) + (Rp 7500/m x 150 m)]+[( 33 x Rp 25.000)+(Rp 7500/m x 75 m)] = Rp. 2.537.500,-

Dari perhitungan di atas, alat angkut forklift lebih hemat.

3.7. Opti masi Tata Letak Pergudangan Pene mpatan Produk

Model tata letak gudang pada bagian ini adalah penentuan lokasi produk yang disimpan di gudang. Model yang digunakan dalam penyimpanan produk pada suatu gudang dengan mempertimbangkan jarak rectilinear. Formula yang digunakan:

(29)

Minimize = PiDikXjk Lj Fj n i m k q j

= = =1 1 1 Kendala: m k Xjk q j , ... 1 1 1 = =

= q j Lj Xjk m k , ... 1 1 = =

=

Xjk = (0,1) untuk semua j dan k Dengan:

q = Jumlah produk

m = Jumlah lokasi penyimpanan n = Jumlah dock (lokasi input/output)

Lj = Jumlah lokasi penyimpanan untuk produk j

Fj = Jumlah perpindahan / laju masuk / keluar penyimpanan untuk produk j

Pi = Prosentase perpindahan masuk / keluar penyimpanan dari / ke titik i (dock)

Titik i/0 atau dock i mempunyai peluang yang sama untuk memindahkan produk dari beberapa lokasi penyimpanan untuk produk j

f

k =

= n i Pidik 1

f

k = Jarak perpindahan antara lokasi penyimpanan dan dock

Untuk meminimasi total jarak perpindahan dilakukan dengan (1) menghitung

f

k untuk setiap lokasi penyimpanan, (2) menentukan jumlah produk

(30)

yang disimpan untuk setiap produk, (3) menyimpan produk 1 ke lokasi penyimpanan 1 yang mempunyai nilai

f

k terkecil.

Contoh :

Sebuah gudang seperti pada gambar 3.49. Setiap segmen gudang berukuran 25 m x 25 m yang digunakan untuk penyimpanan, ada empat jenis produk yaitu A, B, C dan D. yang akan disimpan. Tiap jenis produk dalam pe-nyimpanan tidak dapat dicampur pada satu segmen. Produk diterima dari dock 1 dengan prosentase 50% dan dikeluarkan dari dock 2 dan dock 3 dengan peluang yang sama. Kebutuhan area dan laju beban setiap minggu untuk setiap produk seperti pada tabel berikut.

(31)

Tabel 3.7. Kebutuhan Area dan Laju Beban Produk Area (m2) Laju Beban / minggu

A 4375 500

B 7500 600

C 1500 700

D 6250 200

Langkah 1

Menghitung

f

x untuk setiap lokasi penyimpanan, sebagai contoh untuk

menghitung lokasi penyimpanan 1 dan 9 sebagai berikut.

f

x (l) = (0,5) 50 + (0,25) 200 + (0,25) 250 = 137,5

(Prosentase dock 1 x jarak rectilinear dari dock 1 ke centroid lokasi 1 ) + ( prosentase dock 2 x jarak rectilinear dari dock 2 ke centroid lokasi 1) + (prosentase dock 3 x jarak rectilinear dari dock 3 ke centroid lokasi 1 )

f

x (9) = (0,5) 25 + (0,25) 200 + (0,25) 225 = 118,75

(32)

Langkah 2

Tabel 3.8. Jumlah lokasi penyimpanan dan nilai Tj/Sj Produk Area Laju Beban Jumlah Lokasi Tj/Sj

(m2) T Penyimpanan (S)

A 4375 500 4375/625 (25X25) =7 500/7 = 71,42

B 7500 600 7500/625 = 12 600/12 = 50

C 1500 700 1500/625 = 3 700/3 = 233,3

D 6250 200 6250/625 = 10 200/10 = 20

Berdasarkan perhitungan Tj/Sj urutan produk : C > A > B > D

Langkah 3

Urutan terbesar adalah produk C di mana produk C memerlukan 3 lokasi dan akan ditempakan pada lokasi dengan nilai

f

x terkecil (lihat gambar

3.50.

f

x terkecil terletak pada lokasi 9, 10, 11 ...24). Urutan kedua adalah produk

A yang memerlukan 7 lokasi penyimpanan dan ditempatkan pada lokasi dengan nilai yang kecil setelah produk C dan seterusnya. Dengan demikian lokasi penyimpanan adalah sebagai berikut.

(33)
(34)

3.8. Analisa dan Perancangan Sistem Berbasis Objek

3.8.1. Konsep Dasar OOA/D (Object Oriented Analysisi and Design)

Konsep analisa dan perancangan berorientasi objek (Object - Oriented) merupakan suatu konsep pemodelan sistem dari sudut pandang objek beserta sifat - sifatnya. Konsep ini memungkinkan kita untuk menciptakan serangkaian objek yang bekerja bersama-sama dalam menghasilkan software yang lebih baik jika dibandingkan dengan teknik yang tradisional. Sistem menjadi lebih mudah diadaptasi terhadap perubahan permintaan, lebih mudah dikembangkan, lebih tahan dan meningkatkan desain dan penggunaan kode dengan lebih baik. Orientasi terhadap Object – Oriented ini bukan berdasarkan bagaimana objek melakukan sesuatu tetapi lebih kepada apa yang objek lakukan.

Suatu model yang dirancang dengan pendekatan berorientasi objek umumnya memiliki karakteristik yang mudah dimengerti dan dapat secara langsung berhubungan dengan dunia nyata. Oleh karena itu, semantic gap yang terjadi antara objek sesungguhnya dengan model objek dalam rancangan logik dapat ditekan sekecil mungkin (Jacobson, 1996, p.42).

3.8.1.1. Pengertian Objek

Objek adalah sebuah entitas yang dapat menyimpan informasi dan menawarkan sejumlah operasi untuk mengevaluasi maupun mempengaruhi keadaan entitas itu sendiri. Sebuah objek ditandai dengan sejumlah operasi dan sebuah state / informasi yang mengingat akibat / efek dari operasi tersebut.

(35)

Menurut Mathiassen (2000, p.4), Objek adalah :“Sebuah entitas yang memiliki identitas, state, dan operasi ( behavior).”

Ciri – ciri yang dimiliki oleh suatu objek adalah :

1. Setiap objek memiliki suatu identitas, atau informasi individual yang unik, disebut dengan atribut. Contohnya, seorang mahasiswa mempunyai atribut NIM, dan setiap mahasiswa mempunyai NIM masing – masing, sehingga ini merupakan suatu identitas yang unik.

2. Objek dapat melakukan suatu operasi ( behavior).

3. Objek dapat dikomposisikan menjadi bagian – bagian yang terpartisi yang dinyatakan dalam hubungan agregat.

3.8.1.2. Class dan Instance

Menurut Jacobson (1996, p.46) class adalah: “Penggolongan objek - objek ke dalam suatu kelompok berdasarkan kesamaan karakteristik dinyatakan dalam

class. Sebuah class dapat merupakan sebuah definisi, atau cetakan (template), yang

memungkinkan penciptaan objek baru, dan merupakan deskripsi dari sejumlah karakteristik umum yang sama - sama dimiliki oleh sejumlah objek “

Menurut Mathiassen (2000, p.4), class adalah “deskripsi dari kumpulan objek – objek yang mempunyai kesamaan struktur, pola operasi, dan atribut.”

Objek dalam class yang sama memiliki definisi yang sama pula baik untuk operasinya maupun struktur informasinya. Contohnya, class kendaraan merupakan sebuah model dengan karakteristik dijalankan oleh mesin dan digunakan untuk transportasi. Dari class ini dapat diturunkan objek - objek seperti mobil, motor,

(36)

pesawat, dan sebagainya karena semua itu memiliki karakteristik yang sama dalam

class kendaraan, yakni semuanya dijalankan oleh mesin dan untuk tujuan

transportasi. Objek mobil, motor dan pesawat tersebut disebut sebagai instance. Sebuah instance merupakan objek yang diciptakan dari class dengan struktur yang didefinisikan dari class.

Gambar 3.47. Class

3.8.1.3. Encapsulation, Inheritance, dan Polymorphism 3.8.1.3.1.Inheritance

Inheritance adalah properti dalam sistem berorientasi objek yang

memungkinkan objek dibangun dari objek yang lain dan menciptakan sebuah class baru yang memiliki sifat - sifat induknya, ditambah karakteristik khas individualnya. Jika class B meng-inherit class A, maka operasi dan struktur informasi yang terdapat pada class A akan menjadi bagian dari class B. keuntungan menggunakan teknik ini adalah kita dapat membangun dari objek yang sudah kita miliki sebelumnya atau penggunaan kembali dari apa yang kita miliki.

(37)

3.8.1.3.2.Encapsulation dan Information Hiding

Encapsulation atau penyembunyian informasi merupakan suatu prinsip

penyembunyian data internal dan prosedur (method) dari objek dan menyediakan sebuah interface pada setiap objek dengan cara tertentu untuk menyatakan sebisa mungkin tentang apa yang dilakukan objek. Secara tradisional, data dan fungsi dalam sebuah program adalah independen. Seperti dalam pemrograman modular dan abstraksi data, pemrograman berorientasi objek mengelompokkan data dengan fimgsi yang beroperasi pada data tersebut. Setiap objek kemudian mempunyai sebuah set data dan sebuah set method secara logik.

3.8.1.3.3.Polymorphism

Poly berarti “banyak” dan morph berarti “bentuk”. Dalam konteks sistem berorientasi objek, artinya objek dan dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda.

Polymorphism adalah kemampuan dari tipe objek yang berbeda untuk menyadari property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda. Polymorphism adalah

hasil natural dari fakta bahwa objek dari tipe yang berbeda (bahkan dari subtipe yang berbeda) dapat menggunakan property dan operasi yang sama dalam hal yang berbeda (Aitken, 1999, p.7).

Secara umum dapat dikatakan bahwa pengirim stimulus atau bagian yang memicu tidak perlu mengetahui bagaimana suatu method diimplementasikan. Sebagai contoh, objek dari tipe kendaraan semuanya mempunyai operasi “akselerasi” walaupun mungkin saja terdapat perbedaan dalam melakukan

(38)

akselerasi dalam (sub) tipe kendaraan yang berbeda. Kendaraan darat biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui roda, dimana kendaraan air biasanya berakselerasi menggunakan tenaga yang diterapkan melalui baling - baling. Jika dipanggil method akselerasi, maka method tersebut akan memberikan hasil yang berbeda untuk kendaraan air dan kendaraan darat.

3.8.2. Metodologi Analisa dan Perancangan Sistem Berbasis Objek

Menurut Hans-Erik (1998, p.10-11), terdapat lima fase yang diperlukan untuk mengembangkan system dengan metode object oriented, yaitu sebagai berikut :

1. Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)

Pada tahap ini, akan digunakan use case untuk menangkap kebutuhan dari pengguna. Melalui pemodelan use case, aktor-aktor eksternal yang berhubungan dengan sistem dimodelkan sesuai dengan fungsionalitas yang mereka butuhkan dari sistem (atau disebut dengan use case) . Aktor dan use

case dimodelkan dengan relasi dan mempunyai asosiasi komunikasi antara satu

dengan yang lain atau dibentuk ke dalam hirarki. Aktor dan use case ini dijelaskan dalam sebuak diagram use case UML. Masing-masing use case dijelaskan dengan teks yang menjelaskan tentang spesifikasi kebutuhan dari pengguna. Tahap requirements analysis ini dapat juga dijalankan dengan proses bisnis, tidak hanya untuk sistem perangkat lunak.

(39)

Fase analisis berhubungan dengan abstraksi yang paling utama (classes dan object) dan mekanisme yang ditampilkan dalam domain masalah. Kelas-kelas yang memodelkan ini akan diidentifikasi bersamaan dengan relasi antar masing-masing kelas dan digambarkan dalam sebuah class diagram UML. Dalam tahap analisis, hanya kelas yang terdapat dalam domain masalah (konsep dunia aslinya) yang dimodelkan., bukan kelas-kelas teknikal yang menjelaskan detil dan solusi dari sistem perangkat lunak, seperti kelas-kelas untuk interface pengguna, database, komunikasi dan sebagainya.

3. Perancangan (Design)

Dalam fase perancangan, hasil dari analisis dijabarkan ke dalam suatu solusi teknis. Kelas-kelas baru ditambahkan untuk menyediakan infrastruktur teknis, seperti interface pengguna, database untuk menyimpan objek-objek data, komunikasi dengan sistem yang lain, komunikasi sistem dengan device (peralatan lain) dan lain sebagainya. Kelas domain masalah yang diperoleh dari tahap analisis ditambahkan ke dalam infrastruktur teknis ini, sehingga mampu untuk mengubah baik domain masalah maupun infrastruktur. Tahap desain ini menghasilkan suatu spesifikasi detil yang berguna bagi fase konstruksi.

4. Pemrograman (Programming)

Dalam tahap pemrograman atau konstruksi, kelas dari tahap perancangan diubah menjadi kode aktual yang terdapat dalam bahasa pemrograman berorientasi objek (penggunaan bahasa prosedural tidak disarankan). Bergantung kepada kemampuan dari bahasa yang dipergunakan, hal ini bisa menjadi proses yang susah atau sebaliknya. Ketika membuat model

(40)

analisis dan perancangan dengan UML, sebaiknya jangan mencoba untuk secara langsung mengubah model menjadi kode pemrograman. Pada tahap awal, model merupakan suatu media untuk memahami dan membentuk struktur dari sebuah sistem, sehingga berusaha untuk langsung mencoba memikirkan pemrograman malahan akan tidak produktif dalam menciptakan model yang sederhana dan benar. Pemrograman merupakan tahap yang terpisah untuk mengubah model ke dalam kode pemrograman.

5. Pengujian (Test)

Sebuah sistem normalnya dicoba dengan pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian sistem dan pengujian penerimaan. Pengujian unit dilakukan terhadap kelas-kelas individual atau kelompok dari kelas, dan biasanya dilakukan oleh programmer. Pengujian integrasi mengintegrasi komponen-komponen dan kelas-kelas untuk memastikan bahwa komponen-komponen dan kelas dapat bekerja sama sesuai spesifikasi kebutuhan. Pengujian sistem melihat sistem sebagai suatu ”Black Box” dan memastikan bahwa sistem mempunyai fungsi akhir sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengujian penerimaan dilakukan oleh pengguna untuk memastikan bahwa sistem sesuai dengan kebutuhan. Tim penguji yang berbeda menggunakan diagram UML yang berbeda pula sebagai landasan dalam bekerja. Untuk pengujian unit, digunakan class diagram dan spesifikasi kelas, untuk pengujian integrasi, digunakan component dan

collaboration diagram, sedangkan untuk pengujian sistem, digunakan use case diagram untuk memastikan bahwa sistem bekerja sesuai dengan definisi awal

(41)

3.9. Pengembangan Sistem Informasi Berbasis Objek 3.9.1. Perencanaan dan Pemilihan Sistem

Pengembangan sistem informasi berbasis objek diawali dengan tahap perencanaan dan pemilihan sistem yang merupakan tahap pengumpulan informasi awal untuk aplikasi yang akan dibangun dan didasarkan pada hasil interview dengan pihak terkait perusahaan dan pengamatan secara langsung Tahap perencanaan dan pemilihan sistem ini disebut juga dengan tahap pre-analysis. Menurut Mathiassen (2000 p.37 – 40), pada tahap ini terdapat 2 kegiatan utama, yaitu menentukan definisi sistem dan kriteria FACTOR.

3.9.1.1.Definisi Sistem (System Definition)

Suatu difinisi system menggambarkan keseluruhan dari gambaran system yang memfokuskan kepada bagaimana semua bagian dan komponen saling berinteraksi satu dengan lainnya. Maka dari itu, suatu definisi system lebih menggambarkan property-properti yang mengacu pada system daripada detil dari komponen Definisi system ini juga berguna untuk menggambarkan batasan-batasan spesifik yang berada diluar dari sistem. (Mathiassen 2000, p.37-38)

3.9.1.2.Kriteria FACTOR

Menurut Mathiassen (2000, p.39-40), FACTOR merupakan kriteria-kriteria dari difinisi system yang terdiri dari 6 elemen, yaitu :

(42)

• Functionality : merupakan fungsi-fungsi dari system yang mendukung tugas-tugas dari application-domain.

• Application Domain : merupakan bagian-bagian dari organisasi yang mengadministrasi, memonitor dan mengendalikan suatu problem domain.

• Conditions : merupakan gambaran tentang kondisi di mana system akan dikembangkan dan dipakai.

• Technology : merupakan teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan dan menjalankan system.

• Objects : merupakan objek-objek utama yang ada di dalam problem domain. • Responsibility : merupakan keseluruhan tanggung jawab dari system yang

berhubungan dengan konteks dari system tersebut.

3.9.2. Analisa Sistem

Dalam pengembangan system informasi berorientasi objek, terdapat dua analisa utama yang mesti dilakukan, yaitu analisa kebutuhan dan analisa domain.

3.9.2.1.Analisa Kebutuhan (Requirements Analysis)

Pada tahapan ini lebih difokuskan pada aplikasi suatu sistem, yaitu bagaimana suatu sistem akan digunakan oleh pengguna. Laporan yang diperoleh dari hasil analisa kebutuhan adalah use case diagram, function list, user interface

dan navigation diagram.

(43)

Use Case adalah sekumpulan skenario yang menghubungkan antara user

dan sistem. Actor adalah sebuah role yang dimainkan seorang user terhadap sistem.

Use Case Diagram adalah kumpulan dari use case dan actor serta hubungannya.

Sedangkan gambaran besar yang merupakan gabungan dari seluruh use case

diagram yang terdapat di dalam sebuah sistem disebut System Level Use Case.

Gambar 3.48. Use Case Diagram ( Roff Jason T, 2003, p 53) Notasi-notasi pada Use Case Diagram :

• Extend

Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan saat kita menggambarkan sebuah variasi atas sebuah behaviour normal, dimana kita ingin menggunakan bentuk yang lebih mudah untuk dikontrol dan mendeklarasikan extension points dalam use case dasar kita.

(44)

Gambar 3.49. Extend Relationship • Include

Merupakan sebuah hubungan dalam use case, yang digunakan bila ada beberapa skenario yang berulang dibeberapa use case lainnya. Agar tidak terjadi perulangan, skenario ini dibuat menjadi sebuah use case yang akan di-include oleh use case lainnya.

Gambar 3.50. Include Relationship

3.9.2.1.2.Sequence Diagram

Sequence diagram merupakan salah satu diagram di UML yang bertujuan

untuk menggambarkan interaksi antara objek satu dengan objek yang lain.

Sequence diagram ini digunakan untuk untuk menggambarkan behavior dari sebuah

skenario dari beberapa objek yang dinyatakan dalam sebuah usecase tunggal.(Martin Fowler, 2005, p. 81).

(45)

Sequence diagram digambarkan dalam sebuah chart dua dimensi yang

terdiri dari sumbu vertikal yang menunjukkan kerangka dari time (waktu) dan sumbu horizontal menunjukkan sekumpulan dari objek-objek yang saling berinteraksi.

Komunikasi antara objek-objek dalam sequence diagram ditunjukkan dalam garis mendatar yang disebut sebagai garis komunikasi yang menyatakan

messages (pesan-pesan) berurutan yang dikirim dan diterima oleh sebuah objek.

Gambar 3.51. Sequence Diagram ( Roff Jason T, 2003, p 72)

Notasi - notasi yang terdapat pada Sequence Diagram : • Object

Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah kotak pada sisi atas dari garis putus-putus. Objek diawali dengan “:” (tanda titik dua), dan nama

(46)

objek berada di depan (sebelum) “:” (tanda titik dua) berada. Objek dan nama objek digaris bawahi dari awal ke akhir.

Gambar 3.52. Objek pada Sequence Diagram

• Object Lifeline

Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai garis vertikal putus - putus, yang mewakili keberadaan sebuah objek pada sebuah periode waktu. • Focus of Control

Pada Sequence Diagram, digambarkan sebagai sebuah persegi panjang pipih yang terdapat diatas lifeline, menggambarkan periode waktu dimana sebuah objek melakukan sebuah aksi.

O bject

O bject Lifeline Focus O f C ontrol

Gambar 3.53. Object Lifeline and Focus of Control pada Sequence Diagram • Message

(47)

Message pada Sequence Diagram digambarkan sebagai sebuah anak

panah diantara lifeline dari dua buah objek. • Condition

Condition merupakan sebuah kondisi yang menandakan kapan sebuah message harus dikirim (misalnya, [kena denda]). Message tersebut hanya akan

dikirim jika kondisinya benar • Return Message

Return Message merupakan sebuah hasil (output) yang dikirim oleh

sebuah objek kepada objek lain yang mengirimkan message padanya. Pada

Sequence Diagram, return message digambarkan sebagai sebuah anak panah

putus - putus diantara lifeline dari dua buah objek. Return message adalah notasi yang opsional sehingga dapat digambarkan bila dengan menggambarkannya akan memperjelas sequence diagram.

Gambar 3.54. Return Message pada Sequence Diagram • Self Call

Self Call pada Sequence Diagram adalah sebuah message yang dikirim

(48)

Gambar 3.55. Self Call pada Sequence Diagram

3.9.2.1.3.Function

Function merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh suatu sistem

sehingga sistem tersebut berguna bagi kebutuhan user. Sebuah fungsi awalnya diaktifkan, kemudian dijalankan dan menghasilkan suatu hasil. Function yang dijalankan dapat merubah state dari komponen model atau menciptakan suatu reaksi pada application domain atau problem domain. Suatu function merupakan

property abstract dari suatu sistem yang sangat dibutuhkan.

Menurut Mathiassen (2000, p.138), ada 4 macam type function :

• Update functions, diaktifkan oleh event pada problem domain dan menghasilkan perubahan pada state model.

• Signal function, diaktifkan karena perubahan pada state model dan menghasilkan suatu reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan kepada pengguna pada application domain, atau perubahan langsung pada

(49)

• Read function, digunakan ketika informasi dibutuhkan oleh actor untuk melaksanakan tugasnya dan kemudian system akan menampilkan bagian yang relevan dari model system tersebut.

• Compute function, digunakan ketika informasi dibutuhkan oleh actor untuk melaksanakan tugasnya yang terdiri dari proses perhitungan yang melibatkan informasi dari actor ataupun dari model. Hasilnya berupa hasil perhitungan tersebut.

3.9.2.1.4.Navigation Diagram

Navigation diagram atau dikenal juga dengan istilah lain seperti user interface-flow diagrams, storyboards, interface-flow diagrams, and context-navigation maps berguna untuk memodelkan hubungan antara elemen interface

utama pada level tinggi. Diagram ini digunakan untuk dua tujuan khusus. Pertama, digunakan untuk memodelkan interaksi yang dapat dilakukan user terhadap

software, seperti yang dijelaskan pada sebuah use case. Dan kedua, diagram ini

berguna untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang interface pengguna dari aplikasi yang dikembangkan.

Karena navigation diagram memberikan gambaran yang jelas tentang interface dari sistem, maka akan memudahkan dalam memahami bagaimana sistem diharapkan untuk bekerja. Selain itu, diagram ini dapat digunakan untuk menentukan apakah interface pengguna yang dirancang berguna atau tidak.

(50)

3.9.2.2. Analisa Domain (Domain Analysis)

Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap sistem yang akan dikembangkan. Fokus analisa adalah pada domain masalah utama yang ada (konsep dunia aslinya). Laporan yang dihasilkan pada tahap ini adalah class diagram dan pada kasus tertentu dapat ditambahkan state chart diagram untuk menjelaskan masing-masing kelas.

3.9.2.2.1.Class Diagram

Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface, dan collaboration, dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut

(attribute) dan operasi (operation) dari sebuah objek class.

Atribut adalah nama-nama properti dari sebuah kelas yang menjelaskan batasan nilainya dari properti yang dimiliki oleh sebuah kelas tersebut. Atribut dari suatu kelas merepresentasikan properti-properti yang dimiliki oleh kelas tersebut. Atribut mempunyai tipe yang menjelaskan tipe instansiasinya.

Operasi adalah implementasi dari layanan yang dapat diminta dari sebuah objek dari sebuah kelas yang menentukan tingkah lakunya. Sebuah operasi dapat berupa perintah ataupun permintaan. Sebuah permintaan tidak boleh mengubah kedudukan dari objek tersebut. Hanya perintah yang dapat mengubah keadaan dari sebuah objek. Keluaran dari sebuah operasi tergantung dari nilai keadaan terakhir dari sebuah objek.

(51)

Menurut Mathiasen (2000, p.72), struktur hubungan antar kelas digambarkan dengan struktur-struktur sebagai berikut :

• Generalization

Generalization Structure adalah suatu relasi / hubungan antara dua atau

lebih kelas yang khusus terhadap suatu kelas yang lebih umum.

Gambar 3.56. Generalization • Cluster

Cluster merupakan suatu kumpulan dari kelas-kelas yang berguna untuk

mendapatkan gambaran secara garis besar tentang problem domain. Cluster ini terdiri dari kelas-kelas yang saling berhubungan, seperti dapat dilihat pada gambar :

(52)

Gambar 3.57. Cluster

Menurut Mathiasen (2000, p.75), struktur hubungan antar objek digambarkan dengan struktur-struktur sebagai berikut :

• Aggregation

Aggregation atau agregasi adalah hubungan “bagian dari” atau “bagian

keseluruhan”. Suatu class atau objek mungkin memiliki atau bisa dibagi menjadi class atau objek tertentu, dimana class atau objek yang disebut kemudian merupakan bagian dari class atau objek yang terdahulu. Agregasi adalah bentuk khusus dari association. Menurut Mathiassen (2000, p.79), ada 3 tipe pemakaian dari struktur agregasi, yaitu sebagai berikut :

1. Whole-Part, di mana keseluruhan (whole) merupakan jumlah dari bagian-bagian (parts). Jika kita menambah atau mengurangi bagian-bagian, maka keseluruhan juga akan berubah.

(53)

2. Container-Content, container merupakan tempat dari bagian-bagian (content). Jadi jika kita menambah atau mengurangi content, maka property dari container tidak ikut berubah.

3. Union-Member, di mana union merupakan gabungan dari member yang terorganisir. Ketika beberapa member ditambah atau dikurangi, union tidak akan berubah, namun demikian, union mempunyai batasan minimal terhadap jumlah member, karena tidak mungkin memodelkan union tanpa adanya member.

Gambar 3.58. Aggregation

• Association

Association adalah hubungan antar benda struktural yang terhubung

diantara obyek. Kesatuan obyek yang terhubung merupakan hubungan khusus, yang menggambarkan sebuah hubungan struktural diantara seluruh atau sebagian. Umumnya assosiation digambarkan dengan sebuah garis yang

(54)

dilengkapi dengan sebuah label, nama, dan status hubungannya seperti terlihat dalam gambar :

Gambar 3.59. Association Structure

3.9.2.2.2.Statechart Diagram

Statechart Diagram digunakan untuk memodelkan behaviour dari sebuah

subsistem, interaksi antar kelas dengan interface dari sistem dan untuk merealisasikan use case. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram). (Jason T. Roff, 2003, p.13)

Gambar 3.60. Statechart Diagram

(55)

Dalam metode perancangan berorientasi objek terdapat dua perancangan utama yang mesti dilakukan, yaitu perancangan arsitektur dan perancangan komponen.

3.9.3.1.Perancangan Arsitektur

Tujuan dari perancangan arsitektur adalah untuk membuat struktur dari suatu system yang terkomputerisasi. Pada tahap ini, pertama-tama akan dilakukan pendefinisian dan pemilihan criteria yang diprioritaskan. Kriteria ini berguna untuk mengetahui kondisi dan prioritas yang diinginkan dari perancangan system. Kemudian akan dilakukan perancangan arsitektur komponen yang berguna untuk mengetahui struktur komponen dari system. Tahap yang terakhir adalah melakukan perancangan arsitektur proses. Perancangan arsitektur proses ini berguna untuk mengetahui bagaimana proses dari system didistribusikan dan dikoordinasikan.

3.9.3.1.1.Kriteria

Kriteria merupakan property-properti dari arsitektur yang lebih diutamakan. Menurut Mathiassen (2000, p.178), terdapat 12 kriteria klasik untuk menentukan kualitas dari software, yaitu sebagai berikut :

• Usable, merupakan kemampaun system untuk dapat beradaptasi baik terhadap kontek organisasi, teknis maupun yang berhubungan dengan kerja.

• Secure, aman terhadap akses terhadap data maupun fasilitas yang tidak berotorisasi.

(56)

• Efficient, pemakaian fasilitas platform teknis secara ekonomis. • Correct, sesuai dengan kebutuhan.

• Reliable, ketepatan terhadap presisi dari fungsi-fungsi system. • Maintenable, mudah dalam perawatan.

• Testable, telah teruji dengan baik.

• Flexible, dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai dengan pengembangan system.

• Comprehensible, usaha-usaha yang dibutuhkan untuk memperoleh pemahaman yang koheren terhadap system.

• Reusable, bagian dari system dapat dipakai untuk system yang mempunyai hubungan.

• Portable, system dapat dengan mudah dipindahkan dan dijalankan pada platform teknis yang lain.

• Interoperable, system dapat digunakan untuk bekerja sama dengan baik dengan system yang lain.

3.9.3.1.2.Arsitektur Komponen

Arsitektur komponen merupakan suatu struktur system yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan, dimana komponen itu sendiri merupakan sekumpulan dari bagian program yang terdiri dari suatu keseluruhan dan mempunyai tanggungjawab yang terdefinisi dengan baik. Hasil dari arsitektur komponen ini berupa component diagram seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini.

(57)

Gambar 3.61. Component Diagram

3.9.3.1.3.Arsitektur Proses

Arsitektur proses merupakan suatu struktur system eksekusi yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung satu dengan yang lain. Tujuan dari arsitektur proses ini adalah untuk menstrukturisasi eksekusi pada level fisik. Unit yang paling dasar untuk mengeksekusi suatu system itu sendiri disebut processor. Pada arsitektur proses ini, akan dihasilkan suatu deployment diagram seperti pada gambar berikut ini.

(58)

Gambar 3.62. Deployment Diagram 3.9.3.2.Perancangan Komponen

Perancangan komponen pada dasarnya meliputi perancangan dua komponen system, yaitu komponen model dan komponen fungsi. Adapun tujuan dari perancangan komponen ini adalah untuk menentukan pengimplementasian kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam kerangka kerja arsitektur.

3.9.3.2.1.Perancangan Model Component

Komponen model merupakan suatu bagian dari sistem yang menjalankan model dari problem domain. Konsep utama dari perancangan model komponen adalah struktur. Model ini harus menggambarkan relasi konseptual dari domain masalah yang relevan, sehingga harus jelas, mudah dan cepat untuk dikerjakan.

(59)

Dasar dari perancangan komponen model adalah model berorientasi objek yang diperoleh melalui aktivitas analisis. Model ini menjelaskan domain masalah dengan menggunakan kelas, objek, struktur dasar beserta tingkah laku – tingkah lakunya. Tugas utama dalam perancangan komponen model adalah untuk menampilkan

event-event yang menggunakan mekanisme-mekanisme yang tersedia dalam bahasa

pemrograman berorientasi objek.

Hasil dari aktivitas model komponen adalah sebuah class diagram yang telah direvisi dan diperbaiki yang diperoleh dari tahap analisis. Revisi ini pada umumnya berupa penambahan kelas-kelas baru, atribut-atribut dan struktur untuk menampilkan event-event.

3.9.3.2.2.Perancangan Function Component

Tujuan utama dari komponen fungsi adalah untuk memberikan interface pengguna dan akses komponen sistem yang lain ke model dari sistem. Maka dari itu, komponen fungsi ini merupakan link antara model dengan penggunaannya. Sehingga komponen fungsi dapat didefinisikan sebagai bagian dari sistem yang melaksanakan kebutuhan fungsional.

Fungsi didesain dan dijalankan dengan menggunakan operasi-operasi yang ada pada kelas-kelas dari sistem. Sedangkan operasi merupakan deskripsi dari tingkah laku yang dapat diaktifkan melalui sebuah objek. Pada perancangan function component ini akan dihasilkan sebuah class diagram dengan operasi dan spesifikasi dari operasi yang kompleks.

(60)

Gambar

Gambar 3.33. Matrik Total Biaya setelah terjadi perubahan   departemen A dan C
Gambar 3.34. Tata Letak setelah perubahan departemen A dan D   Selanjutnya dicoba lagi dengan melakukan perubahan departemen B dan  C
Gambar 3.35. Tata Letak setelah perubahan departemen B dan C  Perbaikan selanjutnya adalah dengan perubahan antara departemen B dan  C lagi dengan tata letak seperti pada gambar 3.36
Gambar 3.37. Tata Letak perbaikan terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih dikategorikan daerah endemis filariasis setelah pelaksanaan pengobatan massal tahap II. Faktor yang mempengaruhi efektivitas

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy secara bersama-sama terhadap kepuasan keluarga pasien rawat jalan untuk berobat pada Rumah Sakit Jiwa Menur di

Karena pukulan smash merupakan suatu teknik pukulan yang bertujuan untuk mematikan pertahanan lawan, dan juga pada saat bermain lawan sering melakukan kesalahan

Hal tersebut juga biasa disebut sebagai eksitensi.Abidin Zaenal (2007:16) menyebutkan bahwa “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau,

Dari uraian di atas, pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah memberikan keuntungan kepada siswa, karena memberikan perlakuan yang positif sehingga

Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu dakwah Studi Komprehensif Dakwah dari Teori Praktik,9.. istilah komunikasi, pesan juga disebut dengan message,content , atau

Meskipun tindakan tidak aman / the unsafe act atau kondisi tidak aman / unsafe condition sebagai penyebab langsung dari kecelakaan kerja, Weaver menyatakan penyebab dasar adalah

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..