• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. umum. Menurut Sutarno NS ( 2003 : 32 ) Perpustakaan umum sering diibaratkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. umum. Menurut Sutarno NS ( 2003 : 32 ) Perpustakaan umum sering diibaratkan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan merupakan perpustakaan yang ada di lingkungan masyarakat umum. Menurut Sutarno NS ( 2003 : 32 ) Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat. Maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu posisi perpustakaan umum dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangat strategis, sebab fungsinya melayani semua lapisan masyarakat untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan. Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai kebutuhan masyarakat, dan melayani tanpa membedakan suku bangsa, agama, jenis kelamin, latar belakang, tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya. Pendek kata, perpustakaan umum memberikan layanan kepada semua orang anak-anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia lanjut, laki-laki maupun perempuan.

Menurut Sulistyo - Basuki ( 1991 : 46 ) Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Menurut Sjahrial-Pamuntjak ( 2000 : 3 ) Perpustakaan umum adalah perpustakaaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain

(2)

untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan, dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang ada di lingkungan masyarakat umum yang melayani masyarakat umum serta tidak membedakan faktor sosial, kepercayaan, kebudayaan dan ekonomi, setiap masyarakat juga dapat meminjam buku atau yang lainnya dari koleksi perpustakaan dengan cuma-cuma dengan membayar iuran seikhlasnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum

Tujuan perpustakaan umum yaitu sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum dalam pencarian bahan pustaka, mewadahi hasil karya tulis sastrawan umum. Menurut Yusuf ( 1996 : 18 ) tujuan perpustakaan umum antara lain:

1. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan umum.

2. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, dan memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaam umum.

3. Mendidik masyarakat agar dapat menggunakan informasi yang tersedia di perpustakaan umum.

(3)

5. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi masyarakat.

6. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah tanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki ( 1991 : 46 ) Berpendapat bahwa tujuan perpustakaan umum antara lain:

1. Memberikan kemampuan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik. 2. Menyediakan sumber informasi yang cepat tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka.

4. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi masyarakat terhadap bentuk seni budaya.

Menurut Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992 : 6) menyatakan tujuan perpustakaan umum dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum perpustakaan membina dan mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani masyarakat berada dalam jangkauan

(4)

layanan, sehingga berkembang daya kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan nasional.

2. Tujuan Fungsional

Tujuan fungsional dan khususnya Perpustakaaan Umum adalah:

1. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasan membaca khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan.

2. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan informasi.

3. Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.

4. Meletakan dasar-dasar kearah belajar mandiri. 5. Memupuk minat dan bakat masyarakat.

6. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.

7. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.

8. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.

3. Tujuan Operasional

Tujuan operasional Perpustakaan Umum merupakan pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitori, diukur dan dievaluasi keberhasilannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah untuk menumbuhkan minat baca, kemampuan mencari & mengolah informasi, memecahkan masalah sosial, mengarahkan belajar mandiri, menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat, mengembangkan kebiasaan membaca, serta berpastisipasi aktif dalam keberhasilan terhadap

(5)

pembangunan nasional yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat agar menemukan sebuah keberhasilan.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Fungsi perpustakaan umum adalah sebagai tempat untuk mengolah bahan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 dan Instruksi Mentri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 1998 bahwa fungsi perpustakaan umum antara lain:

1. Menghimpun dan mengolah bahan pustaka dan informasi. 2. Memelihara dan melestarikan bahan pustaka dan informasi.

3. Mengatur dan mendayagunakan bahan pustaka dan informasi sebagai bahan kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian, dan menumbuhkan minat baca dan kebiasaan membaca bagi seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah mengumpulkan, mengolah, melestarikan serta menyebarluaskan informasi kepada masyarakat umum sebagai kegiatan belajar, pelayanan informasi, penelitian dan menumbuhkan minat baca masyarakat.

2.2 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

Pemanfaatan perpustakaan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pengunjung perpustakaan dengan memakai berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh perpustakaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 711) dalam artikel Ariplie (2015), Pemanfaatan adalah proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri. Pemanfaatan layanan

(6)

perpustakaan adalah tingkat kunjungan ke perpustakaan terhadap jenis layanan dan pemanfaatan koleksi, fasilitas serta layanan yang tersedia di perpustakaan baik membaca atau meminjam buku (Setiawan, n.d.)

Layanan perpustakaan merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengguna perpustakaan. Menurut Nasution ( 1992 : 2 ) perpustakaan identik dengan layanan karena tidak ada perpustakaan jika tidak ada kegiatan layanan.

Menurut Darmono ( 2007 : 164-166 ) Layanan perpustakaan merupakan ujung tombak jasa perpustakaan, bagian layanan berhubungan secara langsung dengan pemakai. Layanan perpustakaan bersifat pasif, atau menunggu jika pemakai yang datang. Tujuan dari layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Sutarno NS ( 2006 : 110 ) Layanan Perpustakaan kepada masyarakat adalah semua kegiatan yang behubungan langsung / tidak langsung dengan pemakai perpustakaan. Pembinaan layanan perpustakaan adalah upaya untuk mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka dan sarana prasarana perpustakaan untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat pemakai.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan layanan perpustakaan adalah suatu proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan suatu koleksi dan fasilitas yang berhubungan langsung kepada pemakai perpustakaan serta sebagai ujung tombak perpustakaan agar koleksi yang disediakan oleh perpustakaan dapat digunakan sebagai referensi utama dalam pencarian informasi pengguna baik dibaca di perpustakaaan maupun meminjamnya.

(7)

2.2.1 Jenis Layanan Perpustakaan

Menurut perpustakaan Daerah Kabupaten Badung jenis layanan yang ada yaitu 8 jenis layanan, sebagai berikut:

1. Pelayanan Sirkulasi dan layanan kartu anggota, yaitu pelayanan untuk peminjaman dan pengembalian bahan pustaka kepada masyarakat umum berdasarkan ketentuan yang berlaku. Layanan kartu diberikan kepada masyarakat/pemustaka secara gratis.

2. Pelayanan Rujukan/Referensi, melayani penelusuran informasi dengan menggunakan sumber-sumber referensi yang tidak dipinjamkan seperti kamus, ensiklopedi, direktori, terbitan pemerintah, majalah & surat kabar. 3. Pelayanan Jasa Story Telling memberikan pelayanan bercerita kepada

anak dini usia (taman kanak-kanak) dan pemberian jasa bimbingan membaca.

4. Pelayanan Otomasi Perpustakaan memberikan jasa bimbingan dan penelusuran informasi melalui media elektronik / komputerisasi.

5. Pelayanan Jasa Kerjasama Antar Perpustakaan berupa tukar menukar daftar tambahan koleksi, pengolahan bahan pustaka dan penelusuran informasi

6. Pelayanan Perpustakaan Keliling, yaitu pelayanan perpustakaan dengan mempergunakan fasilitas mobil. Pelayanan ke sekolah-sekolah Desa/ Kelurahan

7. Layanan Internet, yaitu layanan bisa dipakai pengguna perpustakaan untuk penelusuran informasi.

8. Layanan Baca, yaitu layanan yang disediakan untuk membaca ditempat atau dapat dipinjamkan kepada pengguna perpustakaan.

(8)

2.2.2 Sistem Layanan Perpustakaan

Sistem layanan perpustakaan adalah suatu bagian yang penting dalam suatu perpustakaan, dimana sistem layanan dapat berupa sistem layanan terbuka, layanan tertutup dan sistem layanan campuran. Menurut Istiana (2014 : 13) Sistem layanan perpustakaan ada 3 yaitu:

1. Sistem Layanan Tertutup

Sistem Layanan Tertutup adalah sistem layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan akan tetapi pengguna tidak boleh mengambil bahan pustaka sendiri.

Menurut Istiana (2014 : 15) Sistem Layanan Tertutup adalah pemustaka tidak dapat memilih dan mengambil sendiri koleksi yang diingikan pada jajaran rak.

Menurut Soekanto & Mamudji ( 1979 : 14 ) Sitem Layanan Tertutup adalah pemakai tidak dapat secara langsung mencari sendiri bahan-bahan dapat secara langsung mencari sendiri bahan-bahan yang diperlukannya dari tempat bahan-bahan tersebut disimpan tetapi melalui petugas yang akan mecarikannya.

Menurut Darmono ( 2007 : 168 ) sistem layanan tertutup adalah sistem layanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai perpustakaan mengambil sendiri bahan pustaka di perpustakaan.

Menurut Sutarno NS ( 2005 : 114 ) Sistem Layanan Tertutup adalah pemakai hanya dapat menelusur sumber informasi pada kartu katalog yang tersedia sebagai wakil dari sumber informasi di perpustakaan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan tertutup adalah layanan yang tidak dapat sendiri mengambil bahan pustaka akan tetapi pengguna dapat melihat pada kartu katalog yang disediakan oleh perpustakaan sesuai kebutuhan dari pengguna perpustakaan.

(9)

2. Sistem Layanan Terbuka

Sistem Layanan Terbuka adalah sistem layanan yang diberikan kepada pengguna perpustakaan dimana pengguna diberikan keleluasaan mencari bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna.

Menurut Istiana (2014 : 13) Sistem Layanan Terbuka adalah sistem layanan memberikan keleluasaan bagi pemustaka/pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi yang diinginkan pada jajaran rak.

Menurut Soekanto & Mamudji ( 1979 : 14 ) Sistem Layanan Terbuka adalah pemakai lebih bebas memilih bahan pustaka yang ingin dipinjamnya karena mereka dapat mencarinya dengan sendiri di tempat bahan pustaka itu disimpan.

Menurut Darmono ( 2007 : 170 ) sistem layanan terbuka adalah sistem layanan yang memungkinkan para pengguna secara langsung dapat memilih menemukan dan mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi perpustakaan.

Menurut Sutarno NS ( 2005 : 115 ) Sistem Layanan Terbuka adalah perpustakaan membuka kesempatan yang seluas-luasnya secara bebas dan tertib bagi pengunjung dengan menyediakan sarana temu kembali berbentuk kartu-kartu katalog ataupun akses lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan terbuka adalah layanan yang disediakan oleh perpustakaan, pengguna dapat mengambil dan memilih secara langsung dan bebas bahan pustaka yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan akan tetapi pengguna harus mematuhi tata tertib yang belaku di perpustakaan.

4. Sistem Layanan Campuran

Sistem layanan campuran adalah sistem yang dipakai yaitu sistem layanan terbuka dan tertutup. Menurut Istiana (2014 : 17) Sistem layanan campuran merupakan sistem yang diterapkan dua sistem untuk jenis koleksi yang berbeda.

(10)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem layanan campuran adalah sistem dimana perpustakaan menggunakan dua sistem yaitu sistem terbuka dan tertutup.

2.3 Karya Sastra

Karya sastra merupakan suatu tempat untuk menuangkan ide, gagasan, dan pikiran dengan gambaran-gambaran dapat dijadikan suatu tulisan sendiri. Menurut Sugihastuti (2007:81-82) Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya.

Menurut Turangan, dkk ( 2014 : 68 ) Karya sastra selalu menyertai perkembangan setiap kebudayaan yang ada di dunia. Di Indonesia, karya sastra pertama yang muncul berbentuk naskah kuno. Naskah-naskah kuno in ditulis pada berbagai media tradisional. Seiring dengan berjalannya waktu karya sastra berkembang, baik dari segi media tulisan maupun cerita yang dibawakan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah suatu gambaran pemikiran yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu pengalaman seseorang yang dapat berkembang dari waktu ke waktu. Karya sastra juga penting untuk dipahami dan dipelajari dalam kehidupan sehari- hari karena dalam karya sastra ada nilai kemanusiaan yang terkandung dalam karya sastra. Karya sastra yang baik yaitu karya sastra yang dapat memberikan suatu pengalaman positif dari seorang sastrawan yang dapat diterapakan oleh peminat karya sastra. Karya sastra juga dapat membahas tentang masalah sosial yang terjadi di masyarakat yang dapat bersifat menghibur, kesedihan seseorang, serta dapat bersifat positif dan negatif.

(11)

Sastra adalah suatu pemikiran pribadi seseorang yang dijadikan sebagai pengalaman. Menurut Sumardjo dan Saini (1997 : 3-4) berpendapat bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan bahasa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan pengalaman yang benar-benar terjadi dalam pribadi seseorang yang dapat dituangkan dalam suatu tulisan menggunakan bahasa sendiri.

Menurut Saryono (2009 : 16-18) sastra bukan sekedar barang mati (artefak), tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sastra juga mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris natural maupun pengalaman yang nonempiris supernatural, dengan kata lain sastra mampu menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia. Menurut Sumardjo (1982: 12) Sastra adalah produk masyarakat ia berada ditengah masyarakat karena dibentuk oleh anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan - desakan emosionil atau rasionil dari masyarakatnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra merupakan seperti seorang yang hidup yang dapat mengomentari kehidupan seorang manusia yang berada ditengah masyarakat serta dibuat oleh masyarakat berdasarkan dorongan dari emosi dan rasio masyarakat.

Sastra daerah adalah sastra yang ditulis oleh daerah masing-masing oleh sastrawan daerah itu sendiri. Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia Sastra daerah adalah sastra yang aslinya ditulis dalam bahasa daerah. Menurut Zaidan,dkk dalam dhany & riska (2011) berpendapat bahwa sastra daerah adalah gendre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah universal.

(12)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra daerah adalah sastra yang ditulis oleh sastrawan daerah setempat tulisannya menggunakan bahasa daerah.

2.4 Sastra Bali atau Kesusastraan Bali

Sastra bali adalah karya sastra yang ditulis oleh sastrawan bali yang sudah berpengalaman dalam menulis sastra bali, istilah lain dari sastra bali yaitu kesusastran bali.

Menurut Sujiwa (2007:23) Kesusastraan bali inggih punika saluir pangweruh sane medal saking budi pakayunan jnyanan para janane sane marupa ajah-ajah, tutur-tutur sane mautama, sane naganggen basa Bali miwah basa Kawi saha kasurat nganggen aksara bali miwah latin sane sane katami rauh mangkin.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sastra bali adalah sastra yang aslinya ditulis dalam bahasa Daerah dalam hal bahasa Daerah yang dimaksud adalah bahasa bali.

Menurut kesusastraan Bali, sastra bali manut parinama ring ajeng dadosnyane saluir kaweruh sane becik metu saking budi jenyana para wagmi ring Bali sane kasurat ngangge basa Bali miwah aksara bali lan latin.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesusastraan bali atau sastra bali merupakan sesuatu yang keluar dari dalam hati manusia yang berupa ajaran, nasehat yang paling penting, sastra bali ini menggunakan bahasa bali dan bahasa jawa kuno yang ditulis dalam huruf bali serta huruf latin sampai saat ini.

Tujuan dari belajar sastra bali adalah sebagai sarana untuk mengetahui bagaimana adat istiadat bali yang sesungguhnya, membuat bali agar dikenal lebih

(13)

jauh kepada wisatawan agar saat ditanya tidak bias menjawab pentanyaan wisatawan lokal maupun asing.

Menurut Sujiwa (2007 : 24) tujuan dari belajar sastra bali antara lain : 1. Mangda sida nguningin daging-daging kautaman budaya baline sane

pacang mawigama pinaka sarana sejeroning nglimbakang budaya bali. 2. Mangda wenten anggen tetimbang midabdabin kabudayan baline

sajeroning ngarepin aab jagate mangkin.

3. Kanggen nincapang rasa bangga druene makrama bali.

4. Kanggen buatan nincapang seni, ilen-ilen, miwah unen-unen ring bali. 5. Mangda prasida ngamolihang daging-daging tatwa agama saha

nincapang sradha bhaktine sajeroning ngajegang agama hindu baline. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan dari belajar sastra bali yaitu: Supaya dapat mengetahui isi dari pentingnya budaya bali, yang berguna sebagai sarana memperluas budaya bali dapat dikenal oleh masyarakat. Digunakan untuk menumbuhkan rasa bangga sebagai masyarakat bali. Digunakan sebagai sarana mempertahankan kesenian yang ada di bali. Supaya mendapatkan isi dari ajaran agama serta menumbuhkan rasa bakti untuk mempertahankan agama hindu di bali.

2.4.1 Klasifikasi Sastra Bali

Menurut Sujiwa (2007 : 24 – 25) Sastra Bali dapat diklasifikasikan yaitu berdasarkan dari masa pertumbuhan dan berdasarkan tata cara memberitahukan kepada masyarakat atau tata karma mempelajari sastra bali.

2.4.1.1 Berdasarkan masa pertumbuhan sastra Bali

Kesusastran atau sastra Bali pada masa pertumbuhannya dapat dibagi menjadi dua yaitu sastra Bali purwa dan sastra Bali anyar.

(14)

1. Sastra Bali purwa

Sastra Bali purwa adalah sastra Bali yang diwarisi oleh leluhur dalam bentuk naskah lama. Sastra bali anyar adalah karya sastra yang dimunculkan pada masa masyarakat Bali telah mengalami zaman modern.

Menurut Sujiwa dan Manda (2009:43) Sastra Bali purwa marupa karya-karya sastra sane sampun wenten saking dumun minakadi gancaran, tembang, miwah skola-sloka palawakia. Sastra bali anyar karya sastra merupa puisi miwah prosa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra Bali purwa merupakan karya sastra yang sudah ada dari dahulu seperti: Tembang, Gancaran, Palawakia atau prosa liris.

Menurut Mangunsuwito (2002 : 263) tembang merupakan istilah dalam bahasa jawa yang berarti lagu. Menurut Purwitasari , tembang adalah karya sastra berwujud rangkaian kata dan cara membacanya dilagukan dengan lagu tertentu. Menurut Sujiwa (2007:31) tembang gede inggih punika tembang baline sane kabanda antuk uger-uger guru, laghu, wretta miwah matra.

Menurut Tinggen (2004:7) Guru adalah suara panjang,berat, besar, keras indah dan berliku-liku. Laghu adalah suara pendek,ringan,rendah,lemah dan kencang. Wretta adalah banyak bilangan suku kata dalam tiap-tiap carik (koma). Dan matra adalah ukuran, sedikit, terkecil.

Gancaran atau prosa adalah karangan yang dibuat tanpa sajak. Menurut Andre (2012) gancaran inggih punika kekawin utawi karangan sane bebas sane nenten kaiket antuk uger-uger.

Palawakia adalah jenis teks menggunakan bahasa jawa kuno yang berbentuk prosa. Dalam melagukan sangat bergantung pada pengejaan dan pemenggalan kata-kata.

(15)

Berdasarkan pendapat di atas tembang, gancaran dan palawakia dapat disimpulkan bahwa tembang adalah rangkaian kata- kata yang dilagukan atau dinyanyikan. Gancaran karangan yang tidak bersajak, dan palawakia adalah teks yang berbentuk prosa yang berpedoman dengan peraturan yaitu pengejaan dan mpemenggalan kata-kata.

2. Sastra Bali Anyar

Sastra Bali anyar merupakan karya sastra yang berupa prosa dan puisi. Menurut Sunaryo, dkk ( 2014 : vi) Prosa ialah kesusastraan yang bebas tidak terikat. Prosa dapat dibedakan menjadi dua yaitu prosa biasa yaitu karangan yang berbentuk panduan antara prosa dan puisi, dan prosa iris yaitu lebih mementingkan irama yang tidak terikat oleh bait dan sajak. Puisi ialah bentuk kesusastraan yang terikat oleh banyaknya bans (berbait-bait), banyaknya suku kata dalam tiap baris, sajak atau irama bunyi akhir kata dalam bans.

2.4.1.2 Berdasarkan tata cara memberitahukan kepada masyarakat atau tata karma mempelajari sastra bali

1. Sastra Bali Lisan (tutur)

Sastra Bali Lisan ini dapat berupa: Gegendingan, Satua Bali, dan Paribasa Bali

1. Gegendingan

Gegendingan merupakan suatu alat yang digunakan masyarakat Bali untuk mengibur keluarga.

Menurut sujiwa (2007:25) gegendingan puniki kanggen magendingan ri kalaning ngarum-rum rare utawi “bayi”manggda nenten kasil “cerewet” mangda degeng saha gelis sirep.

(16)

Menurut Khairinnisa (2011) Gegendingan adalah sekumpulan kalimat bebas yang dinyanyikan. Isinya pada umumnya pendek dan sederhana. Dikatakan bebas karena benar-benar tidak ada ikatannya. Antara tiap kalimat tidak harus mempunyai arti yang membentuk pengertian.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gegendingan merupakan sekumpulan kalimat yang dinyanyikan untuk menenangakan bayi saat cerewet agar bayi diam dan tertidur lelap.

2. Satua Bali (Dongeng)

Menurut Tinggen (1984 : 20) satua inggih punika papupulaning lengkare Sane nuturang paidikan saking pangawit jantos pamuput upami.

Satua Bali adalah cerita yang ada pada masa lalu. Menurut Sujiwa (2012:75) satua merupakan alat untuk mendidik perilaku santun bagi anak-anak pada masa lampau.

Menurut Kesusastran Hindu , Satua Bali adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa satua Bali adalah kumpulan cerita pada masa lampau yang digunakan mendidik karakter anak dari cerita tersebut.

3. Paribasa Bali (Peribahasa)

Paribasa atau peribahasa Bali adalah suatu ungkapan kepada seseorang agar bisa menghibur dengan menggunakan suatu peribahasa.

Menurut Andi Andre (2012) dalam makalah yang diposting pada blognya, Paribasa inggih punika rerasmen basa pinaka bebaosan utawi, kanggen piranti ri kala ngamedalang daging pikayun, nganggen paimbangan kahanan paripolah jatma ring kahanan pari polah barang utawi buron,

(17)

mawinan parasida ngametuang pakayunan seneng, jengah, duka, utawi eling.

Menurut Sujiwa (2012:76) paribasa bali merupakan jenis ungkapan berbahasa bali yang sengaja sering digunakan oleh penutur bahasa bali dengan tujuan untuk menambah greget atau menambah manisnya penampilan seseorang dalam pembicaraannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paribasa adalah ungkapan atau ekspresi berbahasa bali yang bertujuan untuk menghibur agar mendapatkan motivasi, menghilangkan rasa sedih.

2. Sastra Bali tulis (sesuratan)

Sastra Bali Tulis ini dapat berupa: Geguritan, Kidung, Kakawin, Cerpen, Novel, dan Drama.

1. Geguritan

Menurut Andre (2012) geguritan inggih punika kakawian utawi karangan sane kawangun antuk tembang macapat.

Menurut Sujiwa (2007:30) geguritan inggih punika kakawin utawi rerepitan sane nganggen pupuh utawi sekar alit.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa geguritan adalah karangan yang dibuat seperti sekar alit dimana sekar alit adalah karangan yang dinyanyikan berdasarkan kata dalam kalimat tersebut.

2. Kidung

Kidung adalah nyanyian yang sering dilantunkan saat ada upacara agama di bali. Menurut Sujiwa (2007:31) kidung inggih punika rerepitan sane nganggen tembang tengahan. Berdasarkan Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kidung adalah nyanyian digunakan dalam lagu saat upacara agama khususnya agama Hindu.

(18)

3. Kakawin

Menurut Wirawan, dkk ( 2014 : 68 ) Kakawin merupakan suatu bentuk syair dalam bahasa jawa kuno yang berasal dari india, yang terdiri dari minimal satu bait dalam metrum tertentu. Setiap bait kakawin memiliki empat larik dengan jumlah suku kata yang sama, dan susunan yang disebut guru laghu ( aturan kuantitas sebuah suku kata) juga sama. Suku kata biasa panjang atau pendek. Sebuah suku kata panjang adalah suku kata yang memuat vokal panjang atau sebuah suku kata yang memuat sebuah vokal yang berada di depan dua buah konsonan. Kakawin sampai sekarang masih dipakai oleh sebagian masyarakat Indonesia, terutama bagi masyarakat Bali. Bagi masyarakat bali jenis sastra ini bukan merupakan sesuatu yang asing.

Menurut Suarka (2009:6) kakawin merupakan buah hasil puisi kraton, sebuah syair yang pada pokoknya bersifat epis, yang bercorak agak dibuat-buat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kakawin adalah suatu hasil karangan yang berbentuk syair yang berpedoman dengan aturan yang telah dibuat.

4. Cerpen

Cerpen merupakan cerita yang dibuat- buat oleh penulis tanpa ada kejadian yang sebenarnya.

Menurut Sunaryo, dkk ( 2014 : xiii) Cerpen ialah semacam cerita rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak.

Menurut Purba (2010:50) cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kebulatannya itu, cerita pendek adalah lengkap , bulat, dan singkat.

Menurut Depdiknas (2008:263) cerpen yakni kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.

(19)

Bardasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah serita pendek yang direkayasa yang dapat memberikan kesan baik dan dapat memfokuskan diri kepada satu tokoh dalam cerita tersebut.

5. Novel

Novel merupakan cerita hidup dari seseorang. Menurut Sunaryo, dkk ( 2014 : xiii) Novel ialah dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita yaitu bagian hidupnya yang merubah nasib tokoh tersebut.

Menurut Nurgiyantoro (2010:10) novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya seorang penulis yang ditulis dari suatu tokoh cerita dari sebagian kehidupannya yang dibangun dari unsur intrinsik dan ekstrinsik.

6. Drama

Drama merupakan karangan yang berbentuk percakapan dua orang atau lebih dan memiliki peran tersendiri dalam drama tersebut. Menurut Sunaryo, dkk ( 2014 : xiii) Drama ialah karangan yang berbentuk skenario lengkap, dimana semuanya telah diuraikan secara rinci oleh penulis drama.

Menurut Budianta, dkk (2008) drama adalah sebuah genre karya sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada.

Menurut Endraswara (2011:265) Drama adalah karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan aktivitas menggunakan aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa drama adalah karya sastra yang berbentuk suatu percakapan yang mempunyai tokoh dan karakter masing-masing yang menceritakan suatu kehidupan.

(20)

2.4.2 Bahasa yang digunakan Dalam Sastra Bali

Dalam Sastra Bali bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Jawa Kuno dan bahasa Bali.

2.5.1 Bahasa Jawa Kuno

Bahasa jawa kuno adalah bahasa yang digunakan dalam menulis karya sastra pada zaman dahulu. Menurut Teew yang dikutip oleh Geria (2008: 9-19 ) Bahasa Jawa kuno merupakan pengantar dari kebudayaan pra- modern Indonesia yang terpenting, setidaknya menurut bekas-bakas yang teselamatkan hingga kini, dalam keseluruhan bahasa-bahasa Indonesia, bahasa jawa kuno menunjukan ciri-ciri khas yang merupakan tantangan bagi para ahli bahasa, bahasa jawa kuno merupakan bahan penelitian diakronis atau sebagai objek studi bagi ilmu sejarah bahasa, bahasa jawa kuno merupakan objek studi ilmu perbandingan bahasa Indonesia untuk memperoleh wawasan dan pemahaman tentang hubungan dalam rumpun bahasa.

Menurut Geria ( 2008 :13) Bahasa jawa kuno merupakan salah satu bahasa dokumenter tertua yang memiliki materi terkaya dan nilai tak dapat diabaikan di antara bahasa nusantara pada khususnya dan bahasa-bahasa Austronesia pada umumnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa jawa kuno adalah bahasa yang digunakan sebagai pengantar kebudayaan modern, sebagai tantangan bagi ahli bahasa, sabagai objek penelitian dan perbandingan bagi studi sejarah bahasa jawa kuno dengan bahasa Indonesia serta sebagai bahasa tertua diantara bahasa nusantara yang tersebar diseluruh Indonesia.

2.5.2 Bahasa Bali

Bahasa Bali adalah bagian dari bahasa daerah yang tersebar di seluruh nusantara, bahasa Bali adalah bahasa daerah yang digunakan berkomunikasi oleh

(21)

masyarakat Bali. Menurut Bagus,dkk (1981) bahasa Bali adalah bahasa ibu bagi mayoritas etnik Bali.

Menurut Bawa (1991:1-2) bahasa Bali merupakan bahasa daerah yag masih hidup karena masih dipelihara, dibina, dan digunakan oleh pendukungnya dalam berbagai aspek kehidupan. Bahasa Bali sebagai salah satu bahasa daerah tetap digunakan sebagai alat komunikasi lisan dan tulisan. Sebagai salah satu bahasa lisan, bahasa bali digunakan dalam proses komunikasi baik dalam topik resmi maupun tidak resmi.

Menurut Artawa (2004:2) berdasarkan penuturnya bahasa bali dapat digolongkan sebagai bahasa daerah yang besar karena didukung oleh masyarakat penutur yang sangat banyak, yakni digunakan oleh kurang lebih tiga juta penutur.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa bali adalah bahasa ibu yang digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat etnik bali secara lisan maupun tulisan, yang masih dipelihara, dibina dan dilestarikan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari Key informan adalah kurangnya partisipasi umat KBG Larantuka VIII dalam menerima Sakarmen Tobat, Umat KBG Larantuka VIII masih

Secara akademis, menambah pengetahuan dan memperkaya penguasaan dalam bidang komunikasi khususnya mengenai pengungkapan diri (self disclosure) serta komunikasi

Lebih lanjut, Fitzgerald (1978:6) menyatakan bahwa investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang

“ Dalam proses pemenangan Adnan Purichta-Karaeng Kio dalam pemilukada Kabupaten Gowa ada beberapa kekuatan politik yang mendukung dan salah satu pengaruh yang paling

Disamping untuk memenuhi gizi masyarakat, gerakan P2KP ini juga ditujukan untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat agar lebih beragam,

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

FairField Marriot Hotel Surabaya dipilih penulis dalam Penelitian ini karena memiliki kualitas dan pelayanan yang baik serta merupakan hotel berbintang empat

Hasil penelitian diuji dengan Chi Square dan menunjukkan hasil bahwa orang tua remaja mayoritas menerapkan pola asuh demokratis sebanyak 74 remaja (74%) dan tingkat