• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN BANTARAN SUNGAI CILIWUNG KANAL BANJIR BARAT PETAMBURAN DENGAN PENDEKATAN WATERFRONT DEVELOPMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN BANTARAN SUNGAI CILIWUNG KANAL BANJIR BARAT PETAMBURAN DENGAN PENDEKATAN WATERFRONT DEVELOPMENT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENATAAN RUANG TERBUKA PUBLIK KAWASAN BANTARAN

SUNGAI CILIWUNG KANAL BANJIR BARAT PETAMBURAN

DENGAN PENDEKATAN WATERFRONT DEVELOPMENT

Muhammad Firli Julian Safari 1, Shahnaz Nabila Fuady S.T., M.T 2, Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T., M.T 3

Institut Teknologi Sumatera Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365

Email : muhammad.22116047@student.itera.ac.id2

ABSTRAK

Hilangnya aktivitas masyarakat di ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan disebabkan adanya upaya pemerintah dalam mengendalikan banjir, membuat kawasan tidak termanfaatkan secara optimal. Pembangunan tanggul (turap) dan pelebaran badan air merupakan upaya pemerintah untuk meminimalisir terjadinya banjir. Upaya tersebut berhasil meminimalisir terjadinya banjir, dan membuat masyarakat lebih tanggap menghadapi banjir. Hal ini menyebabkan kawasan tidak tertata dengan baik seperti adanya tumpukan sampah, pedagang memakai badan jalan, dan taman yang tidak terawat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam terkait penataan ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan dengan pendekatan Waterfront Development. Dalam mencapainya adapun sasaran yang dilakukan diantaranya: 1) Mengidentifikasi Potensi dan Masalah. 2) Merumuskan kriteria penataan yang tepat. 3) Menyusun konsep penataan ruang dengan pendekatan Waterfront Development. Sebelum teridentifikasi potensi dan masalah, perlu mengidentifikasi kondisi fisik dan non-fisik kawasan terlebih dahulu, kondisi fisik dengan walkthrough analysis dan kondisi non-fisik dengan walkability analysis. Setelah teridentifikasi potensi dan masalah, dirumuskan kriteria penataan dengan metode triangulasi. Setelah itu disusun konsep penataan yang terdiri dari 3 zona diantaranya 1) Environmental/Educational Zone. 2) Recreational Zone. 3) Residential Zone. Serta aspek penelitian diantaranya 1) Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan. 2) Aspek Aksesibilitas dan Penghubung. 3) Aspek Infrastruktur Kawasan. 4) Aspek Ekonomi. 5) Aspek Sosial. 6) Aspek Lingkungan. 7) Aspek Preservasi.

Kata Kunci: Penataan Ruang Terbuka Publik, Sungai Ciliwung, Waterfront Development

ABSTRACT

The measures taken by the government to cope with floods on the riverbanks of the Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan, has led to the loss of public activities resulting in the minimal utilization of the area. The construction of embankments (sheet piles) and the expansion of water bodies are some of the government’s efforts to minimalize flooding. These efforts have succeeded in minimizing the occurrence of floods and also fostering more sense of responsiveness and awareness amongst the public when dealing with floods. Nevertheless, this causes disorganization to the area such as the clustering of garbage piles, street vendors, and poorly maintained parks. Henceforth, this study intends to specifically investigate about the arrangement of public open spaces in the area along the Ciliwung River, Kanal Banjir Barat Petamburan through applying the Waterfront Development approach. In an attempt to accomplish this, there are several objectives of

(2)

2

this study, namely: 1) Identifying Potentials and Problems. 2) Formulating appropriate structuring criteria. 3) Arranging the concept of spatial planning using the Waterfront Development approach. Before identifying the potentials and problems, it is crucial to ascertain the physical and non-physical conditions of the area, the physical conditions using a walkthrough analysis and the non-physical conditions by applying a walkability analysis. After identifying potentials and problems, the structuring criteria were formulated by implementing the triangulation method. Thenceforth, a structuring concept was compiled in which it comprises of 3 zones including 1) Environmental / Educational Zone. 2) Recreational Zone. 3) Residential Zone as well as the research aspects consisting of 1) Aspects of Activities and Land Use, 2) Aspects of Accessibility and Connectivity, 3) Regional Infrastructure Aspects, 4) Economic Aspects, 5) Social Aspects. 6) Environmental Aspects and 7) Preservation Aspects.

Keyword: Arrangement Open Public Space, Ciliwung River, Waterfront Development.

A.

PENDAHULUAN

Ruang Terbuka Publik merupakan aktivitas masyarakat atau aktivitas tertentu yang dapat ditampung di suatu wadah baik secara individu maupun kelompok, yang bentuk ruang publik tergantung dengan pola serta susunan massa bangunan (Rustam Hakim, 1987 dalam Rezeki, 2017). Keberadaan ruang terbuka publik menjadi sangat penting sebagai sarana aktivitas masyarakat. DKI Jakarta merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar dan juga kepadatan penduduk yang tinggi menjadi sebab ruang publik begitu penting. Bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan menjadi kawasan yang memiliki karakteristik fisik sebagai ruang terbuka publik yang berada di Bantaran Sungai, dan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga keberadaanya menjadi penting untuk masyarakat sekitar. Kawasan sering digunakan masyarakat untuk berbagai aktivitas, diantaranya seperti untuk kegiatan sosial, tempat bermain anak-anak, keolahragaan, adapun turnamen sepak bola yang dibuat swadaya oleh masyarakat. Kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan saat musim hujan karena kawasan merupakan tepian sungai, membuat kawasan sering dilanda bencana banjir setiap tahunnya. Hal ini membuat pemerintah berupaya dalam menanggulangi bencana dengan membangun tanggul (turap) dan memperlebar badan sungai. Dengan upaya pemerintah tersebut bencana banjir teriminimalisir dan membuat masyarakat lebih tanggap dalam menghadapi bencana. Upaya ini menimbulkan dampak, kawasan menjadi pasif karena tingginya tanggul (turap) dan hilangnya akses kawasan membuat kawasan menjadi tidak termanfaatkan secara optimal sebagai ruang publik. Dampak ini membuat kawasan menjadi 2 bagian, yaitu taman atas dan taman bawah yang terpisahkan oleh tanggul (turap). Akses yang dapat dilalui hanya taman atas akan tetapi sebelum adanya upaya penanggulangan bencana, masyarakat dapat mengakses kawasan hingga tepian sungai, sehingga masyarakat secara inisiatif membuat akses yang berbentuk tangga secara swadaya agar dapat mengakses taman bawah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai penataan ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan sehingga pada nantinya perencanaan ini dapat memberikan rumusan konsep penataan yang sesuai kebutuhan masyarakat dan mengoptimalkan potensi kawasan sebagai ruang publik dengan pendekatan Waterfront Development.

B.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukannya beberapa tahap yaitu analisa digunakan analisis walkability dan analisis walkthrough, tahap sintesa digunakan analisis triangulasi dan penilaian digunakan analisis tapak. Pertama tahap analisa adapun analisis

(3)

3

yang digunakan diantaranya analisis walkthrough digunakan untuk mengidentifikasi kondisi fisik kawasan dan analisis walkability digunakan untuk mengidentfikasi kondisi non-fisik kawasan. Tahap selanjutnya tahap sintesa digunakan analisis triangulasi ditujukan untuk merumuskan kriteria khusus yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan konsep penataan yang memadukan antara data potensi-masalah, data hasil wawancara, dan data sekunder hasil kajian pustaka. Tahap terakhir penilaian digunakan analisis tapak yang tertuang disetiap aspek penelitian dan merupakan tahap evaluasi untuk menghasilkan konsep penataan yang sesuai.

C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Akan dijelaskan mengenai hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini, berikut penjelasannya:

1.

Hasil identifikasi potensi dan masalah kawasan

Untuk memudahkan tahap analisa, hasil identifikasi kondisi fisik dan non fisik dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek penelitian sebagai berikut;

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Gambar 1. Pengelompokkan Hasil Identifikasi Fisik dan Non-Fisik Berdasarkan Aspek Penelitian

Pengelompokan antara unsur penilai diatas dengan aspek-aspek penelitian ini, dibuat untuk memudahkan proses analisa selanjutnya. Sehingga, dari pengelompokan tersebut tercipta kesimpulan hasil observasi dan analisa, berikut tabel kesimpulannya:

Tabel 1. Kesimpulan Hasil Observasi dan Analisis ASPEK

PENELITIAN SUB ASPEK HASIL OBSERVASI DAN ANALISA

FISIK DAN NON FISIK

AKTIVITAS DAN TATA GUNA

LAHAN

Kawasan memiliki pola aktivitas masyarakat yang cukup aktif baik pagi, sore, dan malam hari ; Kawasan memiliki guna lahan dominan permukiman namun kawasan dikelilingi oleh pusat pusat kegiatan kota yaitu perdagangan dan jasa; Masih terdapat ruang-ruang (non activity) yang tidak termanfaatkan dengan baik

AKSESIBILITAS DAN PENGHUBUNG

Kawasan mudah diakses dengan kendaraan pribadi, namun perlu disediakannya kantong parkir agar tidak parkir pada badan jalan ; Kawasan mudah dijangkau angkutan umum, namun perlu disediakannya jalur pejalan kaki ; Masyarakat untuk menjangkau tempat kerja masih banyak yang berjalan kaki sehingga perlu penataan jalur pejalan kaki yang nyaman dan sesuai.

(4)

4

INFRASTRUKTUR KAWASAN

Kondisi jalan untuk mengakses kawasan sudah mengalami perkerasan, namun kondisi jalur pejalan kaki yang ada pada taman tidak terhubung atau terputus putus menjadikannya tidak fungsional ; Kawasan tersebut menjadi salah satu tempat relaksasi bagi warga setempat, namun minimnya sarana dan prasarana lingkungan, seperti lampu penerangan membuat kawasan tersebut saat malam cukup gelap, dan masyarakat kurang nyaman untuk mengunjungi kawasan tersebut ; kawasan tidak memiliki sarana MCK untuk umum

EKONOMI

Kawasan memiliki potensi ekonomi, karena banyaknya warga yang mengunjungi kawasan sehingga menarik minat pedagang untuk berdagang berada dekat dengan kawasan, namun perlu diperhatikan dalam penataannya agar tidak menggunakan bahu jalan.

SOSIAL Masyarakat juga menggunakan kawasan untuk aktivitas sosial, ada berbagai

komunitas yang terdapat pada dalam kawasan. LINGKUNGAN

Kawasan memiliki tanggul yang cukup tinggi, karena kawasan rentan akan bencana banjir ; Kawasan tidak terawat dengan baik dan terdapat banyak puing puing buangan warga pasca bencana banjir

PRESERVASI

Kawasan memiliki sejarah yang sudah hilang sejak adanya pembangunan tanggul. Kawasan bersejarah tersebut dahulunya sering digunakan masyarakat untuk turnamen sepakbola yang setiap tahunnya diselenggarakan, walaupun banjir melanda tiap tahunnya warga tetap swadaya membantu pasca terjadinya banjir, karena kawasan dianggap sebagai rumah sendiri untuk mereka, berbeda kondisi sekarang kawasan terasa kurang optimal penggunaannya dan warga tidak merawat sepenuhnya sehingga perlu penataan lebih lanjut terkait hal ini.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Tabel di atas merupakan hasil kesimpulan observasi dan analisa peneliti terhadap kawasan dengan menggunakan kajian serta teori-teori relevan sesuai dengan topik penelitian. Dengan adanya hasil kesimpulan observasi dan analisa di atas dapat digunakan untuk proses analisis selanjutnya dengan menggunakan metode triangulasi yang memadukan hasil kesimpulan observasi dan analisa, pandangan pemerintah, dan teori atau studi literatur terkait.

2.

Hasil analisis triangulasi

Merupakan bagian dari sasaran 2 penelitian yang bertujuan untuk merumuskan kriteria khusus sebagai acuan konsep penataan, dengan menggunakan metode analisis triangulasi guna memadukan data hasil observasi, hasil wawancara, dan kebijakan teori terkait. Sehingga, melalui analisis ini akan menghasilkan kesimpulan berupa rumusan kriteria penataan yang akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep penataan pada sasaran 3. Berikut tabel kriteria penataan yang telah dirumuskan dari hasil proses analisa triangulasi yang telah dilakukan sebelumnya, yang akan digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat konsep-konsep penataan kawasan:

Tabel 2. Kriteria Penataan ASPEK

PENELITIAN SUB ASPEK KRITERIA PENATAAN

ASPEK FISIK DAN LINGKUNGA N AKTIVITAS DAN TATA GUNA LAHAN

Perlunya pemetaan aktivitas dan tata guna lahan baik dalam dan sekitar kawasan.

AKSES DAN PENGHUBUNG

Perlunya dilakukan pendekatan visual, struktural, dan kolektif sebagai sistem penghubung tata ruang perkotaan.

INFRASTRUKTUR KAWASAN

Perlunya penyediaan infrastruktur kawasan yang sesuai arahan seperti utilitas lingkungan, street furniture, sarana dan prasarana rekreatif, dan perlindungan kawasan tepi air.

EKONOMI

Perlunya penyediaan ruang kegiatan usaha yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna ruang serta arahan kebijakan dan aturan terkait.

(5)

5

SOSIAL

Perlunya penerapan konsep sesuai dengan kebutuhan serta aktivitas masyarakat sebagai recreation dan residental waterfront serta

menerapkan tipe jenis ruang terbuka di kawasan permukiman tepi sungai yang bersifat rekreatif, variatif, dan atraktif.

LINGKUNGAN

Perlunya penataan lingkungan seperti setting lansekap, vegetasi dan material sesuai dengan karakter kawasan dengan tipe pengembangan

environmental waterfront.

PRESERVASI

Perlunya menyediakan ruang aktivitas olahraga untuk mengembalikan nilai historis yang ada pada masyarakat setempat, sehingga kawasan perlu penataan yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan.

Sumber: Hasil Analisis, 2020

3.

Konsep penataan

a. Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek diantaranya pemetaan kawasan aktif dan pasif disekitar kawasan, pemetaan zona dalam kawasan, kebutuhan ruang kawasan, membuat siteplan kawasan dan section plan berikut penjelasannya:

Tabel 3 Konsep Penataan Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan KRITERIA

PENATAAN Pemetaan aktivitas dan tata guna lahan baik dalam dan sekitar kawasan. KONSEP

PENATAAN 1 Pemetaan kawasan aktif dan pasif disekitar kawasan

KONSEP

PENATAAN 2 Pemetaan Zona

(6)

6

KONSEP

PENATAAN 3 Kebutuhan Ruang Kawasan

KONSEP

PENATAAN 4 Siteplan Kawasan

KONSEP PENATAAN 5 SECTION PLAN

(7)

7

Penataan kawasan dimulai dengan melihat guna lahan sekitar yang memiliki potensi aktif dilihat dari kegiatannya seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, dan lain-lain. Setelah itu dilihat adanya keterkaitan lokasi kawasan terhadap gunalahan kawasan sekitarnya, sehingga akan menimbulkan keterhubungan dan aktivitas saling menghidupkan ruang. Kawasan dibuat zona untuk pengembangan kawasan sesuai dengan pendekatan waterfront

development dengan dikembangkannya menjadi 3 zona diantaranya zona

lingkungan/edukasi, zona rekreasi, dan zona permukiman. Selanjutnya membuat siteplan kawasan. Siteplan dibagi per zona untuk mempermudah pembaca dalam melihat kebutuhan ruang disetiap zona. Setelah itu untuk mempermudah penataan dalam kawasan peneliti membuat potongan kondisi eksisting dan penataaan. Adapun perubahan yang terlihat diantaranya PKL akan disediakan ruang dengan memakai lahan zonasi H.2, penyediaan jalur pedestrian dan pesepedah, serta perataan baik untuk taman atas dan bawah.

b. Aspek Aksesibilitas dan Penghubung

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini diantaranya penerapan sistem linkage pada kawasan, penataan badan jalan, dan akses masuk dan keluar kawasan.

Tabel 4. Konsep Penataan Aspek Aksesibilitas dan Penghubung KRITERIA

PENATAAN

Perlunya menata pola sirkulasi kawasan, dan dilakukan pendekatan visual, struktural, dan kolektif sebagai sistem penghubung tata ruang perkotaan.

KONSEP

PENATAAN 1 Penerapan sistem linkage pada kawasan

KONSEP

PENATAAN 2 Penataan badan jalan

KONSEP

(8)

8

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Penataan dimulai dengan menerapkan sistem linkage. Pendekatan yang dapat diterapkan di kawasan sendiri ialah pendekatan secara visual dan struktural penentuan pendekatan ini akan memudahkan peneliti dalam mengimplementasikan konsep penataan. Selanjutnya penataan badan jalan yang dimana dalam penataanya badan jalan memiliki ruang untuk pejalan kaki, pesepeda, ruang parkir. Selanjutnya, peneliti menata akses masuk kawasan yang dimana sebelumnya belum memiliki akses untuk difabel menjadi ada dan elevasi disesuaikan agar lansia, dan anak-anak mudah dalam memasuki kawasan.

c. Aspek Infrastruktur Kawasan

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini diantaranya penerapan penataan street furniture, penataan drainase, sarana persampahan, fasilitas relaksasi, sarana bermain anak-anak, sarana olahraga, dan jogging track.

Tabel 5. Konsep Penataan Aspek Infrastruktur Kawasan

KRITERIA PENATAAN

Kawasan perlu menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai arahan dan kebutuhan yang tepat seperti utilitas lingkungan, street furniture, sarana dan prasarana rekreatif serta perlindungan tepi air.

Kawasan perlu pengelolaan lebih lanjut untuk keberlanjutannya sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antar stakeholder

KONSEP

PENATAAN 1 Penataan Street furniture

KONSEP

PENATAAN 2 Penataan Drainase

KONSEP

(9)

9

KONSEP

PENATAAN 4 Fasilitas Relaksasi

KONSEP

PENATAAN 5 Sarana bermain anak-anak

KONSEP

PENATAAN 6 Sarana Olahraga

KONSEP

PENATAAN 7 Jogging track

Sumber: Hasil Analisis, 2020

(10)

10

Penataan dimulai dengan melakukan penataan street furniture seperti lampu penerangan, dan rambu-rambu agar pengguna ruang dapat mengunjungi kawasan baik siang ataupun malam hari dan memberi kejelasan petunjuk saat berada di dalam kawasan. Penataan sistem drainase masih mempertahankan sistem yang ada hanya saja tertuang dalam rencana prasarana drainase berfungsi untuk mencegah banjir dan genangan air di Kecamatan Tanah Abang dilakukan pembangunan tunnel terpadu di sepanjang Kanal Banjir Barat di Kelurahan Karet Tengsin, melakukan penerapan sumur resapan dalam dan dangkal di setiap kelurahan, penerapan biopori di setiap kelurahan.Penataan sistem persampahan masih mempertahankan sistem yang ada hanya saja tertuang dalam RDTR Tanah Abang rencana prasarana sampah di Kecamatan Tanah Abang berupa penyediaan TPS dan/atau TPS-3R di kelurahan dan/atau kecamatan dilengkapi prasarana penampungan dan/atau pemilahan sampah spesifik, ditujukan untuk tempat penampungan sementara dan/atau pengolahan sampah sebelum diangkut ke TPST dan/atau TPA. Fasilitas-fasilitas yang ada di lokasi eksisting perlu diperbaharui dan sarana yang ada dilokasi dipertahankan seperti lapangan olahraga dan tempat bermain serta penambahan spot-spot relaksasi dan juga jogging track baik di taman atas ataupun taman tepian sungai.

d. Aspek Ekonomi

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan ruang untuk PKL.

Tabel 6 Konsep Penataan Aspek Ekonomi KRITERIA

PENATAAN

Perlunya menyediakan ruang yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha dan arahan serta kebijakan pemerintah

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang untuk PKL

Sumber: Hasil Analisis, 2020

PKL disediakan ruang untuk berdagang sesuai dengan peraturan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Tanah Abang Zona H.2 dengan kegiatan izin bersyarat berbunyi kegiatan PKL dengan syarat sekurang-kurangnya ditetapkan waktu dan lokasinya.

e. Aspek Sosial

Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan ruang aktivitas sosial (gazebo), penyediaan ruang aktivitas sosial pada ruang terbuka, penyediaan ruang aktivitas sosial pada bantaran sungai.

(11)

11

Tabel 7. Konsep Penataan Aspek Sosial

KRITERIA PENATAAN

Kawasan perlu menerapkan konsep sesuai dengan potensi serta aktivitas masyarakat sebagai recreation dan residential waterfront serta menerapkan tipe jenis ruang terbuka di kawasan permukiman tepi sungai yang bersifat rekreatif, variatif, dan atraktif.

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Gazebo)

KONSEP

PENATAAN 2 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Ruang terbuka)

KONSEP

PENATAAN 3 Penyediaan ruang aktivitas sosial (Bantaran Sungai)

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Ruang aktivitas sosial penting untuk dilakukan penataan mengingat penduduk/masyarakat sangat membutuhkan ruang tersebut tergambar dari kondisi eksisting. Untuk keamanan dan kenyamanan kegiatan di tepian sungai dibuatkan sabuk hijau sebagai pengaman.

f. Aspek Lingkungan

Sub-bab ini akan menerapkan konsep penataan sesuai dengan kriteria penataan yang telah didapatkan dari proses sintesa. Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan area edukasi dan penataan taman edukasi.

Tabel 8. Konsep Penataan Aspek Lingkungan KRITERIA

PENATAAN

Perlunya penataan lingkungan seperti setting lansekap, vegetasi dan material sesuai dengan karakter kawasan dengan tipe pengembangan environmental waterfront.

KONSEP

(12)

12

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Pada eksistingnya kawasan sudah memiliki lahan pertanian yang telah dikelola oleh pak andi selaku pemilik komunitas yang dibuatnya dengan nama mandiri indah tani. Dengan melihat potensi lingkungan dan edukasi peneliti membuat area edukasi yang dapat menjadi pembelajaran anak-anak dan masyarakat terhadap pentingnya lingkungan. g. Aspek Preservasi

Sub-bab ini akan menerapkan konsep penataan sesuai dengan kriteria penataan yang telah didapatkan dari proses sintesa. Adapun konsep penataan yang akan dibahas dalam aspek ini adalah penyediaan ruang berhistoris.

Tabel 9. Konsep Penataan Aspek Preservasi KRITERIA

PENATAAN

Kawasan memilki historis sebagai ruang yang dapat menjadi aktivitas olahraga warga setempat, sehingga kawasan perlu penataan yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap kawasan.

KONSEP

PENATAAN 1 Penyediaan ruang berhistoris

Sumber: Hasil Analisis, 2020

Kawasan memiliki historis yang tidak terlupakan sampai saat ini, dalam penataan ini dilakukan penyediaan kembali ruang berhistoris tersebut dengan memperhatikan kondisi lingkungan disekitar. Penataan dilakukan dengan membuat kondisi elevasi dari bantaran sungai menjadi datar, sehingga dapat terciptanya ruang yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan kembali oleh warga.

(13)

13

KESIMPULAN

Berdasarkan permasalahannya, penataan di lokasi studi belum optimal diperlukannya penataan kembali ruang terbuka publik pada lokasi guna mewujudkan ruang publik tepi air yang sesuai dengan pendekatan Waterfront Development. Pendekatan tersebut

Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih dalam mengenai penataan ruang terbuka publik pada kawasan bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kawasan memiliki potensi untuk dilakukannya penataan sesuai dengan pendekatan Waterfront Development, dengan hasil penelitian yang membuktikan bahwa kawasan memiliki 4 aspek yang mendukung diantaranya, Aspek Ekonomi, Aspek Sosial, Aspek Lingkungan, dan Aspek Preservasi. Sebab itu kawasan perlu dilakukan perencanaan serta penataan ruang yang baik agar ruang terbuka publik pada bantaran Sungai Ciliwung Kanal Banjir Barat Petamburan dapat mendukung rencana-rencana induk di Jakarta seperti pada dokumen RDTR Tanah Abang dan RTRW Jakarta. Dalam melakukan penataan kawasan yang baik, dan melihat pendapat dari berbagai pihak yang berkaitan dengan kawasan seperti pemerintah atau dinas terkait, organisasi masyarakat, dan masyarakat sendiri menginginkan kawasan menjadi ruang terbuka publik yang bermanfaat seperti dahulunya sebelum adanya pembangunan yang menyebabkan ruang terbuka menjadi tidak optimal atau tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkegiatan di ruang terbuka yang mereka miliki.

Setelah melakukan proses analisa yang dimulai dari mengidentifikasi kondisi fisik dan non fisik kawasan untuk mendapatkan potensi serta permasalahan kawasan sebagai area waterfront, merumuskan kriteria penataan, dan membuat konsep penataan. Hasil dari proses analisa terbentuknya 3 zona yaitu environmental/educational zone, recreational zone, dan residential zone karena adanya kondisi eksisting pada kawasan yang juga mendukung terbentuknya zona tersebut serta terciptanya zona untuk mempermudah pengguna ruang mengenali kawasan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kawasan memiliki keterkaitan antar kegiatan-kegiatan yang ada disekitarnya, karena lokasinya yang strategis dekat dengan berbagai pusat kegiatan sehingga memiliki potensi sebagai ruang terbuka publik, dan juga untuk mengoptimalkan potensi kawasan perlunya dilakukan penataan. (keterkaitan rancang kota dalam perencanaan) Penataan tersebut guna untuk menangani lingkungan binaan yang diatur dalam rencana kota (makro) sehingga perancangan kota (mezo) merupakan implementasi dari rencana kota itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

A, Djunaedi. 2000. Bahan Kuliah Perancangan Kota I

Azlina Binti Md. Yassin, Prof. Chris Eves, John Mc Donagh. 2012. An Evolution of Waterfront Development in Malaysia.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jakarta, Kecamatan Tanah Abang dalam angka, 2019. Breen, Ann dan Dick, Ricgby (1996), The New Waterfronts: The World Wide Urban

Success Story. McGraw Hill, New York.

Carr, Stephen, et. all, 1992, Public Space. Australia. Cambridge University Press. Cullen, Gordon, 1975, Townscape. , New York. Van Nortrand Reinhold Company. Danisworo, M. 1999. Rangkuman Buku Ajar Teori Perancangan Urban. Bandung Institut

Teknologi Bandung.

Grant, J.A & Associates. 2008. Glenferrie Road Precinct Walkability Study Final Report. Krier, Rob. 1997. Urban Space. Rizzolli Int. Pub. New York

Larasati, Anindya Kenyo. 2017 Perencanaan Bantaran Sungai Code sebagai

Destinasi Wisata berbasis Riverwalk. Universitas Gadjah Mada. Tourisma, Vol. 1 Number 1 October 2017

(14)

14

Lynch, K. 1960, The Image Of The City, Cambridge, MS. MIT Press, Cambridge, Massachusetts.

______. 1981. Good City Form. Cambridge. MIT Press.

Pemerintah Indonesia. 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir. Pemerintah Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Jakarta

Pemerintah Indonesia. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana Sarana Persampahan Dalam Penanganan Rumah Tangga Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Pemerintah Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai. Pemerintah Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Permana, Hendra Adi dan Prakarsa Yoga. Kajian Pola Tata Bangunan dan Lingkungan

Serta Bentuk Bangunan Kawasan “The Regatta” Di Pantai Mutiara Jakarta. Universitas Indraprasta PGRI. Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Rezeki, Sri. 2017. Penataan Ruang Terbuka Publik pada Bantaran Sungai di Kawasan Pusat Kota Palu Dengan Pendekatan Waterfront Development Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Sastrawati, Isfa. 2003. Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air. Kasus: Kawasan Tanjung Bunga, Jurnal Perencanaan Wilayah Kota Vol. 14 No. 3, hal 95-117. Laboratorium Perancangan Kota Departemen Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Shirvani, Hamid. 1985, Urban Design Process, Van Nistrand Renhold Company, New York.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) , Alfabeta, Bandung. Supriyadi, B. 2008. Kajian Waterfront di Semarang (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal

Barat). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman, Enclosure Volume 7 No. 1 Maret 2008.

MLA8, PPS, 2007, What is Placemaking?. Project for PublicSpaces, 2007 https://www.pps.org/article/what-is-placemaking.

Team Mirah Sakethi, 2010. Mengapa Jakarta Banjir?. Jakarta.

Torre, L, Azeo, 1989, Waterfront Development, Van Nostrand Reinhold, New York. Trancik. 1986. Finding Lost Space :Theories Of Urban Design. New York. Van Nostrand Reinhold Co.

Vidiyanti, Christy. 2016. Kajian Waterfront Di Semarang (Studi Kasus : Sungai Sustainable Waterfront Development sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Gambar

Gambar 1. Pengelompokkan Hasil Identifikasi Fisik dan Non-Fisik Berdasarkan  Aspek Penelitian
Tabel di atas merupakan hasil kesimpulan observasi dan analisa peneliti terhadap kawasan  dengan  menggunakan  kajian  serta  teori-teori  relevan  sesuai  dengan  topik  penelitian
Tabel 3 Konsep Penataan Aspek Aktivitas dan Tata Guna Lahan
Tabel 4. Konsep Penataan Aspek Aksesibilitas dan Penghubung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan moral yang diajukan oleh Kompas.Com dan Detik.Com adalah bahwa Alasan caleg perempuan menjadi anggota legislatif peneliti kelompokkan menjadi alasan ekonomis karena ingin

Pseudoalbaillella longicornis Ishiga & Imoto bersama-sama Hegleria mammilla (Sheng & Wang), jujukan rijang yang dikaji sesuai dimasukkan ke dalam Zon

Pertama, proses pemidanaan terhadap tindak pidana perjudian di Magetan dalam perkara pidana nomor: 86/Pid.B/2016/PN.Mgt, perkara pidana nomor: 20/Pid.B/2016/PN.Mgt,

dalam pakan komersial terhadap kualitas pakan, meningkatkan jumlah bakteri dalam mukosa usus dan kecernaan ikan melalui pemberian pakan probiotik yang ramah lingkungan,

• Islam dibawa ke Aceh oleh para pedagang dari Gujarat, Arab dan Persia bermazhab Syiah pada abad ke 7/8 Masehi. • Syiah datang ke Indonesia sejak awal masuknya Islam ke Indonesia

Walau bagaimanapun, sekiranya tempoh masa ketibaan pelajar dari luar negara dan jadual penerbangan ke Sabah atau Sarawak melebihi 24 jam, maka pelajar dikehendaki

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kinerja operator alat bongkar muat Belawan International Container Terminal (BICT) pada

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh multi temporal telah dilakukan untuk memantau parameter yang digunakan sebagai penilai status ekosistem perairan danau