• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN

TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

Ethyca sari Stikes William Booth Jln. Cimanuk No. 20 Surabaya ABSTRAK

Kekerasan pada anak adalah perbuatan semena-mena orang tua yang seharusnya menjadi pelindung pada seorang anak secara fisik, seksual dan emosional yang meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam bentuk emotional abuse, verbal abuse, physical abuse, sexual abuse, sindrom munchaunsen dan kekerasan ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga tentang kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak di RT 02 rw 06 Donowati Surabaya”. Berdasarkan tujuan penulisan desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasional secara cross sectional. Populasi penelitiannya adalah keluarga yang memiliki anak usia SD yang berada di RT 02 rw 06 Donowati Surabaya, alat yang digunakan adalah kuesioner, metode pengambilan sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 20 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak. Tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak termasuk baik 55%, pengetahuan cukup 35% dan pengetahuan kurang 10%. Tindakan perilaku kekerasan pada anak, dari seluruh responden tidak ada yang melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak yaitu 100%. Hal ini dimungkinkan karena kita tinggal di Indonesia, pada khususnya Jawa, maka adat istiadat masih sangat dijunjung tinggi sehingga hal-hal yang berhubungan dengan aib ataupun yang dapat mencoreng maRTabat orang tua lebih baik disembunyikan atau tidak boleh sampai ada orang luar yang mengetahuinya. Hal lain yang juga bisa terjadi adalah, memang mungkin saja benar-benar tidak terjadi tindakan perilaku kekerasan pada anak yang disebabkan oleh kasih sayang, cinta kasih dan keharmonisan dalam tiap keluarga di RT 02 Rw 06 Donowati Surabaya, meskipun tingkat pendidikan yang dimiliki cukup ataupun kurang.

Kata Kunci : Pengetahuan Perilaku Kekerasan, Tindakan Perilaku Kekerasan ABSTRACT

Violence in children is the arbitrary act of parents who should be protective of a child physically, sexually and emotionally including physical, psychological, sexual and neglectful abuse. Violent behavior can occur in the form of emotional abuse, verbal abuse, physical abuse, sexual abuse, munchaunsen syndrome and economic violence. The purpose of this study was to determine the relationship of family knowledge about violence in children with acts of violence behavior in children in RT 02 rw 06 Donowati Surabaya ". Based on the purpose of writing research design used is correlational design cross sectional. The population of this research is family with elementary school age children in RT 02 RW 06 Donowati Surabaya, the tool used is questionnaire, sampling method taken by purposive sampling counted 20 respondents. The results of this study indicate no relationship between family knowledge about violence in children with acts of violent behavior in children. The level of family knowledge about violent behavior in children including both 55%, knowledge 35% and knowledge less 10%. Violent behavioral acts on children, of all respondents no one acts violent behavior in children that is 100%. This is possible because we live in Indonesia, especially Java, hence the customs are still highly esteemed so that things related to shame or that can tarnished the dignity of parents better hidden or not until there are outsiders who know it. Another thing that can also happen is, it is possible that there is really no act of violent behavior in children caused by affection, love and harmony in every family in RT 02 Rw 06 Donowati Surabaya, although the level of education owned or not enough .

(2)

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan oleh pemberitaan media cetak seRTa elektronik tentang kasus-kasus kekerasan pada anak dan beberapa di antaranya harus mengembuskan napasnya yang terakhir. Kekerasan pada anak adalah perbuatan semena-mena orang tua yang seharusnya menjadi pelindung (guard) pada seorang anak (individu berusia kurang dari 18 tahun) secara fisik, seksual, dan emosional yang meliputi kekerasan fisik, psikis, seksual,

dan penelantaran (Undang-Undang

Perlindungan Anak No 23 Tahun 2003 Pasal 3). UNICEF mendefinisikan bahwa kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk perlakuan salah secara fisik dan atau emosional, penganiayaan seksual, penelantaran, atau eksploitasi secara komersial atau lainnya yang mengakibatkan gangguan nyata ataupun potensial terhadap perkembangan, kesehatan dan kelangsungan hidup anak ataupun

terhadap maRTabatnya dalam konteks

hubungan yang beRTanggung jawab,

kepercayaan atau kekuasaan. Sebagai contoh pada kekerasan fisik sepeRTi memukul dan mencubit, contoh penganiayaan emosional sepeRTi membentak dan berkata kasar kepada anak. Sedangkan pada penganiayaan seksual dapat digambarkan dengan melibatkan anak dalam aktivitas seksual dan pemerkosaan, melalaikan pengasuhan sepeRTi gagal melindungi anak dari kecelakaan dan untuk

eksploitasi sepeRTi menyuruh anak

mengamen dan menjual anak untuk

kepentingan komersial. (Achiryani, 2000) Akhir-akhir ini banyak berita tentang kekerasan pada anak, baik dimedia cetak maupun media elektronik, anak-anak yang seharusnya nyaman berada di rumah bersama keluarganya justru keluarganya sendirilah yang melakukan kekerasan.

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan

seRTa mempeRTahankan suatu budaya

(Bailon dan Maglaya, 1989). Anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan dari keluarganya disebabkan karena keluarga tidak tahu tentang apa itu perilaku kekerasan pada anak, dapat juga disebabkan keluarga kurang pengetahuan (Ardi, 2009). Berdasarkan pengamatan peneliti, orang tua sering melakukan perilaku kekerasan sepeRTi menyuruh anak “diam !“

ketika anak beRTanya atau “jangan menangis !“ dengan nada tinggi atau membentak yang mungkin tanpa disadari itu adalah merupakan kekerasan kepada anak. Ketika peneliti menanyakan kepada ibu tersebut apakah hal tersebut termasuk kekerasan pada anak, ibu mengatakan bukan, karena menurutnya, yang termasuk kekerasan pada anak adalah jika memukul.

Menurut data pelanggaran hak anak

yang dikumpulkan Komisi Nasional

Perlindungan Anak (KPAI, 2006) dari data induk lembaga perlindungan anak yang ada di 30 provinsi di Indonesia dan layanan pengaduan lembaga tersebut, pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada 2007 jumlahnya meningkat 40.398.625 kasus. Di samping itu Komisi Nasional Perlindungan Anak juga melaporkan bahwa selama periode Januari-Juni 2008 sebanyak 12.726 anak menjadi korban kekerasan seksual dari orang terdekat mereka sepeRTi orang tua kandung atau tiri atau angkat, guru, paman, kakek dan tetangga. Selain data tersebut diatas, terdapat data lain yang peneliti dapatkan di surat kabar harian Kompas, Kamis 23 Mei 2002, kekerasan domestik atau kekerasan yang terjadi di dalam lingkungan keluarga menduduki porsi terbesar dalam kasus kekerasan yang menimpa anak-anak pada rentang usia 3-6 tahun. Sebanyak 80% kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga mereka, 10% terjadi di lingkungan pendidikan, dan sisanya orang yang tak dikenal. Menurut data yang didapat peneliti setelah melakukan studi pendahuluan pada 10 keluarga di Donowati RT. 02 RW. 06 Surabaya adalah terdapat 5 keluarga yang tidak mengetahui tentang perilaku kekerasan pada anak.

Menurut mereka perilaku kekerasan pada anak hanya berupa kontak fisik saja sepeRTi memukul, mencubit, menendang dan sebagainya. Sedangkan pada 5 keluarga lainnya, mengeRTi tentang perilaku kekerasan pada anak. Responden ini dapat menyebutkan bahwa mengatakan hal yang buruk pada anak, memaksakan kehendak pada anak, tidak memberikan perhatian pada anak juga merupakan salah satu contoh dari perilaku kekerasan pada anak. Ini menunjukkan bahwa keluarga tidak tahu tentang batasan-batasan tentang perilaku kekerasan pada anak.

Bila pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak kurang, maka akan timbul dampak yang sangat merugikan

(3)

pada semua pihak, baik pada keluarga itu sendiri, anak seRTa bangsa kita. Dampak yang negative pada keluarga adalah keluarga tersebut akan terus melakukan perilaku kekerasan pada anak. Dampak bagi anak yang merupakan korban perilaku kekerasan adalah sepeRTi anak suka membolos sekolah, anak dapat teRTinggal pelajaran, maka prestasi belajar akan menurun (Lidya, 2009). Dampak yang lain adalah anak tidak bisa bergaul, suka berkelahi dengan teman sebaya dan juga dapat muncul beberapa cedera fisik akibat perilaku kekerasan sepeRTi memar, rambut rontok, luka dan lain sebagainya. Dan bila dampak tersebut terus menerus terjadi pada anak-anak di Indonesia, maka hal tersebut dapat merusak generasi penerus bangsa (Ardi, 2009).

Untuk mengatasi masalah

ketidaktahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak, perlu dilakukan upaya yaitu memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan, menganjurkan keluarga mencari informasi baik di media cetak maupun media elektronik seRTa mengikuti seminar tentang perilaku kekerasan pada anak.

Dengan demikian, diharapkan dengan

pengetahuan yang baik pada keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak dapat mencegah perilaku kekerasan orang tua pada anak. METODE

Berdasarkan tujuan penelitian desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasional secara cross sectional yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Nursalam, 2003).

Penelitian ini beRTujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang perilaku kekerasan pada anak dengan tindakn perilaku kekerasan pada anak di RT 02 RW 06 Donowati Surabaya.

Pada penelitian ini populasinya adalah semua Keluarga di RT 02 RW 06 Donowati, Surabaya yang mempunyai anak usia SD yang berjumlah 21 keluarga.

Kriteria populasi pada penelitian ini yaitu Orang tua yang mempunyai anak usia SD dengan jumlah anak ≤ 2.

Setelah disesuaikan dengan kriteria penelitian, didapatkan sampel berjumlah 20 keluarga. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling,

dimana penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Arikunto Suharsini, 2002).

Pengambilan data tentang pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan maupun tindakan kekerasan pada anak yang dilakukan orang tua dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden. Dari data yang diperoleh dilakukan analisa data. Untuk tingkat pengetahuan diberi nilai jika jawaban benar : 1 dan jika jawaban salah : 0. Pengetahuan baik : 75%-100%, Cukup : 56%-<75% dan Kurang = < 56%.

Untuk kuisioner Tindakan kekerasan pada anak setiap jawaban diberi skor. Jika pernyataan negatif jawaban: Sangat sering : 4, Sering : 3, Jarang : 2 Tidak Pernah : 1. Pernyataan positif: Sangat sering : 1, Sering : 2, Jarang : 3, Tidak Pernah : 4. Nilai : >50 % : melakukan tindakan kekerasan pada anak.

<50 % : tidak melakukan kekerasan pada anak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Data Umum Demografi

Data umum ini menggambarkan data

demografi responden yang bisa

mempengaruhi pengetahuan dan tindakan kekerasan orang tua terhadap anak.

Tabel . Karakteristik responden berdasarkan usia pada hubungan pengetahuan keluarga tentang kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak No Umur Jumlah Prosentase 1 20 – 25 tahun 4 20% 2 26 – 30 tahun 7 35% 3 31 – 40 tahun 6 30% 4 > 40 tahun 3 15% Jumla h 20 100%

Berdasarkan table 1 tampak bahwa sebagian besar responden berdasarkan usia adalah 26 – 30 tahun sejumlah 7 responden (35%).

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada hubungan pengetahuan

(4)

keluarga tentang kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak No Pendidikan Jumlah Prosentase 1 SMA 11 55% 2 Perguruan Tinggi 9 45% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2 karakteristik keluarga berdasarkan pendidikan terakhir, sebagian besar responden adalah 11 orang (55%) berpendidikan SMA.

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan

status perkawinan pada

hubungan pengetahuan

keluarga tentang kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak No Status Perkawinan Jumlah Prosentase 1 Kawin 20 100% 2 Belum Kawin 0 0% 3 Janda 0 0% 4 Duda 0 0% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 3 karakteristik keluarga berdasarkan status perkawinan bahwa keseluruhan responden yaitu 20 orang (100%) berstatus menikah.

Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal pada hubungan pengetahuan keluarga tentang

kekerasan pada anak dengan

tindakan perilaku kekerasan pada anak Tempat Tinggal Jumlah Prosentase 1 Tinggal satu rumah 20 20% Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 4 karakteristik keluarga berdasarkan tempat tinggal yang sama dengan anak, bahwa keseluruhan responden yaitu 20 orang (100%) tinggal serumah dengan anak.

Data Khusus

Data khusus ini menggambarkan tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang Perilaku kekerasan dengan tindakn perilaku kekerasan pada anak.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hubungan pengetahuan keluarga tentang kekerasan pada anak dengan Tindakan Perilaku Kekerasan Pada Anak Pengetahua n Tidak Melakuka n Melakuka n Tindakan Kekerasan Prosentas e Baik 11 0 55% Cukup 7 0 35% Kurang 2 0 10% Jumlah 20 0 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak dengan perilaku tindakan kekerasan pada anak, baik pada tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang semua tidak melakukan perilaku tindakan kekerasan pada anak, yaitu sebanyak 20 responden (100%).

PEMBAHASAN

Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perilaku Kekerasan

Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang perilaku kekerasan sebagian besar baik yaitu

(5)

11 orang (55%) kemudia disusul dengan tingkat pengetahuan cukup 7 orang (35%) dan pengetahuan kurang 2 orang (10%). Menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh fakto-faktor jenis ras, jenis kelamin, lingkungan, social ekonomi, usia, pendidikan, pengalaman dan pekerjaan. Bila kita melihat karakteristik responden berdasarkan usia pada table 1 terbanyak adalah berusia 26 – 30 tahun sebanyak 7 orang (35%). Elisabeth Hurlock (1992) mengatakan bahwa dimana usia 26 – 30 tahun merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru, sikap-sikap baru, keinginan dan nilai-nilai baru, sesuai dengan tugas baru. Pada penelitian ini, pada tataran usia tersebut para responden tentunya dihadapkan dengan peran baru dan tugas baru sebagai orang tua, usia yang tentunya masih sangat produktif , tingkat stressor yang sangat tinggi baik dari lingkungan ataupun tempat kerja. Dengan kondisi tersebut, dari hasil penelitian ternyata tingkat pengetahuan responden yang terbanyak adalah baik meskipun usia responden relative masih muda. Tingkat pengetahuan yang tinggi membuat responden mampu mengaplikasikan informasi yang mereka terima dengan baik tentang perilaku kekerasan pada anak. Selain hal tersebut, bimbingan dari orang tua baik dalam hal pengalaman dan pengetahuan turut seRTa membantu para keluarga muda dalam hal memahami informasi yang diterima

Pendidikan adalah salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang perilaku kekerasan. Berdasarkan tabel 2 dari 20 responden, yang paling banyak adalah berpendidikan terakhir SMA sebanyak 11 orang (55%). Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang atau pendidikan seseorang, maka akan semakin baik seseorang menerima informasi sehingga lebih mudah menerapkannya. Selain hal tersebut, pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar seRTa menyiapkan peseRTa didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar seRTa dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih

mampu menerima informasi dengan baik, menimbang dengan seksama baik dan buruknya dan pada akhirnya akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain hal tersebut, orang dengan pendidikan yang tinggi mempunyai wawasan yang lebih luas, teman pergaulan yang lebih banyak dari berbagai tingkat pendidikan sehingga mempunyai kesempatan untuk mendapatkan masukan ataupun nasehat tentang perilaku kekerasan. Tindakan Perilaku Kekerasan Pada Anak

Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa tidak ada responden yang melakukan kekerasan pada anak di RT 02 Rw 06 Donowati Surabaya. Dalam beberapa kasus yang terjadi, kekerasan pada anak dilakukan oleh orang yang beRTanggung jawab ataupun oleh orang tuanya sendiri. Berdasarkan tabel 3 dari 20 responden, semuanya berstatus menikah. Menurut Nasrul Effendy (1998), keluarga adalah merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang terkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena peRTalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Salah satu fungsi dalam keluarga adalah menjaga intuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan

anggota keluarga yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga, sehingga terbentuk saling pengeRTian satu dengan yang lainnya dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga (Ali Zaidin, 2009). Keluarga yang dilandasi dengan perkawinan menumbuhkan rasa cinta kasih, saling pengeRTian antara sesama anggota keluarga terutama anak sebagai anggota terkecil dari keluarga. Keluarga tidak melakukan perilaku kekerasan dikarenakan keluarga merasa anak sebagai darah daging mereka yang harus disayangi, dilindungi dan dibahagiakan. Selain itu anak merupakan penerus generasi dari keluarga sehingga

keluarga merasa perlu memberikan

pendidikan, perawatan yang sebaiknya baiknya demi perkembangan yang optimal baik dari segi fisik maupun mentalnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian diatas karena dari para responden semuanya tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak.

Berdasarkan table 4 tentang tempat tinggal para responden, semuanya beRTempat tinggal dalam satu rumah dengan anak

(6)

mereka. Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Nasrul Effendy (1998) melindungi anak dari tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan merasa aman adalah merupakan fungsi perlindungan dari keluarga. Dalam kondisi-kondisi teRTentu, rumah adalah merupakan tempat perlindungan yang paling aman bagi anak. Mereka akan merasa aman, tenteram dan ada orang yang akan mempeRTahankannya dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. Hal inilah yang membuat keluarga tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak sehingga pada hasil penelitian didapatkan seluruh keluarga tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak.

4.3.3 Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Perilaku Kekerasan Pada Anak Dengan Tindakan Perilaku Kekerasan Pada Anak.

Berdasarkan table 5 didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak dimana baik responden yang memiliki pengetahuan baik 11 orang, cukup 7 orang dan kurang 2 orang semuanya tidak melakukan tindakan perilaku kekerasan. Menurut Bloom yang dikutip dari Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ), dari pengetahuan yang dimiliki seseorang dan terbentuk perubahan perilaku yang diharapkan. Dari hasil penelitian yang didapatkan, ternyata tidak terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak di RT 02 RW 06 Donowati Surabaya. Hal ini dapat mungkin terjadi karena kita tinggal di Indonesia, pada khususnya Jawa, maka adat istiadat masih sangat dijunjung tinggi sehingga hal-hal yang berhubungan dengan aib ataupun yang dapat mencoreng maRTabat orang tua lebih baik disembunyikan atau tidak boleh sampai ada orang luar yang mengetahuinya. Hal lain yang juga bisa terjadi adalah, memang mungkin saja benar-benar tidak terjadi tindakan perilaku kekerasan pada anak yang disebabkan oleh kasih sayang, cinta kasih dan keharmonisan dalam tiap keluarga di RT 02 RW 06 Donowati Surabaya, meskipun tingkat

pendidikan yang dimiliki cukup atau pun kurang.

SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 11 responden (55%) 2. Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan didapatkana bahwa seluruh responden tidak ada yang melakukan perilaku kekerasan pada anak, yaitu sebanyak 20 responden (100%).

3. Berdasarakan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa tidak ada

hubungan antara pengetahuan

keluarga tentang perilaku kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak, dimana dari keseluruhan responden dengan tingkat pengetahuan baik, cukup ataupun kurang tidak ada yang melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. (2009). Pengantar Keperawatan

Keluarga. JakaRTa : EGC

Ardi, Muhammad. (2009). Kekerasan Pada

Anak Menurut Perlindunga Anak Islam Dalam Tinjauan psikologi dan Pengaruhnya Dalam Persiapan Generasi Muslim. Riau :

http://www.psikologimania.co.cc/2010/ 02/kekerasan-pada-anak-menurut-undang.html

Arikunto, Suharsini. (2002). prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

JakaRTa : Rineka Cipta

Copel, Linda Carma. (2007). Kesehatan Jiwa

Psikiatri :Pedoman Klinis Perawat.

Edisi 2. JakaRTa : EGC

Hurlock, Elisabeth. (1992). Psikologi Perkembangan. Edisi kelima. JakaRTa :

Erlangga

Lidya (2009). Pengaruh Kekerasan Pada

PeRTumbuhan dan Perkembangan Anak. JakaRTa:

http://www.perfspot.com/blogs/1253 Muarif, Syamsul. (2008). Kekerasan Orang

Tua Pada Anak. JakaRTa

(7)

08/11/25/kekerasan-orang-tua-pada-anak/

Nasrul Efendy (1998) : Keperawtan Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, JogjakaRTa. Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. JakaRTa :

Salemba Medika

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. JakaRTa : Salemba

Medika.

S. Hamid, Acjir Yani (2000). Bunga Rampai

Asuhan Keperawatan Jiwa. JakaRTa :

Gambar

Tabel  .  Karakteristik  responden  berdasarkan  usia  pada  hubungan  pengetahuan  keluarga  tentang  kekerasan  pada  anak  dengan  tindakan  perilaku  kekerasan  pada anak     No                                Umur                    Jumlah
Tabel  3.  Karakteristik  responden  berdasarkan  status  perkawinan  pada  hubungan  pengetahuan  keluarga  tentang  kekerasan  pada  anak  dengan  tindakan  perilaku kekerasan pada anak   No  Status  Perkawinan  Jumlah    Prosentase  1   Kawin  20    100

Referensi

Dokumen terkait

Ini adalah nada dasar dari nyanyian tiga srikandi Unika Atma Jaya yang mengajak kita semua menjadi keluarga bagi para korban pecandu narkoba/ napza karena hanya di dalam

Indikasi gejala yang timbul yaitu saat kita memasukkan SIM Card lalu menyalakan ponsel, tidak ada sinyal ataupun jaringan yang muncul pada LCD ponsel. Setelah

Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti janis-jenis khat yang terdapat pada Masjid Raya Al- Osmani Medan Labuhan Kota Medan, dan berbentuk bacaan apakah kaligrafi yang

Dengan adanya dukungan dan peran suami seperti adat dan budaya yang ada di Indonesia bahwa keputusan sebagian besar ada pada suami maka akan berpengaruh terhadap

peperiksaan untuk menentukan sasaran yang telah dibuat, jika dibawah paras yang disasar perlu buat post mortem tetapi jika menepati atau melepasi sasaran,

kongres IV pada tahun 1921, bahwa anggota SI tidak dapat merangkap menjadi. anggota partai politik lainnya, maka Semaun dikeluarkan

Judul Penelitian : PENGARUH KOMUNIKASI DAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN PENGAWASAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK

Renstra Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 merupakan penjabaran dari RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 untuk terwujudnya “ Jawa