• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Manggis ( Garcinia mangostana L)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana L)

Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daunnya tebal serta lebar. Pohon tegak lurus dengan percabangan simetri membentuk kerucut. Semua bagian tanaman mengeluarkan eksudat getah kuning apabila dilukai (Verheij 1997; Ashari 2006; Osman dan Milan 2006).

Bunga manggis bersifat unisex dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya bunga betina yang dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna (rudimeter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi lagi, oleh karena itu buah manggis dihasilkan tanpa penyerbukan (Mulyani 2000). Bunga sendiri atau berpasangan di ujung ranting, bergagang pendek dan tebal, berdiameter 5,5 cm. Daun kelopak 2 pasang, daun mahkota 2 pasang, tebal dan berdaging, berwarna hijau – kuning dengan pinggir kemerah-merahan. Benang sari semu dan biasanya banyak. Bakal buah bertangkai berbentuk agak bulat dan beruang empat. Kepala putik tidak bertangkai dan bercuping (Verveij 1997).

Buah manggis berbentuk bulat atau elips, dengan berat bervariasi antara 75 – 150 g. Mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal buah dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya 1-3 bakal biji yang berkembang menjadi biji yang berwarna coklat dengan panjang 2 - 2,5 cm, lebar 1,5 – 2 cm dan tebalnya antara 0,7 - 1,2 cm, berbentuk dari jaringan nuselar dan dihasilkan secara klonal karena bersifat apomiksis (Yaacob dan Tindall 1995).

Perikarp atau kulit buah manggis memiliki permukaan bagian luar yang halus dengan tebal 4-8 mm, keras, berwarna ungu kecoklatan pada bagian luarnya dan ungu pada bagian dalamnya pada buah tua, dan mengandung getah kuning yang pahit (Yaacob dan Tindall 1995).

Bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) pada manggis adalah sekitar 25 – 30%. Dalam 100 g daging buah terdapat air sebanyak 79.2-84.9%, karbohidrat sebanyak 14.3-19.8, protein sebanyak 0.5-0.7%, lemak 0.10-0.8%

(2)

dan serat sebanyak 0.3-5.1%. Buah manggis mengadung vitamin C sebanyak 1.0 -66.0%. Kulit buah manggis bagian dalam kaya akan pektin, katekin, tannin dan xanthonin (Osman dan Milan 2006; Ashari 2006).

Tanaman manggis dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada ketinggian tempat 0 – 600 m dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara 25 – 30oC. Curah hujan 1270 – 2500 mm/tahun dengan 10 bulan basah dalam satu tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Intensitas cahaya matahari berkisar 40 – 70%. Tanaman manggis umumnya memiliki adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis menghendaki tanah dengan tekstur liat berpasir dan berstruktur remah dengan solum yang dalam (1.5 – 10 m). derajat keasaman tanah yang dikehendaki adalah 5 – 7 (Verveij 1997).

Getah Kuning

Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan eksudat resin (cairan getah) berwarna kuning yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al. 1996).

Daging buah manggis yang terkena getah kuning menempel ke kulit buah dan menimbulkan rasa yang pahit. Selain di daging buah, getah kuning ini juga muncul di kulit buah, yang akan mengeras seiring dengan bertambahnya umur simpan buah manggis yang telah dipanen. Hal ini dapat menurunkan kualitas buah baik secara fisik maupun rasa, buah akan terlihat buruk dan kurang menarik (Yaacob dan Tindall 1995).

Tipe saluran getah kuning pada bunga, buah, tangkai buah, batang dan daun manggis adalah saluran kanal yang bercabang yang terdiri dari dinding tebal dan tipis, mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa. Saluran getah kuning pada buah dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, dan aril. Spot getah kuning sering juga dijumpai pada kulit buah bagian luar, hal ini diduga karena rusaknya saluran getah kuning pada eksokarp buah manggis. Getah kuning mulai mengotori aril pada saat buah berumur 14 minggu setelah anthesis ditandai dengan rusaknya sel-sel epitel. Pada buah yang arilnya terkena getah kuning, tampak rusaknya sel epitel saluran getah kuning. Perubahan tekanan turgor selama fase pertumbuhan buah terkait dengan turgor sel, sedangkan getah

(3)

kuning bukan berada di dalam sel melainkan di dalam saluran. Getah kuning mengotori aril keluar dari saluran getah akibat rusaknya dinding sel penyusun saluran getah. Rusaknya dinding sel epitel diduga karena tekanan mekanik dari dalam akibat perkembangan sel-sel aril dan biji selama fase perkembangan buah mulai dari umur 10 minggu setelah anthesis (MSA) (Fahn 1990; Dorly 2009).

Peranan Kalsium terhadap Struktur Dinding Sel

Kalsium merupakan elemen yang berkaitan dengan kelainan fisiologi (physiological disorder) pada berbagai buah-buahan dan sayuran. Rendahnya kandungan Ca pada sel-sel penyusun dinding sel penyusun kulit buah berkaitan dengan pecahnya buah (Brown et al. 1995).

Kualitas buah dipengaruhi oleh unsur Ca. Kekurangan Ca pada buah apel ditandai dengan munculnya noda berwarna coklat (nekrotik), pecah buah pada leci, sweet cherry dan tomat (Callan 1986; Marschner 1995; Astuti 2002; Huang et al. 2005)

Unsur Ca di organ tubuh tanaman diperlukan untuk membentuk lamela tengah baru. Kalsium diserap tanaman dalam bentuk ion-ion Ca2+. Kalsium merupakan bagian integral dari dinding sel. Kalsium mempengaruhi ketegaran dinding sel dengan membentuk ikatan silang dengan rantai pektik (Marschner 1995). Kalsium berbeda dengan nutrisi lainnya, karena diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil, dibanding ke daun. Walaupun Ca tersedia di dalam tanah, defisiensi Ca menjadi masalah pada beberapa tanaman buah-buahan dan sayuran (Saure 2005).

Kalsium berperan dalam absorsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif dalam sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi. Bersama dengan pektat berperan dalam menjaga turgiditas sel yaitu membuat dinding sel semakin tegar kuat dan kokoh (Winarno dan Aman 1981). Menurut Marschner (1995) Ca juga berperan sebagai perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain.

Kalsium klorida (CaCl2) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari unsur kalsium (Ca) dan klorin (Cl). Klor berfungsi mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperibaiki penyerapan ion lain, berperan dalam fotosistem II

(4)

dari proses fotosintesis serta berperan terhadap turgor sel yaitu untuk meningkatkan tekanan osmotik sel (Morgan 2011).

CaCl2 dihasilkan secara langsung dari batu kapur, berupa kristal berwarna putih, dapat berfungsi sebagai sumber kalsium. CaCl2 memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air yaitu 74,5 g/100ml air (20oC), 59,5 g/100 ml air (0oC). Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan (IPCS 1995).

Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan Pada Buah

Aplikasi Ca dengan cara disemprotkan ke buah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kandungan Ca pada jaringan buah sehingga diharapkan mengurangi rusaknya sel penyusun jaringan buah. Setelah Ca memasuki perikarp, kalsium harus ditranslokasikan pada dinding sel. Huang et al. (2005) melaporkan penyemprotan tunggal Ca dengan formulasi berbeda pada tiga stadia perkembangan buah lechi menunjukkan pemberian Ca paling efektif terjadi pada stadia awal (2 minggu setelah anthesis), diikuti dengan pemberian Ca sebelum perkembangan aril.

Penyemprotan langsung ke buah berkaitan dengan sifat Ca yang inmobil dan sangat sedikit kemungkinannya diangkut melalui floem. Larutan Ca berpenetrasi ke buah lewat kutikula, stomata dan lenti sel dan pangkal trikoma. Kalsium diangkut masuk melalui difusi secara apoplas yaitu melalui sistem dinding sel dan ruang antar sel ke dalam perikarp buah (Saure 2005; Glenn et al. 1985).

Penyemprotan Ca dapat meningkatkan kandungan Ca pada buah apel golden delicious (Zavalloni et al 2001). Peningkatan kandungan Ca dicapai dengan peningkatan frekuensi penyemprotan. Sedangkan Ghani (2001) melaporkan bahwa terjadi peningkatan kandungan Ca pada buah naga (Hylocereus polyrhizus) seiring dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan.

Penyemprotan Ca dilakukan pada permukaan buah selama tahap perkembangan buah. Penyemprotan Ca dalam bentuk cair mengandung komponen hidrofilik yang menghambat penetrasi dalam buah (Baur 1999). Penambahan surfaktan (pro sticker) diperlukan untuk menarik residu Ca agar penyerapan dan penetrasi Ca pada buah meningkat. Penambahan NAA memberikan efek nyata meningkatkan transpor dan akumulasi Ca ke dalam buah dengan cara

(5)

memaksimalkan pembukaan stomata (Marchelle dan Clijsters 1978; Pharmawati et al. 2008).

Pro stiker adalah jenis surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai zat pembasah yaitu membungkus kalsium dan membuatnya tolak-menolak dengan air sehingga posisinya mengambang dan dapat bertahan untuk tetap basah beberapa saat sebelum menyusup kedalam perikarp buah (Huang et al. 2005). Schonherr (2000) melaporkan bahwa CaCl2 berpenetrasi sangat

lambat jika tidak ada penambahan surfaktan.

Naphthalene Asetic Acid (NAA) adalah auksin sintetik. Marchelle dan Clijsters (1978) menyatakan bahwa retak pada buah ceri terkait dengan kandungan Ca buah rendah. Aplikasi Ca dengan penambahan NAA menurunkan kerusakan pada buah tersebut. Hasil penelitian Dorly (2009) kandungan Ca nyata lebih tinggi pada perikarp yang diberi penambahan NAA dibanding dengan perlakuan Ca tungggal.

Kekerasan Kulit Buah

Perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik pada buah-buahan (Pantastico 1989). Kekerasan merupakan salah satu indikasi kerusakan buah, semakin keras kulit buah manggis semakin rusak dan tidak disukai oleh konsumen. Menurut Tongdee dan Sawanagul (1989), pengerasan cangkang buah secara fisiologis terjadi setelah mengalami proses pemasakan, yaitu setelah melalui proses klimaterik disertai dengan dehidrasi tinggi. Lama kelamaan permukaan buah secara keseluruhan mengalami pengerasan sehingga sangat sulit untuk dibuka.

Tekstur atau kekerasan kulit buah bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat, atau kadar pati yang di kandung buah. Buah-buahan dengan kulit luar yang tebal memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada buah dengan kulit luar yang tipis atau kulit luar menjadi satu dengan kulit tengahnya. Tekstur kulit buah bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan tanamannya. Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotic aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan elastisitas dinding sel (Pantastico 1989).

Pengerasan kulit buah manggis selama penyimpanan terutama terjadi karena proses transpirasi uap air pada jaringan kulit manggis. Selama

(6)

penyimpanan terjadi penebalan dinding sel dan ruang-ruang antar sel pada jaringan parenkim kulit luar dan tengah rusak karena kehilangan cairan yang mengakibatkan kulit manggis menjadi keras (Qanytah 2004.). Kekerasan kulit buah manggis berkorelasi positif dengan kalsium pektat dan berkorelasi negatif dengan kadar pektin dan aktivitas poligalakturonase (Auliani 2010).

Pada buah yang masih muda, banyak mengandung senyawa protopektin yang berfungsi sebagai penguat lamella tengah dan membran sel. Protopektin tersebut merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer asam galakturonat, banyak kalsium dan magnesium. Pengaruh kekerasan oleh ion kalsium disebabkan terbentuknya ikatan menyilang antara ion kalsium divalent dengan polimer senyawa pektin yang bermuatan negatif yaitu pada gugus karboksil asam galakturonat. Ikatan tersebut akan mempengaruhi daya larut senyawa pektin sehingga akan semakin kokoh dari gangguan mekanis (Winarno dan Aman 1981).

Referensi

Dokumen terkait

Pada t ahap aw al Pokja Pengadaan Barang/ Jasa pada Dinas Bina M arga Kabupat en Kuningan t elah memberikan penjelasan kepada pesert a lelang mengenai hal-hal yang perlu disampaikan

We are grateful to the USGS and the South African National Geospatial Information (NGI) of the Department of Rural Development and Land Reform for the provision of

Penulis berharap dengan adanya Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) ini mampu menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan

Legal Stephen Porter sporter@ciel.org.. This also means that the downtown area is quite small and it is possible to walk from one destination to the next. The COP15 is located at

Pembelajaran yang telah diterapkan kurang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep, oleh karena itu, siswa harus menguasai dan memahami konsep- konsep matematika

Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less

In this study, Indonesian oil palm EFB was pyrolysed under different condition in a midle-scale of slow pyrolysis to produce bio-oil and the products obtained were