IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NO 16 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI
AKADEMIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL WATHAN
PUSARAN 8 KECAMATAN ENOK
OLEH:
AGUSTA RYANDI
NIRM: 1209.16.07862
SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI
PERSYARATAN DAN TUGAS-TUGAS GUNA MENCAPAI GELAR
SARJANA PENDIDIKAN PADA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
1441 H/2020 M
2
3
i
ABSTRAK
AGUSTA RYANDI (2020): IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL WATHAN PUSARAN 8 KECAMATAN ENOK.
Pendidikan merupakan upaya mencerdasakan
kehidupan bangsa, tercipta manusia yang beriman, bertakwa, dan berahlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai upaya
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Untuk terciptanya sebuah pendidikan yang berkualitas, serta memiliki daya saing yang tinggi,
diperlukan seorang pendidik berkompeten dan
profesional. Yakni, lembaga pendidikan harus memiliki standar kualifikasi akademik yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kec. Enok. Bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Permendiknas No. 16 Tahun 2007, tentang standar kualifikasi akademik. Menggunakan instrument
penelitian wawancara, observasi, dan dokumentasi
sebagai alat memperoleh data.
Kemudian data dianalisis dengan teknik Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), dan Conclusion Drawing (Verifikasi Data). Setelah dilakukan analisa maka diperoleh sebuah kesimpulan yang menunjukkan hasil penelitian bahwa Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kec. Enok, belum mengimplementasikan permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik namun sudah ada upaya positif dari pihak pimpinan untuk selalu meningkatkan kualifikasi akademik, karena 4 dari 11 tenaga pendidik telah memenuhi standar.
Sedangkan 7 tenaga pendidik belum memenuhi kualifikasi akademik karena faktor kendala yang menghambat seperti biaya dan usia, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi Permendiknas no 16
Tahun 2007 standar kualifikasi akademik telah
diupayakan oleh pihak madrasah.
Kata Kunci: Implementasi, standar kualifikasi akademik.
FINAL
ii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta, yakni bapak dan ibu sosok yang
selalu sabar, pemaaf, dan selalu memberikan kasih
sayangnya yang tak terhingga kepada saya.
Abang saya yang selalu sabar membantu dalam proses
penulisan, hingga skripsi ini terselesaikan.
Dosen pembimbing yang telah membimbing dalam
penulisan skripsi ini, para dosen yang telah memberikan
ilmunya selama dibangku kuliah.
Tak lupa karya tulis ini juga saya persembahkan kepada
yang percaya, bahwa: kehidupan bukanlah kompetisi adu
cepat.
Penulis
AGUSTA RYANDI
NIRM:1209.16.07862
FINAL
iii
MOTTO
ِهِسْفَنِل ُدِه ََٰجُي اَمَّنِإَف َدَه ََٰج نَم َو
...
(
توبكنعلا
:
6
)
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya
jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri...” (Q.S.
Al-Ankabut [29]: 6).
iv
KATA PENGANTAR
﷽
Alhamdulillahirabbil’alamiin, rasa syukur yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Allah SWT karena
berkat Rahmat dan Karunianya penulis dapat
menyelasaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amiin.
Penulisan skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) di STAI Auliaurrasyidin Tembilahan. Judul yang penulis
ajukan adalah “Implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati tak lupa pula penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
v
1. Bapak H. Kursani, S.Pd.I sebagai ketua yayasan STAI Auliaurrasyidin Tembilahan yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil.
2. Bapak Drs. H. M. Ilyas, MA selaku Ketua STAI
Auliaurrasyidin sekaligus sebagai pembimbing
penelitian skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran-saran dan kemudahan dalam pelaksanaan penulisan Skripsi ini.
3. Ibu DR. Masriani selaku Ketua Prodi PGMI yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Syarifudin, S.Pd., M.Pd. sebagai Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Abdul Hamid, S.Si, sebagai kepala
perpustakaan beserta segenap karyawan perpustakaan STAI Auliaurrasyidin Tembilahan.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai macam ilmunya selama masa studi.
7. Seluruh Staf Tata Usaha Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan yang telah membantu proses administrasi.
vi
8. Ibu Roslinda, S.Pd.I. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
9. Teristimewa kepada Orang tua Ibunda dan Ayahanda
yang telah bersusah payah membesarkan, dan
memberikan kasih sayang, senantiasa mendoakan serta memberikan bantuan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
10. Semua pihak yang turut berpartisipasi baik langsung maupun tidak langsung terhadap penyelesaian studi penulis.
Terakhir semoga segala bantuan yang telah
diberikan, sebagai amal soleh senantiasa mendapat ridho Allah SWT. Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dimasa yang akan datang.
Tembilahan, 2020 Penulis
AGUSTA RYANDI
1209.16.07862
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING ABSTRAK ... i PERSEMBAHAN ... ii MOTTO ... iii KATA PENGANTAR ... ivDAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 7
C. Penegasan Istilah ... 8
D. Permasalahan ... 9
E. Tujuan Penulisan ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidik ... 12
B. Tanggung Jawab, dan Tugas guru ... 15
C. Peran, dan Fungsi Guru ... 17
D. Pengertian Kualifikasi akademik ... 19
E. Standar Kualifikasi Akademik Guru MI ... 20
F. Kompetensi Pendidik Dan Tenaga Kependidikan ... 25
viii
1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui
Pendidikan Formal ... 38
2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan ... 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek dan Objek penelitian ... 51
D. Populasi dan Sampel ... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ... 52
F. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 ... 57
2. Visi Misi serta Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 ... 59
3. Kepala Sekolah ... 60
4. Keadaan Guru ... 62
5. Keadaan Siswa ... 63
6. Keadaan Sarana Dan Prasarana ... 64
7. Struktur Organisasi ... 66
8. Kurikulum ... 66
B. Temuan Data Dalam Penelitian ... 67
C. Pembahasan Analisa Data Hasil Penelitian .... 95
FINAL
ix BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
FINAL
x
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel II.1 Standar kompetensi guru SD/MI ... 30
Tabel IV.1 Keadaan guru madrasah ibtidaiyah
Nurul Wathan ... 62
Tabel IV.2 Keadaan guru madrasah ibtidaiyah
Nurul wathan berdasarkan kualifikasi ... 63
Tabel IV.3 Keadaan siswa madrasah ibtidaiyah
Nurul wathan ... 64
Tabel IV.4 Keadaan sarana dan prasarana
Madrasah ibtidaiyah nurul wathan ... 65
FINAL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar hasil data dokumentasi Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok
Lampiran 2 : Instrument wawancara
Lampiran 3 : Daftar pertanyaan wawancara
Lampiran 4 : Surat Keterangan penetapan pembimbing
skripsi
Lampiran 5 : Surat keterangan riset dari Sekolah
Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan
Lampiran 6 : Surat keterangan riset dari kepala
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok
Lampiran 7 : Buku daftar bimbingan skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
lembaga pendidikan merupakan sebuah sarana penting penyedia layanan bagi masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berupa mendidik manusia, dengan tujuan mencerdasakan masyarakat Indonesia guna memajukan bangsa Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia alinea ke-empat, “mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia”.
Pendidikan merupakan upaya mencerdasakan
kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berahlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai upaya mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab. Untuk terciptanya sebuah pendidikan yang berkualitas, serta memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan seorang pendidik berkompeten dibidangnya, pendidik kompeten yang dimaksud adalah guru yang bisa mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, terutama membentuk manusia mengahadapi keadaan zaman yang terus berubah-ubah, dan bersaing secara ketat, maka
pemerintah mencanangkan suatu peraturan, guna
membentuk para pendidik memiliki kualifikasi dan memiliki kompetensi, untuk dapat mendidik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sesuai dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dam menengah”. Dalam peraturan menteri pendidikan nasional NO 16 Tahun 2007 tentang “standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru”, dalam peraturan tersebut
dijelaskan pada pasal 1 ayat 1 bahwa: “setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional.”1
Yang dimaksud kualifikasi akademik adalah kesesuaian pendidikan yang dimiliki oleh guru yaitu
1Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.
harus sarjana S1 atau D-IV, sedangkan yang dimaksud kompetensi guru, maka guru harus memiliki kompetensi inti yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Pencanangan peraturan tersebut merupakan upaya
untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensi
pendidik, dalam hal ini seharusnya setiap lembaga pendidikan sudah menerapkan peraturan yang telah dicanangkan tersebut, guna sebagai perwujudan dan tanggung jawab sebagai pembentuk generasi penerus yang akan memajukan bangsa. Namun pada kenyataannya mutu pendidikan masih belum seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan guru belum bekerja dengan
sungguh-sungguh, dikarenakan faktor kualifikasi
pendidikan yang belum sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerintah. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah kurangnya sumber daya, data dan informasi bahan ajar yang di perlukan oleh guru. Menjadi guru yang ideal bukanlah sesuatu hal yang mudah karena paling tidak harus memenuhi kriteria-kriteria yang
telah ditentukan oleh pemerintah.2
2Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan
dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: kencana prenada
media group, 2011). Hlm. 4.
Kompetensi dalam mengajar wajib dimiliki oleh guru karena dalam hal melaksanakan pembelajaran bukan hanya proses mentransfer ilmu pengetahuan berdasar patokan pada materi, akan tetapi juga sebagai proses membentuk peserta didik sampai pada ranah afektif dan psikomotorik. Dalam pasal 8 UU NO 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa: “Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani, dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional”.3
Dari UU tersebut maka setiap lembaga
pendidikan sudah seharusnya melaksanakan amanat untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan, terutama sebagai dasar dalam membentuk para pendidik
yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Namun yang terjadi saat ini terlihat bahwa
Madarasah Ibtidaiyah yang penulis cantumkan,
mengalami kekurangan tenaga pendidik yang memenuhi standar kualifikasi, karna terlihat dari seluruh guru yang ada hanya 20% yang telah berpendidikan akademik S-1. Standar kualifikasi yang dimaksud
3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen.
merupakan seorang yang telah mencapai suatu kriteria profesional yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, PP 74 tahun 2008 dan
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, yaitu
berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus
uji kompetensi melalui proses sertifikasi.4
Berdasarkan penelitian awal pada bulan
Februari 2019, di Madrasah Ibtigaiyah Nurul Wathan, kurangnya standar kualifikasi guru yang diharapkan oleh permendiknas no 16 Tahun 2007, menyebabkan sangat terlihat bahwa pada madrasah tersebut belum
menerapkan suatu standar kualifikasi sesuai
permendiknas no 16 tahun 2007, yakni yang
mengharuskan seorang guru berlatar belakang
pendidikan S1, oleh sebab itu tidak terlihat jelas perbedaan antara guru-guru yang berlatar berlatar belakang akademik dengan yang tidak berlatar belakang akademik.
Melalui hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan kesenjangan antara peraturan menteri pendidikan nasional no 16 tahun 2007 tentang
standar kualifikasi akademik, dengan keadaan
4Ali Mudlofir, Pendidik Professional, (Jakarta: PT Raja
Grafindo persada, 2012). Hlm. 65.
dilapangan. Sehingga hal ini menimbulkan Masih banyak guru yang belum sarjana atau yang belum memenuhi standar kualifikasi. Sementara itu Meskipun ada guru yang sarjana tetapi guru tersebut bukan dari latar akademik kependidikan. Selanjutnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan, antara guru berlatar belakang akademik pendidikan dengan yang tidak berlatar belakang akademik.
Berdasarkan fenomena yang ada, dan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi pada Madrasah Ibtidaiyah tersebut, juga mengingat pentingnya suatu lembaga pendidikan memiliki para pendidik yang telah memenuhi standar kualifikasi yang baik, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai penerapan dari peraturan menteri yang telah dicanangkan, sehingga peneliti menarik sebuah judul: “IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NO 16 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DI MADRASAH IBTIDAIYAH NURUL WATHAN PUSARAN 8 KECAMATAN ENOK”.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul “Implemetasi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok” merupakan hasil pertimbangan-pertimbangan ssebagai berikut:
1. Banyak guru yang belum memiliki standar
kualifikasi akademik, sehingga masalah ini
penting untuk diteliti.
2. Mengingat bahwa standar kualifikasi pendidikan perlu diterapkan pada sekolah untuk peningkatan kualitas pendidikan.
3. Judul ini relevan dengan bidang yang ditekuni
penulis yaitu, pendidikan guru madrasah
ibtidaiyah.
4. Adanya teori-teori yang mendukung dalam
penelitian ini.
5. Penelitian ini dapat dijangkau oleh penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi.
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam
penulisan ini, penulis membuat penegasan istilah sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai, dan sikap.5
Sedangkan implementasi dalam penelitian ini adalah suatu upaya penerapan dari peraturan menteri pendidikan nasional no 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi yang telah di canangkan oleh pemerintah di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan.
2. Standar kualifikasi akademik
Standar kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
5Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru,
(Jakarta: raja grafindo persada, 2011). Hlm. 233.
dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.6
Standar kualifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan guru yang dilatar belakangi oleh akademik kependidikan dan telah dibuktikan oleh adanya sertifikat maupun ijazah.
D. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diambil dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya yaitu sebagai berikut:
a. Masih ditemui bahwa implementasi peraturan menteri pendidikan nasional no 16 tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik di
Madrasah Ibtidaiyah belum dilaksanakan.
b. Kurangnya standar kualifikasi akademik guru di Madrasah Ibtidaiyah.
c. Masih adanya guru yang tidak sesuai dengan latar belakang akademik kependidikan.
6Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah
konsep, strategi, dan implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2011).
Hlm. 244.
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang
ditemukan dilapangan, maka penulis membatasi masalah dan hanya membahas mengenai implementasi peraturan menteri pendidikan nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Wathan Pusaran 8 Kecamatan Enok.
3. Rumusan Masalah
Agar lebih terarah, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana implementasi peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik di Madrasah Ibtidaiyah pusaran 8 kecamatan Enok?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui implementasi peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik di Madrasah Ibtidaiyah pusaran 8 kecamatan Enok.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebaagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sekurang-kurangnya dapat berguna
sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan. b. Manfaat Praktis
1. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan masukan, agar dapat
mengimplementasikan peraturan yang dicanangkan menteri pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan agar guru lebih meningkatkan kemampuannya sebagai guru yang bertanggung jawab pada bidangnya.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan bagi penulis, terutama yang berkaitan dengan upaya meningkatkan mutu
pendidikan serta mengetahui bagaimana
implementasi permendiknas no 16 tahun 2007 di madrasah.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidik
Dari segi bahasa, seperti yang dikutip Abudin Nata dari WJS, Poerwadarminta pengertian pendidik
adalah orang yang mendidik. Pengertian ini
memberikan kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Pendidik dalam bahasa Inggris disebut Teacher, dalam bahasa Arab disebut Ustadz, Mudarris, Mu’alim, dan Mu’adib. Dalam literatur lainnya kita mengenal sebagai guru, dosen, pengajar, tutor, lecturer, edukator, trainer
dan lain sebagainya.7
Secara definisi kata “guru” bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan,
7Hamid Darmadi. Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan dan Konsep
Implementasi), (Bandung: Alfabeta, 2010). Hlm. 37.
atau keterampilan yang mematuhi standar mutu atau
norma etik tertentu.8
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional dan intruksional. Peran strategis tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sekaligus sebagai agen pembelajaran. Sebagai tenaga profesional, pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.9
Sebagai tenaga profesional, pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai misi
terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai
dengan prinsip profesionalisme untuk memenuhi hak
8Sudarwan Danim dan Khairil. Profesi Kependidikan. (Bandung:
Alfabeta, 2015). Hlm. 5.
9Donni Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme Guru.
(Bandung: Alfabeta, 2014). Hlm. 108.
yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh
pendidikan yang bermutu.10
Guru dikatakan profesional atau tidak dapat dilihat dari dua perspektif.
1. Dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang tempat dia menjadi guru.
2. Penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa,
melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain
sebagainya.11
Dari kedua hal tersebut dapat kita lihat bahwa seorang guru harus memiliki latar belakang akademik dan kemampuan profesionalisme sebagai seorang guru, yang memiliki tanggung jawab, tugas serta peranan-peranan, dan fungsi dalam melaksanakan pendidikan. Selain dari pada itu guru juga merupakan suatu penentu keberhasilan untuk dapat membentuk karakter suatu bangsa.
10Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, kinerja dan
profesionalisme kepala sekolah membangun sekolah yang bermutu,
(Bandung: alfabeta, 2016). Hlm. 39.
11Sudarwan Danim. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peninngkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. (Bandung: pustaka setia,
2002). Hlm. 30.
B. Tanggung Jawab, dan Tugas Guru
Tanggung jawab dan peran guru adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas
manusia Indonesia, dan mewujudkan masyarakat
Indonesia yang maju adil dan makmur.12 Agar
syarat-syarat Kemampuan Dasar Mengajar Guru untuk Mencapai
Kriteria Ukuran Keberhasilan Mengajar dapat
terpelihara dengan baik, maka guru perlu memiliki tanggung jawab yang esensial sebagai manusia dewasa yang patut ditiru dan digugu yakni sebagai berikut: 1. Memiliki tanggung jawab:
a. Tanggung jawab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Tanggung jawab pendidikan di sekolah, yaitu
setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pelajaran (SP), mampu memahami kurikulum dan mengajar dikelas.
c. Tanggung jawab kemasyarakatan, yaitu turut
serta menyukseskan pembangunan dalam
12Tukiran Taniredja, Pujo Sumedi, dan Muhammad Abduh. Guru yang
Profesional. (Bandung: Alfabeta, 2016). Hlm. 113.
massyarakat, yaitu guru mampu membimbing mengabdi dan melayani masyarakat.
d. Tanggung jawab ke-ilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu yang menjadi spesialisnya
dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.
2. Tugas Guru secara umum adalah mendidik. Dalam
operasionalisasinya, mendidik merupakan
serangkaian proses mengajar, memberikan dorongan,
memuji, menghukum, memberikan contoh,
membiasakan, dan sebagainya. Imam Ghazali
mengemukakan bahwa tugas pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, mensucikan, serta menyempurnakan.
Dari penjelasan diatas dapat penulis
simpulakan bahwa, terdapat beberapa syarat untuk menjadi seorang guru, meliputi seluruh aspek tanggung jawab dan juga terdapat beberapa tugas yang menjadi operasional sebagai seorang guru dalam melaksanakan pendidikan.
C. Peran, dan Fungsi Guru
1. Peran dan Fungsi Guru dalam menciptakan Kemampuan Dasar Mengajar Berorientasi pada:
a. Guru sebagai pendidik dan pengajar, harus
memiliki kestabilan emosional, bersikap
realistis, jujur dan terbuka, peka terhadap
perkembangan, terutama tentang inovasi
pendidikan.
b. Guru sebagai anggota masyarakat, harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, keterampilan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok. c. Guru sebagai pemimpin, guru harus memiliki
kepribadian, meenguasai ilmu kepemimpinan, teknik komunikasi, dan menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada disekolah.
d. Guru sebagai pelaksana administrasi,
berhubungan dengan administrasi yang harus
dikerjakan disekolah. Untuk itu tenaga
kependidikan harus memiliki kepribadian,
jujur, teliti, rajin, menyimpan arsip dan administrasi lainnya.
e. Guru sebagai pengelola kegiatan belajar
mengajar, harus menguasai berbagai metode
FINAL
mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar
kelas.13
2. Fungsi Sentral Guru
a. Guru sebagai pengelola proses kegiatan belajar mengajar, kelas merupakan suatu organisasi yang semestinya dikelola dengan baik. Mengacu pada fungsi-fungsi administrasi yang ada dan berlaku.
b. Guru sebagai moderator, menurut aliran baru dalam bidang pendidikan guru diharapkan bukan sebagai penyampaian materi semata tetapi juga lebih sebagai moderator, yaitu pengatur lalu lintas pembicaraan, jika ada jalur pembicaraan yang tidak dapat di selesaikan oleh siswa-siswi, maka gurulah yang wajib mendamaikan perseilisihan tersebut.
c. Guru sebagai motivator, siswa adalah manusia yang ditempeli oleh sifat-sifat “memilih yang serba enak” dari pada harus susah-susah. Jika guru tidak memancing kemauan siswa untuk aktif maka guru itu sendiri yang akan merasakan kesulitan dalam proses pembelajaran karena
13Hamid Darmadi. Op.Cit. Hlm. 53.
dapat ditebak bahwa siswa akan pasif tanpa inisiatif.
d. Guru sebagai fasilitator, guru sebagai
fasilitator memberikan kemudahan dan sarana kepada siswa agar dapat aktif belajar sesuai dengan kemampuannya.
e. Guru sebagai evaluator, guru sebagai evaluator berperan setiap kegiatan selalu diikuti oleh motivasi jika orang-orang yang terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadinya peningkatan atas kegiatan itu pada masa-masa yang akan
datang.14
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan menjadi seorang guru bukan hal yang mudah, karena guru harus benar-benar memahami peran serta fungsi guru sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan mengajar.
D. Pengertian Kualifikasi Akademik
Kualifikasi menurut kamus besar Bahasa
Indonesia adalah pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian yang diperlukan untuk mencapai
14 Ibid. Hlm. 56.
sesuatu (menduduki suatu jabatan).15 Sedangkan
akademik merupakan akademis.
Jadi, kualifikasi akademik adalah keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan baik sebagai pengajar pelajaran, administrasi pendidikan
dan seterusnya yang diperoleh dari proses
pendidikan.
Dalam peraturan pemerintah Nomor 74 tahun 2008, Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan
formal di tempat penugasan (pasal 1 ayat 2).16
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa kualifikasi akademik merupakan pendidikan khusus yang diperoleh sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi sebagai seorang pendidik yang telah diatur oleh undang-udang yang berlaku.
E. Standar Kualifikasi Akademik Guru Sekolah Dasar
Secara formal, untuk menjadi profesional guru disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum
15Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa, edisi keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2016). Hlm. 744.
16Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
Tentang Guru.
dan bersertifikat pendidik.17 Standar kualifikasi
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.18
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip khusus. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa prinsip-prinsip profesi guru adalah sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia. 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
17Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru,
(Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm. 18.
18 Onisimus Amtu, Op.Cit. Hlm. 244.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan profesi kerja.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.19
Undang-Undang Guru dan Dosen merupakan suatu ketetapan politik bahwa pendidik adalah pekerja
profesional, yang berhak mendapatkan hak-hak
sekaligus kewajiban profesional. Dengan itu
diharapkan, pendidik dapat mengabdikan secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebut. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen ditentukan bahwa seorang pendidik:
1. Wajib memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran. 2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana (S1) atau program diploma
19Sudarwan Denim dan Khairil, Op.Cit. Hlm. 11.
empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru dan S-2 untuk dosen.
3. Kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial.20
Guru pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademmik pendidikan minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Standar kualifikasi akademik tersebut sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
sebagai suatu tampilan kinerja yang ditunjukkan oleh lembaga pendidikan untuk memenuhi kepuasan atau harapan pelanggan internal dari serangkaian kegiatan akademik yang ditandai dengan aspek kepuasan tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa terhadap tampilan penyelenggaraan pendidikan, serta aspek kepuasan masyarakat terhadap tampilan pelayanan
kepada masyarakat.21
20Donni Juni Priansa. Op.Cit. Hlm. 111.
21Kompri, Manajemen Pendidikan – jilid 3. (Bandung: alfabeta,
2015). Hlm. 155.
Berbicara masalah kualitas tidak lepas dari mutu, konsep mutu tidak tetap berlaku seumur hidup, tetapi konsep mutu akan selalu dinamis dengan perkembangan zaman. Mutu pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran disekolah dan hasil belajar yang
mengikuti kebutuhan dan harapan stakeholder
pendidikan. Mutu dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan dalam mutu input, mutu proses, dan
mutu output pembelajaran.22
Konsep mutu dalam pembelajaran bisa dipahami
melalui pendekatan operasi produksi dibidang
industri, yaitu berkenaan dengan mutu input, mutu proses, dan mutu output. Apabila mutu input bagus, diolah dengan proses yang bagus, maka outputnya hampir dapat dipastikan bagus. Mutu pembelajaran disekolah berkenaan dengan mutu input pembelajaran,
mutu proses pembelajaran, dan mutu output
pembelajaran.23
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa standar kualifikasi akademik guru sekolah dasar merupakan latar belakang akademik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat yang
22Euis karwati dan Donni Juni Priansa, Op.Cit. Hlm. 53.
23Ibid. Hlm. 54.
relevan hal tersebut juga telah diatur dalam undang-undang guru dan dosen, yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang diharapkan, sehingga dapat menjawab dari seluruh kebutuhan pendidikan yang besifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
F. Kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan
Kompetensi atau “competence” secara harfiah
diartikan sebagai kemampuan atau kapabilitas.
Parulian Hutapea dan Nuriana Thoha membedakan arti kata kompetensi menjadi: unconcious incompetence, concious incompetence, conscious competence, dan uncocious competence.
a. Unconcious incompetence
Unconcious incompetence, yaitu apabila seseorang tidak menyadari bahwa dia tidak mampu melakukan sesuatu.
b. Concious incompetence
Concious incompetence, yaitu apabila seseorang menyadari bahwa dia tidak mampu melakukan suatu pekerjaan.
c. Concious competence
Concious competence, yaitu seseorang yang mampu mengerjakan sesuatu (pekerjaan) dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
d. Unconcious competence
Unconcious competence, adalah seseorang yang dapat melakukan pekerjaan dengan mahir, sehingga
dia dapat melakukan pekerjaannya tanpa kendala.24
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan
materi, pemahaman terhadap peserta didik
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalisme.25
Kompetensi dari beberapa pengertian diatas dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas profesi yang disandangnya.
24Didi Supriadie dan Deni Dermawan, Komunikasi Pembelajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012). Hlm. 58.
25E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009). Hlm. 26.
Agar bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, maka seorang tenaga pendidik harus memiliki beberapa kompetensi. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 menjelaskan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadian, secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
melaksanakan fungsinya sebagai pendidik
dilingkungan sekolah. Kompetensi ini meliputi: a. Kemampuan guru dalam menguasai bahan ajar,
b. Kemampuan guru dalam melakukan inovasi
pembelajaran,
c. Kemampuan guru dalam menggali dan
mengembangkan sumber belajar,
d. Kemampuan guru dalam menentukan dan meggunakan metode dan strategi dalam pembelajaran, dan e. Kemampuan guru dalam melakukan penilaian
secara objektif dan berbasis nilai.
FINAL
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan
tenaga pendidik dalam memainkan perannya sebagai
anggota dan bagian dalam system sosial
kemasyarakatan. Kompetensi ini meliputi:
a. Bersikap insklusif dan menerima perbedaan sebagai sebuah keaanekaragaman dalam suatu bangsa,
b. Membangun komunikasi yang berbasis nilai yang simpatik sehingga tercipta kondisi sosial yang harmonis baik antar guru dengan guru, guru dengan murid, maupun dalam lingkungan yang lebih luas dimasyarakat,
c. Mampu menjalin kerjasama yang solid dalam melaksanakan tugas bersama.
3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan karakter utuh yang dimiliki oleh seorang tenaga pendidik sebagai sosok uswatun hasanah yang menjadi model bagi peserta didik, guru yang shiddiq (jujur dan memiliki integritas), tabligh (agen perubahan
menuju masyrakat madani), amanah (memiliki
kredibilitas dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya), dan fathonah (memiliki kecerdasan berbasis nilai).
4. Kompetensi Profesional
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 Pasal 28 ayat 3 butir c yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan. Kompetensi profesional meliputi
kemampuan guru dalam menggali dan mengembangkan bahan ajar sebagai bahan transfer of knowledge and value dalam proses pembelajaran.26
Berkaitan dengan penjelasan diatas, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari
empat kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogic, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
26Jaja Jahari & Amirulloh Syarbini, Manajemen Madrasah Teori,
Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm. 45.
kinerja guru. Standar kompetensi guru MI/SD di jabarkan dalam tabel sebagai berikut:
TABEL.II.1.
Standar kompetensi guru SD/MI
No KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Kompetensi Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
1.1 Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI. 1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta
belajar usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2. Menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2.3 Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI. 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidan g pengembangan yang diampu. 3.1 3.2 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.
3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mata pelajaran SD/MI
3.4 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.
3.6 Mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian.
4. Menyelenggaraka
n pembelajaran yang mendidik.
4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.
4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan.
4.5 Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi kan berbagai potensi yang dimiliki.
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal.
6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
7.1 Memahami berbagai strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun, baik secara lisan
maupun tulisan.
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang
terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis
peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai
undangan kepada peserta didik untuk merespons, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
8. Menyelenggaraka n penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4 Mengembangkan instrumen penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5 Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. 9.2 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 10.1 10.2
Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI.
10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI. Kompetensi Kepribadian 11. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
11.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma
sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan
nasional Indonesia yang beragam. 12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 12.1 12.2 12.3
Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. 13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 13.1 13.2
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
14 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 14.1 14.2
Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
14.3 Bekerja mandiri secara profesional. 15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 15.1 15.2
Memahami kode etik profesi guru. Menerapkan kode etik profesi guru. 15.3 Berperilaku sesuai dengan kode
etik guru Kompetensi sosial 16. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 16.1 16.2
Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
17. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
17.1
17.2
Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya
secara santun, empatik dan efektif.
Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang program
pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 18. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat.
18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. 19. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan. 19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil
inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi profesional 20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Bahasa Indonesia
20.1 Memahami hakikat bahasa dan
pemerolehan bahasa.
20.2 Memahami kedudukan, fungsi, dan
ragam bahasa Indonesia.
20.3 Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
20.4 Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
20.5 Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
20.6 Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan produktif.
Matematika
20.7 Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran,
statistika, dan logika matematika. 20.8 Mampu menggunakan matematisasi
horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika
dan masalah dalam dunia nyata. 20.9 Mampu menggunakan pengetahuan
konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta. penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
20.10 Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti lunak komputer.
IPA
20.11 Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung maupun tidak langsung.
20.12 Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
20.13 Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan fungsional antarkonsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA. 20.14
IPS
Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS. 20.15 Mengembangkan materi, struktur,
dan konsep keilmuan IPS.
20.16 Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilmu-ilmu sosial dalam konteks
kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global. 20.17 Memahami fenomena interaksi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat serta saling ketergantungan global.
PKn
20.18 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
20.19 Menguasai konsep dan prinsip
kepribadian nasional dan demokrasi konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara.
20.20 Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar.
20.21 Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan dunia. 21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidan g pengembangan yang diampu.
21.1 Memahami standar kompetensi lima
mata pelajaran SD/MI.
21.2 Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
21.3 Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI. 22. Mengembangkan
materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
22.1 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 22.2 Mengolah materi lima mata
pelajaran SD/MI secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 23.1 23.2
Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara\ terus menerus.
Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. 24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 24.1 24.2
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru27
Lebih lanjut, dalam menjalankan kewenangan
profesionalnya, guru dituntut untuk memiliki
27Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru,
(Jakarta: BSNP. 2007). Hlm. 20.
keanekargaman kecakapan yang bersifat psikologis, yang meliputi:
1. Kompetensi kognitif guru
Menurut muhibbin syah kompetensi kognitif (ranah cipta) merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calon guru dan guru profesional. Pengetahuan dan keterampilan ranah cipta dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
a. Kategori pengetahuan kependidikan/keguruan, b. Kategori pengetahuan bidang studi yang akan
menjadi vak atau mata pelajaran yang akan
diajarkan guru.28
2. Kompetensi afektif guru
Kompetensi ranah ini meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi, seperti: cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap tertentu
terhadap diri sendiri dan orang lain.29
3. Kompetensi psikomotor guru
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala
keterampilan atau kecakapan yang bersifat
28Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008). Hlm. 231.
29Ibid. hlm. 232.
jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan
tugasnya selaku pengajar.30
Dari teori diatas dapat penulis simpulkan
bahwa kompetensi merupakan seperangkat
pengetahuan supaya seseorang yang menjalankan profesi sebagai pendidik tentunya, agar secara
maksimal dapat melaksanakan unjuk kerjanya
sebagai guru. Kompetensi tersebut terdiri dari
empat kompetensi utama, yaitu pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.
Melaksanakan tugas sebagai guru yang
profesional, juga diperlukan kompetensi kognitif guru, kompetensi afektif guru, dan kompetensi psikomotor guru. Untuk menunjang hal tersebut terdapat beberapa cara yang dilakukan dalam meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru, yakni sebagai berikut:
1. Kualifikasi akademik guru melalui pendidikan formal
a. Program Peningkatan Kualifikasi
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada
30Ibid. hlm. 234.
guru-guru yang belum memenuhi ketentuan
tersebut. Oleh karenanya program ini
diperuntukkan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti pendidikan S1 atau S2 pendidikan keguruan. Program ini kelanjutan studi
dalam bentuk tugas belajar.31
b. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Dalam pendidikan di lembaga pendidik tenaga kependidikan calon guru diberikan didikan dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.
1. Tujuan dan Isi Program Pendidikan Guru Tujuan pendidikan guru adalah membentuk kemampuan untuk:
a) Melaksanakan tugas, yang mempunyai komponen mengenal apa yang haus dikerjakan, menguasai cara bagaimana setiap aspek dan tahap tugas tersebut harus dikerjakan, serta menghayati dengan rasional mengapa suatu bagian
31Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru. (Bandung:
Alfabeta, 2012). Hlm. 105.
tugas dilaksanakan dengan cara lain, dan
b) Mengetahui batas-batas kemampuannya
sendiri, serta siap, dan mampu
menentukan sumber yang dapat membantu mengatasi keterbatasannya itu. (T. Raka Joni, dalam Semiawan, dkk)
c) Mutu unjuk kerja profesional yang sempurna, harus dikembangkan secara
terus menerus. Lulusan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan
hendaknya memiliki perangkat
kemampuan yang diperlukan untuk
memberikan layanan profesional. (T. Raka Joni, dalam Semiawan, dkk)
Tujuan pendidikan pra jabatan guru adalah sebagai berikut:
1) Penguasaan Bahan Ajar
Ada dua hal pokok dalam tujuan ini. Pertama, meliputi penguasaan secara utuh bidang ilmu sumber ajaran dari
segi konsep-konsep dasarnya,
metodologi penelitian, dan
pengembangan maupun filosofinya.
Hal ini menuntut agar calon guru maupun secara mandiri belajar terus untuk meningkatkan penguasaan itu, kedua, meliputi penguasaan isi bahan ajaran sekolah, sasaran, baik cakupan, tata aturan, cara, maupun bentuk presentasinya guna keperluan pengajaran.
2) Penguasaan teori dan keterampilan keguruan
Hal ini meliputi 1) pengertian dan pemahaman yang berkaitan dengan
falsafah dan ilmu kependidikan
termasuk ilmu-ilmu penunjangnya,
dan 2) penguasaan prinsip dan prosedur keguruan yang berkaitan dengan bahan ajaran yang akan dibina.
3) Pemilihan kemampuan memperagakan unjuk kerja
Kemampuan yang dimaksud adalah
kemampuan mengelola kegiatan
belajar-mengajar di bidang mata
pelajaran spesialisasi, yang
melibatkan kelompok murid yang setara dengan kelompok yang akan di ajarkan kelak. Pemilikan kemapuan ini merupakan perwujudan pemaduan penguasaan bidang ilmu dan bahan
ajaran dengan teori dan
keterampilan keguruan kependidikan.
4) Pemilikan sikap, nilai, dan
kepribadian
Pemilikan sikap, nilai, dan
kecenderungan kepribadian yang
menunjang pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru (pendidik).
5) Pemilikan kemampuan melaksanakan tugas profesional lain dan tugas administratif rutin
Pemilikan kemampuan melaksanakan
tugas-tugas profesional lain dan
tugas-tugas administrative rutin
dalam rangka pengoperasian sekolah, di samping kemampuan ambil bagian
di dalam kehidupan kesejawatan di
lingkungan sekolah.32
c. Program latihan profesi
Program Latihan Profesi (PLP) merupakan salah satu mata kuliah yang termasuk mata kuliah profesi pada program studi kependidikan yang bertujuan untuk mengembangkan profesi
kependidikan. Program Latihan Profesi
merupakan bagian integral dari proses
pendidikan pada jenjang S1 Kependidikan yang dimaksud untuk menyediakan pengalaman mengajar
kepada mahasiswa dalam situasi nyata
dilapangan untuk mencapai kompetensi yang secara utuh telah ditetapkan oleh masing-masing program/jurusan.
Melalui pendidikan latihan profesi, mahasiswa tidak hanya dituntut menggunakan pengetahuan dan keterampilan akademik yang telah diperoleh melalui perkuliahan sesuai dengan tuntutan nyata situasi kerja, tetapi
juga dituntut untuk mendapat pengalaman
mengajar secara professional serta
32Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009). Hlm. 222.
mengintegrasikan pengalaman itu kedalam pola prilaku dirinya sebagai pribadi yang efektif dan produktif.
Melalui pendidikan formal kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru Pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-kanak/ Raudatul Athfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/ madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/
madarasah Aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/ sekolah menengah pertama luar biasa/ sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/ madarasah Aliyah kejuruan (SMA/MAK. Dengan demikian, bahwa seorang guru Madrasah Ibtidaiyah harus memiliki kualifikasi akademik yang telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 yakni sebagai berikut:
Guru pada SD/MI atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademis pendidikan minimal diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.33
2. Kualifikasi akademik guru melalui uji kelayakan dan kesetaraan
Kualifikasi akademik yang
dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat
diperlukan tetapi belum dikembangkan
diperguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan
kesetaraan bagi seseorang yang memiliki
keahlian, tanpa ijazah dilakukan oleh
perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk
melaksanakannya.34
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan keguruan. Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau kelebihan guru mata pelajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan mereka
33Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan
Kapasitas Guru, (Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm. 104.
34Ibid. hlm. 105.
lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya berijazah S1
tetapi bukan kependidikan. Mereka bisa
mengikuti program penyetaraan atau
sertifikasi.35
Diantara amanat undang-undang dalam mengembangkan profesi tenaga pendidik dan kependidikan maka salah satu poin yang menjadi bahan kajian ini adalah perlu adanya pelatihan dan pengembangan profesi dan karir dosen. Wexley dan Yuki dalam Sutrisno melakukan sebuah analisa terhadap urgensi pelatihan dan pengembangan. Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan yang melatar belakangi perlu adanya pelatihan dan pengembangan antara lain: 1. Seleksi personal yang dilakukan oleh sebuah
institusi pendidikan tidak menjamin
kualitas personal tersebut terlatih dan bisa memenuhi persyaratan pekerjaan secara tepat.
2. Perkembangan kapasitas pekerjaan, baik
secara teknis maupun secara praktis.
Sehingga kondisi ini menuntut seorang guru
35Udin Syaefudin Sa’ud. Op.Cit. Hlm. 105.
untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuannya dalam mendidik.
3. Konsep manajemen meyakini bahwa pelatihan akan meningkatkan produktivitas, mengurangi
absen dan labour turn over serta
meningkatkan kapasitas kinerja.
Dalam merealisasikan amanah
undang-undang tentang perlunya pelatihan dan
pengembangan dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik dam
kependidikan, maka perlu dilakukan beberapa langkah dalam melaksanakan pelatihan. Wherter & Davis mengungkapkan bahwa ada beberapa tahapan dalam pelatihan dan pengembangan, tahapan-tahapan tersebut meliputi:
1. Analisis kebutuhan
2. Penetapan tujuan pelatihan dan pengembangan 3. Penyusunan isi program
4. Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran
5. Pemilihan metode pelatihan dan pengembangan 6. Evaluasi pelatihan dan pengembangan.
Oemar Hamalik dalam Jaja Jahari mengungkapkan bahwa ada beberapa fungsi dalam pelatihan dan