• Tidak ada hasil yang ditemukan

: EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA : Ita Sulistyowati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA : Ita Sulistyowati"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

FORM PENGAJUAN PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA

Judul Artikel : EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA Penulis : Ita Sulistyowati

E-mail : itasulistyowati2008@gmail.com No HP/Telp : 089-673-221-561

PENGESAHAN ARTIKEL Nama Tanda Tangan

Pembimbing I : ………. ……….

Pembimbing II : ………... ……….

VALIDASI ABSTRAK Nama Tanda Tangan

Validator : ……….. ……….

SIMILARITY TEST

Hasil Tes : …………....% Lolos Uji/Perbaikan Lolos Uji *)

Nama Petugas : Ttd. _____________________

Ket:

*) = coret yang tidak sesuai

(2)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA

TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA

Jurnal

Nama : Ita Sulistyowati

NIM : K5111031

Prodi : Pendidikan Luar Biasa No. Telp. : 089673221561

Email : itasulistyowati2008@gmail.com Pembimbing : 1. Drs. Subagya, M.Si,

2. Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juni 2015

(3)

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA

TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA

Ita Sulistyowati, Subagya, Dewi

Telp. 089673221561, Email: itasulistyowati2008@gmail.com Pendidikan Luar Biasa FKIP Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Ita Sulistyowati. EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MULTIMEDIA TERHADAP PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENGURUS DIRI MATA PELAJARAN BINADIRI PADA ANAK TUNAGRAHITA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan multimedia terhadap pembelajaran kemampuan mengurus diri pada mata pelajaran binadiri siswa tunagrahita kelas V semester II di SLB BCD Autis YPALB Sroyo Karanganyar tahun ajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dalam bentuk Single Subject Riset (SSR) dengan desain A-B-A yaitu menentukan baseline kemudian dilanjutkan dengan memberi intervensi yang selanjutnya masing-masing kondisi tersebut diulang kembali pada subjek yang sama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anak tunagrahita kelas V yang berjumlah 3 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes objektif berbentuk pilihan ganda. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu analisis deskriptif dalam kondisi dan antar kondisi disajikan dengan grafik.

Dari hasil analisis dapat diperoleh nilai rata-rata 40 pada baseline 1 tanpa adanya tindakan dan setelah diberi intervensi berupa pemanfaatan multimedia nilai rata-rata meningkat menjadi 60. Pada baseline 2 tanpa adanya tindakan memperoleh nilai rata-rata 76,67. Simpulan penelitian ini adalah pemanfaatan multimedia efektif terhadap pembelajaran kemampuan mengurus diri pada mata pelajaran binadiri pada siswa tunagrahita kelas V di SLB BCD Autis YPALB Sroyo Karanganyar tahun ajaran 2014/2015.

(4)

ABSTRACT

Ita Sulistyowati. THE EFFECTIVENESS OF USING MULTIMEDIA ON LEARNING ABILITY OF CARE SELF ON THE SELF DEVELOPMENT LESSONS FOR MENTAL RETARDATION STUDENTS Skripsi, Surakarta: Educational and teaching faculty, Sebelas Maret University. June 2015.

This research aims to measure the effectiveness use of multimedia on learning ability of care self on the self development lessons for mental retardation students in the class 5 SLB BCD Autis YPALB Sroyo Karanganyar the academic year of 2014/2015.

The method used in this study is the experimental method in the form of Single Subject Research (SSR) with A-B-A design that determines the baseline followed by giving further intervention each of these conditions was repeated on the same subject. The sample used in this study is all mental retardation students in the grade 5, with total number 3 students. Collect technique employed is objective test technique in the forms of multiple choices. This study uses qualitative analysis techniques is descriptive analysis of the conditions and among the conditions are presented by the graph.

The results from analysis can be obtained by the average value of 40 at one baseline phase without action and after a given action in one intervention phase the average value increased to 60. In the second baseline phase without action to obtain an average value of 76, 67. The research concludes that use of multimedia effective in increase the learning ability of care self on the self development lessons for mental retardation students in the class 5 SLB BCD Autis YPALB Sroyo Karanganyar the academic year 2014/2015.

Keywords: Use of Multimedia, Mental Retardation Students, Care of Self, Self Development Lessons

(5)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses pembelajaran individu yang secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan. Pendidikan merupakan dasar pondasi manusia yang nantinya akan menjadi bekal bagi setiap individu baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang. Peran pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan, maka Negara turut mengatur nya dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak”, tidak terkecuali dengan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus juga sangat perlu mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kekhususannya.

Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 5 ayat 2 telah dijelaskan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual

dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Berdasarkan Undang-Undang di atas, telah jelas bahwa semua warga negara tidak terkecuali dengan anak yang berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan, selain itu dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pendidikan yang diperlukan bagi mereka adalah pendidikan khusus yang sesuai dengan kelainan dan klasifikasinya, sehingga akan ada perbedaan antara pendidikan yang diberikan kepada anak yang memiliki kelainan fisik, emosianal, mental dan anak yang memiliki kecerdasan dan potensi tertentu.

Menurut pandangan peneliti, pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata layak. Kerap kali pemberitaan di media masa, masih sangat banyak sekolah-sekolah yang tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar, masih banyak desa-desa terpencil yang masih sangat kurang mengenyam pendidikan, masih sangat banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum mendapatkan pendidikan. Peran serta masyarakat dalam menginformasikan

(6)

kepada Pemerintah sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga semua warga negara mendapatkan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya.

Anak berkebutuhan khusus terdapat beberapa klasifikasinya, sesuai praktik pendidikan di Indonesia anak berkebutuhan khusus meliputi anak tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, tunagrahita dan tunalaras (Efendi, 2006: 26). Klasifikasi anak berkebutuhan khusus terdapat 5 klasifikasi, namun peneliti hanya mengambil salah satu klasifikasi anak berkebutuhan khusus untuk dijadikan subjek penelitian yaitu anak tunagrahita. Mohammad Effendi menjelaskan bahwa anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, termasuk didalamnya kebutuhan program pendidikan dan bimbingan. Hal ini, diharapkan pendidikan dan kemandirian anak tunagrahita dapat berjalan seiring, selain itu kemandirian anak tunagrahita juga

dapat sesuai dengan anak normal pada umumnya.

Anak tunagrahita terdapat beberapa kategori, menurut Kartadinata (1996) terdapat tiga kategori anak tunagrahita yakni anak tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil salah satu jenis anak tunagrahita saja, yakni anak tunagrahita sedang. Menurut Somantri (2006) anak tunagrahita sedang dapat melindungi diri dari bahaya, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya. Anak tunagrahita sedang sangat sulit belajar akademik seperti menulis, membaca dan berhitung tetapi mereka masih dapat mengurus dirinya sendiri.

Pembelajaran bina diri sangatlah penting bagi anak tunagrahita, sebab dengan adanya pembelajaran bina diri diharapkan anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk kemandirian diri sendiri. Materi bina diri yang di berikan meliputi : usaha membersihkan dan merapikan diri, berbusana, minum dan makan, dan

(7)

menghindari bahaya. Anak tunagrahita sedang dalam mengurus diri mereka masih sangat kurang. Kemampuan dalam mengurus diri sendiri masih dalam batas dapat memakai pakain dalam, memakai pakaian luar, dan memakai sepatu. Selain aspek-aspek di atas, anak harus memiliki kemampuan mengurus diri, antara lain merawat pakaian, merias wajah, memelihara rambut. Meskipun banyak aspek yang harus di miliki oleh anak tunagrahita sedang, peneliti mengambil satu aspek dari mata pelajaran bina diri, yaitu mengurus diri dalam hal merawat pakaian. Mulai dari mencuci baju yang kotor, hingga menyetrika dan menyimpan baju dengan rapi.

Bina diri mempunyai beberapa pengertian menurut beberapa pendapat ahli, diantaranya menurut Munzayanah (2004:4) bina diri yaitu cara untuk membentuk seseorang menjadi baik artinya mereka yang mempunyai kemampuan terbatas perlu pelayanan secara khusus, secara terus menerus agar menjadi baik atau melayani

mengurus dirinya sendiri dalam hidupnya.

Kemampuan adalah

pengetahuan atau kecakapan yang terlihat. Kemampuan mencangkup pula bakat dan prestasi yang dimiliki oleh seseorng yng merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir dan digunakan untuk mengerjakan sesuatau yang ditunjukkan melaluitindakannya.

Kemampuan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1999 : 623) berasal dari kata “mampu” yang berarti bisa atau sanggup. Kemampuan dapat didefinisikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau potensi diri sendiri.

Kegiatan belajar mengajar merupakan hubungan timbal balik baik antar individu, maupun antar guru dengan sekelompok siswa dalam suatu pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar guru menjadi peranan yang sangat penting, bukan sekedar penyampai materi, namun guru juga sebagai pusat pembelajaran yang sedang berlangsung. Idealnya guru harus dapat membuat pembelajaran yang berlangsung

(8)

menjadi pembelajaran yang menarik dan efektif, sehingga anak juga mempunyai daya tarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dari ketertarikan anak tersebut dapat berpengaruh positif terhadap hasil atau prestasi belajar anak. Hal itu dapat disiasati oleh guru dengan mengembangkan media-media yang tepat pada saat kegiatan belajar mengajar.

Guru dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

sebagai media dalam

menyampaiakan informasi kepada peserta didik agar perserta didik lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Media dengan basis teknologi informasi dan komunikasi sebenarnya juga sangat memudahkan bagi Guru dalam mengajar peserta didik, selain praktis dan efisien dalam pemakaiannya, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga lebih modern dari pada media-media dalam pengajaran lainnya.

Bertolak dari pemikiran tersebut, peneliti berinisiatif ingin lebih mengkaji salah satu pemanfaatan media yang berbasis

teknologi informasi dan komunikasi, yakni pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran. Hefzallah (2004 : 56) mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan berbagai media secara terpadu dalam menyajikan atau mengajarkan suatu topik mata pelajaran. Peneliti mencoba menggunakan media yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan memafaatkan multimedia untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri anak tunagrahita sedang dalam hal merawat pakaian mulai dari mencuci pakaian kotor hingga menyetrika dan menyimpan pakaian dengan rapi. Diharapkan dengan memanfaatkan multimedia sebagai media dalam menyampaikan materi pembelajaran, anak dapat lebih tertarik dan lebih memahami cara-cara mengurus diri dalam hal merawat pakaian.

Hal-hal diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pemanfaatan multimedia bagi anak tunagrahita dengan mengambil judul “Efektivitas Pemanfaatan Multimedia Terhadap Pembelajaran Kemampuan

(9)

Mengurus Diri Pada Mata Pelajaran Binadiri Siswa Tunagrahita Kelas V Semester II Di SLB B C D Autis YPALB Sroyo Tahun Ajaran 2014/2015”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivan pemanfaatan multimedia terhadap kemampuan mengurus diri pada mata pelajaran binadiri siswa tunagrahita kelas V semester II di SLB B C D Autis YPALB Sroyo Karanganyar tahun ajaran 2014/2015

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian sebagai berikut “terdapat keefektivan penggunaan media pembelajaran multimedia terhadap peningkatan kemampuan mengurus diri diri materi merawat pakaian pada mata pelajaran bina diri siswa tunagrahita kelas V SLB BCD Autis YPALB Sroyo tahun ajaran 2014/2015”.

METODE PENELITIAN

penelitian ini dilaksanakan di SLB BCD Autis YPALB Sroyo yang beralamatkan di desa Sroyo, Jaten, Karanganyar. Pada penelitian ini pendekatan yang di gunakan adalah

eksperimen yang menurut Sugiyono (2012:109) pengertian “eksperimen adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single subject research (SSR) dengan pola A-B-A. Alasan peneliti menggunakan menggunakan desaian A-B-A adalah dimana desain ini dapat menunjukkan sebab akibat suatu intervensi terhadap variabel terikat. Menurut Sunanto dkk (2006:44) peneltiian SSR dengan desain A-B-A, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Menurut Sunanto dkk (2006:44) prosedur penelitian dengan pola (A1)-(B)-(A2) sebagai berikut: “Prosedur desain (A1)-(B)-(A2) mula-mula perilaku sasaran (target behavior) diukur secara kontinu pada kondisi baseline 1 (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B) setelah itu

(10)

pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat”.

Menurut Arikunto (2010 : 174) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Jadi dapat dikatakan sampel adalah jumlah wakil dan karakteristik dari bagian populasi. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 3 orang siswa kelas V SLB BCD Autis YPALB Sroyo. Untuk menentukan subjek dalam penelitian ini, digunakan teknik sampling jenuh yaitu “teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel” (Sugiyono, 2012: 85). Sementara itu pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk objektif sejumlah 10 soal dengan tipe pilihan ganda.

Adapun teknik analisis yang digunakan adalah analisis visual grafik (Visual Analisis of Grafik Data), yaitu dengan cara memplotkan data-data ke dalam grafik. Sunanto dkk (2006:30) memaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dari kondisi baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline-2 (A-2) adalah sebagai berikut:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1)

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B)

c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2)

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1 (A-1), kondisi intervensi (B), dan kondisi baseline-2 (A2)

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), skor kondisi intervensi (B), dan skor kondisi baseline-2 (A-2)

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi dari setiap kondisi

(11)

40 50 60 70 80 80 40 40 50 60 70 80 30 40 60 60 70 80 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 1 2 1 2 nil ai sesi PPP

Baseli Interv Base g. Membuat analisis dalam kondisi

dan analisis antar kondisi

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif kemudian dijabarkan dalam analisis visual grafik yaitu analisis data dalam kondisi.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan sebanyak 6 kali dimana pada kondisi baseline 1 sebanyak 2 kali, intervensi sebanyak 2 kali dan baseline 2 sebanyak 2 kali dengan nilai masing-masing fase disajikan dalam tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Mengurus Diri Masing-Masing Subjek

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.1 dibawah ini:

Grafik 1.1 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Mengurus Diri Setiap Sesi Pada Masing-Masing Fase Semua Subjek

Selanjutnya menganalisis data berdasarkan komponen-komponen data pada baseline dan intervensi.

Pembahasan

Hasil pengolahan data dan analisis data mencakup analisis dalam kondisi dan antar kondisi seperti dikemukakan diatas dapat dirangkum perbandingan masing-Sub jek ppp TAD KH Fas e Sesi A 1 B A 2 A 1 B A 2 A 1 B A 2 1 4 0 6 0 8 0 4 0 5 0 7 0 3 0 6 0 7 0 2 5 0 7 0 8 0 4 0 6 0 8 0 4 0 6 0 8 0 Rat a-rata 4 5 6 5 8 0 4 0 5 5 7 5 3 5 6 0 7 5

(12)

40 50 60 70 80 80 40 40 50 60 70 80 30 40 60 60 70 80 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 1 2 1 2 nil ai sesi PPP TAD KH

Baseli Interv Basel

masing subjek dalam tiap-tiap fase dalam grafik berikut:

Grafik 4.16 Perbandingan Nilai Tes Kemampuan Mengurus Diri SetiapSesi Pada Masing-Masing Fase

Semua Subjek

Dilihat dari grafik 4.16 nampak nilai tes pada semua subjek mengalami peningkatan dari fase ke fase, pada fase terakhir terlihat lebih baik dibandingkan dengan fase pertama. Hal ini membuktikan bahwa pemberian intervensi menggunakan multimedia video mencuci baju yang digunakan dalam penelitian ini efektif untuk meningkatkan kemampuan mengurus diri pada anak tunagrahita kelas V di SLB BCD Autis YPALB Sroyo.

Pada fase baseline 1 kemampuan siswa dalam mengurus diri tergolong rendah, ini terbukti dari hasil analisis grafik data yaitu arah kecenderungan kondisi baseline 1 secara umum belum menyentuh batas ketuntasan binadiri dengan nilai sebesar 65.

Pada tahap pemberian intervensi mengunakan multimedia video yang dilakukan selama dua sesi dapat dilihat nilai siswa mulai meningkat.Setelah pemberian intervensi peneiliti kemudian menuju pada baseline 2, baseline 2 dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan mengurus diri pada siswa yang dijadikan subjek masih tetap baik dibandingkan dengan nilai baseline 1 sebelum dilakukan intervensi. Hasil dari fase baseline 2 cukup memuaskan, nilai siswa pada baseline 2 lebih bagus daripada fase baseline 1, perubahan nilai siswa sangat signfikan jika dibandingkan dengan nilai baseline 1.

Begitu pula dengan data hasil analisis dalam kondisi dan data hasil analisis antar kondisi. Pada setiap data menunjukan peningkatan yang cukup signifikan.

(13)

Kecenderungan arah pada masing-masing siswa yang dijadikan subjek juga mengalami peningktan (+). Pada overlape juga dapat dilihat data pada setiap subjek di fase baseline (A) tidak ada yang melebihi 90% yang tumpang tindih pada fase intervensi (B). Hampir semua data memiliki tingkat overlap 50% ini berarti bahwa pengaruh intervensi terhadap target behavior bisa diyakini.

Selain itu juga bisa dilihat hasil dari mean level dari setiap fase, pada keseluruhan subjek penelitian menunjukan nilai rata-rata yang meningkat, terlebih lagi jika kita melihat perbandingan antara nilai rata-rata pada fase baseline 1 dengan baseline 2.

Pada penelitian ini menggunakan multimedia dimana semua gambar yang ditayangkan dapat bergerak. Multimedia dalam pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama pembelajaran berlangsung (Munadi, 2008 : 148). Hal ini menyebabkan siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran, siswa juga mudah mengingat materi yang disampaikan.

Kemampuan mengurus diri akan memudahkan siswa dalam kemandirian hidup kedepannya. Peningkatan kemampuan mengurus diri dengan menggunakan multimedia pada penelitian ini mendapatkan hasil yang sama dengan penelitian relevan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, salah satunya adalah Esthi (2012) dalam penelitiannya yang menerapkan multimedia interaktif untuk pembelajaran pemahaman kebersihan diri pada mata pelajaran bina diri dengan tiga subjek anak tunagrhita yang menunjukkan adanya peningkatan dalam pemahaman kebersihan diri di atas batas ketuntasan yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu sebesar 76%. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan multimedia efektiv terhadap pembelajaran kemampuan mengurus diri pada mata pelajaran binadiri pada anak tunagrahita kelas V SLB BCD Autis YPALB Sroyo tahun ajaran 2014/2015.

(14)

1. Saran

Bagi Kepala Sekolah, Kepala sekolah bisa memfasilitasi dengan mengadakan sosialisasi terhadap guru-guru yang ada di lingkungan SLB BCD dan Autis YPALB Sroyo dengan mendatangkan narasumber yang menguasai multimedia yang dapat digunakan untuk mata pelajaran binadiri. Bagi guru, Pemanfaatan multimedia diharapkan dapat digunakan dalam mengajarkan mata pelajaran binadiri materi mencuci baju yang diperkaya dengan kreatifitas dan semangat melakukan inovasi guru.

Bagi siswa, Pemanfaatan multimedia hendaknya dapat mengoptimalkan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru agar bisa meningkatkan

kemampuan mengurus diri khususnya materi mencuci baju.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1995). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, Jakarta. Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Munzayanah, 1997. Anak Tunagrahita. Surakarta: FKIP UNS.

Somantri, S. (2006). Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata,

H. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. CRECED: University of Tsukuba.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Ita Sulistyowati

2. NIM : K5111031

3. Email : itasulistyowati2008@gmail.com

4. No. HP : 089673221561

5. Alamat : Sroyo RT 01/ RW 09, Sroyo, Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. 6. Riwayat Pendidikan : SD N 1 04 Kemiri

SMP 1 Al-Islam Surakarta

SMA 1 Muhammadiyah Karanganyar 7. Judul Jurnal : Efektivitas Pemanfaatan Multimedia

Terhadap pembelajaran kemampuan mengurus diri pada mata pelajaran binadiri pada anak tunagrahita kelas v slb bcd autis ypalb sroyo karanganyar tahun ajaran 2014/2015

1. Kegiatan Penelitian :

No Nama Kegiatan Peran Tempat Ket

- - - - -

2. Karya Ilmiah

No Judul Karya Peran Tempat Ket

- - - - -

3. Penghargaan

No Nama Kegiatan Peran Tempat Ket

- - - - -

4. Kegiatan Ilmiah

No Nama Kegiatan Peran Tempat Ket

Gambar

Tabel  1.1  Perbandingan  Nilai  Tes  Kemampuan Mengurus Diri  Masing-Masing Subjek
Grafik 4.16 Perbandingan Nilai Tes  Kemampuan Mengurus Diri  SetiapSesi Pada Masing-Masing Fase

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 4.4 terlihat nilai rata-rata packet loss dari seluruh percobaan untuk jaringan CDN tanpa rateless code memiliki nilai rata-rata packet loss rendah dibandingkan

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan peminatan Keselamatan Kerja. dan Kesehatan

Besar dan kecilnya konduktivitas termal dipengaruhi oleh komposisi campuran material sebagai penyusun dalam pembuatan bata tersebut, semakin kecil konduktivitas

Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama.. UPI:

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala hikmat dan karunia-Nya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis

Fraksi air Fraksi n-heksana Ekstrak etanol Difraksinasi dengan etilasetat Fraksi air Fraksi etilasetat E1 vial 1-150 E2 vial 151-190 E3 vial 152-226 Eluat yang

Karyawan memiliki tingkat kuantitas kerja yang sangat maksimal dalam bekerja.