42
HUBUNGAN KENAIKAN BERAT BADAN, KURANG ENERGI KRONIS DAN TINGKAT ANEMIA IBU HAMIL DENGAN BERAT LAHIR BAYI
Dessy Lutfiasari 1
Abstract: Birt weight represent important objective at health of baby. Low heavy increase, Chronic Energi Malnutrition and anemia at pregnancy caused low birt weight. First survei in Balowerti Primary Health Center show that BBLR till reach 10,5%, while estimate of WHO only equal to 3%. This research is to know heavy increase, Chronic Energi Malnutrition and anemia level at pregnancy with birt weight. Analytic cross sectional Design, with population all mother in Balowerti Primary Health Center. With inklusi criteria normal pregnancy, primi and multigravida, owning KMS and minimum ANC four times. By purposive sampling got 31 responden. By using primary with quesioner and sekunder obtained from patient status and KMS, then analysed with statistical spearman rho test and coefisien contingensi with signification level 0,05. Result about heavy increase and birt weight with spearman rho test got p = 0,004 the meaning is Ho refused, Corelation Coefficient = 0,500, there are a strong enough relationship between heavy increase with birt weight. Chronic Energi Malnutrition and birth weight with chi square test got p = 0,096 the meaning is H1 refused there are a weak relationship between Chronic Energi Malnutrition with birth weight, and Coefficient contingency = 0,287 the meaning is relationship betwen variables is weak. Anemia level and birt weight with spearman rho test got p = 0,001 the meaning is Ho refused and Coefficient corelation = 0,55 ) there are a strong enough relationship between birt weight with anemia level in Balowerti Primary Health Center. therefore expected to Primary Health Center, degrading Chronic Energi Malnutrition and anemia prevalensi in order not to happened low birt weight and give adjacently, aid of PMT and Fe tablet to pregnant mother, and also expected for mother to keep in good health and pregnancy to increase weight and arm circumference and also consume pregnant food, ferrum in order not to anemia.
Keyword : Weight Body Increase, Chronic Energi Malnutrition, Level Anemia and Birt Weight
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa itu ibu harus mempersiapkan diri dengan baik untuk menyambut kelahiran bayinya. Ibu sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu adalah gizi ibu (Depkes RI, 2000).
Masa hamil adalah masa di mana seorang wanita memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang diperlukan dalam keadaan biasa (Moehji, 2003). Disamping untuk
memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri berbagai zat gizi itu juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada dalam kandungannya, sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan ibu maupun anaknya (Marie, 1997). Kebutuhan akan gizi tambahan sangat kentara pada usia tribulan III kehamilan, artinya pada usia ini diperlukan makanan dengan nilai biologis yang tinggi dan memadai untuk mencukupi segala kebutuhan (Sitorus, 1999).
42 Menurut Pudjiadi (2002) status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (Supariasa, 2003).
Menurut Samsudin, 1986 kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Higgins (1974) dalam buku Pudjiadi (2002) telah menemukan asosiasi yang positif antar berat badan lahir bayi maupun berat badan ibu, jadi ukuran antropometri ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak dalam tubuh ibu.
Resiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan (Marie, 2002). Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi BBLR atau di bawah 2500 gram, seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupkan kebutuhan gizinya. Di samping itu harus berusaha menaikkan berat badannya sedikitnya 11 Kg bertahap sesuai dengan usia kehamilan ( Widjaya,2003).
Masalah gizi yang sering dihadapi ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kalori (KEK) dan anemia gizi. Salah satu cara untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita KEK atau tidak bila ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm maka ibu hamil tersebut dikatakan KEK atau kurang gizi dan berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65 %) Wanita Usia Subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan
menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR (Depkes RI, 2002).
Selain kenaikan BB dan Energi Kalori, kadar haemoglobin juga merupakan salah satu faktor penting. Haemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2002). Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan masa sel darah merah. Penurunan ini terjadi sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu (Sitorus, 1999), sehingga ibu hamil itu mengalami anemia. Selain itu anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin.
Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70 %, ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia (Khomson, 2002). Anemia gizi besi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dari tingkat ringan sampai berat. Data Depkes RI diketahui bahwa lebih dari 50 % ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2002).
Menurut Moehji (2003) pada usia kehamilan tribulan III laju pertumbuhan janin pesat dan kenaikan berat badan ibu juga pesat. Diperkirakan 90% daripada kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan janin, plasenta, dan bertambahnya cairan amnion. Terjadinya anemia pada ibu hamil disebabkan karena pengenceran darah menjadi semakin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan terutama pada kehamilan tribulan III.
WHO memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di negara maju terbesar antara 3–7 % dan di negara berkembang
42 berkisar antara 13–38 %. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14 % dari seluruh koheren hidup (Moehji, 2003).
Ibu hamil yang mengalami KEK pada tahun 2009 sebesar 25,94 %. Sementara dari hasil laporan seksi gizi Dinas Kesehatan Kota Kediri tahun 2009 menyebutkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil di Kota Kediri sebesar 30 %.
Masalah kekurangan energi kalori pada wanita, kenaikan berat badan yang kurang dan anemia selama hamil berdampak pada pertumbuhan janin di dalam kandungan terhambat, sehingga terjadi Berat Bayi Lahir Rendah. Dampak yang lebih luas akan terjadi bila angka kejadian BBLR tinggi, dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian bayi.
Secara teoritik kejadian BBLR dapat dicegah dengan memberikan kebutuhan tambahan energi yang dibutuhkan selama kehamilan adalah sebesar 300 kkal per hari, protein, vitamin (A, D, E, K, C, B), zat besi, kalsium, asam folat dan yodium (DEPKES RI, 2000). Sebagai petugas kesehatan kita harus meningkatkan konseling kepada ibu hamil dan memberikan tablet tambah darah dan multivitamin sesuai kebutuhan perkembangan selama kehamilan terutama tribulan III.
Secara praktis berdasarkan fenomena masalah hubungan antara kekurangan energi kalori pada wanita, kenaikan berat badan yang kurang dan anemia dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang dapat mengakibatkan tidak terdeteksinya kesehatan bayi yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan. METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Analitik korelasional. Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah ibu bersalin pada bulan November, Desember 2010 dan Januari 2011 di Puskesmas Balowerti dengan jumlah populasi 58 ibu bersalin.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin pada bulan November dan Desember tahun 2010 dan Januari tahun 2011 di Puskesmas Balowerti.
Tehnik pengambilan sampel Purposive Sampling dengan memakai kriteria tertentu. Pertimbangan karakteristik dari populasi agar dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah dengan kriteria inklusi Kehamilan Aterm, ANC minimal 4 kali (K4), memiliki KMS ibu hamil. Dan kriteria eksklusi mengandung anak kembar, memiliki penyakit kronis seperti DM, TORCH, Hipertensi, asma dan jantung.
Dari pertimbangan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 31 orang
Variabel Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kenaikan Berat Badan ibu hamil (X1), Kurang
Energi Kronis / KEK (X2), Tingkat
Anemia (X3). Sedangkan variabel
dependen dalam penelitian ini yaitu Berat Bayi Lahir (Y).
Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis korelasi variabel X1 dan X3 dengan variabel Y adalah Spearman rho. Sedangkan uji statistik yang digunakan untuk menganalisis korelasi antara variabel X2 dengan variabel Y adalah Chi-Square. Kemudian untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, digunakan uji Contingency Coefficient
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 31 responden, hampir seluruh responden (80,65%) pada usia reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun. 64,52% adalah
42 multigravida yaitu sudah pernah hamil sebelumnya, hampir seluruh responden tidak bekerja yaitu sebesar 77,4% dan sebagian besar responden berpendidikan menengah yaitu 64,5%.
Tabel 1.1 Distribusi Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil di Puskesmas Balowerti Bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 No . Kenaikan BB F % 1. 2. 3. <7 kg 7-12 >12 6 24 1 19,3 77,4 3,3 Total 31 100
Sumber : Data Sekunder tahun 2010-2011
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 31 responden, rata-rata kenaikan berat badan (BB) Ibu hamil adalah 9,23 kg. Hampir seluruh Ibu memiliki kenaikan berat badan 7-12 sejumlah 24 orang (77,4%).
Tabel 1. 2 Distribusi Frekuensi Lingkar Lengan Atas (LLA) Ibu Hamil di Puskesmas Balowerti Bulan November 2010-Januari 2011
No. LLA Jumlah Persentase 1. 2. < 23,5 ≥ 23,5 9 26 25,71 74,29 Total 31 100
Sumber : Data Sekunder tahun 2010-2011
Hasil pengukuran lingkar lengan atas terhadap 31 responden diperoleh data, rata-rata ukuran lingkar lengan atas (LLA) ibu hamil trimester III adalah sebesar 24,7 cm. Sebagian besar Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas ≥ 23,5 cm sehingga dikategorikan non KEK yaitu sejumlah 26 orang (74,29%).
Tabel 1. 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Balowerti Bulan
November 2010 sampai dengan Januari 2011
No. Tingkat anemia Jumlah % 1. 2. 3. 4. Tidak anemia Anemia ringan Anemia sedang Anemia berat 19 12 0 0 61,3 38,7 0 0 Total 31 100
Sumber : Data Sekunder tahun 2010-2011
Menurut hasil pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dari ibu hamil yang dijadikan sampel penelitian, rata-rata memiliki kadar Hb sebesar 10,7 gr/dl. Sebagian besar Ibu hamil dikategorikan tidak anemia yaitu sejumlah orang (61,3%) dimana kadar Hemoglobinnya (Hb) 10,5 gr/dl.
Tabel 1. 4 Distribusi Frekuensi Berat Bayi Lahir (BBL) di Puskesmas Balowerti Bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 No. Berat lahir
Bayi Jumlah % 1. 2. 3. <2500 gr 2500-4000 gr >4000 gr 5 26 0 16,13 83,87 0 Total 31 100
Sumber : Data Primer tahun 2010-2011
Hasil penelitian terhadap berat bayi pada saat dilahirkan, rata-rata berat bayi lahir dari ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Balowerti memiliki berat saat dilahirkan sebesar 3,05 kg. Berat bayi lahir terendah yang dilahirkan di wilayah Puskesmas Geneng adalah 2,1 kg, sedangkan tertinggi adalah seberat 4 kg. Dari 31 responden yang diteliti, hampir seluruhnya (83,87%) dilahirkan dengan berat ≥ 2,5 Kg atau memiliki berat normal (BBLN).
Pembahasan
Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir
42 Tabel 1. 5 Distribusi kenaikan berat
badan bumil dan BBL di Puskesmas Balowerti bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 Kenai kan BB BBL Total BBLN BBLR N % N % N % < 7 kg 2 6,45 4 12,9 6 19,35 7-12 kg 23 74,2 1 3,2 2 4 77,41 > 12 kg 1 3,24 0 0 1 3,24 26 83,9 5 16,1 3 1 100
Sumber : Data sekunder tahun 2010-2011
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan Ibu yang mengalami kenaikan berat badan < 7 kg melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR), lebih banyak dibanding dengan Ibu dengan kenaikan berat badan Normal (7-12kg). Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan berat badan Ibu hamil berhubungan atau mempengaruhi berat bayi lahir.
Sesuai dengan hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS didapatkan Korelasi rank spearman antara variabel Kenaikan Berat Badan dan BBL adalah nilai P atau Sig. sebesar 0,004 dan p < 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan, “Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir”, diterima dan memiliki hubungan yang signifikan.
Sedangkan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan dari variabel kenaikan berat badan dengan berat bayi lahir, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik Coefficient Corelation diperoleh nilai sebesar 0,500 dengan arah positif, dengan demikian hubungan antara variabel kenaikan berat badan dengan berat bayi lahir menunjukkan tingkat hubungan yang cukup kuat. Berarti perubahan berat badan yang dialami oleh
ibu hamil akan diikuti secara positif oleh berat bayi lahir.
Hubungan Lingkar Lengan Atas ibu Hamil dengan Berat Bayi Lahir
Sesuai dengan hasil perhitungan uji statistik menggunakan chi square didapatkan Sig Sebesar 0,096 (lebih besar dari p < 0,05), sehingga hipotesis yang menyatakan, “Ada hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir”, ditolak jadi tidak memiliki hubungan yang signifikan. Koefisien kontingensi sebesar 0,287 menunjukkan bahwa adanya korelasi ke arah positif dengan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan yang lemah antar variabel. Tabel 1. 6 Distribusi LLA bumil dan
BBL di Puskesmas Balowerti Kenaika n BB BBL Total BBLN BBLR N % N % N % KEK 7 22, 5 2 6,4 9 29 Non KEK 20 64, 5 2 6,4 22 71 27 87 4 16, 1 31 100
Sumber : Data Primer tahun 2010-2011
Distribusi Tingkat anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir
Korelasi rank spearman antara variabel tingkat anemia dengan BBL adalah nilai P atau Sig. sebesar 0,001 dan p < 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan, “Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir”, diterima dan memiliki hubungan yang signifikan.
Sedangkan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan dari variabel tingkat anemia dengan berat bayi lahir, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistic Coefficient Corelation diperoleh nilai sebesar 0,552 dengan arah positif, dengan demikian hubungan antara
42 variabel kenaikan berat badan dengan berat bayi lahir menunjukkan tingkat hubungan yang cukup kuat. Hal ini berarti perubahan yang dialami oleh tingkat anemia akan diikuti secara positif oleh BBL.
Hubungan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di Puskesmas Balowerti Tahun 2011
Penambahan berat badan Ibu semasa kehamilan menggambarkan laju pertumbuhan janin dalam kandungan. Pertumbuhan cepat terjadi pada usia kehamilan trimester III sekitar 90% daripada kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan janin, placenta dan bertambahnya cairan amnion (Pudjiadi, 2002). Higgins (1974) dalam Pudjiadi (2002) telah menemukan asosiasi yang positif antara berat badan lahir bayi maupun berat badan Ibu, pada ukuran antropometri Ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan. Menurut Samsudin dan Tjokronegoro (1986) kenaikan berat badan dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan status gizi wanita hamil. Untuk menghindari terjadinya kelahiran bayi yang rendah atau dibawah 2500 gram, seorang ibu harus menjaga kondisi fisiknya dengan mencukupkan kebutuhan gizinya.
Disamping itu harus berusaha menaikkan berat badan sedikitnya 11 kg bertahap sesuai dengan usia kehamilan (Widjaya, 2003). Elizabeth Tarra (2001) menyatakan, dalam kesehatan kehamilan kenaikan berat badan selama kehamilan 11 – 12,5 kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil. Penambahan berat badan sekitar 0,5 kg pada trimester I dan 0,5 kg setiap minggu pada trimester berikutnya. Depkes RI, (2000) menganjurkan Ibu hamil harus mengalami kenaikan berat sebesar 7 – 12 kg, jika kenaikan berat badan dibawah yang dianjurkan maka Ibu hamil dikatakan gizi kurang.
Dari hasil Pengukuran kenaikan berat badan selama kehamilan diperoleh hasil sebagai berikut, kenaikan berat badan 7-12 kg sebanyak 24 responden (77,4%) dan kenaikan berat badan <7 kg sebanyak 6 responden (19,3%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kondisi kesehatan atau gizi Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Balowerti baik.
Sesuai dengan hasil perhitungan statistik menggunakan bantuan SPSS didapatkan Korelasi rank spearman antara variabel Kenaikan Berat Badan dan BBL adalah nilai P atau Sig. sebesar 0,004 dan p < 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan, “Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir”, diterima dan memiliki hubungan yang signifikan. Ini mendukung teori Marie (2002) yaitu kenaikan berat badan Ibu selama kehamilan berhubungan langsung dengan berat badan bayinya, dan risiko melahirkan BBLR meningkat dengan kurangnya kenaikan berat badan selama kehamilan.
Hubungan KEK pada ibu hamil dengan berat bayi lahir di Puskesmas Balowerti Tahun 2011
Pengukuran lingkar lengan atas dapat digunakan untuk menilai status gizi wanita usia subur (WUS) serta Ibu hamil. Menurut Depkes RI (2000) untuk mengetahui sejak dini apakah Ibu hamil berisiko KEK, dapat dilakukan pemeriksaan lingkar lengan atas (LLA). Bila LLA < 23,5 cm maka Ibu hamil berisiko KEK, sehingga diharapkan Ibu hamil memiliki ukuran LLA diatas 23,5 cm.
Menurut Depkes RI (2002) bahwa sepertiga (35,65%) wanita usia subur (WUS) menderita KEK, masalah ini mengakibatkan pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga menimbulkan risiko pada bayi dengan BBLR.
42 Hasil pengukuran LiLA dapat diketahui bahwa LiLA <23,5 cm terdapat 9 responden (25,71%) sedangkan LiLA >23,5 cm 26 responden (74,29%). Pengukuran LiLA pada dewasa ini merupakan salah satu penentuan status gizi ibu hamil. Wanita usia subur (WUS) untuk mengidentifikasi resiko BBLR.
Dari uji chi square didapatkan Coefisien Contingency sebesar 0,287 menunjukkan bahwa adanya korelasi ke arah positif dengan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan yang lemah antar variabel. Sig. Sebesar 0,096 (lebih besar dari p < 0,05). Sehingga hipotesis yang menyatakan, “ada hubungan antara lingkar lengan atas ibu hamil dengan berat bayi lahir”,ditolak jadi tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Meskipun hasil yang diperoleh dari coefisien contingency tidak ada hubungan yang signifkan antara dua variabel, dapat dilihat dari tabel 5.10, dari 7 ibu hamil dengan KEK 2 diantaranya melahirkan bayi BBLR. Sedangkan dari 20 ibu hamil non KEK 2 diantaranya melahirkan BBLR. Persentase kelahiran BBLR lebih besar pada ibu hamil dengan KEK dibandingkan non KEK.
Jadi belum tentu ibu hamil dengan KEK melahirkan bayi dengan BBLR karena banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi Berat Bayi Lahir.
Hubungan tingkat anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir di Puskesmas Balowerti Tahun 2011
Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2002). Menurut Sitorus (1999) seorang Ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya (Hb) dibawah 11 gr/dl.
Pada Ibu hamil terjadi penambahan cairan tubuh (volume plasma) yang tidak sebanding dengan penambahan massa sel darah merah, akibatnya kadar hemoglobin menurun. Penurunan ini dimulai sejak
usia kehamilan 8 minggu sampai minggu ke-32 kehamilan. Selain terjadi penurunan hemoglobin karena penambahan volume plasma, anemia pada kehamilan yang dapat disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi untuk kebutuhan janin. Jenis anemia yang sering dijumpai pada kehamilan adalah anemia karena berkurangnya zat besi. Keadaan akan bertambah buruk bila gizi Ibu hamil sebelum hamil kurang baik (Sitorus, 1999).
Dari hasil penelitian pada 31 responden, menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil yang mengalami anemia karena kadar hemoglobinnya kurang dari 10,5 gr/dl adalah sejumlah 12 atau 38,7%. Hasil penelitian ini mendukung data Depkes RI bahwa lebih dari 50% Ibu hamil menderita anemia (Depkes RI, 2002).
Korelasi rank spearman antara variabel tingkat anemia dengan BBL adalah nilai P atau Sig. sebesar 0,001 dan p < 0,05. Sehingga hipotesis yang menyatakan, “Ada hubungan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir”, diterima dan memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan tingkat keeratan atau kekuatan hubungan dari variabel tingkat anemia dengan berat bayi lahir, berdasarkan hasil perhitungan dengan uji statistik Coefficient Corelation diperoleh nilai sebesar 0,552 dengan arah positif, dengan demikian hubungan antara variabel kenaikan berat badan dengan berat bayi lahir menunjukkan tingkat hubungan yang cukup kuat. Hal ini berarti perubahan yang dialami oleh tingkat anemia akan diikuti secara positif oleh BBL.
Berat Lahir Bayi
Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Gizi Ibu hamil menentukan berat lahir bayi yang akan dilahirkan, maka pemantauan gizi
42 Ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Sebab defisiensi gizi selama kehamilan dapat memberikan efek yang merugikan Ibu maupun anaknya (Marie, 1997).
Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester terakhir kehamilan, maka kekurangan makanan dalam periode ini dapat menghambat pertumbuhannya, sehingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang badan yang kurang daripada seharusnya (BBLR). Menurut Jumiarni, dkk (1995) berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, kelompok BBLR dapat diistilahkan dalam kelompok risiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukkan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup.
Dari hasil penelitian bayi yang dilahirkan kurang dari 2500 gram atau BBLR sebanyak 5 orang (16,13%). Dan bayi yang berat lahirnya normal sebanyak 26 orang (83,87%). Prevalensi BBLR dari penelitian ini juga diatas dari perkiraan WHO untuk Indonesia yaitu 14% dari seluruh koheren hidup (Moehji, 2003). SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Geneng dapat disimpulkan sebagai berikut Ada hubungan yang signifikan antara kenaikan berat badan ibu hamil dengan berat bayi lahir dan tingkat keeratan hubungan cukup kuat, yang dibuktikan dengan p = 0,004 ( p < 0,05) dan nilai = 0,500. Tidak ada hubungan yang signifikan antara KEK pada ibu hamil dengan berat bayi lahir, yang dibuktikan dengan nilai p = 0,096 (lebih besar dari p > 0,05) dan nilai koefisien korelasi = 0,287. Ada hubungan signifikan antara tingkat anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir dan tingkat keeratan hubungan cukup kuat, yang dibuktikan nilai dan p = 0,001 dan koefisien korelasi sebesar 0,552
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta. Rineka Cipta. Almatsier, S. (2001) Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Bobak. Lowdermilk. & Jensen. (2005) Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta. EGC.
Budiarto, E. (2001) Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC
Depkes RI. (2000) Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas). Jakarta. Departemen Kesehatan. Depkes RI. (2002) Gizi Seimbang Menuju
Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil Dan Ibu Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Jakarta. DKKS RI. Husnaini, Y. dkk. (1987) Keadaan Gizi
dan Kesehatan Ibu Hamil. KMS Ibu Hamil. Medika.
Jumiarni. (1985) Asuhan Perawatan Perinatal. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
Karjati, S. (1985) Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Khomson, A. (2003) Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta. Ladang Pustaka Jakarta.
Marie, C.M. (1997) Buku Pedoman Diet Dan Nutrisi Edisi II. Jakarta. Hipokrates.
Moehji, S. (2003) Ilmu Gizi II Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta. Papas Sinar Sinanti Bhratara.
42 Notoatmodjo, S. (2002) Metodologi
Penelitan Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Pudjiadi, S. (2003) Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Saifuddin, A.B. (2000) Buku Acuan
Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Samsudin & Tjokronegoro, A. (1986) Gizi Ibu dan Bayi. Peningkatan Mutu. Jakarta. FKUI.
Santosa, S. (2000) Buku Pelatihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Singarimbun, M. & Effendi. (1989) Metodologi Survey. Jakarta. LP3ES. Sitorus, R.H. (1999) Pedoman Perawatan
Kesehatan Ibu dan Janin Selama Kehamilan. Bandung. CV Pionir Jaya Bandung.
Supariasa, I.D.N. (2002) Penilaian Status Gizi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. SPSS Versi 10.0. Mengolah Data Statistik
Secara Profesional. (2004) Jakarta. Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2002) Statistik untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.
Tara, E. (2001) Buku Pintar Kesehatan Kehamilan. Jakarta. Ladang Pustaka Jakarta.
Widjaya, M.C. (2003) Gizi Tepat untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita. Jakarta. Kawan Pustaka.
Wiknjosastro, Hanifah. (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta . YBBSP.
Winarno, F.G. (1990) Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.
1 Dosen Program Studi Kebidanan
(DIII) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri