• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTULENSI WORKSHOP PEMANDU KITAB SUCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOTULENSI WORKSHOP PEMANDU KITAB SUCI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Pembukaan

Bernyanyi bersama “Hari Ini Kurasa Bahagia”

Sambutan Ketua KKS Paroki Dharmawan Tanudjaya: Workshop ini akan menjadi acara tahunan. Peserta akan diarahkan untuk menjadi pemandu tidak hanya di wilayah sendiri, tetapi juga di wilayah lain dan di Paroki lain. Perutusan Agung menjadi pegangan kita untuk menjadi pemandu-pemandu dan pewarta injil, karena kita selalu mengikut sertakan Yesus di dalam karya kita. Materi workshop ini tidak sekedar materi, namun juga disertai dengan materi Bulan Kitab Suci Nasional, jadi nanti peserta akan praktek berkelompok untuk lebih memahami cara memandu kitab suci. Selamat mengikuti workshop!

Sesi 1: Iman Katolik

Pembicara: RD Dominikus Savio Tukiyo Waktu: 9.15 – 10.20

Apa itu iman? Apa itu Katolik?

(Peserta diminta untuk merenungkan dua pertanyaan di atas)

Peserta dari Ratu Rosari Bojong Gede: Iman adalah keyakinan untuk menjalankan hidup dengan dasar agama. Bekal untuk menjalani hidup, ini iman secara umum. Kalau iman secara Katolik, iman yang berpedoman pada hukum Gereja.

Peserta dari Cimahpar (Pak Kelbulan): Iman adalah penyerahan diri secara total kepada Kristus Yesus tanpa motivasi apapun, karena kasih Kristus kepada dunia yang tiada batasnya.

Pak Harry : Iman adalah indikasi untuk melayani Allah, dengan mengikuti Yesus, dengan berpedoman ajaran para Rasul dan berdasarkan ajaran Gereja

Salah satu peserta: Iman berlandaskan kepercayaan, iman Katolik adalah percaya kepada Yesus 100% atau seutuhnya kita serahkan kepada Allah.

I: Integritas M: Melayani

NOTULENSI

WORKSHOP PEMANDU KITAB SUCI 28 AGUSTUS 2016

(2)

A: Allah

N: Nilai-nilai Injil

Iman: integritas dalam melayani Allah berdasarkan nilai-nilai injili. K: Kristus  berarti menjadi murid Yesus Kristus

A: Apostolik  12 rasul

T: Tujuh Sakramen  spirit atau kekuatan atau puncak dalam menjalani hidup orang Katolik O: Offisi  doa gereja, biasa dilakukan oleh kaum hidup bakti

L: Liturgi  tidak hanya ekaristi, namun juga ada liturgi sabda dan sebagainya

I: Indah  merayakan liturgi secara indah. Liturgi diatur sedemikian rupa agar menjadi suatu kesatuan yang indah

K: Kesaksian  sabda Allah akan hidup kalau ada tindakan yang menghasilkan kesaksian iman. Pertemuan kitab suci biasanya yang membawa kesaksian iman di tengah umat dan memperkuat. Wahyu dan Iman adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Wahyu adalah (berdasarkan Dei Verbum 2) petunjuk dari Allah yang diturunkan kepada para nabi dan rasul melalui mimpi atau; janji Allah mengenai karya keselamatanNya

Allah

Kristus Manusia

 Allah ke Manusia adalah wahyu  Manusia ke Allah adalah iman  Kristus adalah pemenuhan wahyu

Iman adalah jawaban manusia kepada Allah, maka iman harus dipahami sebagai penyerahan diri kepada Allah. Istilahnya “Ketaatan Iman”. Jawaban kepada Allah itu jangan hanya dimulut saja. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Romo Tukiyo membuka sesi pertanyaan selingan:

Penanya: Iman adalah respon dari wahyu Allah. Jika respon terhadap wahyu Allah negatif, apakah itu bisa dikatakan sebagai orang beriman?

R. Tukiyo: Apakah orang Atheis itu orang tidak beriman? Belum tentu orang beragama beriman, kadang hanya beragama saja.

(3)

Peserta lain menanggapi: Betul, belum tentu orang Atheis tidak beriman. Di Tiongkok perkembangan iman baik kristen dan Islam itu sangat cepat. Justru orang-orang komunis di Tiongkok perbuatannya jauh lebih baik daripada yang beragama. Maka beriman atau tidak itu dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing. Ada yang secara nyata-nyata mengaku sebagai Atheis, tetapi ternyata kehidupannya lebih baik daripada orang yang beragama.

R. Tukiyo: Orang beriman diungkapkan di dalam agama-agama. Orang Atheis tidak percaya adanya Tuhan, tetapi dia tetap beriman bahwa ada sesuatu kekuatan yang lebih besar daripada dia, sehingga dia juga bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik, dan kadang hidupnya jauh lebih baik dari yang beragama.

(Sesi dilanjutkan)

Credo  artinya Aku Percaya Kenapa Aku?

Kenapa bukan saya? Kok kalau pengakuan dosa, “Saya mengaku....”

Jawabannya kalau saya = sahaya = hamba, sehingga dengan mengatakan saya, maka pengakuan dosa tersebut disampaikan dari seorang hamba kepada Tuhan.

Kalau “Aku” menunjukkan pribadi kita yang percaya...

Credo adalah syahadat iman yang memuat pokok-pokok iman (yang panjang, yang pendek sama saja). Pokok-pokok iman:

1. Tritunggal 2. Bunda Maria 3. Gereja

4. Persekutuan Para Kudus 5. Pengampunan Dosa 6. Kebangkitan Badan 7. Kehidupan Kekal

Tiga hal yang penting di dalam Credo: 1. Tritunggal

2. Kisah Penciptaan dan Evolusi

3. Kemahakuasaan Tuhan vs. Penderitaan dan Kejahatan Prinsip dasar Trinitas (kebenaran iman)

1. Percaya bahwa dunia ini ada, keberadaan dunia idak hadir dengan sendirinya. Dunia diciptakan oleh Allah

(4)

2. Percaya bahwa Allah menjelma menjadi manusia (sabda telah menjadi daging) dalam diri Yesus untuk hidup, sengsara, wafat dan bangkit demi menyelamatkan manusia

3. Percaya bahwa Kristus menganugerahkan roh kudus, yang merupakan jiwa Gereja. Rahmat roh kudus diterima melalui gereja dengan tujuh sakramen.

4. Percaya bahwa tritunggal adalah rangkuman dari karya keselamatan Allah kepada manusia. Tritunggal bukan teori tentang Tuhan (2 Kor 5:19 dan Roma 5:5)

5. Percaya bahwa semua yang diciptakan adalah baik adanya. Teori evolusi vs. Karya Sastra Religius, bagaimana menyikapinya? Kisah penciptaan di dalam Kejadian untuk mengungkapkan betapa Allah itu berkuasa dan semua yang diciptakan adalah baik adanya. Namun Gereja keberatan dengan teori evolusi, karena teori tersebut menolak keberadaan Allah sebagai sumber penciptaan. Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan buku Vides et Ratio, yang menyatakan bahwa akal budi itu diperlukan untuk memahami iman, sehingga teori evolusi dengan kitab kejadian tidak perlu dipertentangkan, namun masing-masing saling melengkapi dan saling mendukung.

6. Percaya bahwa penderitaan adalah pengharapan yang menyelamatkan. Siapa yang setia kepada Tuhan dalam penderitaan, dia akan diselamatkan. Penderitaan = bahagia di kehidupan kekal. Allah menghendaki manusia untuk berjuang, untuk mendapatkan kehidupan kekal. Allah memberikan rahmat kebebasan kepada manusia, meskipun beresiko untuk terjeblos ke dalam dosa namun Allah menciptakan manusia untuk tujuan mulia. Allah menghendaki manusia memiliki kemampuan untuk memilih yang baik atau yang jahat.

Yesus Kristus

Nama Yesus berarti “Allah menyelamatkan”  karena Yesus akan menyelamatkan umatnya dari dosa. Tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehNya kita dapat diselamatkan (Kis 4:12). Yesus adalah Mesias  sinonimnya “Kristus” artinya “yang diurapi”. Yesus adalah Kristus karena Allah mengurapi Yesus dengan Roh Kudus.

Maria

Peran Maria adalah bekerjasama dengan Allah untuk keselamatan manusia, dengan iman dan ketaatannya (“Aku ini hamba Tuhan”). Karena penyerahan dirinya Maria diberi banyak gelar (Bunda Allah, Tetap Perawan, Dikandung Tanpa Dosa, Diangkat ke Surga).

Gereja

( kumpulan, panggilan, rapat) dua perwujudan gereja: Gereja dalam arti bangunan

Gereja dalam arti umat Makna Gereja:

(5)

1. Gereja sebagai sakramen  tanda dan sarana yang menyelamatkan Tiga unsur Sakramen

a. Forma  kata-kata b. Materi  medium

c. Pelayan  pelayan yang ditahbiskan, umat boleh dalam keadaan darurat maut

2. Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus kesatuan antar para anggota dan antara kesatuan para anggota Gereja dengan Kristus, melalui sakramen inisiasi.

Sakramen inisiasi : a. Baptis b. Penguatan c. Ekaristi

3. Gereja sebagai Bait Roh Kudus  tubuh adalah Bait Allah, Gereja adalah “bangunan kehidupan” Roh kudus adalah jiwa gereja

4. Gereja sebagai Umat Allah  Allah sendiri yang memilih kita untuk menjadi umatnya, maka kita harus menghayati panggilan tersebut. Kita adalah sempurna seperti Bapamu yang sempurna. Kita dipilih, dipanggil, dikumpulkan, dibentuk melalui peristiwa-peristiwa hidup, supaya kita tetap ada dalam kesatuan dengan Allah.

Ciri Gereja:

1. Satu  banyak anggota tapi satu tubuh, satu iman, satu baptisan, dijiwai oleh satu roh menuju satu harapan

2. Kudus  Roh Kudus yang melayakkan dan menguduskan Gereja (upaya untuk mendekatkan diri dengan Allah yang kudus.

3. Katolik  universal, tugas Gereja membawa karay Yesus ke semua umat manusia, setiap saat, terlebih dalam komuni(tas).

4. Apostolik  berasal dari bahasa Yunani “Apostolos”, maka Gereja berpegang teguh pada kesaksian iman para rasul.

Rm Tukiyo membuka sesi pertanyaan selingan:

Penanya: Bagaimana menyikapi perbedaan antara Gereja Katolik Timur dengan Gereja Katolik Roma? Jawab: Gereja Timur tetap Katolik, Paus Fransiskus telah berusaha untuk mempersatukan antara Gereja Katolik Timur/Anglikan dengan Gereja Katolik Roma, yang ditandai dengan undangan untuk mengikuti perayaan misa bersama di Vatikan.

(6)

Jawab: Baptisan itu tetap dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, namun dikembalikan lagi baptisan tersebut kepada otoritas Gereja, jika Gereja menyatakan bahwa baptisannya sah, maka baptisan itu ya sah. Kalau tidak, ya berarti harus dibaptis ulang.

Persekutuan Para Kudus

 Persekutuan dalam sakramen-sakramen  Persekutuan dalam Karisma

 Persekutuan dalam cinta

Apakah kita sudah meneladani hidup seperti para kudus? Pesan Romo Tukiyo:

Dasar iman kita tidak hanya kitab suci, namun dasar iman itu ada 3 hal, kitab suci, tradisi para rasul dan magisterium. Mohon maaf karena waktu terbatas, silahkan dibaca sendiri selanjutnya.

Sesi 2: Sikap Apresiatif bagi Pemandu Pembicara: G.M Susetyo

Waktu: 10.25 – 12.00

Begitu seorang anak memiliki jantung, maka anak itu sudah memiliki reseptor perasaan (cinta, penolakan) sehingga anak itu sejak memiliki jantung sudah memiliki perasaan. Ketika anak baru lahir, apakah anak itu sudah tahu tentang apa yang kita bicarakan kepada mereka? Belum, tapi sudah bisa merasakan penerimaan maupun penolakan. Pujian-pujian adalah yang membuat anak-anak itu tumbuh dan berkembang.

Sehingga manusia berkembang karena apresiasi, bukan karena kritik.

Apakah apresiasi itu: kemampuan untuk melihat aspek positif diri sendiri maupun orang lain. Pencari bakat adalah orang yang paling mudah menemukan aspek positif dari diri orang lain. Jangan menganggap semua orang sama dengan kita. Mengapresiasi apa yang cocok dengan kita adalah mudah, namun mengapresiasi yang tidak cocok dengan kita adalah yang sulit dilakukan.

Sikap apresiatif juga termasuk melihat keunikan pribadi-pribadi, kemampuan berempati, kemampuan menciptakan lingkungan. Menciptakan lingkungan psychological climate, misalnya, “kalau saya ngomong, mungkin saya juga akan diapresiasi.” Sehingga peserta yang lain akan terpancing untuk juga berbicara.

Intelejensi diperlukan untuk memberi apresiasi, kalau kita mengapresiasi orang, tidak menjadikan kita menjadi rendah, namun semakin membuat kita dihargai.

(7)

Kebiasaan Tidak Apresiatif: 1. Mengkritik

2. Mengecam 3. Menilai bodoh 4. Menilai tidak rasional 5. Menyalah-nyalahkan 6. Tidak pduli

7. Tidak mau mendengarkan 8. Egoisme

9. Tidak melihat perbaikan/perkembangan

Pujian atau apresiasi harus dimulai dari rumah, kepada anak, istri dan orang-orang disekitar.

Apa akibatnya ketika orang lain tidak mengapresiasi? (Peserta diberikan kesempatan untuk menulis apa yang dirasakan)

Jawaban peserta: 1. Mutung

2. Tidak percaya diri 3. Menjadi tidak berani 4. Kecewa

Tidak diapresiasi itu sangat-sangat tidak menyenangkan. Sebagai pemandu kita harus bisa menjadikan orang lain untuk terpikat kepada Gereja Katolik. Kambing/Domba saja yang tidak berharga menjadi berharga di mata Tuhan. Apalagi anak atau anggota keluarga yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Aspek-aspek Kehidupan manusia  timbul sepanjang manusia tumbuh dan berkembang

1. Pikiran 2. Perasaan 3. Sikap 4. Ucapan 5. Tindakan

Lima hal tesebut harus sinkron dalam satu garis lurus. Jika misalnya ingin rajin, maka perasaannya juga harus mengatakan bahwa rajin itu nikmat, demikian pula ada perubahan pada sikap, ucapan dan tindakan. Kelimanya saling berinteraksi membangun harmoni.

Ketidak sinkronan antara kelimanya menimbulkan disharmoni yang akan menimbulkan intrapersonal conflict  mengakibatkan kepercayaan diri hilang, kesialan, sulit dimengerti.

(8)

Sesi Pertanyaan Selingan:

Penanya: Orang tua kadang bercerita sesuatu yang negatif untuk memicu atau membangun anak supaya menjadi lebih baik. Hal ini kadang tidak sinkron. Bagaimana menyikapinya?

Jawab: Dunia anak-anak dan dunia orang tua juga kadang tidak sinkron. Anak-anak tumbuh dengan logika, orang tua tumbuh dengan pengalaman. Idealnya anak mengerti orang tua, dan orang tua mengerti anak. Yang mana yang mengalah? Yang lebih tahu.

(Melanjutkan sesi)

Otak kiri dengan otak kanan sebenarnya tidak sinkron. (Pembicara mempraktekkan cara-cara mudah untuk mensinkronkan antara otak kanan dengan otak kiri). Kalau otak tidak sinkron, kerjaannya marah melulu, jalan kaki bisa menurunkan depresi, sehingga meredakan kemarahan. Kemarahan mengakibatkan kita tidak dapat diterima oleh orang lain. Hal ini akan menyulitkan kita untuk mengapresiasi orang lain.

Mengapa kita tidak mengapresiasi?

1. Sejak kecil terbiasa untuk tidak diapresiasi  tidak memiliki contoh yang mengapresiasi, sehingga tidak tahu caranya untuk mengapresiasi

2. Pernah dikecewakan  dikritik, sehingga tidak mau lagi melakukan hal tersebut. 3. Tidak bisa memaafkan

4. Memaksa orang lain untuk mengikuti  untuk pekerjaan tertentu, bisa diterapkan, tapi untuk lifestyle secara umum sebaiknya tidak

5. Hasrat berkuasa yang terlalu tinggi  terlalu mengatur 6. Banyak salah paham

7. Tidak bisa berempati  “salah sendiri”, “memang orangnya bodoh” 8. Tidak paham bahasa rasa

Emosi Positif: membuat bahagia, tumbuh, berkembang

Emosi negatif: membuat kesakitan, sedih, takut, marah --> orang yang banyak cemas biasanya sering terkena penyakit di pencernaan, dan tidak bisa konsentrasi.

Sifat Emosi  saling tarik menarik, positif menarik positif, negatif menarik negatif, menular, emosi yang dominan menutup emosi yang lemah (misalnya, cinta bisa tertutup oleh kritik). Sifat emosi yang lain adalah menular (ini yang dimaksud dengan iklim psikologis. Sifat emosi adalah timbal balik, kita memperoleh pujian jika memberikan pujian, kita juga memperoleh kritik jika kita memberikan kritik. Self-suggestion (berbicara dengan diri sendiri): pikiran-pikiran, perasaan-perasaan yang ditujukan pada diri sendiri berulang-ulang pada waktu rileks. Sebagai pemandu harus menghilangkan konotasi negatif dari self-suggestion. Pikirkan apa yang diinginkan, dan melihat diri sendiri dari sisi yang positif (misalnya: saya sehat, wajahku tampan, Tuhan memberikan karunia hidup kepada saya, saya dicintai oleh Tuhan, saya layak dicintai). Jika self-suggestion terbawa ke alam bawah sadar, maka hidup Anda akan berubah.

(9)

Self-suggestion menjadi sangat penting apabila kita menjadi pemandu.

Bagaimana pikiran, sugesti diri bisa masuk ke bawah sadar: Ketika sedang berada di Gelombang Theta (tidur awal, unconcious) sedang berangan-angan, maka ucapkanlah kata-kata positif yang membangun diri, pasti akan masuk dan tersimpan di alam bawah sadar.

Peserta diminta untuk membayangkan, satu peristiwa emosional yang paling sedih, paling menyenangkan, atau apapun. Kemudian peserta diminta untuk berdiri berpasang-pasangan. Yang lebih tinggi badannya bercerita lebih dulu mengenai pengalaman emosionalnya kepada pasangannya.

Praktek tersebut adalah praktek mendengarkan, untuk memahami. Banyak orang mendengar untuk membantah, tetapi sebagai pemandu, kita harus mendengar untuk mengerti.

Pada saat bercerita, akan muncul fakta, karena ceritanya adalah cerita yang emosional maka ekspresinya pasti akan keluar. Ada orang-orang yang mudah mengekspresikan, ada orang-orang yang sulit untuk mengeluarkan ekspresi.

Biasanya orang kalau mendengar, hanya mendengar faktanya, namun tidak mencatat perasaannya. Karena logikanya ditangkap, tetapi perasaannya tidak. Pemandu kitab suci harus dapat menangkap keduanya, karena perasaan itu sangat penting. Sebagai pemandu harus peka terhadap ekspresi emosi. Ekspresi dalam mendengarkan: Menatap mata, penuh perhatian, empati, mematikan hp, ikut menangis, ikut tertawa, ingin tahu lebih dalam/lebih jauh. Ekspresi dalam mendengarkan orang itulah yang menyembuhkan.

Sebaliknya menanggapi dengan negatif, termasuk menasehati, mencurigai, ingin cerita sendiri, sibuk dengan pikirannya sendiri, inilah yang mengecewakan orang lain. Sebagai pemandu sebaiknya menghindari hal-hal tersebut di atas.

Komunikasi

Setiap orang punya “Thinking” dan “Feeling”, yang lebih dominan “Thinking” biasanya mendahulukan logika, fakta, obyektif. Tapi orang-orang ini juga memiliki perasaan. Namun orang Thinking biasanya mencari yang efektif dan efisien. Biasanya menggunakan bahasa Thinking.

Ada juga orang-orang yang dominan di “Feeling”, meskipun demikian, orang yang “Feeling”nya dominan tidak berarti IQnya rendah. Orang-orang feeling biasanya mencari yang mendamaikan, yang menyenangkan, yang membuat nyaman, yang membahagiakan. Biasanya menggunakan bahasa Feeling. Thinking

- Berbicara pendek, singkat, sesuai tujuan

- Melihat, menganalisis, memutuskan dengan logika  contoh: hukum sebab akibat, kalau bersalah ya harus dihukum

- Efisiensi dan efektivitas paling penting  contoh: belanja sendiri lebih cepat, daripada belanja dengan orang lain, atau tidak ada window shopping. Belanja ya belanja.

(10)

- Berbicara obyektif

- Mengedepankan aspek fungsional  contoh memberikan kado lebih penting fungsinya. - Merasa didengar kalau kawan bicara mengerti duduk masalahnya

- Diri, pikiran, ide dan benda-benda adalah hal yang terpisah  tidak ada nilai historis/romantisme terhadap barang-barang. Kalau idenya ditolak, bukan merupakan masalah.

- Mudah menerima kritik asal logis karena ide dan dirinya terpisah - Cenderung mudah memaafkan, asal sudah paham persoalannya

- Perlu belajar memperhatikan orang yang berbicara kepadanya dan belajar berempati.

Feeling

- Berbicara panjang, kalau sudah nyaman malah tidak berhenti - Kalau berbicara dengan intonasi yang melodius

- Melihat, menganalisis, memutuskan dengan dasar rasa/feeling - Kebersamaan kehangatan lebih penting

- Berbicara interpretatif  berbicara dengan perumpamaan-perumpamaan. Mengapa Yesus berbicara dengan bahasa Feeling? Karena bahasa Taurat adalah bahasa logika, bahasa Thinking. - Mengedepankan aspek simbol: contoh, kado itu lebih penting maknanya, bukan fungsinya - Merasa didengar kalau dimengerti perasaannya

- Diri, pikiran, ide dan benda-benda adalah hal yang melekat  selalu ada nilai historis/romantisme terhadap barang-barang. Kalau idenya ditolak berarti dirinya yang ditolak.

- Tidak bisa menerima kritik

- Cenderung sulit memaafkan, menuntut penderitaan yang sama  cara membuat orang feeling memaafkan, melakukan sesuatu yang dia senangi, di depannya tanpa bicara

- Perlu membuka fakta lebih lengkap dan belajar mengambil jarak

Bahasa-bahasa Kitab Suci banyak menggunakan feeling. “Apapun yang kau lakukan terhadap hambamu yang paling hina, kau lakukan juga terhadap Aku”

Untuk mengerti bahasa kitab suci, perlu mempelajari bahasa feeling. Perlu melatih diri untuk bisa memahami bahasa cinta yang ingin disampaikan oleh Allah kepada manusia. Orang Farisi adalah orang-orang yang sangat thinking, karena mereka sangat taat kepada hukum. Yesus hadir untuk menggenapi hukum tersebut dengan cinta (feeling).

Bagaimana memahami orang Feeling:

1. Jangan menolak secara langsung, diiyakan dulu (penerimaan ide itu penting), baru kemudian dibicarakan kembali. Biasakan mengkritik dengan menggunakan tanda tanya. Misalnya: bagaimana menurut anda?

2. Orang dengan feeling mudah membaca ekspresi wajah, mudah mengetahui apakah yang kita katakan sesuai dnegan perbuatan atau tidak

3. Jangan membicarakan hal jelek tentang orang lain. 4. Jangan membuang barang-barang miliknya tanpa ijin.

(11)

Bagaimana memahami orang Thinking:

1. Lebih mudah memahami orang Thinking, selama kita bisa mengerti maksud dan tujuan yang diinginkan

2. Sulit mengekspresikan, tidak dengan kata-kata. Sulit untuk merayu. Mengungkapkan cinta melalui pemberian, melalui perbuatan.

3. Meskipun tidak mudah mengekspresikan, tetapi tetap ingin juga dicintai dan dipuji

Pesan Pembicara: Kalau orang Thinking dengan orang Feeling saling mengerti, maka perumpamaan yang ada di dalam Yesaya 11:6-8 akan terwujud.

MAKAN SIANG 12.00 – 12.30

Selingan 12.30-12.50: F.X. Rudijanto:

Materi workshop pemandu kitab suci ada di dalam website. Kunjungi website http://www.bmvkatedralbogor.org. Materi WPKS ada di menu dokumen (paling kanan), pilih menu WPKS, nanti akan terlihat dokumen-dokumen pdf, ada tombol download di sebelah kanan, tinggal di klik.

Follow up kedua dari workshop ini adalah WA Grup yang akan dimoderatori oleh Mbak Titin dan Mas Wimpy, yang akan juga dipandu oleh senior-senior yang lain.

Peserta yang membutuhkan sertifikat, nanti silahkan menuliskan nama di kertas yang sudah dibagikan. Sesi 3: Sharing Alkitab

Pembicara : Dominikus Agoes Gunawan Waktu: 12.50 – 14.45

Mereview sedikit dari materi yang telah lalu, karakteristik animator yang ideal:  Menerima masukan

 Mau mendengarkan

 Besarkan hati setiap peserta, tidak mempersiapkan diri untuk membantah atau berdebat dengan peserta

 Membuat persiapan dan perencanaan (metode yang dilakukan, waktu yang direncanakan)  Bersikaplah fleksibel, menyesuaikan dengan kondisi, tidak terpaku pada rencana awal

 Kreatif  berkreasi dalam menyampaikan apa yang ingin disampaikan, tidak monoton, melihat yang tidak kelihatan (menggali perasaan). Otak kita memang sudah tercipta kreatif, semua manusia bisa berkreasi dan berimajinasi, karena memang begitu cara kerja otak.

 Pemandu harus dapat menengahi, berada di tengah-tengah antara pandangan A dengan pandangan B.

(12)

Bagaimana Melakukan Kerasulan Kitab Suci Secara Kreatif?

 Biasanya: Sharing, Kesaksian dari Kehidupan sehari-hari, maka perlu yang kreatif seperti:  Cerita  Cerdas Cermat  TTS  Gambar  Mengarang  Membuat surat  Bermain Kesalahan Animator:

 Melontarkan pertanyaan tidak dengan nada percakapan (lebih kepada

 Setelah mengajukan pertanyaan, beri waktu untuk berpikir, tidak apa-apa hening untuk sementara waktu, biarkan orang hening dan berpikir sebelum menjawab. Pemandu jangan menjawab sendiri

 Membatasi diri dengan pertanyaan-pertanyaan dan membimbing  animator juga peserta dalam kelompok, sehingga dapat juga mengeluarkan pendapat

 Menyatukan dua pertanyaan menjadi satu

 Terlalu banyak mengatur  pada awal-awal pertemuan pemandu lebih otorator, namun jika kelompok sudah mulai berkembang, maka pemandu menjadi demokratis

 Tidak ikut ambil bagian bila kita merasa kelompok mulai melantur ( ini persmisif)

 Mengajukan pertanyaan tertutup yang jawabannya hanya “Ya” dan “Tidak” tetapi lebih banyak mengeksplor peserta “Kenapa Ya?”, “Kenapa tidak?”

 Mengajukan pertanyaan yang terlalu rumit, kalau terlalu rumit peserta akan takut untuk menjawab.

 Cenderung menekankan kehendak pribadi

 Membiarkan terjadinya pembicaraan paralel  pemandu harus menjadi saluran pembicaraan, sehingga komunikasi berjalan dengan lancar

Karakteristik Anggota Kelompok:

 Si Pemandang  cara mengatasinya dipancing dengan pertanyaan sederhana “menurut Bapak?” diajak untuk ikut berbicara, diajak untuk berbicara

 Si Penguasa Tunggal  cara mengatasinya dipotong (dicut) dengan positif, mengingatkan bahwa peserta yang lain belum mendapatkan waktu bicara

 Si Peremeh  cara mengatasinya dengan diminta pendapatnya

 Si Lucu (menyeletuk yang diluar konteks)  cara ngatasinya jangan diberikan perhatian, terus melanjutkan diskusi

 Si Manipulator  cara mengatasinya dengan mengatakan bahwa pendapat Bapak benar, tapi coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda

(13)

 Si Pembonceng  cara mengatasinya disuruh jawab pertanyaan yang pertama

 Si Pemohon  cara mengatasinya, berikan pertanyaan yang jawabannya pendek-pendek dulu, baru kemudian dikembangkan dari situ

 Si Perajuk (mundur tanpa berita kalau tidak dituruti pendapatnya)  cara mengatasinya sama dengan manipulator

Metode Sharing Alkitab:

Metode sharing alkitab itu banyak sekali, hingga ratusan, namun dapat dipilih dari beberapa metode di bawah ini

Bible to Life: Metode tujuh langkah, metode swedia, pertanyaan tertulis  membaca Kitab Suci, kemudian dibawa ke dalam kehidupan atau ke dalam tindakan

Life to bible: Look, listen, love  melihat kondisi atau isu apa yang sedang terjadi dan mencari di Alkitab yang membahas tentang isu tersebut

Metode Swedia:

Tahap 1: dibuka dengan berdoa, supaya jalannya sharing menjadi lancar, teks pilihan dari kitab suci dibacakan (dipilih salah satu orang untuk membaca, yang lain belum membaca, hanya mendengarkan saja, kemudian peserta yang mendengarkan diminta untuk menggunakan panca indera, mengimajinasikan situasi dan kondisi yang diceritakan di dalam KS), kemudian teks dibaca secara pribadi oleh setiap peserta, Animator membagikan sehelai kertas, meminta agar peserta untuk menuliskan temuan di dalam kitab suci yang ingin direnungkan, yang tidak dipahami, yang membicarakan tentang Tuhan, yang membicarakan tentang manusia, hal yang baru disadari, pesan yang disampaikan, gunakan tanda-tanda khusus untuk masing-masing temuan tersebut.

Tahap 2: teks pilihan dari KS dibaca kembali kemudian peserta menjelaskan tentang segala hal yang mereka temukan dan dicatata dikertas. Animator mengajak para peserta untuk mengomentari hasil temuan peserta yang lain, satu persatu, bisa juga masukan, pertanyaan, saran, dan lain-lain.

Tahap 3: Hening – mengucapkan doa singkat berkaitan dengan isi teks yang baru dibahas, sesuai dengan temuan masing-masing. Hal ini juga membantu umat untuk belajar berdoa. Kalau umat tidak berani doa spontan, boleh ditulis terlebih dahulu di kertas, baru kemudian dibacakan dan ditutup oleh pemandu. (Pembicara membuka sesi pertanyaan)

Penanya: Kalau metode swedia ini diterapkan di dalam BKSN, dengan anggota yang cukup banyak, misalnya 10 orang, bagaimana dengan manajemen waktu?

Jawab: Di dalam buku BKSN ada metode yang disarankan untuk digunakan, yaitu metode sharing saja. Sekarang saya hanya menyampaikan contoh-contoh metode, lalu nanti peserta akan mempraktekkan, setelah dipraktekkan baru bisa menyadari kekurangannya di mana, dan kemudian dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kebutuhan kelompok masing-masing.

(14)

Penanya: Setelah membaca teks KS, apakah tujuannya pemandu itu mencari jawaban yang dicari oleh peserta atau pemandu merangkum dari hasil-hasil yang di dapat oleh peserta?

Jawab: Metode ini bukan hanya untuk BKSN, tetapi setelah BKSN selesai, Bapak Ibu masih boleh melakukan kegiatan kitab suci. Di dalam BKSN pertanyaan2 sudah dirumuskan, dan jawabannya rata-rata tertutup. Sehingga Metode ini dapat dilakukan sebagai pengembangan dari BKSN.

Penanya: Perbandingan Kitab Suci dengan tindakan di dalam APP bagaimana? Karena banyak umat yang menganggap apa yang terjadi di Kitab Suci, ya di Kitab Suci saja.

Jawab: Ini dapat ditanyakan kepada Rm. Tukiyo atau PSE. Metode Pertanyaan Tertulis

Tahap 1  teks pilihan dari KS dibacakan, peserta yang lain mendengarkan, lalu kemudian masing-masing orang membaca secara pribadi, lalu setiap peserta merumuskan 1-2 pertanyaan, animator merumuskan pertanyaan yang akan di bahas, karena tidak mungkin membahas semua pertanyaan, mengingat waktunya.

Tahap 2  Animator mengajak peserta untuk menanggapi semua pertanyaan tersebut, animator harus bisa menjelaskan berdasarkan tafsir Alkitab (tafsir resmi, pendapat ahli/magisterium)  jika ada pertanyaan tentang tafsir kitab suci. Jika tidak ada, maka sharing saja.

Tahap 3  hening, mengendapkan hasil yang didapat, peserta mengucapkan doa singkat yang berkaitan dengan isi teks yang baru dibahas.

(Pembicara membagi kelompok kedalam kelompok ganjil dan genap, yang ganjil menggunakan Metode Swedia dan yang genap menggunakan Metode Pertanyaan Tertulis)

Muncul pertanyaan dari peserta:

Penanya: Sharing yang biasa terjadi di dalam KKS, biasanya hanya sebatas curhat pribadi, peserta yang lain hanya memotivasi atau memberikan pandangan-pandangan, sehingga orang yang melakukan sharing dapat menerima inspirasi mengenai tindakan apa yang harus dilakukan, sehingga tidak perlu untuk menjelaskan berdasarkan tafsir.

Jawab: Sharing ada macam-macam, misalnya sharing iman (karya Tuhan yang terjadi di dalam hidup kita) tentu saja kalau ada temanya akan mempermudah. Sharing antara yang satu dengan yang lain tidak ada yang benar atau salah. Tapi kalau membahas perikop kitab suci, maka yang disharingkan adalah ayat kitab suci, tentang tafsirnya, dan sebagainya. Sehingga yang ini disebut sebagai sharing kitab suci, yang mana berbeda dengan sharing iman.

Praktek Sharing Alkitab Durasi: 30 menit Jumlah Kelompok: 13

(15)

Teks KS: Matius 5: 13-16

Kondisi: Kelompok Ganjil menggunakan Metode Swedia, Kelompok Genap menggunakan Metode Pertanyaan Tertulis, masing-masing kelompok menunjuk satu orang sebagai fasilitator, dan yang lain bertindak sebagai peserta

Catatan untuk review peserta sesudah praktek: Tujuan sharing Alkitab: Life-Bible-Notes

1. Membantu kelompok mempersiapkan diri menghadapi persoalan 2. Memilih persoalan yang tepat yang berdampak pada kehidupan Gereja 3. Membantu umat gereja mempertajam analisis sosial

4. Melatih untuk memilih kutipan KS yang menerangi pembicaraan atau diskusi Langkah:

1. Tentukan peristiwa untuk menentukan situasi hidup (persoalan)

2. Cari perikop KS, boleh menggunakan alat atau gadget, bisa menggunakan buku referensi. Bagaimana pandangan gereja mengenai peristiwa tersebut

3. Tanggapan peserta (masukan, sharing, solusi, aksi nyata)

Lucky Draw, Evaluasi WPKS, Permintaan Sertifikat 14.45 – 15.15

Sesi 4 – Presentasi Kelompok WPKS Moderator: Dharmawan Tanudjaya Pembicara: Dominikus Agus Gunawan Waktu: 15.15 – 16.00

Kelompok 3: Ditunjuk untuk menggunakan Metode Swedia, lalu menggunakan Metode GWA yang mirip dengan metode Swedia.

1. Apa yang kubaca

2. Apa pesan yang Allah sampaikan

3. Apa respon terhadap pesan yang ingin disampaikan Allah

Ketika diterapkan, tantangan utamanya adalah bagaimana peserta yang belum bisa mengungkapkan atau atau sharing. Kendala adalah untuk menarik partisipan untuk berpartisipasi. Dalam menerapkan metode Swedia tidak terlalu sulit. Dengan Metode Swedia lebih mudah untuk mengajak peserta untuk berpartisipasi dalam sharing.

Kelompok 10: Menggunakan Metode Swedia, dibuka dengan doa, satu orang membaca, lalu masing-masing membaca, lalu satu orang melontarkan pertanyaan. Hanya satu orang yang melontarkan pertanyaan, karena waktu tidak cukup kalau semua. Ketua kelompok memancing para anggota kelompok untuk sharing, lalu yang disharingkan dirangkum oleh sekretaris dan di tutup dengan doa.

(16)

Kelompok 2: Menggunakan metode pertanyaan tertulis. Pertama dibacakan oleh pemandu, lalu hening sejenak, lalu para anggota membaca sendiri. Setelah membaca, masing-masing peserta menulis ayat yang ingin dipahami. Para anggota sangat mendukung pemandu, dan sangat aktif, sehingga dari kelompok ini dapat menemukan suatu solusi untuk para anggotanya yang disepakati bersama.

Kelompok 6: Hening, membaca dua kali, pemandu memberikan suatu pertanyaan dan masing-masing peserta memberikan tanggapan atau respon sesuai dengan ayat alkitab yang dibaca. Lalu pemandu memberikan penjelasan sesuai dengan respon yang diberikan oleh peserta, lengkap dengan ayat-ayat KS yang berkaitan. Namun hal itu menjadi pertanyaan bagi saya, apakah saya bisa menjadi pemandu yang handal seperti yang saya alami sore ini? Semua pemandu kitab suci menginginkan orang untuk bertobat, tetapi pertobatan itu kan membutuhkan proses, terutama pencerahan. Semoga kitta semua dapat menjadi pemandu yang handal seperti yang dicontohkan oleh pemandu di dalam praktek hari ini.

Tanggapan dari pembicara:

Sebenarnya Metode Swedia dengan Metode GWA tidak sama. Pada intinya, metode itu diterapkan setelah kita membaca alkitab. Jadi dibaca dulu alkitabnya, lalu diterapkan metodenya yang sesuai. Antara Metode Pertanyaan Tertulis dengan Metode Swedia tidak terlalu jauh. Di Metode Swedia diharapkan masing-masing anggota aktif memberikan pertanyaan, lalu kemudian di pilih oleh pemandu. Tujuannya untuk belajar bersama, menggali bersama, menyamakan presepsi.

Namun di Metode Swedia harus ada “lima pertanyaan atau pernyataan” (pertanya, Allah dengan manusia, manusia dengan Allah, pencerahan, respon). Metode Swedia memang agak membingungkan, namun tidak apa-apa, yang penting kita belajar dari kesalahan.

Saran dari pembicara, lebih baik kalau BKSN, di lakukan dulu salah satu metode di atas, baru kemudian kembali lagi kepada pertanyaan yang ada di dalam buku BKSN. Dengan demikian akan menjadi lebih mudah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Penutup:

Michael Indra Wahjudi:

Yang diharapkan dari workshop ini adalah pesertanya mendapatkan: 1. Wacana

2. Pengetahuan Iman 3. Pengetahuan Iman 4. Spirit

Kami akan terus mendampingi Bapak Ibu sebagai pemandu dan teman-teman yang ada di grup WA itu akan membantu untuk menjawab persoalan-persoalan. Maka mohon jangan diisi dengan iklan, tapi diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pemandu dalam hal kendala yang dihadapi di lapangan.

(17)

Koordinator Seksi Liturgi, Kitab Suci dan Katekese (Bapak Sunarto):

Mengucapkan terima kasih kepada para panitia yang telah membuka pengalaman baru terjun ke lapangan sebagai seorang pemandu, yang ternyata tidak mudah. Ucapan terima kasih kepada para pihak yang telah berpartisipasi, selamat berkarya di ladang Tuhan.

Doa Penutup Foto Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Perpaduan bimbingan kelompok melalui dinamika kelompok didalamnya terdapat permainan kelompok dimungkinkan dapat membentuk perilaku sosial anak, karena dalam kelompok

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar.Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk

Batas jangkauan arus tersebut tergantung pada jarak antar kedua elektroda arus yang memperlihatkan kerapatan arus listrik dalam bumi, sehingga resistivitas semua akan dipengaruhi

Tema bakat ini merupakan salah satu bakat yang sering terdapat pada peran berikut : Hakim, Quality Surveyor, Petugas Commissioning atau peran yang bisa memiliki

Dengan demikian, seorang mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan melakukan kesungguhan dalam belajar sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik (IPK)

Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan gigi sensitif pada kategori baik adalah

Firdani dkk (2015) juga menyatakan people, process, dan techonology dari dimensi customer relationship management (CRM) mempunyai pengaruh signifikan secara

Berbeda dengan metoda Cox, metoda ini berdasarkan prinsip format citra JPEG, membagi citra menjadi blok-blok 8 x 8 dan kemudian dilakukan transforamsi DCT, kemudian