• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MORALITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH MORALITAS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 1 MAKALAH MAKALAH MORALITAS MORALITAS DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :

(2)

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penulis telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Moralitas”. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang apa itu moralitas dan bagaimana terjadinya, dampak serta cara menanggulanginya.

Penulis juga tak lupa menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta  berperan dalam pembuatan makalah ini.Harapan saya semoga makalah ini bisa bermanfaat

danmenjadikan referensi bagi kita sehinga dapat memahami hal-hal yang terlampir dalam makalah ini.

Makalah yang penulis buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu  penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah

(3)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ... ii BAB I (PENDAHULUAN) A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... ... 1 C. Tujuan Penulisan ... ... 1 BAB II (PEMBAHASAN) A. Moralitas ... 2

B. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Moral ... ... 2

C. Pentingnya Moral dan Hukum ... ... 5

D.  Nilai Moral Sebagai Sumber Kebudayaan dan Budaya ... 6

E. Peranan Agama Sebagai Sumber Moral ... ... 8

F. Dampak Modernisasi dan Globalisasi Terhadap Moralitas Remaja ... 9

G. Solusi Mengatasi Kerusakan Moral ... ... 11

BAB III (PENUTUP) A. Kesimpulan ... 13

B. Saran ... 14

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang di muat dalam pancasila khususnya sila ke-2 “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dari pernyataan ini mengandung maksud bahwa rakyat Indonesia diharapkan untuk hidup adil dan beradap. Untuk mencapai masyarakat yang beradap di  perlukan moral dan gaya hidup yang baik. Moral dan gaya hidup bangsa Indonesia tercermin pada perbuatan-perbuatan rakyat Indonesia itu sendiri khususnya para remaja sebagai generasi penerus sekaligus ujung tombak bangsa Indonesia. Menurut Moetojib (2008:01) langkah yang perlu diambil bangsa Indonesia menghadapi persoalan bangsa  pada era globalisasi dan memasuki usia ke-63 adalah melakukan rekonstruksi moral secara total dengan membangun kembali karakter dan jati diri bangsa (Nation and character building). Selain melakukan rekonstruksi moral juga melakukan konsolidasi kebangsaan dengan melaksanakan langkah strategi memperkuat komitmen kebangsaan dan bersama membangun ke Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Dari  pengamatan penulis terhadap gaya hidup dan kelakuan remaja di lingkungan sekitar  bahwa banyak remaja khususnya remaja putri yang berpakaian seksi dan menggugah gairah seks lawan jenisnya. Serta banyak juga pemuda yang membentuk gank dan sering kumpul di perempatan jalan sambil minum-minuman keras sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Dari uraian diatas, penulis berpendapat bahwa keadaan moral dan gaya hidup remaja Indonesia saat ini telah telah mengalami kerusakan dan perlu di  perbaiki lagi. Sebab gaya hidup dan moral mereka sudah tidak sesuai lagi dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Sehingga dari semua pihak yang terkait perlu membantu demi kesadaran dan kebaikan generasi penerus kita. Dengan memperhatikan ulasan uraian di atas, maka penulis membuat makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah pengertian moral dan kerusakan moral?

2. Apakah faktor-faktor penyebab kerusakan moral? 3. Bagaimana solusi untuk mengatasi kerusakan moral?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian moral dan kerusakan moral 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan moral 3. Untuk mengetahui solusi mengatasi kerusakan moral

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Moralitas

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat

kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang buruk. Moral juga bisa disebut dengan tindakan yang  bernilai positif di mata manusia lain. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral

artinya tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata orang lain. Sehingga moral mutlak yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang  berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral merupakan perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam  berinteraksi dengan manusia lain, apabila yang dilakukan seseorang itu sudah sesuai dengan nilai dan rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan di lingkungan masyarakatnya, maka orang tersebut dapat di nilai mempunyai moral yang baik. Begitu pula sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama.

Pada umumnya setiap orang tua mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat dalam berhubungan dengan orang lain. Karena moral yang baik dapat lebih dihargai oleh orang lain. Moral dan etika memiliki karakteristik yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia yang  baik dan yang buruk. Perbedaan etika dan moral adalah kalau etika dapat dikatakan untuk

menentukan nilai perbuatan manusia yang baik atau buruk menggunakan tolak ukur dengan norma-norma yang tumbuh dan berkembang langsung di masyarakat, sedangkan moral muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat, dengan tolak ukur yang digunakan dalam moral adalah untuk mengukur tingkah laku manusia dengan adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat. Moral juga bisa diartikan sebagai budi pekerti. Budi pekerti adalah kata majemuk kata budi dan pekerti merupakan gabungan kata yang berasal dari bahasa sangsekerta dan bahasa Indonesia. Dalam bahasa sangsekerta budi artinya alat kesadaran (batin) dalam bahasa Indonesia pekerti berarti kelakuan. Jadi budi pekerti adalah tingkah laku manusia.

B. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Moral

Kerusakan moral saat ini sudah sampai pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Dan itu terjadi pada semua level masyarakat. Anak-anak remaja hingga

(6)

orang dewasa sudah banyak yang terjangkit penyakit ini. Maraknya kenakalan dikalangan remaja; pergaulan bebas, tawuran, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya merupakan  bukti bahwa moral remaja kita sudah rusak. Para pejabat sudah tidak mempunyai rasa malu meminta dan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Para wanita lebih senang  pamer aurat dimuka umum dan bergaul tanpa batas. Dengan alasan seni para artis dan media telah meracuni masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Jika disebut satu persatu secara rinci potret kerusakan moral masyarakat kita terlalu sempit media ini untuk memuatnya. Tetapi hal itu dapat kita rasakan secara nyata ditengah-tengah kehidupan kita. Kemajuan teknologi justru menambah cepatnya virus ini menjalar ditengah masyarakat kita. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan moral adalah sebagai berikut :

1. Kemajuan teknologi, Dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positiftetapi tidak dapat di pungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat  berdampak negative bagi kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel  berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak di gunakan oleh orang yang tepat. Misalnya : Video porno yang semakin mudah di akses di  ponsel dengan internet, mahasiwa sebagian yang tidak sempat belajar ketika ujian

menggunakan hp untuk internet atau menanyakan kepada temannya lewat sms. Hal tersebut memang sangat memudahkan tapi itu melatih adanya sifat ketidakjujuran kepada mahasiswa itu sendiri sehingga menjadi awal dari kerusakan moral.

2. Memudarnya kualitas keimanan. Sekuat apapun iman seseorang, terkadang mengalami naik turun. Ketika tingkat keimanan seseorang menurun, potensi kesalahan terbuka. Hal ini sangat berbahaya bagi moral, Jika dibiarkan tentu membuat kesalahan semakin kronis dan merusak citra individu dan institusi. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang  baik,maka apa berani dia memakan uang rakyat(Korupsi)?!

3. Pengaruh lingkungan. Tidak semua guru itu punya sifat yang buruk dan sebaliknya. Terkadang seorang guru melakukan kesalahan karena ada pengaruh  buruk dari linkungan sekitarnya. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang  baik dari guru lain dapat mendorong seorang guru untuk berbuat kesalahan.selain itu Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula.

(7)

4. Hilangnya kejujuran. Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy International.

5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat.

6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah salah satu  bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan

mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3 – 2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana.

7. Rendahnya Disiplin. Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan  bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.

8. Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat.

9. Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut  persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman

(8)

 Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi. 10. Krisis Kepedulian Media massa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya

 beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa.  Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana  para calon pemimpin bangsa.

C. Pentingnya Moral Dan Hukum

Manusia dan hukum adalah dua identitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap  pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan

dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas berbagai komponen  pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “semen perekat” tersebut adalah hukum.Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah tatanan sosial (social order) yang bernama masyarakat. Guna membangun dan mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si pengatur (kekuasaan).

 Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Nilai dianggap penting oleh manusia itu harus jelas, harus semakin diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Moralitas diidentikan dengan perbuatan baik dan  perbuatan buruk(etika) yang mana cara mengukurannya adalah melalui nilai- nilai yang

terkandung dalam perbuatan tersebut.

Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat. kedua, menarik perhatian pada  permaslahan-permasalahan moral yang kurang ditanggapi manusia. Ketiga, dapat

menjadi penarik perhatian manusia kepada gejala “Pembiasaan emosional”

Selain itu fungsi dari nilai, moral dan hukum yaitu dalam rangka untuk  pengendalian dan pengaturan. Pentingnya system hukum ialah sebagai perlindungan bagi kepentingan-kepentingan yang telah dilindungi agama, kaidah kesusilaan dan kaidah kesopanan karena belum cukup kuat untuk melindungi dan menjamin mengingat terdapat

(9)

kepentingan-kepentingan yang tidak teratur. Untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telah dilindungi kaidah-kaidah tadi maka diperlukanlah system hukum.

K. Bertens menyatakan ada setidaknya empat perbedaan antara hukum dan moral,  pertama, hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas (hukum lebih dibukukan daripada moral), kedua, meski hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap bathin seseorang, ketiga, sanksi yang berkaitan dengan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan moralitas, keempat, hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara sedangkan moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.

D. Nilai Moral Sebagai Sumber Budaya Dan Kebudayaan 1. Nilai dan Sistem Budaya

Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik secara pribadi atau individu maupun kelompok, seantiasa berhubungan dengan nilai-nilai, moral, dan norma. Nilai-nilai, norma, dan moral tersebut berfungsi memberi motivasi dan arahan bagi seluruh anggota masyarakat dalam bersikap, berbuat, dan bertingkah laku. Nilai atau value berasal dari kata valere yang berarti : kuat, baik, berharga (Bambang Daroeso, 1983,26). Sesuatu dikatakan bernilai , artinya sesuatu itu mempunyai hal yang berharga, berguna, indah yang memperkaya batin, yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai-nilai atau sistem Nilai-nilai yag telah menjadi milk bersama masyarakat akan dapat berfungsi sebagai perekat bagi masyarakat, bahkan dijadikan pedoman bagi seluruh anggota masyarakat.

 Nilai bersumber pada budi pekerti, oleh karena itu nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan yang bersifat abstrak. Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian besar atau seluruh warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap baik, paling benar, amat  bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya biasanya dijadikan pedoman tertinggi bagi seluruh anggota masyarakat. Sistem-sistem tata kelakuan manusia dari sifatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum, dan norma-norma lain, semuanya bersumber pada sistem nilai budaya tersebut (Koentjaraningrat, 1994,25).  Nilai-nilai budaya tersebut telah mempribadi pada anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah. Sistem nilai budaya merupakan wujud riil dari kebudayaan, dan setiap masyarakat atau bangsa memilii sistem nilai budaya sendiri yang membentuk kepribadian bangsa, oleh karena itu Pancasila sebagai kepribadian bangsa bersifat unik, khas, atau khusus.

(10)

2. Membangun Kebudayaan Nasional, Nilai-nilai Budaya Positif dan Nilai-nilai Budaya Negatif.

Bagi banga Indonesia, berbagai persoalan dalam negeri yang berjalan bebarengan dengan munculnya fenomena globalisasi seolah- olah menghentakan kesadaran nasional untuk memperteguh identitas nasionalnya, tanpa harus menjadi ekslusif. Penyegaran identitas nasional berarti mengungkapkan unsur-unsur positif yang dimiliki bangsa Indonesia di tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa. Nilai- nilai tradisional yang dapat mendorong pembangunan nasional antara lain :

a. Berorientasi vertikal kearah atasan (Pimpinan, tokoh masyarakat), aspek positif dari nilai budaya ini ialah dapat memudahkan taktik untuk mengajak rakyat  berpartisipasi dalam usaha pembangunan dengan cara memberi contoh tauladan,

misalanya hidup hemat dan sederhana, mentaati hukum, serta disiplin.  b.  Nilai budaya sifat tahan menderita dan keuletan.

c.  Nilai budaya bahwa manusia wajib terus berikhtiyar atau berusaha dan berjuang. d.  Nilai budaya sikap toleran terhadap pendirian atau keyakinan yang lain.

e.  Nilai budaya yang berupa semangat dan jiwa gotong-royong serta rasa solidaritas. (Koentjoroningrat, 1994,69-71).

Sikap mental bangsa Indonesia yang dapat menghambat pembangunan nasional (nilai-nilai budaya negatif). Dalsm rangka mempercepat proses pembangunan nasional diseluruh bidang kehidupan bangsa apalagi setelah bangsa Indonesia dilanda krisis multidimensi yang berkepanjangan, maka kita harus berusaha keras memberantas sikap  buruk yang masih melekat dalam diri kita masing-masing pada khususnya dan dalam

kepribadian bangsa Indonesia pada umumnya. Sikap mental negatif yang dapat menghambat pembangunan nasional antara lain :

 Sifat mentalitas yang meremehkan mutu.  Sifat mentalitas yang suka menerabas  Sifat tak percaya diri sendiri.

 Sifat tak berdisiplin murni.

 Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.

(Koentjoroningrat, 1994, 45)

Di masyarakat, warga masyarakat apapun profesi/ kegiatannya harus mendapatkan bimbingan dan kalau perlu diberi modal agar dapat menghasilkan produk yang bermutu dan sekaligus menumbuhkan kembangnya rasa percaya diri.

Sifat mental yang tidak disiplin masih merupakan aspek negatif dari kepribadian  bangsa Indonesia yang harus segera diberantas karena dapat menghambat segala usaha  pembangunan serta merusak citra bangsa. Cara yang dapat ditempuh antara lain:

(11)

 Para pemimpin harus memberi contoh untuk bersikap desiplin.  Hukum benar-benar ditegakkan tanpa pandang bulu.

 Menghilangkan sikap disiplin semu (berpura-pura) dikalangan masyarakat.

Sifat tidak bertanggung jawab dikalangan masyarakat bangsa Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat gejalanya antara lain:

 Kebiasaan suka melempar kesalahan diri dari pihak lain (mencari kambing

hitam)

 Suka mengingkari janji/ tidak menepati janji yang ditetapkan atau disanggupi.  Suka mengentengkan masalah, meskipun menyangkut perasalahan yang

 penting.

Sifat buruk masyarakat ini harus diberantas dan dicegah jangn sampai  berkembang khususnya dikalangan anak-anak dan remaja/ pemuda. Dan sudah barang

tentu lewat proses pendidikan.

3. Aspek Subyektif dan Obyektif Kebudayaan

 Aspek Subyektif kebudayaan ialah pribadi-pribadi manusia sebagai pencipta

kebudayaan, taraf perkembangan budaya para anggota masyarakat.

 Aspek Obyektif kebudayaan meliputi segala hasil cipta karsa, rasa, dan karsa

manusia baik kebudayaan yang bersifat maeri maupun kebudayaan yag  bersifat non materi, hasil perkembangan budaya manusia (Djojodiegoeno,

1961,26)

Baik buruknya kebudayaan tergantung pada faktor manusia (subjek) yang menciptakan kebudayaan dan sekaligus sebagai pengembang serta pendukung kebudayaan. Agar dapat dihasilkan kebudayaan haruslah merupakan sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki nilai-nilai moral yang tinggi.

E. Peranan Agama sebagai Sumber Moral

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka hal 665. Moral adalah : Ajaran tentang baik buruk yang bisa diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama. Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial

(12)

didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.

Peranan agama dalam membentuk kepribadian manusia yang berakhlak dan moralitas sangat ditentukan oleh peranan orang tua yang selalu memberikan inovasi kepada anak-anaknya. Selain itu peran orang tua dalam memberikan fasilitas kepada anak-anaknya, seperti memberi pendidikan tentang agama sejak dini. Adapun peran agama adalah sebagai berikut :

1. Mendidik manusia sehingga tentram, damai, tabah, tawakal, ulet, dan percaya  pada diri sendiri

2. Membentuk manusia menjadi berani berjuang menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan mengabdi dan berkorban

3. Mencetak manusia menjadi sabar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggaran yang menjurus kepada dosa

4. Memberi sugesti agar manusia dalam jiwanya tumbuh sifat mulia, terpuji,  penyantun, toleran dan manusiawi.

F. Dampak Modernisasi dan Globalisasi terhadap Moral Remaja

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasarkan pendapat para ahli sebagai  berikut. Menurut Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Sedangkan Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai  berikut :

1. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat

2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu

4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa

5. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan

(13)

Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi yang berasal dari kata global atau globe yang artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia. Modernisasi dan globalisasi dapat mempengaruhi sikap masyarakat dalam bentuk positif maupun negatif. Yang penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Sikap positif

a. Pemerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot.

 b. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi

2. Sikap negatif

a. Tertutup dan was-was (apatis)

 b. Masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada

c. Acuh tak acuh

d. Masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi

e. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi

f. Dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya selektif/filter

Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui  berbagai media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini semua orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang di dapat. Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap  budaya asing yang masuk ke Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada

masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih  banyak mengarah ke negatif ketimbang ke arah positifnya. Meski dampaknya tidak

terlalu terasa tapi kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh  budaya barat. Jika masyarakat khususnya generasi penerus kita sendiri tidak mempelajari  pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada  baiknya budaya budaya barat yang masuk kita serap dan disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya barat itu baik, begitu juga sebaliknya. Jika kita terus menerima dan

(14)

menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi  penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif juga yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan

melek  terhadap perubahan dan perkembangan dunia.

G. Solusi Mengatasi Kerusakan Moral

Dahulu bangsa Indonesia dikenal karena moral rakyatnya yang berbudi pekerti luhur, santun dan beragama. Sayang citra baik ini tidak di jaga. Perlu diingat modal kemajuan suatu bangsa sangat didukung generasi yang cerdas, bijak dan bermoral.  Namun akhir-akhir ini, gejala kemerosotan moral benar-benar mengkhawatirkan. Masalah ini bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan dan  profesinya, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa. Masalah-masalah moral pun telah menjadi persoalan yang banyak menyita perhatian dari banyak kalangan, terutama dari pendidik, alim ulama, tokoh masyarakat, dan orang tua. Meskipun telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah moral, namun hasilnya masih belum menggembirakan. Kita  patut prihatin atas kondisi moralitas bangsa ini. Betapa tidak, moralitas, sebagai hasil dari  pendidikan, ternyata tidak bisa disebut membanggakan. Moralitas yang ada justru sangat  jauh dari nilai-nilai normatif yang selama ini dijunjung tinggi. Semua itu sungguh sangat disayangkan dan telah mencoreng kredibilitas dunia pendidikan. Para pelajar yang seharusnya menunjukkan akhlak yang baik, justru malah menunjukkan tingkah laku yang  buruk. Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi di masyarakat maka

solusi yang untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena kepribadian manusia akan terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang  baik juga. Dan apabila seseorang bergaul pada kondisi lingkungan yang kurang  baik,maka akan timbul kepribadian yang kurang baik juga.

2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. Seperti halnya karena kurangnya  perhatian orang tua,seseorang akan cenderung melampiaskan amarahnya pada orang

(15)

3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring  pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak  penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya

akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya. 4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.

Dengan kita mendektkan diri kepada Allah,rajin beribadah,beramal shaleh,tentu akan membuat kita terhindarkan dari perbuatan yang tidak sesuai di jalan Allah. Seperti halnya dalam surat Al-Qalam ayat 4 “ Sesungguhnya engkau ( Muhammad ) berada  pada landasan akhlak yang agung.” Sebaiknya,kita sebagai manusia yang telah diberi akal dan fikiran oleh sang maha kuasa harus dimanfaatkan secara optimal. Kita harus  berfikir cerdas tentang bagaimana cara mengaplikasikan sesuatu hal agar dapat menimbulkan efek yang baik bagi kita. Terutama dalam memilih hal yang kita sukai seperti halnya trend masa kini,idola,dan lain sebagainya.

5. Adanya mata kuliah Pendidikan moral dan Pengembangan karakter salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan yang didikuti mahasiswa untuk menanamkan pada diri masing-masing akan pentingnya pendidikan karakter untuk memperbaiki moral  bangsa. Lalu pendidikan agama yang didalamnya terdapat berbagai pendekatan untuk menuju moral yang lebih baik serta memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

6. Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik- baiknya.

(16)

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan agama di sekolah pada dasarnya sebagai wahana pembentukan manusia bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Agama moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman merupakan maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.

Moral berasal dari bahasa latin yaknimores kata jamak dari mos yang berarti adat

kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang buruk. Moral juga bisa disebut dengan tindakan yang  bernilai positif di mata manusia lain. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata orang lain. Sehingga moral mutlak yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang  berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral merupakan perbuatan, tingkah laku, ucapan seseorang dalam  berinteraksi dengan manusia lain, apabila yang dilakukan seseorang itu sudah sesuai dengan nilai dan rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan di lingkungan masyarakatnya, maka orang tersebut dapat di nilai mempunyai moral yang baik. Begitu pula sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan agama.

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih  banyak mengarah ke negatif ketimbang ke arah positifnya. Meski dampaknya tidak

terlalu terasa tapi kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh  budaya barat. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola

(17)

14

kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif juga yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek   terhadap perubahan dan

 perkembangan dunia.

B. Saran

Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih  banyak mengarah ke negatif ketimbang ke arah positifnya. Meski dampaknya tidak

terlalu terasa tapi kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh  budaya barat. Jika kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses ini juga menghasilkan akibat positif juga yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek dan melek   terhadap perubahan dan

(18)

DAFTAR PUSTAKA

http://cicikwijayanti.blogspot.com/2012/02/makalah-isbd-manusia-moralitas-hukum.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014

http://tekkabancin.blogspot.com/2013/10/makalah-fenomena-kerusakan-moral-dan.html, diakses  pada tanggal 06 Januari 2014

http://peternggili-pedrozhaqoutez.blogspot.com/2013/09/etika-dan-moral-pemuda-yang-semakin.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014

http://randikacool.blogspot.com/2012/11/meminimalisir-rusaknya-moral-pemuda.html, diakses  pada tanggal 06 Januari 2014

reni-ariningsih.blogspot.com/2012/06/makalah-tentang-moralitas.html, diakses pada tanggal 06 Januari 2014

Referensi

Dokumen terkait

Melalui aplikasi google meet dengan kegiatan presentasi, peserta didik dapat mempresentasikan hasil analisis mengenai empat nama dan arti lambang rambu lalu lintas

Berat kering akar didapatkan dengan cara menimbang sampel bagian akar tanaman yang telah dimasukkan ke dalam oven selama 1x24 jam dengan suhu 80 o C sampai beratnya konstan

Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara mengobservasi siswa secara langsung, wawancara dan

[r]

Strategi ini ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan: Terciptanya aktivitas pembangunan yang sesuai dengan potensi dan karateristik wilayah. Strategi pengembangan wilayah

Dengan demikian dapat ditentukan program apa yang perlu diprioritaskan dalam rangka peningkatan kualitas permukiman karena program yang akan disusun perencanaannya

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Mengelola kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan dan Menunjukkan penampang memanjang jalan keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio