• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENYIDIK CYBER CRIME POLRI

DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI WILAYAH HUKUM POLDA JAWA TENGAH

Nanung Nugroho Indaryanto*, Akhmad Khisni** *

Mahasiswa Magister (S-2) Ilmu Hukum UNISSULA Semarang email : [email protected] **

Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang

ABSTRACT

Online gambling game is very popular due to gambling by using the mode / methode online gambling is very easy to access. The issues discussed are how mechanisms, obstacles, and strategies of online gambling crime investigation conducted by Cybercrime Unit investigator Subdit II Ditreskrimsus Polda Central Java. The approach method used in this research is normative juridical approach method.

The results showed in conducting investigations using modern technology. There are still many obstacles faced by the investigator, namely the lack of strict rule of law, lack of understanding of the investigator, causing problems such as misunderstanding. The strategy of the investigator is to do the planning with the evidence of a mature start and always do the title of the case.

Keywords: Cyber Crime Investigator, Police, Online Gambling

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam hal perjudian online pemerintah berupaya memberantas kegiatan judi online sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa judi online tidak terpantau oleh hukum. Hukum di Indonesia telah mengatur tentang perjudian yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, PP No 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan UU No 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).1

Di wilayah Jawa Tengah perjudian online merupakan hal yang sudah tidak asing lagi. Perjudian online merambah dari masyarakat kalangan atas hingga kalangan bawah. Seperti yang diberitakan oleh berita online Solo Pos , Senin,29 Mei 2017 bahwa perjudian jenis online Sudah marak di Jawa Tengah Khususnya di Temanggung. Kapolres Temanggung AKBP

1

(2)

Maesa Soegriwo di Temanggung, Minggu (28/5/2017), memaparkan terungkapnya kasus judi online di wilayah hukum yang menjadi tanggung jawabnya itu bermula dari patroli yang dilakukan oleh anggota Satreskrim sekaligus menindaklanjuti adanya informasi tentang adanya permainan judi online di warnet setempat. “Di warnet Galaxi dapat ditangkap satu pelaku judi online jenis roullete dan di Warnet Doom dibekuk dua pelaku judi online jenis poker,” katanya..2

Dalam penelitian ini fenomena masalah yang diangkat adalah kejadian kurun waktu antara awal Tahun 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Dimana Pada hari kamis tanggal 4 Februari 2016, petugas Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng mendapat informasi dari masyarakat bahwa di Wilayah Kendal banyak beredar perjudian menggunakan media elektronik disertai menggunakan jaringan internet. Kemudian petugas Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng menindaklanjuti informasi tersebut dengan melakukan penyelidikan ke Kendal untuk mengecek informasi dari masyarakat.

Dari permasalahan diatas, jelas pada pelaku telah melanggar Pasal 45 Ayat (1) jo Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan menghasilkan kesimpulan bahwa setiap orang yang sengaja dan tanpa hak, yaitu mendistribusikan, mentransmisikan, membuat dapat diaksesnya informasi elektronik atau dokumen elektronik yang memiliki muatan perjudian. Hubungan rumusan tindak pidana perjudian online dalam Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE dikhususkan untuk menjerat pelaku perjudian serta penyedia jasa perjudian tersebut yang dilakukan melalui dunia maya, sedangkan untuk perjudian biasa yang tidak dilakukan melalui media komputer atau dunia maya, maka pelaku dijerat dengan Pasal 303 KUHP.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Penyidik Cyber Crime Polri dalam Menangani Tindak Pidana Perjudian Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme penyidikan tindak pidana judi online yang dilakukan oleh penyidik unit cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah?

2

(3)

2. Hambatan apa yang dihadapi oleh penyidik unit cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana terkait tindak pidana judi online di Wilayah Hukum Polda Jawa tengah?

3. Bagaimana strategi penyidik cyber crime Polri mengatasi hambatan dalam menangani tindak pidana perjudian online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah?

C. PEMBAHASAN

1. Mekanisme Penyidikan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Oleh Penyidik Unit Cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah

Penyidikan berfungsi sebagai teknis reserse kepolisian yang mempunyai tujuan membuat suatu perkara menjadi jelas, yaitu dengan mencari dan menemukan kebenaran materiil yang selengkap-lengkapnya mengenai suatu perbuatan pidana atau tindak pidana yang terjadi.3 Judi adalah perbuatan berbahaya, karena dampaknya, seseorang yang baik dapat

menjadi jahat, seseorang yang giat dan taat dapat menjadi jahil, malas bekerja, malas mengerjakan ibadah, dan terjauh hatinya dari mengingat Allah. Dia jadi orang pemalas, pemarah, matanya merah, badannya lemas dan lesu dan hanya berangan-angan kosong. Dan dengan sendirinya akhlaknya rusak, tidak mau bekerja mencari rizki dengan jalan yang baik, selalu mengharap-harap kalau-kalau mendapat kemenangan. Dalam sejarah perjudian, tidak ada orang kaya karena berjudi. Malah sebaliknya yang terjadi, banyak orang yang kaya tiba-tiba jatuh miskin karena judi, banyak pula rumah tangga yang aman dan bahagia tiba-tiba hancur karena judi.4

Proses hukum yang berlaku diharapkan dapat mampu menegakkan aturan hukum dengan tegas melalui manajemen penyidikan yang sudah diatur agar dapat melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dan pengendalian terhadap tindak pidana yang terjadi khususnya di wilayah Jawa Tengah. Metode yang digunakan Unit Cyber crime Subdit II Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

a. Menerima Laporan dari Masyarakat

3 Abdul Mun’in Idries dan Agung Legowo Tjiptomartono, 1982, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam

Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, hlm. 4.

(4)

Proses awal kepolisian untuk melakukan tindakan adalah dari hasil laporan masyarakat yang mengetahui adanya transaksi perjudian online, kemudian masyarakat menceritakan kejadian dengan sebenarnya kepada penyidik Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus polda Jawa Tengah yang telah diketahui dan dilihat secara langsung di hadapan penyidik mengenai kasus perjudian bola online. Dari laporan masyarakat tersebut akan ditindak lanjuti oleh penyidik dalam proses penyidikan/penyelidikan. Dalam praktiknya, biasanya pertama-tama penyidik akan melacak pelaku dengan menelusuri alamat situs internet yang digunakan untuk melakukan perjudian, provider dan Bank untuk mencari dan menemukan bahwa kasus tersebut adalah tindak pidana. Setelah saksi dan barang bukti terkumpul barulah kepolisian melanjutkan perkara tersebut ke tingkat penyelidikan dan penyidikan.

b. Melakukan penyelidikan

Di dalam melakukan proses Penyelidikan terhadap tindak pidana perjudian online Penyidik Polda Jawa Tengah melakukan kerjasama dengan satuan Polres, Polsek, Polda Jawa Tengah, dan Mabes Polri agar supaya mempermudah mendapatkan informasi-informasi yang dapat mendukung untuk menangkap pelaku kasus jaringan perjudian online.

Proses penyelidikan ini bertujuan untuk menentukan dapat tidaknya penanganan selanjutnya yaitu tahap penyidikan. Dalam menyelidiki kebenaran adanya tindak pidana perjudian bola online, kepolisian lebih dahulu melakukan penyelidikan melalui internet dengan cara menelusuri website-website yang terkait dengan situs perjudian bola. Banyak website di internet yang menawarkan perjudian bola online ini, seperti misal pada situs www.sbobet.com, www.m88.com, www.ibcbet.com, www.kakakdewa.com dan www.39bet.com. Kepolisian dituntut untuk mencari, mengamati, melacak, serta menganalisis mengenai apakah tindak pidana tersebut benar-benar ada dan termasuk dalam ruang lingkup tindak pidana perjudian bola melalui internet atau hanya termasuk tindak pidana perjudian biasa.

c. Melakukan penyidikan

Proses penyidikan dilakukan oleh kepolisian dengan tujuan untuk mengumpulkan bukti, dengan adanya bukti tersebut membuat terang suatu tindak pidana perjudian bola online guna mengetahui tersangkanya. Penyidik bisa menetapkan seseorang sebagai tersangka perjudian online jika setelah dilakukan pemeriksaan dan telah memenuhi syarat

(5)

sebagai tersangka dengan bukti-bukti yang ada. Di dunia internet sendiri banyak situs yang bisa diakses oleh semua orang, seperti misal pada situs www.sbobet.com, www.m88.com, www.ibcbet.com, www.kakakdewa.com dan www.39bet.com. Di dalam situs tersebut ada yang menawarkan sendiri dengan nomor telepon, pin Blackberry Messenger, sehingga para pelaku sangat mudah untuk melakukan perjudian online.5

Di samping menggunakan internet dalam berkomunikasi dengan member, admin situs perjudian online itu menggunakan handphone dengan nomor tertentu yang digunakan antar member.

Ada juga pelaku yang bisa diajak melakukan transaksi secara bertemu langsung, dari situ penyidik menjebak pelaku dan langsung menangkap pelaku, serta melakukan penggeledahan lalu langkah penyidik selanjutnya adalah membuktikan secara teknis perbuatan tersebut. Dari hasil wawancara dengan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Reskrimsus Polda Jawa Tengah alat bukti yang biasanya ditemukan dalam pencarian dan pengumpulan alat bukti perjudian melalui internet antara lain handphone, laptop, modem, rekening, rekening Koran, M-Banking, dan kartu ATM. Biasanya juga kebanyakan dari pelaku membuang buku tabungannya karena yang dipakai merupakan rekening fiktif. Selain itu juga pelaku melakukan transaksi melalui e-mail untuk mentransfer data, dalam hal ini pelaku biasanya tidak memberitahukan password e-mail tersebut sehingga penyidik melakukan koordinasi terkait pemecahan kode e-mail dengan Mabes Polri.

d. Penangkapan

Penangkapan pelaku perjudian online dilakukan setelah adanya bukti permulaan yang cukup. Sebagaimana diatur pada Keputusan Kapolri No. Pol.SKEP/04/I/1982, 18-2-1982, bahwa bukti permulaan yang cukup merupakan keterangan dan data yang terkandung di dalam dua diantaranya : Laporan Polisi, BAP di tempat kejadian perkara, Laporan Hasil Penyelidikan (LHP), Keterangan Saksi atau Ahli dan Barang Bukti. Pada penangkapan yang dilakukan dalam perjudian online ini dari hasil wawancara dengan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dilakukan setelah menerima laporan dari warga masyarakat dan melakukan penyamaran (under cover) untuk menjebak pelaku perjudian online.

5

Indra Safitri, “Tindak Pidana Di Dunia Cyber ” dalam Insider, Legal Jurnal Forum Indonesia Capital & Invesment Market.

(6)

e. Penggeledahan dan Penyitaan

Menurut wawancara dengan penyidik Polda Jawa Tengah penggeledahan dilakukan setelah penangkapan Penyitaan, sesuai dengan Pasal 38 KUHAP harus dengan ijin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat, berlaku sebaliknya bila dalam keadaan mendesak, yaitu penyitaan dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri. Penyitaan dilakukan sebelum mendapat ijin dari Ketua Pengadilan Negeri agar dapat segera dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut terhadap barang bukti dan mengingat barang bukti yang diperoleh dari pelaku perjudian bola onlinesangat mudah untuk dimusnahkan. Barang bukti yang biasanya diperoleh dari penyitaan perjudian bola online berupa handphone, laptop, modem, rekening, rekening Koran, M-Banking, dan kartu ATM.

f. Penahanan

Menurut keterangan penyidik Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dilakukannya penahanan karena memenuhi ketiga unsur tersebut.

1) Unsur yuridis yaitu, Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2) Unsur merusak dan menghilangkan barang bukti. Mengingat barang bukti dalam tindak pidana perjudian bola online ini sangat mudah untuk dihilangkan oleh pelaku. 3) Penahanan terhadap pelaku telah memenuhi syarat undang-undang yang terdapat pada

Pasal 21 ayat (1) KUHAP, yaitu diduga keras sebagai pelaku tindak pidana perjudian online, dan dugaan tersebut didasarkan pada bukti yang cukup, sebagaimana telah disebutkan pada bagian penyitaan di atas.

g. Melimpahkan Berkas Perkara Dan Tersangka Ke Kejaksaan.

Tahap akhir dari kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian melalui internet adalah melimpahkan berkas perkara beserta barang bukyi berupa barang bukti elektronik dan alat-alat elektronik yang digunakan oleh tersangka serta tersangka atau pelaku tindak pidana perjudian bola melalui internet, berikut ini adalah tahap-tahap pelimpahan perkara kepada kejaksaan :

1) Melengkapi Administrasi yang Diperlukan Dalam Pemberkasan.

2) Pengiriman Berkas Perkara ke Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah (Tahap I) 3) Kejaksaan Memeriksa Kelengkapan Berkas Perkara.

(7)

2. Hambatan Yang Dihadapi Oleh Penyidik Unit Cyber crime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah Dalam Pelaksanaan Penyelidikan/Penyidikan Tindak Pidana Terkait System Peradilan Pidana

Berdasarkan wawancara hambatan yang dihadapi oleh penyidik unit cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana judi online, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Aturan Hukum Yang Kurang Tegas

Aturan hukum yang belum tegas karena belum adanya Undang – Undang secara khusus yang mengatur penegakan hukum tindak pidana perjudian online. Kelemahannya karena dalam penegakan hukum bagi pelaku judi online masih berpedoman pada Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang di revisi menjadi UU No.16 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

b. Masih Kurangnya Koordinasi Antara Penyidik

Kurangnya koordinasi dari pihak penyidik dikarenakan para penyidik masih banyak menangani kasus yang berbeda – beda dan masih terbatasnya jumlah penyidik khusus yang menangani perjudian online.

c. Terbatasnya Sumber Daya Manusia Pihak Penyidik

Seharusnya pihak penyidik diberikan pelatihan agar mempunyai keahlian di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari. Seharusnya dalam satu kasus Tindak Pidana judi online yang ditangani setidaknya ada lebih kurang 6(enam) personel penyidik yang melakukan penyidikan agar proses hukum dalam penyidikan dapat berjalan dengan baik dan dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin dan cepat. Pada saat ini di wilayah hukum Polda Jawa Tengah untuk melakukan penyidikan judi online masih ditangani oleh penyidik sebanyak 4 personil penyidik dalam setiap kasus judi online dikarena terbatasnya jumlah penyidik di Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah.

d. Kurang Memadainya Sarana Dan Prasarana Penyidik

Sarana dan prasarana sebagai pendukung dari pekerjaan pihak penyidik adalah adanya alat bantu dalam penyelidikan dan penyidikan seperti teknologi canggih untuk mendeteksi keberadaan pelaku tindak pidana melalui HP /Cek Posisi HP, Software extract

(8)

data dan Kurang memadainya sarana dan prasarana sebagai penunjang pihak penyidik, maka akan berdampak kurang maksimalnya upaya pihak penyidik dalam melakukan penyidikan.

e. Harus Adanya Evaluasi Kinerja Dari Penyidik

Evaluasi yaitu dengan melihat bagaimana kinerja dari setiap penyidik yag diberikan tugas sesuai perintah dan jabatan, Seorang Kanit diberikan tanggung jawab untuk mengawasi kinerja anggotanya apakah tugas penyidikan yang dilakukan sudah maksimal sesuai tugasnya masing-masing atau masih belum melaksanakan tugas secara maksimal. Pelaksanaan evaluasi kinerja dari penyidik pada saat ini sering mengalami hambatan karena banyaknya kasus yang masuk dan setiap penyidik banyak menangani berbagai macam kasus sehingga proses penyidikan menjadi lama dan tidak fokus karena beban perkara kasus yang banyak.

Adapun upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi kendala /Hambatan dalam Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah diantaranya sebagai berikut :

a. Adanya aturan Hukum Yang Tegas

Pihak berwenang diharapkan untuk dapat selalu mengusulkan/mengevaluasi aturan-aturan hukum yang sudah berjalan, agar pelaksanaannya bisa diterapkan dengan benar dan sesuai perkembangan jaman, sehingga faktor yang menjadi penghambat dapat diatasi sebaik mungkin.6

b. Meningkatkan Koordinasi Antara Penyidik

Koordinasi antar penyidik dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan gelar perkara dengan melibatkan pihak – pihak intern maupun ekstern antar penyidik.7

c. Meningkatkan Kemampuan Pihak Penyidik

Salah satu hal yang bisa dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuan penyidik adalah Pendidikan kejuruan dan pelatihan khusus penyidik terutama yang berkaitan dengan Pengungkapan Tindak pidana judi online dapat dilaksanakan di lembaga pendidikan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyidik tentang proses penyidikan yang sesuai dengan aturan hukum.

6

Hasil Wawancara dengan Iptu Endro Prabowo,S.Kom selaku Panit II Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, Tanggal 7 April 2017

7 Wawancara dengan Kompol Andis Arfan Tofani, SH, MH, Kanit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda

(9)

d. Meningkatkan Infrastruktur

Sebagai salah satu penunjang dalam melaksanakan tugas penyidikan dengan baik seperti menggunakan kamera CCTV di setiap ruas jalan dan menggunakan alat deteksi pengintai kejahatan, pelacak posisi via nomor HP maupun IP address dan melacak jejak setiap penyidik.

3. Strategi Penyidik Cyber Crime Polri Dalam Menangani Tindak Pidana Perjudian Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah

Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode penyidikan akan menentukan apakah hasil penyidikan itu dapat diterima sebagai alat bukti dalam persidangan atau tidak (due process model).

a. Perencanaan Penyidikan

Tahap pertama dalam suatu penyidikan adalah membuat rencana penyidikan. Rencana penyidikan ini dibuat agar dari awal dapat ditentukan arah dari suatu penyidikan, cara yang akan digunakan, personil yang akan digunakan, dan jangka waktu yang dibutuhkan dalam suatu penyidikan.

1) Penyelidikan (Prelimery investigation) 2) Gelar perkara (tertutup)

b. Pelaksanaan Penyidikan

1) Bukti permulaan yang cukup (Laporan Polisi dan 2 alat bukti yang sah) 2) Rencana penyidikan

Jika ada seseorang disangka atau didakwa telah melakukan perjudian dalam ruang siber maka Aparat Penegak Hukum harus membuktikan bahwa orang tersebut telah memenuhi seluruh unsur yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE, yaitu: (i) adanya kesengajaan dan tidak adanya hak (ii) adanya perbuatan mendistribusikan, mentransmisikan, atau membuat dapat diaksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik, (iii) terkandung muatan perjudian – dengan menggunakan alat-alat bukti yang diatur dalam perundang-undangan.

Pasal 5 UU ITE mengatur bahwa informasi atau dokumen elektronik, atau hasil cetaknya (yaitu hasil cetak dari informasi dan dokumen elektronik) dapat dijadikan alat bukti hukum yang sah. Informasi elektronik atau dokumen elektronik, atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia.

(10)

Informasi elektronik, dokumen elektronik, dan hasil cetaknya dapat dijadikan alat bukti sepanjang dapat dijaga, antara lain, keutuhan dan ketersediaan dari informasi atau dokumen elektronik tersebut.

Lebih lanjut, menurut AKBP Teddy Fanani, S.IK , mengemukakan bahwa apabila seseorang tetap mengembangkan/membuat website perjudian tersebut, maka orang tersebut dapat diancam pidana oleh beberapa pasal peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di antaranya adalah ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”), yang melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian. Ancaman pidana bagi pelanggaran Pasal 27 ayat (2) UU ITE, diatur dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE yaitu pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar.8

Jadi, berdasarkan penjelasan sebelumnya, kegiatan mengembangkan/membuat website yang memuat perjudian adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan dan dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan peraturan perundang-perundang-undangan yang berlaku untuk membangun website perjudian tersebut.

D. PENUTUP

1. Mekanisme penyidikan tindak pidana judi online yang dilakukan oleh penyidik unit cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah yaitu menerima laporan dari masyarakat, melakukan penyelidikan, melakukan penyidikan, penangkapan, penggeledahan dan penyitaan, penahanan, melimpahkan berkas perkara dan tersangka ke kejaksaan.

2. Hambatan yang dihadapi oleh penyidik unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah dalam pelaksanaan penyelidikan tindak pidana terkait system peradilan pidana antara lain aturan hukum yang kurang tegas, masih kurangnya koordinasi antara penyidik, terbatasnya sumber daya manusia pihak penyidik, kurang memadainya sarana dan prasarana penyidik, dan harus adanya evaluasi kinerja dari penyidik. Adapun upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi kendala /Hambatan dalam Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Judi Online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah diantaranya adanya

8 Hasil wawancara dengan AKBP Teddy Fanani,SIK Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, pada tanggal 26

(11)

aturan hukum yang tegas dan khusus, meningkatkan koordinasi antara penyidik, meningkatkan kemampuan pihak penyidik, meningkatkan infrastruktur.

3. Strategi penyidik cyber crime polri dalam menangani tindak pidana perjudian online di Wilayah Hukum Polda Jawa Tengah yaitu melakukan proses penyelidikan hanya berupa informasi elektronik dan dokumen elektronik, karena Tempat Kejadian Perkara (TKP) terjadi di dalam internet maka penyidik menelusuri dan mengamati dengan menggunakan internet serta jika diperlukan penyidik mengadakan kerjasana dengan instansi lain yang terkait dalam perjudian bola melalui internet, jika di dalam kasus ini ditemukan tidak cukup bukti maka proses penyelidikan dihentikan dengan Laporan Hasil Penyelidikan (LHP).

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abdul Mun’in Idries dan Agung Legowo Tjiptomartono, 1982, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta.

Widyopramono, 1994, Kejahatan Di Bidang Komputer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Zaini Dahlan, 1995, UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid. 1, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Perundang-undangan:

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

Undang-undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi.

Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Artikel:

Indra Safitri, “Tindak Pidana Di Dunia Cyber ” dalam Insider, Legal Jurnal Forum Indonesia Capital & Invesment Market.

Internet:

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet, di akses pada 7 Juni 2017.

http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/334384-inilah-10-situs-judi-online-terbesar, akses 7 Juni 2017.

(12)

http://www.harianjogja.com/baca/2012/12/24/judi-togel-polisi-kesulitan-mengatasi-361409, akses 7 Juni 2017.

http://www.kaskus.co.id/thread/54de8a59bccb171b2d8b456f/mengenal-subdit-cyber-crime-polri/, diakses pada tanggal 29 Juni 2017.Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Wawancara:

Hasil Wawancara dengan Iptu Endro Prabowo,S.Kom selaku Panit II Unit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, Tanggal 7 April 2017

Hasil wawancara dengan AKBP Teddy Fanani,S.IK Kasubdit II Ditreskrimsus Polda Jateng, pada tanggal 26 Juni 2017

Wawancara dengan Kompol Andis Arfan Tofani, SH, MH, Kanit Cybercrime Subdit II Ditreskrimsus Polda Jawa Tengah, Tanggal 20 Juli 2017

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah (1) terdapat tiga jenis referensi yang muncul dalam novel Harry Potter and the Chamber of Secrets yaitu

Bagi persepsi majikan sektor ini penilaian yang agak rendah diberikan kepada aspek komunikasi dan interpersonal, kepimpinan, teknologi maklumat dan penguasaan Bahasa Inggeris

Dalam erti kata lain, bagi responden yang berjaya menderma secara konsisten dalam tempoh dua tahun, mereka mempunyai penilaian yang lebih positif terhadap menderma darah (lebih

Agar kita merasakan nilai penting surat-surat yang ditujukan kepada negara-negara dan wilayah-wilayah yang berbeda, dan para rajanya, dan kedudukannya yang falid

Dalam upaya mengembangkan keterampilan kewarganegaraan guru PPKn di MTs Al – Ikhlas Tanjung Bintang menyisipkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik melalui

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur ( path analysis ) dan Sobel test. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini: 1) keadilan distributif,

Faktor guru, proses pembelajaran, disertai dengan penggunaan media pembelajaran selama pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pada uji hipotesis pertama yaitu tingkat perbedaan kesehatan bank umum syariah dan bank umum konvensional pada faktor risk profile yang di dapat dari risiko kredit