• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke: Fakultas Program Studi

DASAR-DASAR

MANAJEMEN

PEMASARAN

PASAR KONSUMEN DAN PERILAKU PEMBELI

Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi.

FIKOM

Marcomm & Advertising

(2)

Definisi

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

• Aktivitas pra-pembelian termasuk mengembangkan kesadaran akan produk dan merek yang dapat memberikan pemenuhan kebutuhan. Aktivitas paska-pembelian termasuk evaluasi pembelian barang dan setiap usaha untuk mengurangi perasaan kecemasaan yang sering muncul ketika kita membeli barang-barang berharga mahal yang jarang kita beli. Setiap hal ini memiliki akibat untuk pembelian dan

pengulangan pembelian dan ketika mereka menerima kepada komunikasi

pemasaran dan unsur lain pada bauran pemasaran. Pemahaman kita untuk perilaku konsumen dan aktivitas pemasaran mempengaruhi kita ketika mengambil

(3)

Proses

• Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1, bagian penting dari perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan yang digunakan untuk melakukan pembelian. Proses pengambilan keputusan ini, menurut Engel et al. (1993), termasuk lima tahap:

• (1) pengenalan masalah • (2) pencarian informasi • (3) evaluasi alternatif • (4) pembelian, dan

• (5) evaluasi paska-pembelian. Kemudian pengambilan keputusan

konsumen dapat digolongkan kepada tiga kategori utama yaitu: perilaku respon rutin, pengambilan keputusan terbatas, dan pengambilan

(4)

Proses

Perilaku respon rutin terjadi pada situasi pembelian di mana

konsumen sering mengalami secara berkala. Jenis barang yang termasuk dalam kategori rutin adalah memiliki risiko rendah, harga murah, produk yang sering dibeli seperti makanan dan

kebutuhan rumah tangga. Pada situasi ini, identifikasi aktual dari sebuah kebutuhan mungkin tidak terjadi secara eksplisit tetapi hanya sedikit bahkan tidak ada pencari informasi dan konsumen bergantung pada loyalitas merek. Kemudian, pembelian berulang menjadi kebiasaan, dengan sedikit bahkan tidak ada evaluasi

(5)

Proses

Kategori selanjutnya, terjadi ketika konsumen

melakukan pengambilan keputusan terbatas pada saat

mereka membeli produk tertentu dan pada saat mereka

membutuhkan informasi mengenai merek yang tidak

dikenal dalam sebuah kategori produk yang dikenal.

Jenis pengambilan keputusan ini membutuhkan waktu

yang cukup banyak untuk mengumpulkan informasi.

Jenis produk yang masuk pada kategori ini adalah

(6)

Proses

Kategori terakhir adalah pengambilan keputusan ekstensif yang terjadi ketika seseorang hendak membeli produk yang tidak

dikenal, mahal, dan jarang dibeli seperti mobil dan rumah. Pengambilan keputusan ekstensif biasanya dimulai dengan

adanya motivasi bahwa produk tersebut memiliki kepentingan bagi konsep diri pemiliknya dan pengambilan keputusannya memiliki tingkat risiko yang tinggi. Kemudian, konsumen akan melakukan pencarian informasi mendalam dan evaluasi sebelum pembelian menjadikan pembelian tersebut merupakan proses yang relatif lama.

(7)

Tahap Pengenalan Masalah

Secara konseptual, pengenalan masalah terjadi ketika konsumen melakukan identifikasi antara kesenjangan antara kebutuhan dan keadaan yang ada. Tetapi kehadiran akan kebutuhan pengenalan masalah tidak serta merta menimbulkan tindakan. Hal ini

bergantung kepada dua faktor. Pertama, kebutuhan yang ada haruslah sangat penting. Kedua, konsumen percaya bahwa pemenuhan kebutuhan mampu dijangkau oleh mereka. Jika pemenuhan kebutuhan berada di atas sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh konsumen maka tindakan pemenuhan

(8)

SUMBER PENGENALAN MASALAH

• Habis persediaan: supply yang tersedia habis dan harus diganti. Pembelian bersifat sederhana dan rutin dan memilih merek yang sudah dikenal.

• Ketidakpuasan: tidak puas akan produk/jasa yang digunakan. Contoh: sepatu yang ketinggalan jaman.

• Kebutuhan baru: perubahan menyebabkan kebutuhan. Berbentuk keuangan, jabatan, gaya hidup. Contoh: lulus kuliah dan bekerja. Ganti t-shirt dan jeans menjadi kemeja dan dasi.

• Produk sejenis: akibat pembelian produk baru. Membeli handphone mengakibatkan ingin membeli sarung handphone.

• Disebabkan oleh pemasar: pemasar melakukan kegiatan yang menyebabkan munculnya pengenalan masalah. Iklan pakaian menyebabkan konsumen merasa pakaiannya sudah tidak up to date.

• Produk baru: disebabkan oleh produk baru yang masuk ke dalam atensi konsumen. Contoh: Blackberry merupakan produk baru yang diiklankan menjadi jawaban

(9)
(10)

Hirarki Kebutuhan

• Kebutuhan fisiologis: merupakan kebutuhan dasar. Air, udara, makanan, dan lain-lain.

• Kebutuhan keamanan: Tidak hanya keamanan fisik tetapi keteraturan,

stabilitas, kendali. Misalnya kesehatan dan pelayanan kesehatan, tabungan, asuransi, pelatihan ketrampilan.

• Kebutuhan sosial: mencari kehangatan dan hubungan antar manusia. Cinta, kasih sayang, afeksi, penerimaan kelompok.

• Kebutuhan egoistik: bersifat dalam/luar atau keduanya. Di dalam adalah penerimaan diri, harga diri, sukses, mandiri. Di luar adalah prestise,

reputasi, status, pengakuan.

• Kebutuhan aktualisasi diri: keinginan untuk memenuhi potensi diri, menjadi apa yang diinginkan.

Catatan: teori ini tidak bisa diuji empiris, dan sangat lekat dengan budaya Amerika.

(11)

TAHAP PENCARIAN INFORMASI

• Dalam pencarian internal, konsumen mencari memori mereka untuk informasi tentang produk yang dapat menjawab

pemecahan masalah. Informasi ini mungkin berdasarkan pengalaman masa lampau, informasi yang diserap dari kampanye pemasaran terdahulu. Jika mereka tidak

mendapatkan informasi yang cukup dari memori untuk pengambilan keputusan maka mereka akan melakukan

pencarian informasi tambahan secara eksternal. Pencarian

eksternal mungkin akan memusatkan pada komunikasi dengan teman dan kolega, perbandingan antara merek-merek yang ada dan harga, sumber informasi seperti televisi, media cetak, dan sumber-sumber publik lainnya.

(12)

TAHAP EVALUASI ALTERNATIF

Ketika konsumen melakukan aktivitas pencarian, ia melakukan evaluasi informasi. Pada tahap ini, konsumen melakukan evaluasi alternati untuk mengambil pilihan. Ada empat hal yang dilakukan: konsumen harus

• (1) menentukan kriteria evaluasi yang digunakan untuk menilai alternatif,

• (2) menentukan alternatif manakah yang dipertimbangkan, • (3) melakukan pengujian terhadap kinerja pada alternatif yang

dipertimbangkan, dan

• (4) memilih dan menerapkan aturan pengambilan keputusan untuk menetapkan pilihan terakhir.

(13)

Pembelian: dapat berbeda dari keputusan

pembelian, dan ketersediaan produk. Hasil dari

tahap evaluasi alternatif adalah maksud untuk

membeli dan tidak membeli. Langkah tahap ini

adalah pembeli produk yang diinginkan. Dapat

disimpulkan, produk yang dibeli adalah produk

yang memiliki kinerja yang paling memuaskan

jika dihubungkan kriteria evaluatif.

(14)

TAHAP EVALUASI PASCA PEMBELIAN - COGNITIVE DISSONANCE

• Proses pengambilan keputusan tidak berakhir ketika sebuah pembelian terjadi. Ketika sebuah produk dibeli, akan dilakukan evaluasi ketika proses konsumsi. Hasilnya adalah kepuasan atau ketidakpuasan. Ketika konsumen puas atau tidak puas tergantung pada hubungan antara pengharapan

konsumen dan kinerja produk yang ada. Jika kinerja produk melampaui pengharapan, konsumen akan merasa sangat puas; jika sesuai dengan pengharapan maka konsumen akan merasa puas; jika tidak sesuai dengan pengharapan maka konsumen akan merasa tidak puas. Perasaan ini

menentukan apakah konsumen akan mengajukan keluhan, membeli produk kembali atau membicarakan produk secara positif atau negatif terhadap orang lainnya.

(15)

Pada kenyataannya, tidak semua pengambilan keputusan

mengacu kepada tahap-tahap di atas. Mungkin saja mengurangi atau melompati beberapa tahap. Banyak pengambilan keputusan didasarkan kepada proses rutin. Untuk barang-barang murah,

pengambilan keputusan berlangsung cepat. Tidak ada usaha lebih untuk pencarian informasi dan alternatif pilihan.

Dengan semakin kompleksnya pengambilan keputusan, produsen harus merancang iklan yang memuat berbagai informasi yang dibutuhkan konsumen. Pencantuman nilai keunggulan

produk/jasa yang ditawarkan dan lokasi penjualan dan tenaga penjualan yang baik akan mendukung pengambilan keputusan yang cepat.

(16)

Perilaku Konsumen

PENGARUH LINGKUNGAN PADA PERILAKU KONSUMEN

BUDAYA

budaya merupakan gabungan dari makna, nilai, norma dan

kebiasaan yang dipelajari melalui anggota masyarakat. Norma dan nilai budaya memberikan arah dan pedoman tentang

semua aspek kehidupan termasuk perilaku konsumsi.

Perubahan pada budaya tentunya harus dicermati oleh para pelaku pemasaran.

SUB-KULTUR

• Merupakan budaya yang ditemukan pada kelompok kecil di mana nilai, norma, dan pola perilaku membedakan mereka dari kelompok primer. Sub-kultur ini dapat didasarkan pada usia, lokasi, agama, ras, etnik.

(17)

Perilaku Konsumen

KELAS SOSIAL

• Diukur melalui variabel demografik yaitu pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan. Konsep kelas sosial adalah hirarki di mana ada yang bersama-sama dalam satu kelas, dan ada yang berada di atas atau dibawah kelas tersebut. Contohnya, untuk kelas sosial atas, bank memberikan pelayanan yang premium atau lounge khusus di airport.

KELOMPOK RUJUKAN

• Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berbagi norma, nilai, atau kepercayaan dan memiliki hubungan

implisit/eksplisit satu sama lain sehingga hubungan mereka saling tergantung.

(18)

Perilaku Konsumen Indonesia

STUDI KASUS PERILAKU KONSUMEN INDONESIA Karakter #1: BERPIKIR JANGKA PENDEK.

• Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit diajak berpikir jangka panjang salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant. Produk semacam Extra Joss,Hemaviton

Jreng,Indomie laris manis.

• Sebaliknya masih sangat susah sekali memasarkan asuransi pada sebagian besar penduduk indonesia karena konsumen cenderung enggan melakukan investasi (dalam bentuk apapun) yang hasilnya bisa dinikmati mungkin

belasan tahun ke depan.

• Salah satu strategi yang masih ampuh untuk konsumen berpikiran pendek adalah dengan memberikan discount dan hadiah langsung. Survei AC

Nielsen menunjukkan 76% pembeli menyukai diskon harga dan 18% menyukai hadiah langsung.

(19)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #2: TIDAK TERENCANA.

Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang

tidak terbiasa merencanakan sesuatu.

Sekalipun sudah,tapi mereka akan mengambil

keputusan pada saat-saat terakhir. Kebiasaan

ini mirip dengan kebiasaan konsumen kelas

satu. Namun jika kebiasaan pertama tidak

melihat jauh ke depan, kebiasaan kedua ini

tidak menyiapkan sesuatu jauh di belakang.

(20)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #3: SUKA BERKUMPUL

Kebiasaan suka berkumpul sudah melekat dalam

budaya konsumen kita, sampai adanya istilah

“mangan ora mangan ngumpul” dalam masyarakat

jawa. Strategi paling efektif untuk karakter ini adalah

strategi komunikasi Word of mouth, ini terbukti dari

riset para pembeli rumah lewat KPR, awareness

tertinggi konsumen terhadap produk KPR bukanlah

berasal dari iklan atau brosur, tetapi justru datangdari

teman atau relasi. Hal serupa juga terjadi dalam

(21)

Perilaku Konsumen Indonesia

KARAKTER #4: GAGAP TEKNOLOGI.

• Rendahnya penetrasi teknologi tinggi di indonesia menunjukkan bahwa mayoritas konsumen kita relatif masih “gaptek” sehingga adopsi terhadap suatu teknologi relatif jauh lebih lambat.

• Rendahnya tingkat penetrasi produk teknologi tinggi ini berhubungan erat dengan tingkat pendidikan masyarakat kita. Namun jangan pesimis dulu. Sebab, konsumen yang berusia muda kini lebih adaptif dengan teknologi baru karena dorongan arus globalisasi. Sayangnya,daya beli mereka tidak begitu tinggi. Untuk mengatasi masalah daya beli ini, pemasar bisa

mengusung strategi PRICE BUNDLING, seperti yang di lakukan Fren,

Esia,Flexi dan yang lainya. Bisa juga dengan mempermudah penggunaanya seperti yang dilakukan oleh Nokia.

(22)

Perilaku Konsumen Indonesia

KARAKTER #5: ORIENTASI PADA KONTEKS.

Konsumen kita cenderung menilai dan memilih

sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan

begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru

lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.

Tiga ciri spesifik konsumen kita dalam menyerap

informasi.

Pertama, memiliki minat baca yang rendah.

Kedua,memilih segala sesuatu-baik dari membaca

atau menonton yang ringan dan menghibur.

(23)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #6: SUKA MERK LUAR NEGERI

Soal menyamar, kita bisa belajar dari Polytron.

Sebab sudah 28 tahun produk elektronika asli

dalam negeri ini “menyamar” sebagai merek

mancanegara, dan cukup berhasil. Kenapa

harus menyamar alasanya menyangkut image

dan kualitas merek luar negeri yang dipersepsi

lebih baik dan bergengsi dibandingkan buatan

Indonesia.

(24)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #7: RELIGIUS

Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu

agama.Inilah salah satu karakter khas konsumen

Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya.

Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu

dikemukakan oleh seorang tokoh agama,ulama atau

pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang

mengusung simbol-simbol agama. Sudah lama para

pelaku bisnis memanfaatkan simbol-simbol agama

dalam melakukan strategi pemasaranya.

(25)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #8: GENGSI

Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun.

Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi.

• Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer.

• Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pembrontakan” untuk cepat naik kelas.

• Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.

(26)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #9: KUAT DI SUBCULTURE

Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai

produk luar negeri, namun unsur fanatisme

kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan

berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang

lain.

Strategi pemasaran yang bisa di pakai adalah dengan

membuat konten-konten lokal untuk kegiatan

komunikasi atau dengan memperkuat aktifitas below

the line di daerah dengan mengadopsi budaya lokal

sehingga lebih mudah diterima konsumen setempat.

(27)

Perilaku Konsumen Indonesia

Karakter #10: KURANG PEDULI LINGKUNGAN

Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik

adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu

lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan

kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan

semakin meningkat,terutama mereka yang tinggal di

perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah

atas relatif lebih mudah paham dengan isu

lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli

terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah

memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan

terhadap mereka.

(28)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian dan kepuasan konsumen

Menurtu Kotler, (2013) perilaku konsumen akan menentukkan proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka, proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyesuaian

Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan

(2006, p.129), terdapat beberapa faktor perilaku konsumen yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen yaitu faktor cultural, social, personal, dan psychological.

Perilaku pembelian konsumen juga melawati 5 tahapan, menurut Kotler (2009: 184) mengenai proses pengambilan keputusan pembelian suatu produk mencakup sejumlah

pengambilan keputusan tersebut.  Evaluasi Pasca Pembelian; Proses lanjutan yang biasanya dilakukan.. seorang konsumen setelah melakukan proses dan

Faktor-Faktor Psikologis Perilaku Konsumen Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Pada Rumah Makan Cepat Saji Di Malang (Studi Kasus Pada Pelanggan Mahasiswa Manajemen Fakultas

Perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk meliputi kegiatan yang terdiri dari tahap melakukan permintaan terhadap produk dan tahap penyerahan produk