Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
Email : @ub.ac.id
1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5. PROPAGASI 6. PENDALAMAN1. PENDAHULUAN
Dalam peramalan penyakit selain menggunakan pendekatan keeratan hubungan faktor cuaca dengan terjadinya penyakit, dapat juga didekati dengen menggunakan model hubungan antara kepekaan umur pertumbuhan tanaman dengan tingkat serangan yang mempunyai nilai ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa selama fase pertumbuhannya tidaklah semua fase tersebut peka atau sebaliknya tahan. Model demikian dalam modul ini dikemukakan dengan jelas, melalui hasil penelitian yang dilakukan terhadap bercak daun Cercospora pada kacang tanah. Hasil kacang tanah yang terserang oleh penyakit bercak daun Cercospora spp. diduga dengan menggunakan model Critical Point (model titik kritis) dan model Multiple Point (model link majemuk). Model penduga Critical Point (CP) lerhadap intensitas serangan penyakit bercak Cercospora menunjukkan hubungan terbaik dengan hasil apabila didasarkan pada intensitas serangan saat tanaman kacang tanah berumur 87 hari. Model Multiple Point (MP) memberikan indikasi bahwa intensitas serangan mempunyai pengaruh tertinggi terhadap hasil pada saat tanaman berumur 80 hari.
1.
Studi Model CP dan MP
8
MODUL
SEL
F-P
RO
PAG
ATI
N
G
EN
TR
EP
RE
N
EU
RIA
L E
DU
CATI
O
N
D
EV
EL
O
PM
EN
T
(SP
EED
)
2013
Brawijaya University
2
. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Meningkatkan kemapuan mahasiswa untuk melakukan penelitian mengenai fase mana dari suatu tanaman itu yang mempunyai kepekaan terhadap serangan patogen, hal ini akan mudah dipelajari bila tahapan perkembangan tanaman tersebut diamati intensitas serangannyan.
2. Mengenalkan pada mahasiswa mengenai ketahanan tanaman yang berhubungan dengan pertumbuhannya, yang akan dapat dijadikan waktu peramalan bagi terjadinya serangan yang berat (merugikan secara ekonomis).
3. KEGIATAN BELAJAR
PENGGUNAAN MODEL CRITICAL POINT DAN MULTI PLE POINT PADA HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PENYAK1T BERCAK DAUN CERCOSPORA
Bercak daun Cercospora pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.) yang disebabkan oleh Cercospora arachidicola Hori atau Cercospora personata Hori telah lama dikenal sebagai salah satu patogen yang sangat merugikan kacang tanah. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan telah banyak diteliei dan diketahui dengan cara melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan penggunaan fungisida di dalam menanggulangi serangan bercak Cercospora.
Akan tetapi terdapal sedikil sekali data kehilangan hasil yang dapat menunjang para petani untuk membatasi ambang ekonomi atau menganalisis keefektifan program pengendalian bercak Cercospora.
Survei di lapangan akan lebih sederhana dan memerlukan sedikit biaya setelah mengetahui cara meramal penurunan hasil akibat serangan penyakit, sedang untuk menduganya diperlukan model penduga yang dapat diandalkan. Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi model penduga CP dan MP pada hasil kacang tanah terhadap penyakit bercak daun Cercospora.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilakukan di desa Tlogomas, kecamatan Lowokwaru, kabupaten Malang, menggunakan Rancangan Acak Kclompok dengan empat ulangan. Sebagai perlakuan pada tanaman percobaan dilakukan serangkaian penyemprotan fungisida Benlate 50 WP dengan konsentrasi 2 gr/1. Hal ini dimaksudkan untuk membuat perbedaan intensitas penyakit bercak daun Cercospora.
F1= Fungisida disemprot sebanyak 1 kali pada umur 65 hari
F2= Fungisida disemprot sebanyak 1 kali pada umur 45 hari
F3= Fungisida disemprot sebanyak 2 kali pada umur 45 dan 65 hari
Luas petak percobaan masing-masing petak 2,25 x 1,75 m dengan batas antara petak 0,5 m. Pengamatan intensitas serangan dilakukan satu minggu setelah penyemprotan yang pertama. Selanjutnya untuk mendapatkan intensitas serangan penyakit bercak digunakan rumus :
%
100
.
)
.
(
X
Z
N
v
n
I
,
dengan keterangan sebagai berikut:dimana: I = persentase serangan; n = jumlah daun dari setiap kategori serangan; v = nilai skala dari setiap kategori serangan; Z = nilai serangan dari kategori tertinggi; N = jumlah seluruh daun yang diamati per tanaman.
Model penduga yang akan digunakan berdasarkan persamaan model CP, yaitu: Y = bo+ biXii + b2X2i+
...bpXpi dimana Y = hasil, Xi= persentase serangan pada stadium i (52, 59, 66, 73, 80, dan 87 hari
setelah tanam). Untuk mengevaluasi model dilakukan uji F terhadap koefisien determinasi pada p = 0,05.
Selanjutnya pada model MP ditentukan variabel Xi yang mempunyai pengaruh terbesar di antara
variabel-variabel Xj lain dalam model regresi yang bersangkutan dengan menggunakan koefisien
regresi parsial baku bi. Besar koefisien tersebut dapat diperoleh dari persamaan :
Bi= biw2/JK (Y) (PRAJITNO, 1985)
dimana: bi= koefisien regresi parsial baku; bi= koefisien regresi parsial untuk variabel Xi terhadap Y;
w2 = jumlah kuadrat variabel X
i; JK (Y) = jumlah kuadrat variabel Y. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan tingkat serangan
Rata-rata intensitas penyakit bercak daun Cercospora semakin meningkat dengan bertambahan umur tanaman (Gambar 1). Hal ini mengisyaratkan bahwa kepekaan tanaman kacang tanah terhadap penyakit bercak daun Cercospora terjadi pada stadium tua. Pernyataan ini didukung oleh Tjwan (1960) bahwa penyerangan penyakit bercak daun Cercospora menginfeksi pada saat tanaman mencapai umur tua.
2013
Brawijaya University
Gambar 1. Rata-rata intensitas penyakit bercak cercospora pada umur kacang tanah
Pengaruh penyakit bercak cercospora terhadap hasil kacang tanah
Variasi intensitas penyakit bercak Cercospora dapat ditetapkan dengan cara perlakuan fun-gisida pada berbagai umur tanaman, dengan demikian hubungan antara berbagai intensitas penyakit bercak terhadap hasil kacang tanah dapat ditetapkan seperti tercantum pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hubungan intensitas serangan pada berbagai stadium pertumbuhan terhadap hasil kacang tanah dengan menggunakan Model CP
Variabel bebas Intercept regresi Koefisien R2
X1 380.6325 -9.5535 0.2933* X2 209.9771 -2.5264 0.0447 X3 310.6237 -5.1271 0.1300 X4 294.4600 -4.2365 0.1487 X5 460.5510 -8.0227 0.5684 X6 312.5290 -3.7045 0.6106
Keterangan : R = koefisien determinasi; * berbeda nyata menurut uji P = 0.05
Hasil analisis regresi (Tabel 1) dengan menggunakan model CP menunjukkan adanya korelasi linier antara intensitas serangan dengan hasil. Korelasi tersebut bersifat negatif dengan koefisien determinasi yang nyata pada X1, X5, X6; berturut-turut 0,29; 0,57; 0,61. Penduga terbaik pada model
CP tersebut terdapat pada X6 (stadium umur 87 hari). Hal ini mengisyaratkan bahwa penentuan model
CP akan efektif untuk menduga hasil akibat serangan bercak, apabila dilakukan pada stadium 87 hari setelah tanam.
Variabel bebas Intercept
Koefisien
regresi
parsial
R
2b
iX
1512,03
-3,81
0,60**
-0,72
x
5-6,86
-2,04
X
1333,67
-1,20
0,61**
-0,23
X
6-3,49
-1,24
X
5460,81
-8,03
0,57**
-2,39
X
6-3,71
-0,001
X
1430,81
-0,70
0,69**
-0,13
X
5-4,19
-1,25
X
6-2,24
-0,80
X
1418,89
-2,77
0,76**
-0,52
X
2-0,74
-0,16
X
32,80
0,71
X
43,51
0,97
x
5-8,58
-2.55
X
6-1,49
-0,53
Keterangan : R2koefisien determinasi; ** berbeda sangat nyata pada uji p = 0.01
Dari analisis di atas (Tabel 2) dengan menggunakan model MP menunjukkan bahwa dengan semakin banyak variabel pengamatan Xi, cenderung semakin besar koefisien determinasinya. Menurut Kirby
dan Archer penduga hasil dapat diperbaiki dengan menggunakan lebih banyak pengamatan terhadap intensitas serangan selama terjadi epidemi (Teng et al., 1979).
Pada hasil di atas juga menunjukkan bahwa stadium 80 hari merupakan saat kritis terjadinya serangan bercak Cercospora dimana hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi parsial baku yang selalu lebih besar dibanding dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena pada periode ter-sebut bagi kacang tanah merupakan fase pengisian polong. Pernyataan ini didukung oleh Backman dan Crawford (1984) bahwa tingkat serangan penyakit bercak Cercospora pada saat dua sampai tiga minggu sebelum panen akan berpengaruh terhadap hasil polong kering.
KESIMPULAN
Intensitas penyakit bercak daun Cercospora terus meningkat dengan bertambahnya waktu pengamatan dari 52 sampai 87 hari setelah tanam.
2013
Brawijaya University
Hasil analisis antara besar intensitas penyakit bercak Cercospora dan hasil kacang tanah menunjukkan model linier negatif pada model CP dengan koefisien R2 tertinggi 0,61, sedang pada model MP adalah
0,76. Model-model tersebut secara berurutan adalah Y = 312,53 – 3,70 X6; Y = 418,89 – 2,77 X1 –
0,74 X2+ 2,80 X3 + 3,51 X4-8,58 X5– 1,49 X6.
4. REFERENSI
Backman, P.A. dan M.A. Crawford. 1984. Relationship between yield loss and severity of early and late leafspot disease of peanut. Am. Phytopathol. Soc. Phytopathology 64 : 1239-1244.
Prajitno, D., 1985. Analisa regresi dan korelasi untuk penelitian pertanian. Lab. Statistik Pertanian. Faperta UGM. Penerbit Liberty. Yogyakarta. 84 hal.
Teng, P.S., R.C. Close, dan M J. Blackie, 1979. Comparison of models for estimating yield loss caused by leaf rust (Puccinia hordei) on zephyr in New Zealand. Am. Phytopathol. Soc. Phytopathology 69:1239-1244.
Tjwan, K.B., 1960. Penyakit bercak daun pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Majalah Teknik Pertanian 9 : 234- 247.
5. PROPOGASI
Mahasiswa mengamati proses pertumbuhan tanaman dari saat semai sampai produksi secara kelompok pada jenis tanaman tertentu misal serealia yang telah mempunyai standar pertumbuhannya, kemudia dikaji mengenai fase mana dari pertumbuhan tersebut yang mempunyai kepekaan terhadap penyakit tertentu. Dengan melakukan analisis usaha tani terhadap budidaya tanaman tersebut yang dapati diakses melalui studi pustaka maka mahasiswa dilatih untuk menghubungkannya dengan kerusakan tanaman tadi pada fase yang telah ditentukan. Didiskusikan dengan kelompok dan dibuat analisis kritis secara teoritis. Cara ini sangat membantu dalam distribusi pengetahuan dalam kelompok tersebut.
6. PENDALAMAN
1. Apakah kelebihan dan kekurangan cara peramalan dengan menggunakan model CP dan MP dibandingkan dengan peramalan model regresi yang menghubungan dengan faktor cuaca dan patogennya.
2. Coba aplikasikan model CP dan MP untuk meramal penyakit pada tanaman serealia dengan pendekatan model pertumbuhan tanaman untuk patogen tertentu.