KONSEP GENDER DALAM NOVEL NUN PADA SEBUAH CERMIN KARYA AFIFAH AFRA
Sylvia Dharmayani 1, Samsiarni ², Emil Septia2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
[email protected] ABSTRACT
Background of the research was gender concept in Nun Pada Sebuah Cermin novel by Afifah Afra. The purpose of the research was to find out the concept of gender in the novel. It was a qualitative research with a descriptive analysis. Data of the research were texts of words and sentences related to the gender concept. Source of the data was novel entitled NPSC by Afifah Afra. Technique of data analysis was used based on the framework used on the research. Data were analyzed through some steps. They were firstly describing the data related to the gender concept, secondly, analyzing the data and thirdly interpreting the data, fourthly making the conclusion. Fifthly, writing the research report. The research shows some concepts of gender in the novel such as gender concepts in the family where female characters are not only taking care the children passionately but also head of the family who must earn some money. Gender concepts in worker environment is female characters are hard workers to earn money and they replace the men’s role after death, although they only can earn small money. Gender concept in educational environment is female characters must stop their studying because of lack of money.
Keywords: Concept, Gender, Novel
PENDAHULUAN
Keberadaan perempuan dalam dunia sastra pada awalnya sering diabaikan, seperti pada
penulisan sejarah sastra, yang jarang
menempatkan perempuan dalam jajaran sejarah kesastraan. Perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat. Pada era sebelum gerakan feminisme muncul hak-hak wanita begitu dibatasi. Partisipasi wanita dianggap tidak diperlukan. Kaum laki-laki selalu mendominasi dalam ranah apapun. Kaum wanita tidak perlu menempuh pendidikan tinggi karena pada akhirnya kaum wanita hanya akan mengurus keluarga.
Dalam hal perekonomian pun wanita tidak diperbolehkan memainkan perannya seperti yang
dilakukan kaum laki-laki. Hal ini tentunya menimbulkan kecemburuan sosial terhadap kaum laki-laki. Wanita dianggap makhluk yang selalu bergantung pada laki-laki, lemah, dan tidak bisa mandiri. Berdasarkan hal tersebut karya sastra seringkali menjadi cerminan dari konsep gender yang dialami oleh kaum perempuan. Dalam dunia sastra,
penggambaran gender sangat banyak
ditemukan. Penggambaran tersebut meliputi konsep gender di tengah masyarakat dan juga ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan. Sastra menghasilkan pandangan mengenai perbedaan gender yang memberi sumbangan pada ranah sosial bahwa laki-laki dan perempuan memiliki nilai yang berbeda.
Pengasingan terhadap perempuan tidak hanya terjadi dalam dunia nyata tetapi juga tercipta dalam karya sastra, khususnya novel. Segala persoalan yang dihadapi oleh perempuan dianggap sangat menarik untuk diangkat sebagai karya sastra khususnya novel. Hal ini dikarenakan kaum perempuan selalu ditempatkan pada posisi yang lemah. Perempuan juga diidentikkan dengan segala sesuatu yang membutuhkan perlindungan. Tidak sedikit penulis Indonesia yang menyuarakan isi pikiran mereka secara bebas ke dalam karya sastra khususnya novel. Oleh sebab itu, penulis Indonesia mulai mengangkat berbagai masalah yang menimpa perempuan serta berbagai bentuk peran dan perjuangan kaum perempuan untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Untuk mengkaji permasalahan dalam
novel Nun Pada Sebuah Cermin (untuk
selanjutnya ditulis dengan singkatan NPSC) karya Afifah Afra digunakan teori konsep gender dalam realitas kehidupan. Konsep gender sesungguhnya
merupakan isu mendasar dalam rangka
menjelaskan masalah hubungan antara kaum perempuan dan kaum lelaki, atau masalah
hubungan kemanusiaan. Menurut Hubeis
(2010:202) gender adalah konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi.
Novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra, mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan untuk mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki di lingkungan
pendidikan, keluarga, pekerja, dan lain-lain. Mencerminkan sosok perempuan dibalik
kelemahannya secara fisik, tetapi ia
memiliki keinginan kuat untuk
membuktikan bahwa perempuan bisa
melakukan pekerjaan berat terutama dalam mencari nafkah. Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan bukan faktor penghalang bagi perempuan untuk dapat menggantikan posisi kaum laki-laki yaitu berperan sebagai kepala keluarga yang memiliki tugas utama untuk mencari nafkah. Teori konsep gender dianggap mampu memecahkan masalah dalam penelitian ini. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai konsep gender dan peran tokoh dalam lingkungan keluarga, lingkungan pekerja, lingkungan pendidikan, dan lingkungan politik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep gender dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analisis.
Ratna (2004:52) menjelaskan metode
deskriptif analisis adalah metode penelitian yang diperoleh dari gabungan dua metode yaitu metode deskriptif dan analisis yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode deskriptif analisis ini
bersifat menuturkan dan menafsirkan
penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data penelitian.
Data penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data secara deskriptif dengan cara studi kepustakaan dengan tahapan sebagai berikut (1) membaca novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra sehingga dapat memahami isi cerita yang disampaikan dalam novel tersebut, (2) melakukan studi kepustakaan yang berkaitan dengan konsep gender dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra, (3) menandai dan mencatat objek penelitian yang telah ditemukan, (4) menginventarisasikan semua data
yang digunakan dalam penelitian, (5)
mengklasifikasikan data yang berhubungan
dengan konsep gender dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra.
Teknik pengabsahan data yang digunakan adalah teknik triangulasi jenis penyidik. Validator dalam penelitian ini adalah Ibu Ria Satini, M.Pd. Menurut Moleong (2010:331), teknik triangulasi penyidik adalah memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan mengecek kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan
pengamat lainnya membantu mengurangi
kemelencengan dalam pengumpulan data. Hal ini dilakukan dengan mengutip bagian dari novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep gender dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra yaitu konsep gender dalam realitas kehidupan terbagi atas lingkungan keluarga, lingkungan pekerja, dan
lingkungan pendidikan. Dari tiga konsep gender tersebut, konsep gender yang lebih dominan dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra yaitu konsep gender lingkungan pekerja. Konsep gender yang paling sedikit ditemukan yaitu konsep
gender lingkungan pendidikan. Dari
keseluruhan data diperoleh sebanyak 10 data lingkungan keluarga, 17 data lingkungan pekerja, dan 3 data lingkungan pendidikan. Berikut ini adalah kutipan konsep gender lingkungan keluarga yang digambarkan pengarang.
“Mungkin karena itulah, setelah akhirnya Bapak dijemput malaikat
maut, ibu memutuskan untuk
mencari penghidupan di tempat lain. Ditinggalkanlah kampung halaman. Dengan tiga bocah yang masih
kecil-kecil, Ibu mencoba
membangun kehidupan baru di kota ini bersama Nun, Bagas, dan Bagus.” (Afra, 2015:75).
Berdasarkan kutipan tersebut
perempuan memutuskan untuk bekerja ikut mencari nafkah akibat kondisi keluarga yang serba kekurangan atau berada dalam garis kemiskinan. Banyak istri atau perempuan memutuskan untuk bekerja mencari nafkah di luar rumah. Dijelaskan dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra bahwa setelah suami dari tokoh ibu meninggal, tokoh ibu memutuskan untuk mengadu nasib ke kota dan meninggalkan kampung halamannya. Pergi ke kota berniat
untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan berharap dapat merubah nasib menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tokoh ibu berusaha untuk mencari pekerjaan dan mencari penghidupan yang layak. Setelah suaminya meninggal ibu tidak memiliki tempat untuk mengadu lagi terutama mengenai masalah keuangan keluarga. Oleh sebab itu
sebagai perempuan ibu merasa ia harus
menggantikan posisi suaminya yang telah tiada agar tetap bisa menghidupi ketiga anaknya, yaitu Nun, Bagas, dan Bagus.
Teori dari Setiadi dan Kolip (2011:880) menjelaskan bahwa kedudukan yang terpenting bagi perempuan dalam keluarga adalah sebagai istri dan ibu yang mengatur jalannya rumah tangga serta memelihara anak. Namun, dilihat pada saat sekarang ini konsep tersebut sudah mulai bergeser. Hal tersebut terdapat pada tokoh perempuan dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. Tidak hanya terdapat di dalam novel, tetapi juga ditemukan dalam kehidupan nyata. Banyak ditemukan perempuan turut bekerja menambah penghasilan keluarga dan berperan sebagai tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah, seperti pengemudi ojek, kuli bangunan, kuli angkut barang, supir bus, dan pekerjaan keras lainnya. Perbedaan secara biologis antara kaum perempuan dengan kaum lelaki tidak menjadi faktor penghalang bagi kaum perempuan untuk melakukan pekerjaan berat sekalipun, demi menafkahi keluarga.
Berikut ini adalah kutipan konsep gender lingkungan pekerja yang digambarkan pengarang.
“Kalau pagi begini, Nun kerja di laundry mbak Fitri. Tuh, di sana! Dia nyuci dan
menyetrika. Kalau cuma
mengandalkan gaji ketoprak, ya ndak bisa ngapa-ngapain, Mas. Apalagi Nun sekarang sudah harus
jadi tulang punggung,
membesarkan, dan membiayai
sekolah adik-adiknya.” (Afra, 2015: 278).
Dari kutipan tersebut dianalisis bahwa tokoh Nun harus bekerja banting tulang menggantikan peran sang Ayah yang sudah meninggal. Di usia yang masih remaja tokoh Nun harus melakoni banyak pekerjaan agar tetap bisa membiayai sekolah kedua adiknya. Nun bekerja sebagai pemain ketoprak dengan gaji yang sangat kecil.
Namun, karena Nun menjadi tulang
punggung keluarga ia tetap menjalankan pekerjaan tersebut dan mencari pekerjaan lain. Tokoh Nun mencari pekerjaan lain
sebagai buruh cuci. Jika hanya
mengandalkan gaji sebagai pemain ketoprak saja, tidak akan bisa untuk mencukupi kebutuhan Nun dan keluarganya. Hal tersebut membuat Nun harus pandai dalam
membagi waktu dalam menjalankan
pekerjaannya.
Berkaitan dengan konsep gender
lingkungan pekerja. Teori Setiadi dan Kolip (2011:881) menyatakan bahwa meskipun jumlah kaum perempuan yang bekerja meningkat tetapi jenis pekerjaan yang diperoleh masih tetap berdasar konsep gender. Dari segi upah masih banyak dijumpai kaum perempuan menerima upah
lebih rendah dari laki-laki untuk jenis pekerjaan yang sama, juga perbedaan kesempatan. Banyak pandangan yang kemudian menggolongkan bahwa perempuan sebagai orang yang lemah, pasif, serta dependen. Keterbatasan fisik kaum perempuan tidak menjadi penghalang untuk bekerja mencari nafkah. Memiliki tanggung jawab besar berperan menjadi tulang punggung keluarga membuat tokoh perempuan dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra harus bekerja banting tulang. Kodrat perempuan yang lemah, penakut, dan tidak bisa mandiri seolah tidak tergambar dalam novel tersebut lantas sebaliknya. Tokoh ibu
dituntut untuk kuat dan mandiri dalam
menjalankan pekerjaannya sebagai pemulung demi menafkahi ketiga anaknya. Mengais rezeki sebagai pemulung bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan oleh seorang perempuan, apalagi oleh tokoh ibu yang sudah mulai tua. Berangkat pagi hingga sore, berjalan kaki mengais sampah dari tempat sampah satu ke tempat sampah lainnya demi mendapatkan barang-barang bekas yang bisa ditukarkan dengan rupiah walaupun dengan jumlah yang sangat kecil.
Berikut ini adalah kutipan konsep gender
lingkungan pendidikan yang digambarkan
pengarang.
“Kebutuhan hidup kita semakin lama semakin banyak Nun. Si kembar Bagus dan Bagas sudah semakin besar. Mereka
juga sekolah. Ibu tak sanggup
membiayaimu sekolah di SMA, Nduk.” (Afra, 2015:48).
Dari kutipan tersebut dapat dianalisis bahwa tokoh ibu tidak sanggup untuk menyekolahkan
ketiga anaknya sekaligus. Biaya yang terbatas membuat tokoh Nun tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMA. Walaupun Nun memiliki prestasi yang bagus di sekolahnya, namun Nun tidak bisa melanjutkan lagi sekolahnya. Ibu lebih mengutamakan pendidikan untuk anak laki-lakinya yaitu Bagas dan Bagus.
Teori dari Setiadi dan Kolip (2011:881) konsep gender di lingkungan pendidikan menyatakan bahwa pada keluarga yang
kondisi ekonominya terbatas banyak
dijumpai pendidikan lebih diutamakan bagi anak laki-laki meskipun anak perempuannya jauh lebih pandai, keadaan ini menyebabkan lebih sedikitnya jumlah perempuan yang
berpendidikan. Hidup dalam kondisi
kekurangan membuat kaum perempuan harus putus sekolah. Di dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra diceritakan bahwa latar tempat yaitu di Solo, Bantaran Kali Anyar merupakan tempat ibu mengadu nasib. Tinggal di lingkungan kumuh yang sebagian besar penduduknya
bekerja sebagai pemulung, membuat
masyarakat di daerah tersebut tidak terlalu mementingkan pendidikan. Hal tersebut membuat tokoh ibu lebih memilih anak perempuannya yaitu Nun untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA.
Faktor ekonomi menjadi alasan
utamanya. Namun, Nun memiliki prestasi yang bagus di sekolahnya, terbukti ia meraih nilai UN tertinggi. Nun juga memiliki
keinginan yang besar untuk bisa sekolah lebih tinggi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi orang pintar, seperti guru atau dosen. Agar tidak mengalami nasib serupa dengan ibunya. Banyak yang berpendapat bahwa perempuan tidak perlu untuk sekolah tinggi-tinggi, sebab pada akhirnya perempuan tetap akan mengurus rumah tangga dan merawat anak.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep gender merupakan konsep yang menunjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan lelaki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis akan tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Dari rumusan masalah mengenai konsep gender terdapat tiga konsep gender berdasarkan teori yang digunakan yaitu Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Konsep gender dalam realitas kehidupan terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan pekerja, dan lingkungan pendidikan.
Pertama, konsep gender lingkungan keluarga dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra tokoh perempuan tidak hanya mengambil peran sebagai ibu yang menjaga dan merawat anak-anaknya dengan kasih sayang tetapi juga sebagai kepala keluarga yang turut bekerja dalam mencari nafkah. Kedua, mengenai konsep gender di lingkungan pekerja dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin tokoh perempuan bekerja keras tidak kenal lelah dalam mencari nafkah menggantikan peran suami yang telah meninggal sebagai tulang punggung keluarga, walaupun
mendapatkan upah dengan jumlah yang kecil. Ketiga, konsep gender lingkungan pendidikan tokoh perempuan mengalami putus sekolah karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan diutamakan untuk anak laki-laki. Dari permasalahan mengenai konsep gender dalam realitas kehidupan terlihat bahwa kaum perempuan maupun kaum laki-laki tidak lagi berperan sesuai dengan kodratnya karena sudah mengalami banyak pergeseran baik di lingkungan keluarga, lingkungan pekerja, dan lingkungan pendidikan.
Setelah menganalisis konsep gender dalam novel Nun Pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra, maka ada beberapa saran yang disampaikan peneliti. Adapun saran yang peneliti sampaikan adalah sebagai berikut. Pertama, bagi peneliti sastra lain dapat mengembangkan penelitian ini dari sudut pandang dan teori yang berbeda sehingga diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Kedua, bagi mahasiswa khususnya bidang
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk menambah pengetahuan tentang kajian konsep gender khususnya dalam novel Nun pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra. Ketiga, bagi peneliti sendiri
untuk memperluas wawasan dalam
menganalisis karya sastra khususnya kajian konsep gender dalam novel Nun pada Sebuah Cermin karya Afifah Afra.
DAFTAR PUSTAKA
Afra, Afifah. 2015. Nun Pada Sebuah Cermin. Jakarta: Republika.
Hubeis, Aida Vitayala. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bandung: IPB Press
Moleong, Lexi J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana.