• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI ANAJEMEN BARANG DAERAH DENGAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI ANAJEMEN BARANG DAERAH DENGAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

239 ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI ANAJEMEN BARANG DAERAH DENGAN METODE TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL PADA

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR Anisya Septi Wulandari

Iwan Setya Putra STIE Kesuma Negara Blitar

Abstrak: Penerapan Sistem Informasi Barang Daerah tentunya menuntut adanya pemahaman yang utuh dan tepat mengenai konsep dari sistem yang berlaku dari pengguna dan adanya penyempurnaan yang terus menerus, sehingga pencapaian tujuan dari penggunaan aplikasi ini dapat terwujud. Tujuan dari penelitian ini adalah; Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. Hasil penelitian besarnya t hitung dengan t tabel, taraf signifikansi: (1) penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use) yang berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. (2) Penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemanfaatan (usefulness) berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. (3) penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. (4) penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. (5) penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar

Kata Kunci : SIM, barang daerah, TAM PENDAHULUAN

Pada jaman sekarang sistem informasi merupakan kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi bagi suatu entitas (entity) dalam menjalankan aktivitasnya. Kelangsungan hidup organisasi di masa sekarang sangatlah sulit tanpa penggunaan teknologi sistem informasi. Sistem informasi menjadi sangat penting dalam membantu organisasi menghadapi pesatnya arus ekonomi global. Sistem informasi dibangun oleh perusahaan untuk melayani kepentingan pengguna. Pada saat bersamaan, organisasi harus waspada dan terbuka

(2)

240

terhadap pengaruh sistem informasi untuk mendapatkan manfaat dari teknologi baru. Sistem informasi menjadi vital untuk menjalankan bisnis harian serta mencapai tujuan bisnis dan tujuan strategi.

Suatu organisasi sudah selayaknya mengembangkan sistem informasinya tanpa terkecuali bagi organisasi yang melayani kepentingan publik. Pemerintah Kabupaten Blitar telah berupaya mengembangkan sistem informasi manajemen yang handal dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA). Lebih dari itu, penggunaan aplikasi sistem perangkat lunak komputer akan menjadikan kerja pemerintah lebih mudah dan efesien. Selain itu data dan informasi akan dapat disajikan dengan lebih cepat dan tepat. Sama halnya dengan kebutuhan sistem informasi di sektor swasta, di sektor pemerintahan kebutuhan sistem informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan serta sasaran-sasaran yang akan dicapai sudah mulai menggunakan sistem informasi berbasis komputer (computer based information system) tak terkecuali dalam hal pengelolaan barang daerah. Oleh sebab itu, kegiatan pengendalian berupa pengelolaan sistem informasi adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan demi menjamin suatu aplikasi sistem informasi yang digunakan oleh Instansi Pemerintah sebagai alat bantu pengelolaan keuangan dapat memberikan jaminan pengendalian intern yang memadai.

Technology Acceptance Model adalah salah satu aspek manfaat yang dirasakan digunakan oleh user, sikap pengguna terhadap penggunaan teknologi, mengetahui kemudahan penggunaan (ease of use), manfaat (usefulness), sikap dan perilaku pengguna terhadap sistem komputerisasi baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang diterapkan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah bersifat eksploratif dengan analisis data secara kualitatif dan pengolahan kuantitatif. Maksudnya sebagai upaya eksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.

Penerapan Sistem Informasi Barang Daerah tentunya menuntut adanya pemahaman yang utuh dan tepat mengenai konsep dari sistem yang berlaku dari pengguna dan adanya penyempurnaan yang terus menerus, sehingga pencapaian tujuan dari penggunaan aplikasi ini dapat terwujud. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah bukan diterapkan dengan mulus dan tanpa hambatan. Sistem informasi yang terkomputerisasi dibangun berdasarkan sistem manual yang telah berjalan dengan efektif dan diharapkan dengan adanya sistem yang terkomputerisasi, kegiatan operasional sebuah organisasi akan semakin efisien namun tidak mengurangi efektifitas dari sistem yang telah ada. Untuk itu diperlukan analisis secara terinci dan prosedural sebagai alat evaluasi atas aplikasi SIMBADA yang digunakan pada Pemerintah Kabupaten Blitar. Penelitian ini fokus pada masalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar, teknik yang digunakan adalah Technology Acceptance Model (TAM) untuk mengukur penerimaan penerapan SIMBADA di lingkungan Kabupaten Blitar, mengingat pentingnya sistem informasi dan penerapannya yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi demi kepuasan pelayanan publik serta akuntabilitas lembaga pemerintahan dengan memberikan pencapaian hasil yang optimal dalam penerapan sistem informasi yang mudah dan bermanfaat baik pengguna akhir sistem (end user) dan bagi Pemerintah Kabupaten Blitar.

(3)

241 Rumusan Masalah

1. Apakah kemudahan penggunaan (ease of use) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar?

2. Apakah kemanfaatan (usefulness) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar?

3. Apakah sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar?

4. Apakah perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar?

5. Bagaimana penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar lebih efektif?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan sistem informasi manajemen barang daerah dengan metode technology acceptance model pada Pemerintah Kabupaten Blitar dengan bertumpu pada:

1. Kemudahan penggunaan (ease of use) terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

2. Kemanfaatan (usefulness) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

3. Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. 4. Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh

terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

5. Bagaimana efektif penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar lebih?

Kegunaan Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya perbaikan masalah yang terkait dengan sistem informasi manajemen barang daerah dan dampaknya terhadap kinerja pegawai di Pemerintah Kabupaten Blitar.

2. Bagi Pegawai

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi tentang kualitas sistem informasi manajemen barang daerah, agar pegawai menyadari pentingnya pemahaman kualitas Software sistem informasi manajemen barang daerah dalam meningkatkan kinerja pegawai.

3. Bagi Akademis

(4)

242

sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran dan sistem informasi manajemen, khususnya dalam salah satu fungsi yaitu pengelolaan aset daerah. Dalam rangka memperluas wacana dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan nasional.

4. Bagi Penulis

Berguna dalam menambah atau memperkaya wawasan pengetahuan baik teori maupun praktek, belajar menganalisa dan melatih daya fikir dalam mengambil kesimpulan atas permasalahan yang ada didalam pemerintahan, khususnya di Kabupaten Blitar.

5. Berguna bagi penerapan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar lebih efektif.

LANDASAN TEORI Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah daftar hasil penelitian terdahulu yang berhasil dikumpulkan oleh penulis :

1. Money (2004) Penelitian berjudul “Application of the Technology Acceptance Model (TAM) to a Knowledge Management System” Bertujuan untuk menjelaskan bahwa penerimaan dan pemakaian pengguna akan teknologi informasi diinplementasikan untuk mendukung tujuan manajemen pengetahuan. Model penelitian ini menggunakan empat konstruk yaitu perceived ease of use, perceived usefulness, behavioral intention dan system usage. Model penelitian tersebut sama dengan TAM yang diusulkan oleh Davis, tetapi konstruk attitude dan variabel eksternal dihapuskan karena dianggap tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa TAM dapat menyediakan fondasi untuk manajemen pengetahuan, perceived ease of use dan perceived usefulness dikombinasikan untuk menjalankan 34 % variasi dalam penggunaan sistem. Hasil ini tidak konstan dengan penelitian sebelumnya yang mencapai 40%, selain itu disimpulkan pula adanya hubungan positif antara perceived ease of use dan, perceived usefulness

2. Natalia Tangke (2004) Penelitian berjudul ”Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI ” ini mencoba menganalisis penerapan penerimaan penerapan TABK dengan menggunakan model yang menggambarkan tingkat penerimaan terhadap teknologi yaitu Technology Acceptance Model (TAM) yang telah dimodifikasi sesuai dengan TAM yang digunakan oleh Said Al-Gahtani dalam penelitiannya tentang kemampuan TAM untuk digunakan di luar Amerika yaitu di Inggris (Said Al-Gahtani 2001). Responden penelitian ini adalah para auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang berkedudukan di kantor BPK pusat (Jakarta). Hasil penelitian memberikan kesimpulan sebagai berikut: (1) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persepsi pengguna tentang kegunaan TABK dengan koefisien sebesar 0,66 dan tingkat signifikansi 5,33 (2) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK, (3) persepsi pengguna tentang kemudahan dalam menggunakan TABK terbukti memberikan pengaruh yang

(5)

243 signifikan terhadap sikap pengguna tentang penggunaan TABK dengan koefisien sebesar 0,66 dan tingkat signifikansi 5,65 (4) sikap pengguna tentang penggunaan TABK tidak terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pengguna akan TABK, dan (5) persepsi pengguna tentang kegunaan TABK terbukti memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap penerimaan pengguna akan TABK dengan koefisien sebesar 0,3 dan tingkat signifikansi 1,97.

3. Sri Handayani dan Warsito Kawedar (2004) Penelitian yang berjudul “Pengaruh Komputer Mikro terhadap Kinerja dan Kepuasan Auditor” ini dilakukan untuk menguji secara empiris mengenai hubungan antara persepsi auditor (kegunaan yang dipersepsikan dan kemudahan penggunaan yang dipersepsikan) tentang komputer mikro dan pengaruhnya terhadap keyakinan individual (computer anxiety) serta perilaku individual (sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer dan lamanya penggunaan komputer) serta pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kinerja dan kepuasan auditor. Responden pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang secara sukarela menggunakan komputer mikro di dalam menyelesaikan tugas-tugasnya baik yang berstatus akuntan yunior, senior, maupun manajer. Jumlah responden yang terdata berjumlah 103 reponden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan yaitu Technology Acceptance Model (TAM) cukup fit untuk digunakan dalam penelitian. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara lamanya penggunaan komputer terhadap kepuasan kerja dengan nilai critical ratio pada regression weight sebesar 2,089 dari batas minimum secara absolut 1,96 pada tingkat signifikansi 0.05, lamanya penggunaan komputer terhadap kinerja akuntan publik dengan nilai critical ratio pada regression weight sebesar 1,96, antara sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer terhadap kepuasan kerja dengan nilai critical ratio sebesar 6,434, antara sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer terhadap kinerja dengan nilai critical ratio sebesar 3,427, antara sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer terhadap lamanya penggunaan komputer dengan nilai critical ratio sebesar 3,843, kegunaan yang dipersepsikan terhadap sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer dengan nilai critical ratio sebesar 3,625, kemudahan yang dipersepsikan terhadap sikap kecenderungan untuk menggunakan komputer dengan nilai critical ratio sebesar 2,656 dan adanya pengaruh yang signifikan antara kemudahan yang dipersepsikan terhadap computer anxiety dengan nilai critical ratio pada regression weight sebesar -4,165.

Sistem Akuntansi

Definisi dari sistem dan akutansi, berikut adalah definisi sistem akutansi dari berbagai ahli : Adapun pengertian akutansi itu sendiri menurut Mulyadi (2006;163) adalah: “Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Stettler seperti yang telah diterjemahkan oleh Baridwan (2003:4) definisi sistem akuntansi ialah: “Sistem akutansi adalah formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur dan alat-alat yang digunakan untuk mengelola data

(6)

244

mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam betuk laporan-laporan yang diperlukan, oleh manajemen untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang bekepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi”. Dari pengertian yang dijabarkan diatas dapat ditarik kesimpulan sistem akuntansi adalah sekumpulan sumber daya (manusia, formulir, catatan, prosedur, dan laporan) yang dikordinasi untuk mengubah data atau mengelola data dri kegiatan perusahaan menjadi informasi keuangan dalam bentuk laporan yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada manajemen guna pengambilan keputusn dalam pengelola perusahaan serta untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak lain yang menilai hasil kegiatan perusahaan.

Sistem Informasi Akuntansi

Salah satu sistem informasi diantara berbagai sistem informasi yang digunakan manajemen dalam mengolah perusahaan adalah sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti orang dan perlengkapan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood, 2004). Istilah sistem informasi akuntansi menurut Bodnar dan Hopwood (2004) memiliki cakupan yang antara lain mencakup siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi, dan pengembangan sistem informasi. Sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson dan Cerullo (2000: 7) adalah: “a unified structure within in entity, such as a business firm, that employs physical resources and other components to transform economic data into accounting information, with the purpose of satisfying the information needs of a variety of users”.

Pengerian sistem informasi akuntansi menurut Mulyadi (2006:24), Sistem informasi akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen untuk mengelola perusahaan. Tujuan utama dari penyusunan sistem informasi akuntansi adalah menyediakan informasi akuntansi kepada berbagai pihak pengguna baik pihak intern maupun pihak ekstern.

Fungsi Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi menunjukan bahwa fungsi-fungsi akutansi merupakaan manivestasi dari pada sistem akuntansi administrasi akan tercantum dalam bentuk-bentuk formulir, buku-buku dan catatan-catatan akutansi serta laporan yang disajikan.

Oleh karena itu fungsi sistem akutansi akan sejalan dengan fungsi, bentuk-bentuk formulir dan buku-buku akutansi pada suatu perusahaan. Adapun fungsi tersebut sebagai berikut:

1. Untuk menentukan hasil dari pelaksanaaan operassi perusahaan. 2. Untuk dapat mengikuti jalanya harta dan hutang perusahaan. 3. Untuk meleksanakan kegiatan sehari-hari perusahaan, antara lain: Sistem Infomasi Manajemen Barang Daerah Dan Pengelolaannya

Pengertian Sistem Informasi Manajemen menurut George (2008:11) “Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem berbasis computer yang membuat

(7)

245 informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa” Menurut Djadja (2009:153), SIMBADA adalah suatu program aplikasi yang ditujukan untuk membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan barang milik daerah. Dengan aplikasi ini, Pemerintah daerah dapat melaksanakan pengelolaan barang daerah secara terintegrasi, dimulai dari Perencanaan, pengadaan hingga penghapusan termasuk pelaporannya. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) aset dalah sumber daya ekonomi yang dikuasi dan atau dimiliki oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Pengertian Barang Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah “Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan yang sah”. Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Daerah, barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat harus dikelola dengan baik dan benar, yang pada gilirannya dapat mewujudkan pengelolaan barang milik daerah dengan memperhatikan azas-azas sebagai berikut :

1. Azas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di bidang pengelolaan barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan Kepala Daerah sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing

2. Azas Kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan 3. Azas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah

harus transparan terhadap hak masyakarat dalam memperoleh informasi yang benar

4. Azas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik daerah diarahkan agar barang milik daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal

5. Azas akuntabilitas, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat

6. Azas kepastian hokum, yaitu pengelolaan barang milik daerah harus didukung oleh adanya ketapatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah serta penyusunan neraca Pemerintah Daerah

Untuk mendukung pengelolaan aset daerah secara efesien dan efektif serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka pemerintah daerah perlu memiliki atau mengembangkan sitem informasi manajemen yang komprehensif dan handal sebagai alat untuk meghasilkan laporan pertanggungjawaban. Selain itu system informasi tersebut juga bermanfaat untuk dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan barang dan estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan APBD, dan untuk memperoleh informasi manajemen aset daerah yang memadai maka diperlukan dasar pengelolaan kekayaan aset yang memadai juga. Terdapat tiga prinsip

(8)

246

dasar pengelolaan kekayaan aset daerah, yaitu : (1) adanya perencanaan yang tepat, (2) pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan efektif, dan (3) pengawasan (monitoring).

Aplikasi SIMBADA

Kemampuan mengelola informasi secara efektif dalam sebuah organisasi sangat penting karena dapat menjadi dasar untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Begitu juga dalam pemerintahan, informasi telah menjadi aktiva tidak berwujud, yang jika dikelola dengan baik dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah sudah mulai mengembangkan dan memberi perhatian khusus pada tekonologi informasi sebagai sumber yang memfasilitasi pengumpulan dan penggunaan informasi secara efektif. Salah satu bentuk perhatian ini adalah penggunaan aplikasi sistem informasi keuangan berbasis komputer yang dikembangkan oleh BPKP yaitu Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah yang bertujuan untuk untuk membantu dalam penyusunan LKPD. Djadja (2009:153) mendefiniskan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah sebagai Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dimana tujuan dari pengembangan aplikasi ini adalah untuk mempercepat proses reformasi pengelolaan keuangan daerah. Hal ini dilatarbelakangi oleh langkanya sumber daya manusia di pemerintahan daerah yang memiliki latarbelakang akuntansi, sehingga pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Menurut Djadja (2009:161) Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah merupakan suatu program yang dikembangkan dengan menggunkan database. Database menurut Laudon (2007:192) merupakan sekumpulan data organisasi untuk melayani banyak aplikasi secara efisien dengan memusatkan data dan mengendalikan redudansi data.

Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah telah terintegrasi mulai dari fungsi penganggaran, fungsi penatausahaan keuangan daerah, sampai fungsi akuntansi dan pelaporan. Maka dalam setiap implementasi suatu sistem berbasis komputer, perlu ditunjuk pihak yang berperan sebagai administrator. Administrator mempunyai fungsi untuk mengelola database, mengelola aplikasi (sotfware) dan hardware. Pada masingmasing SKPD yang menjadi administrator adalah Pengguna Anggaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) sebagai pengguna akhir (end users) dari Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah Di dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 2005, dinyatakan bahwa laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi keuangan relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Akselerasi reformasi pengelolaan keuangan daerah dapat berjalan efektif apabila

(9)

fungsi-247 fungsi pengelolaan keuangan berjalan secara terintegrasi. Fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan, penganggaran, penatausahaan, serta pertanggungjawaban dan pelaporan (Abdul, 2007:323). Untuk dapat mendukung akselerasi reformasi pengelolaan keuangan daerah tersebut, maka menurut Djadja (2009:79) Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah dikembangkan secara terintegrasi dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang ada dalam pengelolaan keuangan daerah.

Technology Acceptance Model (TAM)

Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian TI Menurut Titis (2008:331) karena model ini lebih sederhana, dan mudah diterapkan. Model TAM sebenarnya diadopsi dari model Theory of Reasoned Action (TRA), bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis menjelaskan perilaku pengguna komputer, yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), intensitas (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna teknologi informasi tehadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah diterimanya teknologi informasi oleh pengguna akhir (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan empat variabel yaitu persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi kemanfaatan (perceived usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use). Secara empiris model ini telah terbukti memberikan gambaran pada aspek perilaku pengguna teknologi informasi seperti komputer, dimana banyak pengguna komputer dapat dengan mudah menerima teknologi informasi karena sesuai dengan yang diinginkannya. Kempat variabel model TAM dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna (Davis, 2004:223). Dengan menggunakan variabel tersebut maka TAM diharapkan dapat menjelaskan penerimaan pemakai sistem informasi terhadap teknologi informasi itu sendiri.

Persepsi

Menurut Siegel dan Marcony (2006:312) mengemukakan bahwa persepsi adalah bagaimana seseorang melihat atau menginterpretasikan suatu kejadian, obyek dan manusia. Individu bertindak berdasarkan pada persepsinya tanpa memperhatikan apakah persepsi tersebut akurat atau tidak akurat dalam menggambarkan kenyataan. Penjelasan mengenai kenyataan mungkin akan sangat berbeda dari individu yang satu dengan individu yang lain. Persepsi didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2003:432) sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Persepsi bersifat sangat subyektif dan situasional karena bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu. Persepsi ditentukan oleh faktor personal (sikap, motivasi, kepercayaan, pengalaman dan pengharapan) dan factor situasional (waktu, keadaan sosial dan tempat kerja). Kehadiran suatu teknologi baru akan dipersepsikan secara

(10)

248

berbeda oleh seseorang, ada seseorang yang merasa bahwa suatu teknologi akan memberikan manfaat untuk dirinya dan mudah untuk dipelajari tetapi ada juga yang merasa sebaliknya. Maka, berdasar Technology Acceptance Model (TAM), persepsi seseorang yang selanjutnya mempengaruhi perilaku penggunaan komputer.

Persepsi Tentang Kemudahan Penggunaan

Menurut Davis (2004:224) persepsi tentang kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan teknologi informasi merupakan hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan SI dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pemakai. Indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi meliputi kemudahan mempelajari, mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan pengguna, menigkatkan keterampilan, kemudahan pengoperasian. Kemudahan penggunaan adalah konsep yang telah mendapatkan perhatian dalam kepuasan pengguna dalam penggunaan teknologi sistem informasi. Mempertimbangkan argumen yang jelas oleh usaha individu untuk menjadi sumber daya langka, sehingga seorang individu seharusnya rela untuk mengalokasikan lebih banyak kesempatan. Oleh karena itu, sebuah sistem yang memerlukan usaha kecil dikatakan lebih mudah digunakan daripada sistem yang memerlukan usaha lebih besar.

Persepsi Kemanfaatan

Persepsi kemanfaatan menurut Davis (2004:234) didefinisikan sebagai tingkat keyakinan individu bahwa penggunaan teknologi informasi tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan produktivitas, kinerja tugas, efektivitas, dan pentingnya suatu tugas. Menurut Arif (2007:198) dimensi kemanfaatan terdiri dari dimensi kegunaan yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, serta menambah produktivitas. Sedangkan dimensi efektivitas yaitu mempertinggi efekivitas dan mengembangkan kinerja pekerjaan.

Sikap Terhadap Penggunaan

Sikap terhadap penggunaan dalam TAM menurut Davis (2004:235) dikonsepkan sebagai sikap yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bagi seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Sikap merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorng terdiri dari atas unsur kognitif/cara pandang, afektif, dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku. Fishben dan Ajzen dalam Titis (2004:179) mendefinisikan sikap sebagai perasaan positif dan negatif seseorang terhadap penggunaan suatu sistem dan menyatakan bahwa sikap dapat dipengaruhi faktor-faktor psikologis dan situasi yang ditemui.

Perilaku Untuk Tetap Menggunakan

Imam (2009:231) mendefenisikan perilaku penggunaan sebagai kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan untuk menambah

(11)

249 fitur pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, dan memotivasi pengguna lain (Davis : 2004:236). Sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik dalam keberhasilan pengimplementasian suatu teknologi sistem informasi. Menurut the theory planned behavior, tindakan individu pada perilaku tertentu ditentukan oleh minat individu tersebut untuk melakukan perilaku (menurut Azjen dalam Syahran, 2008:276). Menurut Arief (2007:149) tingkat penggunaan teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut misalnya keinginan menambah software pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain.

Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penerimaan penggunaan teknologi informasi. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use). Keempatnya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris.

Hubungan Aplikasi/Penerapan SIMBADA Dengan TAM

Pengaruh Persepsi Pengguna terhadap Kemudahan dalam Menggunakan Komputer Mikro (PEOU=Perceived Ease of Use) terhadap Persepsi Pengguna terhadap Kegunaan Komputer Mikro (PU=Perceived Usefulness) dan Sikap Pengguna terhadap Penggunaan Komputer Mikro (ATT=Attitude Toward Using). Persepsi pengguna terhadap kemudahan telah diteliti sebagai kunci penentu dari penerimaan dan penggunaan teknologi (Vankatesh dan Davis, 2004). TAM memposisikan bahwa variabel persepsi pengguna terhadap kemudahan mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kegunaan yang dapat dijelaskan secara logis bahwa hal yang dipersepsikan lebih mudah digunakan akan lebih memberi manfaat atau kegunaan. TAM juga menyatakan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dengan sikap pengguna terhadap penggunaan melalui dampaknya pada persepsi pengguna terhadap kegunaan. Davis (2004:231) menemukan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan secara positif mempengaruhi sikap pengguna terhadap penggunaan. Penelitian Iqbaria, et al. (2007:276) juga menyimpulkan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan berhubungan dengan persepsi pengguna terhadap kemanfaatan/kegunaan dan sikap pengguna terhadap penggunaan. Iqbaria mengemukakan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung (lewat persepsi pengguna terhadap kegunaan) pada sikap pengguna terhadap penggunaan (Palupi, 2009:155).

Hipotesis Penelitian

Hal : Diduga kemudahan penggunaan (ease of use) berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Ha2 : Diduga kemanfaatan (usefulness) berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi

(12)

250

Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Ha3 : Diduga sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Ha4 : Diduga perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Ha5 : Diduga kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas (X)

a. Kemudahan penggunaan (ease of use) (X1)

Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi: komputer sangat mudah dipelajari, komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna, komputer sangat untuk meningkatkan keterampilan pengguna, komputer sangat mudah dioperasikan.

b. Kemanfaatan (usefulness) (X2)

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran penggunaan teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi: kegunaan, meliputi dimensi menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, dan menambah produktivitas; efektivitas, meliputi: dimensi mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan.

c. Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) (X3)

Sikap penggunaan dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components).

2. Variabel Intervening/perantara

Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use)

Perilaku untuk tetap menggunakan merupakan kecenderungan untuk tetap melanjutkan penggunaan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi informasi dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginan menambah fitur pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. 3. Variabel Terikat adalah Penerapan Sistem

(13)

251 adalah Keberhasilan Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Keberhasilan implementasi Aplikasi SIMDA merupakan kondisi dimana pengguna akhir (end user) telah merasakan manfaat secara nyata karena telah membantunya menyusun LKPD dan memahami mengikuti alur transaksi keuangan daerah dengan menggunakan Aplikasi SIMDA. Sehingga diharapkan pengelolaan keuangan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dan mengasilkan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Populasi Penelitian dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah staf pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintahan Daerah Kabupaten Blitar, Sedangkan pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, dalam penelitian ini adalah Pengguna Anggaran, Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat Pengelola Teknis Kegiatan (PPTK) di SKPD yang berjumlah 185 orang ini adalah merupakan populasi dari penelitian ini. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin jumah populasi 65.

Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian explanatory research dengan metode survey, bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable sosiologi dan psikologis.

Metode Pengumpulan data 1. Kuisioner

Yaitu penulis menyiapkan sutau daftar yang mendapatkan jawaban-jawaban sehubungan dengan permasalahan yang akan di teliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada Pegawai Negeri Sipil.

2. Wawancara

Yaitu penulis berusaha mengadakan wawancara langsung dengan karyawan dalam berbagai kesempatan untuk menambah kasanah data yang relevan dengan apa yang hendak dibahas.

Teknik Analisis Data

Model dalam penelitian ini adalah model kausalitas (hubungan/pengaruh sebab akibat), maka setelah data dikumpulkan kemudian data hipotesis diuji dengan menggunakan metode path analysis (analisis jalur). Merupakan suatu teknik statistik yang dipakai untuk menguji serangkaian hubungan antara beberapa variabel yang terbentuk dari variabel faktor maupun variabel terobservasi. Ketika model telah dinyatakan diterima, maka dapat dipertimbangkan untuk melakukan modifikasi model atau goodness of fit.

Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu penelitiannya pada bulan Januari 2014 sampai dengan Mei 2014. 2. Tempat Penelitian

(14)

252

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Data Obyek Penelitian

Pengelolaan barang daerah merupakan salah satu faktor penting, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Blitar telah menunjukkan kesungguhan salah satunya dengan disusunnya Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah. Sedangkan untuk aplikasi yang digunakan dalam pengelolaan barang daerah menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA). Aplikasi ini mulai diterapkan pada Tahun 2009, yang telah mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan. Dengan memanfaatkan kehandalan teknologi berbasis komputer, sistem ini diharapkan akan memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan akurat. Pengguna yang terlibat dalam aplikasi SIMBADA adalah para Pengurus Barang di masing-masing SKPD. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah memiliki tugas pokok dan fungsi dalam hal pengembangan dan penyusunan kebijakan pengelolaan barang milik daerah memiliki peranan penting dalam Penerapan SIMBADA.

Tugas pokok Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah: membantu Bupati dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dibidang Kas Daerah yang meliputi kegiatan pengelolaan perbekalan, penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah yang meliputi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Blitar.

Visi :

Terwujudnya Peningkatan PAD Kabupaten Blitar dalam rangka mampu membiayai Pembangunan Daerah yang lebih mandiri Misi :

1. Meningkatkan kinerja/profesionalisme aparat pengolah pendapatan daerah. 2. Meningkatakan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan wajib Retribusi

Daerah.

3. Memantapkan data potensi subyek dan obyek pajak dan retribusi serta sumber-sumber pendapatan daerah lainnya.

4. Menumbuh kembangkan kesadaran dan peran serta masyarakat. 5. Meningkatkan koordinasi Vertikal dan Horisontal.

6. Mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber pendapatan daerah melalalui penyempurnaan peraturan daerah.

7. Peningkatan pengawasan dan pemberlakuan sangsi yang ketat serta pemberian penghargaan kepada Instansi/Lembaga Pengelolaan maupun kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi.

8. Meningkatkan pendapatan daerah melalui Intensifikasi dan Ekstensifikasi. 9. Menggali Sumber Daya Alam dan Sumber Pendapatan lainnya.

Fungsi dari Pengelolaan Barang Milik Daerah

1. Penyusunan rencana dan pengembangan guna perumusan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah.

2. Pelaksanaan pendaftaran dan pendataan obyek pajak daerah, retribusi daerah serta pendapatan lainnya.

3. Pelaksanaan pembukuan dan pelaporan atas penerimaan dan pemungutan pajak daerah, retribusi dan penerimaan pendapatan daerah lainnya.

4. Penghitungan dan penetapan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah. 5. Penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. 6. Pelaksanaan pembinaan dan pengelolaan pasar.

(15)

253 administrasi serta penagihan dan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. 8. Pelaksanaan koordinasi, pengawasan dan pembinaan atas kegiatan penagihan

pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

9. Pelaksanaaan penyuluhan kepada wajib pajak daerah, retribusi daerah serta pendapatan daerah lainnya.

10. Pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan.

11. Pelaksanaaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati Analisa Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output statistik pada tabel dengan judul Item Total Statistic. Menilai kevalidan masing-masing butir pertanyaan dapat dilihat dari Corrected Total Item Correlation masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected Total Item Correlation > dari r-tabel. Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa semua item dari suatu konstruk dikatakan memenuhi syarat validitas.

Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur apakah suatu alat ukur sudah cukup akurat, stabil, dan konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Salah satu alat ukur dapat dikatakan reliabel bila dapat digunakan lebih dari satu kali dalam waktu berbeda, namun tetap menunjukkan hasil yang relatif tetap. Reliability Statistics, yang terlihat adalah sebagai Cronbach’s Alpha. Koefisien bervariasi dari 0 hingga 1 dan nilai 0,6 secara umum mengindikasikan reliabilitas konsistensi/kehandalan interval yang tidak memuaskan, sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu instrumen dikatakan handal apabila nilai alpha lebih besar dari 0,6 maka item dinyatakan reliabel. Dari hasil statistik dapat dikatakan bahwa konstruk pertanyaan yang merupakan Keberhasilan Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA) adalah reliabel.

2. Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan distribusi teoritis dari variabel random yang kontinyu. Kurva yang menggambarkan distribusi normal adalah kurva normal yang berbentuk simetris. Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal maka digunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test terhadap masing-masing variabel. Hasil pengujian untuk membuktikan distribusi normal pada model yang digunakan. Hasil dari perhitungan Kolmogorof Smirnov Test sudah menunjukkan distribusi yang normal pada model yang digunakan sehingga bisa dilakukan regresi dengan Model. Hal ini karena K-S (Kolmogorof Smirnof Test) Z sebesar 1,595 dengan nilai signifikansi jauh di atas 0,05 yaitu 0,123.

3. Uji Non-Kolinearitas Ganda (Multicolinearity)

Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearritas. Dan sebaliknya apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk variabel (X1, X2, X3 dan Y) tidak terjadi multikolineritas dengan ditunjukkan nilai VIF lebih kecil dari 10.

(16)

254

4. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak untuk memprediksi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (Z) berdasarkan variabel Kemudahan penggunaan (ease of use) (X1), Kemanfaatan (usefulness) (X2), Sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) (X3) melalui Perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) (Y).

5. Uji Non Autokorelasi

Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh oleh data sebelumnya. Adanya suatu autokorelasi bertentangan dengan salah satu asumsi dasar dari regresi berganda yaitu tidak adanya korelasi diantara galat acaknya. Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson yang bisa dilihat dari hasil uji regresi berganda. Tidak ada korelasi serial diantara disturbance terms, sehingga variabel tersebut independen (tidak terjadi autokorelasi) yang ditunjukkan dengan du < dw < 4-du (1,731 < 1,737 < 2,269)

6. Uji Hipotesis

TAM atau Technology Acceptance Model memposisikan bahwa variabel persepsi pengguna terhadap kemudahan mempengaruhi persepsi pengguna terhadap kegunaan yang dapat dijelaskan secara logis bahwa hal yang dipersepsikan lebih mudah digunakan akan lebih memberi manfaat atau kegunaan. TAM juga menyatakan bahwa persepsi pengguna terhadap kemudahan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh dengan sikap pengguna terhadap penggunaan melalui dampaknya pada persepsi pengguna terhadap kegunaan. Hipotesis yang akan diuji dengan menggunakan path analysis. Tujuannya adalah untuk mengetahui secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use). Keempatnya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris.

Hipotesis Pertama

Pada pengujian ini besarnya t hitung sebesar 3,052. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000 (3,052 > 2,000), taraf signifikansi adalah sebesar 0,003 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use)yang berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Hipotesis Kedua

Pada pengujian ini besarnya t hitung sebesar 3,440. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000 (3,440 > 2,000), taraf signifikansi adalah sebesar 0,002 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya :

(17)

255 penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemanfaatan (usefulness) berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Hipotesis Ketiga

Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. Pada pengujian ini besarnya t hitung sebesar 6,609. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000 (6,609 > 2,000), taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Hipotesis Keempat

Pada pengujian ini besarnya t hitung sebesar 4,142. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000 (4,142 > 2,000), taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. Ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Pada pengujian ini besarnya F hitung sebesar 83,426. Nilai ini lebih besar dari F tabel 2,51 (83,426 > 2,51), taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. ini menunjukkan bahwa Ho ditolak/Ha diterima. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Pembahasan

Diketahui bahwa hasil penelitian ternyata model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penerimaan penggunaan teknologi informasi. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use). Hal ini dilihat dari hasil bahwa pengujian ini besarnya F hitung sebesar 83,426. Nilai ini lebih besar dari F tabel 2,51 (83,426 > 2,51), taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha (α=5%) 0,05. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

(18)

256

Solusi Permasalahan:

Dengan menggunakan variabel persepsi tentang kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi kemanfaatan (perceived usefulness), sikap terhadap penggunaan (attitude toward using), dan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) tersebut, maka TAM diharapkan dapat menjelaskan penerimaan pemakai sistem informasi terhadap teknologi informasi itu sendiri. Dengan mengetahui sikap dan perilaku orang dalam menerima atau menolak penerapan teknologi informasi dapat diketahui tingkat keberhasilan penggunaan penggunaan teknologi informasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar. Hal ini akan membantu meningkatkan kinerja bagi karyawan maupun kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Salah satu bentuk perhatian ini adalah penggunaan aplikasi sistem informasi keuangan berbasis komputer yang dikembangkan oleh BPKP yaitu Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah yang bertujuan untuk untuk membantu dalam penyusunan LKPD. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah sebagai Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dimana tujuan dari pengembangan aplikasi ini adalah untuk mempercepat proses reformasi pengelolaan keuangan daerah. Dengan keberhasilan penerimaan penggunaan SIMBADA pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Dengan adanya SIMBADA, mendukung pemanfaatan sumber daya manusia yang efektif untuk tercapainya berbagai tujuan individu, organisasi, masyarakat, memperlancar jalannya komunikasi yang efektif yang pada gilirannya memperlancar proses perumusan kebijaksanaan organisasi dan operasionalisasinya. Membantu pegawai membuat keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah yang efektif melalui pelatihan dan pengembangan factor-faktor motivasi, yaitu pengakuan, prestasi, pertumbuhan, tanggung jawab, dan pekembangan yang terinternalisasi dan teroperasionalisasikan. Hasil yang lain adalah:

1. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri sendiri dan kepercayaan diri.

2. Membantu seseorang menangani stress, ketegangan, frustasi, dan konflik. 3. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.

4. Memberikan kepada pengguna SIMBADA pada sebuah kesempatan untuk berkembang dan pandangan tentang masa depan sendiri.

5. Meningkatkan keinginan belajar akan teknologi. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian besarnya t hitung sebesar 3,052. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000, taraf signifikansi adalah sebesar 0,003. Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use)yang berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

2. Hasil penelitian besarnya t hitung sebesar 3,440. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000, taraf signifikansi adalah sebesar 0,002. Artinya :

(19)

257 (usefulness) berpengaruh posisitif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

3. Hasil penelitian besarnya t hitung sebesar 6,609. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000, taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

4. Hasil penelitian besarnya t hitung sebesar 4,142. Nilai ini lebih besar dari t tabel 2,000, taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

5. Hasil penelitian besarnya F hitung sebesar 83,426. Nilai ini lebih besar dari F tabel 2,51, taraf signifikansi adalah sebesar 0,000 Artinya : penerimaan penggunaan teknologi informasi dalam hal kemudahan penggunaan (ease of use), kemanfaatan (usefulness) dan sikap pada saat penggunaan (attitude toward using) secara simultan berpengaruh positif terhadap perilaku untuk tetap menggunakan (behavioral intention to use) Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah pada Pemerintah Kabupaten Blitar.

Saran

Perlu diberikan pelatihan berkelanjutan kepada karyawan yang menggunakan SIMBADA pada Pemerintah Kabupaten Blitar, sehingga tingkat keberhasilan penggunaan akan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim. 2007. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: SalembaEmpat

Agarwal, R., dan Prasad, J. 2009. “Are Individual Differences Germane to the Acceptance of New Information Technologies?” Decision Sciences (30:2), pp. 361–391.

Arief Wibowo. 2007. Kajian Tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi Mahasiswa dan Akademik Berbasis Web (SIMA Web) dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Skripsi Universitas Budi Luhur. Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2003. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode. Edisi Kelima. Yogyakarta . Penerbit BPFE.

Bodnar, George H, William S. Hopwood. 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi 9. Yogyakarta : ANDI.

Davis, F.D. 2004. User Acceptance of Information Technology: System Characteristics, User Perceptions and Behavioral Impacts. International Journal Management Machine Studies.

Djadja Sukirman. Et al. 2009. Pemahaman Laporan Keuangan dengan SIMDA Keuangan. Jakarta. Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keungan Daerah.

(20)

258

Fishbein dan Ajzen. 2008. “Belief Attitude, intentions and Behavior : An Introduction to Theory and Reserch.” Addison-Wissley. Boston. Ma. 1975.

Ghozali, Imam. 2008. “Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square.” Edisi 2. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Handayani, Sri. Dan warsito Kawedar. 2004. “Pengaruh Komputer Mikro terhadap Kinerja dan Kepuasan Auditor.” Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol 1 No 1, November 2004. Semarang

Igbaria, M. 2007 Accounting, Management and Information Technologies. Igbaria, M., Zinatelli, N., Cragg, P., dan Cavaye, L.

M. 2007. “Personal computing acceptance factors in small firms: A structural equation model.” MIS Quarterly, 21(3), 279–302.

Imam Ghozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPPS. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Laudon, K.C., Jane P. Laudon. 2007. “Management Information Systems.” 8th edition. New Jersey: Prentice- Hall, Inc.

Lucas, H.C dan Valerie K. Spitler. 1996. “Extending The Technology Acceptance Model : A field Study of Broker Workstations.” IEEE.

Money, William. 2004. “Aplication of the Technology Acceptance Model (TAM) to a Knowledge Management System.” IEEE.

Mulyadi. 2006. Sistem Akuntansi Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat.

Palupi, A. 2009. “Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Penerimaan dan Penggunaan Perangkat Lunak Akuntansi (PLA) Di Kalangan Mahasiswa Akuntansi.” Skripsi tidak dipublikasikan. Program Sarjana Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005. Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Perturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Soemarso S, R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1 Edisi 5 Revisi. Jakarta . Salemba Empat.

Tangke, N. 2004. “Analisa Penerimaan Penerapan Komputer Mikro (KOMPUTER MIKRO) dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 6, No. 1, pp.10-30

Titis Widyastuti. 2008. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Manfaat dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Pengaplikasian Layanan Mobile Banking. Skripsi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyinaran diakibatkan masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh, maka didifisikan Batas Masukan Tahunan (BMT), sebagai jumlah aktivitas suata radionuklida yang masuk

Materi penelitian adalah hasil pencitraan MRI yang diperoleh dari hubungan variasi flip agle, pembobotan T 2 spin echo terhadap kualitas pencitraan Brain , yang dilakukan

Pada uji kuantitatif aktivitas antioksidan kayu secang dan kayu manis dilakukan dengan cara membuat larutan induk terdahulu yaitu melarutkan 0,01 gram ekstrak kayu

peranan bimbingan orang tua dalam memotivasi belajar siswa. Peneliian dilakukan di SMP Islam Parung Bogor, bimbingan yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya

Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal- hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya

kesulitan dalam menjawab pertanyaan dibanding siswa perempuan. Sering kali guru memberikan waktu yang lebih lama kepada siswa laki-laki untuk menjawab.. pertanyaan,

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam pola pengobatan analgesik pasien perawatan JKN kelas I,II dan III, dimana obat yang paling banyak digunakan

Berbeda dengan nilai koefisien antara curah hujan dengan erosi, nilai koefisien korelasi antara curah hujan dengan erosi (Lampiran 5b) pada perlakuan konvensional (r = 0.59**)