• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PEMBINAAN BAHASA INDONESIA PADA GURU-GURU DI WILAYAH GUGUS VI KECAMATAN SUKASADA, BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PEMBINAAN BAHASA INDONESIA PADA GURU-GURU DI WILAYAH GUGUS VI KECAMATAN SUKASADA, BULELENG"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PEMBINAAN BAHASA INDONESIA PADA GURU-GURU DI

WILAYAH GUGUS VI KECAMATAN SUKASADA, BULELENG

OLEH:

NI MADE RAI WISUDARIANI, S.PD., M.PD. (KETUA) NIP 198502202008122005

PROF. DR. I NENGAH SUANDI, M.HUM. (ANGGOTA) NIP 195612311983031022

DRS. I NYOMAN SELOKA SUDIARA, M.PD. (ANGGOTA) NIP 194912191975931002

DRA. NI MADE SRI INDRIANI, M.HUM. (ANGGOTA) NIP 196104131986032001

Dibiayai dari Data Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No. 229/UN48.15/LPM/2015 Tanggal 5 Maret 2015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pembinaan Bahasa Indonesia pada Guru-Guru di Wilayah Gugus VI Kecamatan Sukasada Buleleng

2. Ketua Pelaksana:

Nama : Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd. Jenis Kelamin: Perempuan

NIP/NIDN : 198502202008122005/0020028501 Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa

Pangkat/Gol : Penata Muda/ IIIa Jabatan : Asisten Ahli

Fak/Jur. : Bahasa dan Seni/Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja

Alamat Rumah: Pantai Indah II Singaraja 3. Jumlah Anggota Pelaksana: 3 orang

4. Lokasi Kegiatan

a. Nama Desa : Panji Anom b. Kecamatan : Sukasada c. Kabupaten : Buleleng d. Provinsi : Bali

5. Jumlah Biaya Kegiatan: Rp 11.000.000 (Sebelas Juta Rupiah) 6. Lama Kegiatan : 7 (tujuh) bulan

Mengetahui: Singaraja, 10 September 2015 Dekan FBS, Ketua Peneliti,

Universitas Pendidikan Ganesha,

Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd. NIP 196206261986032002 NIP 198502202008122005

Mengetahui : Ketua LPM, Undiksha

Prof. Dr. I Ketut Suma, MS. NIP 195901011984031003

(3)

KATA PENGANTAR

Usaha penulis selama ini akhirnya membuahkan hasil dengan selesainya laporan pengabdian ini. Pertama, penulis panjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah penulis berada dalam kondisi sehat, sehingga dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Bagi penulis, doa dan usaha bukan satu-satunya jaminan dalam terselesaikannya laporan ini. Ada banyak pihak yang mendukung dan membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi energi tersendiri bagi penulis. Rasa terima kasih itu ditujukan kepada pihak-pihak berikut ini.

1) Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha yang senantiasa memotivasi semua dosen dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.

2) Prof. Dr. I Ketut Suma, MS. selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat, Undiksha, yang telah banyak membimbing, mengarahkan, serta memotivasi penulis dalam melaksanakan pembinaan.

3) Made Warnaka, S.Pd.Sd., selaku ketua gugus VI Kecamatan Sukasada yang telah memfasilitasi kegiatan pembinaan ini dengan sangat baik.

4) Bapak Ibu tenaga administrasi di LPM Undiksha yang selalu memberikan bantuan administrasi kepada penulis dalam melaksanakan kegiatan pembinaan ini.

Semoga laporan ini bukan hanya sekadar berguna bagi penulis dalam memenuhi kewajiban atas kontak pengabdian yang diberikan, melainkan juga berguna kehadirannya memberi warna dalam mewujudkan pengabdian kepada masyarakat bagi konstelasi masyarakat akademis. Tiada gading yang tidak retak, tiada manusia yang sempurna, demi penyempurnaan laporan ini, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Singaraja, Juli 2015

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN MUKA………. . i

HALAMAN PENGESAHAN……….. . ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi... 1

1.2 Identifiksai dan Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Kegiatan ... 3

1.4 Manfaat Kegiatan ... 3

BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Metode Pelaksanaan………. 5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan ……… … 8 3.2 Pembahasan……….... 12 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan ... 15 4.2 Saran... 16 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Hasil penelitian dari Purnamayani (2014) tentang analisis kesalahan bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada menunjukkan bahwa dalam kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa terdapat kesalahan diksi, kesalahan struktur bahasa, dan kesalahan lafal. Kesalahan ini disebabkan oleh ketidakpahaman siswa terhadap kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dari sekolah dasar. Siswa yang sebagian besar berasal Kecamatan Sukasada ini cenderung menjadikan guru sebagai contoh, bahkan hal-hal yang diucapkan oleh guru dalam pembelajaran khususnya pada tingkat sekolah dasar menjadi hal yang rentan diingat oleh siswa. Berdasarkan keadaan ini, tampaknya kemampuan guru dalam menggunakan bahasa Indonesia baku dalam mengajar juga tergolong rendah.

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan hasil wawancara antara peneliti dan beberapa orang guru di wilayah gugus VI Kecamatan Singaraja (19 Agustus 2014). Ketua Gugus VI Kecamatan Sukasada, I Made Warnaka, S.Pd., Sd. yang juga guru tematik kelas IV SD N 4 Panji Anom mengakui bahwa dalam mengajar sebagian besar guru masih mengalami kesulitan dalam menentukan mana pemakaian bahasa yang salah (nonbaku) dan mana yang benar (baku). Terkadang, Beliau juga memasukkan kosakata bahasa Bali saat mengajar. Beliau juga sangat mengharapkan adanya penyegaran maupun pembinaan bahasa bagi guru di gugus VI yang Beliau pimpin. Penuturan Bapak Warnaka ini, dibenarkan pula oleh Ni Nyoman Purnasih, guru kelas V di sekolah tersebut. Ibi Purnasih menyatakan bahwa ada beberapa hal yang para guru rasakan dalam pembelajaran tematik, khusunya dari kajian kebahasaaan. Dalam beberapa hal, mereka juga mengakui mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk bahasa yang salah dan bentuk bahasa yang benar. Selain itu, Ibu Purnasih juga mengalami kesulitan dalam menjelaskan kesalahan, di mana letak salahnya; mengapa salah; dan bagaimana perbaikannya.

Rendahnya kemampuan menggunakan ragam bahasa Indonesia baku di kalangan guru tentu segera perlu ditangani sebab guru pada umumnya dan guru

(6)

sekolah dasar pada khususnya akan dijadikan panutan oleh siswa maupun oleh warga masyarakat di mana pun mereka berada. Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan ragam bahasa Indonesia baku pada gilirannya tentu akan mengakibatkan rendahnya kemampuan siswa/lulusan dalam berbahasa Indonesia baku sehingga hal ini perlu segera dicarikan solusinya. Dalam upaya menentukan solusi tersebut, pertanyaan yang perlu segera dijawab adalah Mengapa kemampuan

menggunakan bahasa Indonesia baku di kalangan guru tergolong rendah? Hal ini

antara lain disebabkan oleh rendahnya penguasaan guru terhadap kaidah bahasa Indonesia baku dan lemahnya kemampuan guru dalam menganalisis kesalahan bahasa dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia baku sebagai pisau pembedahnya.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnamayani (2014) dan hasil wawancara antara penulis dan guru di wilayah gugus VI Kecamatan Sukasada terangkum bahwa masih ada guru-guru SD di gugus VI yang mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk bahasa yang salah dan bentuk bahasa yang benar, kesulitan dalam menjelaskan kesalahan, di mana letak salahnya; mengapa salah; dan bagaimana perbaikannya. Hal ini tampaknya disebabkan oleh (1) rendahnya penguasaan mereka tentang kaidah bahasa Indonesia baku dan (2) rendahnya penguasaan mereka tentang ragam kesalahan bahasa Indonesia baik dari segi kategori linguistik, siasat permukaan, efek komunikatif, maupun kategori komparatif. Karena dua faktor itu, akhirnya, mereka juga mengalami kesulitan dalam mengajarkan bahasa Indonesia khususnya ketika mengajarkan materi bedah bahasa dalam pemakaian bahasa sederhana.

Keadaan ini dapat diminimalisir dengan melakukan pembinaan bahasa Indonesia di wilayah gugus VI Kecamatan Sukasada. Model analisis kesalahan tampaknya dapat memudahkan guru dalam memahami bentuk bahasa yang salah dan bentuk bahasa yang benar, menjelaskan kesalahan, di mana letak salahnya; mengapa salah; dan bagaimana perbaikannya. Dengan contoh-contoh kesalahan yang sering muncul dalam tuturan sebagai model, logikanya guru akan berhasil menjadikan sesuatu yang lazim tetapi tidak benar menjadi lebih jelas, lebih terang, dan lebih mudah untuk dipahami.

(7)

Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang menyangkut kemampuan berbahasa guru yang dijadikan contoh (sudah benar dan pantas ditiru, tanpa ada koreksi) dan berdampak psikologis bagi siswa menjadi sebuah permasalahan yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Oleh karena itu, pembinaan bahasa Indonesia bagi guru-guru SD di wilayah gugus VI Kecamatan Sukasada menjadi sebuah prioritas permasalahan dalam kajian ini.

1.3. Tujuan Kegiatan

Menyadari adanya masalah-masalah berbahasa dalam proses belajar-mengajar dan menyadari pula bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang berstatus ”tinggi” bagi bangsa dan negara Indonesia, pembinaan bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Sudah saatnya masyarakat pengguna bahasa Indonesia sadar norma dan taat asas dalam berbahasa Indonesia sebagai wujud kebanggaan, kesetiaan, dan kebertanggungjawaban terhadap bahasa Indonesia.

Sejalan dengan latar belakang tersebut, agaknya tujuan pembinaan bahasa Indonesia sudah terumuskan. Terimplisitkan pula dalam pengertian di depan, tujuan pembinaan ini adalah meningkatkan mutu, sikap, dan motivasi sumber daya manusia pengguna bahasa Indonesia, khususnya guru SD; atau, dengan kata lain, meningkatkan kegairahan, kebanggaan, kesetiaan, dan kebertanggungjawaban masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, disertai keyakinan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa modern yang sejajar dengan bahasa-bahasa lain di dunia.

1.4. Manfaat Kegiatan

Sejalan dengan tujuan yang telah disampaikan, adapun manfaat dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Meningkatnya wawasan guru-guru tentang kaidah bahasa Indonesia baku dan ragam kesalahan dalam bahasa Indonesia. Peningkatan wawasan ini sangat membantu guru-guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang diampu. Guru akan terbantu dalam hal merencanakan, menyusun, melaksanakan pembelajaran, dan pembinaan bahasa Indonesia kepada siswa.

(8)

1.4.2. Meningkatkatnya keterampilan guru-guru dalam menganalisis kesalahan pemakaian bahasa Indonesia dengan menggunakan kaidah bahasa Indonesia sebagai pisau pembedahnya.

1.4.3 Meningkatnya sikap positif guru-guru bahasa Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang diperlihatkan guru dalam mengajar akan menjadi teladan atau contoh yang baik bagi siswanya.

(9)

BAB II

METODE PELAKSANAAN

Sejalan dengan cara pemecahan masalah yang ditempuh, sejumlah metode diterapkan dalam kegiatan ini. Metode yang digunakan dalam pembinaan ini adalah metode konsultasi, metode pelatihan, dan pembinaan lebih lanjut. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya sebagai berikut.

Tahap pertama, metode konsultasi digunakan untuk menjelaskan dan memberi pemahaman tentang teori-teori, prinsip-prinsip dan cara menganalisis kesalahan berbahasa melalui pemberian contoh-contoh serta cara menjelaskan letak kesalahan serta diikuti dengan tanya-jawab kalau ada hal-hal yang masih meragukan. Dalam tahap metode pelatihan, guru-guru dilatih menganalisis kesalahan berbahasa dalam kalimat-kalimat yang tidak efektif. Selama guru menganalisis kesalahan, panitia pelaksana melakukan monitoring dan pembinaan. Tahap selanjutnya, tugas peserta dikomunikasikan kepada peserta untuk diperhatikan dalam penganalisisan kesalahan berbahasa selanjutnya. Tahap terakhir, panitia pelaksana melakukan pembinaan lebih lanjut berdasarkan hasil yang ditunjukkan oleh peserta.

Secara lebih khusus, langkah-langkah pembinaan ini dipaparkan sebagai berikut

1) Anggota pelaksana melakukan observasi awal ke sekolah dan merekam aktivitas berbahasa para guru.

2) Anggota tim pelaksana kemudian mencermati hasil rekaman dan merumuskan rancangan materi yang akan disajikan dalam kegiatan ini beserta model pelatihan yang bisa dilakukan.

3) Peserta diajak berpartisipasi aktif melakukan keterlibatan langsung dalam memperoleh pengalaman, misalnya merumuskan kesalahan yang ada dalam teks, menemukan konsep kaidah yang tepat untuk membedah.

4) Peserta diajak berdiskusi tentang pengalaman dan kendala yang dialami dalam mengajar dengan bahasa Indonesia yang benar, dan kendala guru dalam membedah kesalahan berbahasa.

(10)

Dalam realisasinya, langkah-langkah pelatihan tersebut dapat dikemukakan berikut ini.

1) Tim pelaksana berkoordinasi dengan gugus VI Kecamatan Sukasada untuk mendiskusikan ihwal rencana kegiatan yang dirancang, mencakup materi, model pembinaan, waktu dan tempat pelaksanaan, peserta dan sebagainya. Dari diskusi ini diputuskan hal-hal berikut.

(a) Peserta adalah perwakilan guru-guru SD gugus VI Kecamatan Sukasada. Dari jumlah guru-guru SD sebanyak 72 orang, akan ditetapkan 24 orang guru sebagai peserta. Mereka tersebar pada delapan sekolah dasar yang berasal dari gugus VI. Masing-masing sekolah mengirimkan 3 orang guru. Guru yang diikutkan dalam penelitian ini diutamakan adalah guru-guru yang masih mengalami kendala dalam bedah bahasa. Dengan jumlah peserta sebanyak 24 orang ini, diharapkan pelatihan bisa berjalan secara lebih efektif sehingga tujuan pelatihan bisa tercapai secara maksimal. Pembinaan dan pendampingan lebih lanjut akan dilakukan setelah acara pelatihan berakhir.

(b) Waktu penyelenggaraan direncanakan selama lima hari

(c) Tim pelaksana dari Undiksha menyediakan perlengkapan sajian berupa perangkat laptop, sementara panitia pelaksana dari gugus VI menyediakan LCD dan sarana sound system. Konsumsi disiapkan oleh panitia pelaksana gugus VI dengan dana berasal dari panitia pelaksana Undiksha.

2) Tim pelaksana menyusun materi dan digandakan sejumlah peserta, sehinggga setiap peserta pelatihan memperoleh masing-masing satu eks untuk dibaca dan. Tim pelaksana juga membuat sajian dalam bentuk

power point.

3) Proses interaksi penyaji-peserta dilakukan dengan pola penyajian materi, pelatihan, refleksi, pembinaan lebih lanjut.

(a) Penyaji menyajikan materi sajian, berikut contoh-contoh dan ilustrasi, materi yang disajikan melalui slide power point oleh penyaji.

(b) Sesi berikutnya, para guru diberikan kesempatan untuk bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait kendala-kendala yang pernah dialami terkait kebahasaan.

(11)

(c) Selesai sesi tanya jawab, peserta, penyaji dan panitia pelaksana istirahat untuk menikmati makan siang selama 30 menit.

(d) Tahap selanjutnya para guru ditugaskan untuk menganalisis kesalahan berbahasa dalam teks yang telah disediakan. Selama guru menganalisis kesalahan berbahasa, pembinaan dan monitoring terus dilakukan oleh tim pelaksana.

(e) Hasil analisis yang dibuat oleh peserta kemudian dianalisis dan dijadikan bahan refleksi. Penganalisisan ini diharapkan menjadi umpan balik bagi peserta pembinaan.

(12)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan

Sebelum diadakan pembinaan, tim pada tanggal 15 April 2015 mengadakan observasi dan perekaman terkait cara berbahasa guru saat mengajar. Observasi dan perekaman ini dilakukan di SD Negeri 1, 2, dan 4 Panji Anom. Hasil dari perekaman ini kemudian dianalisis kesalahan berbahasanya oleh tim pelaksana pembinaan. Rekaman ini dan beberapa rekaman video kesalahan berbahasa digunakan sebagai media dalam melakukan pembinaan berbahasa Indonesia.

Pembinaan bahasa ini diadakan pada hari Selasa-Sabtu tanggal 23-27 Juni 2015, bertempat di SD Negeri 4 Panji Anom. Peserta pelatihan bejumlah 27 orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VI. Ada satu orang narasumber dalam kegiatan pembinaan ini, yakni Drs. I Nyoman Seloka Sudiara, M.Pd., yang didampingi oleh instruktur pendamping pembinaan, Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd., Dra. Made Sri Indriani, M.Hum, dan Prof. Dr. I Nengah Suandi, M.Hum. Pembinaan bahasa dan pelatihan analisis kesalahan dilaksanakan selama lima hari. Kegiatan ini juga melibatkan dua orang mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang bertugas sebagai pembawa acara dan pembaca doa.

Pada hari pertama, 23 Juni 2015 acara pelatihan dimulai pukul 07.30 s.d 16.00 WITA. Pukul 07.30-08.15 Wita peserta melakukan registrasi dan pembagian ATK serta mteri terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan acara pembukaan pada pukul 08.20 wita berupa laporan dari ketua panitia pelaksana, sambutan dari ketua gugus VI Kecamatan Sukasada, sambutan dari Ibu Ketua UPP yang diwakili oleh Pengawas Satuan Pendidikan Sekolah Dasar sekaligus membuka acara pembinaan secara resmi. Selesai acara pembukaan. Peserta digiring untuk menikmati kudapan snack kotak selama 30 menit. Proses interaksi penyaji-peserta baru dimulai pukul 09.15 wita. Sajian pertama adalah Bahasa Indonesia ranah pengucapan. Dalam waktu 90 menit, narasumber menyampaikan sajiannya. Kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Dalam sesi diskusi ada dua pertanyaan yang muncul, terkait perbedaan melafalkan e dan è, serta cara mengajar membaca anak sekolah dasar tingkat rendah, apakah mengeja dengan melafalkan huruf alphabet (be) atau dengan fonetis (eb).

(13)

Sesi selanjutnya adalah analisis kesalahan pengucapan guru yang ditampilkan melalui LCD. Dalam rekaman yang telah ditampilkan, para peserta diminta untuk menganalisis kesalahan pengucapan yang ada dalam video yang ditampilkan tersebut. Ada tiga rekaman video yang ditampilkan dalam sesi ini. Peserta pelatihan Nampak sangat antusias dalam menyimak dan menonton video yang ditampilkan. Tidak sedikit dari peserta yang tertawa menyaksikan video yang ditampilkan. Dalam kegiatan analisis kesalahan dan pembinaan, peserta Nampak tidak canggung menyampaikan pendapatnya. Pada pukul 14.00 wita peserta pembinaan menikmati makan siang yang telah disediakan. Setelah selesai menikmati makan siang, para peserta kemudian masuk ke dalam kelas dan menyimak hasil refleksi dari narasusmber dan instruktur pendamping. Kegiatan pembinaan ini diakhiri pada pukul 16.00 wita.

Pada hari kedua, 24 Juni 2015 pemaparan materi penulisan kata kembali disajikan oleh Drs. I Nyoman Seloka Sudiara, M.Pd. Penyajian dari narasumber ini dimulai dari pukul 08.30 wita. Dalam menyajikan materi, penyaji memberikan contoh-contoh permasalahan yang sekiranya sering dialami oleh para guru. Materi ini disajikan oleh narasumber melalui slide power point. Sesi berikutnya, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk bertanya menyampaikan hal-hal yang belum dipahami dan bertukar pengalaman terkait kendala-kendala yang pernah dialami dalam mengajarkan penulisan kata. Ada 2 peserta yang mengajukan pertanyaan dalam sesi kedua ini. Salah satu peserta berbagi pengalaman terkait kesulitan siswa membedakan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Penanya kedua, menanyakan penulisan kata yang berasal dari unsur serapan.

Penyaji langsung menanggapi setiap pertanyaan yang disampaikan peserta. Dalam hal ini tampak partisipasi peserta yang cukup baik, dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari pengalaman peserta. Selesai sesi tanya jawab, peserta dan penyaji beristirahat untuk menikmati makan siang selama 30 menit. Tahap selanjutnya, pelatihan analisis kesalahan dan bimbingan pembinaan. dimulai pada pukul 13.3 wita. Peserta dikelompokkan menjadi delapan kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah berada dalam kelompoknya, peserta ditugaskan untuk menganalisis kesalahan penulisan kata yang terdapat dalam kalimat-kalimat yang telah dirancang. Dalam menganalisis kesalahan, peserta diminta untuk berdiskusi dengan rekan timnya. Tahap ini diakhiri dengan pengumpulan hasil analisis

(14)

kesalahan yang kemudian dikomunikasikan kepada peserta pelatihan dan pembinaan untuk diperhatikan dalam kegiatan belajar-mengajar selanjutnya. Pelatihan pada hari kedua, berakhir pada pukul 16.10 wita.

Pada hari ketiga, Kamis, 25 Juni 2015 peserta pelatihan melakukan registrasi mulai pukul 08.00-08.30 wita. Pada Pukul 08.30-11.30 wita narasumber, Drs. I Nyoman Seloka Sudiara menyajikan materi tentang ketidaktepatan penggunaan kata. Sesi penyajian pada hari ketiga ini, dipandu oleh Ni Made Rai Wisudariani, S.Pd., M.Pd. sebagai moderator. Butir-butir materi sajian dalam ketidaktepatan penggunaan kata, disajikan oleh penyaji melalui slide power point. Dalam sesi diskusi, hanya ada satu pertanyaan yang muncul terkait faktor penyebab ketidaktepatan penggunaan kata dalam berbicara maupun dalam keterampilan menulis. Pertanyaan ini langsung ditanggapi oleh narasumber dengan memberikan beberapa contoh fenomena berbahasa yang terjadi. Selesai sesi diskusi, peserta dan penyaji beristirahat untuk menikmati santap siang selama 30 menit.

Pada pukul 13.00 wita, diadakan pelatihan analisis kesalahan ketidaktepatan penggunaan kata dan pembinaan bahasa. Peserta pelatihan diminta membentuk kelompok sesuai dengan asal sekolah mereka. Setelah berada dalam kelompoknya, peserta ditugaskan untuk menganalisis kesalahan bahasa yang terjadi, khususnya terkait dengan ketidaktepatan penggunaan kata. Tim pembinaan membagi diri untuk membimbing setiap kelompok dalam menganalisis kesalahan. Acara kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan hasil analisis kesalahan yang telah dibuat oleh peserta. Semua peserta mengumpulkan hasil yang telah dibuat. Setelah semua terkumpul, penyaji melakukan analisis terhadap hasil analisis para peserta. Berdasarkan hasil analisis terhadap permasalahan bahasa yang diberikan, peserta ternyata masih kesulitan membedakan penggunaan kata

pelanggan-berlangganan-langganan dan kata menuggu-menanti, mengajar-mengajarkan. Hari ketiga

pembinaan ini diakhiri pada pukul 16.00 wita.

Pembinaan hari keempat, berlangsung pada tanggal 26 Juni 2015. Pada hari keempat ini, narasumber menyajikan materi tentang ketidakefektifan kalimat. Dalam menyampaikan materi, nerasumber pembinaan banyak memberikan contoh-contoh kalimat sederhana sering diucapkan oleh orang namun tidak efektif. Dalam mengikuti kegiatan ini, peserta tampak sangat sumbringah. Mereka mengakui bahwa hal-hal

(15)

yang selama ini mereka anggap lazim ternyata tidaklah sepenuhnya benar. Dalam sesi diskusi ada satu orang penanya yang menanyakan tentang cara membedakan kalimat kontaminasi dan kalimat pleonastis. Penyaji kemudian memaparkan jawabannya dengan memberikan beberapa contoh kalimat. Setelah diulas dan dipaparkan oleh penyaji dengan gamblang, peserta akhirnya memahami perbedaan antara kalimat pleonastis dan kalimat kontaminasi. Setelah sesi diskusi, peserta diajak beristirahat terlebih dahulu untuk menikmati makan siang. Pada pukul 13.00 acara dilanjutkan dengan pelatihan menganalsis ketidakefektifan kalimat. Selama satu setengah jam, peserta bersama tim, menganalisis beberapa kalimat yang diberikan oleh instruktur pendamping pembinaan. Setelah semua peserta mengumpulkan hasil analisisnya tim pembinaan kemudian merefleksi hasil analisis peserta dan membina peserta untuk memperbaiki analsisis yang mereka hasilkan. Pelatihan hari keempat ini berakhir pada pukul 16.05 wita.

Pembinaan pada hari terakhir diadakan pada tanggal 27 Juni 2015. Registrasi pada hari ini dilakukan mulai pukul 08.00- 08.30 wita. Pada hari terakhir ini, peserta diminta untuk mampu menulis ujaran-ujaran yang biasa mereka gunakan saat memberikan apersepsi pembelajaran maupun saat menanggapi pertanyaan siswa. Hasil tulisan guru ini kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan analsiis bagi peserta lain. Peserta lain selanjutnya diminta untuk menganalisis kesalahan-kesalahan berbahasa yang ada di sekitar mereka yang sering dilakukan oleh para guru. Dalam kegiatan ini, semua peserta Nampak sangat antusias menganalisis kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh rekan mereka. Pada pukul 12.00, tim pembinaan dan peserta beristirahat untuk menikmati santap siang. Pada pukul 13.00, instruktur pendamping pembinaan memberikan beberapa kalimat yang harus mereka perbaiki dari segi penulisan maupun keefektifannya. Kalimat-kalimat ini ditampilkan melalui slide powerpoint. Para peserta Nampak berlomba-lomba untuk mencoba menganalsiis kalimat-kalimat yang ditampilkan. Pada sesi berikutnya, tim menampilkan rekaman video guru saat mengajar. Peserta pelatihan merasa sangat senang menyaksikan video yang ditampilkan. Ketika diminta menganalisis kesalahan berbahasa yang ada dalam video tersebut, para peserta sudah tidak canggung lagi menjawab dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar.

(16)

Sebelum menutup acara pembinaan, peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk memberikan kesan selama mengikuti pelatihan ini. Secara umum, peserta merasa senang dengan kegiatan pembinaan ini. Bagi peserta, guru SD memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengajarkan siswa berbahasa Indonesia yang benar. Para peserta menyadari bahwa bahasa yang lazim mereka gunakan selama ini saat mengajar, bukanlah sepenuhnya benar sesuai dengan kaidah kebahasaan. Terkait dengan hal itu, peserta juga meminta pembinaan lebih lanjut jika ada peserta yang merasa belum mantap berbahasa Indonesia yang benar. Peserta mengharapkan agar kegiatan pelatihan semacam ini diadakan setiap tahun karena guru-guru jarang mengikuti pelatihan seperti ini. Acara pembinaan ini berakhir pada pukul 14.30 Wita dan ditutup oleh Made Warnaka, S.Pd., selaku ketua gugus VI Kecamatan Sukasada, Buleleng.

3.2 Pembahasan

Hasil pelaksanaan pembinaan bahasa dengan menggunakan metode analisis kesalahan berbahasa berbantuan media audiovisual dan kesalahan berbahasa yang lazim ditunjukkan oleh para guru dalam menganalisis permasalahan guru dalam berbahasa, sangat efektif digunakan dalam memperbaiki kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh para guru, peserta pembinaan bahasa. Corder (dalam Nurhadi, 1990:62) menyatakan bahwa semua orang yang belajar bahasa pasti tidak luput dari kesalahan dan kesalahan itu merupakan sumber inspirasi untuk menjadi benar. Pendapat Corder ini sekaligus memberikan penegasan bahwa salah satu hal yang dapat dijadikan bahan dalam pembinaan bahasa adalah kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh para guru. Kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh para guru dan langsung diketahui oleh guru yang bersangkutan, dapat digunakan oleh para guru sebagai umpan balik dalam memperbaiki kesalahan dan dalam penyempurnaan pengajaran bahasa. Namun dalam hal ini diperlukan pula teknik humor dalam menyampaikan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh guru agar para guru yang menjadi peserta pembinaan tidak merasa tersinggung.

Hasil kegiatan ini juga menyiratkan keterhubungan antara pengajaran bahasa dan pembinaan melalui model kesalahan berbahasa. Tarigan (1990:67) mengatakan bahwa hubungan keduanya ibarat air dengan ikan. Sebagaimana ikan hanya dapat

(17)

hidup dan berada di dalam air, begitu juga kesalahan berbahasa sering terjadi dalam pembelajaran bahasa. Para praktisi bahasa Indonesia sependapat bahwa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh kaum anutan (guru ataupun pejabat) mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat harus dikurangi dan dihapuskan.

Kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang didasarkan pada analisis kesalahan seseorang dalam berbahasa. Sudiara (2006) menyatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis dan konsisten. Kesalahan itu biasanya ditentukan berdasarkan kaidah atau aturan yang berlaku dalam bahasa yang sedang dipelajari. Jika kata atau kalimat yang digunakan oleh peserta pembinaan bahasa tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka peserta pembinaan bahasa dikatakan membuat kesalahan. Dalam kaitannya dengan pengertian analisis kesalahan, Crystal (dalam Pateda,1989:32) mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu model untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta pembinaan bahasa dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.

Tarigan (1990:68) juga mengatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu proses kerja yang digunakan oleh praktisi bahasa dengan langkah-langkah pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat di dalam data, penjelasan kesalahan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian taraf keseriusan kesalahan itu. Kesalahan berbahasa itu bisa disebabkan oleh kemampuan pemahaman peserta pembinaan bahasa. Artinya, peserta pembinaan bahasa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya harus dilakukan melalui pelatihan, praktik, dan penganalisisan kesalahan. Kesalahan akan berkurang bila tahap pemahamannya semakin baik. Di sinilah pentingnya menanamkan konsep bahasa Indonesia yang benar dalam benak peserta pelatihan pembinaan. Kemampuan menguasai bahasa secara baik dapat dilakukan dengan cara mempelajarinya, yaitu berlatih berulang-ulang dengan pembetulan di sana-sini. Proses pembelajaran ini

(18)

tentunya menggunakan media audio visual yang tepat agar dapat memperoleh hasil yang positif.

Penggunaan media audiovisual dengan menampilkan kesalahan berbahasa yang secara sistematis sering dilakukan menunjukkan bahwa media audiovisual mampu memadukan unsur visual dan audio, sehingga isi materi/pesan lebih mudah diserap oleh peserta pembinaan (Sadiman, 2008). Isi materi atau pesan lebih mudah diserap oleh peserta pembinaan karena mengaktifkan dua indera yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Kedua indra ini akan membentuk emosi dan pola pikir peserta pembinaan terhadap permasalahan kebahasaan yang ditampilkan. Temuan ini sesuai dengan pendapat Munadi (2008:116) yang menyatakan bahwa media audiovisual mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa berbahasa pada masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat. Permasalahan kebahasaan yang dianggap lazim mampu direduksikan pada suatu kenyataan bahwa yang dianggap lazim selama ini tidaklah selalu benar. Hasil penelitian ini sekaligus memudarkan anggapan bahwa media audiovisual hanya cocok digunakan untuk anak-anak. Media audiovisual sangat efektif digunakan dalam kegiatan pembinaan maupun pelatihan bagi para guru.

Metode analisis kesalahan berbahasa dengan menggunakan media audiovisual dan permasalahan bahasa sangat efektif digunakan dalam pembinaan bahasa. Dengan metode ini peserta pelatihan mengetahui kesalahan dan kekeliruannya saat berbicara dan dapat mengetahui cara memperbaikinya sekaligus dapat dengan jelas mengetahui bentuk kesalahan berbahasa yang dilakukan. Metode analisis kesalahan berbahasa dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menganalisis kesalahan berbahasa karena dengan metode ini peserta pembinaan mengetahui kekeliruan dan kesalahannya dalam menggunakan bahasa Indonesia secara benar, serta mengetahui cara memperbaikinya, sehingga kekeliruan dan kesalahan tersebut tidak terulang.

(19)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembinaan yang telah disajikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

4.1.1. Pembinaan bahasa Indonesia bagi guru-guru SD di wilayah gugus VI Kecamatan Sukasada diadakan selama lima hari bertempat di SD Negeri 4 Panji Anom. Peserta pelatihan berjumlah 27 orang yang merupakan guru-guru SD di wilayah gugus VI Kecamatan Sukasada. Narasumber dalam pelatihan ini, adalah Drs. I Nyoman Seloka Sudiara, M.Pd. Narasumber dalam pembinaan ini adalah tim dari kegiatan pembinaan ini. Pembinaan dilaksanakan selama lima hari dengan rincian materi untuk hari pertama disajikan materi tentang pembinaan dan analisis kesalahan pengucapan guru. Hari kedua dilanjutkan dengan paparan tentang penulisan kata sesuai kaidah kebahasaan. Sedangkan hari ketiga disajikan materi ketidaktepatan penggunaan kata. Hari keempat dilanjutkan dengan pembinaan tentang ketidakefektifan kalimat dalam bahasa Indonesia. Pada hari terakhir, peserta dibina secara menyeluruh kembali tentang materi-materi yang telah disajikan. Dalam memaparkan materi dan dalam kegiatan pembinaan cara menganalisis kesalahan berbahasa, peserta ditampilkan video rekaman cara berbahasa guru yang lazim tetapi cenderung tidak benar sesuai kaidah. Dalam setiap pelaksanaan pembinaan, peserta diberikan pula bimbingan dan analisis hasil. 4.1.2 Pembinaan ini telah mampu meningkatkan wawasan guru-guru tentang kaidah

bahasa Indonesia baku dan ragam kesalahan dalam bahasa Indonesia. Peningkatan wawasan ini membantu guru-guru dalam menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam proses belajar mengajar. Selain itu, pembinaan ini juga meningkatkatkan keterampilan guru-guru dalam menganalisis kesalahan pemakaian bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil analisis para guru terhadap beberapa kalimat yang tidak efektif dalam kegiatan pelatihan. Di samping hal tersebut, pembinaan ini juga telah meningkatkan sikap positif

(20)

guru-guru terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang diperlihatkan guru dalam cara bertutur dan bertanya saat pembinaan berlangsung.

4.2 Saran

Hasil pembinaan ini menunjukkan bahwa pembinaan bahasa yang telah dilaksanakan memberikan dampak positif terhadap peserta dalam memahami dan menggunakan bahasa Indonesia secara benar sesuai dengan kaidah kebahasaan. Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak di bawah ini.

4.2.1 Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan hendaknya mengupaya pengadaan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pembinaan bahasa Indonesia agar guru memiliki wawasan yang jelas tentang kaidah kebahasaan dan mampu melazimkan yang benar dalam bertutur.

4.2.2 Kepada para guru disarankan untuk proaktif membaca kaidah-kaidah kebahasaan dan berani tampil berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang benar.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. “River side estate atau perumahan pinggir kali” dalam Bahasa! kumpulan tulisan di Majalah Tempo. Jakarta: Pusat Data dan Analisis Tempo

Moeliono, Anton M. (pen.). 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru.

Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah.

Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009. 2110. Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan: EyD Terbaru. Yogyakarta: Pustaka Timur.

Purnamayani, Ni Made Desy. 2014. Analisis Kesalahan Bahasa Diskusi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Undiksha.

Sadiman, A.S., dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya Edisi Ke-12. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suandi, I Nengah. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Singaraja: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Udayana

Sudiara, I Nyoman Seloka. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Modul (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Tarigan, Djago. 1990. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa mampu menjelaskan manusia ditinjau dari aspek kesehatan baik secara fisik, mental dan sosial dengan memperhatikan etika dan hukum yang berlaku sebagai

Hasil dari penelitian ini adalah pengendalian internal pada sistem informasi akuntansi penggajian di BPS Provinsi DKI Jakarta sudah efektif sesuai dengan

Berdasarkan nilai pKa suatu senyawa seorang pharmacist dapat mengatur pH larutan yang akan dibuatnya untuk menjamin kelarutan maksimum senyawa tersebut di dalam air.. (bentuk

KEPALA DINAS KESEHATAN SAMPANG, 27

Analisis kejadian hujan ekstrem pada hasil pemodelan iklim skenario HadCM3 dengan skenario emisi B2 menunjukkan bahwa semua stasiun hujan memiliki kecenderungan

Adapun peserta yang kurang lebih berjumlah 24 orang berasal dari 12 propinsi (Sumatera Utara, Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Riau, Kalimantan Timur, Papua, Jawa Tengah, DIY, Bali,

Dilihat dari kategori tingkat konsumsi zat gizi, sebagian besar remaja vegetarian dan nonvegetarian berada pada kategori tingkat konsumsi zat gizi (energi, protein, kalsium,

• Pasien dengan efek samping berat atau serius dan pasien yang tidak menunjukkan perbaikan setelah penanganan efek samping ringan atau sedang harus segera