• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU SILAT PENGEJAR ANGIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILMU SILAT PENGEJAR ANGIN"

Copied!
325
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU SILAT PENGEJAR

ANGIN

Oleh : Siasa

"Api!Api! Tolong! Tolong! terdengar dua orang ber-lari2 sambil mulutnja tiada berhenti ber-teriak2 'Api! Tolong!'. Dan memanglah djauh dibelakang kedua orang itu, disebelah barat, diatas udara kelihatan asap jang ber-gulung2 dengan disertai lelatu api d sedikit sinar merah menerangi tempat disekeliling tempat terdjadinja kebakaran. Tjuma anehnja kedua orang jang tadi ber-teriak2 bukan mereka memberikan pertolongan, melainkan lari mendjauhi rumah jang tengah hebat dimakan api itu.

Djusteru pada waktu itu, seseorang jang berpakaian sebagai piauw-soe jang rupa2nja baru kembali dari mengantarkan piau, telah bersampokan dengan kedua orang jang tadi ber-teriak2. Orang tersebut, Lie Kie Pok namanja setelah mendengar teriakan kedua orang itu, tjepat2 menanjakan rumah siapakah jang

terbakar?

"Rumah Soen Liok Hok. Tjepat2lah! Tolonglah mereka bertiga saudara jang sekarang masih berada diatas loteng!" kedua orang itu memberikan keterangan sambil terus ber-lari2.

Mendengar keterangan ini, Lie Kie Pok, orang berpakaian piaw-soe tadi, mendjadi sangat kaget, kaget ia karena Soen Liok Hok adalah kawan karibnja, dan disamping itu iapun mendjadi

mendongkol akan sikap kedua orang itu. Iapun lalu ber-teriak2 memanggil kedua orang tersebut.

(2)

memadamkan api?"

"Djangan salah paham saudara! Api berkobar sangat besar, kami hendak memanggil kawan2," salah satu dari antara kedua orang itu memberikan djawabannja, agak gugup dia.

"Haraplah Thio Toa-ko menantikan sadja disana," menambahkan kawannja.

Mendapat panggilan 'Thio Toa-ko' ini Kie Pok mendjadi

tertjengang, namun sesaat kemudian karena mengira orang itu salat lihat, sebab pada waktu itu mereka bertiga djusteru

berhadapan ditempat gelap, serta mengingat ia perlu lekas2 memberikan pertolongan memadamkan api, Lie Kie Pok pun tidak berani menegur kedua orang itu. Maka tanpa bersangsi lagi, lekas2 ia mendjawab 'Baik' dan tjepat2 ber-lari2 ketempat dimana tertampak api sedang berkobar hebat.

Setibanja ia melihat diatas loteng dari rumah jang sedang hebat dimakan api benar2 tertampak dua orang perempuan jang tengah ber-teriak2 minta pertolongan pada orang banjak jang banjak berdiri ber-kelompok2 didepan rumah tersebut.

Tapi orang itu bukannja mereka tjoba memberikan pertolongan, melainkan tjuma ber-teriak2 sadja.

"Hajo, tolongi mereka! Tolongi mereka! Aduh! Api sudah men-djilat2 semakin dekat!"

Kelakukan mereka itu membuat Lie Kie Pok mendjadi

mendongkol. Djengkel ia melihat mereka tjuma ber-teriak2 sadja, menontoni kedua orang perempuan jang sedang terantjam

bahaja maut. Lie Kie Pok tjepat2 mendesak madju diantara orang banjak, serta tanpa banjak bitjara lagi segera menggunakan tipu Peng Pok Djie Siau atau Garuda Terbang Kekedua Lapis Langit, melajang keatas lankan dari loteng tersebut. Sebagian besar dari lankan itu sudah habis dimakan api. Dari tempat itu dengan melompati api jang tengah hebat ber-kobar2 iapun dapat

(3)

mendekati pada kedua orang perempuan jang sudah ketakutan setengah mati. Kedua orang perempuan itu mendjadi kegirangan ketika melihat ada orang mendatangi.

Lie Kie Pok tanpa menghiraukan akan adat istiadat jang melarang dua orang laki, perempuan bersentuhan sebelum kawin, iapun segera segera memanggul kedua orang perempuan itu, akan kemudian lekas2 dibawa lompat menuruni loteng dengan menggunakan Oh Tiap Tjoen Hoa.

Barulah setelah orang banjak jang berada dibawah loteng melihat Kie Pok sudah berhasil menolongi kedua perempuan itu, segera mereka pun ber-lomba2 berbondongan datang membantui si Piauw-soe untuk menjadarkan kedua perempuan malang itu jang tiba2 pingsan karena kegirangan.

"Diatas masih ada beberapa orang lagi jang harus ditolong, harap tuan2 sudi mendjaga kedua orang ini," kata Kie Pok sambil

membalikkan badan akan kembali lompat melajang keatas loteng. Teringat ia akan kawannja Soen Lio Hok, kawannja itu.

Namun walaupun hingga beberapa lama ia mentjari kawannja itu. Hasilnja sia-sia sadja. Ia tidak menemukan seorangpun jang perlu ditolong, sedang api telah berkobar disana-sini membakar apa sadja jang digulungnja dan telah membakar habis tangga loteng jang kemudian hampir menerus kepertengahan rumah.

"Ha! Sungguh Tjilaka sekali!" achir2nja ia mengelah napas. "Ternjata takdir telah mengharuskan Lio Hok harus binasa dibawahnja keganasan api."

Setelah berseorang diri ia berkata demikian, karena masih penasaran, lalu iapun menolak pintu kamar loteng tersebut jang sudah hampir separuhnja dimakan api. Tapi dikamar itu ia djuga tiada dapat menemukan orang barang sepotongpun jang harus ditolong, ketjuali majatnja seorang budjang wanita jang telah hangus akibat keganasannja sidjago merah.

(4)

Kemudian, karena berpikir tiada faedahnja untuk berdiam lama2 ditempat itu, terutama karena kumis, djenggot dan pakaiannja sudah ada jang hangus terbakar, maka dengan melompati api dan menerobos diantara asap jang tengah hebat mengulek serta ber-gulung2 iapun turun kebawah.

Waktu itu, ketika baru sadja sepasang kakinja sampai dimuka bumi, mendadak ia melihat dua orang laki2 setengah tua madju menghampiri sambil mengutjapkan terima kasih pada Kie Pok jang telah berhasil menolongi kedua djiwa ibu dan anak.

Sementara Kie Pok sendiri jang siang2 telah mengetahui kalau kedua orang laki2 setengah tua itu bukan lain adalah familinja kedua ibu dan anak jang malang itu, lalu membungkukkan badannja sambil membalas hormat :

"Untuk urusan ini tidak perlu kedua Lohoe utjapkan terima kasih," kata Kie Pok merendahkan diri. "Karena sudahlah mendjadi kewadjibannja setiap manusia untuk menolong sesamanja. Tjuma jang harus disajangkan, adalah Liok Hok Hian-tit jang harus menerima kematiannja dengan tjara demikian menjedihkan. Jah dia mati tanpa dapat diketahui dimana djasadnja..."

"He, aneh! Apakah tuan Lie tidak mengetahui kalau Liok Hok telah pergi ke Hoo-lam pada achir2 ini?" tanja satu diantara kedua orang setengah tua itu.

Lie Kie Pok gelengkan kepalanja sambil djawabnja : "Tidak! Apakah jang telah terdjadi sebenarnja?"

Kedua orang setengah tua tersebut jang ternjata masing2 bernama Kioe Seng Houw dan Kioe Boen kemudian

memberitahukan pada Kie Pok bahwa sedjak beberapa hari jang lalu hingga sekarang Soen Liok Hok belum kembali dari

kepergiannja ke Hoo-lam, hingga dengan demikian djiwa Liok Hok tidak kurang suatu apa, melainkan engko Piauw-nja sadja jang djusteru baru datang dari San-see telah mendapat

(5)

kebinasaan menggantikan Soen Liok Hok, adiknja jang masih berada di Sioe-tjioe. Hingga membuat Lie Kie Pok setelah mendengar keterangan tersebut mendjadi agak terhibur dan djuga kaget, sampai beberapa saat lamanja barulah ia dapat ber-kata2 : "Kalau begitu sukurlah, namun tolong sampaikan djuga hormat terachir saja kepada jang bertjelaka."

"Dan kepada kedua Dji-wie, oleh karena saja baru kembali dari utara, maka saja tidak mengetahui kalau Liok Hok Hian-tit sebenarnja tidak berada dirumah, saja mohon diberi maaf." Kemudian sesudah api telah dapat dipadamkan, dan orang2 jang mengalami ketjelakaan telah diangkut kerumah familinja jang bersangkutan untuk berobat, barulah Kie Pok minta diri kepada semua orang untuk balik pulang kerumahnja.

Untuk mengetahui siapa sebenarnja orang jang telah berhasil menolong orang dari bahaja ketambus api jang djuga kita sudah mengetahui kalau ia bernama Lie Kie Pok maka baiklah kita meneropong kembali dan mundur sedikit.

Ternjata memang ia adalah seorang Piauw-soe, seperti kita mengetahui dari pakaiannja jang ia pakai pada waktu terdjadinja kebakaran dirumah seorang sahabatnja. Ia adalah seorang jang berasal dari Hok-kian jang kini menetap di Sioe-tjioe. Karena ia kelahiran Hok-kian maka tidak heran kalau ia mengerti ilmu silat Siauw-lim jang hebat sekali. Sedang namanja sudah dapat menggetarkan seluruh dunia Kang-ouw terutama dikalangan Piauw-soe. Oleh karena dalam hidupnja ia selalu bersendjatakan sebatang golok besar, maka iapun memperoleh gelaran Song-to, si golok besar.

Pada waktu ia mentjapai usia 23 tahun, karena tertarik akan ketjantikannja puteri seorang hartawan kaja dan karena sang wanita djuga menjukainja. Iapun lalu bersama dengan perempuan itu jang ternjata bernama Song Boen Nio, memasuki djendjang

(6)

perkawinan.

Setelah dua tahun memasuki pintu perkawinan mereka berduapun oleh Tuhan jang maha adil dan kuasa kemudian dikurniai seorang putera jang mereka beri nama Lie Siang Tjoe. Sepuluh tahun kemudian setelah lahirnja Lie Siang Tjoe, putera mereka, mereka bertiga pun kemudian pindah ke Sioe-tjioe dari Hok-kian kota kelahiran mereka.

Di Sioe-tjioe Song-to Lie Kie Pok melandjuti hidupnja sebagai Piauw-soe pengantar barang, dan sampai mentjapai usia 40 tahun dalam usahanja itu ia belum pernah mendapat kegagalan dan tandingan. Sedangkan puteranja Siang Tjoe telah tumbuh mendjadi seorang anak jang tjakap serta bertabiat djudjur,

tjerdas, dan djuga sebagai anak, ia sangat berbakti kepada kedua orang tuanja. Hingga hal mana membuat Kie Pok, suami isteri mendjadi semakin menjajangi anak tunggal itu. Disamping

pekerdjaan Piauw-kioknja, iapun mendidik anaknja itu sedjak dari usia enam tahun pendidikan ilmu silat. Hingga dalam mentjapai usia 15 tahun itu, anak itu telah mewarisi tudjuh bagian dari kepandaiannja. Sedang Song-to Lie Kie Pok sendiri karena ia telah mendjadi seorang Piauw-soe dari banjak tahun, maka tidaklah mengherankan kalau namanja semakin hari, semakin membubung tinggi, baik dikalangan Kang-ouw maupun

dikalangan Piauw-soe. Namun disamping itu banjak djuga jang mendendam kepada dirinja.

Pada suatu hari, diwaktu hari mendjelang sore, tatkala Kie Pok baharu kembali dari mengantarkan Piauw diutara, setiba dikota Kee-hin dimana tinggal seorang sahabatnja jang bernama Soen Liok Hok, disebelah barat kota, ia melihat asap api kebakaran jang mengulek tinggi dengan disertai lelatu api jang berhamburan kesana kemari. Ia mendjadi terkedjut karena djurusan itu, adalah tempat dimana kawannja tinggal. Dengan segera tjepat2 iapun

(7)

ber-lari2 memburu ketempat tersebut untuk memberikan

pertolongan. Hingga achirnja kedjadian ia bersampokan dengan kedua orang jang telah salah memanggil ia dengan panggilan Thio Toa-ko, dan kemudian seperti kita sudah mengetahui Kie Pok telah berhasil menjelamatkan orang dari bahaja ketambus api.

Sekarang marilah kita kembali mengikuti sepak terdjang Kie Pok selanjut. Ia sesampainja dirumah, sesudah menjalin pakaian dan menaburkan obat bubuk keluaran Siauw-lim dikaki-tangannja serta tubuhnja jang melepuh akibat terbakar, lalu iapun tuturkan peristiwa jang ia telah alamkan barusan dihadapan anak-isterinja hingga membuat kedua anak dan ibu tersebut mendjadi kagum akan kerelaannja suami atau ajah tersebut dan bersedih akan kemalangan jang telah menimpah keluarga Soen itu. Haripun berdjalan pesat, tanpa terasa tiga puluh hari berlalu sudah sedjak peristiwa ia memberikan pertolongan pada kawannja, Soen Liok Hok. Ketika itu didaerah pegunungan Pat Kong San banjak terdapat serigala jang atjapkali mengganggu pada orang2 jang kebetulan lewat disitu, oleh karena itu guna kebaikannja orang banjak Song-to Lie Kie Pok lalu pergi kegunung tersebut, membasmi bersih seluruh kawanan binatang buas itu, hingga selandjutnja, orang2 jang melalui gunung itu tidak lagi mendapat gangguan2.

Kemudian atas permintaan jang sangat dari ber-bagai2

perkumpulan anak muda jang mengagumi akan keliehajannja Lie Kie Pok, karena tiada alasan untuk menolak, iapun lalu disamping Kie Pok Piauw-kiok membuka Kie Pok Boe-koan. Dan ketika warta itu telah tersiar luas jang kemudian setelah dapat didengar oleh pemuda2 dari lain kota, segera mereka pun meninggalkan kota kelahiran mereka itu menudju ke Sioe-tjioe jang kemudian didjadikan tempat tinggal mereka dan memasuki Kie Pok

(8)

Boe-koan untuk kemudian dibawah asuhan Song-to Lie Kie Pok mereka mempeladjari ilmu silat Siauw-lim. Hingga belum

berselang beberapa bulan, Song-to Lie Kie Pok dengan nama Kie Pok Boe-koan telah mendjadi semakin terkenal dari Sioe-tjioe sampai didelapan Propinsi jang berdampingan dengan Propinsi An-hwie dan Sioe-Tjioe.

Harus diketahui bahwa nama Kie Pok Boe-koan mendjadi terkenal oleh karena ia adalah seorang jang manis budi

pekertinja. Dalam memberikan peladjarannja ia tidak memandang bulu, dan tidak pernah mem-beda2kan, baik orang itu dari

tingkatan tinggi atau rendah. Maupun orang jang beladjar padanja itu asli orang Sioe-tjioe atau bukan. Malah dalam memberikan peladjarannja diberikan kepada siapa sadja jang sanggup mengikutinja. Ketjuali... tjuma ada ketjualinja, inilah tjatjad satu2nja... Diantara semua kepandaiannja jang dimiliki itu, ia masih memiliki suatu kepandaian simpanan. Kepandaian inilah jang membuat namanja sangat terkenal sebagai seorang djago jang tak pernah terkalahkan...

Ilmu simpanan itu, hebat luar biasa, serta dengan kepandaian simpanan ini, ia pernah bersumpah dihadapan gurunja, bahwa ketjuali kepada puteranja jang boleh tjuma dituruni lima belas djurus (djadi tidak semua), ia tidak akan menurunkan ilmu tersebut kepada siapa djuga. Serta pernah ia dengan

menggunakan ilmu simpanan ini, pada dua puluh tahun jang lalu berhasil membinasakan tiga orang Loo-tjian-pwee dari Tjeng Hong Paj.

Ilmu simpanan ini, jang sederhana gerakannja, serta tjuma terdiri dari delapanbelas djurus, aslinja sebenarnja bernama Tjap Pel Lo Hoan Ong. Tapi sebab dalam hidupnja ia selalu menggunakan sebuah golok besar, maka nama itu kemudian dirubahnja mendjadi Tjap Peh Lo Hoan To, atau delapan belas djurus ilmu

(9)

golok.

Demikianlah, walaupun pada murid2nja jang paling disajang, tak terketjuali ilmu simpanan tersebut tidak diturunkannja. Benar2 harus disajangkan hingga di Sioe-tjioe itu, selain ia sendiri dan puteranja Lie Siang Tjoe, jang tjuma mengerti limabelas djurus sadja tidak akan lagi terdapat orang ketiga jang memahami akan djurus2 Tjap Peh Lo Hoan To, hingga mereka tjuma dapat

mendengar (tidak melihat), bahwa Lie Kie Pok menurut kabar angin memiliki sematjam ilmu golok jang hebat luar biasa jang disebut Tjap Peh Lo Hoan To.

Demikianlah karena hal2 ini, dibelakang dari Song-to Lie Kie Pok akan mengalami suatu peristiwa jang akan menggemparkan seluruh dunia persilatan.

Pada suatu hari disebabkan ia harus pergi kedaerah barat mengirimkan barang2 Piauw, maka iapun lalu ber-siap2. Namun tiba2 entah disebabkan penjakit apa, ia tidak dapat berdjalan. Hingga terpaksa tugas itu ia wakilkan kepada puteranja jang kemudian pada hari itu djuga lantas berangkat. Sedang ia sendiri lantas memanggil seorang tabib.

Dua hari kemudian, karena ia belum sembuh benar dari sakitnja, iapun mengutus Beng Soe Hoo salah seorang muridnja jang paling ia sajang dan pertjajai, untuk menjelesaikan suatu urusan jang sangat penting.

Beng Soe Hoo jang ditugaskan oleh gurunja itu, setelah

menjelesaikan tugasnja, iapun lalu mampir disuatu rumah makan, diluar kota Sioe-tjioe untuk menangsal perut jang sudah

berkerujukan meminta makan. Dan kemudian baru akan melandjutkan perdjalanannja pulang ke Sioe-tjioe.

Sementara Beng Soe Hoo karena ia sudah seringkali bersantap dirumah makan itu apabila ia dalam perdjalanan pulang ke Sioe-tjioe, maka tidak heran kalau ia sudah kenal baik pemiliknja

(10)

rumah makan tersebut, siapapun mengetahui kalau Beng Soe Hoo itu adalah salah seorang muridnja Song-to Lie Kie Pok jang namanja sangat tenar dan dimalui. Karenanja, setelah pemilik rumah makan itu mengetahui kalau tamu jang baru datang itu adalah Soe Hoo dari Sioe-tjioe, lekas2 iapun keluar menjambut sendiri akan kemudian mempersilahkan pemuda itu untuk masuk dengan kelakuan jang sangat hormat.

"Sudah lama baru dapat melihat lagi, apakah selama ini Beng-ja tidak kurang suatu apa?" tanja pemilik rumah makan itu me-manis2kan muka, jang kemudian dibalas djuga dengan hormat oleh Beng Soe Hoo dan djuga menanjakan kesehatan pemilik rumah makan itu.

Djusteru itu, seorang pemuda lain jang djuga sedang bersantap dirumah makan itu, lalu mengangkat kepalanja memandangi seluruh anggota tubuh Beng Soe Hoo, dan achirnja ketika pemilik rumah makan itu menghampiri padanja, iapun menanjakan

siapakah pemuda jang ia sangat hormat itu.

Pemilik rumah makan itu lalu menerangkan, kalau pemuda jang baru datang itu adalah salah seorang anak muridnja Song-to Lie Kie Pok jang bernama Beng Soe Hoo.

Dengan keterangan ini kelihatannja pemuda itu kegirangan. "Ah, sungguh kebetulan sekali! Sudah lama memangnja aku sedang mentjari untuk dapat berguru pada Lie Kauw-soe. Sungguh kebenaran sekali kalau sekarang aku dapat bertemu dengan salah seorang muridnja. Hingga demikian aku boleh minta pertolongannja agar dapat menghadap pada Lie Kauw-soe," demikian pemuda itu seorang diri ber-kata2.

"Tjuma apakah tuan sudi memperkenalkan saja dengan Beng Toa-ko itu?" bertanja pemuda itu pada si pemilik rumah makan. Sementara itu Beng Soe Hoo jang siang2 telah mendengar pembitjaraan kedua orang orang itu, lalu berbangkit dari tempat

(11)

duduknja akan kemudian menghampiri pemuda tersebut. Dengan hormat iapun lalu menanjakan maksud, she dan nama pemuda itu.

Pemuda tersebut ketika melihat kelakuan Beng Soe Hoo sedemikian manis budi dan sopan, maka tjepat2 iapun angkat kedua tangannja akan kemudian membalas hormat orang, katanja :

"Siauw-tee berasal dari Hoo-lam, nama Boen Kauw she Lian. Sudah lama memangnja Siauw-tee mengagumi gurumu, dan sudah lama sekali Siauw-tee mengingini untuk dapat berguru kepadanja, namun sampai sekarang, maksud Saiuw-tee ini belum djuga kesampaian, maka kebetulan sekali hari ini, kita disini dapat bertemu satu dengan lain, dan apabila Toa-ko tidak berkeberatan maka aku mohon pertolongan Toa-ko untuk antar aku bertemu pada Lie Kauw-soe, dan sudi djuga djadi orang perantara agar aku dapat diterima mendjadi muridnja. Untuk kesediaan Toa-ko nanti sebelumnja aku mengutjapkan banjak2 terima kasih. Beng Soe Hoo jang memangnja djuteru hendak kembali ke Sioe-tjioe dengan segera iapun meluluskan permintaan pemuda Hoo-lam itu jang mengaku bernama Lian Boen Kauw.

Demikianlah setelah selesai bersantap akan kemudian

membajarnja, ber-sama2 mereka pun berpamitan dengan pemilik rumah makan dan terus tjemplak kudanja masing2 untuk lantas dimeratkan ke Sioe-tjioe.

Setiga dikota tudjuannja, Soe Hoo segera membawa Boen Kauw menghadap pada gurunja, Song-to Lie Kie Pok, dengan siapa murid itu menerangkan maksud kedatangan pemuda dari Hoo-lam itu.

Song-to Lie Kie Pok si golok besar, jang ketika itu sudah sembuh dari sakitnja, setelah mendengar penuturan muridnja itu, lantas tertawa ber-gelak2 sambil kemudian berkata kepada Boen Kauw

(12)

si pemuda dari Hoo-lam. "Loo-hoe disini sebenarnja tjuma mempunjai nama kosong, maka keliru sekali kalau Lian-heng mengira kalau aku memiliki kepandaian jang demikian tinggi seperti jang Lian-heng duga. Karena itu aku kuatirkan kalau nanti dibelakang hari Lian-heng mendjadi menjesal apabila berguru pada Loo-hoe sekarang, maka menurut pendapatku sebaiknjalah kalau saudara mentjari sadja guru lain jang benar2 memiliki ilmu tinggi."

Demikianlah Song-to Lie Kie Pok dengan merendahkan diri iapun setjara halus menolak permintaan si pemuda jang mengaku bernama Lian Boen Kauw.

Tapi, karena pemuda dari Hoo-lam itu meminta dengan sangat, terutama Soe Hoo membantu permohonan pemuda itu, achirnja Kie Pok karena tidak mempunjai alasan lain lagi, apa boleh buat telah meluluskan djuga.

Sementara pemuda itu setelah mendengar permohonannja diluluskan, lalu iapun menghaturkan terima kasih. Lalu iapun memohon diri, untuk kemudian lekas2 pergi membeli hio dan lilin, guna melakukan sembahjang pada langit dan bumi, bersumpah bahwa ia telah mengangkat guru kepada Lie Kie Pok.

Kemudian barulah ia pergi menemukan lain2 pemuda jang sekarang telah mendjadi Soe-heng2nja. Demikianlah sedjak hari itu, Lian Boen Kauw telah mendjadi salah seorang murid dari Kie Pok Boe-koan dimana ber-sama2 dengan lebih kurang tiga puluh pemuda2 lain beladjar silat dibawah pimpinannja Lie Kie Pok. Haripun berdjalan dengan pesatnja, hingga tanpa terasa sebulan telah berlalu sedjak masuknja Lian Boen Kauw keperguruan Kie Pok boe-koan...

Ternjata Lian Boen Kauw jang walaupun telah mentjapai usia 29 tahun, ia sangat radjin dan memiliki ketjerdasan otak jang luar biasa. Lebih2 lagi karena sebelumnja memasuki Kie Pok

(13)

Boe-koan menurut katanja ia sudah mengerti 'sedikit2' ilmu silat. Demikianlah walaupun merupakan 'anak baru', ia telah berhasil mengalahkan semua Soe-heng2nja. Jang telah lebih dahulu beladjar. Disamping itu djuga ia sangat menaruh perhatian pada Lie Kie Pok, gurunja.

Ia djuga pandai bergaul dengan kawan2 seperguruannja serta belum pernah meng-agul2kan kepandaiannja hingga ia sangat disukai Soe-heng2nja.

Namun walaupun demikian, sikap Lie Kie Pok terhadap Lian Boen Kauw ini sangat dingin, dingin bagaikan es, hingga membuat Beng Soe Hoo jang menjadari akan sikap dingin gurunja kepada Lian Boen Kauw itu, mendjadi tidak habis pikir. Sering2 ia tjoba menanjakan akan sikap gandjil gurunja ini. Namun ia tjuma memperoleh djawaban jang berupa senjuman sadja tanpa mau menerangkan akan sebab2nja.

Sedangkan dilain pihak Lian Boen Kauw jang mendapat

perlakuan sedemikian rupa, bukan sadja ia mendjadi gusar atau sakit hati, malah sebaliknja ia mendjadi semakin radjin, dan sikapnja terhadap gurunja semakin mendjadi menghormat. Serta apabila ia sedang kebenaran keluar rumah, atjap kali ia membeli arak jang baik atau barang makanan jang lezat untuk dihaturkan kepada gurunja Lie Kie Pok.

Tapi Song-to Lie Kie Pok jang mendapat perlakuan demikian rupa, samak sekali tidak memperdulikannja dan sama sekali tidak merubah sikapnja.

Sementara itu, perhubungan antara Lian Boen Kauw dan Soe Hoo semakin hari semakin rapat. Mereka mendjadi sahabat jang sangat karib, karena setiap Boen Kauw melihat tjara bersilatnja Soe Hoo ada salah tidak menuruti betul tjara2 seperti jang diadjarkan oleh guru mereka, iapun dengan segera

(14)

Pada suatu hari, ketika mereka kebetulan tengah membitjarakan perihal ilmu jang baru mereka peladjarkan, Lian Boen Kauw bertanja kepada Soe Hoo : "Sudah lama aku dengar, bahwa Soe-hoe katanja masih memiliki suatu ilmu simpanan jang disebut Tjap Peh Lo Hoan To, tjuma aku masih sangsikan, apakah kabar ini benar atau tidak. Apakah Toa-hia djuga mengetahuinja?" Mendapat pertanjaan ini Beng Soe Hoo jang memang sudah mengetahui kalau gurunja itu masih mempunjai suatu ilmu jang luar biasa dengan segera mendjawab pertanjaan orang :

"Jah memang. Aku djuga pernah dengar."

"Oh kalau begitu, bersediakah Toa-hia menanjakan Soe-hoe tjara2nja Tjap Peh Lo Hoan To didjalankan? Sedang aku sendiri tidak berani karena Soe-hoe selalu mentjurigai aku," kata pula si-pemuda Hoo-lam sambil melirik.

Setelah mendengar permohonan ini, Beng Soe Hoo segera pun menjanggupi tanpa menanjakan melit2 lagi. Sambil berbangkit dari tempat duduknja lantas iapun hendak menanjakan soal ini kepada gurunja, tapi Lian Boen Kauw lekas2 mentjegahnja sambil berkata : "Sabar Toa-hia, djangan ter-gesa2. Sesungguhnjalah Soe-hoe sangatlah mentjurigai aku, maka kalau kau menanjakan hal itu setjara demikian tentulah iapun mengetahui kalau soal ini berasal dari aku. Dengan demikian, sebaliknja ia mau

mendjelaskan kepadamu, pun maksud kita akan pertjuma sadja," sambil berkata demikian iapun segera mendekati mulutnja

kekuping Soe Hoo, sang kawan, ia ber-bisik2 : "maka menurut pendapatku tjara jang paling baik, jang harus kita lakukan ialah, per-tama2, ber-sama2 kita harus mengumpulkan sedikit uang untuk pembeli arak dan sajuran jang baik, jang nanti kita sediakan pada waktu Soe-hoe merajakan hari ulang tahunnja lusa. Dan nanti kalau sudah tiba waktunja. Apabila Soe-hoe sudah dalam keadaan sinting, kita pura2 minta kesediaannja untuk memainkan

(15)

ilmu jang hebat itu. Aku kira inilah djalan jang paling baik, aku jakin tipu ini akan berhasil baik. Tjuma apakah Toa-hia suka melakukannja atau tidak?"

"Tentu sadja, akan kulakukan," kata Soe Hoo tak dipikir pandjang lagi. "Apabila hal ini ada baiknja bagi kawan2 jang lain." Tak terpikir olehnja akan akibatnja.

Setelah bersepakat, mereka berduapun lalu pergi menemukan kawan2 seperguruan mereka, akan kemudian pada kawan2nja itu, mereka tjeritakan apa jang mereka nanti akan lakukan pada hari ulang tahunnja guru mereka. Ternjata kawan2 itu merasa tidak berkeberatan, karena mereka djuga ingin sekali melihat permainan ilmu silat jang dirahasiakan itu. Tanpa terpikir oleh mereka, kalau kawan mereka itu, Lian Boen Kauw mempunjai maksud jang tertentu.

Demikianlah dalam tempo tjuma setengah hari, mereka sudah berhasil mengumpulkan sedjumlah uang. Sore itu djuga mereka pun membeli barang2 jang diperlukan.

Tjepat sekali dua haripun telah berlalu, pada hari itu rumah keluarga Lie telah ramai dengan sekalian murid2 Kie Pok Boe-koan jang pada hari itu tengah merajakan hari ulang tahun. Hari ulang tahun itu dirajakan setjara sederhana sadja, tidak diadakan penjebaran surat undangan.

Sementara itu, diruangan tengah Lie Kie Pok jang melihat murid2nja demikian menaruh perhatian kepadanja, ia mendjadi sangat gembira. Ia tidak menjadari dan tidak pernah bermimpi kalau sebenarnja ia tengah diperdajakan oleh murid jang ia tjurigakan. Dia minum se-puas2nja.

Ketika itu, setelah pesta makan minum itu telah berdjalan

beberapa lama, tibalah saat jang di-tunggu2. Demikianlah Lie Kie Pok jang kini sudah mendjadi sinting karena terlampau banjak menenggak air kata2, berada di-tengah2, dikelilingi oleh sekalian

(16)

murid2nja.

Sementara itu Lian Boen Kauw jang duduknja ditempat terdepan, setelah melihat saatnja sudah tiba, lalu mengedipkan matanja mengisjaratkan pada Beng Soe Hoo untuk segera mendjalankan tipu muslihatnja. Dengan segera Beng Soe Hoo madju kemuka menghampiri gurunja, sambil berlutut iapun berkata : "Kami semua sebenarnja, kalau bukan pada hari lahir Soe-hoe ini, tidak akan berani mengadjukan permintaan ini.." hatinja berdebaran keras.

"....tapi karena sebagaimana Tee-tjoe telah katakan tadi, hari ini adalah hari baik bulan baik. Maka kami mohon agar Soe-hoe tidak berkeberatan untuk mempertundjukkan... mempertun...." "Mempertundjukkan apakah?!" membentak Kie Pok jang benar2 telah sinting.

"... anu... tidak berkeberatan untuk mempertundjukkan suatu ilmu jang selama ini belum Soe-hoe turunkan pada Tee-tjoe semua, seperti Tiap... Tjap..."

"Ha! ha! ha! sudah, sudah... aku djuga sudah menebaknja," demikianlah, akibat hebat bekerdjanja ratjun alkohol. Lie Kie Pok telah mendjadi lupa daratan. Lupa kalau sebenarnja ia adalah seorang guru silat jang kenamaan, jang sebenarnja

berkewadjiban menasehatkan murid2nja untuk mendjauhi segala minuman2 keras.

"Bukankah itu Tjap Peh Lo Hoan To?" ia menegasi.

Melihat tingkah laku sang guru jang benar2 sudah lupa daratan, dan dari gerakannja seperti orang jang hendak bersilat

merekapun mendjadi kegirangan sekali. Terutama pemuda jang mengaku bernama Lian Boen Kauw, telah memasang mata benar2.

"Memanglah benar, kalau orang2 banjak mengatakan, bahwa pada djaman ini, Tjap Peh Lo Hoan To telah lenjap dari muka

(17)

bumi. Karena, meski ilmu ini aku pahami sekarang, kalau dibandingkan dengan jang pertama kali disiarkan oleh Tat Mo Sian Soe sendiri, boleh dikatakan ilmu silat Lo Hoan Koen jang sekarang, baik pun mengenai keliehajannja ataupun

keindahannja masih kalah djauh." Demikianlah dibawah pengaruh arak, Song-to Lie Kie Pok mulai pembitjaraannja.

"Tapi, walaupun benar ilmu silat Lo Hoan Koen jang dulu dan sekarang terpaut sangat jauh, toh orang tidak boleh memandang ringan pada ilmu jang ada padaku sekarang ini, terutama karena Lo Hoan Koen ini merupakan pokok dari tjabang Siauw-lim." Setelah ber-kata2 itu, kemudian iapun mengeringkan empat tjangkir arak, hingga benar2 ia sudah dibawah pengaruh air kata2.

"Kalau demikian, ternjata anggapan2 orang jang mengatakan kalau Lo Hoan Koen jang sekarang hanja tinggal kulitnja sadja, tidak benar?" njelutuk Lian Boen Kauw jang melihat tipunja telah hampir berhasil.

"Tjuma kami semuanja belum pernah melihat bagaimanakah sebenarnja djalan2nja ilmu pukulan jang demikian tersohor itu? Maka apabila Soe-hoe tidak berkeberatan, sudikah Soe-hoe perlihatkan sedikit pada murid sekalian?"

Sementara Song-to Lie Kie Pok jang telah kena dipengaruhi oleh air kata2, tanpa berpikir pandjang lagi segera berkata sambil tertawa : "Oh, djadi kalian ingin mengetahuinja? Baik, baik untuk menambahkan pengertian kalian, aku akan perlihatkan pada kalian kedelapan belas djalan ilmu tersebut. Tjuma, tjuma..." "Tjuma apa Soe-hoe," tanja sekalian murid2nja jang berada disekelilingnnja dengan hati ber-debar2.

"Tjuma sajang puteraku tiada ada bersama kalian, hingga ia tidak dapat menjaksikan ketiga djurus jang terachir jang belum aku terangkan padanja," ia pun tjelingukan.

(18)

"Hei! Siang Tjoe! Siang Tjoe!" demikianlah karena pengaruh air kata2 jang bekerdja hebat, ia mendjadi semakin lupa daratan. Ia lupa kalau puteranja itu tengah mewakilkan ia mengantarkan Piauw kedaerah barat sedjak dua bulan jang lalu...

"Hai! Murid2ku sekalian! Apakah puteraku belum kembali?" ia ber-teriak2.

"Belum Soe-hoe, puteramu belum kembali," sekalian murid2nja menerangkan.

"Tapi Soe-hoe, toh jang tiga djurus itu boleh diterangkan sadja nanti kalau ia sudah pulang!" njelutuk Boen Kauw jang sudah tidak sabar.

"Jah, baik, baik. Perhatikanlah!"

Setelah berkata demikian, Song-to Lie Kie Pok segera

menanggalkan badju luarnja akan terus tanpa menjadari mara bahaja jang akan mengantjam dirinja nanti, lantas menggerakkan tangannja, bersilat menuruti djurus2 Tjap Peh Lo Hoan To.

Sungguh Tjap Peh Lo Hoan To itu bukanlah nama kosong belaka, ilmu ini jang walaupun tjuma terdiri dari delapan belas djurus sadja tapi mempunjai banjak pertjabangan.

Sederhana sadja gerakan2nja, tidak sulit untuk dipahami, tjuma dibalik itu, dibalik gerakan2 jang tampaknja sederhana itu tersembunji suatu tenaga jang luar biasa serta banjak pertjabangan2nja. Dan jang mejakinkannja harus memiliki kegesitan tubuh jang se-gesit2nja. Demikianlah di-tengah2 ruangan itu dalam keadaan lupa daratan Song-to Lie Kie Pok telah memperlihatkan Tjap Peh Lo Hoan To jang menurut sumpahnja tidak boleh sembarangan dipertundjukkan.

Sekalian murid2nja mendjadi sangat kagum dan me-mudji2 akan kehebatannja hingga Lie Kie Pok jang tengah mendjalankannja, setelah mendengar dirinja di-pudji2 serta dikagumi oleh

(19)

sampai achir tanpa satu djuruspun jang dilewatkan. Tengah sekalian murid2 Kie Pok Boe-koan tenggelam dalam lautan kekaguman, adalah tjuma Lian Boen Kauw si-pemuda dari Hoo-lam jang memiliki ketjerdasan otak luar biasa duduk mendjublek memperhatikan benar2 setiap gerakan dari kedelapan belas djurus Tjap Peh Lo Hoan To jang ketika itu didjalankan dengan bertangan kosong.

Diam2 Lian Boen Kauw mengutjap sukur, berseorang diri tanpa mengeluarkan suara iapun ber-kata2: "Ajah, kau harus

menghaturkan terima kasihmu kepada Tuhan jang maha adil, jang telah memberikan djalan kepada puteramu ini hingga dapat benar2 memahami seluruh djurus2 dari Tjap Peh Lo Hoan To, ilmu jang sangat kau takuti ini."

Sementara itu Lie Kie Pok setelah selesai mendjalankan seluruh djurus2 ilmu silat simpanannja itu, segera iapun balik kembali ketempat duduknja semula, dengan paras muka tidak berubah, demikian djuga tanpa napas ter-sengal2.

Disaat itu djuga, Lian Boen Kauw lalu mengambil tiga tjawan penuh berisi arak, dihaturkannja kepada gurunja, jang kemudian dikeringkannja.

Sampai hari sudah djauh malam, barulah makan minum itu berachir.

Untuk kekagetannja Song-to Lie Kie Pok, mendadak dihari esoknja pagi2, Lian Boen Kauw, si-pemuda jang selama ini ia tjurigakan, telah menghilang entah kemana. Dan setelah di-tunggu2 sampai dua hari pemuda itu belum djuga kembali2 barulah Lie Kie Pok menjadari kalau sebenarnja ia sudah tertipu. Tanpa terasa lagi iapun segera mem-banting2 kakinja sambil kemudian menggebrak medja, mukanja djuga segera memerah bahna menahan gusar : "Aku sudah kena tertipu! Aku tertipu!" ia ber-teriak2 seperti seorang gila.

(20)

"Tapi siapakah sebenarnja pemuda itu?" iapun me-mikir2, meng-ingat2 akan bentuk wadjah orang. Sungguh harus dikasihani orang tua itu, sudah tentu ia tidak dapat mengetahui dan tidak dapat mengingat siapa sebenarnja pemuda itu. Ia tentu tidak mengetahui kalau sebenarnja pemuda itu adalah putera salah seorang dari ketiga Tjian-pwee jang pada kira2 dua puluh tahun jang lalu ia hantjur binasakan.

Achirnja karena benar2 tidak dapat memetjahkannja, iapun segera ber-teriak2 memanggil seorang pegawai, jang disuruh mentjari Beng Soe Hoo. Saat kemudian setelah Soe Hoo sudah menghadap iapun segera mendamprat habis2an.

"Hm! Bagus betul perbuatanmu,mengapa kau bawa2 badjingan itu?" ia tumpahkan segala kemarahannja atas diri murid jang ia sajangi itu.

"Setelah ia berani loloh aku sampai mabuk. Ia berani djuga tjuri kedelapan belas djurus ilmu simpananku, sekarang dengan enak sadja kau biarkan ia pergi dari sini?"

"Ah, bagaimana mentjurinja Soe-hoe?" tanja Soe Hoo jang mendjadi ter-heran2 ketika mendengar Soe-hoe-nja mengatakan demikian.

"Ha! Sungguh goblok! Sungguh tak mempunjai pikiran! Apakah kau tidak mengetahui kalau badjingan itu mempunjai ketjerdasan otak seratus kali lipat dari kamu?"

Mendapat tjatjian ini, barulah Beng Soe Hoo tersadar, baru ia mengetahui kalau sebenarnja ia sudah ditipu oleh kawan jang ia anggap saudara itu.

"Dulu pun aku sudah hendak menolak permohonannja, tapi apa mau, kau sudah membantu dia membudjuki aku untuk menerima ia, sekarang sesudahnja terdjadi hal ini, apakah kau dapat

berdiam diri sadja? Kau harus tanggung akibatnja!"

(21)

gusar kepadanja, lekas2 iapun berlutut dengan badan

bergemetaran. "Sebenarnja aku tidak pernah mengira, walau bermimpi pun, kalau pemuda itu bukan manusia baik2. Karena sebagaimana Soe-hoe sendiri tentu mengetahuinja, sekian lama ia berdiam disini, belum pernah sekalipun ia berbuat sesuatu jang mentjurigai, hingga selama ini Tee-tjoe benar2 pertjaja

kepadanja. Maka kalau sampai Soe-hoe mengalamkan kedjadian jang tidak enak ini, ini memang adalah akibat dari ketjerobohan Tee-tjoe jang telah berani lantjang2 memasuki ratjun itu ketempat ini. Dan oleh karena itu Tee-tjoe bersedia menanggung segala akibatnja. Tee-tjoe akan mentjari padanja sampai dapat, dan kalau perlu, untuk menebus dosa Tee-tjoe, Tee-tjoe rela mengorbankan djiwa Tee-tjoe."

Song-to Lie Kie Pok setelah mendengar penjesalan muridnja dan djuga karena menimbang Beng Soe Hoo tidak dapat terlalu disalahkan, segera iapun sambil mengelah napas berkata lagi : "Jah sudahlah, sedjak ia baru pertama kali datang kemari djuga, aku sudah mengira kalau badjingan itu bukanlah manusia baik2," orang tua itu mem-banting2 kakinja. "Tapi untuk dapat

membuktikan penglihatanku itu, maka apa boleh buat dia aku terima. Tapi siapa njana, ternjata dugaanku itu sedikit djuga tidak meleset." Dan sesudah ber-kata2 sampai disini, kedjengkelanja nampaknja semakin ber-tambah2. Iapun ber-ulang2 mengelah napas. Kembali otaknja dikerdjakan, namun ia belum dapat memetjahkannja djuga, murid atau putera siapakah pemuda jang mengaku bernama Lian Boen Kauw itu.

"Jah, apa mau dikata..." ia melandjuti. "Manusia punja bisa, Tuhan-lah jang berkuasa. Memang takdir. Tanpa terelakkan dan kusadari, aku telah melanggar sumpahku... huhh... huh... huh..." demikianlah karena tak terkendalikan lagi, iapun sudah berlutut menangis ter-sedu2. Sedang Beng Soe Hoo, tjuma mengawasi

(22)

sadja mendjublek.

"Soe-hoe," dengan masih berlutut Song-to Lie Kie Pok meng-isak2.

"Karena Tee-tjoe telah melanggar sumpahku, Tee-tjoe bersedia untuk mendjalani hukuman apapun," demikian Song-to Lie Kie Pok me-ratap2.

Beng Soe Hoo ketika melihat kelakuan gurunja mendjadi sedemikian rupa, tanpa terasa lagi iapun mendjadi sedih dan achirnja ikut2an menangis meng-gerung2. Hingga membuat ruang tempat beladjar silat itu, bukannja ramai dengan orang jang beladjar silat, melainkan ramai dengan suara tangisan dari dua orang itu, guru dan murid. Membuat semua orang jang berada disitu, baik pegawai maupun semua murid2 dari Kie Pok boe-koan mendjadi sibuk menghiburi kedua orang jang menangis itu. Sampai disini kita tinggalkan dulu segala kesibukan2 jang tengah dilakukan oleh seluruh anggota Kie Pok Boe-koan dalam

usahanja untuk menghiburi kedua guru dan murid itu. Sekarang marilah kita mengikuti segala gerak-gerik jang dilakukan si-pemuda dari Hoo-lam jang mengaku Lian Boen Kauw itu.

Dan sebelumnja haruslah kita mengetahui dulu siapa ia sebenarnja.

Seperti kita sudah mengetahuinja, bahwa pada kira2 dua puluh tahun jang lalu, Song-to Lie Kie Pok pernah melakukan

pertempuran dengan tiga orang Tjian-pwee jang rata2 sudah mentjapai usia lima puluh tahun. Harus diketahui, bahwa ketiga Tjian-pwee itu sebenarnja adalah tiga ketua utama dari partai Tjeng Hong Paj. Mereka bertiga sebenarnja memiliki kepandaian tunggal jang luar biasa.

Karena hasutan dari salah seorang murid mereka, mereka bertiga kena dibakar, dan kedjadian kemudian mereka turun gunung

(23)

untuk mengukur tenaga dengan Song-to Lie Kie Pok. Ketika Song-to Lie Kie Pok aru sadja empat bulan keluar dari rumah perguruan di Siong-san, dan ia baru memasuki usia dua puluh lebih. Namun ia adalah murid turunan langsung dari Beng Beng Sian-soe ketua Siauw-lim Paj jang kepandaiannja luar biasa hebat.

Demikianlah dengan menggunakan tjuma delapan djurus sadja dari Tjap Peh Lo Hoan To, ia telah berhasil

menghantjur-binasakan ketiga Tjian-pwee itu.

Kedjadian ini sudah sangat lama berlalu, hingga Lie Kie Pok sudah melupakannja, dan ia tidak menjadari kalau salah seorang dari ketiga Tjian-pwee jang bernama Ong Go Lo-tjouw,

mempunjai seorang putera jang baru berusia 8 tahun. Dan anak ini adalah jang sekarang kita kenal sebagai Lian Boen Kauw jang sebenarnja bernama Ong Kauw Lian.

Ong Kauw Lian walaupun ketika itu baharu berusia delapan tahun, tapi ia telah memiliki pikiran jang menjamai otak orang dewasa. Demikianlah tahun itu djuga iapun pergi meninggalkan kampung halamannja, mentjari orang jang telah membunuh ajahnja. Setelah merantau selama dua tahun, ketika ia tengah melakukan perdjalanannja ke Ouw-pak ia telah ditemukan oleh Soe-tee kelima dari Ong Go Lo-tjouw, ajah Ong Kauw Lian, Kim Bin Ho Lie An Hwie Tjian. Si-rase muka emas An Hwie Tjian mengetahui kalau kepandaiannja masih kalah setingkat djika dibandingkan dengan Soe-hengnja dan djuga ia memaklumi kalau akibat dari kematian Soe-heng2nja itu adalah karena ketjerobohan dari mereka sendiri, hingga benar2 dia tidak berdaja.

Djusteru pada suatu hari, ketika tengah melakukan perdjalannnja ke Ouw-lam dan melalui Ouw-pak ia telah menemukan putera Soe-hengnja itu. Anak itu kemudian dibawanja ke Tjeng Hong

(24)

San.

Kepada putera Soe-hengnja itu, ketika anak ini telah mentjapai usia 23 tahun, kepandaiannja telah seluruhnja diturunkan, baik Gin-kang, Lwee-kang ataupun Gwa-kang. Kemudian ia pun menerangkan bahwa jang telah membunuh ajahnja itu adalah murid kepala dari Beng Beng Hoat-soe jang bernama Lie Kie Pok. Ia menerangkan djuga bahwa kematian ajah dan kedua

pamannja itu, disebabkan kehebatannja Tjap Peh Lo Hoan To-nja Song-to Lie Kie Pok. Laluia mengandjurkan djuga pada

keponakannja itu, untuk menguasai dulu kedelapan belas djurus Tjap Peh Lo Hoan To kalau hendak mengalahkan Lie Kie Pok di Sioe-tjioe.

Demikianlah setjara kebenaran Ong Kauw Lian bertemu dengan salah seorang muridnja Lie Kie Pok, jang bernama Beng Soe Hoo. Kemudian dari Beng Soe Hoo ini dengan berlagak sebagai seorang jang baru 'sedikit2' mengerti ilmu silat, ia berhasil

memasuki Kie Pok Boe-koan.

Ong Kauw Lian jang ketika memakai nama palsu Lian Boen Kauw dengan sabar ia berusaha untuk dapat memiliki kedelapan belas djurus tlht. Hingga kedjadian dengan menggunakan tipu muslihat jang sudah disaringnja matang2 ia berhasil 'mentjuri' semua djurus dari Tjap Peh Lo Hoan To tanpa sedjurus pun jang luput. Seperti sudah kita mengetahui, setelah berhasil 'mentjuri' seluruh djurus2 dari Tjap Peh Lo Hoan To keesokannja iapun telah menghilang dari rumah perguruan Kie Pok Boe-koan. Dengan segera iapun langsung pergi ke Tjeng Hong San untuk mejakini selandjutnja kedelapan belas djurus dari Tjap Peh Lo Hoan To. Ketika ia tiba, keadaan Tjeng Hong San sangat sunji karena pada sepuluh hari jang lalu, untuk sedikitnja setengah tahun penghuni dari gunung itu, jakni, Kim Bin Ho An Hwie Tjian sedang turun gunung untuk mentjari bahan obat2an, bersama puterinja.

(25)

Demikianlah, berseorang diri sadja, sedjak hari itu Ong Kauw Lian mejakini benar2 semua djuru2 Tjap Peh Lo Hoan To. Ia

mempunjai otak jang luar biasa tjerdasnja, serta mempunjai pikiran jang benar2 terbuka, luas angan2nja ditambah pula, ia telah memiliki sempurna ilmut silat Tjeng Hong Paj hingga dalam tempo tjuma dua bulan dia telah berhasil merubah Tjap Peh Lo Hoan To mendjadi Sha Tjap Lak Lo Hoan To, dan sebulan

kemudian Sha Tjap Lak Lo Hoan To telah dirubahnja sama sekali dengan ditambahi djurus2 jang paling liehaj dari silat kaumnja jakni, Tjeng Hong Paj. Ia telah berhasil menggubah suatu bentuk ilmu silat pedang jang kemudian dinamainja Tjeng Hong Kiam Hoat jang terdiri dari seratus delapan djalan. Dan... sungguh luar biasa, kehebatan dari Tjeng Hong Kiam Hoat ini, seratus kali lipat dari ilmu golok Tjap Peh Lo Hoan To.

Pada suatu hari, setelah empat bulan ia mejakinkan diri di Tjeng Hong San, setelah puas ia mengulangi... mengulangi.. dan mengulangi lagi seluruh djurus2 Tjeng Hong Kiam Hoat sampai benar2 matang, diputuskanlah tanpa menantikan pamannja pulang iapun segera menuruni gunung guna mewudjudkan tjita2nja.

Setelah melakukan perdjalanan dua hari dua malam, dengan mempergunakan Gin-kangnja jang memangnja sudah sampai dipuntjaknja kesempurnaan, achirnja sampailah ia di Sioe-tjoe, kota dimana musuhnja jang pernah mendjadi gurunja tinggal. Ketika itu, tengah ia berada dalam perdjalanannja jang menudju kegedung Kie Pok Boe-koan di Sioe-tjioe, tiba2 dari sebelah belakang ia merasakan beberapa benda jang memantjarkan hawa dingin mengantjam dirinja dari tiga djurusan, jakni atas tengah dan bawah, diiringi dengan suatu bentakan jang suaranja telah ia kenal baik.

(26)

sendjata rahasia jang biasa digunakan oleh kebanjakan orang, jakni Hoei-piauw atau Piauw terbang. Tjepat luar biasa iapun membalikkan badannja menggunakan djurus Poan Liong Djiauw Po atau naga bertindak dari partainja. Ia pun segera mengulur lehernja menanggapi dengan gigitan giginja Piauw jang

mengantjam bagian perutnja. Sedang kedua belah tangannja, kanan dan kiri menjambuti kedua Piauw jang mengarah bagian atas dan bawah tubuhnja.

Disini ia bertindak tidak tanggung, segera iapun dengan menggunakan ketiga Piauw terbang tadi, Ong Kauw Lian mempertundjukkan kepandaiannja, hingga membuat semua orang jang menjaksikannja mendjadi kagum tiada terhingga. Ong Kauw Lian dengan mempergunakan tenaga Lwee-kangnja, ketiga sendjata Piauw tadi segera dilontarkan kembali

menghadjar orang jang tadi menjerangnja setjara menggelap. Tenaga lontaran itu luar biasa hebatnja dan terbangnja

sedemikian tjepat hingga seratus kali lipat lebih tjepat dari ketiga sendjata tadi mengantjam dirinja.

Orang jang membokong tadi, jang ternjata bukan lain dari Beng Soe Hoo mendjadi sangat terkedjut sekali, dan sebelum sempat ia berbuat apa2, tiba2 ia melihat suatu bajangan berkelebat dihadapannja. Dan ketika ia membuka matanja ia melihat, orang jang tadi ia serang setjara gelap telah berdiri dihadapannja sambil tertawa ha ha hi hi, mengembalikan ketiga sendjata Piauw-nja, sambil berkata : "Beng Toa-hia djanganlah berbuat demikian, lupakah Toa-hia akan persaudaraan kita ? Malah kau harus bangga, mempunjai saudara jang memiliki kepandaian sangat tinggi, tinggi sekali ha... ha ha..."

Entah tertawa ini, tawa mengedjek, entah girang, entah tawa apa lagi, sungguh tidak dapat diraba. Ia tertawa terus, terus...

(27)

Lwee-kangnja hingga membuat orang2 jang berada disekelilingnja mendjadi kepekakan. Tidak terketjuali Soe Hoo jang telah mendjadi kesima benar2.

Setelah puas Ong Kauw Lian tertawa, iapun segera menotok djalan darah Taj Twie Hiat si-pemuda jang pernah menolongnja, dibagian lambung. Kauw Lian menotok sedemikian rupa hingga ia dapat membuat orang jang ditotoknja tak dapat berbuat apa2 dan untuk sementara dapat berdjalan sebagai orang biasa tak kurang suatu apa.

Ia pun lalu membentak, memerintahkan supaja Beng Soe Hoo lekas2 pulang sambil katanja : "Sampaikan pada gurumu bahwa aku, putranja Ong Go Lo-tjouw sebentar malam akan

mengadakan kundjungan."

Setelah berkata demikian segera iapun pergi keselatan kota jang tjepat sekali sudah menghilang diantara wuwungan2 rumah. Sementara itu Beng Soe Hoo jang ditinggal seorang diri dibawah pengaruh totokan Ong Kauw Lian, bagaikan ada jang menjuruh, segera iapun menggerakkan kedua kakinja berdjalan. Tudjuannja Kie Pok Boe-koan.

Semua orang anggota Kie Pok Boe-koan mendjadi ter-heran2 ketika mereka melihat kelakuan Beng Soe Hoo jang seperti orang jang linglung, dengan limbung siapa memasuki rumah perguruan itu.

"Hai! Soe Hoo Soe-heng, mengapa kau?"

Tidak mendapat djawaban, sebagai orang jang tak berpikiran Beng Soe Hoo terus memasuki ruangan itu hingga membuat semua orang jang melihatnja mendjadi semakin ter-heran2. Salah seorang jang mengira Soe Hoo diterdjang hantu siang, tjepat2 masuk kedalam untuk melaporkan kedjadian itu kepada Song-to Lie Kie Pok jang ketika itu tengah duduk bersemedi.

(28)

Separuh mempertjajai lalu iapun pergi keluar untuk membuktikan sendiri.

Kekagetannja mendjadi tidak ter-kira2 ketika ia melihat dengan mata kepala sendiri, kalau seluruh mukanja Beng Soe Hoo telah mendjadi putjat laksana kertas. Sedang djalannja, tidak

sewadjarnja. Seperti dipaksakan oleh sesuatu. Namun ketika ia melihat kebagian pundak sang murid,ia mendjadi sangat

terkedjut. Pada bagian lambung murid itu terdapat suatu tanda bekas totokan. Tjuma ia tidak mengetahui totokan siapa itu. Karena sepandjang jang ia ketahui totokan pada djalan darah Taj Twie Hiat tidak pernah ia lihat jang berakibat sedemikian rupa. Tanpa terasa badannja bergidikan, ia merasa pasti kalau ia telah kedatangan seorang jang sedikitnja berada beberapa tahun diatas umurnja jang tentunja berkepandaian sangat tinggi. Tjuma dia tidak mengetahuinja siapakah orang itu. Ia takkan menduga walau bermimpipun kalau orang itu adalah seorang bekas muridnja jang selama ini sedang ia tjari2.

Melihat keadaan muridnja jang sudah semakin pajah, segera iapun memerintahkan beberapa orang muridnja, menggotong Soe Hoo kekamarnja untuk kemudian dibaringkan diatas disebuah pembaringan batu. Tjepat2 iapun membuka badju jang

membungkus badan sang murid jang sudah tak sadarkan diri. Untuk keheranannja, setelah sepintas lalu ia memeriksa pada lambung itu tiada terdapat tanda bekas totokan, barulah setelah ia meneliti benar2. Ia melihat disebelah kanan dari urat Taj Twie Hiat terdapat suatu tanda bekas totokan. Tjuma totokan itu berbentuk suatu titik jang ketjil sekali sebesar tadjamnja djarum. Keheranannja semakin ber-tambah2.

Untuk sesaat, setelah melihat totokan ini, dipusatkannja pikirannja, ia men-duga2, siapakah sebenarnja orang jang memiliki ilmu totokan ini.

(29)

Di-hubung2kannja totokan ini dengan totokan jang ia pernah saksikan pada dua puluh tahun berselang. Achirnja soal ini terpetjahkan djuga. Ia merasa pasti kalau totokan ini adalah ilmu totokan keluaran Tjeng Hong Paj, tjuma totokan jang ia hadapi sekarang ini djauh lebih hebat dari jang ia pernah saksikan dulu. Setelah kepastiannja tetap, iapun lalu meminta sebatang djarum kepada salah seorang muridnja. Segera setelah djarum diperoleh iapun mulai bekerdja. Ia pun segera me-nusuk2kan djarum itu hingga terdpat ber-puluh2 lubang disekeliling tanda totokan jang ketjil itu. Dalam sekedjap sadja kain putih pelapis randjang batu itu telah merah oleh darah jang berlepotan keluar dari kulit jang di-tusuk2kan djarum.

Ternjata usaha ini, memberi djuga dia sedikit hasil. Sesaat

kemudian untuk kegirangannja ia melihat sang murid sudah mulai ber-gerak2. Sambil me-ronta2 perlahan tertampak murid betjelaka ini memaksakan diri ber-kata2. Namun baru sadja Lie Kie Pok hendak mentjegahnja, ia telah didahului oleh murid itu.

"Soe-hoe... ber-djaga2lah... sebentar malam..." sampai disini utjapan itu terputus, karena ternjata Soe Hoo segera

menundukkan kepalanja untuk kemudian seluruh badannja

mendjadi kaku. Ia telah putus djiwa, mati akibat totokan kawannja sendiri jang pernah ditolongnja pada setengah tahun jang lalu. Sementara itu Song-to Lie Kie Pok ketika melihat murid

kesajangannja telah mati dengan setjara demikian mengenaskan tanpa terasa, ia telah meneteskan air mata.

Teringat ia bagaimana karibnja perhubungannja dengan murid ini. Perhubungannja sudah melampaui batas perhubungan antara guru dan murid sadja, melainkan kepada murid ini ia sudah menganggap sebagai anak kandung sadja. Demikianlah sebagai orang jang kematian anak sendiri, se-hari2an ia menangis terus-menerus hingga haripun telah mendjelang sore.

(30)

Barulah setelah salah seorang muridnja memberitahukan bahwa hari sudah djauh malam dan menerangkan waktu makan sudah tiba, barulah walau dengan hati berat iapun meninggalkannja. Dengan ditemani isterinja iapun melakukan sarapan malam. Setelah menghabiskan tjuma setengah mangkok iapun segera balik kembali kekamarnja untuk kemudian duduk bersemedi menenteramkan pikirannja jang sudah mendjadi agak

tergontjang. Setelah duduk bersemedi beberapa lama, haripun telah berubah mendjadi malam.

Keadaan disekelilingnja sunji-senjap, tjuma diluar kamarnja, banjak terdengar suara djangkrik jang ramai ber-sahut2an. Tanpa terasa iapun sudah menantikan sampai beberapa djam, namun orang jang di-nanti2kan seperti jang dikatakan Soe Hoo muridnja, sebelum adjal, belum djuga muntjul2. Hatinja semakin ber-debar2 karena ia mengetahui bahwa apabila seseorang jang berdjandji hendak mengadakan kundjungan, apabila datangnja ketika hari sudah djauh malam, maka dapatlah dipastikan kalau orang itu sedikitnja adalah seorang dari tingkatan sangat tinggi jang tentunja sangat liehaj luar biasa.

Kembali telah dilalui satu djam, ketika itu hari sudah hampir pagi, kira2 pukul tiga. Saat itu ia merasa pasti kalau pada waktu itulah, orang itu, akan muntjul. Iapun lalu ber-sedia2. Golok besarnja jang mengeluar tjahaja ber-kilat diletakkan disisi sebelah kanannja. Namun keadaan disekelilingnja masih sunji sadja. Tiada terdengar suatu suarapun jang mentjurigakan diatas genting2 rumahnja... Hingga kembali beberapa saat telah dilalui. Ketika itu, djusteru sedangnja ia benar2 memusatkan pikirannja. Memasang mata dan membuka telinga terang2... tiba2 tanpa ia menjadari, tahu2 dihadapannja telah berdiri seseorang jang sebelumnja benar2 ia tidak pernah sangka2.

(31)

djuling, mukanja sangat merah akibat dari hawa kemarahan jang mungkin sudah sampai dipuntjaknja.

Ternjata dia bukan lain dari 'Lian Boen Kauw', seorang bekas muridnja Song-to Lie Kie Pok jang pada enam bulan berselang telah menghilang. Selama setengah tahun ia telah mengembara sampai dilima propinsi, untuk mentjari pemuda itu jang telah memperdajakan dirinja mentah2, tanpa ia memperoleh hasil. Kini tiba2 pemuda itu muntjul tanpa ia mengetahui dari mana pemuda bekas muridnja masuk. Diam2 ia merasa terkedjut sekali, karena kamar itu tjuma mempunjai satu djendela. Sedang perhatiannja tadi tjuma ditudjukan pada djendela itu.

Namun Song-to Lie Kie Pok adalah seorang djago jang sudah dua puluh tahun lebih malang-melintang didunia Kang-ouw, jang selama hidupnja telah melakukan beratus bahkan beribu

pertempuran baik besar maupun ketjil. Ia dapat djuga menguasai dirinja walaupun sebenarnja hatinja sangat tertjekat.

"Kalau tidak salah, bukankah orang jang sekarang berdiri

dihadapanku ini, bernama Lian Boen Kauw, bekas salah seorang muridku jang pada kira2 setengah tahun berselang telah mentjuri kepandaianku?" Lie Kie Pok mengutjapkan kata2 ini dengan pikirannja bekerdja keras. Diam2 merasa heran, ia tidak habis pikir. Apakah mungkin dengan tjuma delapan belas djurus sadja dari Tjap Peh Lo Hoan Ong pemuda bekas muridnja itu bisa mendjadi sedemikian liehaj? "Apakah kau orangnja jang

dikatakan seorang muridku, akan mengundjungi aku sekarang?" tanjanja.

Ia mendapat djawaban jang membuat ia semakin tidak habis pikir, serta hati semakin berdebaran.

"Apakah kau anak murid dari Tjeng Hong Paj?"

"Tidak salah. Aku adalah putera dari salah seorang ketiga orang jang telah kau bunuh pada dua puluh tahun berselang, maka

(32)

ber-sedia2lah untuk aku menghantarkan kau menghadap kepada Giam Lo Ong," bergemetaran suara itu bahna bergolaknja darah ditubuhnja.

Mendengar djawaban ini, dalam serentak sadja ber-matjam2 perasaan mengaduk didadanja Song-to Lie Kie Pok. Kaget, heran, dan gusar. Namun achirnja perasaan gusar lebih nondjol membangkitkan hawa amarahnja. Maka tjepat sekali iapun lalu menjambar goloknja, sambil kemudian dengan membentak keras iapun lalu membatjok dengan suatu gerakan jang mematikan dari djurus kesembilan dari Tjap Peh Lo Hoan To jakni Sat Liong Hok Houw atu ilmu membatjok naga da takluki harimau.

Namun untuk keheranannja si-bekas murid ini dengan mudah sadja telah dapat mengelitnja sambil kemudian mendjedjak

kakinja melompat sedjauh kira2 empat tumbak. Melihat keliehajan si-bekas murid Song-to Lie Kie Pok bukan mendjadi kagum, melainkan ia mendjadi semakin kalap. "Ha, bagus perbuatanmu murid keparat," demikian ia membentak. "Sesudahnja kau berani mentjuri kedelapan belas Tjap Peh Lo Hoan To-ku, sekarang kau berani datang kemari hendak men-tjoba2nja? Bagus

perbuatanmu!"

"Murid tiada berliangsim!" Song-to Lie Kie Pok melandjuti tjatjiannja.

"Mengapa tanpa sebab kau membunuh Soe-heng-mu setjara demikian kedjam?"

Dengan ini si-bekas murid tjuma menjengir sadja, jang membuat Lie Kie Pok semakin mendjadi kalap. Hingga tanpa terasa lagi, ia telah membatjok pula sambil membentak :

"... ketahuilah olehmu, aku Song-to Lie Kie Pok walau kau telah mendjadi manusia jang memiliki kepala seribu bertangan dua ribu tidak akan mendjadi takut..."

(33)

mudah sadja ia dapat mengelit batjokan Song-to Lie Kie Pok. Tjuma sambil njengir pemuda itu tertampak seperti berkemak-kemik.

Barulah kemudian ia mentjabut pedangnja. Terdengar ia ber-kata2 dengan suara bergemetaran. "Lie Kie Pok," demikian dingin suara itu, langsung menjebut nama si-golok besar jang disaat itu djuga hampir djatuh pingsan bahna menahan gusar hingga untuk sesaat dia tak dapat ber-kata2.

"Memang aku mengakui, aku telah mentjuri kepandaian

tunggalmu, dan dengan kepandaian tunggalmu ini aku hendak membunuhnja untuk membalaskan sakit hati ajahku..."

"Diam!" membentak Lie Kie Pok jang achirnja dapat djuga membuka mulutnja.

"Mari, mari, kita tjoba2. Djangan kau menjesal, golokku akan membunuh setiap murid murtad."

"Ha ha ha hendak membunuhku? hendak membunuhku?" Sebagai seorang gila putera Ong Go Lo-tjouw ber-teriak2. "Namun ajah sanggupkah dia membunuhku?" demikian Ong Kauw Lian ber-kata2 seorang diri.

Dengan segera iapun berlutut sambil kepalanja menengadah keatas kedengaran pemuda itu seperti sedang bersembahjang, dengan me-njebut2 nama Ong Go Lo-tjouw, hingga membuat Song-to Lie Kie Pok setelah mendengar kata2 jang diutjapkan separuh bergemetaran itu mendjadi sangat terkedjut.

Benarkah orang jang pernah mendjadi muridnja itu adalah putera Ong Go Lo-tjouw?

"... maka sekarang, meramkanlah matamu ajah, izinkanlah untuk sekarang anakmu menunaikan tugas," Ong Kauw Lian

mengachiri kata2nja.

Sementara itu Lie Kie Pok setelah mendapat kepastian, kalau pemuda itu adalah puteranja seseorang jang pernah dibunuhnja

(34)

pada kira2 dua puluh tahun jang lalu, ia pun ber-sedia2. Golok besarnja dilintangkannja. Dan dengan sikap Tui Tjung Bong Goat iapun siap sedia menantikan serangan . Dan kalau boleh

menjerang lebih dulu.

Setelah menantikan beberapa saat, dilihatnja orang dihadapannja mulai bergerak menghampiri dirinja.

Song-to Lie Kie Pok tanpa membuang tempo lagi dengan segera mendahulu menjambar akan kemudian iapun membatjok.

Orang tua itu seperti kita ketahui tersohor akan kehebatannja dalam menggunakan Tjap Peh Lo Hoan To dan dalam saat itu ia telah menggunakan salah satu djurusnja, menghadjar dada si-pemuda sebelah kiri didjalanan darah Kie Boen Hoat.

Se-konjong Ong Kauw Lian si-pemuda putera Ong Go Lo-tjouw, sebaliknja menangkis, sambil membentak keras, ia membuka mulutnja menggigit belakang golok si-bekas guru. Akan kemudian membarengi gerakannja itu ia mendjotos dengan sebelah

tindjunja dan selagi Lie Kie Pok hendak lontjat menjingkir tiba2 ia merasakan pergelangan tangan kanannja sangat sakit. Song-to Lie Kie Pok mendjadi sangat terkedjut dan heran, karena njata2 pemuda itu menggunakan djurus kedua dari Tjap Peh Lo Hoan To, dan jang membuat ia mendjadi sangat tak habis mengerti, ialah djurus itu sudah berlainan tudjuh bagian dari aslinja. Ia tidak mengetahuinja kalau Tjap Peh Lo Hoan To-nja telah digubah mendjadi Tjeng Hong Kiam Hoat dan Tjeng Hong Koen Hoat.

Puluhan tahun ia berkelana dikalangan Kang-ouw sebagai Piauw-soe, belum pernah ia bertemu dengan seorang lawan jang

mempunjai ilmu silat sedemikian luar biasa.

Sementara itu begitu goloknja digigit, ia merasakan tangannja kesemutan dan tanp tertjegah lagi pergelangan tangannja telah kena ditotok si-anak muda.

(35)

Ong Kauw Lian tertawa keras akan kemudian tangan kanannja bekerdja, ganas menghadjar batok kepala Kie Pok.

Song-to Lie Kie Pok menggeram keras seperti seekor harimau terluka sambil mengemposkan semangatnja mengirim satu pukulan mengantjam dada musuh. Dalam gusarnja, ia

menghantam dengan pukulan membinasakan dengan djurus keenam belas dari Tjap Peh Lo Hoan To jang bernama Hang Liong Hok Houw atau batjokan takluki naga dan harimau. Saat itu si-pemuda jang telah berhasil menggubah Tjeng Hong Hoat Koen kedengaran mengeluarkan teriakan aneh dan melontjat mundur beberapa tindak akan kemudian dengan sekali menotol tanah dengan kedua kakinja, ia sudah melontjat pula kemuka dan berhadapan lagi dengan Song-to Lie Kie Pok, si-golok besar. "Aku tidak pertjaja kalau kau sanggup menahan tiga djurus sadja dari Tjeng Hong Hoat Koen-ku," katanja menggeram.

Hadjaran Hang Liong Hok Houw dari Song-to Lie Kie Pok jang barusan dikirimkan itu mempunjai tenaga pukulan kurang lebih sembilan ratus kati dan seumur hidupnja, pukulan tersebut dapat dikatakan belum pernah meleset. Malah pukulan inilah jang membuat Ong Go Lo-tjouw dan dua pamannja Ong Kauw Lian mengalami kebinasaannja.

Akan tetapi, kali ini tindjunja jang sedemikian hebat itu sudah dapat dipunahkan setjara demikian mudah oleh si-anak muda bekas muridnja, maka tidaklah heran, kalau ia mendjadi sangat kaget berbareng kuatir.

Diam2 ia merasa heran, apakah dengan tjuma waktu sedemikian singkat sadja, pemuda itu telah berhasil menggubah kedelapan belas Tjap Peh Lo Hoan To-nja?

Tjepat bagaikan kilat Ong Kauw Lian memenuhi utjapannja tadi, segera kedua tangannja menjambar mengantjam batok kepala si-orang tua dan selagi Lie Kie Pok hendak berkelit, tiba2 kepalanja

(36)

telah tertjekal keras oleh kedua telapak tangannja Ong Kauw Lian, untuk kemudian tanpa Kie Pok berdaja apa2, si-anak muda telah menggentak keras sehingga orang tua itu djatuh terbaring dengan... kepalanja sudah terpisah dari batang lehernja.

Sementara itu si-pemuda Ong Kauw Lian setelah berhasil membinasakan musuh besarnja jang telah dua puluh tahun ditjarinja itu, segera dengan menenteng kepala musuhnja itu sambil tertawa menjeramkan iapun kemudian meninggalkan kamar tersebut untuk kemudian menghilang dibalik kegelapan malam.

Sementara itu semua anggota Kie Pok Boe-koan ketika mendengar ribut2 dikamarnja sang guru atau madjikan, serta ketika mereka mendengar suara dua orang jang saling bentak dalam suasana panas, segera dengan mengumpulkan seluruh orang2 Kie Pok Boe-koan ber-ramai2 mereka meluruk memasuki kamar sang pemimpin.

Namun kedatangan mereka terlambat. Djusteru ketika mereka membuka pintu, mereka melihat suatu bajangan berkelebat, dengan tjuma meninggalkan suara tertawa jang menjeramkan. Dan... suara tertawa itu seperti mereka kenal baik.

Mereka mendjadi terkedjut sekali, ketika mereka melihat diatas lantai menggeletak satu tubuh tanpa berkepala. Untuk dilain saat, kamar itu pun ramailah dengan suara tangisan, ketika mereka mengenali kalau tubuh itu adalah tubuhnja Song-to Lie Kie Pok jang mereka sangat segani.

Tubuh Lie Kie Pok jang sudah tidak berkepala itupun segera diletakkan diatas pembaringan batu, direndengkan dengan tubuh Soe Hoo jang djuga sudah tidak bernjawa...

Demikianlah achir hidup seorang djago. Ia mati bagaikan dimakan sumpah. Mati dibawah ilmu jang ia rahasiakan dengan kepala dan badan terpisah sebagai akibat pembalasan dendam.

(37)

Song Boen Nio isteri Kie Pok ketika mendengar berita kematian suaminja setjara demikian mengenaskan, mendjadi sangat terkedjut. Beberapa kali ia djatuh pingsan hingga...

***

Sampai disini marilah kita tinggalkan dahulu keadaan rumah tangga Song-to Lie Kie Pok jang pada hari itu, tidak terketjuali dirinja, dilanggar dewa angkara murka.

Sekarang tjerita saja alihkan pada Lie Siang Tjoe putera tunggal Lie Kie Pok jang sedjak setengah tahun berselang telah pergi mengantarkan Piauw kedaerah barat disuatu kota jang terletak diperbatasan antara Birma dan Tiongkok. Ia mewakilkan ajahnja untuk mengantarkan Piauw itu, karena seperti kita ketahui pada hari keberangkatan, pada enam bulan jang lalu Lie Kie Pok telah diterdjang sematjam penjakit jang membuat dia terpaksa harus meringkuk dipembaringan selama beberapa hari.

Ketika itu didaerah perbatasan antara Tiongkok dan Birma sedang hebat2nja terdjadi pemberontakan, hingga walaupun Kie Pok Boe-koan ataupun Kie Pok Piauw-kiok namanja sedang hebat2nja mendjulang tinggi sekali, tidak urung Lie Siang Tjoe mengalami djuga banjak sekali rintangan2 hingga bagaikan suatu angkatan perang jang harus menundukkan banjak benteng2 musuh, ia telah melakukan banjak sekali pertempuran2 jang semuanja dimenangkannja dengan gilang-gemilang serta kemudian dapat menjelesaikan tugasnja dengan baik dengan sampainja dikota tudjuannja, dalam waktu jang memakan waktu sampai empat bulan.

Perdjalanan jang menghabiskan waktu hingga ber-bulan2 ini mengakibatkan ia sampai enam bulan baru dapat pulang kekota kediamannja.

(38)

hampir rata2 seluruh warga kota memandangi dirinja, serta banjak diantara mereka jang memakai pakaian putih. (Ini

menandakan besarnja rasa simpati penduduk kepada Kie Pok). Ia mendjadi heran berbareng terkedjut dan berfirasat tidak baik ketika kira2 lima-enam orang tiba2 menubruk dirinja sambil menangis meng-isak2, tanpa ada satupun jang menggerakkan mulutnja.

Setelah ia berhasil meronta melepaskan diri dari tjekalan kelima orang itu, tjepat2 iapun ber-lari2 dengan ber-matjam2 pikiran mengaduk mendjadi satu.

"Apakah ajah meninggal akibat sakitnja jang diderita pada kira2 setengah tahun berselang? Mungkinkah ajah jang memiliki kepandaian tiada keduanja dikolong langit ini telah terkalahkan serta mengalami kebinasaannja?" demikian disepandjang djalan jang menudju kerumahnja ia bertempur dengan pikirannja, hingga ketika ia sampai dan memasuki kamar ajahnja. Ia melihat diatas media sembahjang ajahnja jang sangat ia tjintai tengah rebah dengan tiada berkepala. Kekagetannja tidak alang-kepalang. Disaat itu djuga ia rubuh pingsan!!

Ketika ia terdjaga dari pingsannja ia melihat dirinja dikelilingi oleh kira2 dua puluh orang jang berpakaian serba putih dan tengah menangis ter-isak2.

Dengan segera ia menangis meng-gerung2, menangis se-puas2nja. Hingga achirnja iapun teringat akan ibunja jang ia belum djumpai. Ia kira tentulah ibunja djuga sedang menangis sedih.

Segera ia ber-lari2 kekamar ibunja. Setelah sampai ditolaknja daun pintu sambil iapun berteriak gemetar, "Ibu!"

Tiada djawaban. Sunji sepi tiada balasan.

"Ibu, aku pulang," sekali lagi ia memanggil jang djuga tiada mendapat balasan.

(39)

"Ibuuuu... ibuuuu... ibuuu," demikianlah achirnja ia ber-teriak2 kalap.

"Siang-kong, beliau telah menjusul Lie Kauw-soe kealam baka," tiba2 ia mendengar seorang dengan sesenggukan berkata. Suara Keng-ma pembantu kepertjajaan ibunja.

Bagaikan menghadjarnja martil, kata2 ini membuat ia kembali djatuh pingsan.

Sungguh harus dikasihani, djauh2 dari tanah barat, ia sampai dengan selamat ketempat kediamannja. Perasaan rindu kepada kedua orang tuanja sukar untuk dilukiskannja. Sudah terpikir olehnja, betapa ia akan mentjeritakan segala pengalaman2nja kepada orang tua perempuannja. Namun setelah sampai di Sioe-tjioe ia disambut dengan peristiwa ini jang benar2 tak pernah diduganja semula.

Memang Lie Sie telah menjusul suaminja kealam baka, sehari kemudian setelah ia ber-kali2 djatuh pingsan.

Ketika itu untuk keempat kalinja seluruh anggota Kie Pok Boe-koan dan Kie Pok Piauw-kiok kembali berada didalam kerepotan. Mereka sibuk dalam usaha mereka menjadarkan putera tunggal almarhum kedua madjikan mereka. Mereka sangat kuatir kalau nanti Kong-tjoe ini nanti mengalami nasib seperti ibunja.

Dipanggilnja seorang Sinseh ternama dari Sioe-tjioe. Setelah Sinseh jang dipanggil itu memeriksa, barulah mereka merasa lega ketika Sinseh itu mengatakan kalau keadaan sang Kong-tjoe tidak berbahaja.

Benar sadja ketika hari mendjelang sore tertampak Siang Tjoe meng-gerak2kan tangannja. Akan kemudian tertampak Kong-tjoe itu membuka kedua matanja, hingga membuat semua orang disekelilingnja mendjadi kegirangan. Sementara itu Lie Siang Tjoe terdengar masih me-njebut2 nama ibu dan ajahnja. Kemudian menangis meng-gerung2.

(40)

"Siong-kong sudahlah," Keng-ma menghiburi. "Bukankah kau seorang laki2? Bukankah lebih baik Kong-tjoe membalaskan sakit hati ini, apakah gunanja menangis sadja?"

Bagaikan menghadjarnja sebuah tjambuk, Lie Siang Tjoe baru tersadar setelah mendengar kata2 bersemangat ini. Tersadar kalau ia sebenarnja hanja putera satu2nja jang ditinggalkan ajahnja.

Putera Song-to Lie Kie Pok mendjadi gusar berbareng heran, ketika ia mengetahui kalau jang telah membunuh ajah dan Beng Soe Hoo adalah seorang bekas murid ajahnja sendiri.

Tiga hari kemudian, setelah selesai upatjara penguburan tiga djenazah, Kie Pok boe-koan dan Piauw-kiok pun dibubarkan. Akan kemudian dengan membekal 10 potong uang emas, pada keesokan harinja Lie Siang Tjoe walau dengan hati berat,

meninggalkan kota Sioe-tjioe untuk memenuhi panggilan sebagai anak jang berbakti.

Demikianlah dengan mempertjajakan gedung Kie Pok Boe-koan kepada Keng-ma dan beberapa orang Soe-hengnja, dengan terpaksa Lie Siang Tjoe meninggalkan kembali kota kediamannja. Sambil berdjalan ia teringat, bahwa ia hanja baru mempeladjari lima belas djurus sadja dari kedelapan belas djurus Tjap Peh Lo Hoan To, hingga diam2 ia djuga menjesali ajahnja jang tidak menurunkan semuanja ilmu simpanan itu. Hingga untuk sesaat ia mendjadi bingung. Ia sangsi, akan kemampuannja. Tapi dilain saat, hatinja pun mendjadi tetap kembali dan agak terhibur djuga ketika ia pikir jang ia telah memiliki hampir tudjuh bagian dari ilmu silat ajahnja, sedang musuh jang hendak ia tjari itu, baru sadja dua bulan memasuki Kie Pok Boe-koan.

Dalam sekedjap sadja, ia sudah beranggapan kalau kekalahan ajahnja itu tentulah disebabkan ajahnja sudah tua. Tia terpikir olehnja kalau sebenarnja orang itu mempunjai kepandaian jang

(41)

maha liehaj.

Seperti orang buta jang berdjalan tanpa mempergunakan tongkat Lie Siang Tjoe berdjalan tanpa arah tudjuan. Ia tidak tahu harus pergi kemana, sedang wadjah orang jang telah membunuh ajahnja itu ia hanja mengetahui samar2, tjuma dari beberapa saudara seperguruannja jang mengatakan orang itu agak djuling. Sementara itu berita akan kematian Song-to Lie Kie Pok dalam beberapa hari sadja telah tersiar luas. Hampir seluruh lapisan, baik dari golongan putih maupun hitam mengetahuinja. Mereka rata2 merasa sedih, ketjuali beberapa orang jang bergendang paha. Terutama mereka jang pernah dipetjundangi oleh marhum Song-to Lie Kie Pok.

Lie Siang Tjoe dalam perdjalanannja mentjari pembunuh ajahnja, pada suatu hari telah sampai di kota Teng Hong Koan, iapun lantas mengambil djalan jang menudju kearah timur.

Sesudah melalui gunung Teng Hong San, iapun sudah berada dibagian barat dari kota Hoo-lam.

Seperti telah dikatakan diatas bahwa berita kematian Song-to Lie Kie Pok oleh salah seorang muridnja sendiri telah membuat beberapa orang jang semasa hidup ajahnja Lie Siang Tjoe pernah dipetjundangi, terutama Keng Sie Heng Tee, dua

persaudaraan Keng jang masing2 bernama Keng Tjiauw Lam dan Keng Tjiauw Hie adiknja. Mereka berdua adalah murid2 murtad dari Boe-tong Si-loo, empat ketua dari Boe-tong Pay tingkat kedua. Mereka berdua menguasai kembali daerah sebelah timur perdjalanan menudju ke Hoo-lam barat. Daerah ini pada kira2 sepuluh tahun jang lalu terpaksa ditinggalkannja karena mereka dikalahkan oleh Song-to Lie Kie Pok.

Untuk kekalahan ini, tadinja mereka berdua djuga berniat hendak menuntut balas, untuk itu pula selama sepuluh tahun mereka mengasingkan diri kedaerah barat, dimana mereka berdua

(42)

dengan sungguh2 mejakini ilmu silat mereka. Apa mau dikata, sebelum maksud mereka kesampaian musuh itu telah didahului orang lain.

Demikianlah karena mereka djuga tidak begitu mendendam, mereka pun tjuma kembali sadja kedaerah operasi mereka semula.

Pada suatu hari, diwaktu malam, ketika mereka berdua sebagaimana biasa duduk2 didalam kamar mereka jang

berbentuk guha, merundingkan soal ilmu silat. Enam batang lilin dipasang menerangi sekitar ruangan itu.

Kaget mereka tiada terkira, ketika keenam batang lilin jang sedang ber-kobar2 itu tiba2 mendjadi padam. Tanpa terdapat desiran angin sedikitpun. Hingga ruangan pun mendjadi gelap gulita.

Mereka sangat kagum disamping terkedjut akan kehebatan orang jang dapat memadamkan api tanpa mereka ketahui dimana orangnja. Peristiwa ini benar2 belum pernah mereka alami sebelumnja. Keng Sie Heng Tee diam2 merasa djeri. Mereka meng-ingat2 siapakah orang itu.

"Tjian-pwee manakah jang telah berkenan akan memberikan peladjaran?" achirnja Toa Keng Heng Tee atau Keng Tjiauw Lam berteriak.

Tiada djawaban, keadaan tetap sunji serta gelap petang.

"Siapakah jang datang? Djangan ber-sembunji2, mendjawablah!" Keng Tjiauw Hie jang berdarah lebih panas membentak.

Tetap tiada djawaban, tiada terdengar suara apa2, tiada desiran angin.

Tapi tiba2 tengah kedua saudara keng hendak lompat keluar, tiba2 mereka dikedjutkan oleh suatu suara angin jang datangnja dari tempat mereka duduk.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR PEMENANG PROMO PASAR DAN BELANJA BERHADIAH THN 2013.. NO KATEGORI HADIAH KETERANGAN

Terampil  jika menunjukkan sudah ada usaha untuk merepresentasikan himpunan yang diberikan kedalam bentuk diagram venn tetapi belum tepat.. Sangat terampil  jika menunjukkan

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah karena belas kasihan kepada

Sentuhan mata : Gejala yang teruk boleh termasuk yang berikut: kesakitan atau kerengsaan.. berair kemerahan Kesan Kesihatan

Penyebaran kedatangan dan keberangkatan kendaraan yang parkir tidak merata sepanjang harinya, fasilitas parkir kendaraan pada pelataran/ halaman Kampus 1 Universitas

Keluaran : Tersedianya sarana syiar keagamaan Budha, hiburan dan pameran produk unggulan bernuansa Budha Target : 1 Kegiatan Belanja Pegawai 26.200.000,00 2.16.. 20

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah komponen buah meliputi: bobot (buah, sabut, air, tempurung, daging buah, kopra), tebal daging buah dan

Pemanas yang digunakan usaha peternakan Abdul Djawad Farm adalah semawar dengan bahan bakar minyak tanah. Setiap kandang dilengkapi lima buah pemanas. Satu buah pemanas dapat