• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN

AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA

BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG

KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI SRI SUGIARTI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

SRI SUGIARTI. D34102017. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S., MS.

Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya, laju perputaran modal yang cepat dan waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam lima minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1,5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler.

Abdul Djawad Farm merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler yang ingin mengembangkan usahanya dengan meningkatkan skala usaha. Namun, sebelum melakukan rencana pengembangan usaha, perlu dilakukan suatu kajian mengenai kelayakan finansial yang telah dijalankannya guna pertimbangan kelanjutan usaha tersebut, karena usaha peternakan ayam broiler sangat peka terhadap perubahan-perubahan harga, baik harga input maupun harga output.

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif analitis dengan unit analisis usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm yang terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis kelayakan finansial (Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR ) dan Pay Back Periode (PBP)) serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun tingkat harga output.

Hasil analisis finansial, usaha peternakan Abdul Djawad Farm selama 10 tahun ke depan yaitu tahun 2007–2017 menunjukkan bahwa dengan menggunakan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25%) maka didapat NPV sebesar Rp 931.398.142,05; BCR 1,04; dan Pay Back Periode 3 tahun 6 bulan. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5%) maka didapat NPV sebesar Rp 438.192.975,74; dan BCR 1,03 dan Pay Back Periode 4 tahun 4 bulan. IRR yang didapat sebesar 29,27%. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak untuk dijalankan.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm rentan terhadap perubahan harga. Peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50% (modal sendiri) dan lebih dari 13,04% (modal pinjaman), peningkatan harga pakan cateris paribus lebih dari 7,00% (modal sendiri) dan lebih dari 4,68% (modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih dari 4,34% (modal sendiri) dan lebih dari 2,90% (modal pinjaman) akan menyebabkan usaha peternakan Abdul Djawad Farm mengalami kerugian.

(3)

ABSTRACT

Financial Feasibility Analysis of Broiler Farm at Abdul Djawad Farm in Banyu Resmi Village, Cigudeg Subdistrict, Bogor Regency

Sugiarti, S., Mulatsih, S. dan Soesanto, H.R.I.

The aims of this research were to analyze financial feasibility and sensitivity of broiler farm about the possibility of input and output price changes. This research designed as a case study on broiler unit of Abdul Djawad Farm, which was located at Banyu Resmi Village, Cigudeg Subdistrict, Bogor Regency. The data were collected on Februari 2008. Primary and secondary data used in this research. Primary data was obtained through the interview with farm manager. Secondary data was obtained from Abdul Djawad Farm financial report. The data were analyzed descriptively, financially (Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back Period (PBP)) and sensitivity. Based on the financial analysis of Abdul Djawad Farm (2007 – 2017) showed that use self capital (interest rate 6,25%) will obtain NPV was Rp 931.398.142,05; BCR value was 1,04; and pay back periode was 3 years and 6 month. NPV was obtained Rp 438.192.975,74; BCR value was 1,03; pay back periode was 4 years and 4 month, IRR will get 29,27% with loan (interest rate 14,5%). Based on the feasibility criteria showed that NPV have positive value, BCR more than one, and IRR more than the rate of interest accepted, so in a financial Abdul Djawad Farm feasible to operate. Sensitivity analyisis showed that Abdul Djawad Farm susceptible with price changes. DOC price increase cateris paribus more than 19,50% (deposito rate) and more than 13,04% (loan rate); feed price increase cateris paribus more than 7,00% (deposito rate) and more than 4,68% (loan rate); and the decrease of broiler price cateris paribus more than 4,34% (deposito rate) and more than 2,90% (loan rate) can make the Abdul Djawad Farm get loss.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN

AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA

BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG

KABUPATEN BOGOR

SRI SUGIARTI D34102017

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN

AYAM BROILER ABDUL DJAWAD FARM DI DESA

BANYU RESMI KECAMATAN CIGUDEG

KABUPATEN BOGOR

Oleh SRI SUGIARTI

D34102017

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 10 Juli 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr. Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu H.S.,MS. NIP. 131 849 397 NIP. 131 415 133

Dekan

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr NIP. 131 955 531

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Nopember 1983 di Ciamis, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Yoyo Mulyana (almarhum) dan Ibu Hj. Ehot Setiawati.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN 2 Buniseuri, Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN 1 Buniseuri dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMAN 1 Ciamis.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2002. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif mengikuti organisasi intra kampus di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP).

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alamin,, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi yang telah memberikan kekuatan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Abdul Djawad Farm di Desa Banyu Resmi Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor ini dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini merupakan hasil studi mengenai kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler dengan menggunakan analisis NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Return) untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak. Skripsi ini juga menggunakan analisis sensitivitas yang digunakan untuk melihat dampak perubahan-perubahan yang mungkin terjadi terhadap keadaan finansial peternakan seperti adanya perubahan kenaikan harga DOC, kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam.

Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna kecuali Dzat-Nya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan agar isi skripsi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberi manfaat bagi para pembaca serta tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Bogor, Juli 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ...

i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ...

v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ...

vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ...

1

Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan Penelitian ... 3 Kegunaan Penelitian ... 3 KERANGKA PEMIKIRAN ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ...

7

Usaha Peternakan Ayam Broiler ... 7

Karakteristik Ayam Broiler ... 8

Faktor-faktor Produksi ... 8

Bibit Ayam ... 9

Pakan ... 9

Obat-obatan, vaksin dan vitamin ... 9

Tenaga Kerja ... 10

Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar) ... 10

Studi Kelayakan Usaha ... 11

Biaya dan Penerimaan ... 11

Analisis Finansial ... 12

Analisis Sensitivitas ... 14

METODE PENELITIAN ... 16

Lokasi dan Waktu ... 16

(9)

Data dan Instrumentasi ... 16

Pengumpulan data ... 16

Analisis Data ... 17

Batasan Istilah ... 19

KEADAAN UMUM LOKASI ... 22

Lokasi dan Sejarah Perusahaan ... 22

Struktur Organisasi ... 23

Pemasaran ... 24

Tatalaksana Pemeliharan Ayam Broiler ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Biaya ... 28 Biaya Investasi ... 28 Investasi Lahan ... 28 Investasi Bangunan ... 28 Investasi Peralatan ... 29 Biaya Tetap ... 32 Tenaga Kerja ... 32

Pajak Bumi dan Bangunan ... 33

Biaya Variabel ... 33

DOC (Day Old Chick) ... 33

Pakan ... 34

Obat-obatan dan Vaksin ... 34

Bahan Bakar ... 35

Retribusi ... 35

Penerimaan ... 36

Penerimaan Tunai ... 36

Penerimaan Tidak Tunai ... 36

Analisis Kelayakan Finansial ... 37

Analisis Sensitivitas ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

UCAPAN TERIMAKASIH ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun

2000-2007 ... 2

2. Bobot Jual, Konversi Ransum dan Mortalitas di Abdul Djawad Farm selama Tahun 2007 ... 25

3. Penyakit yang Sering Menyerang, Gejala dan Penyebabnya ... 27 4. Biaya Investasi Lahan dan Bangunan Usaha Peternakan

Abdul Djawad Farm ... 29 5. Rincian Biaya DOC Setiap Periode Produksi selama Tahun 2007 .... 33 6. Biaya Pakan yang Dikeluarkan selama Tahun 2007 ... 34 7. Analisis Kelayakan Finansial dengan Modal Sendiri dan Modal

Pinjaman . ... 37 8. Analisis Sensitivitas Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm ... 38

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Pemikiran Penelitian ... 6 2. Struktur Organisasi di Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm ... 23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Surat Kesepakatan Antara Mitra dan PT. Sierad Produce, Tbk... 44

2. Kandungan Nutrisi Pakan ... 46

3. Standar Cobb yang Digunakan Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm ... 47

4. Program Obat dan Vitamin Abdul Djawad Farm per 1000 ekor ... 48

5. Komponen Biaya Investasi Peralatan ... 49

6. Biaya Investasi Perlengkapan Kantor ... 49

7. Biaya Investasi Bangunan dan Instalasi Listrik ... 49

8. Rincian Jenis, Jumlah dan Harga Pakan Setiap Periode selama Tahun 2007 ... 50

9. Koefisien Teknis Ternak Ayam Broiler di Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm Tahun 2007 ... 50

10. Biaya Tetap Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm Tahun 2007 ... 50

11. Biaya Variabel Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm Tahun 2007 ... 50

12. Penerimaan Tunai Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm Tahun 2007 ... 50

13. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm (Modal Sendiri) ... 51

14. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga DOC 19,50% ... 52

15. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga DOC 19,51% ... 52

16. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan 7,00% ... 52

17. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan 7,01% ... 53

18. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Ayam 4,34% ... 53

19. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Ayam 4,35% ... 53

20. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm (Modal Pinjaman) ... 54

21. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga DOC 13,04% ... 55

22. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga DOC 13,05% ... 55

23. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan 4,68% ... 55

24. Analisis Sensitivitas pada Peningkatan Harga Pakan 4,69% ... 56

25. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Ayam 2,90% ... 56

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang benilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak, serta menambah nilai devisa negara dan memperluas kesempatan kerja. Hal inilah yang mendorong pembangunan sektor peternakan sehingga pada masa yang akan datang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan perekonomian bangsa. Untuk mencapai pembangunan pertanian umumnya dan sektor peternakan khususnya, maka sebagai penunjang kebutuhan protein hewani yang merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia perlu diusahakan produktivitas yang maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Salah satu komoditi peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein adalah daging. Kebutuhan masyarakat terhadap daging seperti halnya produk ternak lainnya mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat, serta jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi daging ayam pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 424.979 ton dibandingkan pada tahun 1999 yang hanya sebesar 355.864 ton.

Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah dan peternak telah berupaya mendaya gunakan sebagian besar sumber komoditi ternak yang dikembangkan, diantaranya adalah ayam pedaging (broiler). Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ternak potong lainnya. Keunggulan itu diantaranya, laju perputaran modal yang cepat, waktu pemeliharaan yang singkat yaitu dalam lima minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot 1,5 kg/ekor. Hal inilah yang mendorong banyak peternak yang mengusahakan peternakan ayam broiler ini.

Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seperti terlihat pada pada Tabel 1.

(14)

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia Tahun 2000-2007

Tahun Populasi (000 ekor)

2000 530.874,06 2001 621.870,43 2002 865.074,79 2003 847.743,89 2004 778.969,84 2005 811.188,68 2006 797.527,45 2007 920.851,12

Sumber : Departemen Pertanian (2007)

Perkembangan populasi ternak ayam broiler tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil resiko untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler dengan skala produksi lebih besar. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan peran pemerintah dalam menggerakkan perusahaan swasta dan lembaga-lembaga pembiayaan agribisnis dalam menunjang pengembangan produksi peternakan khususnya ayam broiler. Salah satu bentuk kerjasama antara pengusaha dengan peternak yakni dengan menjalin pola kemitraan. Pola kemitraan ini sangat membantu peternak dalam menyiapkan sarana produksi berupa bibit, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, dan pemasaran hasil peternakan.

Perumusan Masalah

Abdul Djawad Farm merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler yang memanfaatkan peluang pasar. Perusahaan ini ingin mengembangkan usaha dengan peningkatan skala usaha. Peningkatan skala usaha ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum karena keuntungan yang diperoleh erat kaitannya dengan besarnya nilai penjualan. Namun, sebelum melakukan rencana pengembangan usaha, perlu dilakukan suatu kajian mengenai kelayakan usaha terutama masalah finansial yang telah dijalankan guna pertimbangan kelanjutan usaha tersebut, karena usaha peternakan ayam broiler sangat peka terhadap perubahan-perubahan harga, baik harga input maupun harga output.

(15)

Selayaknya usaha peternakan lainnya, usaha peternakan ayam broiler juga dihadapkan pada berbagai masalah/kendala dalam pelaksanaannya. Permasalahan utama dalam usaha peternakan ayam broiler adalah masalah harga faktor produksi yang semakin meningkat. Kenaikan yang paling terasa bagi peternak adalah biaya produksi untuk pakan, dimana hampir sebagian besar bahan baku pakan ayam berasal dari perusahaan pakan ternak. Perusahaan pakan ternak tersebut membutuhkan bahan baku yang tidak mampu dipenuhi dari produksi dalam negeri seperti jagung, bungkil kedelai dan tepung ikan sehingga harus mengandalkan impor. Salah satu cara untuk mengantisipasi masalah tersebut adalah dengan membuat analisis finansial yang baik dan terencana. Analisis finansial akan memberikan gambaran mengenai layak atau tidaknya suatu usaha dijalankan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada harga-harga input maupun output.

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm ditinjau dari aspek finansial?

2. Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input dan harga output?

Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm.

2. Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun harga output.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Perusahaan Mitra (Abdul Djawad Farm) : sebagai masukan bagi perusahaan dalam

mengevaluasi usaha dan menjadi pedoman dalam merencanakan di masa yang akan datang.

(16)

2. Perusahaan Inti (PT. Sierad Produce, Tbk.) : sebagai informasi dalam menentukan kelanjutan kerjasama yang tercipta dan saling menguntungkan.

2. Investor : sebagai pertimbangan saat mengambil keputusan dalam menanamkan modal (investasi) terhadap usaha peternakan ayam broiler di Abdul Djawad Farm. 3. Penulis : sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu yang didapat di bangku kuliah dan

menganalisa keadaan peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm.

4. Peneliti selanjutnya : sebagai masukan untuk kelanjutan penelitian yang berkaitan dengan topik ini.

(17)

KERANGKA PEMIKIRAN

Abdul Djawad Farm merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler yang berusaha untuk memanfaatkan peluang pasar yang memiliki prospek cukup cerah dengan cara melakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan skala usaha. Namun, dalam menjalankan usahanya perusahaan tersebut sering dihadapkan pada berbagai kendala yaitu fluktuasi harga input terutama pakan dan juga harga jual ayam hidup. Oleh karena itu, sebelum mengembangkan usaha ini, perlu dilakukan suatu kajian mengenai kelayakan finansial pengusahaan ayam broiler dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh kelayakan usaha tersebut agar tetap dapat dijalankan. Kajian finansial ini diawali dengan arus penerimaan dan arus biaya.

Kajian kelayakan terhadap usaha peternakan ayam broiler adalah menggunakan analisis finansial dengan kriteria investasi yaitu : NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), IRR (Internal Rate of Return) dan PBP (Payback Periode). Selain itu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha ayam broiler dalam menghadapi beberapa perubahan yang terjadi, baik perubahan harga input maupun output. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut layak untuk dijalankan/diusahakan untuk kemudian dilakukan pengembangan usaha dan sebaliknya.

(18)

Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian Keterangan : Yang diteliti

Tidak diteliti

Arus Penerimaan Arus Biaya

Kajian Kelayakan Usaha :

Analisis Finansial meliputi : NPV, BCR, IRR, dan PBP Analisis Sensitivitas

Tidak Layak Layak

Pengembangan Usaha

(19)

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler

Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 948/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN. 330/6/96, usaha peternakan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu peternak rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternak rakyat yaitu usaha kecil peternakan ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor ayam pedaging per siklus. Usaha kecil adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya tidak melebihi dari 65.000 ekor per siklus. Perusahaan peternakan adalah usaha menengah dan besar di bidang usaha budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per siklus (Suharno, 2000).

Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan, tetapi untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus bisa menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan dalam usaha budidaya broiler, diantaranya : (a) kelemahan manajemen pemeliharaan, karena broiler merupakan hasil dari berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit, kesalahan dari segi manajemen pemeliharaan akan mengakibatkan kerugian; (b) fluktuasi harga produk, harga broiler di Indonesia sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacam-macam, terutama faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; (c) fluktuasi harga DOC yang bermuara pada keseimbangan penawaran dan permintaan di pasar; (d) tidak ada kepastian waktu jual, dalam kondisi normal peternak broiler mandiri menjual broiler siap potong tetapi tidak dalam kondisi penawaran lebih tinggi dari permintaan. Peternak dapat saja menjual murah hasil ternaknya atau menunggu harga yang lebih baik tapi sekaligus mengeluarkan biaya ekstra untuk ransum; (e) margin usaha rendah, margin usaha budidaya broiler keuntungannya sangat tipis sekitar 5-10% dari setiap siklus produksinya; (f) faktor

(20)

lain yang menghambat, lebih dari sebagian harga sapronak misalnya vaksin, obat-obatan, feed suplement, bahan baku ransum merupakan produk impor.

Rasyaf (2002) menyatakan bahwa ada tiga unsur dalam beternak ayam yaitu, unsur produksi, unsur manajemen, unsur pasar dan pemasaran. Rasyaf menyatakan bahwa satu masa produksi adalah satu kurun waktu dimana dilakukan produksi atau pembesaran anak ayam broiler mulai umur sehari hingga siap jual. Di Indonesia, ayam broiler siap jual dilakukan pada umur 5-6 minggu dengan bobot jual antara 1,4-1,7 kg per ekor sesuai permintaan konsumen.

Karakteristik Ayam Broiler

Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan. Menurut Rasyaf (2004), ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam broiler yang terlalu berat sulit dijual. Ciri khas daging ayam broiler adalah : (a) Rasanya khas dan enak, (b) Dagingnya empuk dan banyak, dan (c) Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur dalam perebusan yang terlalu lama. Selain itu, Fadillah (2004) menyatakan bahwa keunggulan ayam ras pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan yang terbentuk sangat didukung oleh : (a) temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-260 C); (b) kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (c) teknik pemeliharaan yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan (d) kawasan peternakan terbebas dari penyakit.

Faktor-faktor Produksi

Fadillah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar).

(21)

Bibit Ayam

Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas, yaitu : (a) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) berasal dari induk yang matang umur; (c) anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) keadaan tubuh ayam normal; dan (h) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g/ekor. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).

Pakan

Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu; (b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan (c) Pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa awal (2 atau 3 minggu) digunakan pellet starter dan pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher.

Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin

Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia, dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Adapun cara penggunaan obat-obatan yaitu melaui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004).

Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses memasukkan

(22)

bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam, baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada peternakan ayam ras peaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya New Castle Disease (ND) atau tetelo dan gumboro ( Fadillah, 2004).

Menurut Ensminger (1992), vitamin adalah susunan kompleks zat organik yang dibutuhkan hewan untuk pertumbuhan normal, produksi, reproduksi, dan kesehatan. Dalam program tatalaksana pemeliharaan ayam ras pedaging digunakan vitamin C (pada umumnya berbentuk serbuk dan cairan), yang biasanya diberikan setelah vaksinasi dan digunakan sebagai suplemen atau bahan tambahan pada air minum ayam (Tobing, 2004).

Tenaga Kerja

Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa jenis tenaga kerja, antara lain: tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian umumnya sebagai tenaga kerja kasar pelaksana kandang. Sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ditekuni. Sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Menurut Fadillah (2004), untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan tenaga kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam, membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam, dan sebagainya.

Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar)

Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca

(23)

sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu minyak. Selanjutnya, Fadillah (2004), mengatakan bahwa intensitas cahaya pada malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan satu lampu bohlam 150 watt untuk luas lantai 93 m2. Selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per 1.000 ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg sebanyak 5-7 tabung, minyak tanah 100-120 liter dan batu bara 100-130 kg.

Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal (sistem liter). Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat beraktivitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam. Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal.

Studi Kelayakan Usaha Biaya dan Penerimaan

Biaya bagi perusahaan adalah nilai faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output (Boediono, 1990).

Menurut Lipsey et al., (1996), biaya bagi perusahaan yang berproduksi didefinisikan sebagai nilai input yang digunakan untuk menghasilkan output. Biaya produksi dalam usahatani menurut Hernanto (1995) dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :

a) Biaya tetap adalah biaya yang besar-kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.

b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya: pengeluaran untuk bibit, obat-obatan dan biaya tenaga kerja.

2. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari :

a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tunai ini digunakan untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.

b) Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri dan tenaga kerja keluarga. Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen usahatani.

(24)

Menurut Soekartawi et al. (1986), menyatakan biaya produksi merupakan pengeluaran yang digunakan untuk suatu proses produksi tanaman atau ternak dalam usahatani.

Samuelson dan W.D Nordhaus (1996) menyatakan bahwa penerimaan adalah harga dikalikan dengan kuantitas atau total hasil penjualan, sedangkan Soekartawi et al. (1986) mendefinisikan penerimaan adalah :

a) Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk.

b) Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Menurut Rasyaf (2002), penerimaan dalam usaha peternakan ayam pedaging terdiri dari : (1) hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging baik, dalam kondisi hidup maupun dalam bentuk karkas; dan (2) hasil sampingan yaitu berupa kotoran ayam atau alas litter yang laku dijual kepada petani sayur-mayur atau petani palawija.

Analisis Finansial

Dalam melakukan studi kelayakan, aspek finansial merupakan faktor yang menentukan, artinya betapapun aspek-aspek lain mendukung namun kalau tidak tersedia dana maka akan sia-sia. Aspek finansial berkaitan dengan bagaimana menentukan kebutuhan jumlah dana dan sekaligus pengalokasiannya serta mencari sumber dana yang bersangkutan secara efisien, sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Suratman, 2001).

Menurut Nitisemito dan Burhan (1995), kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Gittinger, 1986).

Tingkat kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan menggunakan kriteria-kriteria investasi : (a) Net Present Value (NPV); (b) Internal Rate of return (IRR); (c) Benefit Cost Ratio (BCR).

1. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan peresent value dari biaya. Menurut Gittinger (1986), suatu usaha dinyatakan layak jika

(25)

NPV > 0. jika NPV = 0, berarti usaha tersebut tidak untung maupun rugi. Jika NPV < 0 , maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Jika ternyata IRR dari suatu proyek sama dengan yang berlaku sebagai social discount rate, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ social discount rate, maka usaha tersebut dinyatakan layak. Sedangkan jika IRR < social discount rate-nya maka usaha tersebut sebaiknya tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).

3. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger, 1986).

4. Pay Back Periode (PBP)

Pay Back Periode atau periode pengembalian modal (PPM) diartikan sebagai jangka waktu yang diperlukan oleh sebuah usaha untuk mengembalikan seluruh dana yang diinvestasikan, yaitu merupakan ukuran lamanya waktu yang diperlukan agar seluruh modal yang ditanamkan dapat dikembalikan/dibayar oleh manfaat yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi akan berkaitan dengan tingkat resiko, maka periode pengembalian modal dapat pula dijadikan alat untuk mengukur resiko. Semakin cepat modal yang ditanamkan dapat dikembalikan oleh manfaat, maka semakin rendah resiko dari investasi tersebut (Nugroho, 2003). Apabila suatu alternatif memiliki masa ekonomis lebih besar dari periode pengembalian, maka alternatif tersebut layak, sebaliknya bila periode pengembalian lebih besar

(26)

dari estimasi masa pakai suatu alat atau umur suatu investasi maka investasi atau alat tersebut tidak layak diterima.

Analisis Sensitivitas

Kadariah (1999), mengemukakan bahwa suatu analisis untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit disebut analisis kepekaan. Jika suatu usaha sudah diputuskan untuk dilaksanakan dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan atau analisis-analisis serta didasarkan pada hasil evaluasi R/C (Revenue Cost) namun didalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan terjadi perhitungan yang meleset yang disebabkan oleh kenaikan-kenaikan harga maupun terjadinya penurunan harga hasil produksi yang menyebabkan akan berkurangnya penerimaan yang diharapkan sebelumnya. Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut harus diadakan analisis kembali untuk mengetahui sampai sejauh mana dapat diadakan penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan harga tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa analisis usaha didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Gittinger (1986), menyatakan bahwa analisis kepekaan ditujukan untuk meneliti kembali dan melihat pengaruh komponen biaya dan manfaat terhadap kelayakan usaha yang akan terjadi akibat keadaan berubah. Analisis kelayakan finansial biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi atau estimasi yang banyak mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, dan salah satu penyebabnya adalah perubahan harga terhadap tingkat harga umum, baik harga input maupun tingkat harga output.

Nugroho (2003), mengemukakan bahwa analisis kepekaan (sensitivity analysis) adalah suatu teknik untuk menguji sejauh mana hasil analisis yang telah dilakukan peka terhadap perubahan-perubahan faktor-faktor yang berpengaruh. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan teknik analisis ini sering digunakan, antara lain :

1. Disadari bahwa di dalam membuat proyeksi aliran kas terdapat ketidaksempurnaan estimasi yang menyangkut aliran kas masuk (manfaat-manfaat) dan keluar (biaya-biaya).

(27)

2. Adanya ketidakpastian (uncertainty) baik yang menyangkut harga-harga input dan output maupun estimasi produksi (produktivitas), dan lain sebagainya. 3. Adanya kemungkinan perubahan tingkat suku bunga bank, inflasi dan

resiko-resiko di masa yang akan datang yang pada akhirnya berpengaruh terhadap besarnya nilai uang.

(28)

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Abdul Djawad Farm, Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2008.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat deskriptif analitis dengan unit analisis usaha peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm. Pemilihan peternakan tersebut sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm merupakan usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan dengan populasi terbesar di Desa Banyu Resmi. Jumlah DOC rata-rata yang dipelihara 46.000 ekor per periode produksinya. Selain itu, tersedianya data yang diperlukan untuk mendukung analisis. Penelitian mengkaji tentang keadaan umum perusahaan, struktur biaya, dan penerimaan usaha peternakan.

Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi/pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung dengan manager dan karyawan peternakan ayam broiler dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Data primer meliputi keadaan umum perusahaan, sedangkan data sekunder merupakan data penunjang digunakan untuk kelengkapan analisis yang dilakukan. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan usaha peternakan Abdul Djawad Farm selama satu tahun terakhir yaitu tahun 2007. Selain itu, data sekunder diperoleh dari internet, dan literatur-literatur yang terkait.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2008.

(29)

Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan program excel, lalu disajikan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini antara lain :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum usaha peternakan Abdul Djawad Farm, manajemen pemeliharaan, penggunaan tenaga kerja, pemberian pakan dan pencegahan penyakit. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun proyeksi usaha di masa yang akan datang dengan membuat proyeksi biaya dan penerimaan.

2. Analisis Kelayakan Finansial

Menurut Kadariah et al., (1999), analisis ini dapat dihitung dengan kriteria-kriteria investasi sebagai berikut :

1. Net Present Value (NPV)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut: a) NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan layak dilaksanakan. b) NPV< 0, maka proyek merugi dan lebih baik untuk tidak dilaksanakan. c) NPV = 0, maka berarti proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

(

)

(

)

= + − = n t t t t i NPV

B

C

1 1 Keterangan :

n = Periode usaha (tahun)

Bt = Penerimaan total pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp)

i = Tingkat suku bunga t = Tahun (1,2,3,…n) 2. Internal Rate of Return (IRR)

Kriteria keputusan yang dipilih dalam analisis ini adalah layak, jika nilai IRR ≥ i. Formula matematiknya adalah :

(

2 1

)

2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i IRR − + + =

(30)

Keterangan :

i1 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1 (%)

i2 = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2 (%)

NPV1 = Nilai NPV yang bernilai positif NPV2 = Nilai NPV yang bernilai negatif 3. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1. Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan.

BCR =

(

)

(

)

= = + + n t t t n t t t i i

C

B

1 1 1 1 Keterangan :

n = Periode usaha (tahun)

Bt = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = Tingkat suku bunga

t = Tahun (1,2,3,…n) 4. Pay Back Periode (PBP)

Pay Back Periode adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Pay Back Periode dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik

(31)

proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Menurut Ibrahim (2003), secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBP = Tp-1 +

B

B

I

p n i n i cp i

= = − − 1 1 1 Keterangan :

PBP : Pay Back Periode

Tp-1 : Tahun Sebelum terdapat Pay Back Periode

I1 : Jumlah Investasi yang sudah di-discount

Bcp-1 : Jumlah Benefit yang di-discount sebelum Pay Back Periode

Bp : Jumlah Benefit pada Pay Back Periode

2. Analisis Sensitivitas

Analisis Sensitivitas ini dilakukan pada tahap perencanaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan proyek atau usaha tehadap perubahan-perubahan yang terjadi pada arus biaya dan manfaat pada saat proyek berlangsung. Perubahan-perubahan yang akan diuji adalah peningkatan harga input produksi dan penurunan harga jual output yang terjadi pada waktu penelitian. Gittinger (1986), menyatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu cara untuk menghadapi ketidakpastian yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan, dan hal ini perlu dilakukan karena analisis kelayakan biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi.

Batasan Istilah

1. DOC (Day Old Chick) adalah anak ayam umur satu hari.

2. Ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak

3. Usaha Peternakan adalah usaha yang dilakukan oleh seorang peternak atau suatu keluarga tani atau badan-badan tertentu untuk memelihara ternak dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya.

(32)

4. Studi Kelayakan Usaha adalah pengkajian manfaat dan biaya-biaya suatu usaha dan menyederhanakannya sehingga dapat menilai untuk menerima atau menolaknya.

5. Analisis Sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara matematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terdapat kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.

6. Pengeluaran Usaha atau biaya adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input yang diperlukan dalam proses produksi dan dinyatakan dalam rupiah. 7. Biaya Investasi adalah modal pertama yang ditanam dan merupakan biaya yang

dikeluarkan untuk pembuatan bangunan dan pembelian peralatan dan dinyatakan dalam rupiah.

8. Biaya Operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. 9. Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa yang penggunaannya sekitar satu tahun dan besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk/output yang dihasilkan dan dinyatakan dalam rupiah.

10. Biaya Variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan setiap periode produksi dan besarnya dipengaruhi oleh kapasitas produksi dan dinyatakan dalam rupiah.

11. Penerimaan Usaha adalah nilai produk total usaha ternak yang dijual dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam rupiah.

12. Pendapatan adalah besarnya penerimaan yang diterima setelah dikurangi pengeluaran dan dinyatakan dalam rupiah.

13. Input adalah barang atau jasa yang digunakan untuk proses produksi. 14. Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. 15. Depresiasi (penyusutan) adalah penurunan nilai faktor-faktor produksi tetap

akibat penggunaannya dalam proses produksi selama usia ekonomisnya. Besarnya dihitung dengan metode garis lurus.

(33)

16. Feed Convertion Ratio (FCR) adalah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satu kilogram bobot badan ayam.

17. Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati selama pemeliharaan dibagi dengan jumlah ayam pada awal pemeliharaan dikali 100%.

(34)

KEADAAN UMUM LOKASI Lokasi dan Sejarah Perusahaan

Peternakan Abdul Djawad Farm merupakan usaha peternakan yang bergerak dalam bidang pemeliharaan ayam broiler. Usaha ini, sudah mempunyai surat izin prinsip No. 503/3715-Binus, tanggal 18 Oktober 2006, Register 1.1/031.PP.Nak/10/2006 yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Lokasi peternakan terletak di Desa Banyu Resmi, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah Desa Banyu Resmi sebelah utara berbatasan dengan Desa Banyu Asih, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sadeng, sebelah barat berbatasan dengan Desa Banyu Wangi, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Leuwi Batu. Pada awalnya lokasi peternakan merupakan lahan perbukitan. Pada bulan Januari 2004 pemilik usaha peternakan mulai membuka lahan tersebut untuk dibangun menjadi lokasi peternakan. Luas lahan yang dibuka untuk lokasi peternakan adalah 1 Ha. Dalam perkembangannya luas keseluruhan lahan sampai saat ini sudah mencapai 8,7 Ha. Selain digunakan untuk lokasi peternakan, lahan ini digunakan untuk lokasi perkebunan. Lokasi peternakan berada jauh dari pemukiman penduduk. Pemukiman penduduk yeng terdekat sekitar 1,5 km dari lokasi peternakan. Hal tersebut sangat mendukung untuk perkembangan ayam karena jauh dari kebisingan yang dapat menimbulkan ayam stress dan juga bau yang timbul dari kotoran ayam tidak menimbulkan polusi bagi masyarakat sekitar. Jalan menuju lokasi peternakan cukup menunjang sehingga memudahkan transportasi. Keadaan tersebut sangat sesuai untuk melakukan pengembangan usaha.

Usaha Peternakan ini berdiri atas ide Bapak Ir. Ismail Istiadjie yang merupakan manager farm. Berbekal pengalaman dalam menjalankan usaha pemeliharaan ayam broiler, beliau mengajukan kerjasama dengan Bapak Abdul Djawad Lubis, yang sekarang merupakan investor dan sekaligus merupakan pemilik dari usaha peternakan. Pada bulan Agusutus 2004, usaha ini mulai berjalan dengan jumlah populasi awal 22.000 ekor dengan jumlah kandang sebanyak enam unit kandang dengan ukuran 54 x 7 m.

Selama menjalankan usahanya, peternakan Abdul Djawad Farm menjalin kemitraan dengan PT. Sierad Produce, Tbk. dengan berbagai pertimbangan, salah satunya adalah karena harga kontrak yang diberikan perusahaan tersebut jauh lebih

(35)

baik dibanding perusahaan lainnya. PT. Sierad Produce, Tbk, sebagai perusahaan yang menyediakan sapronak dan membeli kembali produk berupa ayam hidup, sedangkan perusahaan peternakan sendiri hanya menyediakan kandang beserta peralatannya. Usaha peternakan Abdul Djawad Farm sampai saat ini terus melakukan pengembangan usahanya, dengan menambah bangunan kandang dan jumlah ayam yang dipelihara. Sampai saat ini ayam yang dipelihara sudah mencapai 46.000 ekor dengan jumlah kandang sebanyak 12 unit.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi usaha peternakan ini masih sangat sederhana seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi di Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm Pimpinan usaha peternakan Abdul Djawad Farm merupakan pemilik sekaligus investor yang berperan sebagai pembuat kebijakan dan pemegang kendali perusahaan, sedangkan manager farm memiliki tugas rangkap, yaitu bertanggung jawab dalam mengawasi jalannya kegiatan produksi, administrasi, keuangan dan pemasaran. Namun, untuk mempermudah jalannya kegiatan produksi, manager farm membagi pekerjanya ke dalam dua bagian yaitu bagian kandang, dan bagian keamanan. Bagian kandang berjumlah 12 orang yang terdiri dari dua orang kepala flock dan 10 orang anak kandang. Bagian ini bertugas menjalankan operasional kandang diantaranya, menyiapkan pakan dan peralatan kandang, memberi makan dan

Pimpinan

Manager

Bagian Kandang Bagian Keamanan

(36)

minum, mencatat pakan yang diberikan dan ayam yang mati, memelihara kesehatan ayam, menjaga kebersihan kandang dan peralatan kandang. Bagian keamanan terdiri dari tiga orang, bertugas menjaga keamanan di sekitar peternakan, termasuk keamanan aset, karyawan, ayam yang dipelihara, serta menanggulangi gangguan keamanan dari luar.

Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok selain produksi, yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan mendapatkan laba. Output yang dijual berupa ayam hidup dengan bobot badan 1,2 – 1,7 kg. Usaha peternakan Abdul Djawad Farm memasarkan produknya dengan cara menawarkannya kepada perusahaan inti yaitu, PT. Sierad Produce, Tbk. Selanjutnya, perusahaan inti menawarkan kembali produknya kepada pembeli. Setelah harga disepakati, pembeli datang langsung ke kandang untuk mengambil ayam yang sudah dipesan dengan menunjukkan surat permintaan (Delivery Order). Harga jual yang diterima perusahaan adalah sesuai dengan kontrak yang telah disepakati antara mitra dengan PT. Sierad Produce, Tbk. Adapun contoh surat kesepakatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata bobot jual ayam hidup selama tahun 2007 adalah 1,58 kg/ekor yang dijual pada minggu keenam. Bobot jual terkecil terjadi pada periode Juni - Juli yaitu, 1,26 kg, sedangkan bobot jual terbesar adalah 1,81 kg terjadi pada periode Maret - Mei. Selain itu, harga jual ayam pada usaha peternakan Abdul Djawad Farm selama tahun 2007 sangat fluktuatif. Harga ayam

yang paling tinggi terjadi pada periode Agustus - September yaitu Rp 10.380,31,-/kg. Hal tersebut disebabkan karena bulan tersebut menjelang bulan

Ramadhan sehingga permintaan terhadap ayam tinggi. Rata-rata harga jual ayam pada usaha peternakan Abdul Djawad Farm adalah Rp 9.105,65,-/kg. Nilai rata-rata Feed Convertion Ratio (FCR) selama satu tahun 1,66 yang menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg bobot badan hidup diperlukan konsumsi ransum sebanyak 1,66 kg. Angka kematian (mortalitas) yang terdapat di Abdul Djawad Farm rata-rata sebesar 3,62%. Mortalitas tertinggi terjadi pada periode Nopember – Desember sebesar 4,83%. Hal ini mungkin disebabkan pada periode pemeliharaan tersebut

(37)

terjadi perubahan cuaca yang menyebabkan ayam mudah terserang berbagai penyakit.

Secara umum, rata-rata nilai bobot jual, FCR, serta mortalitas di Abdul Djawad Farm sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti yaitu PT. Sierad Produce, Tbk seperti yang tertulis pada surat kesepakatan. Namun, belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh usaha peternakan tersebut seperti terlihat pada lampiran 3. Hal tersebut disebabkan karena standar yang dibuat oleh Abdul Djawad Farm lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan oleh PT. Sierad Produce, Tbk.

Tabel 2. Bobot Jual, Konversi Ransum dan Mortalitas di Abdul Djawad Farm selama Tahun 2007

Periode Bobot Jual (kg) Ayam Hidup (kg) Harga Ayam (Rp/kg) FCR Mortalitas (%) Jan – Feb 1,54 68.532 8.322,44 1,70 3,26 Mar – Mei 1,81 70.725 8.732,99 1,74 2,48 Jun – Jul 1,26 48.258 9.055,38 1,67 4,25 Agust – Sept 1,71 66.287 10.358,92 1,65 3,26 Nop - Des 1,59 69.827 9.058,51 1,55 4,83 Rata-rata 1,58 9.105,65 1,66 3,62

Sumber : Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm, 2007 (diolah)

Tatalaksana Pemeliharan Ayam Broiler

Pemeliharaan ayam yang dilakukan dalam usaha pemeliharaan ayam broiler diawali dengan persiapan kandang. Persiapan kandang dilakukan melalui dua tahapan yaitu proses pencucian dan sterilisasi serta proses pemasangan peralatan kandang.

Sebelum anak ayam (Day Old Chicken atau DOC) masuk, semua peralatan dikeluarkan dari kandang dan dicuci dengan air yang sudah dicampur dengan desinfektan. Peralatan yang sudah bersih dan steril disimpan di tempat yang bersih. Setelah itu, kotoran ayam yang ada dibawah kandang dimasukan ke dalam karung untuk dikeluarkan dari lokasi. Selanjutnya kandang disikat dan disemprot dengan sprayer tekanan tinggi yang dinamakan mesin sanchin. Proses pencucian kandang menggunakan detergen dengan perbandingan 1kg detergen untuk 100 liter air. Lalu

(38)

dilumuri kapur tohor. Pelumuran dengan kapur tohor ini dilakukan sebagai langkah sterilisasi kandang dan upaya menjaga kelembaban kandang. Pelumuran kandang dengan kapur tohor ini diikuti dengan penyemprotan formalin. Selanjutnya kandang ditutupi dengan tirai (terpal) yang sudah disemprot dengan desinfektan lalu dikeringkan. Pemasangan tirai ini berguna untuk menjaga agar kandang tetap hangat dan tidak lembab sebelum DOC masuk. Kemudian lantai bawah kandang disapu sampai bersih.

Sebelum DOC masuk, kandang dialasi dengan jaring dan sekam padi sebagai litternya setebal kurang lebih 5 cm. Kemudian peralatan kandang seperti pembatas (brooder guard), pemanas dan terpal yang sudah bersih dipasang kembali. Setelah itu, semprot kembali dengan desinfektan dan formalin yang dicampur air dengan perbandingan 60 ml : 10 liter. Desinfektan yang digunakan perusahaan pada saat penelitian adalah ultrades, sierades dan septides. Setelah itu, kandang dikosongkan selama empat hari sebelum DOC masuk. Pemasangan tempat pakan dan tempat minum dilakukan sesaat sebelum anak ayam (DOC) masuk.

Setelah kandang selesai disterilisasi, maka DOC siap untuk dimasukkan. Pemanas harus sudah dinyalakan dua jam sebelum DOC tiba. Pakan harus sudah ditebar diatas sekam yang sudah dialasi dengan koran supaya DOC dapat membedakan antara pakan dengan sekam. Sebelum masuk, terlebih dahulu DOC ditimbang secara acak untuk memastikan berat DOC apakah sesuai standar DOC yang diinginkan. Berat rata-rata DOC pada peternakan Abdul Djawad Farm adalah 40-50 gram/ekor. Setelah DOC ditimbang, dilihat apakah kondisinya baik, sesuai strain yang diminta dan dihitung jumlahnya. Sesaat setelah DOC masuk, DOC diberi minum larutan vitamin vigroo dan antibiotik mycotack dengan perbandingan 40 ml vitamin dan 80 liter air untuk 4.000 ekor anak ayam (DOC). Vitamin berguna sebagai anti stres untuk memulihkan kondisi ayam yang mengalami cekaman selama dalam perjalanan.

Tahapan pemeliharaan ayam setiap minggunya berbeda-beda. Adapun yang membedakannya antara lain penggunaan layar, pemanas, pembatas dan penggunaan tempat pakan dan minum.

Selama masa awal pemeliharaan tirai dibuka secara bertahap, dimulai dari bagian atas ke bawah. Pembukaan tirai ini berlangsung sampai ayam berumur kurang

(39)

lebih 21 hari atau tergantung keadaan cuaca. Setelah minggu ke-3, tirai sudah tidak digunakan lagi. Pemanas digunakan sampai minggu ke-2 pemeliharaan. Pelebaran pembatas (brooder guard) dilakukan setiap hari dengan pertambahan sekitar 20 cm. Pelebaran pembatas (brooder guard) ini diikuti dengan penambahan jumlah baki pakan dan galon manual. Pada hari ke-11 pembatas (brooder guard) dibagi menjadi dua bagian yang disekat dengan pagar bambu. Baki pakan dan tempat minum manual digunakan sampai pemeliharaan hari ke-11. Setelah itu, diganti dengan tempat pakan bentuk tabung dengan kapasitas 5 kg dan galon otomatis.

Pengawasan terhadap penyakit dilakukan oleh Technical Service (TS) dari PT. Sierad Produce, Tbk. Technical Service (TS) datang secara berkala untuk memeriksa kesehatan ayam. Ayam yang sakit diambil dan dipisahkan dari ayam yang sehat untuk menghindari penyebaran penyakit. Ayam yang mati karena penyakit segera dibedah untuk mengetahui penyebab kematiannya. Kemudian bangkai ayam di kubur. Tabel 3 menunjukkan penyakit yang sering menyerang ayam, ciri-ciri dan penyebabnya. Sebagian besar ayam yang terserang penyakit akibat dari lingkungan yang kurang bersih.

Tabel 3. Penyakit yang Sering Menyerang, Gejala dan Penyebabnya

Penyakit Gejala Penyebab

Chronic Respiratory Disease (CRD)

Ayam batuk-batuk, dari lubang hidung keluar cairan, bersin, kepala sering diguncang-guncangkan, dan mengeluarkan bunyi ngorok yang jelas pada malam hari.

Bakteri Micoplasma Gallisepticum (MG) Coligranuloma (Hjarre's Disease)

Terdapat nodul-nodul (granulomas) di sepanjang saluran usus, mesentery, dan hati.

Bakteri

enbacterium dan bacteriodes

Coryza (Snot, salesma)

Ayam lesu, dan keluar cairan yang jernih dari hidung, makin lama

makin kental. Terjadi

pembengkakan atau oedema pada muka.

Bakteri Haemophilus Gallinarum

Gumboro (IBD) Diare, berak berwarna putih seperti pasta, terjadi pembengkakan pada bursa fabricius. Ada bintik merah pada paha.

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya

Biaya yang digunakan dalam usaha peternakan Abdul Djawad Farm, terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya awal yang digunakan untuk membeli barang-barang modal atau barang yang penggunaannya lebih dari satu tahun. Biaya ini meliputi investasi lahan, investasi bangunan dan investasi peralatan.

Investasi Lahan. Lahan yang digunakan untuk usaha peternakan merupakan lahan milik sendiri. Luas lahan untuk lokasi peternakan adalah 1 Ha dengan harga per meternya Rp 6.000,-. Lahan tersebut digunakan untuk perkandangan, gudang pakan, kantor, dan mess karyawan.

Investasi Bangunan. Biaya investasi bangunan meliputi biaya pembangunan kandang, pembangunan gudang pakan, pembangunan kantor dan mess karyawan. 1) Kandang

Kandang yang digunakan adalah kandang panggung yang beralaskan litter (sekam padi). Kandang dibangun dengan bentuk panggung untuk memudahkan dalam pengambilan kotoran ayam. Tinggi kandang kurang lebih 6 meter dari tanah. Ketinggian kandang tersebut untuk memudahkan sirkulasi udara agar tidak terjadi kelembaban yang dapat mengganggu kesehatan ayam. Dinding kandang berbahan kawat dan lantai kandang terbuat dari bambu (reng). Sedangkan atapnya yang berbentuk monitor terbuat dari asbes. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Usaha peternakan Abdul Djawad Farm memiliki 12 buah kandang dengan ukuran 54 x 7 m. Biaya untuk pembuatan kandang adalah Rp 85.000,-/m2, dengan umur ekonomis sekitar 10 tahun. Jumlah DOC per luasan kandang adalah 10 ekor DOC/m2. Kepadatan ini

berada di atas kepadatan kandang hasil penelitian Veranza (2004), yaitu 9 ekor/m2.

2) Gudang Pakan

Usaha peternakan Abdul Djawad Farm memiliki dua buah gudang pakan dengan ukuran 5 x 6 m. Gudang pakan digunakan sebagai tempat

(41)

penyimpanan pakan sementara sebelum dipindahkan ke kandang. Biaya pembuatan gudang pakan adalah Rp 65.000,-/m2. Perlu diketahui, gudang pakan dibangun semi permanen dengan bahan atap asbes, sedangkan dinding dan lantai berbahan bambu. Gudang pakan memiliki umur ekonomis 10 tahun.

3) Mess Karyawan dan Kantor

Mess karyawan dan kantor dibangun secara permanen, dengan atap genteng, lantai keramik dan dinding tembok untuk kantor dan anyaman bambu untuk mess karyawan. Mess karyawan dimaksudkan untuk tempat peristirahatan dan penginapan karyawan. Luas mess karyawan adalah 72 m2, sedangkan luas kantor 116 m2. Pembangunan mess karyawan dan kantor, masing-masing menghabiskan biaya per meternya Rp 400.000,- dan Rp 600.000,-. Umur ekonomis mess karyawan dan kantor adalah 10 tahun.

Tabel 4. Biaya Investasi Lahan, Bangunan dan Peralatan Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm

Keterangan Satuan Harga per

Satuan Biaya (%) Lahan (m2) 10.000 6.000 60.000.000 8,58 Kandang (m2) 4.536 85.000 385.560.000 55,15 Kantor (m2) 116 600.000 69.600.000 9,96 Mess Karyawan (m2) 72 400.000 28.800.000 4,12 Gudang Pakan (m2) 60 65.000 3.900.000 0,56 Peralatan 143.515.600 20,53

Instalasi Listrik dan Air 2.500.000 0,36

Perlengkapan Kantor 5.200.000 0,74

Total Biaya Investasi 699.075.600 100

Sumber : Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm, 2007 (diolah)

Tabel 4 menunjukkan bahwa biaya investasi terbesar yang dikeluarkan usaha peternakan Abdul Djawad Farm adalah biaya pembuatan kandang. Biaya tersebut setengahnya dari keseluruhan biaya investasi (55,15%). Hal ini disebabkan kandang tersebut dibangun dalam jumlah banyak dengan kapasitas yang relatif sedikit.

Investasi Peralatan. Peralatan kandang yang digunakan adalah pemanas (semawar), pembatas, tempat pakan, tempat minum, tirai, drum, alat penerangan, tambang, jerigen, ember, gayung, sprayer, sanyo, thermometer, timbangan, sekop, cangkul, sapu lidi, sikat. Biaya investasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

(42)

1) Pemanas

Pemanas yang digunakan usaha peternakan Abdul Djawad Farm adalah semawar dengan bahan bakar minyak tanah. Pemanas diletakkan pada ketinggian 50 – 75 cm di atas sekam. Setiap kandang dilengkapi lima buah pemanas. Satu buah pemanas dapat digunakan untuk sekitar 756 ekor. Umur ekonomis dari pemanas kurang lebih lima tahun. Harga satu buah pemanas adalah Rp 300.000,- 2) Pembatas (Brooder Guard)

Pembatas (Brooder Guard) merupakan alat pembatas bagi DOC yang dipelihara antara umur 1-11 hari. Bahan yang digunakan untuk pembatas adalah seng. Penggunaan pembatas ini bersamaan dengan pemanas agar DOC mendapatkan panas atau kehangatan yang merata. Satu buah pembatas digunakan untuk 945 ekor ayam. Pembatas yang digunakan berukuran 50 m x 0,45 m. Harga seng pembatas adalah Rp 7.500/meter, dengan umur ekonomis kurang lebih lima tahun.

3) Tempat Pakan

Tempat pakan yang digunakan pada usaha peternakan Abdul Djawad Farm terbagi menjadi dua, yaitu baki pakan atau nampan dari bahan plastik dan tempat pakan yang berbentuk tabung ukuran 5 kg pakan. Baki pakan atau nampan plastik digunakan untuk ayam umur 1-11 hari. Setelah itu, baki pakan diganti dengan tempat pakan berbentuk tabung. Satu baki pakan dan tempat pakan tabung digunakan untuk 32 dan 30 ekor ayam. Harga masing-masing tempat pakan adalah Rp 5.200,- dan Rp 10.300,- dengan umur ekonomis lima tahun.

4) Tempat Minum

Tempat minum yang digunakan pada usaha peternakan Abdul Djawad Farm berupa galon plastik manual dengan volume kurang lebih 2 liter. Galon manual digunakan sampai ayam umur 11 hari. Setelah itu, galon manual diganti dengan galon otomatis. Satu buah galon manual digunakan untuk 48 ekor ayam. Sedangkan, untuk satu buah galon otomatis digunakan untuk 70 ekor ayam. Harga satu buah galon manual adalah Rp 5.800,- sedangkan harga galon otomatis adalah Rp 35.200,-. Kedua jenis tempat minum memiliki umur ekonomis lima tahun.

Gambar

Tabel  1.  Perkembangan  Populasi  Ayam  Ras  Pedaging  di  Indonesia  Tahun  2000-2007
Gambar 1. Alur Pemikiran Penelitian  Keterangan :    Yang diteliti
Gambar 2. Struktur Organisasi di Usaha Peternakan Abdul Djawad Farm  Pimpinan  usaha  peternakan  Abdul  Djawad  Farm  merupakan  pemilik  sekaligus  investor  yang  berperan sebagai  pembuat  kebijakan  dan  pemegang  kendali  perusahaan,  sedangkan  mana
Tabel 2.  Bobot Jual, Konversi Ransum dan Mortalitas di Abdul Djawad  Farm selama Tahun 2007
+6

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penulis disini melakukan penelitian tentang etika bisnis islam di kalangan pedagang pasar manaqib di

Dari hasil pengolahan data menggunakan metode perancangan rasional, terpilih satu alternatif dengan skor tertinggi dengan karakteristik teknis bahan yang terpilih

Korosi retak tegang (Stress Corrosion Cracking) adalah istilah yang diberikan untuk peretakan intergranular atau transgranular pada logam akibat kegiatan gabungan antara

Sedangkan penelitian kami akan melakukan analisis AVO di lapangan “ X ” pada lapisan TAF formasi Talang Akar cekungan Jawa Barat Utara dengan menggunakan atribut

The result of the study shows that by doing peer assessment on the speaking and writing skills, the students are able to express their ideas by analyzing their friends' mistakes

Fhitung = 0,000 &lt; α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang terdiri kemandirian keuangan daerah dan keserasian alokasi belanja secara simultan berpengaruh

Pertidaksamaan Pecahan, Irrasional dan Mutlak 1 PERTIDAKSAMAAN PECAHAN,A. IRRASIONAL

untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan modal.. 3) sendiri atau modal pinjaman serta mengetahui kemampuan perusahaan. untuk memenuhi kewajibannya, setelah