• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN DAN LEVOFLOXACIN TERHADAP INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP BANGSAL MELATI RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN DAN LEVOFLOXACIN TERHADAP INFEKSI SALURAN KEMIH PASIEN RAWAT INAP BANGSAL MELATI RSUD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK CIPROFLOXACIN DAN LEVOFLOXACIN TERHADAP INFEKSI SALURAN KEMIH

PASIEN RAWAT INAP BANGSAL MELATI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2013

TRIPUJIATI, I. 2014. ANALYSIS OF THE USE OF ANTIBIOTICS AND levofloxacin ciprofloxacin to urinary tract infections inpatients wards JASMINE Hospital Dr. Moewardi 2013. FACULTY OF PHARMACY.

SETIA BUDI UNIVERSITY. SURAKARTA

Indah Tripujiati1, Elina Endang S2, Samuel Budi H3 Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi123

Jl. Letjen Sutoyo, Mojosongo, Surakarta 57127

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi yang prevalensinya masih banyak tersebar di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang biasa digunakan adalah ciprofloxacin dan levofloxacin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kuantitas penggunaan antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin serta kesesuaian dengan formularium rumah sakit dan guidlines.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diambil dari pensurveian kartu rekam medik pasien. Hasil penelitian terhadap 152 pasien diagnosis infeksi saluran kemih di Bangsal Melati Dr. Moewardi Surakarta secara retrospektif. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan menggunakan Independent uji t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kuantitas antibiotik ciprofloxacin (96%) lebih banyak digunakan daripada levofloxacin (6%). Ada perbedaan yang signifikan antara ciprofloxacin dan levofloxacin karena probabilitasnya 0,000. Berdasarkan kesesuian dengan formularium rumah sakit kesesuian dosis dan frekuensi ciprofloxacin (94%) sedangkan levofloxacin 6%. Berdasarkan guidlines kesesuaian dosis ciprofloxacin (43,38) dan levofloxacin tidak sesuai (2,67%), kesesuaian guidlines frekuensi ciprofloxacin (94%) sedangkan levofloxacin (6%).

Kata kunci: infeksi saluran kemih, ciprofloxacin, levofloxacin, Bangsal Melati RSUD dr. Moewardi.

(2)

ABSTRACT

TRIPUJIATI, I. 2014. ANALYSIS OF THE USE OF ANTIBIOTICS AND levofloxacin ciprofloxacin to urinary tract infections inpatients wards JASMINE Hospital Dr. Moewardi 2013. FACULTY OF PHARMACY. SETIA BUDI UNIVERSITY. SURAKARTA

Urinary tract infection (UTI) is an infection due to the proliferation of microorganisms in the urinary tract, which under normal circumstances the urine contains no bacteria, viruses or other microorganisms. Urinary tract infection is one type of infection prevalence is still widely spread in Indonesia. The use of commonly used antibiotics ciprofloxacin and levofloxacin are. The purpose of this study to describe the quantity of antibiotics ciprofloxacin and levofloxacin as well as compliance with the hospital formulary and guidlines.

This study uses secondary data, ie data taken from the patient's medical record pensurveian. The study of 152 patients the diagnosis of urinary tract infections in ward jasmine. Moewardi Surakarta retrospectively. The results obtained were analyzed descriptively and using the Independent t-test.

The results showed that picture of the quantity of antibiotic ciprofloxacin (96%) are more widely used than levofloxacin (6%). There is a significant difference between ciprofloxacin and levofloxacin because the probability of 0.000. Based on the hospital formulary conformity with the dose and frequency suitability ciprofloxacin (94%), while 6% levofloxacin. Based on the suitability guidlines dose ciprofloxacin (43.38) and levofloxacin are not appropriate (2.67%), ciprofloxacin suitability guidlines frequency (94%) whereas levofloxacin (6%).

Key words: urinary tract infections, ciprofloxacin, levofloxacin, Ward Jasmine dr. Moewardi Surakarta

I. PENDAHULUAN

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman modern ini semakin banyak pula jenis penyakit yang ditimbulkan dan banyak macam cara pengobatannya. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi yang prevalensinya masih banyak tersebar di Indonesia. Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir dan bayi sampai usia 6 bulan, prevalensi bakteriuria adalah 1%. Infeksi saluran kemih dapat terjadi

baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria, prevalensi bakteriuria pada wanita dan pria dari kelompok usia ini 4,5% dan 0,5%. Prevalensi anak sekolah 1-3% dan meningkat pada remaja yang sudah melakukan hubungan seksual. Kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian infeksi saluran kemih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah. Lebih kurang 35% kaum wanita selama hidupnya

(3)

pernah menderita infeksi saluran kemih akut dan umur tersering adalah di kelompok umur antara 20 sampai 50 tahun (Samirah et al 2006).

Kebanyakan kasus infeksi saluran kemih tidak menimbulkan masalah yang berat atau tidak menyebabkan kematian dan tidak menimbulkan kerusakan yang bersifat irreversible akan tetapi, risiko kerusakan ginjal yang irreversible dan peningkatan risiko bakterimia akan terjadi ketika infeksi saluran kemih mengenai ginjal. Penyebab infeksi saluran kemih persentase terbanyak dikarenakan oleh bakteri E.Coli dan di urutan kedua Klebsiella pneumoniae (Samirah dkk 2006).

Pengobatan infeksi saluran kemih digunakan untuk mengurangi dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteremia dan bakteriuria, dan juga mencegah dan mengurangi risiko kerusakan jaringan ginjal yang disebabkan oleh pemberian obat-obatan yang sensitif, murah dan aman dengan efek samping yang minimal (Chambers 2001).

Penanganan infeksi saluran kemih perlu perhatian khusus karena infeksi bakteri dapat disembuhkan dengan terapi antibiotika sehingga perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya resistensi. Sasaran terapi infeksi saluran kemih adalah mikroorganisme penyebab infeksi sehingga perlu pertimbangan pilihan terapi yang efektif. Penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana di banyak negara semakin banyak bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Infeksi saluran kemih bagian bawah pilihan antibiotiknya

adalah trimetroprim, nitrofurantoin atau sulfametizol, terhadap pseudomonas dapat diberikan gentamisin atau sefalosforin generasi ketiga. Infeksi saluran kemih bagian atas dapat digunakan kotrimoxaczol, siprofloxacin atau kombinasi amoksilin dengan asam klavulanat. Fluorokuinolon (ciprofloxacin dan norfloxacin) digunakan dengan hasil baik terhadap Pseudomonas (Tan dan Raharja 2007).

Ciprofloxacin dan levofloxacin kedua antibiotik ini merupakan golongan fluoroquinolon. Kedua antibiotik ini efektif terhadap bakteri Gram positif dan negatif yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Tingkat resistensi kedua antibiotik ini lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik lainnya. Ciprofloxacin merupakan generasi kedua dari fluoroquinolone mekanisme kerja dari ciprofloxacin ini adalah menghambat aktivitas DNA-girase melalui pengikatan pada untai DNA kromosom sedangkan levofloxacin merupakan generasi ketiga (Goodman dan Gilman 2010).

Levofloxacin lebih efektif untuk antibiotik pengobatan pada kuman klebsiella pnemonia dan ciprofloxacin lebih efektif untuk antibiotik pengobatan pada kuman streptococcus aureus. Harga levofloxacin lebih mahal jika dibandingkan dengan ciprofloxacin. Aturan pakai ciprofloxacin dua kali sehari sedangkan levofloxacin sekali sehari.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kuantitas penggunaan antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin yang digunakan oleh pasien infeksi saluran kemih rawat inap di RSUD dr.

(4)

Moewardi pada tahun 2013, Perbedaan yang signifikan antara ciprofloxacin dan levofloxacin di RSUD dr. Moewardi pada tahun 2013,Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Rumah Sakit,Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan

guidlines.

II. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif dari rekam medik pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi tahun 2013. Populasi dan Sampel

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar 2004). Wilayah generalisasi tersebut terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2004). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap yang menderita infeksi saluran kemih di rawat inap bangsal melati RSUD dr.Moewardi.

Teknik sampling

Pengambilan sampel menggunakan metode nonprobability

sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik yang digunakan untuk sampel ini adalah

purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dengan total sampling (Sugiyono 2004). Subyek Penelitian

Kriteria inklusi

Pasien dengan diagnosa infeksi saluran kemih menjalani rawat inap di RSUD dr. Moewardi tahun 2013, pasien yang menggunakan antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin, dan data diambil dari rekam medik. Kriteria eksklusi

Data pasien dari rekam medik dengan diagnosa infeksi saluran kemih tetapi data rekam medik rusak / tidak terbaca / tidak lengkap.

Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kartu rekam medik pasien rawat jalan diabetes mellitus yang berisi informasi tentang jenis kelamin pasien, umur pasien, nama obat, golongan obat, dan dosis. Skema Jalan Penelitian

Pengajuan judul proposal kepada dosen pembimbing skripsi

Universitas Setia Budi Pengurusan administrasi : 1. Pengajuan proposal

2. Pengajuan izin penelitian RSUD dr.Moewardi 1. Pelaksanaan penelitian: pelacakan

nomor kartu rekam medik dengan diagnosa dan kriteria yang sesuai. 2. Pengambilan data dari rekam medik

penelitian

(5)

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Pasien Infeksi Saluran Kemih

1. Gambaran kuantitas pasien infeksi saluran kemih berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki 193 37,2 Perempuan 327 62,8 Total 520 100

Sumber: Data sekunder yang telah diolah

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang menderita infeksi saluran kemih berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih banyak menderita infeksi saluran kemih dengan jumlah 327 dibandingkan laki-laki dengan jumlah 193 dari keseluruhan total pasien 520 yang menderita infeksi saluran kemih. Pasien perempuan uretranya hanya pendek (2-3cm), sehingga kandung kemih mudah dicapai oleh kuman-kuman dari dubur melalui perineum, khususnya basil-basil E.coli. Pada pria, di samping uretranya yang lebih panjang (15-18cm), cairan prostatnya juga memiliki sifat-sifat bakterisid sehingga menjadi

pelindung terhadap infeksi oleh kuman-kuman uropatogen (Tan dan Rahardja 2007).

2. Gambaran karakteristik jenis kelamin

Sumber: Data sekunder yang telah diolah (2013)

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik jumlah pasien yang yang menderita infeksi saluran kemih di bangsal melati rawat inap RSUD dr. Moewardi 2013 totalnya 520, total yang menggunakkan antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin 152 dan 368 lainnya menggunakan antibiotik golongan sefalosporin. Penggunaan antibiotik ciprofloxacin lebih banyak digunakan apabila dibandingkan dengan antibiotik levofloxacin dilihat dari segi harga ciprofloxacin lebih murah daripada levofloxacin. Biasanya penggunaan antibiotik levofloxacin digunakan untuk penyakit yang lebih parah atau kronis dan antibiotik ciprofloxacin dan antibiotik lainnya sudah resisten. Golongan sefalosporin mekanisme kerjanya dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba, dan dibagi menjadi 3 golongan. Golongan pertama aktif terutama terhadap kuman gram positif, sefalosporin generasi kedua kurang aktif terhadap gram positif tapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif, sedangkan

Jenis kelamin Jumlah Ciprofloxac in Levofloxac in Laki-laki 56 2 Perempu an 87 7 Total 143 9 Pembahasan Kesimpulan Guidlines FRS

(6)

golongan ketiga kurang aktif terhadap kokus gram positif dibandingkan dengan generasi pertama tapi lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae.(Yulinah et al 2008)

3. Gambaran kuantitas pasien infeksi saluran kemih berdasarkan usia antibiotik ciprofloxacin

Sumber: Data sekunder yang telah diolah (2013)

Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien infeksi saluran kemih berdasarkan usia paling banyak terjadi antara usia 52-61, hal ini disebabkan karena semakin tua semakin rentan terkena penyakit dan sistem imunya juga menurun. Penggunaan antibiotik ciprofloxacin lebih banyak digunakan apabila dibandingkan dengan levofloxacin, harga ciprofloxacin lebih murah dan ciprofloxacin merupakan antibiotik efeknya lebih rendah jika dibandingkan levofloxacin sehingga banyak digunakan untuk pasien usia ini.

Penggunaan terapi antibiotik ciprofloxacin ini aktivitas antimikrobanya yang luas dan efektif pada pemberian secara oral untuk pengobatan berbagai jenis penyakit

infeksi. Efek samping relatif kecil dan resistensi mikroba tidak cepat berkembang (Goodman and Gilman 2007).

4. Gambaran kuantitas pasien infeksi saluran kemih berdasarkan usia levofloxacin

Sumber: Data sekunder yang telah diolah (2013)

Tabel 4 menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik levofloxacin sering dipakai pada usia antara 62-71 tahun dengan total jumlah 3 pasien. Persentase jumlah pemakaiannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan ciprofloxacin. Berdasarkan harga levofloxacin lebih mahal apabila dibandingkan dengan ciprofloxacin, Efektivitas penggunaan antibiotik levofloxacin lebih bagus digunakan untuk usia ini, karena semakin tua organ tubuhnya melemah dan sistem imunnya menurun sehingga antibiotik levofloxacin sering digunakan pada usia 62-71 tahun.

Antibiotik levofloxacin juga memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 5-7 jam sehingga pemakaiannya cukup sekali dalam sehari dengan bioavailabilitas oral Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 12-21 9 6 22-31 10 7 32-41 12 8 42-51 22 16 52-61 31 22 62-71 30 21 72-81 29 20 82-91 0 0 92-101 0 0 Total 143 100

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 12-21 1 11 22-31 1 11 32-41 1 11 42-51 1 11 52-61 0 0 62-71 3 34 72-81 1 11 82-91 1 11 92-101 0 0 Total 9 100

(7)

mencapai 95% sehingga dapat diserap dengan baik dalam tubuh (Katzung 2007).

5. Gambaran kuantitas pasien infeksi saluran kemih berdasarkan status pasien

Tabel 5. Gambaran kuantitas pasien infeksi saluran kemih berdasarkan

staatus pasien Status pasien Jumlah Persentase (%) Kawin 146 96 Tidak kawin 6 4 Jumlah 152 100

Sumber: Data sekunder yang telah diolah (2013)

Saluran kemih lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah Pada tabel 5 menunjukan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak diderita oleh perempuan yang sudah menikah dengan jumlah 146 dibandingkan dengan yang belum menikah dengan jumlah 6 pasien, menurut Samirah angka kejadian bakteriuri di wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual. Di kelompok wanita yang tidak menikah angka kejadian infeksi.

Kesesuaian Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Dengan FRS dan Algoritma terapi menurut Dipiro

Nama Obat

Persentase (%) Sesuai dengan

FRS 2013

Persentase (%) Sesuai dengan Guidline Dosis Frekuensi Dosis Frekuensi

Sesuai Tidak sesuai Ciprofloxacin 94 94 43,38 50,62 94 Levofloxacin 6 6 - 2,67 6 % Kesesuaian 100 100 43,38 53,29 100

Sumber: Data sekunder yang telah diolah (2013)

Pada tabel 6 menunjukkan gambaran kesesuain antibiotik yang dipakai untuk pengobatan pasien infeksi saluran kemih yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan formularium rumah sakit dan Guidlines terapi.

Menurut Formularium rumah sakit tahun 2013 antibiotik yang sesuai dengan dosis terapi dan frekuensi adalah ciprofloxacin dan

levofloxacin, dengan persentase ciprofloxacin 94% levofloxacin 6%. Menurut Guidline terapi Dipiro antibiotik yang sesuai menurut dosis

hanya ciprofloxacin dengan persentase 43,38% sedangkan

antibiotik levofloxacin tidak sesuai dosis terapi yang dituliskan di guidlines Dipiro, antibiotik yang sesuai secara frekuensi pemberian menurut guidlines adalah

(8)

ciprofloxacin dan levofloxacin, dengan persentase ciprofloxacin 94% levofloxacin 6%. Ciprofloxacin dan

levofloxacin merupakan golongan fluorokuinolon

Berdasarkan Uji T

Tabel 7. Uji T

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ciprofloxaci n

levofloxaci n

N 12 11

Normal Parametersa,,b Mean 11.92 .82 Std. Deviation 4.870 .603 Most Extreme Differences Absolute .168 .346 Positive .168 .291 Negative -.097 -.346 Kolmogorov-Smirnov Z .581 1.147

Asymp. Sig. (2-tailed) .888 .144

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari data uji One-Sampel

Kolmogrov-Smirnov diperoleh Ciprofloxacin dengan Signifikan = 0,888 > 0,05 H₀ diterima),

Levofloxacin dengan signifikan = 0,144 > 0,05. Disimpulkan data tersebut mengikuti distribusi normal sehingga dapat dilakukan analisis

Independent sampel t-test

Group Statistics Antibiotik N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Jumlah Ciprofloxacin 12 11.92 4.870 1.406 Levofloxacin 12 .75 .622 .179 Analisis :

Output Group Statistics

a. Rata-rata penggunaan ciprofloxacin = 11,92 b. Rata-rata penggunaan

(9)

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

95% Confidenc e Interval of the Difference F Sig. t Df Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e Lower U pp er jumla h Equal variances assumed 11.84 7 .002 7.87 9 22 .000 11.167 1.417 8.227 14 .1 06 Equal variances not assumed 7.87 9 11.35 8 .000 11.167 1.417 8.059 14 .2 74

Pada output probabilitas = 0,000. Karena probabilitas dibawah 0,05 maka H₀ ditolak, atau penggunaan Ciprofloxacin terdapat perbedaan yang signifikan dengan penggunaan Levofloxacin.

IV. Kesimpulan

1. Antibiotik yang paling banyak digunakan antara antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin pada pasien infeksi saluran kemih rawat inap di RSUD dr.Moewardi pada tahun 2013 adalah antibiotik ciprofloxacin. 2. Ada perbedaan yang signifikan

antara ciprofloxacin dan levofloxacin karena probabilitasnya 0,000

3. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik ciprofloxacin dan levofloxacin yang digunakan pada pasien infeksi saluran kemih rawat inap di RSUD dr.Moewardi pada tahun 2013 dengan Formularium

Rumah Sakit berdasarkan frekuensi dan dosis 100% sesuai. 4. Persentase kesesuaian guidlines dosis ciprofloxacin (43,38) dan levofloxacin tidak sesuai (2,67%), kesesuaian guidlines frekuensi ciprofloxacin (94%) sedangkan levofloxacin(6%). DAFTAR PUSTAKA Chambers HF. 2001. Senyawa Antimikroba. Di dalam: Hardman J.G, Limbird L.E, Gilman A.G, editor.

Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi volume 2. Jakarta: EGC.

Coyle EA, Prince RA., 2002. Urinary Track Infection and Prostatitis. Di dalam: Dipiro J.T et al, editor.

Pharmacotherapy: A

pathophysiologic Approach.

Ed ke-6. USA: The McGraw Hill Companies.

Coyle EA., dan Prince RA., 2008.Urinary Track Infection

(10)

and Prostatitis. Di dalam: Dipiro JT et al, editor.

Pharmacotherapy: A

pathophysiologic Approach.

Ed ke-7. USA: The McGraw Hill Companies.USA

Dipiro JT, Talbert R, Yee LG, Matzke RG, Wells BG, Posey LM. 2007. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Sixth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.

Edberg SC dan Berger SA. 1986.

Antibiotika dan Infeksi. Alih

bahasa Chandra Sanusi, editor Petrus andrianto. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Juwono R, Prayitno A. 2004. Terapi Antibiotik. Di dalam: Aslam M, Tan CK, Prayitno A, editor. Farmasi Klinis.

Jakarta: Universitas Surabaya, PT Elex Media Komputindo. Hlm 321-332. Katzung, G., Betram.

2007.Farmakologi Dasar dan

Klinik.Edisi X 759-760, 791

Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mycek MJ, Harvey RA dan Champe PC.2001.Farmakologi Ulasan

Bergambar.Jakarta:

WidyaMedika.

Reid JL, Rubin PC, Whiting B. 2007.

Catatan Kuliah Farmakologi Klinis. Jakarta: EGC. hal

127-139.

Samirah, Darmawati, Windarwati, Hardjoeno.2006. Pola dan Sensivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih 7:110-113.

Schaeffer AJ. 1994. Infeksi Saluran Kencing: Sistitis dan Pielonefritis. Di dalam: Shulman, Phair JP, S ommers HM, editor. Dasar

Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. ED ke 4. Gadjah

Mada University Press. Siregar & Amalia L. 2003. Farmasi

Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC.

hal: 8-17, 88-91

Smeltzer,Bare.2002.K.eperawatan

Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: CV Alfabeta Bandung.

Tan HT dan Raharja,K.

2007.Obat-obat Penting. Edisi VI,

Departemen Kesehatan RI. Tessy A, Ardaya., Suwanto.2001.

Infeksi Saluran Kemih. Di dalam: Noer HMS,

Wattimena JR, editor. 1991.

Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Gadjah Mada University press.

Woodley M, Whelan A. 2005.

Pedoman Pengobatan.

Yogyakarta: Penebit Andi Offset.

Gambar

Tabel 7. Uji T

Referensi

Dokumen terkait

The paper describes results obtained from raw data consisting of a point cloud measured using terrestrial laser scanning acquired from a Leica ScanStation2 and digital imagery

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan motivasi

discovery learning siswa dapat memecahkan suatu masalah yang diberikan dengan cara penemuan. Penemuan atau menemukan masalah akan lebih baik bila dibantu dengan media

bullying , karena siswa yang melakukan bullying tidak hanya tejadi di lingkungan sekolah tetapi ada juga di luar sekolah. 7) upaya yang di gunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan

a dan b adalah nilai x yang diperoleh dari penyelesaian persamaan fungsi kuadrat dengan persamaan garis lurus tersebut... Luas daerah yang dibatasi oleh dua

pada puncak populasi dengan media kultur yang ditambahkan sumber nutrien berupa bakteri merah berbeda nyata dengan perlakuan pemberian air endapan dedak fermentasi

Dari hasil analisis hubungan bernilai positif dari variabel pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung terhadap efektivitas kerja maka sudah saatnya pimpinan

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Dempster Shafer merupakan metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit ikan nila dengan gejala-gejala