• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 tahun ke atas (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, 2013). WHO (World Health Organization) mengklasifikasikan lanjut usia menjadi beberapa tahap, lansia muda (middle age): 45-59 tahun, lanjut usia (elderly): 60-74 tahun, lanjut usia tua (old): 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).

Jumlah kelompok usia ini terus meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Indonesia termasuk negara kelima yang akan memiliki populasi lansia yang tinggi setelah China, Amerika Serikat, Jepang dan Meksiko (Oktavianus et. al, 2007). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10% jumlah penduduk, jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun, dengan demikian pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010). Hal ini menjadi dasar pentingnya memberikan perhatian pada kelompok lansia untuk menyiapkan lansia yang sehat dan sejahtera di kemudian hari, sehingga populasi lansia yang tinggi tidak akan menjadi beban pemerintah.

Provinsi yang mempunyai penduduk lansia dengan proporsi tertinggi di Indonesia adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu sebesar

(2)

2 14,02% (Komnas Lansia, 2009). Fakta ini dikuatkan oleh pernyataan Sri Sultan HB X di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) , Minggu (29/5) (Republika, 2013) bahwa berdasarkan hasil Indek Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2012, menunjukkan usia harapan hidup warga DIY tertinggi di Indonesia dan usia rata-rata harapan hidup di DIY yakni 74 tahun untuk wanita dan 72 tahun untuk pria.

DIY memiliki lima kabupaten, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Kabupaten Sleman menempati urutan ketiga dalam proporsi penduduk lansia di provinsi DIY, Data kantor statistik Kabupaten Sleman menunujukan bahwa jumlah penduduk yang berusia 45 – 64 tahun sebesar 246.952 jiwa, sedangkan yang berusia lebih dari 65 tahun sebesar 135.809 jiwa (Buku Profil Kesehatan Sleman, 2012).

Kecamatan Depok merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Sleman, jumlah penduduk Kecamatan Depok sekitar 12% dari jumlah total penduduk di Kabupaten Sleman, atau 125.778 jiwa (Profil Kesehatan Sleman, 2012). Kecamatan Depok memiliki delapan belas pusat pelayanan terpadu (posyandu) lansia dan terdapat dua sampai tiga komunitas lansia disetiap desa, salah satunya adalah komunitas lansia di Dukuh Joho.

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur, dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 cit Boedhi-Darmojo, 2006). Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,

(3)

3 berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh sehingga mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam et al., 2008). Hal ini menyebabkan keadaan lansia akan semakin buruk dari waktu ke waktu sehingga lansia akan mengalami kelemahan dan kesakitan.

Terlebih pertambahan usia akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh berkurang. Keadaan ini meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit pada lansia baik akut maupun kronik. Peningkatan gangguan atau penyakit pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kualitas hidup lansia (Oktavianus et al., 2007). Perubahan kualitas hidup perlu mendapatkan perhatian karena harapa hidup lansia yang tinggi dan jumlah lansia yang terus meningkat sehingga lansia akan memiliki kualitas hidup yang baik dan tidak menjadi beban pembangunan.

Kualitas hidup merupakan suatu konsep multidimensional yang luas meliputi domain fungsi sehari-hari dan pengalaman subjektif, seperti fungsi fisik, sensasi somatik, pemahaman terhadap kesehatan, fungsi sosial dan peran, serta kesejahteraan subjektif. Konsep ini merupakan suatu konsep yang terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologi, tingkat hubungan sosial dan lingkungan dimana seseorang tinggal (WHO, 2006).

Hal yang menarik dari konsep multidimensional kualitas hidup adalah pernyataan bahwa antara domain atau indikator dalam kualitas hidup saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Wall et al., (2005) menyatakan dalam penelitiaan mereka yang berjudul Health-related and overall quality of life of patients with chronic hip and knee complaints in general practice, bahwa dengan

(4)

4 indikator (domain) kualitas hidup yang berbeda, kualitas hidup baik yang terkait kesehatan fisik maupun secara umum (psikologi, sosial, dan lingkungan) tetap terkait dan saling mempengaruhi. Artinya jika salah satu keadaan domain berubah akan mempengaruh domain – domain lainya.

Kualitas hidup dipengarui oleh beberapa faktor diantaranya keadaan fisik, keadaan materi, kondisi sosial, keadaan psikologis, kesejahteraan emosional, perkembangan personal, dan akitivitas yang dilakukan (Indra, 2011). Keadaan psikologis dan kesejahteraan emosional bisa dipengurui oleh kondisi spritualitas seseorang.

Kondisi spritualitas seseorang bisa ditingkatkan dengan mengamalkan kegiatan keagamamaan. Penelitian yang dilakukan oleh Paul et al., (2012) melaporkan bahwa kegiatan keagamaan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan kualitas hidup karena kegiatan keagamaan dapat membantu meningkatkan orientasi individu terhadap situasi permasalahan kompleks yang sedang dihadapi, membantu individu untuk menguatkan identitas personal, memperbaiki kualitas hubungan personal, dan sebagai tempat berbagi rasa intimisasi.

Kegiatan keagamaan adalah berbagai macam kegiatan yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, diantaranya pengajian, perayaan hari besar, ibadah harian, dan doa (Karlina, 2008). Salah satu dari bentuk kegiatan keagamaan adalah doa. Doa adalah cara personal, interpersonal, dan transpersonal untuk mengungkapkan hubungan dengan Allah.

(5)

5 Doa adalah suatu fenomena religius yang universal karena muncul dari fitrah manusia untuk mengekspresikan pemikiran dan emosi. Setiap orang akan berkomunikasi dengan apa yang diyakini menggunakan suatu bahasa, dia dengan sendirinya mencari kekuatan supranatural yang menjadi keyakinannya karenanya doa merupakan bagian dari sebuah keyakinan setiap orang. Doa adalah suatu yang wajar yang merupakan hasil dari percaya kepada Allah Ta’ala (Maryam, S. & Bhatia, M.S., 2009).

Doa dzikir pagi dan petang adalah salah satu bentuk doa yang diajarkan dalam agama islam. Doa dzikir pagi dan petang memiliki berbagai maksud dan tujuan, ada yang berupa pujian kepada Tuhan, permohonan kepada Tuhan, dan meminta perlindungan. Doa tersebut masuk dalam kriteria tipe doa yang disebutkan oleh Maria, S., (2010) yang berupa doa adoration or praise, direccted, lamentation, dan ritual.

Beberapa penelitian telah menghubungkan antara doa dengan kualitas hidup antara lain The effect of two praying method on quality of life of hospitalized cancer patiens (Masoud, B. et al., 2010). Exploring types of prayer and quality of life: a research note (Margaret et al., 1989). A comparison of two spiritual instruments and their relationship with depression and quality of life in choronic heart failure (David et al., 2010). Penelitian - penelitian tersebut menjelaskan ada hubungan antara terapi doa dengan kualitas hidup. Pernyataan tersebut diperkuat oleh WHO, (2006) yang menyatakan bahwa perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi kenyataan,

(6)

6 berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas dan sesuai dengan harapan komunitas lansia di Dukuh Joho, Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh doa terhadap kualitas hidup lansia komunitas lansia di Dukuh Joho, Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti berharap doa dapat dijadikan pilihan terapi alternatif nonfarmakologi yang murah untuk membantu meningkatkan kualitas hidup lansia di komunitas tersebut. Saat ini usaha peningkatan kualitas hidup lansia pada komunitas tersebut baru dilakukan dengan pelayanan kesehatan lansia setiap satu bulan sekali dan senam lansia setiap satu minggu sekali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan peneliti, maka dapat dirumuskan masalah penelitian “Apakah ada pengaruh doa terhadap kualitas hidup lansia di Dukuh Joho, Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta?.”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh doa terhadap kualitas hidup lansia di komunitas lansia Dukuh Joho, Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

(7)

7 D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaatan untuk dunia kesehatan secara umum. Kebermanfaat dalam berbagai elemen secara khusus bagi keperawatan, dinas kesehatan, lanjut usia, masyarakat dan bagi peneliti sendiri. Harapan tersebut diantaranya;

a) Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam pemanfaatan terapi doa untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

b) Dinas Kesehatan Terkait

Memberikan masukan untuk perencanaan dan pengembangan kebijakan dalam memberikan pelayanan perawatan kesehatan khususnya untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan memanfaatkan terapi-terapi yang sesuai dengan nilai keyakinan, efektif, dan terjangkau.

c) Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan meningkatkan keilmuan penulis dalam penelitian selanjutnya.

d) Bagi Lanjut Usia

Sebagai salah satu pilihan terapi complementery yang dapat digunakan lansia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

e) Bagi masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat tentang manfaat doa yang ternyata dapat digunakan sebagai terapi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

(8)

8 E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang kualitas hidup lanjut usia telah banyak dipublikasikan secara internasional maupun nasional. Ada beberapa penelitian yang bertemakan kualitas hidup lansia di Indonesia seperti Jayanegara (2007), Patriyani (2009), dan Sutikno (2011). Menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilaporkan penelitian tentang pengaruh doa terhadap peningkatan kualitas hidup lansia. Beberapa penelitian dengan berbagai macam variabel yang memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno (2010) tentang pengaruh bimbingan doa dan dzikir terhadap kecemasan pasien pre-operasi. Subjek penelitian ini adalah pasien pre-operasi di RSUD Swadana, Pare, Kediri. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan mengunakan metode quasi experiment dengan rancangan randomized control group only design. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa pemberian bimbingan doa dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel doa sebagai intervensi dan metode penelitian yang di gunakan berupa quasi experiment. Perbedaan terletak pada tempat,variabel dan sasaran. Variabel yang dihubungkan pada penelitian Luluk dan Joko adalah doa dan dzikir dengan tingkat kecemasan sedang penelitian ini menghubungkan antara doa dengan kualitas hidup pada lansia.

(9)

9 2. Penelitian Fabio Ikedo et al., (2007) tentang pengaruh doa, teknik relaksasi selama general anesthesiapada saat fase pemulihan setelah operasi bedah jantung. Penelitian ini merupakan pengembangan dari sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa kalimat positif dan musik dapat meningkatkan relaksasi pada fase pemulihan setelah operasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh doa dan teknik relaksasi pada pasien yang mendapat general anesthesiasetelah bedah jantung. Penelitian ini menggunakan teknik Randomized controlled trial dengan model double-blind study. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa doa memiliki pengaruh positif pada pasien dalam fase pemulihan setelah bedah jantung.

Persamaan penelitian terletak pada variabel penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel doa. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat, sasaran, dan metode penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ellen et al., (2009) dengan judul The benefits of prayer on mood and well-being of breast cancer survivors (Manfaat Doa dalam mempengarui Perasaan dan Kesejahteraan pada Wanita dengan Kanker Payudara). Salah satu dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah doa memiliki manfaat dalam mempengarui keadaan perasaan (mood) dan kesejahteraan (well-being). Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method design (mengkombinasikan beberapa metode penelitian). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa doa memberikan perasaan yang lebih baik (comfort) dan memberikan pengaruh positif pada kesejahteraan psikologis wanita dengan kanker payudara.

(10)

10 Persamaan penelitian terletak pada variabel penelitian yaitu sama-sama menggunakan variabel doa dan penilaian kesejahteraan yang di dalamnya ada pengukuran kualitas hidup. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada tempat, sasaran, dan metode penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Karena pada umumnya masyarakat yang akan menjelang lansia mengalami kecemasan, dan kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kecerdasan emosional spiritual,

Penelitian ini dapat mengembangkan wawasan peneliti tentang pemeriksaan ultrasonografi transabdominal untuk mendeteksi kemungkinan adanya obstruksi outlet kandung kemih pada

Untuk mengetahui usaha yang telah di tempuh oleh pekerja sosial dalam meningkatkan sikap toleransi antara lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha

perlu memiliki spiritual leadership agar mereka dapat memberikan layanan bimbingan dann konseling sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu membantu

Pada usia emas terjadi transformasi yang luar biasa pada otak dan fisiknya sehingga usia ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, spiritual, emosional dan

Lebih jauh lagi, ia menyatakan bantuan atau intervensi karir sebagai aktivitas, metode, dan gagasan untuk memfasilitasi perkembangan pribadi dan karir seseorang,

Graha Ayukarsa adalah salah satu balai latihan bagi CTKI, yang memiliki tujuan pelatihan yaitu membantu membina CTKI menjadi tenaga penjaga lansia yang

Kemudian berdasarkan wawancara tingkat depresi dengan Insomnia pada 15 lansia didapatkan bahwa 8 orang lansia mengalami insomnia, 5 lansia tidak mengalami gejala insomnia, 2 lansia