• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatrahmat, dan ridho-Nya kepada kita semua sehingga Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Laporan Kinerja ini pada hakikatnya adalah merupakan refleksi dari rangkaian kinerja seluruh aktivitas yang menjadi

lingkup kerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan selama Tahun Anggaran 2017. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan di bidang pertanahan sepanjang Tahun 2017.

Penyusunan Laporan Kinerja ini merupakan pemenuhan atas amanat pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Selain itu, pada lingkup Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15/SE/IX/2015 tanggal 23 September 2015 perihal Sistematika Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Laporan Kinerja di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Laporan Kinerja ini merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja yang telah dicapai selama tahun 2017, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Sebagai realisasi tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 yang ingin diwujudkan selama 5 (lima) tahun kedepan.

(3)

iii

Pengalaman yang diperoleh pada tahun ketiga ini akan menjadi bekal bagi pelaksanaan agenda pekerjaan di tahun-tahun mendatang.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrarian Tahun 2017 memuat informasi secara transparan tentang pelaksanaan kegiatan program, kebijakan dan anggaran yang tercantum dalam Dokumen Daftar Isian dan Pelaksanan Anggaran (DIPA) Tahun 2017 untuk mendukung penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan bidang infrastruktur keagrariaan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan PertanahanNasional. Isi dan uraian dari Laporan Kinerja Tahun 2017 menggambarkan pelaksanaan program dan kegiatan serta capaian kinerja fisik maupun anggaran pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan sepanjang Tahun 2017 sebagai wujud pelaksanaan Rencana Strategis periode lima tahunan (Tahun 2015 s/d Tahun 2019).

Akhir kata, segenap jajaran Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan menyadari bahwa diluar upaya maksimal yangtelah kami lakukan, tentunya masih dijumpai berbagai kekurangan dalam kinerja yang telah kami capai.Kekurangan tersebut tentunya akan dijadikan pembelajaran dan masukan bagi perbaikan dan peningkatan kinerja kami kedepan. Selanjutnya, kami juga ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung dan berperan aktif terhadap pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan di Tahun 2017. Semoga informasi yang tersaji dalam Laporan Kinerja ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.

Jakarta, Januari 2018

Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan,

Ir. R. Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc NIP. 19611226 199203 1 001

(4)

iv

EXECUTIVE SUMMARY

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) sebagai unit organisasi yang berada dalam ruang lingkup Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang mendapat amanat untuk menjalankan tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Melalui pembentukan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ini, diharapkan dapat tercapai suatu sinergitas kebijakan antara kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai unit organisasi yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur keagrariaan/pertanahan dan survei, pengukuran dan pemetaan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jendral Infrastruktur Keagrariaan telah melakukan daya dan upaya dalam rangka mendukung tercapainya tiga sasaran strategis Kementerian ATR/BPN yaitu :

1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan;

2. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

3. Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara).

Khusus untuk tercapainya sasaran ketiga, yaitu berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan maka dilaksanakan kegiatan dalam rangka mendukung peningkatan kepastian letak, batas dan luas bidang tanah untuk penegakan hukum. Sasaran strategis tersebut dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan pembuatan peta dasar pertanahandalam rangka mendukung Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), pembuatan peta tematik pertanahan dan peta bidang tanah.

Sumber pembiayaan untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut berasal dari DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Satker Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 Nomor DIPA-056.04.1.352410/2017 tanggal 7 Desember 2016 beserta dokumen perubahan-perubahan anggaran yang dilaksanakan akibat adanya saving dan sharing sepanjang tahun 2017 terhadap Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan. Dalam Laporan Kinerja ini data pagu anggaran yang digunakan

(5)

v

adalah hasil saving dan sharing terakhir dan tertera pada dokumen DIPA Revisi Ke-03 Tanggal 31 Oktober 2017 dan Petunjuk Operasional Kegiatan Tahun 2017sebesar Rp. 81.292.535.000,00 dengan persentase nilai capaian kinerja realisasi fisik sebesar 84.77% dan realisasi anggaran sebesar 73,36%. Capaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 yaitu 97,28% untuk realisasi fisik dan 88,85% untuk realisasi keuangan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2017 memuat informasi secara transparan tentang pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran yang tercantum dalam Dokumen Daftar Isian dan Pelaksanan Anggaran (DIPA) Tahun 2017. Laporan Kinerja Tahun 2017 tersebut merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2015-2019 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015-2019.

Demikian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 disusun sebagai wujud akuntabilitas dan sumber informasi, referensi serta media evaluasi yang efektif dan berfungsi sebagai alat kendali kinerja seluruh jajaran aparatur Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Diharapkan pada tahun berikutnya Laporan Kinerja ini dapat digunakan dalam rangka perbaikan dan optimalisasi kinerja untuk mendukung cita-cita lembaga Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mewujudkan agenda pembangunan nasional yaitu Agenda Prioritas Nawa Cita khususnya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Jakarta, Januari 2018

Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan,

Ir. R. Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc NIP. 19611226 199203 1 001

(6)

vi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... ii EXECUTIVE SUMMARY ... iv BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1

I.1. GAMBARAN UMUM ... 1

I.2. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI ... 6

A. Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ... 6

B. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ... 7

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ... 11

I.3. SUMBER DAYA MANUSIA ... 14

I.4. SARANA DAN PRASARANA ... 16

I.5. RENCANA STRATEGIS ... 17

I.6. PERAN DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN ... 22

I.7. HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN ... 23

BAB II ... 25

PERENCANAAN KINERJA ... 25

II. 1. RENCANA STRATEGIS ... 25

II.2. INDIKATOR KINERJA ... 26

II.3. TARGET KINERJA ... 27

II.4. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 ... 28

II.5. KERANGKA PENDANAAN ... 30

BAB III ... 32

AKUNTABILITAS KINERJA ... 32

III.1. CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017 ... 34

❖ Capaian Kinerja Berdasarkan Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... 34

❖ Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi Infrastruktur Pertanahan Kanwil Provinsi ... 38

(7)

vii

❖ Capaian Anggaran Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 di Direktorat Jenderal Infrastruktur

Keagrariaan ... 43

❖ Perbandingan dengan Realisasi Tahun 2016... 44

III.2. REALISASI ANGGARAN ... 44

BAB IV ... 46

PENUTUP ... 46

LAMPIRAN I ... 48

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 ... 48

LAMPIRAN II ... 49

REALISASI KEGIATAN DITJEN IK TAHUN ANGGARAN 2017 ... 49

LAMPIRAN III ... 52

DOKUMENTASI KEGIATAN PADA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN ... 52

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Sumber Daya Manusia ... 15

Tabel 2.1 Arahan Kebijakan ... 25

Tabel 2.2 Rencana Strategis ... 26

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... 29

Tabel 2,4 Target Anggaran Berdasarkan Perjanjian Kinerja ... 30

Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Unit Kerja ... 31

Tabel 3.1 Capaian Kinerja Tahun 2017 ... 34

Tabel 3.2 Caapaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 ... 35

Tabel 3.3 Laporan Capaian Kinerja Kegiatan Kebijakan Satu Peta ... 36

Tabel 3.4 Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi ... 39

Tabel 3.5 Capaian Hasil Pelaksanaan Kegiatan ... 42

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Ditjen Infrastruktur Keagrariaan ... 11

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Setditjen Infrastruktur Keagrariaan ... 12

Gambar 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar ... 12

Gambar 1.4 Struktur Organisasi Survei dan Pemetaan Tematik ... 13

Gambar 1.5 Struktur Organisasi Pengukuran dan Pemetaan Kadastral ... 13

Gambar 1.6 Komposisi Sumber Daya Manusia ... 16

Gambar 1.7 Lokasi Gedung ... 17

Gambar 1.8 Tujuan Utama, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama ... 20

Gambar 2.1 Kerangka Sasaran dan Target Kinerja ... 27

Gambar 3.1 Akuntabilitas Kinerja ... 32

Gambar 3.2 Capaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 ... 35

Gambar 3.3 Perbandingan Total Pagu dan Total Realisasi 33 Provinsi ... 41

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. GAMBARAN UMUM

Republik Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jika dilihat dari urutannya di dunia, Indonesia merupakan negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak keempat di dunia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah Penduduk Indonesia adalah sebanyak 258.704.900 jiwa pada tahun 2017. Angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak 20.186.200 jiwa dibandingkan dengan tahun 2016 yang berjumlah 238.518.800 jiwa. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan luas daratan seluas 1.922.570 km2 dan luas perairan sebesar 3.257.483 km2. Dengan luas wilayah dan populasi penduduk yang besar tersebut, tentunya Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya yang begitu melimpah salah satunya adalah ruang dan tanah. Kekayaan yang melimpah tersebut harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal agar dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tanah merupakan salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Peran penting dari tanah dapat dilihat dalam pengaturan konstitusi Negara Republik Indonesia pada Pasal 33 yang menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk dapat mewujudkan tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat ini adalah dengan membentuk Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-pokok Agraria (Undang-Undang Pokok Agraria, UUPA).

Dalam rangka mewujudkan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) dan Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban Prioritas

(11)

2

Nasional Reforma Agraria yang meliputi aset dan akses reform untuk mewujudkan salah satu outcome Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui legalisasi aset.

Reforma Agraria merupakan jawaban terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan pembangunan wilayah. Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menetapkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Hal tersebut tertuang juga di dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ditugaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan dan bertanggung jawab kepada Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi. Untuk percepatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPA yang saat ini telah mencapai ± 46 juta bidang dari ±126 juta bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, sejak tahun 1981 dilaksanakan pendaftaran tanah pertama kali secara masal dalam rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah sebagai surat tanda bukti hak melalui Proyek Operasi Nasional (PRONA). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pembangunan pertanahan bagi Warga Negara Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan keagamaanyang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berdasarkan RPJMN dimana Visi Pembangunan Nasional adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Visi tersebut dijalankan melalui tujuh misi dan Sembilan agenda Prioritas yang disebut Nawa Cita, diantaranya yang tertulis pada butirke-4 yaitu “Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya” dan butir ke-5 (lima) adalah Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program ‘Indonesia Pintar’; serta peningkatan

(12)

3

kesejahteraan masyarakat dengan program ‘Indonesia Kerja’ dan ‘Indonesia Sejahtera’ dengan mendorong landreform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar di tahun 2019.

Dengan demikian dalam rangka mewujudkan landreform (Reforma Agraria) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar perlu disusun roadmap yang merupakan rencana target, kebijakan dan langkah-langkah strategi pelaksanaan hingga tahun 2019.

Untuk mewujudkan dan mendorong target program landreform (Reforma Agraria) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar, kegiatan tersebut terbagi atas dua kegiatan Prioritas Nasional yaitu :

a. Legalisasi Aset seluas 4.5 juta hektar, terdiri dari :

- Tanah Transmigrasi yang belum bersetifikat seluas 0.6 juta hektar dan - Legalisasi Aset seluas 3.9 juta hektar

b. Redistribusi Tanah seluas 4.5 juta hektar, terdiri dari

- Hak Guna Usaha (HGU) yang habis masa berlakunya, Tanah Terlantar dan Tanah Negara lainnya seluas 0.4 juta hektar serta

- Pelepasan Kawasan Hutan seluas 4.1 juta hektar.

Mengingat kegiatan Prioritas Nasional Legalisasi Aset dan dan Redistribusi Tanah yang dilaksanakan pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berbasis pada jumlah bidang tanah maka asumsi yang digunakan dalam melakukan konversi dari hektar ke bidang tanah adalah sebagai berikut :

a. Tanah Transmigrasi, untuk 1 Kepala Keluarga (KK) memperoleh 2 hektar tanah rumah pekarangan yang terdiri dari : 1 hektar lahan usaha 1; 0,75 hektar lahan usaha 2 dan 0.25 hektar lahan pekarangan (rumah).

b. Legalisasi Aset, untuk 1 bidang tanah setara rata-rata dengan 0.225 hektar tanah (berdasarkan rata-rata permohonan yang masuk dalam sistem KKP).

c. Hak Guna Usaha (HGU) yang habis masa berlakunya, Tanah Terlantar dan Tanah Negara lainnya, untuk 1 bidang tanah setara dengan 0.7 hektar bidang tanah (berdasarkan rata-rata realisasi kegiatan di tahun 2015).

d. Pelepasan Kawasan Hutan, untuk 1 bidang tanah setara dengan 2 hektar bidang tanah.

(13)

4

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Sidang Kabinet Paripurna Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, RAPBN 2018 dan Perubahan Rezim Surat Pertanggungjawaban (SPJ), Tanggal 2 November 2016 di Istana Negara Jakarta, sebagaimana tercantum dalam Risalah No. 273/DKK/11/2016 (No. R-207/Seskab)DKK/11/2016, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan paparan dan penjelasan terkait dengan Reforma Agraria, dimana disebutkan bahwa Reforma Agraria fokus pada pelaksanaan redistribusi tanah dan percepatan legalisasi aset tanah masyarakat (asset reform), percepatan penyelesaian kasus/konflik pertanahan dan percepatan sertifikasi tanah. Dalam Sidang Kabinet Paripurna tersebut, Presiden Republik Indonesia juga memberikan arahan dan petunjuk terkait permasalahan sertipikat tanah, dimana masih terdapat ± 54 % sertipikat yang harus dirampungkan karena dinantikan oleh masyarakat.

Dalam upaya percepatan legalisasi aset tanah masyarakat (asset reform) tersebut, Presiden Republik Indonesia, mengamanatkan agar Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik dengan peningkatan target pensertipikatan tanah yang lebih signifikan, sehingga pada tahun 2025 bidang-bidang tanah di seluruh Indonesia sudah terdaftar. Menindaklanjuti amanat tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menargetkan pensertipikatan tanah dalam roadmap pada tahun 2017 sebanyak 5 juta bidang, tahun 2018 sebanyak 7 juta bidang, tahun 2019 sebanyak 9 juta bidang, tahun 2020 sebanyak 10 juta bidang demikian seterusnya sampai pada tahun 2025 nantinya diharapkan seluruh bidang tanah di Indonesia telah terdaftar semuanya.

Upaya percepatan pendaftaran tanah sebagaimana target yang telah ditetapkan dalam roadmap, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik dan Lengkap (PTSL), yaitu pendaftaran tanah yang mencakup atas seluruh bidang-bidang tanah dalam suatu desa demi desa. Dalam rangka percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) dan pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah rutin, diperlukan dukungan alat ukur dan sumber daya manusia petugas ukur yang memadai disamping

(14)

5

anggaran kegiatan yang tersedia yang merupakan penentu dapat dilaksanakannya program kegiatan Prioritas Nasional dan program kegiatan pertanahan lainnya.

Saat ini kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan baik di Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun di Kantor Pertanahan Kab/Kota. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut berasal dari APBN yang bersumber dari Rupiah Murni (RM) maupun dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kegiatan pengukuran dan pemetaan yang berasal dari dana RM antara lain pengukuran dan pemetaan dalam rangka Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), Konsolidasi Tanah, Redistribusi Tanah maupun Pengadaan Tanah. Sedangkan kegiatan yang dibiayai melalui dana PNBP adalah kegiatan rutin pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sporadik baik dalam rangka pendaftaran tanah pertama kali maupun dalam rangka pemeliharaan data. Hal tersebut mengakibatkan target pengukuran dan pemetaan bidang tanah pada tiap-tiap Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan Kab/Kota yang harus tercapai menjadi sangat besar.

Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah terhadap penggunaan anggaran negara. Laporan Kinerja juga sebagai wujud pengukuran dan evaluasi kinerja serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja dimana dalam penyusunannya berpedoman Kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15/SE/IX/2015 tanggal 23 September 2015 tentang Sistematika Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Laporan Kinerja di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaansebagai salahsatu unit kerja eselon satudi lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melakukan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 sebagai

(15)

6

bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi penggunaan anggaran sebagaimana tertuang dalam DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Satker Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 Nomor DIPA-056.04.1.352410/2017 tanggal 7 Desember 2016 beserta dokumen perubahan-perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan yang dilaksanakan karena adanya saving dan sharing sepanjang tahun 2017 terhadap Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan.

Laporan Kinerja ini sebagai perwujudan kewajiban dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan misi organisasi secara periodik guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh pimpinan disertai penjelasan beberapa hambatan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan melampirkan pula Rencana Kerja dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebagai komitmen dan guideline pencapaian sasaran program dan kegiatan Tahun 2017. Selain itu, Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan digunakan untuk menilai secara akuntabel pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan sepanjang Tahun 2017 serta menjadi tolok ukur atau umpan balik untuk perbaikan kinerja di tahun-tahun berikutnya.

I.2. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI

A. Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan

Nasional

Kementerian Agraria dan Tata Ruang merupakan institusi pemerintahan yang terbentuk pada Kabinet Kerja 2015 – 2019, yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara. Perpres tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Perpres Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, yang didalamnya termuat mengenai tugas Kementerian dimaksud yakni menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.

(16)

7

Untuk menjalankan tugas tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mempunyai beberapa fungsi yakni :

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan agrarian/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agrarian/pertanahan, pemanfaatan ruang dan tanah;

2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

3. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan

6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Agraria dan Tata Ruang didukung oleh perangkat organisasi yang terdiri dari 12 (dua belas) unit eselon I yang termasuk di dalamnya Direktorat Jenderal (Ditjen) Infrastruktur Keagrariaan.

B. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) mengemban tugas dan fungsi sebagaimana telas diatur secara teknis dalam Perpres Nomor 17 Tahun 2015, yang kemudian diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 216).

(17)

8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 216, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (Pasal 217) :

1. Perumusan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar dan kadastral, serta survei dan pemetaan tematik;

3. Pelaksanaan kebijakan pembinaan surveyor dan pemanfaatan peralatan survei, pengukuran dan pemetaan;

4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; 7. Pelaksanaan administrasi Ditjen II; dan

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan didukung oleh 4 (empat) unit kerja Eselon II yang berada di bawahnya meliputi :

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Pasal 219).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :

a. Koordinasi dan penyusunan rencana program dan anggaran;

b. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan advokasi hukum;

c. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan; d. Pelaksanaan urusan kepegawaian;

e. Pelaksanaan urusan keuangan dan barang milik negara; dan f. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Ditjen II.

(18)

9

2. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang (Pasal 230).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 230, Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/ pertanahan dan tata ruang; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengukuran dan

pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang;

e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/ pertanahan dan tata ruang; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

3. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral

Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi

(19)

10

dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral (Pasal 246).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedurdan kriteria di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral;

e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

4. Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik

Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu (Pasal 262).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262, Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu;

(20)

11

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; dan

f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan terdiri atas Unit Kerja Eselon Dua meliputi Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen), Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar (Dit. PPD), Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral (Dit. PPK), Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik (Dit. SPT) dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal dan tiga orang direktur yaitu Direktur Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Direktur Pengukuran dan Pemetaan Kadastral serta Direktur Survei dan Pemetaan Tematik beserta seluruh jajarannya.

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan beserta Unit Kerja Eselon Dua ditunjukkan pada gambar di bawah.

Gambar 1.1

(21)

12 Gambar 1.2

Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Gambar 1.3

(22)

13 Gambar 1.4

Struktur Organisasi Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik

Gambar 1.5

(23)

14

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai peran yang sangat strategis untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional atas sembilan agenda perubahan (Nawa Cita) seperti yang tercantum pada agenda ke-4 yaitu “Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya” dan agenda ke-5 yaitu “Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar di tahun 2019”.

Peran strategis diimplementasikan di bidang pertanahan dengan menyediakan data infrastruktur keagrariaan dan tata ruang, seperti peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan, peta rencana detail tata ruang, peta batas wilayah hutan, peta bidang tanahdan menyiapkan serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang survei, pengukuran dan pemetaan melalui pengadaan Surveyor Kadaster Berlisensi serta bekerjasama dengan berbagai Kementerian/Lembaga maupun Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam rangka menyiapkan tenaga Surveyor Kadaster Berlisensi.

Di samping itu yang menjadi fokus utama dalam mewujudkan agenda ke-5 Nawa Cita adalah dengan menyukseskan pelaksanaan program legalisasi asset dan redistribusi tanah melalui Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), membuat peraturan pelaksanaan baik berupa Norma, Standart, Prosedur dan Kriteria (NSPK) maupun petunjuk teknis pelaksanaan untuk kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka PTSL sehingga dapat meningkatkan kepastian letak dan batas bidang tanah serta luas bidang tanah yang mendukung proses penegakan hukum.

I.3. SUMBER DAYA MANUSIA

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) didukung oleh sumber daya manusia dari beragam disiplin ilmu dan strata pendidikan. Ragam ilmu dan strata pendidikan merupakan faktor kekuatan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrarian untuk melaksanakan program dan kegiatan

(24)

15

strategis sepertiyang diamanahkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Kagrariaan Tahun 2017.

Berdasarkan data kepegawaian Tahun 2017 terdapat 174 orang pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan yang terdiri dari pejabat struktural dan fungsional. Berdasarkan kategori jabatan dan tingkat pendidikan terakhir, komposisi sumber daya manusia yang berada di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ditunjukkan pada tabel dan gambar di bawah.

Tabel 1.1

Komposisi Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

No Unit Kerja Eselon II

Eselon/Jabatan Pendidikan Jumlah

(Orang) S1/ D4 S2 S3 (SLTA/D1/Lainnya D2/D3) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Sekretariat Direktorat Jenderal II 1 1 III 1 1 IV 3 3 6 Pejabat Fungsional 3 5 8 2 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar II 1 1 III 2 2 IV 5 2 7 Pejabat Fungsional 4 6 4 14 3 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral II 1 1 III 3 3 IV 1 6 7 Pejabat Fungsional 13 11 11 35 4 Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik II 1 1 III 2 2 IV 2 2 4 Pejabat Fungsional 6 3 9 TOTAL 38 113 23 174

(25)

16 Gambar 1.6

Komposisi Sumber Daya Manusia Pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

I.4. SARANA DAN PRASARANA

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan berkantor di Gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, yang terletak di Jalan Kuningan Barat I Nomor 1, Kecamatan Mampang Prapatan, Kode Pos 12710, Jakarta Selatan. Dukungan sarana dan prasana berupa ruangan pejabat struktural maupun fungsional beserta alat kelengkapan kerja secara umum sudah tersedia di Tahun 2017. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan tergolong cukup lengkapdan memadai walaupun masih diperlukan beberapa perbaikan terhadap beberapa ruangan yang atapnya sudah mulai rusak.Letak Gedung Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dijelaskan pada gambar berikut. 0 2 4 6 8 10 12 14

II III IV JFU II III IV JFU II III IV JFU II III IV JFU

Setditjen IK Dit. PPD Dit. PPK Dit. SPT

1 2 3 4

Komposisi Sumber Daya Manusia Pada

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

(26)

17 Gambar 1.7 Lokasi Gedung

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

I.5. RENCANA STRATEGIS

Visi dan misi pembangunan Tahun 2015-2019 sebagaimana menjadi arahan Presiden Republik Indonesia, menjadi dasar ataupun acuan bagi seluruh Kementerian/Lembaga dalam merancang arah pembangunan, sasaran dan strategi yang akan dilaksanakan. Arahan pembangunan Indonesia ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015.

A. Visi

Mengacu kepada peraturan teknis penyusunan RenstraKementerian/Lembaga sebagaimana termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2014, setiap Kementerian/LembagaPemerintah dalam menyusun Renstra, tidak lagi menyusun Visi dan

Misi-nya masing-masing tetapi hanya menindaklanjuti Visi dan Misi Pemerintah yang sudah ada.

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

(27)

18

B. Misi

1. Mewujudkan keamanan Nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menompang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara kepulauan;

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandasakan Negara hukum;

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif dan memperkuat jatidiri sebagai sebagai Negara maritime;

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;

6. Mewujudkan Indonesia sebagai Negara maritim yang mandiri, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional;

7. Mewujudkan manusia Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan.

7 (tujuh) Misi Pembangunan Nasional yang harus dilaksanakan

oleh setiap Kementerian/Lembaga

(28)

19

C. Agenda Prioritas

Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Nasional disamping harus melaksanakan Misi Pembangunan Nasional, Pemerintah dibawah pimpinan Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kala juga merancang 9 (sembilan)Agenda Prioritas yang disebut Nawa Cita. Program tersebut digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yangbersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, danterpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.

(29)

20

Untuk mencapai Visi dan Misi Pembangunan Nasional serta Nawa Cita yang telah ditetapkan Pemerintah dan untuk memastikan peran Kementerian, maka Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional memiliki tujuan utama, dan sasaran strategis yang terdapat pada Gambar 1.4 di bawah.

Gambar 1.8

Tujuan Utama, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mengemban amanat sebagai penyedia infrastruktur bagi pengelolaan pertanahan dengan menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan survei, pengukuran dan pemetaan.

Guna mendukung sasaran strategis berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara) maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan melaksanakan kegiatan dalam rangka mendukung kepastian letak, batas dan luas bidang tanah untuk penegakan hukum. Sasaran strategis tersebut dapat dicapai dengan kegiatan-kegiatan pembuatan peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan, peta rencana detail tata

Memastikan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan

berkelanjutan

∞ Persentase Pencapaian Penataan ulang

ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.

∞ Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agraria

Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif

dan berkelanjutan

∞ Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana program Pembangunan sektor dengan rencana tata ruang

∞ Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah

Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan

perkara)

∞ Persentase berkurangnya jumlah sengketa, koflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan

∞ Persentase cakupan peta dasar pertanahan

∞Persentase Jumlah Tanah yang Terdaftar

(30)

21

ruang, peta batas wilayah hutan, peta bidang tanah dan menyiapkan serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang survei, pengukuran dan pemetaan melalui pengadaan Surveyor Kadaster Berlisensi serta bekerjasama dengan berbagai Kementerian/Lembaga maupun Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam rangka menyiapkan tenaga Surveyor Kadaster Berlisensi.

Yang tidak kalah penting juga adalah dilakukannya pengembangan teknologi pengukuran dan peralatan teknis melalui pengadaan alat ukur sehingga diharapkan dapat mendukung kegiatan pelayanan pertanahan yang optimal. Hal tersebut disesuaikan dengan tuntutan pelaksanaan sertipikasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang terus meningkat.

Adapun Sumber daya yang dapat dimanfaatkan pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan diantaranya:

a. Ketersediaan Peta Dasar berupa Citra Satelit Resolusi tinggi, Peta Dasar Pendaftaran, dan Foto Udara Digital yang telah ada sejak beberapa tahun sebelumnya hingga tahun 2016.

b. Ketersediaan sumber daya manusia untuk melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah (petugas ukur) baik Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pihak ketiga dalam hal ini Surveyor Kadaster Berlisensi (SKB).Untuk penyediaan petugas ukur dari pihak ketiga dengan berpedoman pada peraturan yang ada berupa peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi yang direvisi menjadi Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Surveyor Kadaster Berlisensi.

c. Ketersediaan alat ukur baik berupa Total Station, GPS Geodetik, GPS CORS, UAV/Drone maupun alat ukur yang sederhana penggunaannya berupa distometer maupun pita ukur.

Kegiatan inventarisasi kembali kebutuhan sumber daya tersebut (baik peta dasar maupun petugas ukur yang berasal dari pihak ketiga (Surveyor Kadaster Berlisensi/SKB) telahdilaksanakan sejak akhir tahun 2016 dan telah terdistribusi ke seluruh provinsi di Indonesia. Sumber daya tersebut diperlukan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Strategis Nasional Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

(31)

22

I.6. PERAN DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN Sebagai unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi utama dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur keagrariaan, yaitu kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan, maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai peran strategis diantaranya:

a. Perumusan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan kadastral, serta survei dan pemetaan tematik;

c. Pelaksanaan kebijakan pembinaan surveyor dan pemanfaatan peralatan survei, pengukuran dan pemetaan;

d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;

f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; g. pelaksanaan administrasi Ditjen II; dan

h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala.

Melihat peran strategis dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, maka dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional berupa Legalisasi Asset dan Redistribusi Tanah diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka menuju bidang tanah yang terdaftar secara keseluruhan pada Tahun 2025 membutuhkan ketersediaan data infrastruktur berupa peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan dan sumber daya manusia berupa petugas ukur serta peralatan dalam jumlah yang tidak sedikit, maka di tahun 2017 fokus pelaksanaan kegiatan salah-satunya adalah penyediaan peta dasar pertanahan skala besar dan peta tematik pertanahan serta pengadaan layanan sertifikasi Surveyor Kadaster Berlisensi dan pengadaan peralatan.

(32)

23

I.7. HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal menaruh harapan pada kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan untuk berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung pada pencapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit kerjanya. Berikut harapan-harapan tersebut dilihat dari sudut pandang para pemangku kepentingan.

a. Masyarakat

Harapan masyarakat dari kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaansupaya informasi mengenai kegiatan pembangunan infrastruktur keagrariaan serta akses terhadap data infrastruktur keagrariaan dapat diperoleh oleh masyarakat umum sehingga keterbukaan informasi menjadi solusi dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap kinerja organisasi;

b. Internal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

1. Sejumlah kekosongan peraturan tentang pengelolaan pertanahan khususnya yang mengatur persoalan mengenai pemanfaatan peta dasar pertanahan skala besar untuk mendukung pelaksanaan Sistem Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), petunjuk teknis pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka PTSL, petunjuk teknis penggunaan UAV/Drone, petunjuk teknis peningkatan kualitas data spasial bidang tanah terdaftar serta peraturan mengenai Surveyor Kadaster Berlisensi dalam rangka mendukung kebutuhan SDM pertanahan menjadi prioritas kegiatan bersama dengan unit-unit kerja teknis yang membidanginya;

2. Terselenggaranya pendampingan dalam rangka penyusunan program dan anggaran infrastruktur keagrariaan sehingga dapat lebih efisien dan efektif; 3. Terselenggaranya penataan sumber daya manusia yang handal dan

berkesinambungan pada infrastruktur keagrariaan;

4. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan infrastruktur keagrariaan, khususnya program dan kegiatan strategis Organisasi.

c. Kementerian dan Lembaga Lainnya

Dalam hal melaksanakan kerjasama dengan Kementerian atau Lembaga lain, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaanmempunyai tugas melaksanakan koordinasi dengan instansi lain yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan

(33)

24

bidang survei, pengukuran dan pemetaan yang handal sehingga mampu menjembatani baik pada sektor informasi maupun tugas-tugas lintas sektoral diantaranya adalah :

• Melakukan kerjasama dengan Balai Latihan Kerja di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi melalui kegiatan vokasi dalam rangka mendukung percepatan PTSL di daerah;

• (MoU) dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait Peta Batas Kawasan Hutan;

• Koodinasi terkait ketersediaan peta dasar skala besar (> 1:5000) dengan BIG dan LAPAN;

(34)

25

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

II. 1. RENCANA STRATEGIS

Berdasarkan arah kebijakan dan strategis nasional yang tertuang di dalam Peratruran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015-2019

terkait dengan Agenda Prioritas (Nasional) bahwa peran Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan termasuk didalam agenda ke empat.

Adapun arah kebijakan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Arahan Kebijakan

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Sub Agenda Sasaran Arah

Kebijakan Strategi Menjamin Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah • Memperbesar cakupan peta dasar pertanahan Membangun system pendaftaran tanah positif • Percepatan Layanan pemeliharaan Data Pertanahan • Peningkatan Kualitas Pengukuran, Pemetaan dan Informasi bidang Tanah Ruang dan Perairan • Memperbesar

cakupan bidang tanah yang bersertipikat

• Percepatan Legalisasi Aset khususnya di Pedesaan • Penyusunan Regulasi

Penyelesaian Sengketa aset Milik Negara, • Pengkajian penangan

kasus pertanahan “Memperkuat Kehadiran Negara dalam Melakukan Reformasi Sistem

dan Penegakan Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat dan

(35)

26 Tabel 2.2 Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis pada Tahun 2017 perlu adanya Penyediaan Peta Dasar Pertanahan Skala Besar, Penyediaan Peta Tematik Pertanahan, dan Penyediaan Tenaga Surveyor Berlisensi menjadi prioritas utama di Tahun 2017. Keseluruhan program dan kegiatan tersebut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit sehingga dibutuhkan strategi dalam penggunaan dan pengelolaannya.

Tantangan terbesar dalam pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2017 adalah semakin berkurangnya anggaran sebagai akibat adanya saving di sepanjang Tahun 2017. Hal ini menyebabkan beberapa program dan kegiatan yang direncanakan pada tahap awal mengalami perubahan/penyesuaian sesuai dengan ketersediaan anggaran. Dibutuhkan strategi dalam memilih ataupun mempertahankan prioritas program dan kegiatan sehingga tetap dapat terlaksana meskipun terjadi pengurangan terhadap jumlah maupun volume kegiatannya.

II.2. INDIKATOR KINERJA

Indikator Kinerja dalam LKj Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan merupakan representasi dari tiga sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional khususnya butir ke 3 mengenai berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara). Sementara Indikator

(36)

27

Kinerja Utama (IKU) yang digunakan beberapa parameter terukur meliputi persentase cakupan wilayah ketersediaan peta dasar pertanahan dan peta tematik pertanahan. Pada pelaksanaannya, indikator kinerja tersebut merupakan bagian dari target kinerja dan direpresentasikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan.

II.3. TARGET KINERJA

Target kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan merupakan upaya dalam mewujudkan pencapaian terhadap tiga sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional khususnya sasaran strategis dalam meningkatkan kepastian letak dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung dalam proses penegakan hukum. Target Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Target kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dijelaskan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1

Kerangka Sasaran dan Target Kinerja

Target Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat

melalui pemanfaatan agraria yang adil dan

berkelanjutan

Sasaran Strategis 2: Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif

dan bekerlanjutan

Sasaran Strategis 3: Berkurangnya kasus tata

ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan

perkara)

Target Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Sasaran Program Ditjen II: Meningkatnya Kepastian letak dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya

yang mendukung proses pengakan hukum

Target Kinerja Program Infrastruktur Keagrariaan Sasaran Kegiatan Setditjen Infrastruktur Keagrariaan Sasaran Kegiatan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Sasaran Kegiatan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sasaran Kegiatan Direktorat Survei dan

(37)

28

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa target kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada dasarnya merupakan perwujudan dari 3 (tiga) sasaran strategis, yaitu:

1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan;

2. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;

3. Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara) Adapun target kinerja direktorat jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 tertuang di dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017.

II.4. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan pernyataan komitmen serta janji dalam mencapai target kinerja yang akan diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan selaku entitas akuntabilitas kinerja unit organisasi menyusun Rencana Kerja dan Anggaran yang ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran, yang kemudian menjadi dasar penyusunan Perjanjian Kinerja (PK).

Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja, sebagaimana dijelaskan dalam Perpres Nomor 29 Tahun 2014. Dokumen PK ini menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya tercermin dari penyusunan PK yang dilakukan setelah terbit DIPA.

(38)

29

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan

Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional No Sasaran

Program/Kegiatan

Berdasarkan DIPA Awal Tahun 2017 Berdasarkan DIPA APBN-P Tahun 2017

Indikator Kinerja Target Indikator Kinerja Target

1.

Meningkatnya kepastian letak, dan

batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung proses penegakan hukum

Presentasi cakupan bidang tanah yang terpetakan

11 % Persentase cakupan peta dasar pertanahan

1,33%

a. Jumlah luasan cakupan wilayah peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan Kanwil 4.749.936 Ha 4.630.936 Ha 119.000 Ha a. Jumlah luasan cakupan wilayah peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan Kanwil 800.300Ha 602.300 Ha 198.000 Ha b. Jumlah luasan cakupan wilayah peta tematik

- Peta tematik pertanahan - Peta tematik

pertanahan Kanwil - Peta bidang tanah

9.578.820 Ha

8.521.744 Ha

522.656 Ha

534.420 Ha

b. Jumlah luasan cakupan wilayah peta tematik

- Peta tematik pertanahan - Peta tematik

pertanahan Kanwil - Peta bidang tanah

6.588.052 Ha

5.530.976 Ha

522.656 Ha

534.420 Ha

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan terbagi menjadi 2 (dua) program, yaitu :

1. Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan

Kegiatan yang terdapat di dalam program pengembangan infrastruktur keagrariaan terdiri dari 4 (empat) kegiatan dan dikerjakan di Pusat dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan.

2. Program Pengelolaan Pertanahan Daerah

Kegiatan ini merupakan penyelenggaraan pengembangan infrastruktur keagrariaan di daerah dan dilaksanakan di Kanwil maupun di Kantah.

(39)

30 Tabel 2.4

Target Anggaran Berdasarkan Perjanjian Kinerja

No. Kegiatan Berdasarkan DIPA Awal Tahun 2017 Berdasarkan DIPA APBN-P Tahun 2017 Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) 1.

Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan

10.124.333.000,- 10.024.333.000,-

2. Pengukuran dan Pemetaan

Kadastral 34.476.671.000,- 32.735.492.000,-

3. Survei dan Pemetaan Tematik 9.091.331.000,- 8.502.519.000,- 4. Pengukuran dan Pemetaan Dasar 30.030.191.000,- 30.030.191.000,- 5. Penyelenggaraan Pengembangan

Infrastruktur Keagrariaan Daerah 381.353.543.000,- 380.738.402.000,-

Jumlah 465.076.069.000,- 462.030.937.000,-

II.5. KERANGKA PENDANAAN

Besarnya anggaran sebagaimana disebutkan dalam point II.4, dialokasikan kebeberapa unit kerja Eselon II berdasarkan program dan kegiatannya. Penyusunan kerangka pendanaan di Tahun 2017 adalah berdasarkan desain program dan kegiatan pada tahun sebelumya dengan mempertimbangkan kebutuhan program dan kegiatan dari setiap unit eselon 2 (dua), kemampuan organisasi, sumber daya manusianya dan isu-isu strategis seperti yang disampaikan dalam Renstra Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Anggaran pada masing-masing unit kerja eselon II tersebut digunakan untuk kegiatan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(40)

31 Tabel 2.5

Kegiatan Prioritas Unit Kerja pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 No Nama Unit Kerja Output Volume Anggaran (Rp) 1 Sekretariat Direktorat Jenderal

Layanan Dukungan Manajemen Eselon 1

1 Layanan 977.980.000

Layanan Internal (Overhead) 1 Layanan 7.965.413.000

Layanan Perkantoran 1 Layanan 1.080.940.000

TOTAL 10.024.333.000 2 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral NSPK 1 NSPK 232.466.000 Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker 1.855.304.000 Data Kadastral 2 Bidang 3.756.920.000 Peta Bidang Tanah, Ruang,

Perairan 534.420 Ha 26.890.802.000 TOTAL 32.735.492.000 3 Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik NSPK 3 NSPK 231.704.000 Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker 923.783.000 Peta Tematik 5.530.976 Ha 7.347.032.000 TOTAL 8.502.519.000 4 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar NSPK 1 NSPK 500.000.000 Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker 2.434.098.000 Surveyor Berlisensi 3000 Orang 1.234.473.000 Data Dasar dan Informasi 152 Dataset 13.644.000

Peta Dasar 602.303 Ha 15.847.976.000

Peta Batas Kawasan/Batas Wilayah

2000 Km/Tugu 10.000.000.000

(41)

32

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Kementerian Negara/Lembaga menyusun renstra sebagai dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari RPJMN yang digunakan sebagai acuan penyusunan Renstra Kementerian, kemudian pada setiap tahun anggaran, RPJMN dilaksanakan melalui RKP bersama-sama dengan Renstra Kementerian yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja, untuk selanjutnya diimplementasikan kedalam RKA.

Gambar 3.1 Akuntabilitas Kinerja

Sebagai bagian dari perwujudan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good govemance) khususnya dalam rangka memenuhi prinsip akuntabilitas (pertanggungjawaban), Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan harus dapat mempertanggungjawabkan pencapaian kinerjanya baik itu berupa keberhasilan ataupun kegagalan. Prinsip akuntabilitas merupakan satu dari empat belas prinsip good governance, yang dimaksudkan untuk mewujudkan tata pemerintah yang bertanggung jawab (akuntabel) dimana instansi

(42)

33

pemerintah dan aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukannya.

Dalam menjalankan prinsip akuntabilitas, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sebagaimana diamanatkan dalam Perpres tersebut, Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan. Adapun instrumen yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja organisasi adalah melalui penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan disusun dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan.

Untuk mewujudkan tanggungjawab tersebut, setap akhir periode instansi pemerintahan melakukan pengukuran pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Hasil pengukuran kinerja dilaporkan dalam Laporan Kinerja. Laporan Kinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi, yang wajib dilaporkan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah setiap tahunnya.

Laporan Kinerja (LKj) pada lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, disusun dengan berpedoman pada Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Nomor 15/SE/IX/2015 tentang Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) dan Laporan Kinerja (LKj) di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan pedoman tersebut dalam LKj Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 dilaporkan hal-hal sebagai berikut :

(43)

34

III.1. CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017

❖ Capaian Kinerja Berdasarkan Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2017

Tabel 3.1 Capaian Kinerja

Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017

No Sasaran

Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target

Realisasi

Fisik %

1.

Meningkatnya kepastian letak, dan

batas-batas bidang tanah dan kepastian

angka luasnya yang mendukung proses penegakan hukum

Persentase cakupan peta

dasar pertanahan 1,33% 1,10%

a. Jumlah luasan cakupan wilayah peta dasar pertanahan

- Peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan

Kanwil 800.300 Ha 602.300 Ha 198.000 Ha 662.300 Ha 464.300 Ha 198.000 Ha 82,75% 77,08% 100%

b. Jumlah luasan cakupan wilayah peta tematik - Peta tematik

pertanahan - Peta tematik

pertanahan Kanwil - Peta bidang tanah

6.588.052 Ha 5.530.976 Ha 522.656 Ha 534.420 Ha 6.474.475 Ha 5.516.510 Ha 522.656 Ha 498.360 Ha 98,27% 99,74% 100% 93,25%

Gambar

Tabel 2.1  Arahan Kebijakan
Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2017  Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan
Gambar 3.1  Akuntabilitas Kinerja
Tabel 3.1 Capaian Kinerja
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Selama acara kegiatan Peningkatan Kualitas PPAT berlangsung, peserta wajib mematuhi protokol Kesehatan yaitu memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.

Peserta yang dinyatakan lulus ujian (Surveyor Kadastral dan Asisten Surveyor Kadastral) wajib membayar tarif PNBP sebagaimana diatur dalam Peraturan

c) Direktur Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan meneruskan laporan kepada Menteri melalui Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan

Untuk itu diminta Kepala Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan melakukan koordinasi dengan satuan kerja di daerah dari Kementerian/Lembaga atau Dinas/Instansi

Direktorat Rumah Swadaya, sebagai unit kerja Eselon II yang berada di bawah unit organisasi Eselon I Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Masyarakat Kantor Wilayah Provinsi Bali 3 Bulan 016201800125 mbkm 122 Universitas Islam Syekh-Yusuf Dika Mulqilfin Pratama Biro

Dalam penelitian ini verifikasi hasil model dilakukan terhadap elevasi pasang surut, suhu permukaan dan suhu vertikal serta verifikasi pola arus permukaan yang diperoleh dari

a) Mengawal proses penyiapan kebijakan, program, dan kegiatan tahunan Direktorat Jenderal Tata Ruang agar sesuai, mendukung, dan konsisten terhadap pencapaian program prioritas